Sebaiknya bahaslah yang menyentuh semua pihak terutama masyarakat yang kena musibah. Saya sangat perihatin pada ekssekutif dan legeslatif yang bangga dan membusungkan dada pergi keluar negeri. Semua itu menyedihan.
Jangan mengharap terlalu banyak memperoleh segala sesuatu apabila keluar negeri, mereka tau betul bagaimana memperlakukan kita. Dan apabila kita untung mereka akan berlipat ganda untungnya. Percayalah kita hanya dibodoh-bodohi..................................... Saya sempat mengikuti berbagai kegiatan di luar negeri (sekolah, seminar, lokakarya dsbnya). Setelah saya menyelesaikan studi saya hanya satu yang saya ingini yaitu TIDAK MAU KELUAR NEGERI LAGI....... Sedikit saya ingin sampaaikan sehubungan dengan latarbelakang pengetahuan saya menyangkut bencana alam, sbb.: Pengalaman saya untuk sistem penangulangan bencana yang terbaik adalah di Jepang. Saya pernah belajar di NRCDP (National Research Center for Disaster Prevention), mereka dengan sempurna melakukan penangulangan bencana secara baik. Sulit buat kita mengimbangimya, bukan saja masalah biaya tapi menyangkut Sumber Daya Manusianya (SDM). Begitu pula sesudah itu, saya sempat mengunjungi berbagai sistem penangulangan bencana di beberapa negara Eropa termasuk Jerman akan tetapi sistem mereka tidak baik jauh tertinggal dengan Jepang. Kemudian saya berkesempatan pula belajar ilmu kebumian dan saya bersyukur dapat meyelesaikan PhD saya disalah satu Universitas terbaik di Eropa Barat (State Univeristy of Utrecht). Sangat sulit berkesempatan belajar disana dan hanya segelintir orang di luar Belanda yang memiliki kesempatan belajar termasuk Bang Buyung Nasution. Artinya apa ?, orang Indonesia adalah termasuk orang-orang pintar dan saya yakin kita masih unggul dan tidak kalah pintar dibanding negara-negara lain termasuk Eropa dan Amerika apalagi dengan Asia. Dan saya tau, banyak ahli kebumian Indonesia yang sebetulnya dibutuhkan untuk pemahaman peristiwa bumi khususnya bencana alam yang pemikirannya luar biasa. Meski demikian SDM tersebut bermasalah lagi.............................................. Bapak dan Ibu, mungkin tidak sependapat dengan saya dan mudah-mudahan saya salah. Apa yang saya simpulkan adalah: Kita merupakan negara yang sangat rawan bencana alam di dunia ini, dan itu harus betul-betul dikelola secara ilmiah oleh ahli kebumian dan sebetulnya kita mampu melakukannya. Namun yang saya rasakan adalah sama sekali masih jauh dari pengharapan itu, kenapa ?. Kita memiliki SDM yang mentalnya perlu dipertanyakan. Saya mohon maaf, akhir-akhir semakin tinggi orang memiliki ilmu pengetahuan di Indonesia (berdasarkan titelnya ?..........) ternyata semakin sedikit sumbangsih ilmu pengetahuannya. Pada dahulu kala seseorang yang menuntut ilmu di puncak keilmuannya (PhD) memperoleh ijasah betuliskan huruf romawi antara lain disebutkan bahwa: anda seorang Doctor Philosophy yang memliki puncak tertinggi ilmu pengetahuan maka mulai saat ini anda harus bertanggung jawab dan memberi kontribusi terhadap ilmu pengetahuan dan masyarakat. Tentunya seiring dengan zamannya berbagai sistem pendidikan tersebut telah dirubah, dan saat ini hanya 3 universitas di Eropa yang masih mempertahankannya tentunya sebagai prestrise saja yaitu di Inggeris, Perancis, dan Belanda. Kembali ke masalah penanggulangan bencana alam, kita sbetulnya mampu melakukannya dengan baik karena SDM kita memadai, sayang sebagain besar dari mereka kurang bertanggung jawab terhadap ilmu pengetahuannya. Bayangkan, sesorang yang bekerja di Pemerintah dengan perolehan gelarnya yang dicari mereka adalah kedudukan, termasuk Perguruan Tinggi yang bukannya mengembangan ilmunya untuk pendidikan akan tetapi bergerilya mencari kedudukan di Kementerian termasuk di Pemda-Pemda. Banyak Pejabat Es. I dan II berasal dari Perguruan Tinggi. Sebaliknya PNS yang di Kementerian dengan berbagai cara merncari posisi. Bayangan, banyak pejabat di Indonesia yang begerlar S.3 malahan Professor menduduki jabatan struktural. Ini salah kaprah dan menyedihan, mana tanggung jawab mereka pada ilmu pengetahuannya. Inilah yang saya artikan SDM kita bermasalah. Apabila ini masih terus berlangsung, maka saya berkeyakinan kita akan sangat minim memiliki SDM yang tagguh di kemudia hari. Akhirnya apa yang saya lihat sekarang muncul SELEBRTI MODE BARU BERTITEL. Mereka pejabat yang memiliki titel yang lengkap, doyan bepergian ke luar negeri, demam kemewahan, dan bermain mata dengan lawan jenisnya. Ya ...... ampun inilah kondisi negara kita yang sangat menyedihkan. Wassalam, Herman Moechtar ________________________________ From: Indra J Piliang <pi_li...