ASYIKNYA
DI BELA
Bertahun-tahun
aku bertutur
Dengan
sopan dan santun dengan beliau
Beliau
yang selalu membaca tulisanku
Selalu
mendorongku untuk terus menulis
Sering
mengatakan tulisanku bagus dan perlu
Tanpa
memperdebatkan termasuk kelompok apa tulisanku
Bukan
kemasannya yang beliau lihat
Tetapi
apa pesan, baik tersurat maupun tersirat
Yang
ada dalam tulisan tersebut
Perjalanan
hidup beliau yang panjang
Telah
melalui jalan berliku dan mendaki
Pernah
berada disetiap lapisan sosial
Bertemu
dangan berbagai ragam manusia
Yang
memiliki beragam bahasa, adat dan budaya
Menjadikan
beliau manusia yang Arif dan Bijaksana
Sesekali
kupakai bahasa nenek moyangku
Untuk
bertutur dengan beliau lewat tulisan
Apa
yang terjadi?
Orang-orang
yang ikut membaca tulisanku
Marah
besar dan mencaci maki diriku
Bahasa
yang kupakai …
Tidak
pantas untuk beliau yang terhormat
Sementara
beliau sendiri
Tertawa-tawa
membaca tulisanku
Lebih
hebatnya lagi
Aku
dibela mati-matian
Mungkin
beliau ingat ketika menjadi orang pasar
Sering
mendengarkan kata-kata yang kupakai
Bahkan
oleh pelajar sekalipun
Penggalan
nyanyi wajib Minangkabau
Bukti
nyata “Aden” pengganti diri resmi
Asyiknya
dibela
Aku
jadi teringat nasehat mamaku
“Melihatlah
dengan mata hati”
Agaknya
inilah yang dipakai oleh beliau
Untuk
melihatku dari jauh
Walau
kemasanku rada aneh dari biasa
Terasa
kurang ajar bagi orang yang tak biasa
Beliau
yakin, aku tetap menghormatinya
Akupdi
bertanya-tanya
Apasih
bedanya
Aku,
saya, aden, ambo, gua, gue, dsb?
Bukankah
semua pengganti diri?
Begitu
hinakah nenek moyangku yang ber”Aden”?
Apa
dikira nenek moyangku tak terpelajar?
Apa
Nagariku jajahan Nagari yang lain?
Biarlah
waktu yang menentukan
Kata
apa yang akhirnya
Dipilih
masyarakat untuk pengganti diri
Harusnya
anak Nagari
Bangga
dengan bahasa sendiri
Bahasa
menunjukkan
Dari
Nagari mana seseorang berasal
Bagi
yang keberatan
Jangan
heran kalau suatu saat nanti
Bahasa
Minang tinggal kenangan
Karena
berganti dengan bahasa Indonesia
Bukankah
kecendrungan tersebut sudah terasa?
Apa
ada bahasa Minang yang standar?
Kenapa
tidak pernah ada kongres bahasa Minang?
Diantara
perbedaan
Biar
tidak jadi pertempuran
Bukankah
lebih baik
Saling
menghargai perbedaan
Seperti
yang dicontohkan
Bapak
Prof Suheimi
Yang
tak lagi terpengaruh
Oleh
pujian dan umpatan
Terima
kasih Bapak Prof Suheimi
Atas
pembelaannya
Aku
jadi senang dan bangga
Dan
berharap
Banyak
orang yang belajar dari bapak
Bagaimana
cara menghormati perbedaan
Bengkulu,
5 Mei 2010
Hanifah
Damanhuri
--
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat
lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
1. Email besar dari 200KB;
2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi;
3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali serta ingin merubah konfigurasi/settingan
keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe