Salam Sanak Suryadi dan Sanak di lapau Terima kasih uraian ini, dari beberap pendapat sanak dilapau ini dan tentunya berbekal pengalaman saya (kita semua) dalam berinteraksi sosial terutama dalam pergaulan sehari-hari di ranah minang baik di kota maupun di desa dalam pede dalam berkomunikasi kelihatannnya tergantung situasi, kondisi dan siapa lawan bicara kita,
Walau kita sebagai orang minang tidak terlalu "nyilimet" dalam bertutur sapa seperti orang jawa dimana kosa katanya ada jenjang mulai yang paling halus sampai paling kasar yang menunjukan strata atau status sosial seseorang tapi kita sebnagai orang minang tetap juga dalam berkomunikasi menjaga kesopan satunan dalam berkomunikasi pada seseorang atau komunitas apalagi kita belum mengenal lebih dalam seseorang sebagai contoh Misalnya saya waktu gempa di ranah ke kampuang sanak Sunua bertemu dengan adik sanak atau taroklah orang-orang yang seumur dengan saya dengan sanak Tidak mungkin saya dan saudara sanak di Sunua akan terjadi tegur sapa dan komunikasi seperti ini (Nama adik sanak saya lupa..kita sebut saja Mul ?) "Oiii Mul..apo kaba waang..lai sehat-sehat sajo waang, ko aden maantaan bantuan ka kampuang waang mul, amak waang baa kaba" Lalu dijawab oleh Mul "Kaba den baik-baik sajo jepe, apo nan waang baok ko bantuan ka kampuang Den" Saya pikir akan mustahil saya atau kami bertegur sapa dan berkomunikasi seperti itu Menjadi lain situasi komunikasi saya denagn Mul ketika kami sudah saling mengenal dan sangat akrab dari kecil sampai sekarang begitu juga dengan emak Mul (Suryadi) tentu terasa sangat "sopan" dan wajar saja kami berkomunikasi dua arah seperti diatas dan ketika ketemu dengan Amak Mul karena dia sudah mengenal saya dari kecil dan telah akrab bisa jadi juga saya berbicara "Mak...Den datang ko mah mambaok bantuan" Lalu amak Suryadi akan berkata "Oii waang yuang jepe, masuak lah dulu ka rumah amak" Tapi kemungkinan kecil saya tidak akan melakukan komunikasi seperti itu walau amak Suryadi telah mengenal saya dari kecil dan seperti dianggap anak dan saudara sendiri, mungkin dari segi kesopanan dan kesantunan ala orang minang yang egaliter (wajar dan biasa saja) "Mak ..AMBO (AWAK) datang ko Mak, mambaok bantuan gempa" Dan menjadi wajar saya menerima bahasa Emak Suryadi jika dia membalas sapaan saya "Ondeee bilo waang tibo nak jepe" Disini ada "waang" yang terasa sejuk dan menyegarkan hati dari seorang emak, bukan membuat saya panas mendengarnya Seperti kata sanak Aslim dan kita sama-sama tahu sebagai orang minang dalam percakapan tersebut ada Kata malereang Kata Mandaki Kata menurun Kata mendatar Kalau istilah Suryadi yang memang ahlinya dalam sosiolinguitik ini dalam berkomunikasi dalam tatanan sosial di ranah minang tentu perlu juga kita memilih register yang tepat tergantung situasi, kondisi dan siapa lawan bicara yang kita hadapi seperti yang dia contohkan di percakapan ketika menceritakan Yuang Sa'u di lapau kopi tentu berbeda dengan ketika berhadapan dengan Pak Dokter Sebagai contoh lagi pengalaman saya Ketika saya ber waang-waang..beraden-aden dengan salah seorang kawan perempuan yang memang persahabatan kami begitu kental dengan segala senda gurau hanya dilakukan kalau menurut istilah Pak Fashrijal "secara privat" Nama teman saya ini Nenen, jika saya ketemu dan chat maka akan terjadi dialog seperti ini "Jepe dima waang karajo kini, yo lah lamo ndak dapek kaba dari waang, lah bara anak waang kini, bini waang kan lai sorong lo ndak..kok lah batambuah lo waang kini ha ha ha" "Oiii nenen, aden di pekanbaru kini, anak den lah ampek, bini den masih sorang sajo, carian lah dek KA-U sorang lai lah..bia den nikah siri pulo nan sadang tren kini ha..ha ..ha" disini Nenen telah siap juga ketika dia mam pa "Wa ANG" saya menerima resiko dia sebagai teman wanita saya untuk saya "KA-U" kan dia Ya itu tadi jaur tegur sapa saya dengan Nenen sesama orang minang privat bukan didengar orang banyak, kalau berbicara saya dengan dengan dengan sebuah kumpulan komunitas penggemar rendang belut misalnya he he he tapi sesama orang minang dan baru sebatas saling mengenal saja, tentunya saya akan menjaga pembicaraan dengan orang banyak ini ketika menyapa Nenen dan didengar oleh komunitas penggemar rendang belu ini (registernya udah beda ya Sur) "Nen randang baluik, Nenen yo lamak bana, apo resep kuncinyo Nen, agiah tahulah ka kami-kami ko" "Ado lah Ndi (Jepe) rahasio, kok ingin tahu juo datang lah ka rumah Nenen hari minggu bisuak jo kawan-kawan awak nan bakumpua ko" Disini dalam situasi dan kondisi yang berbeda tidak terdengar lagi kami (saya dan Nenen) berbicara untuk sebutan atau panggilan ke diri "ADEN, ANG, KA-U atau KAWU) Nah apa siap juga para kaum wanita di palanta di RN ini ketika dia ber wa-ANG keseseorang sementara belum saling mengenal secara lebih dalam dan akrab di pa KA-U ? Saya pikir belumkan pasti akan terasa kasar dan tidak sopan Secara pribadi memang saya tidak akan pernah sanggup mam pa KA-U Wanita Minang di palanta RN walau dia mem pa Wa-ANG saya, walau wanita tersebut siap menerima resiko di Pa KA-U dengan tangan terbuka dan lapang dada, tetap saya tidak sanggup memanggil KA-U terlepas dia muda, seusia apalagi lebih tua dari saya Tapi saya tetap menghargai dari segi tulisan (Puisi) dari Uni Iffah ini, sebab dalam sebuah karya tulis dan sastra bahasa2 mungkin tidak sopan dan tidak pantas dalam sebutan seseorang hal jamak saja terjadi, disini saya lihat kadang-kadang karya sastra itu sedikit lebih hidup, dinamis dan penuh warna (register yang dimilikinya tentu sudah lain pula, bagaimana menurut pendapat sanak Suryadi, tolong pencerahan lagi dari segi ilmu bahasa) Lebih kurang mohon maaf atas pendapat saya ini, silahkan dilanjut contoh2 lain dari sanak bagaimana gaya, lagak dan ragam kita orang Minang dalam berkomunikasi tergantung situasi, kondisi,dimana kita brada dan dengan siapa kita bicara Wass-Jepe Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...! -- . Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. Email besar dari 200KB; 2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama =========================================================== Berhenti, bergabung kembali serta ingin merubah konfigurasi/settingan keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe