Riri,
Sekedar klarifikasi sajo, setidaknya untuk diri ambo surang. 
Tulisan Riri: Kemudian beliau2 merasa "dipakuak". Mereka teriak. Dan teriakan 
mereka pun diperkeras oleh awak2 ko.
Rasanya kita disini tidak pernah berpikiran utk memperkeras teriakan kanai 
pakuak tsb. Atau isu-isu lain ttg yg mungkin masih kurang positif terjadi di 
Ranah ataupun di Rantau. Kita kemukakan utk mencarikan jalan keluarnya, kalau 
ada dan kalau bisa... Prinsipnya kan nobody is a hero, bersama akan jauh lebih 
baik. Sayang waktunya lah kalau hanya sekedar sorak-sorak begitu saja... Kita 
hargai jugalah dunsanak yg sangat sibuk dg asap dapurnya masih menyempatkan 
juga menulis satu dua kalimat disini. 
Kesimpulan yang hampir sama ini, datang juga dari sumber2 di daerah ring 1 
atau ring 2 "disana" thd isu-isu yg didiskusikan di milis RN yg ternyata sangat 
terkenal sampai "kesana". Kok nan didiskusikan di milis itu nan buruak-buruak 
sajo...? Kan lai nan rancak2 nan kami buek pulo..? Onde mandee...kok 
dipuji-puji taruih, beko tagarubuih pulo... Salah juo kami. Baa mangko indak 
diingatkan dari dulu...? Alamaaak, iyo kamari bedo lo yieh...

But it's ok. Itu kan namanya demokrasi, katanya... Kalau seirama pulo 
sadonyo, pindah aliran kito beko... Ok, back to the topic. Melihat komen2 yang 
masuk, ternyata pakuak tidak terjadi hanya di Sumbar saja. Juga dibanyak 
daerah. Yg perlu kita sigi lagi lebih jauh, apakah intensitasnya sama di semua 
daerah. Lalu bgmn dg tetangga kita di negeri jiran? Apakah ada faktor ini yg 
menyebabkan juga, salah satunya, sehingga tingkat kunjungan wisman ke Malaysia 
per tahun bisa mencapai 16 juta orang, sedangkan ke Indonesia baru 5,5 juta 
orang..?

Rasanya persoalannya tidak hanya patokan harga makanan di resto saja. Ambo 
melihat lebih luas dari itu. Masalah kesadaran kita thd pendatang alias tamu. 
Apakah kita sadar bahwa mereka dengan berkunjung ke tempat kita itu mereka bawa 
uang..? Apakah masyarakat kita sudah bisa menyadari bahwa kalau mereka nyaman 
mereka akan bercerita ke banyak orang lagi sehingga itu bisa merupakan salah 
satu faktor utk meningkatkan PAD...? Ini yg mendorong ambo mengajukan 
"pancingan" usulan program "4 Rancak 5 Lamak Bana".
Bbrp hari lalu saya sempat ngobrol2 dg bbrp kawan2 wartawan dari Pdg. Mrk 
bilang, ekspresi sambutan yang kurang hangat dari urang awak thd pendatang itu 
yang banyak terjadi katanya. Menurut ambo, mereka tidak salah krn mungkin 
mereka memang belum pernah diberi kesadaran apa artinya orang datang ke negeri 
awak... Termasuk juga yang di Yogya, di Jakarta dan tempat2 lain tsb. Apa 
artinya kalau orang datang ke Indonesia...
Di milis iko kan banyak dunsanak dari negeri jiran nih. Cubo kito tanyo, bgmn 
kesadaran masyarakat Malaysia thd pendatang alias wisman ini? Bukan TKI lho 
ya...;) 
Tolong Kanda Jamaluddin atau Idris Talu mungkin bisa sharing sedikit...
Bgmn caranya dulu di Malaysia memberi kesadaran kepada masyarakatnya sehingga 
sebagian besar masyarakat sangat mendukung dan cukup helpfull thd wisman...? 
Sehingga orang-orang asing pun lebih memilih tinggal di Malaysia dibanding 
tempat lain. Waktu ambo mamacik Asia Pacific utk Proyek ERP pershn Bld, semua 
orang asingnya minta agar Data Center ditempatkan di Kuala Lumpur. Padahal 
sudah jelas, produksi paling besar dan users paling banyak yang akan akses 
sistim tsb, ada di Indonesia... Kenyamanan dan kepastian thd lingkungan, lebih 
utama buat mereka dibanding sewa infrastruktur yang akhirnya jadi 
lebih mahal...:)
Mohon maaf sebelumnya. Semoga berkenan. Terima kasih...
Wassalam,
Nofrins
----- Original Message ----
From: Riri Chaidir <[EMAIL PROTECTED]>
To: RantauNet@googlegroups.com
Sent: Monday, May 19, 2008 8:16:04 AM
Subject: [EMAIL PROTECTED] Re: Kanai Pakuak


Betul sanak Bot
 
Perbedaan harga bisa terjadi di mana saja dan tentang apa saja. Saya tidak 
melihat adanya standar yang betul2 berlaku umum untuk suatu produk. McDonald 
atau IBM aja yang katanya ada di seluruh dunia pun harganya tidak standar.
 
Untuk mengurangi kemungkinan dispute, harga itu dinyatakan secara tertulis. 
Tetapi seringkali itupun pakai embel2, misalnya yang satu excl pajak, yg satu 
pakai tanda asterik dengan penjelasan yang sangat kecil di footnote *condition 
applied" (dan ini di mana2 di dunia lho).
 
Kalau mau tidak kecewa, ya calon konsumen harus nanya.
 
Cuma yang bikin saya heran, seringkali para turis bule terhormat itu kalau di 
kampungnya bisa abis2an cari informasi ke sana kemari tentang tempat yang akan 
dikunjungi, dia datang ke travel agent, telpon, lewat internet, lewat brosur, 
leat majalah dst. Tetapi begitu sampai di kampuang awak, dia "lupa" segala 
macam ilmu itu. 
 
Kemudian beliau2 merasa "dipakuak". Mereka teriak. Dan teriakan mereka pun 
diperkeras oleh awak2 ko.
 
 
 
RIri
L 46
 
2008/5/18 Bot S Piliang <[EMAIL PROTECTED]>:

Mmm...sekedar sumbang saran
Memang harga tinggi sih sah-sah saja. DI Bali jug abegitu kok, harga untuk 
internasional dan domestik juga berbeda.
HAnya saja di Sumbar, harga tersebut tidak standar. Sehingga turis pun bis 
amengira-ngira apa dan kelas apa mereka akan makan. Ya, kalau nasi kapau di 
PAsa Ateh dipatok mahal, ya kalau gitu turis yang berkocek tebal yang bisa 
makan disana. Secara, tidak semua turis, baik nusantara atau bahkan asing yang 
berkocek tebal. Yang ada mereka kapok dan berpikir "ternyata di makan si Sumbar 
mahal ya...mending cari yang di Jakarta aja, rasanya juga ga jauh beda..." Nah 
kalau sudah begitu gimana???
 
regards...


      
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
===============================================================
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting
- Dilarang mengirim email attachment! Tawarkan kepada yg berminat & kirim 
melalui jalur pribadi
- Dilarang posting email besar dari >200KB. Jika melanggar akan dimoderasi atau 
dibanned
- Hapus footer & bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Hindari penggunaan reply utk topik/subjek baru
===============================================================
Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED]

Daftarkan email anda yg terdaftar pada Google Account di: 
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id
Untuk dpt melakukan konfigurasi keanggotaan di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke