[budaya_tionghua] Re: Sekilas Tata Cara Penulisan Bongpay (Nisan) Tradisional Tionghoa
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, perfect_harmony2000 [EMAIL PROTECTED] wrote: Sekilas Tata Cara Penulisan Bongpay (Nisan) Tradisional Tionghoa Bongpay (Mu Bei = Mandarin) adalah sebutan dalam dialek Hokkian untuk papan nisan pada makam tradisional Tionghoa yang biasanya terbuat dari batu, marmer ataupun batu sejenis lainnya. Di atas bongpay biasanya terdapat tulisan-tulisan dalam karakter Han yang mengandung makna dan nilai artistik tersendiri. Bongpay biasanya selain menuliskan mengenai mendiang pemilik makam tadi, juga melambangkan bakti dari anak cucu sang mendiang. Bongpay adalah bagian terpenting dari makam tradisional Tionghoa, namun sekilas berbeda2 dalam bentuk dan cara penulisannya sesuai dengan bentuk makam yang mempunyai sedikit perbedaan dari zaman ke zaman. Di masa Dinasti Tang, bongpay diletakkan di tengah2 makam dan biasanya ada dituliskan riwayat hidup mendiang pemilik makam. Di zaman Dinasti Sung, ada pahatan gambar pada bongpay. Bentuk makam dengan bongpay di depan dan sistem penulisannya yang sekarang lumrah kita lihat adalah bentuk dan sistem penulisan mulai dari zaman Dinasti Ming dan diteruskan sampai sekarang sehingga kalau ditilik2 telah berumur lebih dari 600 tahun. Cara penulisan dan pembacaannya adalah dari kanan ke kiri dan atas ke bawah. Di bawah ini saya akan membahas sekilas tentang sistem dan susunan penulisan bongpay. Bongpay yang umumnya kita lihat adalah terdiri dari 4 bagian, yaitu Baris Kanan, Baris Tengah, Baris Horizontal (Mata Bongpay) dan Baris Kiri : * Baris Kanan Menuliskan masa dan waktu saat bongpay ini dibuat ataupun diperbaiki. Biasanya ditulis dalam tahun kekaisaran, tahun Tian Gan Di Zhi (tahun shio), musim atau bulan. Cara penulisan tidak akan saya ulas di sini karena banyak cara penulisan di masyarakat, namun harus mengikuti aturan (5n + 1) = 6, 11 karakter yang bermakna dan terpulang pada arti Lahir pada 5 karakter Lahir, Tua, Sakit, Mati dan Derita. Satu contoh adalah bongpay salah satu member di sini beberapa bulan lalu, di mana bongpay leluhurnya dibuat pada musim gugur (sekitar bulan 9) tahun 1897 dituliskan menjadi Guang Xi tahun 23, Ding You Shui (tahun shio ayam), musim gugur. Ada pula yang menulis sampai kepada hitungan bulan. * Baris Tengah Menuliskan tentang nama dan status selama hidup mendiang. Di zaman Dinasti Ming dan Qing, biasanya dimulai dengan 2 karakter Huang Ming atau Huang Qing, namun pada saat sekarang ini, biasanya langsung dimulai dengan 2 karakter Xian Kao atau Xian Bi yang artinya Mendiang Ayah atau Mendiang Ibu. Baris tengah ini lalu diakhiri dengan karakter Mu atau Zhi Mu yang artinya Makam atau Yang Punya Makam Status dan kedudukan dalam masyarakat selama hidupnya juga boleh dituliskan di sini. Seperti gelar kesarjanaan yang didapat melalui ujian maupun sumbangan ke kekaisaran, ataupun pernah menjadi pejabat di daerah tertentu. Jumlah karakter di sini harus menurut aturan (5n + 2) = 7, 12, 17, 22 karakter untuk memenuhi makna Tua pada 5 kata tadi. * Mata Bongpay Mata Bongpay adalah baris yang horizontal yang biasanya hanya terdiri dari 2 karakter. Biasanya bertuliskan : * Daerah (kabupaten kuno) di mana marga atau keluarga mendiang berasal, misalnya marga Huang adalah Jiang Xia, marga Zhang adalah Qing He deelel. * Peristiwa besar mengenai marga atau keluarga mendiang, misalnya marga Jiang adalah Liu Gui dikarenakan sebagian keturunan marga Jiang adalah bersaudara kandung dengan marga Wang (bukan Wang raja), Weng, Fang, Gong, Hong sejak zaman Dinasti Sung. Marga Guo adalah Fen Yang, marga Lin adalah Wen Li deelel. * Jumlah generasi mendiang dalam silsilah keluarganya yang ditandai dengan karakter yang tidak sama namun berurutan setiap generasi membentuk suatu kata panjang yang mempunyai makna. * Kampung halaman, misalnya orang2 Tionghoa perantauan ada yang menuliskan tempat dari mana mereka berasal seperti Chao Zhou (Tio Chiu), Fu Zhou (Hok Chiu), Quan Zhou (Cuan Chiu) deelel. * Baris Kiri Menuliskan siapa yang membuat bongpay tersebut yang biasanya adalah anak dan cucu mendiang. Ada yang menuliskan nama dari anak laki2 dan cucu dalam (anak dari anak laki2), ada pula yang cuma menuliskan beberapa karakter sebagai pengganti nama anak dan cucu dalam mendiang. Bagi yang tidak punya anak laki2 biasanya menuliskan dibuat oleh anak perempuan. Jumlah karakter memenuhi aturan (5n + 1) karakter. Demikianlah sekilas tata cara dan arti penulisan dari bongpay yang lumrah kita lihat dalam makam tradisional Tionghoa. Sekarang ini, di beberapa negara yang kekurangan lahan, cara pemakaman yang dipopulerkan pemerintah adalah dengan pembakaran dan kemudian ditempatkan dalam rumah abu. Di sini, setiap abu jenazah mempunyai bilik2 tersendiri dan bongpay-nya otomatis juga
[budaya_tionghua] Re: Bagian-bagian dari kuburan orang Tionghoa
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, perfect_harmony2000 [EMAIL PROTECTED] wrote: Sdr.semua, sdr.Rinto dan sdr.King Hian sudah menuliskan bagaimana penulisan batu nisan. Untuk melengkapinya, saya mencoba menggambarkan bagian-bagian dari kuburan. Sayangnya saya tidak memiliki photo kuburan, semoga tidak ada yang bingung. Saya bagi dahulu kuburan itu menjadi 2 bagian. Yang pertama adalah mu qiu atau tempat dimana peti jenazah dikuburkan. Mu gui ( cat: artikan saja bukit kuburan )saya sebut bagian pertama untuk tidak membingungkan. Bagian ke dua itu terdiri dari beberapa bagian. Kemudian ada tembok yang mengelilingi mu gui, bagian depan disekeliling dibelakang batu nisan disebut mu an qian kao ( cat:artikan tembok yang mengelilingi peti jenazah dikuburkan ) dan dibagian belakang disebut mu an hou kao. Tepat dibelakang batu nisan, disebut mu jian atau bahu. Didepan batu nisan ada meja. Jika kita ke kuburan orang Tionghoa, kita bisa lihat di sisi kiri dan kanan depan batu nisan ada bangunan atau tembok yang mengelilingi ruang di depan batu nisan. Bangunan itu disebut qu shou ( cat : artinya adalah lekukan tangan ) dan kadang disebut mu shou atau tangan kuburan. Kemudian ada altar untuk Hou Tu ( cat : Ratu Bumi atau bunda bumi ). Jika tidak ada altar Ratu Bumi biasanya digantikan dengan altar Tudi gong ( cat: kakek bumi ) atau Fushen ( cat: dewa rejeki ). Paling depan dibagian ke dua adalah mucheng atau tembok yang membatasi kuburan ( cat: wilayah yin ) dengan tempat diluar. Kuburan yang tidak ada mu an, tetap memiliki mu shou. Ini melambangkan yang meninggal itu tetap menjadi satu bagian dari keluarga yang ditinggalkan. Mucheng dibuat karena berdasarkan keyakinan bahwa 2 dunia itu memiliki pembatas. Fungsi mu an semacam benteng dari erosi tanah yang disebabkan oleh hujan dan bentuk kuburan yang bulat sebenarnya memiliki fungsi sebagai pembuangan air. Untuk ukuran kuburan, biasanya menggunakan meteran fengshui. Meteran fengshui ini sebenarnya terbagi 2 bagian yaitu meteran Wengong dan meteran Dinglan. Meteran yang digunakan untuk kuburan adalah meteran Dinglan. Menurut kepercayaan Tiongkok purba, manusia yang meninggal adalah Yin dan kembali ke Yin atau bumi. Dan bumi direpresentasikan sebagai Ratu atau Bunda. Hormat saya, Xuan Tong PS : Saya harap jika ada kawan-kawan yang memiliki photo kuburan Tionghoa yang seperti saya gambarkan diatas boleh kirimkan kepada saya, sehingga saya bisa mengupload gambar tersebut lengkap dengan keterangan yang rinci.
Re: RE: [budaya_tionghua] kembali ke budaya, bosen debat kusir
Kalau bicara abstrak boleh2 saja, kalau bicara secara filsofis bisa saja membenarkan relativitas, tapi kalau bicara konkrit pada kasus perkasus apa tetap bisa seperti itu? Apakah karena anda merelatifkan baik jahat, benar salah, anda mau menegaskan invasi Jepang di Tiongkok, Korea, Indonesia dan asia Tenggara tidak bisa dinilai benar salah? apakah pembantaian Nanjing, Romusa dan Yugen nanfu tidak bisa dinilai jahat? Apakah pembantaian kaum Yahudi oleh Jerman tidak bisa dinilai baik atau jahat, tergantun sapa yang menang? Apakah tuntutan kaum refomasi agar Suharto diadili tidak ada dasar moral? penculikan dan penghilangan aktivis juga tergantung dari mana kita memandang? Lagi, contoh orang yang meninggal secara wajar tak bisa disejajarkan dng orang yang meninggal karena dibunuh. apakah anekdot kaum Dao dibawah pantas anda ajukan ke Suciwati, istri Munir? berharap dia merelakan kematian suaminya, tak usah menuntut pengusutan siapa otak pembunuhan? - Original Message - From: Prometheus [EMAIL PROTECTED] To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Friday, December 21, 2007 7:32 AM Subject: RE: RE: [budaya_tionghua] kembali ke budaya, bosen debat kusir Mengikuti diskusi thread ini, ada 2 cerita yang saya ingat: (1) Ratapan Qin Shi --- Ketika Lao Zi menginggal, Qin Shi datang pada waktu penguburannya. Ia mengucapkan tiga seruan, kemudian berlalu. Seseorang bertanya Bukankah tuan teman Guru? Pantaskah tuan meratapinya seperti itu ?. Qin Shi menjawab Bagi saya cukup meratapinya sedikit saja. Lao Zi datang, karena memang waktunya ia berbuat demikian. Ia pergi karena ia mengikuti kehendak alam. Hidup pada waktunya dan pergi dengan kehendaknya. Jadi, saya tidak perlu berduka cita karena itu Ketika pengikut Lao Zi mendengar ini, mereka menghentikan ratapannya. (2) Istri Zhuang Zi meninggal - Ketika istri Zhuang Zi meninggal, Hui Zi datang dan mengucapkan bela sungkawa, tapi dilihatnya Zhuang Zi sedang bermain tambur dan menyanyi. Hui Zi bertanya Istrimu yang mengurus rumah tangga. Sekarang setelah ia meninggal kamu tidak menangis, malah bermain tambur dan bernyanyi. Ini keterlaluan! Zhuang Zi menjawab Bukan begitu. Mulanya, ketika ia meninggal, saya sema sekali tidak merasakan apa-apa. Kemudian saya merenung:Pada awalnya manusia itu tidak dilahirkan untuk hidup, tidak memiliki bentuk tubuhdan kekuatan vital. Dalam proses perubahaan