Re: [Keuangan] Pro rakyat ATAU pro pekerja?! (was: Outsourcing)
itu sih resiko pengusaha, jangan mau enaknya aja donk kalau jadi pengusaha tuh!. 2008/5/6 Amitz Sekali [EMAIL PROTECTED]: Kalau saya melihatnya lebih...kelam lagi. Saya melihat kalau gerakan pekerja (labor movement?) di Indonesia lebih cenderung _pro-pekerja_, BUKAN _pro-rakyat_, BUKAN juga _pro-pengangguran_. Tuntutan pesangon dan kebebasan untuk berdemonstrasi tanpa dipecat menyebabkan pengusaha lebih takut untuk merekrut pekerja baru saat sedang terjadi ekspansi usaha. Akhirnya kan yang dirugikan adalah rakyat yang masih belum dapat pekerjaan, yang diuntungkan adalah yang sudah bekerja. Dengan outsourcing, pengusaha bisa menambah kapasitas usaha tanpa dibebani oleh resiko pesangon saat permintaan menurun. Membatasi outsourcing sama dengan membuat penambahan kapasitas menjadi lebih beresiko. Pengusaha bisa jadi akhirnya memutuskan untuk tidak mempekerjakan orang baru daripada dibebani tuntutan pesangon. Dengan aturan pesangon sekarang, pengusaha mana coba yang tidak dengan sengaja menekan gaji serendah mungkin? Meskipun mungkin sebenarnya pengusaha tahu kalau tingkat gaji sekarang tidak layak, tapi kenaikan gaji itu akan melipatgandakan resiko pesangon. Resiko itu akhirnya merugikan pekerja juga. Gaji yang diterima pekerja pasti lebih tinggi daripada kalau aturan pesangon tidak seganas sekarang. Gaji yang sekarang ini terpaksa lebih rendah untuk mengantisipasi tuntutan pesangon. Ironisnya, nilai total pendapatan yang diterima pekerja dengan aturan pesangon yang ganas sekarang ini, baru bisa sama dengan nilai total pendapatan saat aturan pesangon lebih wajar, jika pesangon itu benar2 didapatkan oleh pekerja. Akhirnya pekerja jadi punya insentif untuk mendapatkan pesangon agar nilai total pendapatan yang dia terima menjadi adil. Insentif untuk mendapatkan pesangon itu menyebabkan pekerja lebih suka dipecat, yang akhirnya mengakibatkan goncangan terhadap kapasitas produksi, yang akibatnya akan merembet ke mana-mana. Antisipasi akan pesangon ini menyebabkan keuangan menjadi bermasalah, apalagi kalau perusahaan sedang mengalami kesulitan. Kalau gerakan pekerja itu sungguh-sungguh pro-rakyat, yang diperjuangkan adalah fleksibilitas bekerja seperti tuntutan untuk flexi-time, bukan pesangon. Anyway, untuk bisa hidup sama layaknya dengan Rp.970.000 1-2 tahun, tahun ini mungkin perlu 1,3jt-1,5jt. Kenaikan yang 50% ini jauh lebih tinggi dibandingkan tahun-tahun lalu. Berapa coba kenaikan nilai pesangon yang harus diantisipasi.. [Non-text portions of this message have been removed]
[Keuangan] [oot] Vacancy - `Finance Staff
Globe Media Group which runs businesses in Media Newspapers and Magazines, such as Investor Daily, Investor Magazines, Globe Asia Magazines, is looking for potential personnel to build career in media business for the following positions : FINANCE STAFF (FS) Female, Bachelor degree, from accounting Minimum 1 year experience in Finance fields. Preferable have experience in finance area: Receivable, Collection, and Bank Reconciliation Able to manage petty cash and make report for the cash flow A team player, result oriented, proactive, self-motivated, dynamic, and multi tasking person Possessing positive work attitudes, initiatives, and maturity in dealing with people Able to work under pressure condition, diligent can keep confidential Please Send Application Letter, CV, recent photograph Put the code on the upper left corner of the envelope or subject email to : HRD GLOBE MEDIA GROUP Graha Investor Jl. Padang No. 19 - 21 Manggarai Jakarta 12970 or [EMAIL PROTECTED] Only short listed candidates will be notified - Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile. Try it now. [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Keuangan] Azim Premji, Bill Gates Muslim dari India: Berbisnis dengan Etika
Ulasan Pak Dikky cukup menari. Saya hanya ingin mengomentari perihal outsourcing yg ckup mengundang antipati di negeri ini, kebetulan saya juga bekerja di perusahaan yang mulai gemar melakukan outsourcing pada beberapa sub departement dalam beberapa tahun terakhir ini. Dimana tren ini mulai membuat gerah para pekerja sektor terkena imbas. Mencermati tren saat ini, saya setuju dg pendapat pak Dikky bahwa perusahaan yg tdk meng-antispasi kopetensi bisnis yang dijalankan akan tergilas karena in efisiency dan salah satu jalan keluarnya ya outsourcing. sedangkan dari sisi si pekerja diperusahaan tsb, jelas tidak menguntungkan, padahal bila kita bepikiran lebih luas, dengan tataran seperti itu akan sama saja bagi komunitas suatu daerah karena dengan berdiri nya perusahaan outsourcing maka tenaga kerja yang tdk terserap disektor industri tsb akan terserap oleh sektor outsourcing. CMIIW, rgds, zulfitra On 4/30/08, Dikky Zulfikar [EMAIL PROTECTED] wrote: Rekans, berikut ini adalah resensi buku tentang tokoh bisnis India yang sangat luar biasa. Semoga bermanfaat. Azim Premji, Bill Gates Muslim dari India: Berbisnis dengan Etika HYPERLINK http://www.dikkyzulfikar.comwww.dikkyzulfikar.com Sudah lama saya penasaran dengan fenomena bisnis outsourcing di India. Seperti pernah diberitakan di Business Weeks, India adalah raja dalam hal bisnis outsourcing global. Perusahaan-perusahaan outsourcing India melayani dari pengembangan software sampai dengan menjadi call center untuk perusahaan-perusahaan global seperti Nokia, Prudential, dan Microsoft. Syukurlah saya mendapatkan buku tentang Azim Premji, yaitu seorang pemimpin bisnis outsourcing terbesar di India, Wipro. Selain Wipro, jawara bisnis outsourcing India lainnya adalah Infosys dan TCS. Buku ini sangat menarik, ia diberi judul Azim Premji, Bill Gates Muslim dari India. Buku ini berisi biografi sang pemimpin Wipro, Azim Premji, yang ditulis berdasarkan berbagai referensi seperti buku, majalah, website, dan berita. Sayangnya, penulis buku ini, Haris Priyatna, tidak sampai bisa berhubungan langsung dengan Azim Premji sehingga tidak bisa mendapatkan kesan dan pesan langsung dari Azim Premji, baik yang berhubungan dengan dirinya, maupun tentang hal lainnya. Wipro telah menjadi merek global dan perusahaan global yang beroperasi di berbagai negara termasuk di Eropa maupun Amerika. Karyawan Wipro di India sebanyak 61.000 orang, sedangkan di luar negeri mencapai 11.000 orang. Uniknya, Wipro adalah pabrik minyak goreng yang pada perjalanannya melakukan diversifikasi diberbagai bidang, termasuk bidang teknologi informasi. Dalam buku ini selain menceritakan tentang perjalanan sebuah pabrik minyak goreng menjadi perusahaan IT dan outsourcing global, banyak sekali pelajaran-pelajaran yang bisa dipetik, baik terkait dengan kepemimpinan maupun manajemen. Azim Premji sebagai pemimpin Wipro dikenal sebagai pemimpin yang sangat dihormati, bukan hanya karena keberhasilannya membangun Wipro, namun karena perannya dalam membangun watak dan nilai-nilai luhur pegawai Wipro, pebisnis, maupun masyarakat India dan dunia. Salah satu pelajaran yang saya ambil dari buku ini adalah keyakinan bahwa memegang teguh nilai-nilai etika adalah modal dasar membangun organisasi yang kuat dan professional. Azim Premji telah membuktikan hal tersebut dan sangat menekankan etika di dalam seluruh aspek kehidupan. Seperti kita tahu, India adalah salah satu negara yang belum bebas dari lilitan korupsi dan nepotisme. Namun, Wipro mampu tampil berbeda, dengan tidak kompromi terhadap penegakan etika dan kejujuran. Wipro tidak takut kehilangan proyek karena harus menolak untuk mengorbankan nilai-nilainya. Pada akhirnya, Wipro justru lebih dihormati karena sikapnya tersebut. Bukan hanya itu, proyek demi proyek, penjualan demi penjualan akhirnya lebih memilih Wipro sebagai penyedia jasa/produknya. Saya berharap, saya tidak berhenti dapat mengambil pelajaran dari buku ini, dari Wipro, maupun dari Azim Premji. Saya yakin, Indonesia mampu melahirkan seorang atau lebih Azim Premji. Selamat membaca. Azim Premji, Bill Gates Muslim dari India, Haris Priyatna, Mizania, Bandung, Desember 2007, 225 halaman Lihat juga nukilan buku ini di HYPERLINK http://www.dikkyzulfikar.com/index.php?option=com_contenttask=viewid=90I temid=78http://www.dikkyzulfikar.com/index.php?option=com_contenttask=view id=90Itemid=78 Prinsip bisnis Ajim Premji, SUNGGUH LUAR BIASA!! DZ No virus found in this outgoing message. Checked by AVG. Version: 7.5.524 / Virus Database: 269.23.6/1402 - Release Date: 28/04/2008 13:29 No virus found in this outgoing message. Checked by AVG. Version: 7.5.524 / Virus Database: 269.23.6/1402 - Release Date: 28/04/2008 13:29 [Non-text portions of this message have been removed] =
Outsourcing (was: Re: [Keuangan] Azim Premji, Bill Gates Muslim dari India: Berb
--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, [EMAIL PROTECTED] wrote: Lalu so what kesenjangan sosial? Pemicu kerusuhan. Sekian opini dari saya. Salam, Di antara kesenjangan sosial berikut ini, mana yang potensinya paling besar memicu kerusuhan? a. Banyak orang dapat pekerjaan tapi gajinya tidak mencukupi. (konsekuensi dari aturan ketenagakerjaan yang lebih rasional). b. Sedikit orang dapat pekerjaan tapi gajinya mencukupi. (best case scenario dari aturan sekarang) c. Sedikit orang dan pekerjaan dan gajinya tidak mencukupi (the most likely scenario dari aturan yang sekarang). Sekian juga opini dari saya. Salam,
Re: Outsourcing (was: Re: [Keuangan] Azim Premji, Bill Gates Muslim dari India: Berb
At 04:52 PM 5/6/2008, you wrote: --- In mailto:AhliKeuangan-Indonesia%40yahoogroups.comAhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, [EMAIL PROTECTED] wrote: Lalu so what kesenjangan sosial? Pemicu kerusuhan. Sekian opini dari saya. Salam, Di antara kesenjangan sosial berikut ini, mana yang potensinya paling besar memicu kerusuhan? a. Banyak orang dapat pekerjaan tapi gajinya tidak mencukupi. (konsekuensi dari aturan ketenagakerjaan yang lebih rasional). b. Sedikit orang dapat pekerjaan tapi gajinya mencukupi. (best case scenario dari aturan sekarang) c. Sedikit orang dan pekerjaan dan gajinya tidak mencukupi (the most likely scenario dari aturan yang sekarang). Sekian juga opini dari saya. Hmmm... diskusi kita kok jadi semakin sempit dengan mengasumsikan bahwa segala sesuatunya bersifat statis. Realita itu sendiri bersifat dinamis, dan manusia adalah mahluk yang adaptif (otherwise spesies ini sudah punah dari jaman dulu). Gaji / upah adalah sesuatu yang relatif. Orang Batak mengenal pepatah: banyak bisa kurang - sedikit bisa cukup. Rasanya itu masih berlaku.
Re: Outsourcing (was: Re: [Keuangan] Azim Premji, Bill Gates Muslim dari India: Berbisnis dengan Etika
Skill dalam arti bisa menghasilkan tidak linier dengan degree yang dipunya dan menurut saya didapat bukan dari bangku sekolah. Jadi biaya sekolah relatif sangat mahal dibanding hasil yang didapat. SPP gratis untuk pendidikan yang ada sekarang ini hanyalah pemborosan. Sebaiknya lebih dikembangkan pendidikan kejuruan formil/non formil disesuaikan dengan arah pengembangan lapangan usaha ke depan. === On 5/6/08, Poltak Hotradero [EMAIL PROTECTED] wrote: Saya bisa membaca concern anda. Dan itu juga concern saya. Bargain kita rendah karena skill kita pun rendah. When you only have peanuts - you can only get monkey. Akar masalahnya terletak pada pendidikan dan ongkos-nya yang terlalu mahal. Bukan dalam bentuk material seperti pembayaran SPP -- tetapi terkait materinya yang bersifat indoktrinasi, pendekatan top-bottom, penciptaan ketergantungan, kurikulum yang berjejal-jejal tapi tak berguna, tidak adanya independensi, tidak adanya penghargaan terhadap inisiatif dan kreatifitas. Sekolah kita lebih mirip pabrik ketimbang ruang belajar. Murid dicetak - bukannya ditumbuhkan. Orang Indonesia menghabiskan sedemikian banyak waktu dan pikiran - hanya untuk belajar banyak hal yang kemudian tidak berarti apa-apa bagi orang yang mempelajarinya. Buang-buang waktu. Buang-buang pikiran. Buang-buang uang. (Dan akhirnya tetap saja tidak kompetitif). Ada yang berani membantah? Kalau mengikuti apa yang pernah dikerjakan Paolo Freire - bahwa orang bisa membaca menulis dan berhitung sederhana hanya dalam hitungan 6 bulan -- maka jelas terasa bahwa pendidikan di Indonesia secara sengaja disulit-sulitkan... Dan ketika kemudian ada orang yang merasa solusi-nya adalah dengan menggratiskan SPP -- saya melihatnya seperti orang sakit paru-paru diberi obat panu Apakah pemerintah peduli? Tentu saja tidak. Dan itu sebabnya mengapa saya tidak pernah bisa mempercayakan diri pada lembaga bernama pemerintah. [Non-text portions of this message have been removed]
[Keuangan] Outsourcing
--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, arianro pantun daud [EMAIL PROTECTED] wrote: Sering terjadi distosi antara upah dan tanggung jawab. Contoh: seorang sales harus mencari customer dengan gaji UMR tetapi dalam upayanya sales tsb harus memiliki kendaraan, telepon dan biaya tlp yang ditanggung sendiri, dst. Dari pengalaman saya, akhirnya perusahaan yang menggaji salesnya terlalu rendah tanpa diimbangi competitive advantage lain, tidak akan maju. Kalaupun dia punya keunggulan non-kepegawaian yang lain, akan ada satu batasan perkembangan usaha yang tidak akan bisa ditembus tanpa mengelola pegawainya dengan baik. Mengenai kenyataan bahwa pasaran di Indonesia gajinya rendah, ya meskipun sedih tapi entah mau bagaimana lagi. Itu kenyataan yang harus dihadapi. Meskipun pemerintah menetapkan UMR 3 juta/bulan misalnya dan perusahaan-perusahaan menaatinya, apakah berarti rakyat akan sejahtera? Tentu saja tidak. Hanya perusahaan yg profit marginnya banding resikonya yang cukup yang akan bertahan. Jumlah perusahaan menurun. Pengangguran bertambah. Kan akhirnya lebih repot. Makanya saya melihat aturan UMR itu sebagai pro-pekerja, bukan pro-rakyat, seperti yang saya jelaskan di posting saya sebelumnya. Salam,
Re: [Keuangan] Outsourcing
Contoh yang saya tulis terkait dengan pegawai outsource jadi bukan pegawai tetap perusahaan. Intinya adalah pegawai outsouce di Indonesia banyak dirugikan. Biaya yang dikeluarkan perusahaan cukup besar tetapi yang sampai ke pegawai outsource bisa sampai kena sunat 50%. Koq bisa begitu? Saya rasa ini sudah rahasia umum, tidak perlu dijelaskan. == On 5/6/08, Amitz Sekali [EMAIL PROTECTED] wrote: Dari pengalaman saya, akhirnya perusahaan yang menggaji salesnya terlalu rendah tanpa diimbangi competitive advantage lain, tidak akan maju. Kalaupun dia punya keunggulan non-kepegawaian yang lain, akan ada satu batasan perkembangan usaha yang tidak akan bisa ditembus tanpa mengelola pegawainya dengan baik. [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Keuangan] Outsourcing
At 06:16 PM 5/6/2008, you wrote: Contoh yang saya tulis terkait dengan pegawai outsource jadi bukan pegawai tetap perusahaan. Intinya adalah pegawai outsouce di Indonesia banyak dirugikan. Biaya yang dikeluarkan perusahaan cukup besar tetapi yang sampai ke pegawai outsource bisa sampai kena sunat 50%. Setahu saya - sebuah bisnis (dalam hal ini outsourcing) bisa memiliki profit margin di atas rata-rata (atau cost jauh di bawah rata-rata) -- hanya bisa terjadi bila tingkat persaingan rendah. Persaingan bisa tidak terjadi bila terdapat channel / saluran yang memungkinkan pebisnis di sektor tersebut membangun barrier yang tinggi sehingga tidak semua orang bisa masuk ke dalam bisnis tersebut. Barrier yang paling umum ada tentunya adalah... perijinan dan hambatan mengakses customer potensial. Bagaimana supaya bisnis penyelenggaraan jasa outsourcing memiliki profit margin yang normal (atau cost yang lebih realistis)...? Ya tentunya dengan cara merobohkan barrier entry ke bisnis tersebut - sehingga semakin banyak kompetitor dan persaingan meningkat. (Contoh lain dari bisnis dengan profit margin extraordinary seperti ini adalah: bisnis penyelenggaraan ibadah haji). Dalam persaingan yang tinggi -- perusahaan yang menggaji pegawainya secara asal-asalan akan rugi. Mengapa? Karena pekerja punya pilihan, sehingga mereka akan bergerak ke arah perusahaan yang membayar upah lebih baik. Perusahaan yang menggaji asal-asalan cuma akan kebagian pegawai dengan kualitas terendah. Pada suatu titik - perusahaan seperti ini akan bangkrut - karena tidak mampu bersaing dengan perusahaan yang memiliki pegawai lebih produktif. Kita tidak boleh lupa bahwa seorang entrepreneur bisa menang dalam persaingan tidak hanya dengan menawarkan harga termurah -- tetapi dengan menawarkan solusi terbaik. Untuk bisa mencapai solusi terbaik - diperlukan karyawan yang mampu berpikir dan berinisiatif. Dan mencari karyawan yang mau dan mampu berpikir tentunya tidak mudah. Dan tidak murah. Sekali lagi... ini semua prinsip-prinsip dasarnya bisa dipelajari pada studi ekonomi mikro. Jadi saya sama sekali tidak menyinggung soal ideologi. Koq bisa begitu? Saya rasa ini sudah rahasia umum, tidak perlu dijelaskan. == On 5/6/08, Amitz Sekali mailto:verthandy%40yahoo.com[EMAIL PROTECTED] wrote: Dari pengalaman saya, akhirnya perusahaan yang menggaji salesnya terlalu rendah tanpa diimbangi competitive advantage lain, tidak akan maju. Kalaupun dia punya keunggulan non-kepegawaian yang lain, akan ada satu batasan perkembangan usaha yang tidak akan bisa ditembus tanpa mengelola pegawainya dengan baik.
Re: [Keuangan] Fixed Asset vs Current Asset
saya rasa itu tergantung nature bisnisnya, apakah perlu fixed asset yang besar atau tidak; kalo fixed asset terlalu besar melebihi kebutuhan akan jadi beban juga toh; bisa itu beban perawatan, atau yang meskipun nggak ada cashstreamnya yaitu beban penyusutan (tetap mengurangi laba bukan?). Ditinjau dari sisi bank memang semakin banyak kolateral yang sifatnya bisa diikat dengan sempurna makin baik, tapi bagi debitur gimana? apa bukannya pengadaan fixed asset yang diada-adakan juga buat masalahbaru? logisnya ya memang fixed asset ini harus tumbuh bersama perkembangan usaha debitur, agar kapasitas produksi meningkat dan ujung2nya kapasitas ngutang juga meningkat. Menurut saya sih itu termasuk art nya bisnis perkreditan, seperti dua grafik yang kemiringannya berlawanan pasti ada titik temu optimumnya. http://nugrohoadipratama.com http://id-economy.blogspot.com [Non-text portions of this message have been removed]
[Keuangan] Januar Darmawan Sang Guru
Terima kasih atas Book review nya, saya dari dulu ingin membaca buku biography business men yang berbusiness memakai Ethic. Once again Thanks Wassalam Mohamad Zulkifli Bung Mohamad Zulkifli dan rekan AKI, Ada satu lagi buku pengusaha yang berpegang dengan etika bisnis. Kali ini pengusaha lokal, Januar Darmawan dari Nutrifood. Semoga pelajaran dari beliau bermanfaat. Satu Lagi, Berbisnis dengan Etika: Januar Darmawan Sang Guru HYPERLINK http://www.dikkyzulfikar.comwww.dikkyzulfikar.com Menurut Januar Darmawan, ada dua pertanyaan mendasar ketika orang akan mulai berbisnis, yaitu (1) dengan cara apa atau bagaimana ia mendapatkan uang, dan (2) dengan cara bagaimana ia akan menggunakan uang yang telah diperoleh tersebut. Hal tersebut di atas adalah sebuah pernyataan dan pertanyaan yang tidak terlintas ketika saya memulai berbisnis. Dahulu, yang paling utama adalah proyek dan omset. Bagi saya, pertanyaan di atas mungkin hanya cocok buat perusahaan yang sudah tidak mengejar omset lagi, alias stabil secara bisnis maupun financial. Namun saya keliru, justru pertanyaan prinsip di atas seharusnya dijadikan fondasi perusahaan untuk menyongsong perkembangan jangka panjang. Jawaban atas pertanyaan di atas itu lah yang akan menentukan menjadi perusahaan seperti apa kita nantinya. Apakah perusahaan yang BOB ASU (biar orang buntung asal saya untung), yang juga disebut business animal, ataukah perusahaan yang berbisnis dengan menjunjung nilai-nilai luhur seperti keadilan, kejujuran, dan kebenaran. Terus terang pada awalnya, saya yang kuper ini tidak mengenal Januar Darmawan. Tapi kalau Nutrifood, perusahaan yang dimiliki Januar Darmawan produsen Nutrisari, dari kecil pun saya sudah mengkonsumsi minuman jeruk ini. Setelah membaca buku Sustainable Growth yang merupakan intisari pemikiran dan pengalaman Januar Darmawan yang ditulis oleh Andrias Harefa, alangkah bangganya saya. Ternyata di Indonesia terdapat banyak pengusaha yang menjunjung tinggi etika dalam berbisnis. Salah satunya adalah Januar Darmawan ini. Pengusaha lain yang dikenal etis dalam berbisnis adalah William Soerdjajaya (Astra), PK Ojong dan Jakoeb Utama (Kompas) dan masih banyak lagi. Dalam buku ini, Andrias Harefa, seorang penulis yang sangat produktif, menceritakan tentang sosok karismatik Januar Darmawan. Januar Darmawan adalah seorang pemimpin bisnis yang sangat visioner. Ia berani tampil lain dari pada yang lain dalam hal kepemimpinan. Ia sangat mendorong kaum muda untuk tampil dan memberi mereka kepercayaan yang tinggi untuk mendapatkan puncak potensi mereka. Jarang sekali ada pemimpin bisnis yang sekaligus pemilik dan berumur yang tulus memberikan kesempatan dan mengembangkan potensi anak-anak muda yang belum terbukti profesionalismenya. Namun justru Januar Darmawan berani mendobrak. Dengan keuletannya mendidik, memotivasi, menginspirasi, dan memberikan kesempatan luas untuk belajar, ia mampu melahirkan pemimpin-pemimpin bisnis yang handal. Januar Darmawan sangat yakin dengan pemikiran-pemikiran William Edward Deming, yaitu seorang maha guru di bidang quality control yang berperan besar dalam proses pembangunan industri dan perekonomian Jepang pasca Perang Dunia II. Januar menerapkan Deming Management Method di seluruh aspek operasi perusahaan yang dipimpinnya. Dalam buku ini, Andrias Harefa banyak menulis tentang konsep-konsep manajemen yang diusung oleh Deming, seperti Teori Empat Lensa, yaitu system thinking, Variasi, Knowledge, dan People, sampai dengan panduan praktis Empat Belas Butir Deming. Yang menarik lagi adalah pertanyaan Januar Darmawan: bisakah diharapkan pemimpin bisnis yang menjungjung etika tumbuh di Indonesia, melawan kekuatan yang disebut-sebut konglomerat hitam? Menurut Januar, apabila orang mengutamakan pemikiran jangka panjang, berbisnis secara etis adalah pilihan yang paling masuk akal dan sekaligus menguntungkan. Sebab dalam pemikiran jangka panjang pusat perhatian pimpinan tertinggi organisasi adalah memberikan nilai tambah sebaik mungkin kepada konsumen, karyawan, dan masyarakat luas. Bila mereka memperoleh manfaat nyata dari keberadaan perusahaan, maka perusahaan akan bisa langgeng dengan sendirinya. Pengalaman dan pelajaran dari Januar Darmawan dapat dijadikan embun pagi yang segar dan penyemangat bagi calon pemimpin dan pemimpin bisnis di Indonesia. Bertindak etis, tidak lah bertentangan atau kontradiktif dengan aktivitas bisnis. Etika dan bisnis bukan lah bumi dan langit, etika adalah bagian dari bisnis, keduanya saling terkait dan dapat dijalankan secara bersama. Semuanya tergantung kepada kekuatan hati dan komitmen para pelaku bisnis. Dengan semakin banyak pelaku bisnis di Indonesia yang menjunjung etika bisnis, maka Indonesia sebagai bangsa pun akan dikenal harum dan berwibawa. Selamat membaca. Sustainable Growth, Andrias Harefa, Gramedia Pustaka Utama, 2007, 141 halaman. No virus found in this outgoing message. Checked by AVG. Version:
[Keuangan] SOFTWARE PENTERJEMAH BAHASA SEMPURNA, 5/7/2008, 11:00 am
Reminder from: AhliKeuangan-Indonesia Yahoo! Group http://groups.yahoo.com/group/AhliKeuangan-Indonesia/cal SOFTWARE PENTERJEMAH BAHASA SEMPURNA Wednesday May 7, 2008 11:00 am - 12:00 pm (This event repeats every day until Monday May 14, 2012.) Location: www.terjemahkan.netfast.org Street: www.terjemahkan.netfast.org Notes: REKSO TRANSLATOR TERJEMAHKAN BAHASA INGGRIS-INDONESIA (BERBAGAI DISIPLIN ILMU) HANYA DGN HITUNGAN DETIK,BISA TERJEMAHKAN DGN AKURAT LBH BAGUS DR TRANSTOOL, DPTKAN DGN 85RIBU BISA DIINSTAL LBH DR 1 KOMPUTER, (stock terbatas) hub: http://www.terjemahkan.netfast.org All Rights Reserved Copyright © 2008 Yahoo! Inc. http://www.yahoo.com Privacy Policy: http://privacy.yahoo.com/privacy/us Terms of Service: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Re: [Keuangan] Fixed Asset vs Current Asset
At 08:22 PM 5/6/2008, you wrote: Sebagai seorang tukang kredit comercial, seringkali saya melihat (baik dialami sendiri maupun ngeliat kasus-kasus rekan kerja yang lain), permohonan kredit ditolak dengan alasan fixed asset yang mengcover permohonan (baru maupun penambahan) tidak mencukupi. Saya heran mengapa kaum pengusaha enggan berinvestasi pada fixed asset (dalam definisi : diikat melalui APHT) padahal walau tidak berhubungan langsung dengan usaha tetapi untuk jangka panjang akan sangat bermanfaat. 1. Setiap segmen bisnis punya kebutuhan fixed asset berbeda. 2. Fixed Asset umumnya menjadi bagian terbesar dari komponen fixed cost. Karena saat ini banyak perusahaan berusaha agar lebih fleksibel - maka mereka akan berusaha menekan fixed cost, sehingga kebutuhan akan fixed asset pun menjadi relatif terbatas. Seperlunya saja. 3. Inovasi di bidang manajemen keuangan memungkinkan efisiensi pendapatan tanpa harus menumpuk fixed asset. Contoh paling umum misalnya: melakukan leasing dan melakukan outsourcing. Kalau yang saya perhatikan dari debitur-debitur yang ada, debitur yang concern dengan fixed assetnya, walau di awal-awal tahun investasi cukup berat membayar cicilan, tetapi setelah 2-3 tahun, saat usaha sudah berkembang dan membutuhkan tambahan modal kerja, mereka tidak mengalami kendala berarti dari syarat: fixed collateral, dibandingkan dengan debitur yang tidak concern akan fixed collateral, sangat rentan di masa seperti ini, misalnya menghadapi kenaikan bahan baku 40% dll. Segala hal terkait ekonomi, ada trade-off-nya. Sekalipun saya tidak membantah bahwa perusahaan dengan fixed asset yang besar bisa memperoleh kemudahan kredit di masa depan (setidaknya di mata banker) tetapi perusahaan yang lebih ramping fixed asset-nya punya kelebihan bergerak lebih lincah. Kalau perlu mereka bisa pindah bidang usaha. Bandingkan dengan perusahaan yang memiliki fixed asset besar (semisal perusahaan perkapalan, perusahaan penerbangan, perkebunan atau perusahaan minyak) - nasib mereka gampang diombang-ambingkan oleh iklim bisnis lokal maupun global. Lalu siapa yang membiayai perusahaan yang fixed asset ramping? Tentu biasanya bukan bank. Perusahaan demikian biasanya dibiayai oleh Investment Banker - lewat penerbitan CP (Commercial Paper), PN (Promissory Notes), Obligasi, Obligasi Konversi, ataupun Saham. Biasanya, financing dari Investment Banker tidak terlalu memperhatikan Fixed Asset. Yang jauh lebih diperhatikan adalah cash flow dari asset yang ada, entah itu current asset ataupun fixed asset. Bila melihat fleksibilitas pembiayaan yang mungkin dilakukan - saya cukup yakin bahwa Investment Banking punya masa depan yang lebih cerah daripada Commercial Banking. Jangan lupa, secara prinsip - Commercial Banking tidak banyak berubah sejak tahun abad ke 15 sampai sekarang.
[Keuangan] halo salam kenal...
salam... halo, saya maruli...mahasiswa jurusan administrasi niaga UI angkatan 2006. Tujuan saya ikutan milis ini karena saya tertarik untuk mendalami keuangan dan berbagai hal yang ada di dalamnya. Itupun karena di jurusan saya ada pengkonsentrasian mahasiswa pada semester 6 nanti. Saya tertarik untuk memilih konsentrasi keuangan dan ingin lebih mendalaminya lagi. Untuk itulah saya ikutan milis ini. Saya menyadari pengetahuan saya tentang keuangan masih sangat terbatas. Oleh karena itu, saya memohon dukungan dari anggota milis yang lain agar pengetahuan saya tentang keuangan meningkat. Akhir kata, saya ucapkan terima kasih atas kiriman tulisan dari yang lainnya. Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile. Try it now. http://mobile.yahoo.com/;_ylt=Ahu06i62sR8HDtDypao8Wcj9tAcJ [Non-text portions of this message have been removed]