Bls: [budaya_tionghua] NEW CHINA TOWN

2010-02-17 Terurut Topik Vheru Prayitno
Menurut saya sebutan suatu tempat berkaitan dengan sejarah dan berbagai sisi 
pandangan masa lalu bukan masa kini...bolehlah tempat-tempat baru itu disebut 
China Town baru karena penduduknya tapi tidak mungkin memutar waktu 
sejarah,seperti Toa Sebio,Cienthieyen dan klenteng  sebagai bukti sejarah 
dikawasan Glodok  dibangun ditempat baruApa kata dunia (ngikut latah hehehe)
Mohon maaf bila saya salah..
salam damai

--- Pada Sel, 16/2/10, Tjandra Ghozalli ghozalli2...@yahoo.com menulis:

Dari: Tjandra Ghozalli ghozalli2...@yahoo.com
Judul: [budaya_tionghua] NEW CHINA TOWN
Kepada: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Tanggal: Selasa, 16 Februari, 2010, 10:19 AM







 



  



  
  
  
Teruntuk para sianseng terhormat,
Owe ingin berbagi pendapat.  Selama ini Glodok, Pancoran sering disebut sebagai 
China Town atau kawasan Pecinan. Tetapi dari owe punya pandangan ini julukan 
sudah tidak tepat lagi. Karena selain Glodok Pancoran sudah banyak masuk etnis 
lain yang tinggal dan jualan disana, ada pula yang kawin campur - disana juga 
sudah sedikit yang bisa berbahasa Tionghoa. Kebanyakan dari keturunan mereka 
(seperti owe) sehari hari berbahasa Melayu pasar dicampur sedikit Hokkian.  
Sekarang owe liat, Pluit, Muara Karang, dan Pantai Indah Kapuk malah lebih 
pecinan dari Glodok. Kebetulan owe tinggal di Pantai Indah Kapuk, waktu maleman 
Sinciah boleh dibilang owe tidak bisa tidur nyenyak sebab saban menit mereka 
pasang janhwee daaar, door, daar door terus menerus selama beberapa jam tiada 
berhenti.  Kalu mau lihat pesta kembang api yang bagus menerangi langit di 
malam Sinciah sebetulnya di tempat inilah, sianseng dapat saksikan. Banyak 
rumah dihiasi
 lampion dan pernak pernik hiasan Imlek lainnya di pintu masuk. Waktu harian 
Sinciah, banyak sekiah berlarian dari rumah ke rumah famili pake baju bagus 
sambil kantongnya penuh angpao, mereka nampak gumbira sekali. Di depan beberapa 
rumah di pasang hiolo untuk adakan sembayang samkai, mereka bebas sembayang 
tanpa merasa risih, sementara lagu lagu Mandarin di setel menyambut tamu.
Di gerbang pintu masuk setiap kluster di pasangin lampion lampion. Malah di 
beberapa kluster, para satpam pake baju twikim dan topi kuncir zaman Boan, 
mereka wajib kasih ucapan Gong Xie Fat Cay kepada setiap penghuni yang mobilnya 
keluar masuk kluster seraya bersoja. Kadang para penghuni siapkan angpao buat 
para satpam tsb.  Beberapa tahun lalu barongsai bisa masuk kluster untuk kasih 
pertunjukkan pada rumah rumah yg berminat, tapi dengan alasan keamanan sekarang 
dilarang. Kalau sianseng pergi ke Modern Market PIK, kuping sering mendengar 
orang lalu lalang pake bahasa Hokkian. Para tukang sayur menyapa para ibu 
dengan I-ie dan para bapak dengan Akoh, mereka menghitung uang pake bahasa 
hokkian. Sehari sebelum Sinciah, pasar ini diserbu pengunjung. Tukang buah 
nanas, srikaya laris manis walaupun dibandrol ceban per buah!! Begitu juga 
tukang ikan (bandeng, kakap) laris manis dan tukang babi repot melayani pembeli 
yg
 tiada putus.  Di Muara Karang ada pasar terowongan , disini tiap minggu pagi 
para Akoh sehabis jalan pagi pada duduk ngeriung sambil makan bakmi dan minum 
susu kedele, bicaranya pada kenceng dan bebas dalam bahasa Hokkian.  Sekarang 
banyak orang Tiongkok (asli) datang berjualan kelontong seperti  CD bajakan 
atau pernak pernik lainnya, mereka berjalan ngider d pasar Muara Karang. Oh ya 
hampir saban malem minggu tempat makan di sepanjang Muara Karang dikunjungi 
barongsai, mereka kasih angpao kosong kepada tamu restoran untuk diisi 
sebagai upah pemain barongsai. Satu hari dan di malam hari menjelang Sinciah di 
sepanjang Muara Karang berjejer tukang janhwee harganya per kotak cepeceng tapi 
larisnya bukan main ada yang sekali beli gotiauw! (sayang duit segitu untuk 
dibakar).  Di Pluit, Muara Karang, PIK banyak baliho (papan iklan besar) 
berisikan ucapan Gong Xie Fat Cay dari pengembang properti di mana tempat
 lain tidak bisa dijumpai. Pernah ada rencana diadakan Festival Cap Go Meh 
bolak balik Muara Karang - Pluit tapi sampe sekarang belum kejadian.  Itulah 
menurut owe kawasan Pluit - Muara Karang dan PIK bakal menjadi New China Town 
menggantikan Glodok - Pancoran.  Mohon maaf kalau ada kesalahan kata, soja dari 
owe Tjandra G


  


 





 



  






  Bersenang-senang di Yahoo! Messenger dengan semua teman. Tambahkan mereka 
dari email atau jaringan sosial Anda sekarang! 
http://id.messenger.yahoo.com/invite/

Re: Bls: [budaya_tionghua] NEW CHINA TOWN

2010-02-17 Terurut Topik zhoufy
Sekarang sudah ada peneliti masalah perkotaan yg menjuluki pluit dan kelapa 
gading New Chinatown kok.
di pluit kan juga ada klenteng, sedangkan di kelapa gading meski tak ada 
klenteng tapi ada toko perlengkapan sembahyang, dan toko obat ramuan tionghoa. 
Yg paling menonjol dari ciri chinatown adalah jajaran rumah toko, bawah toko 
atas rumah. Yg mendominasi pemandangan kawasan.


Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-Original Message-
From: Vheru Prayitno pvh...@yahoo.co.id
Date: Wed, 17 Feb 2010 16:53:19 
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: Bls: [budaya_tionghua] NEW CHINA TOWN

Menurut saya sebutan suatu tempat berkaitan dengan sejarah dan berbagai sisi 
pandangan masa lalu bukan masa kini...bolehlah tempat-tempat baru itu disebut 
China Town baru karena penduduknya tapi tidak mungkin memutar waktu 
sejarah,seperti Toa Sebio,Cienthieyen dan klenteng  sebagai bukti sejarah 
dikawasan Glodok  dibangun ditempat baruApa kata dunia (ngikut latah hehehe)
Mohon maaf bila saya salah..
salam damai

--- Pada Sel, 16/2/10, Tjandra Ghozalli ghozalli2...@yahoo.com menulis:

Dari: Tjandra Ghozalli ghozalli2...@yahoo.com
Judul: [budaya_tionghua] NEW CHINA TOWN
Kepada: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Tanggal: Selasa, 16 Februari, 2010, 10:19 AM







 



  



  
  
  
Teruntuk para sianseng terhormat,
Owe ingin berbagi pendapat.  Selama ini Glodok, Pancoran sering disebut sebagai 
China Town atau kawasan Pecinan. Tetapi dari owe punya pandangan ini julukan 
sudah tidak tepat lagi. Karena selain Glodok Pancoran sudah banyak masuk etnis 
lain yang tinggal dan jualan disana, ada pula yang kawin campur - disana juga 
sudah sedikit yang bisa berbahasa Tionghoa. Kebanyakan dari keturunan mereka 
(seperti owe) sehari hari berbahasa Melayu pasar dicampur sedikit Hokkian.  
Sekarang owe liat, Pluit, Muara Karang, dan Pantai Indah Kapuk malah lebih 
pecinan dari Glodok. Kebetulan owe tinggal di Pantai Indah Kapuk, waktu maleman 
Sinciah boleh dibilang owe tidak bisa tidur nyenyak sebab saban menit mereka 
pasang janhwee daaar, door, daar door terus menerus selama beberapa jam tiada 
berhenti.  Kalu mau lihat pesta kembang api yang bagus menerangi langit di 
malam Sinciah sebetulnya di tempat inilah, sianseng dapat saksikan. Banyak 
rumah dihiasi
 lampion dan pernak pernik hiasan Imlek lainnya di pintu masuk. Waktu harian 
Sinciah, banyak sekiah berlarian dari rumah ke rumah famili pake baju bagus 
sambil kantongnya penuh angpao, mereka nampak gumbira sekali. Di depan beberapa 
rumah di pasang hiolo untuk adakan sembayang samkai, mereka bebas sembayang 
tanpa merasa risih, sementara lagu lagu Mandarin di setel menyambut tamu.
Di gerbang pintu masuk setiap kluster di pasangin lampion lampion. Malah di 
beberapa kluster, para satpam pake baju twikim dan topi kuncir zaman Boan, 
mereka wajib kasih ucapan Gong Xie Fat Cay kepada setiap penghuni yang mobilnya 
keluar masuk kluster seraya bersoja. Kadang para penghuni siapkan angpao buat 
para satpam tsb.  Beberapa tahun lalu barongsai bisa masuk kluster untuk kasih 
pertunjukkan pada rumah rumah yg berminat, tapi dengan alasan keamanan sekarang 
dilarang. Kalau sianseng pergi ke Modern Market PIK, kuping sering mendengar 
orang lalu lalang pake bahasa Hokkian. Para tukang sayur menyapa para ibu 
dengan I-ie dan para bapak dengan Akoh, mereka menghitung uang pake bahasa 
hokkian. Sehari sebelum Sinciah, pasar ini diserbu pengunjung. Tukang buah 
nanas, srikaya laris manis walaupun dibandrol ceban per buah!! Begitu juga 
tukang ikan (bandeng, kakap) laris manis dan tukang babi repot melayani pembeli 
yg
 tiada putus.  Di Muara Karang ada pasar terowongan , disini tiap minggu pagi 
para Akoh sehabis jalan pagi pada duduk ngeriung sambil makan bakmi dan minum 
susu kedele, bicaranya pada kenceng dan bebas dalam bahasa Hokkian.  Sekarang 
banyak orang Tiongkok (asli) datang berjualan kelontong seperti  CD bajakan 
atau pernak pernik lainnya, mereka berjalan ngider d pasar Muara Karang. Oh ya 
hampir saban malem minggu tempat makan di sepanjang Muara Karang dikunjungi 
barongsai, mereka kasih angpao kosong kepada tamu restoran untuk diisi 
sebagai upah pemain barongsai. Satu hari dan di malam hari menjelang Sinciah di 
sepanjang Muara Karang berjejer tukang janhwee harganya per kotak cepeceng tapi 
larisnya bukan main ada yang sekali beli gotiauw! (sayang duit segitu untuk 
dibakar).  Di Pluit, Muara Karang, PIK banyak baliho (papan iklan besar) 
berisikan ucapan Gong Xie Fat Cay dari pengembang properti di mana tempat
 lain tidak bisa dijumpai. Pernah ada rencana diadakan Festival Cap Go Meh 
bolak balik Muara Karang - Pluit tapi sampe sekarang belum kejadian.  Itulah 
menurut owe kawasan Pluit - Muara Karang dan PIK bakal menjadi New China Town 
menggantikan Glodok - Pancoran.  Mohon maaf kalau ada kesalahan kata, soja dari 
owe Tjandra G


  


 





 



  






  Bersenang-senang di Yahoo! Messenger 

[budaya_tionghua] Re: Buku Cina

2010-02-17 Terurut Topik eddy witanto
Membolak-balik aturan bahasa Indonesia, dalam Pedoman Umum Pembentukan Istilah 
(bisa ditemukan di bagian belakang Kamus Besar Bahasa Indonesia) bagian 6.5 
Penyesuaian Ejaan terdapat ch yang lafalnya c menjadi c dengan contoh 
charter, check, dan China.
Jadi saya kira sih kalau mau protes lebih tepat dilayangkan ke Pusat Bahasa 
aja. Atau...mungkin dilayangkan ke MABBIM (Majelis Bahasa Brunei Darussalam, 
Indonesia, Malaysia) ya, karena itu mungkin kesepakatan bersama mereka.
Cuman, sampai sekarang kok nggak pernah ada yg mengajukan kesepakatan bersama 
untuk melayangkan usul masuknya Tiongkok dan Tionghoa dalam KBBI? Kalo cuman 
bengok-bengok di milis ya jadi angin lalu dan grundelan.

---

Re: Buku Cina
    Posted by: Narpati Pradana kunder...@gmail.com king_vsjn
    Date: Tue Feb 16, 2010 3:01 pm ((PST))

Tak semua tahu isu Tiongkok vs Cina
Tidak semua terlalu perduli isu Tiongkok vs Cina.

Dan terkaanku, judul aslinya China dan mungkin itu sebabnya penerjemah
langsung menghilangkan huruf 'h' di terjemahannya.

Jujur aja, walau sekarang aku cenderung menggunakan kata 'Tiongkok', tetap
saja kadang-kadang terjadi selip kata karena kebiasaan dari kecil.

Layangkan protes saja ke surat pembaca atau kirim langsung ke penerbit
Erlangga tetapi tak usah terlalu berprasangka buruk.



  

[budaya_tionghua] Re: Happy Chinese New Year untuk Kwai Hiap (Chun jie kuai le)

2010-02-17 Terurut Topik Erik
Hari raya Musim Semi?? Lalu apa yang dirayakan? Bagaimana dengan suasana
Tahun Baru serta segala sosialitas dan religiusitas yang terkandung
dalam Chun Jie itu kalau sekedar dijadikan Spring Festlval?
Cuma rame-rame dan pesta-pesta kah??

Apakah Spring Festival yang Zhou Heng terjemahkan sebagai Hari Raya
Musim Semi merupakan terjemahan langsung dari kata Chun Jie?? Kalau
memang itu, sejauh yang saya tahu Kata Chun Jie itu pun baru
diperkenalkan belum lama (belum 100 tahun), dan gara-garanya adalah
policy mengadopsi sistim penanggalan Georgian sebagai pengganti Huangli
yang diberlakukan secara nasional di seluruh Tiongkok, dengan
konsekuensi menghilangkan makna Tahun Baru itu!!
Saya masih nyimpan berita lama berkenaan dengan kebijakan mengganti
sistim penanggalan itu yang saya kliping dari majalah lama. Berikut
terjemahan bebas berita lama itu:



Surat Permohonan petunjuk bertanggal 21 Januari 1914 itu
ditanda-tangani(dicap merah) oleh Zhu Qiling (朱啟鈴) Dirjen
Urusan SosialAffair (æ°`治司) Departemen DalamNegeri
(内务部) .

Isi surat permohonan petunjuk itu (saya terjemahkan secara bebas, tidak
mendetail kata per kata) kira-kira sbb:

Permohonan Petunjuk kepada Presiden:

Perihal : Penetapan Hari raya tradisional sebagai hari libur resmi

Demi untuk kelancaran pergaulan international dalam segala aspek,
maka sistim penanggalan yang berlaku secara nasional telah diganti
dengan sistim penanggalan Georgian. Namun demikian, di samping kebutuhan
menyesuaikan diri dengan kebiasaan internasional, adat istiadat dan
lain-lain yang berkaitan dengan sistim penanggalan lama yang sudah
mentradisi dalam masyarakat pun tetap harus diperhatikan. Karena itu,
sebagaimana halnya negeri Jepang, semenjak diberlakukannya penanggalan
Georgian, semua hari-raya tradisional tetap dirayakan dengan meriah
dalam masyarakat. Hal ini tidak saja dapat memacu kemajuan ekonomi,
tetapi sekaligus juga sebagai stimulus untuk membangkitkan gairah dan
semangat kerja rakyat kita. Karena itu, pada hari-hari raya tradisional,
segala aktivitas masyarakat seperti melancong, bersembahyang, berdoa,
saling kunjung berkunjung dan lain-lain hendaknya mendapat perlindungan
hukum yang selayaknya agar tidak lagi diintervensi atau diganggu oleh
aparat keamanan.

Untuk kepentingan itu, dengan ini kami mengusulkan agar menetapkan :

1.  Yuan Dan sebagai hari raya Chun Jie (Hari raya musim semi):

2.  Duan Wu sebagai hari raya Xia Jie (Hari raya musim panas);

3.  Zhong Qiu/Tiong Chiu sebagai hari raya Qiu Jie (Hari raya musim
rontok):

4.  Dong Zhi/Tang Ce sebagai hari raya Dong Jie (Hari raya musim
dingin)

Selain itu, pada hari-raya tradisional yang kelak akan ditetapkan
sebagai hari libur resmi tersebut, hendaknya kantor pemerintahan
diliburkan selama satu hari dengan memberikan kesempatan bagi para
pegawai negeri untuk cuti selama satu hari itu.

Demikian dari kami. Demi untuk menghormati kehendak rakyat, kami
mohonhendaknya usulan tersebut di atas dapat dikabulkan.

Lalu, sebagaimana telah kita ketahui, permohonan itu pun telah
dikabulkan oleh Presiden Yuan Shikai waktu itu dengan kalimat singkat :
æšå`ˆå·²æ‚‰ï¼Œæ‡‰å³ç…§æº–,此批
(Permohonan telah dibaca dan diketahui isinya, dengan ini permohonan
tersebut kami kabulkan untuk dilaksanakan) pada tgl. 23 Januari 1914.



Jadi, dari berita lama itu sudah jelas dan terang benderang, bahwa
istilah Chun Jie adalah istilah yang dibuat seiring dengan kebijakan
pengadopsian sistim penanggalan Georgian di Tiongkok dulu itu. Selain
mengadopsi sistim penanggalan, secara tersirat terbaca juga adanya
keinginan penguasa waktu itu menghapus seluruh tradisi Tionghoa yang
mereka anggap berpotensi menghambat kemajuan bangsa Tionghoa, dan
sekaligus kendala bagi kelancaran pergaulan Tiongkok dengan dunia
internasional.





Saya kira, Chun Jie dalam bahasa Tionghoa sudah kadung diterima ya sudah
lah! Yang penting perisrtiwa sosial berdimensi religius itu tetap
dipertahankan sebagimana aslinya, tanpa adanya pergeseran makna. Dan
kita pun jangan ikut-ikutan menterjemahkannya lagi sebagai Sspring
Festival atau pesta musim semi atau Hari Raya Musim Semi dan sebagainya!
Jangan terjebak lagi ke dalam paradigma lama yang ngawur itu!!




Salam,







Erik

\
-


--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, zho...@... wrote:

 Saya pribadi lebih suka pakai istilah hari raya musim semi. Bhs
inggrisnya spring festifal.

 Sent from my BlackBerry®
 powered by Sinyal Kuat INDOSAT


Re: Bls: [budaya_tionghua] NEW CHINA TOWN

2010-02-17 Terurut Topik Vheru Prayitno
Betul memang  ada penelitian dalam penataan kawasan dan akan berlangsung terus 
penelitian itu apa lagi dikaitkan dengan pemasaran lokasi tersebut,tapi tidak 
akan merubah sejarah dalam penyebutan lokasi beserta pernak pernik yang 
menyertai penyebutan nama suatu wilayah.China town ...ya tetap dikota 
(glodok, petak sembilan,Pancoran dll)
Kalau New China Town bisa berubah sewaktu-waktu dari satu wilayah ke wilayah 
yang lain.
Ini pendapat saya

Salam damai
  

--- Pada Rab, 17/2/10, zho...@yahoo.com zho...@yahoo.com menulis:

Dari: zho...@yahoo.com zho...@yahoo.com
Judul: Re: Bls: [budaya_tionghua] NEW CHINA TOWN
Kepada: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Tanggal: Rabu, 17 Februari, 2010, 10:12 AM







 



  



  
  
  












Sekarang sudah ada peneliti masalah perkotaan yg menjuluki pluit dan kelapa 
gading New Chinatown kok.
di pluit kan juga ada klenteng, sedangkan di kelapa gading meski tak ada 
klenteng tapi ada toko perlengkapan sembahyang, dan toko obat ramuan tionghoa. 
Yg paling menonjol dari ciri chinatown adalah jajaran rumah toko, bawah toko 
atas rumah. Yg mendominasi pemandangan kawasan.

Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSATFrom:  Vheru Prayitno pvh...@yahoo. co.id
Date: Wed, 17 Feb 2010 16:53:19 +0800 (SGT)To: budaya_tionghua@ yahoogroups. 
comSubject: Bls: [budaya_tionghua] NEW CHINA TOWN

 




  
  
  Menurut saya sebutan suatu tempat berkaitan dengan sejarah dan berbagai 
sisi pandangan masa lalu bukan masa kini...bolehlah tempat-tempat baru itu 
disebut China Town baru karena penduduknya tapi tidak mungkin memutar waktu 
sejarah,seperti Toa Sebio,Cienthieyen dan klenteng  sebagai bukti sejarah 
dikawasan Glodok  dibangun ditempat baruApa kata dunia (ngikut latah hehehe)
Mohon maaf bila saya salah..
salam damai

--- Pada Sel, 16/2/10, Tjandra Ghozalli ghozalli2002@ yahoo.com menulis:

Dari: Tjandra Ghozalli ghozalli2002@ yahoo.com
Judul: [budaya_tionghua] NEW CHINA TOWN
Kepada: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Tanggal: Selasa, 16 Februari, 2010, 10:19 AM







 




  
  
  
Teruntuk para sianseng terhormat,
Owe ingin berbagi pendapat.  Selama ini Glodok, Pancoran sering disebut sebagai 
China Town atau kawasan Pecinan. Tetapi dari owe punya pandangan ini julukan 
sudah tidak tepat lagi. Karena selain Glodok Pancoran sudah banyak masuk etnis 
lain yang tinggal dan jualan disana, ada pula yang kawin campur - disana juga 
sudah sedikit yang bisa berbahasa Tionghoa. Kebanyakan dari keturunan mereka 
(seperti owe) sehari hari berbahasa Melayu pasar dicampur sedikit Hokkian.  
Sekarang owe liat, Pluit, Muara Karang, dan Pantai Indah Kapuk malah lebih 
pecinan dari Glodok. Kebetulan owe tinggal di Pantai Indah Kapuk, waktu maleman 
Sinciah boleh dibilang owe tidak bisa tidur nyenyak sebab saban menit mereka 
pasang janhwee daaar, door, daar door terus menerus selama beberapa jam tiada 
berhenti.  Kalu mau lihat pesta kembang api yang bagus menerangi langit di 
malam Sinciah sebetulnya di tempat inilah, sianseng dapat saksikan. Banyak 
rumah dihiasi
 lampion dan pernak pernik hiasan Imlek lainnya di pintu masuk. Waktu harian 
Sinciah, banyak sekiah berlarian dari rumah ke rumah famili pake baju bagus 
sambil kantongnya penuh angpao, mereka nampak gumbira sekali. Di depan beberapa 
rumah di pasang hiolo untuk adakan sembayang samkai, mereka bebas sembayang 
tanpa merasa risih, sementara lagu lagu Mandarin di setel menyambut tamu.
Di gerbang pintu masuk setiap kluster di pasangin lampion lampion. Malah di 
beberapa kluster, para satpam pake baju twikim dan topi kuncir zaman Boan, 
mereka wajib kasih ucapan Gong Xie Fat Cay kepada setiap penghuni yang mobilnya 
keluar masuk kluster seraya bersoja. Kadang para penghuni siapkan angpao buat 
para satpam tsb.  Beberapa tahun lalu barongsai bisa masuk kluster untuk kasih 
pertunjukkan pada rumah rumah yg berminat, tapi dengan alasan keamanan sekarang 
dilarang. Kalau sianseng pergi ke Modern Market PIK, kuping sering mendengar 
orang lalu lalang pake bahasa Hokkian. Para tukang sayur menyapa para ibu 
dengan I-ie dan para bapak dengan Akoh, mereka menghitung uang pake bahasa 
hokkian. Sehari sebelum Sinciah, pasar ini diserbu pengunjung. Tukang buah 
nanas, srikaya laris manis walaupun dibandrol ceban per buah!! Begitu juga 
tukang ikan (bandeng, kakap) laris manis dan tukang babi repot melayani pembeli 
yg
 tiada putus.  Di Muara Karang ada pasar terowongan , disini tiap minggu pagi 
para Akoh sehabis jalan pagi pada duduk ngeriung sambil makan bakmi dan minum 
susu kedele, bicaranya pada kenceng dan bebas dalam bahasa Hokkian.  Sekarang 
banyak orang Tiongkok (asli) datang berjualan kelontong seperti  CD bajakan 
atau pernak pernik lainnya, mereka berjalan ngider d pasar Muara Karang. Oh ya 
hampir saban malem minggu tempat makan di sepanjang Muara Karang dikunjungi 
barongsai, mereka kasih angpao kosong kepada tamu restoran untuk diisi 
sebagai upah pemain 

Bls: [budaya_tionghua] Re: Buku Cina

2010-02-17 Terurut Topik Vheru Prayitno
Se7.hehehe

--- Pada Rab, 17/2/10, eddy witanto edd...@yahoo.com menulis:

Dari: eddy witanto edd...@yahoo.com
Judul: [budaya_tionghua] Re: Buku Cina
Kepada: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Tanggal: Rabu, 17 Februari, 2010, 11:32 AM







 



  



  
  
  Membolak-balik aturan bahasa Indonesia, dalam Pedoman Umum Pembentukan 
Istilah (bisa ditemukan di bagian belakang Kamus Besar Bahasa Indonesia) bagian 
6.5 Penyesuaian Ejaan terdapat ch yang lafalnya c menjadi c dengan contoh 
charter, check, dan China.
Jadi saya kira sih kalau mau protes lebih tepat dilayangkan ke Pusat Bahasa 
aja. Atau...mungkin dilayangkan ke MABBIM (Majelis Bahasa Brunei Darussalam, 
Indonesia, Malaysia) ya, karena itu mungkin kesepakatan bersama mereka.
Cuman, sampai sekarang kok nggak pernah ada yg mengajukan kesepakatan bersama 
untuk melayangkan usul masuknya Tiongkok dan Tionghoa dalam KBBI? Kalo cuman 
bengok-bengok di milis ya jadi angin lalu dan grundelan.

 - - - - - - 
- - - - - 

Re: Buku Cina
    Posted by:
 Narpati Pradana kunder...@gmail. com king_vsjn
    Date: Tue Feb 16, 2010 3:01 pm ((PST))

Tak semua tahu isu Tiongkok vs Cina
Tidak semua terlalu perduli isu Tiongkok vs Cina.

Dan terkaanku, judul aslinya China dan mungkin itu sebabnya penerjemah
langsung menghilangkan huruf 'h' di terjemahannya.

Jujur aja, walau sekarang aku cenderung menggunakan kata 'Tiongkok', tetap
saja kadang-kadang terjadi selip kata karena kebiasaan dari kecil.

Layangkan protes saja ke surat pembaca atau kirim langsung ke penerbit
Erlangga tetapi tak usah terlalu berprasangka buruk.





  


 





 



  






  Yahoo! Mail Kini Lebih Cepat dan Lebih Bersih. Rasakan bedanya sekarang! 
http://id.mail.yahoo.com

[budaya_tionghua] Perkenalan

2010-02-17 Terurut Topik nihaoma.bookshop
Kami ingin sekali memperkenalkan web kami:www.nihaoma-bookshop.com, kami senang 
sekali bisa mengembangkan berbahasa dan berbudaya mandarin lewat buku dan media 
inspiratif sejak dini bagi anak-anak.
Kami menyediakan berbagai buku mandarin bagi anak-anak yang dilengkapi 
gambar-gambar menarik dan cerita yang berisi pesan moral di dalamnya, sekaligus 
budaya didalamnya lewat puisi bagi anak-anak.
Kami juga memperkenalkan bahasa mandarin bagi anak-anak lewat media inspiratif 
yang membuat anak-anak merasa bermain didalam belajar bahasa mandarin tanpa 
terasa.
Terima kasih atas kunjungannya di:www.nihaoma-bookshop.com, atau jika ingin 
mengetahui lebih lanjut silakan kirim dengan alamat 
e-mail:nihaoma.books...@yahoo.com.



Re: Bls: [budaya_tionghua] NEW CHINA TOWN

2010-02-17 Terurut Topik Dharma Hutauruk
Jadi menurut teman teman apa Nama Bahasa Indonesia yang tepat untuk New
China Town
Kota/Kampung Tiongkok Baru, Kota/Kampung Tionghoa Baru, Kota/Kampung China
Baru atau Kota/Kampung Cina Baru?
Kok makin ribet ya!

2010/2/17 Vheru Prayitno pvh...@yahoo.co.id



 Menurut saya sebutan suatu tempat berkaitan dengan sejarah dan berbagai
 sisi pandangan masa lalu bukan masa kini...bolehlah tempat-tempat baru itu
 disebut China Town baru karena penduduknya tapi tidak mungkin memutar waktu
 sejarah,seperti Toa Sebio,Cienthieyen dan klenteng  sebagai bukti sejarah
 dikawasan Glodok  dibangun ditempat baruApa kata dunia (ngikut latah
 hehehe)
 Mohon maaf bila saya salah..
 salam damai

 --- Pada *Sel, 16/2/10, Tjandra Ghozalli ghozalli2...@yahoo.com*menulis:


 Dari: Tjandra Ghozalli ghozalli2...@yahoo.com
 Judul: [budaya_tionghua] NEW CHINA TOWN

 Kepada: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Tanggal: Selasa, 16 Februari, 2010, 10:19 AM



 Teruntuk para sianseng terhormat,
 Owe ingin berbagi pendapat.  Selama ini Glodok, Pancoran sering disebut
 sebagai China Town atau kawasan Pecinan. Tetapi dari owe punya pandangan ini
 julukan sudah tidak tepat lagi. Karena selain Glodok Pancoran sudah banyak
 masuk etnis lain yang tinggal dan jualan disana, ada pula yang kawin campur
 - disana juga sudah sedikit yang bisa berbahasa Tionghoa. Kebanyakan dari
 keturunan mereka (seperti owe) sehari hari berbahasa Melayu pasar dicampur
 sedikit Hokkian.  Sekarang owe liat, Pluit, Muara Karang, dan Pantai Indah
 Kapuk malah lebih pecinan dari Glodok. Kebetulan owe tinggal di Pantai Indah
 Kapuk, waktu maleman Sinciah boleh dibilang owe tidak bisa tidur nyenyak
 sebab saban menit mereka pasang janhwee daaar, door, daar door terus
 menerus selama beberapa jam tiada berhenti.  Kalu mau lihat pesta kembang
 api yang bagus menerangi langit di malam Sinciah sebetulnya di tempat
 inilah, sianseng dapat saksikan. Banyak rumah dihiasi lampion dan pernak
 pernik hiasan Imlek lainnya di pintu masuk. Waktu harian Sinciah, banyak
 sekiah berlarian dari rumah ke rumah famili pake baju bagus sambil
 kantongnya penuh angpao, mereka nampak gumbira sekali. Di depan beberapa
 rumah di pasang hiolo untuk adakan sembayang samkai, mereka bebas sembayang
 tanpa merasa risih, sementara lagu lagu Mandarin di setel menyambut tamu.
 Di gerbang pintu masuk setiap kluster di pasangin lampion lampion. Malah di
 beberapa kluster, para satpam pake baju twikim dan topi kuncir zaman Boan,
 mereka wajib kasih ucapan Gong Xie Fat Cay kepada setiap penghuni yang
 mobilnya keluar masuk kluster seraya bersoja. Kadang para penghuni siapkan
 angpao buat para satpam tsb.  Beberapa tahun lalu barongsai bisa masuk
 kluster untuk kasih pertunjukkan pada rumah rumah yg berminat, tapi dengan
 alasan keamanan sekarang dilarang. Kalau sianseng pergi ke Modern Market
 PIK, kuping sering mendengar orang lalu lalang pake bahasa Hokkian. Para
 tukang sayur menyapa para ibu dengan I-ie dan para bapak dengan Akoh,
 mereka menghitung uang pake bahasa hokkian. Sehari sebelum Sinciah, pasar
 ini diserbu pengunjung. Tukang buah nanas, srikaya laris manis walaupun
 dibandrol ceban per buah!! Begitu juga tukang ikan (bandeng, kakap) laris
 manis dan tukang babi repot melayani pembeli yg tiada putus.  Di Muara
 Karang ada pasar terowongan , disini tiap minggu pagi para Akoh sehabis
 jalan pagi pada duduk ngeriung sambil makan bakmi dan minum susu kedele,
 bicaranya pada kenceng dan bebas dalam bahasa Hokkian.  Sekarang banyak
 orang Tiongkok (asli) datang berjualan kelontong seperti  CD bajakan atau
 pernak pernik lainnya, mereka berjalan ngider d pasar Muara Karang. Oh ya
 hampir saban malem minggu tempat makan di sepanjang Muara Karang dikunjungi
 barongsai, mereka kasih angpao kosong kepada tamu restoran untuk diisi
 sebagai upah pemain barongsai. Satu hari dan di malam hari menjelang Sinciah
 di sepanjang Muara Karang berjejer tukang janhwee harganya per kotak
 cepeceng tapi larisnya bukan main ada yang sekali beli gotiauw! (sayang duit
 segitu untuk dibakar).  Di Pluit, Muara Karang, PIK banyak baliho (papan
 iklan besar) berisikan ucapan Gong Xie Fat Cay dari pengembang properti di
 mana tempat lain tidak bisa dijumpai. Pernah ada rencana diadakan Festival
 Cap Go Meh bolak balik Muara Karang - Pluit tapi sampe sekarang belum
 kejadian.  Itulah menurut owe kawasan Pluit - Muara Karang dan PIK bakal
 menjadi New China Town menggantikan Glodok - Pancoran.  Mohon maaf kalau ada
 kesalahan kata, soja dari owe Tjandra G


 --
 Yahoo! Mail Kini Lebih Cepat dan Lebih Bersih. Rasakan bedanya 
 sekarang!http://id.mail.yahoo.com
 



[budaya_tionghua] Re: Happy Chinese New Year untuk Kwai Hiap (Chun jie kuai le)

2010-02-17 Terurut Topik kwaih...@ymail.com
Untuk di Indonesia tdk kenal 4 musim,jd cuma ada musim hujan dan musim kemarau, 
seperti saat sincia sekarang ini. Jelas adalah musim hujan, banjir di-mana2.
Maka dari itu saya lebih cenderung memakai selamat tahun baru.
soal th baru apa, ya th baru kita, bisa orang jepang, korea, thailand dlsb.
Jadi Xin NIen Kuai Le = Happy new year masih OK lah.
Sojah wushu,
Koay Hiap.

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, zho...@... wrote:

 Saya kira istilah chunjie cukup baik. Penggunaan istilah ini tdk lantas 
 menghilangkan makna pergantian tahun ataupun makna religius. yg mau 
 sembahyang merayakan musim semi  tetap sah kan?   
 Perlu diingat, istilah tahun barupun tdk otomatis bermakna religius, semua 
 tergantung yg mengisinya. Seperti halnya perayaan Tahun baru masehi, apa 
 otomatis dikaitkan dng nilai religius?
 
 Perayaan musim pun bisa tetap penuh makna, ini bisa dibuktikan dng berbagai 
 perayaan tradisional di Tiongkok yg hampir semua berkaitan dng musim.
 
 Pempopuleran istilah Chunjie atau hari raya musim semi utk zaman ini saya 
 kira justru sangat tepat, membuat perayaan ini lebih penuh nuansa, penuh 
 warna dan penuh nilai2 symbolis, lebih puitis, berkaitan erat dng siklus 
 alam, tdk sekedar pergantian tahun, mengingat penggunaan kalender tionghoa 
 sdh tak dominan dlm kehidupan se hari2, getar rasa pergantian tahun lama 
 kebarupun sdh tergantikan oleh pergantian tahun masehi.
 
 Dng menamai perayaan musim semi, perayaan ini justru akan menjadi semakin 
 populer di dunia. Semua orang bisa ikut merayakan, mengapa tdk? Ini adalah 
 menambah nilai, bukan mengurangi.
  
 Sent from my BlackBerry®
 powered by Sinyal Kuat INDOSAT
 
 -Original Message-
 From: Erik rsn...@...
 Date: Wed, 17 Feb 2010 12:55:17 
 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Subject: [budaya_tionghua] Re: Happy Chinese New Year untuk Kwai Hiap (Chun 
 jie kuai le)
 
 Hari raya Musim Semi?? Lalu apa yang dirayakan? Bagaimana dengan suasana
 Tahun Baru serta segala sosialitas dan religiusitas yang terkandung
 dalam Chun Jie itu kalau sekedar dijadikan Spring Festlval?
 Cuma rame-rame dan pesta-pesta kah??
 
 Apakah Spring Festival yang Zhou Heng terjemahkan sebagai Hari Raya
 Musim Semi merupakan terjemahan langsung dari kata Chun Jie?? Kalau
 memang itu, sejauh yang saya tahu Kata Chun Jie itu pun baru
 diperkenalkan belum lama (belum 100 tahun), dan gara-garanya adalah
 policy mengadopsi sistim penanggalan Georgian sebagai pengganti Huangli
 yang diberlakukan secara nasional di seluruh Tiongkok, dengan
 konsekuensi menghilangkan makna Tahun Baru itu!!
 Saya masih nyimpan berita lama berkenaan dengan kebijakan mengganti
 sistim penanggalan itu yang saya kliping dari majalah lama. Berikut
 terjemahan bebas berita lama itu:
 
 
 
 Surat Permohonan petunjuk bertanggal 21 Januari 1914 itu
 ditanda-tangani(dicap merah) oleh Zhu Qiling (æű啟鈴) Dirjen
 Urusan SosialAffair (æ°`治司) Departemen DalamNegeri
 (内务éÆ'¨) .
 
 Isi surat permohonan petunjuk itu (saya terjemahkan secara bebas, tidak
 mendetail kata per kata) kira-kira sbb:
 
 Permohonan Petunjuk kepada Presiden:
 
 Perihal : Penetapan Hari raya tradisional sebagai hari libur resmi
 
 Demi untuk kelancaran pergaulan international dalam segala aspek,
 maka sistim penanggalan yang berlaku secara nasional telah diganti
 dengan sistim penanggalan Georgian. Namun demikian, di samping kebutuhan
 menyesuaikan diri dengan kebiasaan internasional, adat istiadat dan
 lain-lain yang berkaitan dengan sistim penanggalan lama yang sudah
 mentradisi dalam masyarakat pun tetap harus diperhatikan. Karena itu,
 sebagaimana halnya negeri Jepang, semenjak diberlakukannya penanggalan
 Georgian, semua hari-raya tradisional tetap dirayakan dengan meriah
 dalam masyarakat. Hal ini tidak saja dapat memacu kemajuan ekonomi,
 tetapi sekaligus juga sebagai stimulus untuk membangkitkan gairah dan
 semangat kerja rakyat kita. Karena itu, pada hari-hari raya tradisional,
 segala aktivitas masyarakat seperti melancong, bersembahyang, berdoa,
 saling kunjung berkunjung dan lain-lain hendaknya mendapat perlindungan
 hukum yang selayaknya agar tidak lagi diintervensi atau diganggu oleh
 aparat keamanan.
 
 Untuk kepentingan itu, dengan ini kami mengusulkan agar menetapkan :
 
 1.  Yuan Dan sebagai hari raya Chun Jie (Hari raya musim semi):
 
 2.  Duan Wu sebagai hari raya Xia Jie (Hari raya musim panas);
 
 3.  Zhong Qiu/Tiong Chiu sebagai hari raya Qiu Jie (Hari raya musim
 rontok):
 
 4.  Dong Zhi/Tang Ce sebagai hari raya Dong Jie (Hari raya musim
 dingin)
 
 Selain itu, pada hari-raya tradisional yang kelak akan ditetapkan
 sebagai hari libur resmi tersebut, hendaknya kantor pemerintahan
 diliburkan selama satu hari dengan memberikan kesempatan bagi para
 pegawai negeri untuk cuti selama satu hari itu.
 
 Demikian dari kami. Demi untuk menghormati kehendak rakyat, kami
 mohonhendaknya usulan tersebut di atas dapat dikabulkan.
 
 Lalu, sebagaimana telah 

[budaya_tionghua] MUSIM SEMI Happy Chinese New Year untuk Kwai Hiap (Chun jie kuai le)

2010-02-17 Terurut Topik ibcindon
Musim semi di Jawa, banyak rambutan, duren,  mangga, lengkeng dsb dsb ………. 
….  J)

 

From: budaya_tionghua@yahoogroups.com [mailto:budaya_tiong...@yahoogroups.com] 
On Behalf Of kwaih...@ymail.com
Sent: Thursday, February 18, 2010 8:37 AM
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: [budaya_tionghua] Re: Happy Chinese New Year untuk Kwai Hiap (Chun jie 
kuai le)

 

  

Untuk di Indonesia tdk kenal 4 musim,jd cuma ada musim hujan dan musim kemarau, 
seperti saat sincia sekarang ini. Jelas adalah musim hujan, banjir di-mana2.
Maka dari itu saya lebih cenderung memakai selamat tahun baru.
soal th baru apa, ya th baru kita, bisa orang jepang, korea, thailand dlsb.
Jadi Xin NIen Kuai Le = Happy new year masih OK lah.
Sojah wushu,
Koay Hiap.

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com 
mailto:budaya_tionghua%40yahoogroups.com , zho...@... wrote:

 Saya kira istilah chunjie cukup baik. Penggunaan istilah ini tdk lantas 
 menghilangkan makna pergantian tahun ataupun makna religius. yg mau 
 sembahyang merayakan musim semi tetap sah kan? 
 Perlu diingat, istilah tahun barupun tdk otomatis bermakna religius, semua 
 tergantung yg mengisinya. Seperti halnya perayaan Tahun baru masehi, apa 
 otomatis dikaitkan dng nilai religius?
 
 Perayaan musim pun bisa tetap penuh makna, ini bisa dibuktikan dng berbagai 
 perayaan tradisional di Tiongkok yg hampir semua berkaitan dng musim.
 
 Pempopuleran istilah Chunjie atau hari raya musim semi utk zaman ini saya 
 kira justru sangat tepat, membuat perayaan ini lebih penuh nuansa, penuh 
 warna dan penuh nilai2 symbolis, lebih puitis, berkaitan erat dng siklus 
 alam, tdk sekedar pergantian tahun, mengingat penggunaan kalender tionghoa 
 sdh tak dominan dlm kehidupan se hari2, getar rasa pergantian tahun lama 
 kebarupun sdh tergantikan oleh pergantian tahun masehi.
 
 Dng menamai perayaan musim semi, perayaan ini justru akan menjadi semakin 
 populer di dunia. Semua orang bisa ikut merayakan, mengapa tdk? Ini adalah 
 menambah nilai, bukan mengurangi.
 
 Sent from my BlackBerry®
 powered by Sinyal Kuat INDOSAT
 
 -Original Message-
 From: Erik rsn...@...
 Date: Wed, 17 Feb 2010 12:55:17 
 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
 mailto:budaya_tionghua%40yahoogroups.com 
 Subject: [budaya_tionghua] Re: Happy Chinese New Year untuk Kwai Hiap (Chun 
 jie kuai le)
 
 Hari raya Musim Semi?? Lalu apa yang dirayakan? Bagaimana dengan suasana
 Tahun Baru serta segala sosialitas dan religiusitas yang terkandung
 dalam Chun Jie itu kalau sekedar dijadikan Spring Festlval?
 Cuma rame-rame dan pesta-pesta kah??
 
 Apakah Spring Festival yang Zhou Heng terjemahkan sebagai Hari Raya
 Musim Semi merupakan terjemahan langsung dari kata Chun Jie?? Kalau
 memang itu, sejauh yang saya tahu Kata Chun Jie itu pun baru
 diperkenalkan belum lama (belum 100 tahun), dan gara-garanya adalah
 policy mengadopsi sistim penanggalan Georgian sebagai pengganti Huangli
 yang diberlakukan secara nasional di seluruh Tiongkok, dengan
 konsekuensi menghilangkan makna Tahun Baru itu!!
 Saya masih nyimpan berita lama berkenaan dengan kebijakan mengganti
 sistim penanggalan itu yang saya kliping dari majalah lama. Berikut
 terjemahan bebas berita lama itu:
 
 
 
 Surat Permohonan petunjuk bertanggal 21 Januari 1914 itu
 ditanda-tangani(dicap merah) oleh Zhu Qiling (æű啟鈴) Dirjen
 Urusan SosialAffair (æ°`治司) Departemen DalamNegeri
 (内务éÆ'¨) .
 
 Isi surat permohonan petunjuk itu (saya terjemahkan secara bebas, tidak
 mendetail kata per kata) kira-kira sbb:
 
 Permohonan Petunjuk kepada Presiden:
 
 Perihal : Penetapan Hari raya tradisional sebagai hari libur resmi
 
 Demi untuk kelancaran pergaulan international dalam segala aspek,
 maka sistim penanggalan yang berlaku secara nasional telah diganti
 dengan sistim penanggalan Georgian. Namun demikian, di samping kebutuhan
 menyesuaikan diri dengan kebiasaan internasional, adat istiadat dan
 lain-lain yang berkaitan dengan sistim penanggalan lama yang sudah
 mentradisi dalam masyarakat pun tetap harus diperhatikan. Karena itu,
 sebagaimana halnya negeri Jepang, semenjak diberlakukannya penanggalan
 Georgian, semua hari-raya tradisional tetap dirayakan dengan meriah
 dalam masyarakat. Hal ini tidak saja dapat memacu kemajuan ekonomi,
 tetapi sekaligus juga sebagai stimulus untuk membangkitkan gairah dan
 semangat kerja rakyat kita. Karena itu, pada hari-hari raya tradisional,
 segala aktivitas masyarakat seperti melancong, bersembahyang, berdoa,
 saling kunjung berkunjung dan lain-lain hendaknya mendapat perlindungan
 hukum yang selayaknya agar tidak lagi diintervensi atau diganggu oleh
 aparat keamanan.
 
 Untuk kepentingan itu, dengan ini kami mengusulkan agar menetapkan :
 
 1. Yuan Dan sebagai hari raya Chun Jie (Hari raya musim semi):
 
 2. Duan Wu sebagai hari raya Xia Jie (Hari raya musim panas);
 
 3. Zhong Qiu/Tiong Chiu sebagai hari raya Qiu Jie (Hari raya musim
 rontok):
 
 4. Dong Zhi/Tang Ce sebagai hari 

[budaya_tionghua] Re: KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA. 4/e. pusat bahasa. 2008

2010-02-17 Terurut Topik kwaih...@ymail.com
didunia sekarang ini ada yg namanya hak azasi. jadi biarkan saja yg senang 
memakai istilah cina, kan mereka itu huana, jadi ya maklum saja.
sedangkan Tionghoa, alias Tenglang alias Tongnyin alias Hanren alias Huaren 
adalah wajar kalau tdk suka istilah itu.
Sojah wushu,
Koay Hiap.