@yahoo.com> To: RantauNet <RantauNet@googlegroups.com> Sent: Fri, November 5, 2010 8:15:13 AM Subject: Re: KITO DO'A KAN: Re: Bls: [...@ntau-net] Iko versi Ambotentangpresentasi IP (BA 1) kaJerman ditengah bencana Yg mengundang IP BUKAN pemerintah Jerman, tp pemerintah RI di Jerman alias Dubes RI di Jerman. Program sister city antara Bavaria dg Sumbar jg mengada2. Padang itu punya sister city entah berapa byk di seluruh dunia, setiap walikota punya program sister2an itu. Sbtlnya niat sy mengkritisi IP adlg agar IP segera konsolidasi ide+gagasan+kekuatan+dllnya. Sumbar ini tak mungkin bisa direkonstruksi selama 5 thn ke dpn. Butuh dana byk. Ktr Gub Sumbar saja rusak berat, dllnya. IP aja tak berani berktr di ruangan Gub, tp di tempat lain. Tp semakin byk bicara kan semakin tak elok. Maka, ya, cukup ini saja. ~~."IJP".~~ ________________________________ From: Fitrianto <fitr.tanju...@gmail.com> Sender: rantaunet@googlegroups.com Date: Fri, 5 Nov 2010 12:06:37 -0400 To: <rantaunet@googlegroups.com> ReplyTo: rantaunet@googlegroups.com Subject: Re: KITO DO'A KAN: Re: Bls: [...@ntau-net] Iko versi Ambo tentangpresentasi IP (BA 1) kaJerman ditengah bencana Sanak IJP, "investasi" Jerman di SB itu adolah tide gauge (tsunami warning alarm) tu... Kini sadang heboh pulo di Jerman masalah itu. Mungkin untuak itu IP ka sinan, untuak memberangi insinyur2 Jerman nan indak beres karajonyo tu..:)) Taingek ambo jo Obama (kalau kisah Umar bin Khattab jauah bana) nan mambatalkan jalan2 kalua nagari (tamasuak ka Indo) pas adoh oil rig di Gulf Mexico. Wakatu tu indak adoh nan mati bagai doh... Wassalam fitr tanjuang lk/36/albany NY --- http://www.spiegel.de/international/world/0,1518,726124,00.html Why a German Tsunami Warning System Couldn't Help By Axel Bojanowski Photo Gallery: 10 Photos GITEWS / A. Rudloff Criticism has arisen this week over a German tsunami warning system installed in southeast Asia. On Monday, hundreds of people in Indonesia were killed by tsunami waves when warnings failed to reach them. But it was human error, not technology, that probably led to the failure. Following Monday's tsunami in Indonesia, a dispute has broken out over the local tsunami warning system that was designed largely by German engineers.So far at 408 bodies have been found on the beaches of the Metawai island chain, a spokesperson for the West Sumatra disaster protection agency reported. An additional 338 people are reported missing. Search and rescue officials fear that the missing were dragged out to sea by the waves. Tsunamis measuring up to eight meters (26 feet) rolled over the west coast Monday evening after a 7.7 magnitude undersea quake near the island of Sumatra. Local media reports the destruction of up to 25,000 homes. http://www.spiegel.de/international/world/0,1518,726124,00.html 2010/11/5 Indra J Piliang <pi_li...@yahoo.com> Ya, bisa aja. Tp Mendagri+Menesneg+DPR memandang IP keliru. Dan akan ada sanksi. > >Multitafsir memang. Btw, ada investasi Jerman atau tdk selama ini di Sumbar? >Di >masa perang atau damai? > >Sy tahu ada bbrp hal sbtlnya, tp cukuplah skrg. Kata org2: lbh diplomatis:) > > >~~."IJP".~~ > -- . * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta r...@ntaunet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. E-mail besar dari 200KB; 2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti subjeknya. =========================================================== Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe. -- . * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta r...@ntaunet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. E-mail besar dari 200KB; 2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti subjeknya. =========================================================== Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe. -- . * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta r...@ntaunet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. E-mail besar dari 200KB; 2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti subjeknya. =========================================================== Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe.