Assalamu'alaikum wr.wb.

Mungkin tulisan Pak Rhenald Kasali ko bisa pulo untuak mambuka pikiran
kito..


http://rhenaldkasali.com/menyoal-ribut-ribut-kereta-cepat-jakarta-bandung-bagian-1/

Menyoal Ribut-ribut Kereta Cepat Jakarta-Bandung (Bagian 1)

by Rhenald <http://rhenaldkasali.com/author/kodok/> | Oct 12, 2015 | 2015
<http://rhenaldkasali.com/category/kompas/2015-kompas/>, Kompas
<http://rhenaldkasali.com/category/kompas/> | 0 Comments
<http://rhenaldkasali.com/menyoal-ribut-ribut-kereta-cepat-jakarta-bandung-bagian-1/#disqus_thread>

Seperti investasi besar lainnya, pembangunan kereta cepat (*high speed
train*), yang nilainya mencapai 5,5 miliar dollar AS menjadi berita yang
kontroversial.

Pertama, siapa yang menyangka presiden Joko Widodo memutuskan begitu cepat?
Maklumlah kita sudah amat terbiasa menyaksikan ketakhadiran pengambilan
keputusan strategis yang *agile* dan cepat.

Anda masih ingat bukan, proyek-proyek infrastruktur yang sudah disetujui
saja bahkan  dibiarkan mangkrak bertahun-tahun. Rencana tinggallah rencana.
Ribut sedikit saja sudah membuat penguasa takut dan tidak bekerja. Proyek
jalan tol Cipularang yang bisa dituntaskan setahun saja, bahkan dulu sempat
dibiarkan berlubang dan berdebu lebih dari 5 tahun.

Kedua, Jepang yang sudah lama mengincar proyek ini ternyata tidak terpilih.
Memang Jepang terkesan amat berhati-hati karena kereta dapat mengganggu
industri otomotifnya yang *market size*-nya begitu besar di sini. Siapapun
tahu, sistem transportasi publik berbasiskan kereta api dapat mengganggu
penjualan otomotif. Maka wajar bila banyak menawar dan mengulur waktu.

Sikap Jepang tiba-tiba berubah begitu menyaksikan kesungguhan Tiongkok
dalam bersaing. Jepang yang melakukan studi dan membuat FS terlebih dahulu
merasa lebih berhak menentukan masa depan transportasi publik Indonesia,
namun tetap menuntut jaminan pemerintah.

Ketiga, menjadi kontroversial karena keputusan pada level bisnis juga cepat
sekali dan terus berkembang (adaptif). Karena tak melibatkan uang dan
jaminan negara, maka Menteri Perhubungan pun menyerahkan sepenuhnya pada
mentri BUMN dengan skema *business to* *business*.

Melalui konsorsiumnya, Mentri BUMN merumuskan *business model* yang bukan
menjadikannya sebagai proyek pembangunan kereta api semata-mata, melainkan
hadir bersama mega proyek kota- kota baru di sekitar jalur kereta. Maka
Gubernur Jabar dan walikotanya pun dilibatkan.

Dalam strategi pengembangannya, bukan lagi menjadi sekedar proyek
transportasi, melainkan sebuah kegiatan ekonomi skala besar yang kelak akan
melibatkan begitu banyak pelaku usaha besar maupun kecil. Value creation
nya amat besar sehingga melibatkan minimal 4 BUMN inti. Ini tentu
mengecohkan para pembuat opini yang hanya berhitung *cost-benefit-risk
analyses* pada aspek bisnis kereta api cepat semata-mata.

Keempat, proses cepat ini ternyata ada *cost*-nya, yaitu kurang
terinformasinya publik atas *opportunity* serta nilai yang diciptakan.
Dilema di era keterbukaan dan partisipasi publik ini memang dapat kita
rasakan: antara hak untuk tahu publik dengan keputusan bisnis adaptif yang
cepat berubah dengan motif ambil untung para makelar tanah. Akibatnya para
pengamat kebijakan publik dapat memberikan opini yang keliru atas
ketidaksempurnaan informasi.

Kelima, persaingan Jepang vs Tiongkok dalam proyek ini telah menimbulkan
opini pro-kontra, apalagi ruang untuk pertumbuhan ekonomi di kedua negara
itu makin terbatas. Mereka punya kepentingan, sementara kita punya kendali
dan kepentingan yang harus dijaga pula. Kehadiran proyek infrastruktur
skala besar di tanah air tentu saja menimbulkan daya Tarik sendiri yang
sudah pasti melibatkan perang opini yang dapat melibatkan *conflict of
interest* yang cukup luas.

Tentu masih ada isu-isu lain dari proyek yang sebenarnya bagus bagi
perekonomian kita, akhirnya terkesan kontroversial. Apakah itu pro-kontra
jalur Jakarta -Bandung vs Jakarta-Surabaya, pertanyaan mengenai siapa saja
pihak yang dapat bermitra, kesungguhan Tiongkok berinvestasi, di mana letak
titik perberhentiannya, masalah apa yang akan muncul dalam tahap
implementasi, negosiasi, dan lain sebagainya.

Tapi baiklah kita fokuskan pada keputusan yang sudah diambil dan bagaimana
proyek ini bisa menciptakan *value* bagi perekonomian kita, bukan Tiongkok
dan bukan Jepang. Karena saya bukan Menteri BUMN, maka saya mencoba
menganalisis dari kacamata ilmuwan dan praktisi bisnis yang saya miliki.
Maaf saya sama sekali tak mengerti soal politik, sehingga tidak mengkaitkan
analisis ini dengan masa jabatan presiden sehingga pilihannya mungkin turut
terpengaruh.

Saya hanya ingin membaca dan mengarahkan agar pemerintah paham soal
ekosistem bisnis, peluang dan ancaman yang mungkin timbul. Saya juga ingin
agar informasi ini dimiliki publik yang dapat membaca peluang yang mungkin
bisa dimanfaatkan untuk keluar dari perangkap ketakutan krisis.
Bahan-bahannya saya kumpulkan setelah bersusah payah mengorek dari para
pihak yang terlibat.

*Perubahan** Business Model*

Beberapa tahun silam saya pernah meneruskan pertanyaan para pimpinan negara
kita kepada pimpinan BUMN di Tiongkok tentang cepatnya pembangunan jalan
tol di negeri itu. Harap maklum, selama 35 tahun Jasa Marga berdiri, hanya
850 kilometer jalan tol yang bisa kita bangun, sementara Tiongkok dalam 15
tahun bisa membangun puluhan ribu kilometer.

Jawabnya sederhana sekali. Pertama model pembangunan infrastruktur di
Tiongkok diserahkan kepada BUMN sehingga dapat menjadi aset yang tumbuh.
Dan kedua, BUMN Tiongkok melakukan *value creation* yang utuh, bukan
sekedar membangun jalan tol. Termasuk di dalamnya menjaga kepentingan
publik yang luas, ya lingkungan, ya rakyat jelata, petani dan pemilik
tanah. Ini berbeda sekali dengan pembangunan jalan tol di sini.

Waktu saya tanyakan pada para taipan kita yang membangun kawasan permukiman
dan industri di tepi-tepi jalan tol, mereka pun buka mulut. “Pemerintah
kita tidak pandai memanfaatkan peluang. Bangun jalan tol tetapi hanya
membebaskan jalannya saja. Kami lihat itu sebagai peluang, maka kami
bebaskan tanah-tanah di dekat jalur keluarnya agar menjadi kawasan industri
dan pemukiman,” kata seorang pengusaha.

Seorang taipan mengaku *value creation-*nya mencapai 30 hingga 50 kali
lipat. Dari modal Rp 1 triliun kembalinya Rp 30 triliun. Modalnya pun
disediakan mitra asing. Pantaslah mereka begitu cepat masuk dalam daftar
orang terkaya dunia.

Lantas bagaimana BUMN kita? *Business model*  BUMN kita di masa lalu hanya
fokus pada keahliannya saja, ya fokus. Ambil contoh saja Perumnas yang
membangun kawasan pemukiman, lalu menyerahkan perawatan wilayahnya pada
pemerintah daerah. *Business* *model* mereka tidak menghasilkan pendapatan
yang berkelanjutan *(recurring income).*

Sekarang bandingkan dengan pengembang-pengembang superblok yang setiap
bulan memungut *service charge* dari berbagai jasa yang mereka jual:
kebersihan, listrik dan air, sewa, keamanan, parkir, dan seterusnya. Kalau
Anda tinggal di gedung bertingkat, Anda tentu paham apa yang saya maksud.
Setiap bulan Anda kena pungutan antara Rp 500.000 hingga Rp 2 juta. Itu
semua masuk ke tangan pengelola gedung, yang tak lain adalah pengembang itu
sendiri.

Sekarang kita jadi mengerti mengapa return BUMN kita banyak yang kurang
menarik, padahal mereka berusaha dalam bidang yang sangat menguntungkan dan
pasarnya *captive*.

Kini ketika cara pandangnya berubah, giliran kita banyak yang tidak siap
dan mati-matian mengkritik. Sementara, kalau BUMN kita kalah dengan Temasek
(BUMN Singapura) atau Khazanah (Malaysia) kita juga ikut mengejek mereka.
Padahal keuntungan BUMN dapat menjadi kontributor penting bagi APBN. Ia
juga bisa menjadi akselerator pembangunan yang bekerja sama dengan
mitra-mitra usaha swasta nasional.



*Kuncinya: Mengenal Ekosistem Bisnis*

Ini bukan soal pat gulipat memutar uang, tetapi pemahaman atas *business
model*. Kalau Anda masih belum paham, mari kita lihat bisnisnya anak-anak
muda yang kalau anda kurang paham anda pasti akan mengatakan mereka tak
bakalan untung. Misalnya, bagaimana mungkin Gojek bisa untung kalau hanya
memungut limabelas ribu rupiah untuk rute yang lumayan jauh. Padahal ojek
pangkalan saja untuk rute yang sama jauhnya menuntut Rp 30.000?

Anda juga pasti akan ditertawakan Starbucks kalau menjual secangkir kopi
seharga Rp 7.000. Mengapa? Karena ia saja terancam rugi walaupun harga
secangkir kopi pahitnya (Americano) sudah Rp 40 ribu.

Seven Eleven Indonesia dengan model bisnis berbeda mampu membuktikan bahwa
ia bisa untung sekaligus menjadikan outletnya teramai di dunia. Jawabnya
adalah business model mereka berbeda.

Yang satu jual kopi yang lainnya jual ekosistem anak muda, yang satu bisnis
ojek dan satunya bisnis aplikasi internet. Dan untuk memahami hal ini Anda
perlu mempelajari ekosistem usaha yang digeluti.

Demikian juga Anda bisa menertawakan Tune Hotel yang menyewakan kamarnya di
bawah Rp 100.000 per malam, dan mungkin Anda akan ikut menolak proposal
bisnisnya karena hotel yang menjual kamar seharga Rp 1 juta per malam saja
belum tentu menangguk untung.

Jangan lupa Tune hotel pernah memasang iklan beberapa tahun lalu dengan
tarip Rp 35 (ya tiga puluh lima perak) permalam. Kok bisa bertahan tahunan
dan untung?

Jawabnya karena *business model* hotel lainnya dengan Tune berbeda.

Sekarang saya ajak anda melirik goncangan dalam industri media. Dulu
penerimaan media berasal dari dua sumber, yakni sirkulasi dan iklan. Kini
tidak lagi. Berbekal luasnya jaringan narasumber, kini setiap media punya
unit yang mengelola bisnis seminar, pelatihan, *event organizer,* dan
penerbitan.

Sama halnya dengan bisnis perbankan yang meraup untung bukan dari
pendapatan bunga, melainkan *fee-based income*. Jadi kini sumber penerimaan
perusahaan tak lagi dari satu atau dua sumber konvensional, tapi lebih
luas. Sumber itu datang dari ekosistem industrinya.

Hal serupa terjadi pada industri yang lain. Perusahaan-perusahaan
kontraktor, misalnya, dulu sumber penerimaannya hanya dari bisnis
kontruksi. Kini tidak lagi. Mereka juga menggali penerimaan dari bisnis
jasa rekayasa, pengadaan dan konstruksinya, atau biasa disebut Engineering,
Procurement & Construction (EPC).

Belajar dari membangun proyek orang lain, perusahaan kontraktor jadi
bertambah pintar. Mereka nyaris tahu segala sektor industri. Maka, tak
heran kalau bisnis perusahaan-perusahaan konstruksi melebar ke mana-mana.
Ada yang masuk ke bisnis properti, pembangkit listrik, jalan tol, hingga
menjadi perusahaan investasi (*investment company*).

Menggali bisnis dari ekosistem industrinya membuat perusahaan lebih punya
banyak peluang untuk menjaring pendapatan. Itulah yang dilakukan
perusahaan-perusahaan kita, termasuk BUMN. Itulah dunia mereka. Maka, saya
tak habis mengerti ketika ada pihak yang begitu kuatir saat BUMN-BUMN kita
diajak berkongsi menggarap proyek kereta cepat dalam koridor
Jakarta-Bandung.

Mereka khawatir BUMN kita tak mampu, bakal merugi atau modalnya tidak
cukup. Tapi itu belum cukup. Tuduhannya banyak sekali yang intinya:
sudahlah jangan lakukan, Anda tak akan sanggup! Bahkan ada yang mengatakan
BUMN-BUMN kita mau karena dipaksa menterinya.

Pendapat semacam ini jelas naif dan merendahkan kemampuan BUMN kita yang
sudah piawai dalam berbisnis. Bahwa mereka masih perlu belajar, ya, itu
sudah pasti. Tapi sudah saatnya kita satukan kekuatan, percayai bangsa
sendiri dan sama-sama hadapi kekuatan lobi asing yang modalnya tak terbatas
untuk memecah belah masa depan bangsa ini.

Zaman sudah berubah, pengetahuan kita pun jauh lebih baik. Sayang kalau
para pengamat kurang berani menggalinya. Konsep bisnis memang bukan hal
yang mudah untuk dianalisis dalam sejam dua jam. Ilmu ini terus berkembang.

Baiklah bagaimana peluang bisnis yang akan muncul dalam eko-sistem proyek
koridor Jakarta-bandung ini akan saya bahas lebih lanjut besok. Semoga anda
bersabar.


Salam


Reza




2015-10-23 7:54 GMT+07:00 Dr. Saafroedin Bahar <
saafroedin.ba...@rantaunet.org>:

> Terima kasih Bung Anwar Djambak. Sudah saya posting di Facebook.
> Pada 23 Okt 2015 07:19, "'AnwarDjambak' via RantauNet" <
> rantaunet@googlegroups.com> menulis:
>
>>
>> Silahkan Pak Saaf
>>
>> MHT = M Hatta Taliwang
>>
>> AnwarDjambak
>> Alam Takambang Jadikan Guru
>> Sent by Maxis from my BlackBerry® smartphone
>> ------------------------------
>> *From: * Saafroedin Bahar <drsaafroedin.ba...@gmail.com>
>> *Sender: * rantaunet@googlegroups.com
>> *Date: *Thu, 22 Oct 2015 21:11:53 +0700
>> *To: *Rantau Net Rantau Net<rantaunet@googlegroups.com>
>> *ReplyTo: * rantaunet@googlegroups.com
>> *Subject: *Re: [R@ntau-Net] SURAT UNTUK BAPAK JOKOWI DAN IBU RINI
>> SOEMARNO(KADO 1 TAHUN PEMERINTAHAN)
>>
>>  Siapa itu MHT penulisnya ? Bung Anwar Djambak, izin share ya ?
>>
>> Dr.Saafroedin Bahar
>> Male, 78 yrs, Jakarta
>>
>> 2015-10-22 12:24 GMT+07:00 'AnwarDjambak' via RantauNet <
>> rantaunet@googlegroups.com>:
>>
>>>
>>>
>>> SURAT UNTUK BAPAK JOKOWI DAN IBU RINI SOEMARNO
>>>
>>> (KADO 1 TAHUN PEMERINTAHAN)
>>>
>>> Selamat pagi/siang/sore/malam, Pak Jokowi dan Bu Rini.
>>>
>>> Semoga bapak dan ibu tetap sehat meski saya yakin anda berdua pasti
>>> super sibuk.
>>> Banyak sekali urusan yang membuat bapak dan ibu terpaksa terlibat di
>>> dalamnya.
>>>
>>> Bagi-bagi sembako dan kartu sakti pun harus pak Jokowi yang turun
>>> langsung.
>>> Belum lagi Pak Jokowi pasti sibuk mempersiapkan kunjungan ke Amerika
>>> Serikat dan sarapan bersama dengan pucuk pimpinan eksekutif (CEO) Freeport
>>> Mc Moran, di Washington DC dan makan malam bersama CEO Apple. Tentu semua
>>> itu menyita pikiran bapak, bagaimana membuat para CEO perusahaan asing itu
>>> bisa “ramah” menyambut kedatangan bapak.
>>>
>>> Begitu juga dengan Bu Rini, kantor Pelindo II digeledah Bareskrim pun,
>>> harus bu Rini yang menelpon Kapolri.
>>>
>>> Belum lagi Ibu Rini harus kerja keras agar proyek kereta cepat kerja
>>> sama dengan china bisa berjalan sesuai rencana.
>>> *** *** ***
>>> Pak Jokowi dan Bu Rini, besok tepat 1 tahun pak Jokowi dilantik dan
>>> setahun kurang seminggu bu Rini dilantik jadi Menteri BUMN.
>>> Ada sebuah tanya dari saya, rakyat biasa yang merasa miris, ngeri dan
>>> prihatin dengan masa depan beberapa BUMN cemerlang di negeri ini.
>>>
>>> Sejak bu Rini menggandeng 3 bank BUMN untuk mendapatkan hutang dari
>>> China, sumpah hati saya teriris, kenapa ibu tega MENGGADAIKAN 3 bank BUMN
>>> itu?
>>> Maaf saya gunakan terminologi “GADAI” sebab sependek pengetahuan saya
>>> yang awam, hal itu mirip sistem gadai.
>>> Ibu membawa 3 bank BUMN, lalu mendapatkan pinjaman/HUTANG yang langsung
>>> cair saat itu juga, USD 3 MILYAR atau setara Rp. 43,28 TRILYUN.
>>> Masing-masing bank mendapat USD 1 M atau Rp. 14,426 T.
>>> UNTUK APA PINJAMAN ITU, Bu Rini?
>>>
>>> 3 Bank itu tak bisa menggunakannya untuk hal lain, sebab DIKHUSUSKAN
>>> UNTUK PEMBIAYAAN PROYEK INFRASTRUKTUR!!
>>>
>>> Dan lebih khusus lagi : PROYEK INFRASTRUKTUR YANG KONTRAKTOR-nya ASAL
>>> CHINA.
>>> Saya tak mau menyebut investor, sebab sejatinya mereka BUKAN INVESTOR.
>>>
>>> Investor datang dengan membawa MODAL, sementara yang ini modalnya
>>> disiapkan oleh 3 bank BUMN, lewat HUTANG yang dikucurkan China.
>>>
>>> Lalu kemana dana pengalihan subsidi BBM, Pak Jokowi?!
>>> Bukankah 17 Nopember 2014 ketika bapak mencabut subsidi BBM, KONON
>>> KATANYA dana subsidi akan DIALIHKAN UNTUK MEMBIAYAI INFRASTRUKTUR??