alami, ada tenaga vital, lalu bentuk tubuh dan kelahiran dan kehidupan. Sekarang terjadi perubahan. Hubungan kejadian-kejadian ini seperti perputaran musim. Ia sekarang telah beristirahat di alam lain. Bila saya bersedih dan meratap, saya seperti orang yang tidak tahu terjadinya proses alam. Karena itu saya berhenti menangis. --- Baik dan jahat? Banyak peperangan yang disebabkan karena orang sok merasa lebih baik dan asal menuduh orang lain lebih jahat. Bukankah seperti itu ? Yang kemarin merasa lebih baik karena sudah menyerang dan membasmi orang yang dianggap lebih jahat, akan kemudian selanjutnya di-cap jahat oleh orang lain lagi yang merasa lebih baik. Begitu seterusnya. Jika demikian, apa bedanya dengan menang dan kalah ? Prometheus -Original Message- Ternyata Uly juga berpikir sama ( pantesan bersemangat membela yang benar ), bahwa Jepang tidak salah menginvasi Tiongkok dan Asia Tenggara? sehingga tidak perlu mengaku salah? Astaga! inilah yang saya sebut : orang2 penganut hukum rimba! tahunya cuman menang kalah, kuat lemah, sudah mengabaikan benar salah, baik buruk. sudah mengabaikan nilai2 kemanusiaan! ( -sekali lagi mengelus dada-sambil begidik ) Dalam perang, yang menginvasi jelas adalah pihak yang salah, yang meakukan pembantaian rakyat sipil adalah jahat, telepas dia menang kalah! Tingkah Amerika di Irak pun bisa kita kategorikan seperti ini. No virus found in this outgoing message. Checked by AVG Free Edition. Version: 7.5.503 / Virus Database: 269.17.5/1190 - Release Date: 19/12/2007 7:37 PM .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :. Yahoo! Groups Links .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED]
Re: RE: [budaya_tionghua] kembali ke budaya, bosen debat kusir
Kalau bicara abstrak boleh2 saja, kalau bicara secara filsofis bisa saja membenarkan relativitas, tapi kalau bicara konkrit pada kasus perkasus apa tetap bisa seperti itu? Apakah karena anda merelatifkan baik jahat, benar salah, anda mau menegaskan invasi Jepang di Tiongkok, Korea, Indonesia dan asia Tenggara tidak bisa dinilai benar salah? apakah pembantaian Nanjing, Romusa dan Yugen nanfu tidak bisa dinilai jahat? Apakah pembantaian kaum Yahudi oleh Jerman tidak bisa dinilai baik atau jahat, tergantun sapa yang menang? Apakah tuntutan kaum refomasi agar Suharto diadili tidak ada dasar moral? penculikan dan penghilangan aktivis juga tergantung dari mana kita memandang? Lagi, contoh orang yang meninggal secara wajar tak bisa disejajarkan dng orang yang meninggal karena dibunuh. apakah anekdot kaum Dao dibawah pantas anda ajukan ke Suciwati, istri Munir? berharap dia merelakan kematian suaminya, tak usah menuntut pengusutan siapa otak pembunuhan? - Original Message - From: Prometheus [EMAIL PROTECTED] To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Friday, December 21, 2007 7:32 AM Subject: RE: RE: [budaya_tionghua] kembali ke budaya, bosen debat kusir Mengikuti diskusi thread ini, ada 2 cerita yang saya ingat: (1) Ratapan Qin Shi --- Ketika Lao Zi menginggal, Qin Shi datang pada waktu penguburannya. Ia mengucapkan tiga seruan, kemudian berlalu. Seseorang bertanya Bukankah tuan teman Guru? Pantaskah tuan meratapinya seperti itu ?. Qin Shi menjawab Bagi saya cukup meratapinya sedikit saja. Lao Zi datang, karena memang waktunya ia berbuat demikian. Ia pergi karena ia mengikuti kehendak alam. Hidup pada waktunya dan pergi dengan kehendaknya. Jadi, saya tidak perlu berduka cita karena itu Ketika pengikut Lao Zi mendengar ini, mereka menghentikan ratapannya. (2) Istri Zhuang Zi meninggal - Ketika istri Zhuang Zi meninggal, Hui Zi datang dan mengucapkan bela sungkawa, tapi dilihatnya Zhuang Zi sedang bermain tambur dan menyanyi. Hui Zi bertanya Istrimu yang mengurus rumah tangga. Sekarang setelah ia meninggal kamu tidak menangis, malah bermain tambur dan bernyanyi. Ini keterlaluan! Zhuang Zi menjawab Bukan begitu. Mulanya, ketika ia meninggal, saya sema sekali tidak merasakan apa-apa. Kemudian saya merenung:Pada awalnya manusia itu tidak dilahirkan untuk hidup, tidak memiliki bentuk tubuhdan kekuatan vital. Dalam proses perubahaan alami, ada tenaga vital, lalu bentuk tubuh dan kelahiran dan kehidupan. Sekarang terjadi perubahan. Hubungan kejadian-kejadian ini seperti perputaran musim. Ia sekarang telah beristirahat di alam lain. Bila saya bersedih dan meratap, saya seperti orang yang tidak tahu terjadinya proses alam. Karena itu saya berhenti menangis. --- Baik dan jahat? Banyak peperangan yang disebabkan karena orang sok merasa lebih baik dan asal menuduh orang lain lebih jahat. Bukankah seperti itu ? Yang kemarin merasa lebih baik karena sudah menyerang dan membasmi orang yang dianggap lebih jahat, akan kemudian selanjutnya di-cap jahat oleh orang lain lagi yang merasa lebih baik. Begitu seterusnya. Jika demikian, apa bedanya dengan menang dan kalah ? Prometheus -Original Message- Ternyata Uly juga berpikir sama ( pantesan bersemangat membela yang benar ), bahwa Jepang tidak salah menginvasi Tiongkok dan Asia Tenggara? sehingga tidak perlu mengaku salah? Astaga! inilah yang saya sebut : orang2 penganut hukum rimba! tahunya cuman menang kalah, kuat lemah, sudah mengabaikan benar salah, baik buruk. sudah mengabaikan nilai2 kemanusiaan! ( -sekali lagi mengelus dada-sambil begidik ) Dalam perang, yang menginvasi jelas adalah pihak yang salah, yang meakukan pembantaian rakyat sipil adalah jahat, telepas dia menang kalah! Tingkah Amerika di Irak pun bisa kita kategorikan seperti ini. No virus found in this outgoing message. Checked by AVG Free Edition. Version: 7.5.503 / Virus Database: 269.17.5/1190 - Release Date: 19/12/2007 7:37 PM .