--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, als a...@... wrote:

 Bahasa adalah hidup karena terus dipakai oleh orang hidup, sedangkan KBBI
 adalah benda mati yang tentu saja cenderung selalu ketinggalan. Mungkin
 karena kekurangan dana atau ketiadaan anggaran atau apa, Pusat Bahasa tidak
 menerbitkan suplemen kata-kata atau istilah-istilah terbaru yang sekarang
 ini dipakai oleh masyarakat umum. Pemakaian istilah Tionghoa dan Tiongkok
 semestinya harus sudah dicantumkan dalam suplemen itu (sayangnya sekarang
 tidak tersedia) dan yang lebih penting lagi seharusnya istilah Tionghoa dan
 Tiongkok ini hendaknya dipakai ketika kita berbicara atau menulis sehingga
 secara alami kata-kata ini menjadi baku dan masuk ke dalam KBBI. Sayangnya
 surat kabar paling berpengaruh di Indonesia (KOMPAS) dan beberapa kalangan
 Tionghoa sendiri lebih suka memakai istilah China atau bahkan Cina
 sebagaimana yang ditunjukkan berkali-kali oleh beberapa teman di sini dan
 teman-teman di t-net pada umumnya. Aneh juga jika sebagian Tionghoa
 mengusulkan pencantuman istilah Tionghoa di KBBI dan sebagian lainnya masih
 senang memakai bahkan merasa bangga jika dipanggil Cina dan memanggil Cina
 kepada Tionghoa-Tionghoa lainnya atau malah lebih senang memakai Chinese
 yang jelas bukan kata dalam bahasa  Indonesia. :-)
 
  
 
 Andy L.S..
 
  
 
   _  
 
 From: ibcindon [mailto:ibcin...@...] 
 Sent: Tuesday, February 16, 2010 9:36 PM
 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Subject: [budaya_tionghua] KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA. 4/e. pusat bahasa.
 2008 [1 Attachment]
 
  
 
   
 
 [Attachment(s) from ibcindon included below] 
 
 Di dalam buku KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA , 4/E. PUSAT BAHASA,
 DEPDIKNAS. PT GPU. 2008.
 
 Memang tidak tercantum kata : Tionghoa atau pun Tiongkok
 
 Yang ada ya hanya kata  CINA , dengan bentukan kata majemuk : cina buta,
 cina kolong, cina perantauan, mencina. 
 
 Ada juga peranakan, babah, baba.
 
 Buku kamus dari Pusat Bahasa ini merupakan acuan resmi dan baku bagi
 perbendaharaan kosa kata nasional, Indonesia. Untuk berbahasa Indonesia
 yang benar dan baik, tepat.
 
 Selama kata Tionghoa dan Tiongkok tidak tercantum didalamnya, selalu
 akan timbul ambigue, atau malah terjadi preferensi pemakaian kata Cina.
 Terjadi lagalisasi pemakaian kata tsb.
 
 Mungkin jalan terbaik agar kata Tionghoa dan Tiongkok dapat kembali masuk
 dalam kosa kata nasional yang baik dan tepat, haruslah diusahakan
 menghubungi lembaga Pusat Bahasa Depdiknas agar diusulkan pada edisi
 berikutnya dimasukan dimasukan kedua kata tsb. Tentunya disertai alasan
 dan penjelasan lengkap. Sebaiknya oleh ahli bahasa.
 
 Selama ini tidak terlaksana, keluhan hanya akan berupu gerutuan yang tidak
 pernah ada perbaikan.





[budaya_tionghua] Re: Buku Cina

2010-02-17 Terurut Topik ulysee_me2

Tergantung target marketnya. 

Kalau target marketnya mereka yang sensitif dengan istilah, tentu akan pakai 
judul tiongkok. Tapi yang lebih suka pakai istilah tiongkok tentunya punya 
akses lebih besar ke buku-buku soal 'tiongkok' kalau perlu yang masih dengan 
bahasa aslinya, sehingga nggak butuh lagi buku seperti ini.

Kalau target marketnya adalah mereka yang netral-netral aja, bahkan nggak tahu 
soal gontokan istilah Cina vs Tiongkok, 
ya pakainya istilah CINA saja, 

Bukankan diseantero dunia juga disebutnya CHINA, kalau diterjemahin jadi CINA 
khan lebih dekat, kalau diterjemahin jadi TIONGKOK nanti orang malah bingung 
nggak punya gambaran, ini buku mau ngomongin soal apa sih. Hehehehh

Pake istilah tiongkok mah, hanya mempersempit target market doank. 


--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Akhmad Bukhari Saleh absa...@... 
wrote:

 Saya rasa betul begitu.
 
 Kalau penerbit seperti Erlangga secara by design (bukan tanpa sengaja) 
 melakukan pilihan kata, tentu motivasinya bukan politis, melainkan ekonomis, 
 utamanya ekonomi pemasaran.
 
 Mana yang menurut perhitungannya akan bikin laku, itulah yang dipilih.
 
 Soal perhitungannya itu bisa salah, itu soal lain.
 
 Wasalam.
 
 
 
 
   - Original Message - 
   From: adiperdanasam...@... 
   To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
   Sent: Tuesday, February 16, 2010 9:23 PM
   Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Buku Cina
 
 
 
   Ya.. Semakin didebat..semakin laku deh tu buku.. Beli..ah..
 
   Sam
 
   Sent from my BlackBerry?   powered by Sinyal Kuat INDOSAT
 
 
 --
 
   From: Erik rsn...@... 
   Date: Tue, 16 Feb 2010 06:55:56 -
   To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
   Subject: [budaya_tionghua] Re: Buku Cina
 
 
 
 
   Dengan membaca posting di sini bahwa salah satu pakar yang diundang adalah 
 A. Dahana, saya perkirakan yang dimaksud ahli bahasa adalah para sinolog dari 
 UI kelompoknya Pak Dahana itu, sampai sekarang jurusan mereka resminya adalah 
 FIB UI jurusan sastra CINA.
 
   Argumentasi mereka mempertahankan kata CINA yang itu-itu juga, lagu lama 
 yang klasik. Bahwasanya kata itu sudah lama digunakan, tidak bermaksud 
 menghina, lebih netral ketimpang Tiongkok yang artinya adalah Negara Tengah, 
 dll dsb.   Tiada bedanya dengan argumentasi teman-teman di milis ini yang 
 juga ngotot dengan kata CINA.
 
 
 
   Salam,
 
   Erik
 
   
 ---
 
In budaya_tionghua@yahoogroups.com, lkartono@ wrote:
   
 Cak Akhmad,

   Waktu saya tanya kenapa blunder menggunakan kata tersebut, mereka 
 mengatakan sudah berkonsultasi dengan ahli bahasa. Saya nggak tahu siapa ahli 
 bahasa yang dipakai sebagai konsultan.
   Secara komersial memang tidak menguntungkan.Pada saat launching didiskon 
 30%.

   salam

   loek's





Re: Bls: [budaya_tionghua] NEW CHINA TOWN

2010-02-17 Terurut Topik jackson_yahya
Perluasan china town. Pluit bersebelahan dengan glodok wajar jadi perluasan 
dari china town.


Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

-Original Message-
From: Dharma Hutauruk dharma.hutau...@gmail.com
Date: Wed, 17 Feb 2010 22:22:02 
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] NEW CHINA TOWN

Jadi menurut teman teman apa Nama Bahasa Indonesia yang tepat untuk New
China Town
Kota/Kampung Tiongkok Baru, Kota/Kampung Tionghoa Baru, Kota/Kampung China
Baru atau Kota/Kampung Cina Baru?
Kok makin ribet ya!

2010/2/17 Vheru Prayitno pvh...@yahoo.co.id



 Menurut saya sebutan suatu tempat berkaitan dengan sejarah dan berbagai
 sisi pandangan masa lalu bukan masa kini...bolehlah tempat-tempat baru itu
 disebut China Town baru karena penduduknya tapi tidak mungkin memutar waktu
 sejarah,seperti Toa Sebio,Cienthieyen dan klenteng  sebagai bukti sejarah
 dikawasan Glodok  dibangun ditempat baruApa kata dunia (ngikut latah
 hehehe)
 Mohon maaf bila saya salah..
 salam damai

 --- Pada *Sel, 16/2/10, Tjandra Ghozalli ghozalli2...@yahoo.com*menulis:


 Dari: Tjandra Ghozalli ghozalli2...@yahoo.com
 Judul: [budaya_tionghua] NEW CHINA TOWN

 Kepada: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Tanggal: Selasa, 16 Februari, 2010, 10:19 AM



 Teruntuk para sianseng terhormat,
 Owe ingin berbagi pendapat.  Selama ini Glodok, Pancoran sering disebut
 sebagai China Town atau kawasan Pecinan. Tetapi dari owe punya pandangan ini
 julukan sudah tidak tepat lagi. Karena selain Glodok Pancoran sudah banyak
 masuk etnis lain yang tinggal dan jualan disana, ada pula yang kawin campur
 - disana juga sudah sedikit yang bisa berbahasa Tionghoa. Kebanyakan dari
 keturunan mereka (seperti owe) sehari hari berbahasa Melayu pasar dicampur
 sedikit Hokkian.  Sekarang owe liat, Pluit, Muara Karang, dan Pantai Indah
 Kapuk malah lebih pecinan dari Glodok. Kebetulan owe tinggal di Pantai Indah
 Kapuk, waktu maleman Sinciah boleh dibilang owe tidak bisa tidur nyenyak
 sebab saban menit mereka pasang janhwee daaar, door, daar door terus
 menerus selama beberapa jam tiada berhenti.  Kalu mau lihat pesta kembang
 api yang bagus menerangi langit di malam Sinciah sebetulnya di tempat
 inilah, sianseng dapat saksikan. Banyak rumah dihiasi lampion dan pernak
 pernik hiasan Imlek lainnya di pintu masuk. Waktu harian Sinciah, banyak
 sekiah berlarian dari rumah ke rumah famili pake baju bagus sambil
 kantongnya penuh angpao, mereka nampak gumbira sekali. Di depan beberapa
 rumah di pasang hiolo untuk adakan sembayang samkai, mereka bebas sembayang
 tanpa merasa risih, sementara lagu lagu Mandarin di setel menyambut tamu.
 Di gerbang pintu masuk setiap kluster di pasangin lampion lampion. Malah di
 beberapa kluster, para satpam pake baju twikim dan topi kuncir zaman Boan,
 mereka wajib kasih ucapan Gong Xie Fat Cay kepada setiap penghuni yang
 mobilnya keluar masuk kluster seraya bersoja. Kadang para penghuni siapkan
 angpao buat para satpam tsb.  Beberapa tahun lalu barongsai bisa masuk
 kluster untuk kasih pertunjukkan pada rumah rumah yg berminat, tapi dengan
 alasan keamanan sekarang dilarang. Kalau sianseng pergi ke Modern Market
 PIK, kuping sering mendengar orang lalu lalang pake bahasa Hokkian. Para
 tukang sayur menyapa para ibu dengan I-ie dan para bapak dengan Akoh,
 mereka menghitung uang pake bahasa hokkian. Sehari sebelum Sinciah, pasar
 ini diserbu pengunjung. Tukang buah nanas, srikaya laris manis walaupun
 dibandrol ceban per buah!! Begitu juga tukang ikan (bandeng, kakap) laris
 manis dan tukang babi repot melayani pembeli yg tiada putus.  Di Muara
 Karang ada pasar terowongan , disini tiap minggu pagi para Akoh sehabis
 jalan pagi pada duduk ngeriung sambil makan bakmi dan minum susu kedele,
 bicaranya pada kenceng dan bebas dalam bahasa Hokkian.  Sekarang banyak
 orang Tiongkok (asli) datang berjualan kelontong seperti  CD bajakan atau
 pernak pernik lainnya, mereka berjalan ngider d pasar Muara Karang. Oh ya
 hampir saban malem minggu tempat makan di sepanjang Muara Karang dikunjungi
 barongsai, mereka kasih angpao kosong kepada tamu restoran untuk diisi
 sebagai upah pemain barongsai. Satu hari dan di malam hari menjelang Sinciah
 di sepanjang Muara Karang berjejer tukang janhwee harganya per kotak
 cepeceng tapi larisnya bukan main ada yang sekali beli gotiauw! (sayang duit
 segitu untuk dibakar).  Di Pluit, Muara Karang, PIK banyak baliho (papan
 iklan besar) berisikan ucapan Gong Xie Fat Cay dari pengembang properti di
 mana tempat lain tidak bisa dijumpai. Pernah ada rencana diadakan Festival
 Cap Go Meh bolak balik Muara Karang - Pluit tapi sampe sekarang belum
 kejadian.  Itulah menurut owe kawasan Pluit - Muara Karang dan PIK bakal
 menjadi New China Town menggantikan Glodok - Pancoran.  Mohon maaf kalau ada
 kesalahan kata, soja dari owe Tjandra G


 --
 Yahoo! Mail Kini Lebih Cepat dan Lebih Bersih. Rasakan bedanya 
 

Re: [budaya_tionghua] Re: Happy Chinese New Year untuk Kwai Hiap (Chun jie kuai le)

2010-02-17 Terurut Topik zhoufy
Kalau pakai logika ini, buntutnya bisa panjang:
Nanti hiasan sincia tdk tepat pakai bunga Mei, kan di indo tdk ada bunga ini, 
tulisan2 Chun yg digantung juga hrs diganti. Terus perayaan Tiongjiu dan tangce 
mau di kemanakan?
 
Terus logikanya pohon natal tdk tepat pinus bersalju, apalagi pakai kereta 
salju, lebaran jangan pakai hiasan binatang unta.


Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-Original Message-
From: kwaih...@ymail.com kwaih...@ymail.com
Date: Thu, 18 Feb 2010 01:36:38 
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: [budaya_tionghua] Re: Happy Chinese New Year untuk Kwai Hiap (Chun jie 
kuai le)

Untuk di Indonesia tdk kenal 4 musim,jd cuma ada musim hujan dan musim kemarau, 
seperti saat sincia sekarang ini. Jelas adalah musim hujan, banjir di-mana2.
Maka dari itu saya lebih cenderung memakai selamat tahun baru.
soal th baru apa, ya th baru kita, bisa orang jepang, korea, thailand dlsb.
Jadi Xin NIen Kuai Le = Happy new year masih OK lah.
Sojah wushu,
Koay Hiap.

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, zho...@... wrote:

 Saya kira istilah chunjie cukup baik. Penggunaan istilah ini tdk lantas 
 menghilangkan makna pergantian tahun ataupun makna religius. yg mau 
 sembahyang merayakan musim semi  tetap sah kan?   
 Perlu diingat, istilah tahun barupun tdk otomatis bermakna religius, semua 
 tergantung yg mengisinya. Seperti halnya perayaan Tahun baru masehi, apa 
 otomatis dikaitkan dng nilai religius?
 
 Perayaan musim pun bisa tetap penuh makna, ini bisa dibuktikan dng berbagai 
 perayaan tradisional di Tiongkok yg hampir semua berkaitan dng musim.
 
 Pempopuleran istilah Chunjie atau hari raya musim semi utk zaman ini saya 
 kira justru sangat tepat, membuat perayaan ini lebih penuh nuansa, penuh 
 warna dan penuh nilai2 symbolis, lebih puitis, berkaitan erat dng siklus 
 alam, tdk sekedar pergantian tahun, mengingat penggunaan kalender tionghoa 
 sdh tak dominan dlm kehidupan se hari2, getar rasa pergantian tahun lama 
 kebarupun sdh tergantikan oleh pergantian tahun masehi.
 
 Dng menamai perayaan musim semi, perayaan ini justru akan menjadi semakin 
 populer di dunia. Semua orang bisa ikut merayakan, mengapa tdk? Ini adalah 
 menambah nilai, bukan mengurangi.
  
 Sent from my BlackBerry®
 powered by Sinyal Kuat INDOSAT
 
 -Original Message-
 From: Erik rsn...@...
 Date: Wed, 17 Feb 2010 12:55:17 
 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Subject: [budaya_tionghua] Re: Happy Chinese New Year untuk Kwai Hiap (Chun 
 jie kuai le)
 
 Hari raya Musim Semi?? Lalu apa yang dirayakan? Bagaimana dengan suasana
 Tahun Baru serta segala sosialitas dan religiusitas yang terkandung
 dalam Chun Jie itu kalau sekedar dijadikan Spring Festlval?
 Cuma rame-rame dan pesta-pesta kah??
 
 Apakah Spring Festival yang Zhou Heng terjemahkan sebagai Hari Raya
 Musim Semi merupakan terjemahan langsung dari kata Chun Jie?? Kalau
 memang itu, sejauh yang saya tahu Kata Chun Jie itu pun baru
 diperkenalkan belum lama (belum 100 tahun), dan gara-garanya adalah
 policy mengadopsi sistim penanggalan Georgian sebagai pengganti Huangli
 yang diberlakukan secara nasional di seluruh Tiongkok, dengan
 konsekuensi menghilangkan makna Tahun Baru itu!!
 Saya masih nyimpan berita lama berkenaan dengan kebijakan mengganti
 sistim penanggalan itu yang saya kliping dari majalah lama. Berikut
 terjemahan bebas berita lama itu:
 
 
 
 Surat Permohonan petunjuk bertanggal 21 Januari 1914 itu
 ditanda-tangani(dicap merah) oleh Zhu Qiling (æű啟鈴) Dirjen
 Urusan SosialAffair (æ°`治司) Departemen DalamNegeri
 (内务éÆ'¨) .
 
 Isi surat permohonan petunjuk itu (saya terjemahkan secara bebas, tidak
 mendetail kata per kata) kira-kira sbb:
 
 Permohonan Petunjuk kepada Presiden:
 
 Perihal : Penetapan Hari raya tradisional sebagai hari libur resmi
 
 Demi untuk kelancaran pergaulan international dalam segala aspek,
 maka sistim penanggalan yang berlaku secara nasional telah diganti
 dengan sistim penanggalan Georgian. Namun demikian, di samping kebutuhan
 menyesuaikan diri dengan kebiasaan internasional, adat istiadat dan
 lain-lain yang berkaitan dengan sistim penanggalan lama yang sudah
 mentradisi dalam masyarakat pun tetap harus diperhatikan. Karena itu,
 sebagaimana halnya negeri Jepang, semenjak diberlakukannya penanggalan
 Georgian, semua hari-raya tradisional tetap dirayakan dengan meriah
 dalam masyarakat. Hal ini tidak saja dapat memacu kemajuan ekonomi,
 tetapi sekaligus juga sebagai stimulus untuk membangkitkan gairah dan
 semangat kerja rakyat kita. Karena itu, pada hari-hari raya tradisional,
 segala aktivitas masyarakat seperti melancong, bersembahyang, berdoa,
 saling kunjung berkunjung dan lain-lain hendaknya mendapat perlindungan
 hukum yang selayaknya agar tidak lagi diintervensi atau diganggu oleh
 aparat keamanan.
 
 Untuk kepentingan itu, dengan ini kami mengusulkan agar menetapkan :
 
 1.  Yuan Dan sebagai hari raya Chun Jie (Hari raya musim 

Re: Bls: [budaya_tionghua] NEW CHINA TOWN

2010-02-17 Terurut Topik Vheru Prayitno
Mari kita ketawa bareng aja.yg lepas biar ngk stess..Hahahahahaha
Kenapa saya ngajak ketawa..
karena pada satu layar kita bisa menyimak bersama  perdebatan kata 
China/Cina
Dan kita disini baru membicarakan ..China Town..Sama2 ada China-nyaLucu 
ya
Yang satu engan menyebut dg kata Chinatapi kita tetap dengan China 
Town.Apa ganti Thionghua Town...aja.
Biarlah...Badai pasti berlalu dibawa berputarnya roda dunia.
Ayo nguyuhahaha

Salam damai
--- Pada Rab, 17/2/10, jackson_ya...@yahoo.com jackson_ya...@yahoo.com 
menulis:

Dari: jackson_ya...@yahoo.com jackson_ya...@yahoo.com
Judul: Re: Bls: [budaya_tionghua] NEW CHINA TOWN
Kepada: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Tanggal: Rabu, 17 Februari, 2010, 5:05 PM







 



  



  
  
  












Perluasan china town. Pluit bersebelahan dengan glodok wajar jadi perluasan 
dari china town.

Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss... 
!From:  Dharma Hutauruk dharma.hutauruk@ gmail.com
Date: Wed, 17 Feb 2010 22:22:02 +0700To: budaya_tionghua@ yahoogroups. 
comSubject: Re: Bls: [budaya_tionghua] NEW CHINA TOWN

 




  
  
  Jadi menurut teman teman apa Nama Bahasa Indonesia yang tepat untuk New 
China Town
Kota/Kampung Tiongkok Baru, Kota/Kampung Tionghoa Baru, Kota/Kampung China Baru 
atau Kota/Kampung Cina Baru?
Kok makin ribet ya!


2010/2/17 Vheru Prayitno pvh...@yahoo. co.id
















 



  



  
  
  
Menurut saya sebutan suatu tempat berkaitan dengan sejarah dan berbagai sisi 
pandangan masa lalu bukan masa kini...bolehlah tempat-tempat baru itu disebut 
China Town baru karena penduduknya tapi tidak mungkin memutar waktu 
sejarah,seperti Toa Sebio,Cienthieyen dan klenteng  sebagai bukti sejarah 
dikawasan Glodok  dibangun ditempat baruApa kata dunia (ngikut latah hehehe)

Mohon maaf bila saya salah..
salam damai

--- Pada Sel, 16/2/10, Tjandra Ghozalli ghozalli2002@ yahoo.com menulis:


Dari: Tjandra Ghozalli ghozalli2002@ yahoo.com
Judul: [budaya_tionghua] NEW CHINA TOWN
Kepada: budaya_tionghua@ yahoogroups. com

Tanggal: Selasa, 16 Februari, 2010, 10:19 AM







 




  
  
  

Teruntuk para sianseng terhormat,
Owe ingin berbagi pendapat.  Selama ini Glodok, Pancoran sering disebut sebagai 
China Town atau kawasan Pecinan. Tetapi dari owe punya pandangan ini julukan 
sudah tidak tepat lagi. Karena selain Glodok Pancoran sudah banyak masuk etnis 
lain yang tinggal dan jualan disana, ada pula yang kawin campur - disana juga 
sudah sedikit yang bisa berbahasa Tionghoa. Kebanyakan dari keturunan mereka 
(seperti owe) sehari hari berbahasa Melayu pasar dicampur sedikit Hokkian.  
Sekarang owe liat, Pluit, Muara Karang, dan Pantai Indah Kapuk malah lebih 
pecinan dari Glodok. Kebetulan owe tinggal di Pantai Indah Kapuk, waktu maleman 
Sinciah boleh dibilang owe tidak bisa tidur nyenyak sebab saban menit mereka 
pasang janhwee daaar, door, daar door terus menerus selama beberapa jam tiada 
berhenti.  Kalu mau lihat pesta kembang api yang bagus menerangi langit di 
malam Sinciah sebetulnya di tempat inilah, sianseng dapat saksikan. Banyak 
rumah dihiasi
 lampion dan pernak pernik hiasan Imlek lainnya di pintu masuk. Waktu harian 
Sinciah, banyak sekiah berlarian dari rumah ke rumah famili pake baju bagus 
sambil kantongnya penuh angpao, mereka nampak gumbira sekali. Di depan beberapa 
rumah di pasang hiolo untuk adakan sembayang samkai, mereka bebas sembayang 
tanpa merasa risih, sementara lagu lagu Mandarin di setel menyambut tamu.

Di gerbang pintu masuk setiap kluster di pasangin lampion lampion. Malah di 
beberapa kluster, para satpam pake baju twikim dan topi kuncir zaman Boan, 
mereka wajib kasih ucapan Gong Xie Fat Cay kepada setiap penghuni yang mobilnya 
keluar masuk kluster seraya bersoja. Kadang para penghuni siapkan angpao buat 
para satpam tsb.  Beberapa tahun lalu barongsai bisa masuk kluster untuk kasih 
pertunjukkan pada rumah rumah yg berminat, tapi dengan alasan keamanan sekarang 
dilarang. Kalau sianseng pergi ke Modern Market PIK, kuping sering mendengar 
orang lalu lalang pake bahasa Hokkian. Para tukang sayur menyapa para ibu 
dengan I-ie dan para bapak dengan Akoh, mereka menghitung uang pake bahasa 
hokkian. Sehari sebelum Sinciah, pasar ini diserbu pengunjung. Tukang buah 
nanas, srikaya laris manis walaupun dibandrol ceban per buah!! Begitu juga 
tukang ikan (bandeng, kakap) laris manis dan tukang babi repot melayani pembeli 
yg
 tiada putus.  Di Muara Karang ada pasar terowongan , disini tiap minggu pagi 
para Akoh sehabis jalan pagi pada duduk ngeriung sambil makan bakmi dan minum 
susu kedele, bicaranya pada kenceng dan bebas dalam bahasa Hokkian.  Sekarang 
banyak orang Tiongkok (asli) datang berjualan kelontong seperti  CD bajakan 
atau pernak pernik lainnya, mereka berjalan ngider d pasar Muara Karang. Oh ya 
hampir saban malem minggu tempat makan di sepanjang Muara Karang 

[budaya_tionghua] KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA. 4/e. pusat bahasa. 2008 . pro Pak Akhmad Bukhari Saleh

2010-02-17 Terurut Topik ibcindon
Rekan rekan yang berdomisili  di Jakarta, Barangkali tahu  alamat Pusat
Bahasa Depdiknas  ?  Agaknya , kalau tidak salah  bersamaan dengan tempat
BALAI PUSTAKA di jl Gunung Sahari  ?

 

Barngkali saja  yth  Pak   Akhmad Bukhari Saleh, yang sering mengamati
persilatan  bahasa... agaknya bisa membantu .. ??

 

Terima kasih sebelumnya..

 

From: budaya_tionghua@yahoogroups.com
[mailto:budaya_tiong...@yahoogroups.com] On Behalf Of ibcindon
Sent: Tuesday, February 16, 2010 9:36 PM
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: [budaya_tionghua] KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA. 4/e. pusat bahasa.
2008 [1 Attachment]

 

  

 

Di dalam buku KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA , 4/E. PUSAT BAHASA,
DEPDIKNAS. PT GPU. 2008.

Memang tidak tercantum kata : Tionghoa atau pun Tiongkok

Yang ada ya hanya kata  CINA , dengan bentukan kata majemuk : cina buta,
cina kolong, cina perantauan, mencina. 

Ada juga peranakan, babah, baba.

Buku kamus dari Pusat Bahasa ini merupakan acuan resmi dan baku bagi
perbendaharaan kosa kata nasional, Indonesia. Untuk berbahasa Indonesia
yang benar dan baik, tepat.

Selama kata Tionghoa dan Tiongkok tidak tercantum didalamnya, selalu
akan timbul ambigue, atau malah terjadi preferensi pemakaian kata Cina.
Terjadi lagalisasi pemakaian kata tsb.

Mungkin jalan terbaik agar kata Tionghoa dan Tiongkok dapat kembali masuk
dalam kosa kata nasional yang baik dan tepat, haruslah diusahakan
menghubungi lembaga Pusat Bahasa Depdiknas agar diusulkan pada edisi
berikutnya dimasukan dimasukan kedua kata tsb. Tentunya disertai alasan
dan penjelasan lengkap. Sebaiknya oleh ahli bahasa.

Selama ini tidak terlaksana, keluhan hanya akan berupu gerutuan yang tidak
pernah ada perbaikan.



[budaya_tionghua] UNDANGAN diskusi # 7. BESOK tanggal 19-2-2010. Festival MUSIM SEMI. (SIN CUEN) [1 Attachment]

2010-02-17 Terurut Topik ibcindon

++

Undangan  Forum Budaya,  diskusi  bulanan ke 7.

Thema :   Festival Musim Semi ( Tahun baru Imlek ).  Makna dan harapan.

Nara sumber : Sdr. Ardian  C.

  
Waktu :  Jumat  19 Februari  2009.  Jam 16.00- 19.00.

Terbuka untuk umum.   

Tempat : Ruang  FSRD, UK Maranatha , 

Jl. Suria Sumantri 65 , Bandung.

Pengunjung masuk dari gerbang  no 1.  

Semua peminat ditunggu   kehadirannya.

Biaya gratis .

Salam erat,

CCDACS

Arsip  presentasi pertemuan yang lalu dapat dilihat pada blog:

http://chinese-diaspora-art-culture.blogspot.com/ 
http://chinesediasporastudy.wordpress.com/  

oo

Invitation from  the Culture Forum, 7th monthly discussion.

Subject :  Spring festive ( Chinese new year). Meaning and wishing.

Speaker  :  Ardian C. 

Time :   Friday  19th February  2009,  At 4.00 - 7.00  PM.

Premise : Fine Art and Design  dept.  Maranatha Christian University, 

Jl. Suryasumantri 65. Bandung.  

Entrance through the   gate # 1.

Free of charge.

All parties are welcome.

Regards,

CCDACS

Archives of past presentations  available on the blog :

http://chinese-diaspora-art-culture.blogspot.com/
http://chinesediasporastudy.wordpress.com/  




[budaya_tionghua] Re: KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA. 4/e. pusat bahasa. 2008

2010-02-17 Terurut Topik Erik

Hak Azasi Manusia adalah Hak yang melekat pada diri seorang manusia
sepanjang ia adalah manusia. Salah satunya adalah kebebasan (kebebasan
sosial dan juga kebebasan eksistensial), kebebasan berbicara, kebebasan
bertindak dll.  Tapi, kebebasan itu sendiri pun bersifat Prima Facie, 
artinya setiap orang berhak mengartikulasikan kebebasannya
masing-masing, sepanjang semua itu tidak melanggar Hak Azasi orang lain.

Kaitannya dengan penggunaan istilah Cina, China, Tiongkok dan Tionghua,
setiap orang pun memiliki hak dan kebebasan untuk memilih mana yang
terbaik untuk digunakan. Namun, pilihan itu hendaknya tidak menjadi
sebuah pelanggaran terhadap Hak orang lain.

Waktu di masa kanak-kanak, saya punya seorang teman Tionghua bernama Men
Yung, nama otentik pemberian orang-tuanya.  Namun, saya dan teman-teman
sepermainan lainnya biasa menyapanya si Meong, dan dia pun (entah sadar
atau tak sadar) menerima sapaan itu apa adanya, sepertinya tak ada yang
salah dengan sapaan itu.

Waktu berjalan terus, tak terasa sudah puluhan tahun kami tak berjumpa
satu sama lain. Beberapa tahun lalu, salah seorang teman punya ide reuni
dengan bekas tetangga sepermainan di waktu kecil dulu. Maka, singkat
kata terjadilah reuni itu, dan si Meong pun ikut hadir.

Dalam acara reuni itu, seperti di masa kecil kami saling menyapa dengan
panggilan akrab masing-masing seperti dulu (namanya reuni), dan si Meong
pun tetap kami panggil Meong. Tahu-tahu, si Meong yang datang bersama
anak-istrinya mendadak memerah mukanya mendengar panggilan Meong-Meong
yang ditujukan padanya. Diam-diam dia minta kami jangan panggil dia
Meong di hadapan anak-istrinya, itu tidak sopan katanya!! Teman-teman
kaget, loh! Itu khan nama lu sejak kecil dulu, kita-kita ini udah biasa
manggil lu Meong, dan juga kaga' ada maksud untuk menghina kamu kok!
Kenapa jadi sensi begini??

Alasan si Meong, nama pemberian orang-tuanya adalah Men Yung, bukan
Meong. Walaupun panggilan Meong sudah lama dipakai, dan juga tidak
mengandung makna penghinaan, tapi itu cuma panggilan yang dipake dalam
acara-acara tidak formal antara sesama kawan lama, tidak di acara formal
begini dengan banyak wajah-wajah baru (anak-istri teman-teman lama) yang
sebelumnya tak pernah dia kenal.

Tentu, banyak teman lama yang ga habis pikiran dengan sikap si Meong
ini!  Apa-apaan si Meong kok jadi beragu begini, mentang-mentang udah
jadi orang kaya dia!! Reaksi mereka pun terbagi dua, ada yang bisa
memakluminya, tapi ada juga yang merasa muak dengan sikapnya itu.

Kalu saya sih, bisa memakluminya. Walau adalah hak saya untuk memanggil
si Meong dengan sapaan apa pun yang menurut saya paling tepat, tetapi
saya pun harus mempertimbangkan apakah sapaan itu masih tetap diterima
oleh si Meong, apakah itu tidak melanggar Hak Azasi dia dan lain
sebagainya.  Apalagi, dengan tegas si Meong sudah katakan, nama resmi
pemberian orang-tuanya adalah Men Yung, bukan Meong, panggilan Meong
adalah nama yang diberikan oleh orang lain, tanpa persetujuan dia atau
orang-tuanya dan tiba-tiba dikenakan begitu saja padanya.  Yang sudah
berlalu biarlah berlalu sudah, sekarang dia tidak mau lagi dipanggil si
Meong di forum resmi di hadapan orang banyak!  Ya, sudah saya pun
menghormati kemauan dia. Tidak perlu saya memaksakan panggilan si Meong
dengan argumentasi bahwa itu adalah panggilan yang sudah lama dikenal,
tidak bermaksud menghina dan lain-lain.  Karena kalau itu saya lakukan,
berarti saya sudah melanggar Hak Azasi si Meong, eh salah si Men Yung!!

Salam,



Erik

\
--





itu bersifat Prima Facie, artinya setiap orang boleh mengekspresikan Hak
Azasinya sepanjang tidak melanggar Hak Azasi orang lain.








--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, kwaih...@... kwaih...@...
wrote:

 didunia sekarang ini ada yg namanya hak azasi. jadi biarkan saja yg
senang memakai istilah cina, kan mereka itu huana, jadi ya maklum saja.
 sedangkan Tionghoa, alias Tenglang alias Tongnyin alias Hanren alias
Huaren adalah wajar kalau tdk suka istilah itu.
 Sojah wushu,
 Koay Hiap.




Re: [budaya_tionghua] Re: Buku Cina

2010-02-17 Terurut Topik Hendra Bujang
So, bagaimana hasil akhirnya? 
1) Laku atau enggak tuh buku? 
2) Untung atau Rugi si Penerbit?
Yang penting kan Result..UUD : Ujung-Ujungnya Duit!
 
Kombinasi hasil akhir dari 2 poin diatas akan mencerminkan :
1) Tepat Sasaran atau Tidak atau dengan kata lain apakah sesuai dengan Target 
Pasar yang dibidik atau tidak?
2) Persepsi mana yang Benar atau malah Seharusnya? (Cina Vs (China Vs 
Tiongkok)) 
 
Ada yang tahu?



Best Regards,
Hendra Bujang
Mobile I   : 0878 7828 7808 
Mobile II  : 0856 190 9109 
Knowing Is Not Enough, We Must Apply
Willing Is Not Enough, We Must Do 
 

--- On Thu, 2/18/10, ulysee_me2 ulysee_...@yahoo.com.sg wrote:


From: ulysee_me2 ulysee_...@yahoo.com.sg
Subject: [budaya_tionghua] Re: Buku Cina
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Thursday, February 18, 2010, 8:00 AM


  




Tergantung target marketnya. 

Kalau target marketnya mereka yang sensitif dengan istilah, tentu akan pakai 
judul tiongkok. Tapi yang lebih suka pakai istilah tiongkok tentunya punya 
akses lebih besar ke buku-buku soal 'tiongkok' kalau perlu yang masih dengan 
bahasa aslinya, sehingga nggak butuh lagi buku seperti ini.

Kalau target marketnya adalah mereka yang netral-netral aja, bahkan nggak tahu 
soal gontokan istilah Cina vs Tiongkok, 
ya pakainya istilah CINA saja, 

Bukankan diseantero dunia juga disebutnya CHINA, kalau diterjemahin jadi CINA 
khan lebih dekat, kalau diterjemahin jadi TIONGKOK nanti orang malah bingung 
nggak punya gambaran, ini buku mau ngomongin soal apa sih. Hehehehh

Pake istilah tiongkok mah, hanya mempersempit target market doank. 

--- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Akhmad Bukhari Saleh absa...@...  
wrote:

 Saya rasa betul begitu.
 
 Kalau penerbit seperti Erlangga secara by design (bukan tanpa sengaja) 
 melakukan pilihan kata, tentu motivasinya bukan politis, melainkan ekonomis, 
 utamanya ekonomi pemasaran.
 
 Mana yang menurut perhitungannya akan bikin laku, itulah yang dipilih.
 
 Soal perhitungannya itu bisa salah, itu soal lain.
 
 Wasalam.
 
  = ===
 
 
 - Original Message - 
 From: adiperdanasamuel@ ... 
 To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com 
 Sent: Tuesday, February 16, 2010 9:23 PM
 Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Buku Cina
 
 
 
 Ya.. Semakin didebat..semakin laku deh tu buku.. Beli..ah..
 
 Sam
 
 Sent from my BlackBerry? powered by Sinyal Kuat INDOSAT
 
 
  - - - - - -
 
 From: Erik rsn...@... 
 Date: Tue, 16 Feb 2010 06:55:56 -
 To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
 Subject: [budaya_tionghua] Re: Buku Cina
 
 
 
 
 Dengan membaca posting di sini bahwa salah satu pakar yang diundang adalah A. 
 Dahana, saya perkirakan yang dimaksud ahli bahasa adalah para sinolog dari UI 
 kelompoknya Pak Dahana itu, sampai sekarang jurusan mereka resminya adalah 
 FIB UI jurusan sastra CINA.
 
 Argumentasi mereka mempertahankan kata CINA yang itu-itu juga, lagu lama yang 
 klasik. Bahwasanya kata itu sudah lama digunakan, tidak bermaksud menghina, 
 lebih netral ketimpang Tiongkok yang artinya adalah Negara Tengah, dll dsb. 
 Tiada bedanya dengan argumentasi teman-teman di milis ini yang juga ngotot 
 dengan kata CINA.
 
 
 
 Salam,
 
 Erik
 
  - - - - - -
 
 In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, lkartono@ wrote:
 
 Cak Akhmad,
 
 Waktu saya tanya kenapa blunder menggunakan kata tersebut, mereka mengatakan 
 sudah berkonsultasi dengan ahli bahasa. Saya nggak tahu siapa ahli bahasa 
 yang dipakai sebagai konsultan.
 Secara komersial memang tidak menguntungkan. Pada saat launching didiskon 30%.
  
 salam
  
 loek's










  

RE: Bls: [budaya_tionghua] NEW CHINA TOWN

2010-02-17 Terurut Topik als
Bila ingin konsisten dan konsekuen, padanan bahasa Indonesia yang tepat
untuk New China Town ya Petionghoaan Baru. Memakai istilah
Petionghoaan untuk mengganti istilah Pecinan memang mula-mela terasa agak
aneh dan lebay. Namun kelama-lamaan orang akan menghargai kata Tionghoa
itu sendiri sebagai kata yang memang sengaja dipilih sebagai pengganti kata
Cina dan dengan demikian generasi mendatang akan terbiasa dengan
istilah-istilah wilayah Petionghoaan, kampong Tionghoa, dan sebagainya. Hayo
mulai sekarang ini mumpung Belanda masih jauh. :-)

 

Andy L.S.

 

  _  

From: Dharma Hutauruk [mailto:dharma.hutau...@gmail.com] 
Sent: Wednesday, February 17, 2010 10:22 PM
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] NEW CHINA TOWN

 

  Jadi menurut teman teman apa Nama Bahasa Indonesia yang tepat untuk New
China Town
Kota/Kampung Tiongkok Baru, Kota/Kampung Tionghoa Baru, Kota/Kampung China
Baru atau Kota/Kampung Cina Baru?
Kok makin ribet ya!

2010/2/17 Vheru Prayitno pvh...@yahoo. mailto:pvh...@yahoo.co.id co.id

  


Menurut saya sebutan suatu tempat berkaitan dengan sejarah dan berbagai sisi
pandangan masa lalu bukan masa kini...bolehlah tempat-tempat baru itu
disebut China Town baru karena penduduknya tapi tidak mungkin memutar waktu
sejarah,seperti Toa Sebio,Cienthieyen dan klenteng  sebagai bukti sejarah
dikawasan Glodok  dibangun ditempat baruApa kata dunia (ngikut latah
hehehe)
Mohon maaf bila saya salah..
salam damai

--- Pada Sel, 16/2/10, Tjandra Ghozalli ghozalli2002@
mailto:ghozalli2...@yahoo.com yahoo.com menulis:


Dari: Tjandra Ghozalli ghozalli2002@ mailto:ghozalli2...@yahoo.com
yahoo.com
Judul: [budaya_tionghua] NEW CHINA TOWN


Kepada: budaya_tionghua@ mailto:budaya_tionghua@yahoogroups.com
yahoogroups.com

Tanggal: Selasa, 16 Februari, 2010, 10:19 AM

  


Teruntuk para sianseng terhormat,

Owe ingin berbagi pendapat.  Selama ini Glodok, Pancoran sering disebut
sebagai China Town atau kawasan Pecinan. Tetapi dari owe punya pandangan ini
julukan sudah tidak tepat lagi. Karena selain Glodok Pancoran sudah banyak
masuk etnis lain yang tinggal dan jualan disana, ada pula yang kawin campur
- disana juga sudah sedikit yang bisa berbahasa Tionghoa. Kebanyakan dari
keturunan mereka (seperti owe) sehari hari berbahasa Melayu pasar dicampur
sedikit Hokkian.  Sekarang owe liat, Pluit, Muara Karang, dan Pantai Indah
Kapuk malah lebih pecinan dari Glodok. Kebetulan owe tinggal di Pantai Indah
Kapuk, waktu maleman Sinciah boleh dibilang owe tidak bisa tidur nyenyak
sebab saban menit mereka pasang janhwee daaar, door, daar door terus
menerus selama beberapa jam tiada berhenti.  Kalu mau lihat pesta kembang
api yang bagus menerangi langit di malam Sinciah sebetulnya di tempat
inilah, sianseng dapat saksikan. Banyak rumah dihiasi lampion dan pernak
pernik hiasan Imlek lainnya di pintu masuk. Waktu harian Sinciah, banyak
sekiah berlarian dari rumah ke rumah famili pake baju bagus sambil
kantongnya penuh angpao, mereka nampak gumbira sekali. Di depan beberapa
rumah di pasang hiolo untuk adakan sembayang samkai, mereka bebas sembayang
tanpa merasa risih, sementara lagu lagu Mandarin di setel menyambut tamu.

Di gerbang pintu masuk setiap kluster di pasangin lampion lampion. Malah di
beberapa kluster, para satpam pake baju twikim dan topi kuncir zaman Boan,
mereka wajib kasih ucapan Gong Xie Fat Cay kepada setiap penghuni yang
mobilnya keluar masuk kluster seraya bersoja. Kadang para penghuni siapkan
angpao buat para satpam tsb.  Beberapa tahun lalu barongsai bisa masuk
kluster untuk kasih pertunjukkan pada rumah rumah yg berminat, tapi dengan
alasan keamanan sekarang dilarang. Kalau sianseng pergi ke Modern Market
PIK, kuping sering mendengar orang lalu lalang pake bahasa Hokkian. Para
tukang sayur menyapa para ibu dengan I-ie dan para bapak dengan Akoh,
mereka menghitung uang pake bahasa hokkian. Sehari sebelum Sinciah, pasar
ini diserbu pengunjung. Tukang buah nanas, srikaya laris manis walaupun
dibandrol ceban per buah!! Begitu juga tukang ikan (bandeng, kakap) laris
manis dan tukang babi repot melayani pembeli yg tiada putus.  Di Muara
Karang ada pasar terowongan , disini tiap minggu pagi para Akoh sehabis
jalan pagi pada duduk ngeriung sambil makan bakmi dan minum susu kedele,
bicaranya pada kenceng dan bebas dalam bahasa Hokkian.  Sekarang banyak
orang Tiongkok (asli) datang berjualan kelontong seperti  CD bajakan atau
pernak pernik lainnya, mereka berjalan ngider d pasar Muara Karang. Oh ya
hampir saban malem minggu tempat makan di sepanjang Muara Karang dikunjungi
barongsai, mereka kasih angpao kosong kepada tamu restoran untuk diisi
sebagai upah pemain barongsai. Satu hari dan di malam hari menjelang Sinciah
di sepanjang Muara Karang berjejer tukang janhwee harganya per kotak
cepeceng tapi larisnya bukan main ada yang sekali beli gotiauw! (sayang duit
segitu untuk dibakar).  Di Pluit, Muara Karang, PIK banyak baliho (papan
iklan besar) berisikan ucapan Gong Xie 

[budaya_tionghua] Re: Perkenalan

2010-02-17 Terurut Topik Erik

Budaya Mandarin? Lagi-lagi istilah baru! Apa yang dimaksud dengan
ungkapan itu?

Baru kemarin ada yang memperkenalkan metode praktis untuk mengenal
Huruf Mandarin hari ini muncul lagi Budaya Mandarin.

Apakah kata Mandarin adalah padanan dari kata Tionghoa? Sehingga
ungkapan apapun yang mengandung kata Tionghoa bisa diganti dengan kata
Mandarin. Huruf Tionghoa diganti menjadi Huruf Mandarin, budaya Tionghoa
diganti menjadi Budaya Mandarin, dan seterusnya, hingga kelak akan
muncul istilah-istilah Pete Mandarin, Jl. Bidara Mandarin, Pondok
Mandarin dll, dsb. ??

Mohon pencerahan dari bapak-ibu yang pakar dalam hal ini.



Salam,



Erik

\
-

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, nihaoma.bookshop
nihaoma.books...@... wrote:

 Kami ingin sekali memperkenalkan web kami:www.nihaoma-bookshop.com,
kami senang sekali bisa mengembangkan berbahasa dan berbudaya mandarin
lewat buku dan media inspiratif sejak dini bagi anak-anak.
 Kami menyediakan berbagai buku mandarin bagi anak-anak yang dilengkapi
gambar-gambar menarik dan cerita yang berisi pesan moral di dalamnya,
sekaligus budaya didalamnya lewat puisi bagi anak-anak.
 Kami juga memperkenalkan bahasa mandarin bagi anak-anak lewat media
inspiratif yang membuat anak-anak merasa bermain didalam belajar bahasa
mandarin tanpa terasa.
 Terima kasih atas kunjungannya di:www.nihaoma-bookshop.com, atau jika
ingin mengetahui lebih lanjut silakan kirim dengan alamat
e-mail:nihaoma.books...@...