>>> Untuk itulah kami, rakyat, diminta untuk bersabar dan nrimo.
>>>
>>> Tapi kenapa setiap kali bapak menambah hutang luar negeri, selalu saja
>>> alasannya untuk membiayai proyek infrastruktur, yang kami tak pernah tahu
>>> proyek infrastruktur apa yang akan direalisasikan dalam waktu dekat?!
>>>
>>> Bukankah ribuan km jalan toll yang diresmikan pak Jokowi itu sudah
>>> dibangun sejak jaman pak SBY?
>>> *** *** ***
>>> Pak Jokowi dan Bu Rini,
>>> Menurut data yang saya dapat dari Kompas edisi 7 Nopember 2014, asset 3
>>> bank BUMN sbb :
>>>
>>> 1. Bank Mandiri = Rp. 798,19 Trilyun
>>> 2. Bank BRI = Rp. 705,29 Trilyun
>>> 3. Bank BNI = Rp. 408,05 Trilyun
>>>
>>> Kalau di konversi ke US dolar menggunakan kurs pada saat itu (Rp.
>>> 12.000,00/USD) maka nilai asset ,
>>>
>>> Bank Mandiri = USD 66,515 M ;
>>> BRI = USD 58,774 M ;
>>> BNI = USD 34,004 M.
>>>
>>> Kalau menggunakan kurs sekarang (Rp. 14.000,00/USD) dengan asumsi
>>> assetnya tidak meningkat, maka,
>>>
>>> Bank Mandiri = USD 57,014 M ;
>>> BRI = USD 50,378 M ;
>>> BNI = USD 29,146 M.
>>>
>>> Lalu kenapa bank-bank itu HARUS BERHUTANG USD 1 M?!
>>>
>>> Jangan bilang 3 bank itu kesulitan likuiditas, sebab 3 bank itu
>>> “dipaksa” MENERIMA HUTANG yang peruntukannya hanya bagi pembiayaan proyek
>>> infrastruktur.
>>> Bagi bank Mandiri, pinjaman itu hanya senilai 1,81% saja dari nilai
>>> assetnya.
>>> Bagi Bank BRI, pinjamannya hanya 2,05% saja dari nilai asset dan bagi
>>> BNI hanya 3,54% saja dari nilai asset.
>>>
>>> Jadi sesungguhnya bank-bank BUMN itu kalau hanya untuk menjalankan
>>> business-nya as usual TIDAK BUTUH HUTANG DARI CHINA!
>>> *** *** ***
>>> Kenapa bank-bank China tidak langsung saja mengucurkan kredit kepada
>>> kontraktor yang akan menggarap proyek tersebut?!
>>> Apakah bank-bank China sendiri tak yakin kontraktor yang menggarap
>>> memiliki asset yang cukup untuk jadi jaminan kredit?!
>>> Ataukah bank-bank di China sendiri ragu proyeknya akan feasible dan
>>> pinjaman modal bisa kembali dengan lancar sesuai batas waktunya?!
>>> Lalu kenapa 3 bank BUMN itu harus DIKORBANKAN?!
>>>
>>> Tidakkah Pak Jokowi dan Ibu Rini takut kalau sesuatu yang diluar dugaan
>>> terjadi, semisal proyek tak berjalan sesuai perkiraan, atau kontraktornya
>>> wan-prestasi, bukankah 3 bank BUMN itu yang HARUS MENANGGUNG HUTANG kepada
>>> China?!
>>>
>>> Tidakkah Pak Jokowi dan Ibu Rini ngeri jika 3 bank yang sudah pasti
>>> BERDAMPAK SISTEMIK itu dijadikan jaminan hutang?!
>>>
>>> Tidakkah bapak dan ibu ingat, simpanan mayoritas perusahaan2 BUMN dan
>>> BUMD ada di bank2 pelat merah tersebut?
>>>
>>> Uang rakyat juga disimpan disitu,
>>> uang BPJS Kesehatan,
>>> uang BPJS Ketenagakerjaan juga disana,
>>> uang pensiunan PNS pun ada disitu.
>>> Sudahkah Pak Jokowi dan Ibu Rini pikirkan semuanya dengan baik-baik dan
>>> matang?!
>>> *** *** ***
>>> Kini, anda pun memaksakan proyek kereta cepat, lagi-lagi dari China,
>>> yang menawarkan selesai 2018, persis di tahun “pemanasan” jelang Pemilu dan
>>> Pilpres 2019.
>>>
>>> Konsorsium 4 BUMN diminta MEMBIAYAI proyek yang konon katanya B to B
>>> (business to business) tanpa melibatkan dana Negara.
>>>
>>> Konsorsium 4 BUMN itu adalah
>>>  PT. WIKA (Wijaya Karya),
>>>  PT. Jasa Marga,
>>>  PT. KAI dan
>>>  PTPN VIII.
>>>
>>> Nilai investasinya fantastis :
>>> sekitar USD 5,5 M atau sekitar Rp. 78 T!!!
>>> Konsorsium 4 BUMN itu harus menyetor equity 25% dari nilai investasi,
>>> kira-kira Rp. 19,5 T.
>>>
>>> Lalu konsorsium 4 BUMN itu masih HARUS BERHUTANG lagi, sebab sisa biaya
>>> investasi yang 75%, yaitu sekitar Rp. 58,5 T, lagi-lagi berupa PINJAMAN
>>> PEMERINTAH CHINA KEPADA KONSORSIUM 4 BUMN dengan tenor (jangka waktu) 60 th,
>>> ya, ENAM PULUH TAHUN!!
>>> Lagi dan lagi, BUMN-BUMN potensial DIIJINKAN BAHKAN DISURUH BERHUTANG
>>> demi proyek mercusuar!!
>>> *** *** ***
>>>
>>> Pak Jokowi dan Bu Rini,
>>> Anda berdua masih ingat lagu “INDONESIA PUSAKA” yang diajarkan sejak SD
>>> dulu? Let’s sing…
>>> “Indonesia tanah air beta..., pusaka abadi nan jaya….
>>> Indonesia sejak dulu kala slalu dipuja-puja bangsa….
>>> Disana tempat lahir beta…, dibuai dibesarkan Bunda…
>>> Tempat berlindung di hari tua…, sampai akhir menutup mata…”
>>> Belakangan ini lagu itu terus terngiang-ngiang di telinga saya dan
>>> membuat saya miris tiap mendengar bait terakhirnya.
>>>
>>> Pak Jokowi dan Bu Rini, tidakkah anda sadari bahwa Indonesia itu BUKAN
>>> MILIK KITA yang hidup sekarang? Indonesia adalah “PUSAKA” atau warisan yang
>>> kita terima dari para pendahulu kita yang dulu memperjuangkan tegaknya
>>> kemerdekaan. Dan nanti, sepeninggal kita, tanah air ini pun akan jadi
>>> pusaka, yang kita wariskan pada generasi setelah kita.
>>> “Indonesia tanah air beta, PUSAKA ABADI nan jaya”.
>>>
>>> Lalu kenapa harus MEWARISKAN HUTANG hingga jangka waktu 60 tahun untuk
>>> anak dan cucu kita 2 generasi ke depan?!
>>>
>>> Sadarkah anda pak Jokowi dan ibu Rini, bayi-bayi yang baru lahir pada
>>> saat anda berdua dilantik, akan ikut menanggung hutang itu sampai mereka
>>> jadi kakek2 dan nenek2 di usia 60 tahunan.
>>>
>>> Ingatkah anda berdua, bahwa pendahulu anda, ibu Megawati Soekarnoputri
>>> dulu pun meninggalkan beban yang harus ditanggung oleh satu generasi?!
>>>
>>> Akibat adanya Instruksi Presiden No. 8/ 2002 tanggal 30 Desember 2002,
>>> maka diberikanlah Surat Keterangan Lunas (SKL) yang dikenal dengan
>>> kebijakan Release and Discharge.
>>> SKL itu membuat kasus BLBI dihentikan penyidikannya (SP3) oleh Kejaksaan
>>> Agung di masa itu
>>> SKL diberikan pemerintah Megawati kepada konglomerat konglomerat hitam
>>> yang hanya membayar sebagian kecil dibandingkan total hutangnya, sehingga
>>> NEGARA DIRUGIKAN sebesar Rp. 138 TRILYUN, yang harus ditanggung oleh
>>> seluruh rakyat Indonesia dalam bentuk bunga obligasi rekapitalisasi di APBN
>>> SAMPAI TAHUN 2033!!
>>>
>>> Artinya ibu Megawati MEWARISKAN BEBAN itu kepada kami SELAM 30 TAHUN,
>>> sementara para konglo hitam ongkang-ongkang kaki menikmati kucuran dana
>>> BLBI yang mereka larikan ke bank-bank di luar negeri!
>>>
>>> Apakah anda berdua ingin MEMECAHKAN REKOR WARISAN HUTANG bagi anak-cucu,
>>> kalau dulu bu Mega mewariskan 30 tahun, anda berdua ingin mewariskan 60
>>> tahun?
>>> *** *** ***
>>> Pak Jokowi dan Bu Rini,
>>> Dulu kami diam ketika INDOSAT DIJUAL (tahun 2002).
>>> Dulu kami tak tahu ketika BCA dilego (BCA sempat dimiliki Pemerintah
>>> sebagian sahamnya pasca krisis moneter 1998, sebelum akhirnya dijual tahun
>>> 2002).
>>>
>>> Kini kami hanya bisa GIGIT JARI, ketika tahu valuasi nilai assetnya
>>> sekarang.
>>> Indosat dijual (2002) dengan harga HANYA USD 627 juta, atau setara
>>> dengan Rp. 5,6 T (kurs saat itu 1 USD = Rp. 8.900-an).
>>>
>>> Sekarang nilai asset Indosat per 30 Juni 2015 senilai Rp. 58,69 T alias
>>> sudah bengkak menjadi LEBIH DARI 10 x LIPAT HARGA JUALNYA !
>>>
>>> BCA dijual (2002) dengan harga HANYA USD 425 juta, atau setara dengan
>>> Rp. 5,34 T saat itu.
>>> Kini, nilai asset BCA pada kwartal I tahun 2015 sudah menjadi Rp. 557,44
>>> T alias sudah melambung jadi 71,5 x LIPAT HARGA JUALNYA !
>>> Akankah nanti nasib 3 bank BUMN akan menyusul BCA karena proyek-proyek
>>> infrastrukturnya tak berjalan sesuai rencana dan tak memberikan return dan
>>> profit seperti yang diharapkan?!
>>> Akankah nanti nasib 4 BUMN yang disuruh mendanai kereta cepat bikinan
>>> China, juga akan sama dengan Indosat?!
>>>
>>> Akankah nanti Pemerintah terpaksa menyuntikkan PMN besar-besaran yang
>>> lagi-lagi itu duit rakyat, atau terpaksa melego sahamnya dan kehilangan
>>> kepemilikan di BUMN-BUMN potensial tersebut?!
>>>
>>> Pak Jokowi dan Ibu Rini,
>>> Ingatlah, anda hanya diberi AMANAH UNTUK MENGELOLA asset-asset Negara
>>> demi kejayaan bangsa dan kesejahteraan rakyat Indonesia.
>>>
>>> BUKAN menjadikan asset-asset bangsa sebagai JAMINAN HUTANG yang harus
>>> dibayar puluhan tahun oleh seluruh rakyat Indonesia.
>>> Ingat Pak Jokowi dan Bu Rini, anda hanya menjabat selama beberapa waktu
>>> saja.
>>>
>>> Tapi jika anda salah ambil keputusan, 250 juta rakyat yang sekarang
>>> hidup dan anak-anak yang akan terlahir tahun-tahun ke depan, akan terus
>>> menanggung dampaknya!
>>>
>>> Pernahkah anda berdua renungkan bahwa jabatan yang anda emban bisa
>>> berakhir kapan saja?
>>> Bisa 4 tahun lagi, atau 4 bulan lagi, bisa saja 4 hari lagi, bahkan bisa
>>> 4 jam lagi.
>>> Jika TUHAN Yang Maha Berkehendak menarik kembali kekuasaan yang DIA
>>> pinjamkan, mencabut kemuliaan pada seorang manusia, niscaya apa saja bisa
>>> terjadi kapan saja.
>>>
>>> Tapi…, Indonesia ini milik 250 JUTA RAKYAT-nya, yang berharap tanah
>>> airnya bisa jadi “tempat berlindung di hari tua” bagi mereka.
>>> Yang mereka impikan jadi tempat yang aman, nyaman dan damai “sampai
>>> akhir menutup mata”.
>>>
>>> Apa yang terjadi kalau nanti bank-bank BUMN itu sampai berpindah
>>> kepemilikan kepada China?
>>>
>>> Tidakkah anda berdua masih ingat bagaimana nasib nasabah bank Century
>>> yang tak jelas uangnya?
>>> Mereka harus berdemo, meski usia sudah tua.
>>>
>>> Akankah nanti kami, jutaan nasabah bank-bank BUMN terpaksa harus
>>> mengemis belas kasihan pada China?!
>>> Haruskah para pensiunan nanti tak tenang di hari tuanya?!
>>>
>>> Pikirkan sekali lagi Pak Jokowi dan Ibu Rini, apa kita benar-benar sudah
>>> butuh kereta cepat?
>>>
>>> Apa kita-benar-benar butuh china untuk menggarap proyek-proyek
>>> infrastruktur?
>>> Tak bisakah itu digarap BUMN-BUMN kita sendiri?
>>> Atau menarik INVESTOR asing yang benar-benar berniat untuk investasi,
>>> bukan mau enaknya jadi kontraktor tapi minta modal disediakan.
>>>
>>> Indonesia adalah harapan kami satu-satunya. Kami lahir disini dan kelak
>>> pun ingin mati disini.
>>>
>>> Kami tak punya tempat pelarian, kami tak menyimpan uang kami di bank
>>> luar negeri,
>>> kami tak berinvestasi property di luar negeri, yang sewaktu-waktu bisa
>>> jadi tempat kami melarikan diri kalau terjadi apa-apa di Indonesia.
>>> TIDAK!!!
>>>
>>> Bagi kami, INDONESIA adalah
>>>
>>>  “tempat berlindung di hari tua…, sampai akhir menutup mata.”
>>> Bukannya “tempat bayar hutang di hari tua…, sampai akhir menutup mata.”
>>>
>>> Selamat merayakan 1 tahun kepemimpinan anda,
>>> ingatlah, apapun keputusan anda yang membebani kami rakyat biasa, kelak
>>> akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat.
>>>
>>> Selamat berpikir, mikir, mikir, mikir baru kerja.
>>>
>>> MHT
>>>
>>>
>>>
>>> Copas
>>>
>>>
>>>
>>>
>>> AnwarDjambak
>>> Alam Takambang Jadikan Guru
>>> Sent by Maxis from my BlackBerry® smartphone
>>>
>>> --
>>> .
>>> * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat
>>> lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~
>>> * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
>>> ===========================================================
>>> UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
>>> * DILARANG:
>>>   1. Email besar dari 200KB;
>>>   2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi;
>>>   3. Email One Liner.
>>> * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta
>>> mengirimkan biodata!
>>> * Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
>>> * Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
>>> * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama &
>>> mengganti subjeknya.
>>> ===========================================================
>>> Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan
>>> di: http://groups.google.com/group/RantauNet/
>>> ---
>>> Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari
>>> Google Grup.
>>> Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini,
>>> kirim email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
>>> Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.
>>>
>>
>> --
>> .
>> * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat
>> lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~
>> * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
>> ===========================================================
>> UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
>> * DILARANG:
>> 1. Email besar dari 200KB;
>> 2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi;
>> 3. Email One Liner.
>> * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta
>> mengirimkan biodata!
>> * Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
>> * Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
>> * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama &
>> mengganti subjeknya.
>> ===========================================================
>> Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di:
>> http://groups.google.com/group/RantauNet/
>> ---
>> Anda menerima pesan ini karena berlangganan grup "RantauNet" di Google
>> Grup.
>> Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini,
>> kirim email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
>> Untuk opsi lebih lanjut, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.
>>
>> --
>> .
>> * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat
>> lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~
>> * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
>> ===========================================================
>> UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
>> * DILARANG:
>> 1. Email besar dari 200KB;
>> 2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi;
>> 3. Email One Liner.
>> * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta
>> mengirimkan biodata!
>> * Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
>> * Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
>> * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama &
>> mengganti subjeknya.
>> ===========================================================
>> Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di:
>> http://groups.google.com/group/RantauNet/
>> ---
>> Anda menerima pesan ini karena berlangganan grup "RantauNet" di Google
>> Grup.
>> Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini,
>> kirim email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
>> Untuk opsi lebih lanjut, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.
>>
> --
> .
> * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain
> wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~
> * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
> ===========================================================
> UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
> * DILARANG:
> 1. Email besar dari 200KB;
> 2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi;
> 3. Email One Liner.
> * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta
> mengirimkan biodata!
> * Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
> * Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
> * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama &
> mengganti subjeknya.
> ===========================================================
> Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di:
> http://groups.google.com/group/RantauNet/
> ---
> Anda menerima pesan ini karena berlangganan grup "RantauNet" di Google
> Grup.
> Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini,
> kirim email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
> Untuk opsi lebih lanjut, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.
>

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google 
Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.

Kirim email ke