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :. Yahoo! Groups Links .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED]
RE: RE: [budaya_tionghua] kembali ke budaya, bosen debat kusir
-Original Message- From: budaya_tionghua@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Skalaras ZFY: Apakah karena anda merelatifkan baik jahat, benar salah, anda mau menegaskan invasi Jepang di Tiongkok, Korea, Indonesia dan asia Tenggara tidak bisa dinilai benar salah? apakah pembantaian Nanjing, Romusa dan Yugen nanfu tidak bisa dinilai jahat? Prom: Bisa. Pembantain Nanjing, Romusa, dll, bisa dinilai jahat. Bisa juga dinilai baik, tergantung siapa yang melihat. ZFY: Apakah pembantaian kaum Yahudi oleh Jerman tidak bisa dinilai baik atau jahat, tergantun sapa yang menang? Prom: Bisa dinilai baik atau jahat. Tergantung siapa yang melihat (bukan tergantung siapa yang menang). Point yang ingin saya sampaikan bukanlah mengenai emphaty (apalagi sampai urusan mati wajar atau tidak wajar), tapi adalah memberikan ilustrasi bahwa kita sering menilai (men-judge) orang lain dengan nilai kita sendiri (seperti yang dilakukan oleh murid Lao Zi dan Hui Zi dalam kisah dibawah, ketika mereka berkomentar terhadap Qin Shi dan Zhuang Zi). Lebih jauh lagi, menilai diri sendiri lebih unggul/lebih baik (atau mengganggap orang lain lebih jahat), sering dijadikan dasar(atau alasan) untuk melakukan invasi/penyerangan/pembunuhan. Good vs Evil sering dijadikan alasan berperang. Ironi? Seperti gambar karikatur dari sebuah majalah Indonesia terbitan tahun 1972, yang baru saja saya baca. Digambarkan seorang wanita Vietnam yang sedang duduk sambil melambaikan tangan. Pertama, dituliskan Greetings, French Liberators!, kemudian dilanjutkan dengan Greetings, Nationalist Liberators! , kemudian Greetings, Viet Cong Liberators! dimana wanitanya digambarkan semakin menua, dilanjutkan lagi dengan Greetings, American Liberators!, lalu Greetings, Government liberators!, kemudian ditutup dengan Greetings, North Vietnamese Liberators! dimana wanita nya hanya mampu menekuk sikunya untuk melambaikan tangannya yang sudah keriput. - Original Message - From: Prometheus [EMAIL PROTECTED] Mengikuti diskusi thread ini, ada 2 cerita yang saya ingat: (1) Ratapan Qin Shi --- Ketika Lao Zi menginggal, Qin Shi datang pada waktu penguburannya. Ia mengucapkan tiga seruan, kemudian berlalu. Seseorang bertanya Bukankah tuan teman Guru? Pantaskah tuan meratapinya seperti itu ?. Qin Shi menjawab Bagi saya cukup meratapinya sedikit saja. Lao Zi datang, karena memang waktunya ia berbuat demikian. Ia pergi karena ia mengikuti kehendak alam. Hidup pada waktunya dan pergi dengan kehendaknya. Jadi, saya tidak perlu berduka cita karena itu Ketika pengikut Lao Zi mendengar ini, mereka menghentikan ratapannya. (2) Istri Zhuang Zi meninggal - Ketika istri Zhuang Zi meninggal, Hui Zi datang dan mengucapkan bela sungkawa, tapi dilihatnya Zhuang Zi sedang bermain tambur dan menyanyi. Hui Zi bertanya Istrimu yang mengurus rumah tangga. Sekarang setelah ia meninggal kamu tidak menangis, malah bermain tambur dan bernyanyi. Ini keterlaluan! Zhuang Zi menjawab Bukan begitu. Mulanya, ketika ia meninggal, saya sema sekali tidak merasakan apa-apa. Kemudian saya merenung:Pada awalnya manusia itu tidak dilahirkan untuk hidup, tidak memiliki bentuk tubuhdan kekuatan vital. Dalam proses perubahaan alami, ada tenaga vital, lalu bentuk tubuh dan kelahiran dan kehidupan. Sekarang terjadi perubahan. Hubungan kejadian-kejadian ini seperti perputaran musim. Ia sekarang telah beristirahat di alam lain. Bila saya bersedih dan meratap, saya seperti orang yang tidak tahu terjadinya proses alam. Karena itu saya berhenti menangis. --- Baik dan jahat? Banyak peperangan yang disebabkan karena orang sok merasa lebih baik dan asal menuduh orang lain lebih jahat. Bukankah seperti itu ? Yang kemarin merasa lebih baik karena sudah menyerang dan membasmi orang yang dianggap lebih jahat, akan kemudian selanjutnya di-cap jahat oleh orang lain lagi yang merasa lebih baik. Begitu seterusnya. Jika demikian, apa bedanya dengan menang dan kalah ? Prometheus -Original Message- Ternyata Uly juga berpikir sama ( pantesan bersemangat membela yang benar ), bahwa Jepang tidak salah menginvasi Tiongkok dan Asia Tenggara? sehingga tidak perlu mengaku salah? Astaga! inilah yang saya sebut : orang2 penganut hukum rimba! tahunya cuman menang kalah, kuat lemah, sudah mengabaikan benar salah, baik buruk. sudah mengabaikan nilai2 kemanusiaan! ( -sekali lagi mengelus dada-sambil begidik ) Dalam perang, yang menginvasi jelas adalah pihak yang salah, yang meakukan pembantaian rakyat sipil adalah jahat, telepas dia menang kalah! Tingkah Amerika di Irak pun bisa kita kategorikan seperti ini. No virus found in this outgoing message. Checked by AVG Free Edition. Version: 7.5.503 / Virus Database: 269.17.5/1190 - Release Date: 19/12/2007 7:37 PM .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Website
Re: Re: RE: [budaya_tionghua] kembali ke budaya, bosen debat kusir
Salah satu bentuk Debat kusir: Ketika kita sedang bicara kelakuan buruk Jepang, yang diskusi tidak mengiyakan atau membantah, tapi berkelit, mencoba memperlebar masalah, mengalihkan fokus. dengan cara mempertanyakan mengapa tak membahas kelakuan buruk Stalin di Rusia dan revolusi kebudayaan di RRT ! Apakah hubungannya? apakah kelakuan Stalin menyebabkan Jepang menginvasi Indonesia? apakah revolusi kebudayaan menyebabkan pembantaian Nanjing? semakin Absurd -- - Original Message - From: Liquid Yahoo To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Thursday, December 20, 2007 8:28 PM Subject: OOT: Re: RE: [budaya_tionghua] kembali ke budaya, bosen debat kusir Ya memang debate kusir kalo sampe anda bilang ngelus dada, kecuali anda perempuan maka si dada ga bakalan marah, tapi dada ini khan laki2 tulen menurut KTPnye. Emang sebaiknya focus saja, jangan melenceng sampe nulis keluarga dekat anda atau anda sendiri, atau tulisan Ngelus dada itu ilmu ngeles namanya Dan topicnye bener2 salah, seharusnye kemaren2 ditulis Kembali ke millis, ayo debate kusir, hehehehe - Original Message - From: Skalaras [EMAIL PROTECTED] To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Thursday, 20 December, 2007 13:24 Subject: Re: RE: [budaya_tionghua] kembali ke budaya, bosen debat kusir Ini sih debat kusir! Sayang, karena berprasangka buruk thd saya, anda terpaksa mengeluarkan serangkaian pernyataan2 yang melebar tak karuan, yang akhirnya tak bisa anda pertanggung jawabkan sendiri!!! karena saya mengkritik Jepang, anda terpaksa membela Jepang dng cara berbelit2, karena saya memuji rakyat Jerman, anda berusaha membantah dng menyatakan rakyat Jerman tdk rela dan diindoktriasi. - Fokus kita adalah empati terhadap korban! mengapa anda belokkan menjadi simpati thd sang penyebab derita? - di contoh kecelakaan, kita tidak bicara penyebab kecelakaan. karena fokusnya bukan kesitu - dalam kasus perang dunia ke 2, sudah jelas kejahatan Hitler dan militer jepang. apa alasan kita untuk bersimpati thd mereka? - Original Message - From: Dada To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Wednesday, December 19, 2007 10:02 PM Subject: OOT: RE: [budaya_tionghua] kembali ke budaya, bosen debat kusir Quote Anda tak akan berkata demikian jika keluarga dekat anda atau anda sendiri yang menjadi korban langsung!..(1) Memangnya untuk memahami penderitaan orang lain kita sendiri yang harus menjadi korban? ini pertanyaan yang semakin absurd!.(2) Dialog : Si A anaknya mati kecelakaan, dia mendapat ganti rugi material yang besar. tapi dia tetap sedih, tak bisa melupakan hal ini. Si B berkomentar ringan: mengapa masih bersedih? toh udah dapat ganti rugi, yang gedenya bisa untuk membeli rumah. Si C menyanggah : Anda tak akan berkata demikian jika anda sendiri yang kehilangan anak kesayangan. Si B balik bertanya : apa anda sendiri pernah kehilangan anak? kok berani bilang begitu? Si C berkata : Saya tak seperti anda, saya belajar menjadi orang yang peka, yang punya kepedulian sosial tinggi, meskipun saya tak mengalami sendiri, saya belajar memahami penderitaan orang lain. saya kira, semua orang yang memiliki nurani tak perlu menjadi korban untuk bisa merasakan penderitaan orang lain. Si B menangkis : Orang yang menabrak anak itu mungkin tidak sengaja melakukannya ,akan tetapi anda telah dengan sengaja menabrak harga diri saya dengan menyebut diri saya tidak peka? Si C mengernyit : Loh anda kok jadi balik menuduh saya? Si B menegaskan: Dengan bermodalkan segelintir pertanyaan anda mengklaim diri anda peka. Anda bilang anda belajar memahami penderitaan orang lain, akan tetapi saat belajar anda telah berlagak menjadi guru? Ada spirit kesombongan dalam diri anda. Si C melompat : Saya tidak seperti anda !!! Si B tersenyum : Anda tidak akan berkata demikian jika anda pelakunya yang menabrak anak si A! Si C mulai berkerut dahi: Loh Loh Memangnya kalau saya pelakunya saya tidak bisa memahami penderitaan orang lain menjadi korban? Kenapa saya harus merasa dihantui perasaanbersalah, Saya toh bisa saja memberi ganti rugi , yang gedenya bisa untuk membeli rumah Si B tersenyum terkekeh2 :hihihihihi Robby Wirdja From: budaya_tionghua@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Skalaras Sent: Wednesday, December 19, 2007 1:35 PM To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: Re: [budaya_tionghua] kembali ke budaya, bosen debat kusir Mungkin harus dibuat ilustrasi nyata, mirip sebuah anekdot, untuk menjelaskan dua pernyataan dibawah: Si A anaknya mati kecelakaan, dia mendapat ganti rugi material yang besar. tapi dia tetap sedih, tak bisa
Re: RE: [budaya_tionghua] kembali ke budaya, bosen debat kusir
Kalau bicara abstrak boleh2 saja, kalau bicara secara filsofis bisa saja membenarkan relativitas, tapi kalau bicara konkrit pada kasus perkasus apa tetap bisa seperti itu? Apakah karena anda merelatifkan baik jahat, benar salah, anda mau menegaskan invasi Jepang di Tiongkok, Korea, Indonesia dan asia Tenggara tidak bisa dinilai benar salah? apakah pembantaian Nanjing, Romusa dan Yugen nanfu tidak bisa dinilai jahat? Apakah pembantaian kaum Yahudi oleh Jerman tidak bisa dinilai baik atau jahat, tergantun sapa yang menang? Apakah tuntutan kaum refomasi agar Suharto diadili tidak ada dasar moral? penculikan dan penghilangan aktivis juga tergantung dari mana kita memandang? Lagi, contoh orang yang meninggal secara wajar tak bisa disejajarkan dng orang yang meninggal karena dibunuh. apakah anekdot kaum Dao dibawah pantas anda ajukan ke Suciwati, istri Munir? berharap dia merelakan kematian suaminya, tak usah menuntut pengusutan siapa otak pembunuhan? - Original Message - From: Prometheus [EMAIL PROTECTED] To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Friday, December 21, 2007 7:32 AM Subject: RE: RE: [budaya_tionghua] kembali ke budaya, bosen debat kusir Mengikuti diskusi thread ini, ada 2 cerita yang saya ingat: (1) Ratapan Qin Shi --- Ketika Lao Zi menginggal, Qin Shi datang pada waktu penguburannya. Ia mengucapkan tiga seruan, kemudian berlalu. Seseorang bertanya Bukankah tuan teman Guru? Pantaskah tuan meratapinya seperti itu ?. Qin Shi menjawab Bagi saya cukup meratapinya sedikit saja. Lao Zi datang, karena memang waktunya ia berbuat demikian. Ia pergi karena ia mengikuti kehendak alam. Hidup pada waktunya dan pergi dengan kehendaknya. Jadi, saya tidak perlu berduka cita karena itu Ketika pengikut Lao Zi mendengar ini, mereka menghentikan ratapannya. (2) Istri Zhuang Zi meninggal - Ketika istri Zhuang Zi meninggal, Hui Zi datang dan mengucapkan bela sungkawa, tapi dilihatnya Zhuang Zi sedang bermain tambur dan menyanyi. Hui Zi bertanya Istrimu yang mengurus rumah tangga. Sekarang setelah ia meninggal kamu tidak menangis, malah bermain tambur dan bernyanyi. Ini keterlaluan! Zhuang Zi menjawab Bukan begitu. Mulanya, ketika ia meninggal, saya sema sekali tidak merasakan apa-apa. Kemudian saya merenung:Pada awalnya manusia itu tidak dilahirkan untuk hidup, tidak memiliki bentuk tubuhdan kekuatan vital. Dalam proses perubahaan alami, ada tenaga vital, lalu bentuk tubuh dan kelahiran dan kehidupan. Sekarang terjadi perubahan. Hubungan kejadian-kejadian ini seperti perputaran musim. Ia sekarang telah beristirahat di alam lain. Bila saya bersedih dan meratap, saya seperti orang yang tidak tahu terjadinya proses alam. Karena itu saya berhenti menangis. --- Baik dan jahat? Banyak peperangan yang disebabkan karena orang sok merasa lebih baik dan asal menuduh orang lain lebih jahat. Bukankah seperti itu ? Yang kemarin merasa lebih baik karena sudah menyerang dan membasmi orang yang dianggap lebih jahat, akan kemudian selanjutnya di-cap jahat oleh orang lain lagi yang merasa lebih baik. Begitu seterusnya. Jika demikian, apa bedanya dengan menang dan kalah ? Prometheus -Original Message- Ternyata Uly juga berpikir sama ( pantesan bersemangat membela yang benar ), bahwa Jepang tidak salah menginvasi Tiongkok dan Asia Tenggara? sehingga tidak perlu mengaku salah? Astaga! inilah yang saya sebut : orang2 penganut hukum rimba! tahunya cuman menang kalah, kuat lemah, sudah mengabaikan benar salah, baik buruk. sudah mengabaikan nilai2 kemanusiaan! ( -sekali lagi mengelus dada-sambil begidik ) Dalam perang, yang menginvasi jelas adalah pihak yang salah, yang meakukan pembantaian rakyat sipil adalah jahat, telepas dia menang kalah! Tingkah Amerika di Irak pun bisa kita kategorikan seperti ini. No virus found in this outgoing message. Checked by AVG Free Edition. Version: 7.5.503 / Virus Database: 269.17.5/1190 - Release Date: 19/12/2007 7:37 PM .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :. Yahoo! Groups Links .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED]
[budaya_tionghua] [ADMIN] Hentikan Segera Debat Kusir
Saudara Robby dan saudara Zhou serta saudari Ulysee, Mohon segera hentikan debat kusir dan tidak berguna. Atau anda bertiga terpaksa dikarantina kembali. Moderator
[budaya_tionghua] Re: BAGAI MANA SEBENARNYA TATA CARA MEMBUAT KUBURANBONGPAY?.
Sdr.Liang dan sdr.Tony, Sdr.Tony, saya bukan pakar disini, tapi ijinkanlah saya mencoba menjawab dengan pengetahuan saya yang masih rendah ini. Sdr.Liang, mengenai bongpai yang menggunakan salib, menurut saya wajar saja sesuai dengan keyakinan anda. Meja yang ada di kuburan, saya beranggapan itulah ciri khas budaya Tionghoa yang salah satunya berkaitan dengan makanan. Jadi tidak aneh jika kepada yang meninggal juga mereka melakukan penghormatannya dengan makanan, yang mana sebenarnya sama saja dengan karangan bunga. Mungkin bedanya adalah, makanan masih bisa dimakan oleh orang hidup tapi karangan bunga akan menjadi layu. Tapi benturan budaya yang terkadang dikaitkan dengan dogma membuat tidak mau melirik atau melihat arti makanan dalam budaya Tionghoa. Dogma yang mereka kumandangkan juga sebenarnya tidak lepas dari budaya tempat dogma itu berasal. Jadi dalam pandangan saya, sah-sah saja jika anda mau menggunakan meja, menaruh makanan bahkan dengan dupa sekalipun. Asal anda menyadari makna-maknanya tentunya. Jika ada orang yang tidak tahu maknanya tapi hanya ikut-ikutan saja, itu sama saja seperti membeo tapi tidak tahu apa yang diucapkan. Jika ada orang yang menyindir atau memandang rendah cara-cara itu tapi tidak tahu maknanya, sama saja seperti menampar orang lain tanpa sebab. Hormat saya, Xuan Tong --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Tony Setiabudhi [EMAIL PROTECTED] wrote: MOHON DITANGGAPI OLEH PAKAR; Karena ini penting utk melestarikan BUDAYA Bhakti terhadap LELUHUR TQ Tony S - Original Message From: liang.tjoa [EMAIL PROTECTED] To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Wednesday, December 19, 2007 6:33:27 PM Subject: [budaya_tionghua] BAGAI MANA SEBENARNYA TATA CARA MEMBUAT KUBURANBONGPAY?. Mohon informasi dari saudara2 di milis ini tentang bagaimana sebenarnya syarat2 dasar dalam membangun kuburan dengan mengikuti tradisi tionghoa, Umumnya sekarang aksara chinese sudah dilupakan dalam menulis nama kita, juga anak2 kita yang telah wni mempunyai nama chinese hanya sekedar panggilan di rumah, dalam hal formal tentu pakai chritine, abraham, paul, etc. saya pernah di beritahu bahwa menulis nama di Bongpay pakai aksara chinese, dengan jumlah ganjil dsbnya Sekarang dengan mengingat kondisi dan situasi, yang ada di hadapan kita, apakah tradisi kuburan tionghoa itu bisa kita terapkan dengan mengadakan modifikasi?? ? Juga yang menjadi kendala , kalau agamanya alm adalah kristen , apakah mungkin kita menggambarkan salib , dsbnya di bongpay, sedangkan keinginan kita membuat kuan dengan meja dllnya. Sekian dulu , terima kasih Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]
[budaya_tionghua] Perdebatan tiada pangkal
Sdr.semua, saya membaca beberapa posting yang masuk dan terus terang tidak semua posting saya baca. Ada beberapa postingan yang bertujuan menghentikan debat kusir tapi berujung debat kusir. Kebaikan dan kejahatan merupakan 2 sisi mata uang, seperti dalam Taoism dikatakan bahwa kita tidak akan tahu yang mana yang jahat jika tidak ada yang baik. Perang merupakan suatu petaka bagi kemanusiaan tapi dibalik itu juga ada berkah bagi kemanusiaan. Dengan perang, manusia bisa menghasilkan inovasi-inovasi baru, juga dengan melihat dampak akibat perang manusia bisa memajukan diri atau tingkat spiritual mereka. Tapi dalam perang, seganas-ganasnya perang, ada orang-orang yang tergerak hatinya untuk memperbaiki keadaan. Sejak jaman dahulu, kesadisan akibat perang atau peperangan yang membawa dan meninggalkan derai airmata selalu ada. Para tawanan perang pada jaman Shang harus menahan sakit ketika satu kaki mereka dipotong dan dipasang kaki besi sebagai rantai mereka. Bangsa Amalek, jika masih ada, akan marah akibat perlakuan buas bangsa Yahudi. Orang Jerman pada masa PD II juga akan marah kepada Sekutu yang dengan moral perang, tidak membombardir daerah atau zona sipil. Moralitas perang dengan tidak mengorbankan sipil atau menghangtam rakyat sipil seperti yang dikumandangkan itu hanya bisa dilihat dalam film-film.Kenyataannya tidak seperti itu. Dampak perang memang buruk dan perang dari sejak adanya peradaban manusia terbentuk hingga musnahnya peradaban pasti selalu ada. Derai mata korban baik dari pelaku agresi maupun korban selalu ada. Selama manusia dengan budayanya dan akalnya masih didera rasa tamak, keinginan memperluas wilayah, menjual hasil industrinya, menjaga pasokan energi, perang masih akan ada. Ketika perang dikobarkan, mereka para otak pelaku perang memerlukan suatu dogma atau propaganda untuk melegalkan tindakan mereka. Kita tidak perlu terkejut ketika Hitler mengumandangkan gerakan anti Yahudi ( cat: sebenarnya anti ras non Aria ) dan membuat propaganda bahwa Yahudilah biang keladi kerusakan ekonomi Jerman, Yahudilah yang menusuk Jerman waktu Perang Dunia ke 2. Atau Jepang yang mengobarkan kebencian terhadap orang Tionghoa dikalangan tentara Jepang. Tentara Jepang diindoktrinasi bahwa orang Tionghoa adalah kecoak, ras rendah, pantas dibantai dan sebagainya. Perang Boxer, yang mana pihak yang dibantai pada masa itu menganggap para boxer adalah bajingan. Kita bisa melihat bahwa hal itu juga sebenarnya menimpa diri kita. Memandang rendah orang lain, tidak memikirkan apa yang telah dilakukan, menilai orang lain menurut persepsi kita sendiri. Kita tidak pernah mencoba menilai secara netral, atau jika mau kita sebut netral juga tetap dari kacamata kita sendiri. Kita bisa mencoba berempati pada pihak korban, tapi kita tidak pernah sadar apakah empati itu benar-benar timbul dari hati kita sendiri atau sudah ditanamkan kebencian ? Begitu pula mereka yang menihilkan atau mencoba menghapuskan kenyataan pahit sejarah, mereka seolah-olah bersikap memahami tanpa berpikir untuk berempati kepada para korban. Teringat ketika kasus Mei 98 yang lalu, ada seorang pemuka agama yang mengatakan bahwa itu adalah akibat atau buah pada masa lampau. Terdengar bijaksana tapi apakah bijaksana ? Mau mencoba melihat penyebabnya ? Mungkin itu langkah yang bijaksana. Dengan melihat penyebab, mungkin kita bisa menghentikan kebrutalan atau perang di masa yang akan datang. Seperti melihat Jerman dan Jepang yang menjadi brutal pada masa perang dunia ke 2, kita perlu melihat perjanjian Versailles ( CMIIW ) pasca perang dunia ke 1. Jika kita melihat gencarnya gerakan HAMAS, kita juga perlu melihat penyebabnya. Tapi apakah dengan melihat penyebabnya, kita juga bisa menjdi bijaksana ? Pernahkah kita juga berpikir, jika dunia tanpa perang, apakah bumi ini sanggup menampung manusia ? Sanggup menurut saya. Tapi bumi tidak sanggup menampung keserakahan manusia. Jadi untuk menghindari perang adalah belajar tidak serakah. Apa mungkin ? Lihat saja sekarang ini. Sedang terjadi perang dingin perebutan sumber daya alam. Jadi sebenarnya perang juga naluri alamiah manusia yang masih terjerat keserakahan. Perang memang membuat pusing manusia dan derai air mata selalu ada. Dan Tiongkok adalah negara yang penuh dengan perang dalam sejarahnya. Baik perang saudara maupun agresi bangsa lain. Jika kita ingin berperang, perangilah ketidak adilan. Apakah dengan senjata ? Tidak perlu. Perangilah ketidak adilan dengan saling menolong, saling menghargai dan saling menghormati. Mulai darimana ? Entah saya juga tidak tahu. Hormat saya, Xuan Tong
[budaya_tionghua] Re: Chai Fu Wang Ye (Chua Hu Ong Ya) ada yang tahu sejarahnya?
Sdr.Christian, sebutan wangye ( cat: pangeran ) atau ongya banyak diberikan oleh rakyat kepada orang-orang yang dianggap berjasa. Walau demikian ada legenda yang mengkaitkan banyaknya sebutan wangye, salah satunya adalah 360 pelajar yang difitnah kemudian dibunuh di ruang bawah tanah kerajaan pada masa dinasti Tang. Sebenarnya hanya ada sekitar 120an tokoh yang kemudian disebut wangye. Chai atau Chua Ongya adalah salah satunya. Berdasarkan sejarah, beliau adalah seorang pejabat militer dan kemudian menjadi gubernur pada masa pemerintahan Qian Long. Lahir pada tahun 1738 dan bernama Cai Panlong. Beliau dilahirkan di pulau Jin Men. Semasa beliau hidup, beliau adalah seorang militer yang berjasa menjaga keamanan pulau Taiwan dari segala macam gangguan keamanan dan pemberontakan. Semasa hidupnya, beliau adalah pejabat yang sederhana, tidak korup dan memperhatikan rakyat. Bahkan ketika meninggal juga, beliau minta dikuburkan secara sederhana, tidak perlu upacara kenegaraan atau juga kuburan yang dibangun sesuai statusnya. Karena jasa-jasa beliau dan kesederhaannya serta kejujurannya semasa hidupnya, rakyat kemudian menghormatinya sebagai wangye atau pangeran. Hormat saya, Xuan Tong --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, t.chris88 [EMAIL PROTECTED] wrote: Rekan-rekan semua, Kebetulan adik bermarga Chai (Chua dalam dialek Hokkian) Adik sangat tertarik dengan Dewa Chua Hu Ong Ya sebagai Dewa Leluhur (Co Put) Marga Chua. Mungkin rekan-rekan ada yang tahu tentang sejarah atau apapun mengenai Dewa Chua Hu Ong Ya, mohon kiranya dapat berbagi informasi kepada kami. Kam Sia banyak. Salam, Christian Chua
[budaya_tionghua] Re: Perdebatan tiada pangkal
Kalau menurut saya sih mulainya persis dari yang Anda tulis, saling menghargai dan saling menghormati. Menghargai bahwa orang lain boleh berpendapat berbeda. Menghormati pendapat orang lain, tidak perlu menyerang pribadi dan mengejek-ejek. Ke-ngotot-an untuk memaksakan pendapatnya yang paling benar sendiri, bahkan dengan menggunakan kata ejekan, di dalam lingkungan yang seharusnya saling bersahabat, sungguh mengecewakan. Selamat tahun baru, semoga damai di bumi... --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, perfect_harmony2000 [EMAIL PROTECTED] wrote: Jika kita ingin berperang, perangilah ketidak adilan. Apakah dengan senjata ? Tidak perlu. Perangilah ketidak adilan dengan saling menolong, saling menghargai dan saling menghormati. Mulai darimana ? Entah saya juga tidak tahu. Hormat saya, Xuan Tong