Mungkin dek kito hanyo tau saketek-seketek sajo salamo ko. Alun batamu rueh jo bukunyo. Mudah2an dengan uraian iko kito bisa memahami baa nan sabananyo harato pusako bagi urang Minang tu
________________________________ From: RantauNet@googlegroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of [EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, March 28, 2008 2:23 PM To: RantauNet@googlegroups.com Subject: [EMAIL PROTECTED] Re: Mungkinkah Harta Pusaka Tinggi didudukkan sebagai harta waqaf .....???? Assalamu'alaikum Warahmatullahi wa barakatuh, Alhamdulillah uraian buya sabana sajuak, batambah bangga ambo jadi urang minang. Jadi dapek ambo caliak, bahwa sanak2 nan manilai adaik minangkabau indak sasuai jo Islam, dek karano indak mamahami adaik sacaro mandalam. Jadi kok ado nan nampak indak sasuai jo islam dipareso dulu apo adaik nan salah atau pelakunyo yang salah. atau pelakunyo indak pulo manjalani adaik. Jikok ado kebiasaan2 dikampuang nan indak sasuai jo Islam, kegiatan tabuik, basapa, badukun hal itu indak pulo ado di adaik minangkabau. Kegiatan itu kepercayaan urang masiang dalam manjalankan agamo. Sakali lai ambo maucapkan tarimo kasih ka buya ateh uraian nan sajuakko, jawaban buya akan ambo pakai pulo di www.cimbuak.net, karano dicimbuak ado pulo nan agak kareh mangecekkan iko batantangan jo Islam. Salam Is. St Marajo, 39+ www,cimbuak.net Kampuang nan jauah dimato dakek dijari "Mas'oed Abidin" <[EMAIL PROTECTED]> Sent by: RantauNet@googlegroups.com 28/03/2008 11:14 Please respond to RantauNet@googlegroups.com To rantaunet@googlegroups.com cc Subject [EMAIL PROTECTED] Mungkinkah Harta Pusaka Tinggi didudukkan sebagai harta waqaf .....???? Ananda Ahmad Ridha bin Zainal Arifin bin Muhammad Hamim, yang di berkati Allah, semoga Ananda sehat selalu, Amin. Assalamu'alaikum Warahmatullahi wa barakatuh, Pendapat buya, tidaklah dapat di serupakan harta pusaka tinggi itu yang di dalam adat kita di Minangkabau, sebagai muthlak harta waqaf, yang diamanahkan kepada perempuan sebagai nadzirnya. Buya malah berpendapat, harta pusaka tinggi itu sebagai harta kaum semata. Sebagai, kalau di contohkan sekarang harta organisasi, bila kaum itu dapat diserupakan dengan organisasi yang bernama kaum itu. Harta pusaka tinggi itu lebih kuat kedudukannya pada kesepakatan kaum. Menjual dan menggadai harta pusaka tinggi ini, sesungguhnya secara hakiki terlarang. Walau tadi, disebut ada alasan pada tiga perkara. Tapi kapankah ketiga perkara itu sebenar-benar nyata adanya??? Semisal contoh, mayat terbujur di tengah rumah. Mungkin ini terjadi kalau kaum lelaki sudah tidak ada lagi, orang kampung sudah mengungsi, keadaan sangat darurat, yang tinggal hanya kaum perempuan, barulah boleh menggadaikan harta itu. Kapankah ini akan terjadi?? Jadi secara hakiki, harta pusaka tinggi itu tidak boleh bergeser. Halnya sama, kalau gadih gadang indak ba laki, atau rumah gadang alah ka tirisan. Pada hakekatnya karena yang kuat di dalam kaum, yakni kaum lelaki sudah punah. Masyaalah, banyak yang tersuruk dari yang tersirat dalam kata pepatah kita. Buya kadang berfikir, tentang kearifan budaya Minang ini Salah satu di antaranya tentang harta pusaka tinggi. Manakala harta itu diserah ke kaum lelaki, tentulah harta itu akan berkisar kerumah istrinya, atau anak-anaknya, yang menurut faraidh akan mewarisi peninggalannya. Jadi lelaki dalam kaum menjadi pengawas harta waqaf, kaum perempuan mengelola hasilnya, kedua-duanya tidak berhak mengalihkan dan menjualnya, sehingga berkekalanlah harta pusaka tinggi itu menjadi kekayaan kaum, turun temurun, harta pusaka tinggi akan menjadi basic need dalam kaumnya. Apalagi, kalau diingat bahwa tugas semenda (kaum lelaki, yang menjadi suami bagi seorang perampuan) di tengah kaum istrinya di Minangkabau berat sekali, di antaranya ka marapek-an nan ranggang, ka manupang nan condong, ka mauleh nan singkek, ka manambah nan kurang, ka manyalasai nan kusuik, ka manyisik nan rusak. Jadi bukan semata sebagai seorang suami yang mengawasi istri dan anak-anaknya. Ada tugas sosial lain, yang berakitan dengan keluarga kaumnya dan keluarga kaum istrinya. Inilah yang disebut sumando rumah gadang, atau sumando ninik mamak. Hubungan kekerabatan itu, akan erat hubungannya nanti dengan pengawasan dan pemanfaatan harta pusaka. Sehubungan dengan itu, barangkali ananda yang menuntut ilmu di sumber datangnya Islam, perlu mendalami penelitian berguna untuk orang kampung kita, bahwa sebenarnya amat bijaksana ketentuan hukum adat di Minangkabau, yang memberi batasan bahwa harta pusaka tinggi tidak boleh dijual, dan tetap berada dalam pengawasan kaum perempuan, jadi bukanah semua harta di wariskan kepada perempuan. Banyak pula dari harta pusaka tinggi itu yang sudah tidak diketahui lagi asal dan usulnya, karena kaumnya telah menerima sebagai warisan turun temurun, dari ninik turun ka ninik, turun lagi ke ibu, dan kini ada di tangan cucu dan cicit. Bagaimana membaginya, sebab itu harta pusaka tinggi itu wajib kita jaga. Bila di tilik dari sini, maka penjagaan harta pusaka tinggi mungkin dapat serupa dengan penjagaan kepada barang waqaf, walaupun harta pusaka tinggi itu tidak bisa diqimat menjadi harta waqaf. Tapi ada kalanya harta pusaka tinggi, pada satu kaum yang sudah punah, atas kesepakatan karek balahan, di wakafkan kepada pihak lain, bukan kaumnya yang menjaga lagi. Sebagai misalan, waqaf tanah sawah yang menjadi pusaka tinggi suatu kaum di wakafkan ke nagari, untu di atasnya dibangun masjid untuk orang sekampung. Buya juga masih mempertanyakan pendapat Inyiak Canduang kito,Allah yarham Syeikh Sulaiman Ar Rasuly, yang mengatakan bahwa harta pusaka tinggi, digolongkan kepada harta musabalah. Buya masih berpendapat, paling tinggi hanya harta kaum, yang wajib kaum itu menjaganya. Buahnya bisa dimakan, hasilnya bisa dinikmati bersama, tapi pohonnya, dan tanahnya tidak bisa dialihkan (dijual). Menggadai sebenarnya tidak sama dengan menjual. Sebab ujung dari gadai ditebusi. Ujung dari jual lepas tangkai. Ananda Ahmad Ridha, mohon juga buya dibantu, barangkali ada pandangan lain yang lebih baik dan utama. Pendapat kita sesungguhnya belum final dan tidak limited. Selamat dan doa buya selalu untuk ananda, Moga satu ketika kita bertemu, dan satu masa kelak ananda akan berada di tengah masyarakat kita di Minangkabau, memelihara adat dan budayanya, sesuai dengan syari'at mengata, adat yang memakaikan. Terimakasih, dan maaf jika ada yang tersalah. Wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh, Buya H.Mas'oed Adidin bin Zainal Abidin bin Abdul Jabbar el Bukittinji.(11-08-1935) click : http://www.groups.yahoo.com/group/suaraulama/file/buyamasoedabidin/ pun sebenarnya --~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~ =============================================================== UNTUK DIPERHATIKAN: - Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet. - Tulis Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting. - Hapus footer & bagian tidak perlu, jika melakukan reply. - Email attachment, DILARANG! Tawarkan kepada yg berminat & kirim melalui jalur pribadi. - Posting email besar dari >200KB akan dibanned, sampai yg bersangkutan minta maaf & menyampaikan komitmen mengikuti peraturan yang berlaku. =============================================================== Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] Daftarkan email anda yg terdaftar pada Google Account di: https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id Untuk dpt melakukan konfigurasi keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe =============================================================== -~----------~----~----~----~------~----~------~--~---