Bls: [budaya_tionghua] NEW CHINA TOWN
Menurut saya sebutan suatu tempat berkaitan dengan sejarah dan berbagai sisi pandangan masa lalu bukan masa kini...bolehlah tempat-tempat baru itu disebut China Town baru karena penduduknya tapi tidak mungkin memutar waktu sejarah,seperti Toa Sebio,Cienthieyen dan klenteng sebagai bukti sejarah dikawasan Glodok dibangun ditempat baruApa kata dunia (ngikut latah hehehe) Mohon maaf bila saya salah.. salam damai --- Pada Sel, 16/2/10, Tjandra Ghozalli ghozalli2...@yahoo.com menulis: Dari: Tjandra Ghozalli ghozalli2...@yahoo.com Judul: [budaya_tionghua] NEW CHINA TOWN Kepada: budaya_tionghua@yahoogroups.com Tanggal: Selasa, 16 Februari, 2010, 10:19 AM Teruntuk para sianseng terhormat, Owe ingin berbagi pendapat. Selama ini Glodok, Pancoran sering disebut sebagai China Town atau kawasan Pecinan. Tetapi dari owe punya pandangan ini julukan sudah tidak tepat lagi. Karena selain Glodok Pancoran sudah banyak masuk etnis lain yang tinggal dan jualan disana, ada pula yang kawin campur - disana juga sudah sedikit yang bisa berbahasa Tionghoa. Kebanyakan dari keturunan mereka (seperti owe) sehari hari berbahasa Melayu pasar dicampur sedikit Hokkian. Sekarang owe liat, Pluit, Muara Karang, dan Pantai Indah Kapuk malah lebih pecinan dari Glodok. Kebetulan owe tinggal di Pantai Indah Kapuk, waktu maleman Sinciah boleh dibilang owe tidak bisa tidur nyenyak sebab saban menit mereka pasang janhwee daaar, door, daar door terus menerus selama beberapa jam tiada berhenti. Kalu mau lihat pesta kembang api yang bagus menerangi langit di malam Sinciah sebetulnya di tempat inilah, sianseng dapat saksikan. Banyak rumah dihiasi lampion dan pernak pernik hiasan Imlek lainnya di pintu masuk. Waktu harian Sinciah, banyak sekiah berlarian dari rumah ke rumah famili pake baju bagus sambil kantongnya penuh angpao, mereka nampak gumbira sekali. Di depan beberapa rumah di pasang hiolo untuk adakan sembayang samkai, mereka bebas sembayang tanpa merasa risih, sementara lagu lagu Mandarin di setel menyambut tamu. Di gerbang pintu masuk setiap kluster di pasangin lampion lampion. Malah di beberapa kluster, para satpam pake baju twikim dan topi kuncir zaman Boan, mereka wajib kasih ucapan Gong Xie Fat Cay kepada setiap penghuni yang mobilnya keluar masuk kluster seraya bersoja. Kadang para penghuni siapkan angpao buat para satpam tsb. Beberapa tahun lalu barongsai bisa masuk kluster untuk kasih pertunjukkan pada rumah rumah yg berminat, tapi dengan alasan keamanan sekarang dilarang. Kalau sianseng pergi ke Modern Market PIK, kuping sering mendengar orang lalu lalang pake bahasa Hokkian. Para tukang sayur menyapa para ibu dengan I-ie dan para bapak dengan Akoh, mereka menghitung uang pake bahasa hokkian. Sehari sebelum Sinciah, pasar ini diserbu pengunjung. Tukang buah nanas, srikaya laris manis walaupun dibandrol ceban per buah!! Begitu juga tukang ikan (bandeng, kakap) laris manis dan tukang babi repot melayani pembeli yg tiada putus. Di Muara Karang ada pasar terowongan , disini tiap minggu pagi para Akoh sehabis jalan pagi pada duduk ngeriung sambil makan bakmi dan minum susu kedele, bicaranya pada kenceng dan bebas dalam bahasa Hokkian. Sekarang banyak orang Tiongkok (asli) datang berjualan kelontong seperti CD bajakan atau pernak pernik lainnya, mereka berjalan ngider d pasar Muara Karang. Oh ya hampir saban malem minggu tempat makan di sepanjang Muara Karang dikunjungi barongsai, mereka kasih angpao kosong kepada tamu restoran untuk diisi sebagai upah pemain barongsai. Satu hari dan di malam hari menjelang Sinciah di sepanjang Muara Karang berjejer tukang janhwee harganya per kotak cepeceng tapi larisnya bukan main ada yang sekali beli gotiauw! (sayang duit segitu untuk dibakar). Di Pluit, Muara Karang, PIK banyak baliho (papan iklan besar) berisikan ucapan Gong Xie Fat Cay dari pengembang properti di mana tempat lain tidak bisa dijumpai. Pernah ada rencana diadakan Festival Cap Go Meh bolak balik Muara Karang - Pluit tapi sampe sekarang belum kejadian. Itulah menurut owe kawasan Pluit - Muara Karang dan PIK bakal menjadi New China Town menggantikan Glodok - Pancoran. Mohon maaf kalau ada kesalahan kata, soja dari owe Tjandra G Bersenang-senang di Yahoo! Messenger dengan semua teman. Tambahkan mereka dari email atau jaringan sosial Anda sekarang! http://id.messenger.yahoo.com/invite/
Re: Bls: [budaya_tionghua] NEW CHINA TOWN
Sekarang sudah ada peneliti masalah perkotaan yg menjuluki pluit dan kelapa gading New Chinatown kok. di pluit kan juga ada klenteng, sedangkan di kelapa gading meski tak ada klenteng tapi ada toko perlengkapan sembahyang, dan toko obat ramuan tionghoa. Yg paling menonjol dari ciri chinatown adalah jajaran rumah toko, bawah toko atas rumah. Yg mendominasi pemandangan kawasan. Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: Vheru Prayitno pvh...@yahoo.co.id Date: Wed, 17 Feb 2010 16:53:19 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: Bls: [budaya_tionghua] NEW CHINA TOWN Menurut saya sebutan suatu tempat berkaitan dengan sejarah dan berbagai sisi pandangan masa lalu bukan masa kini...bolehlah tempat-tempat baru itu disebut China Town baru karena penduduknya tapi tidak mungkin memutar waktu sejarah,seperti Toa Sebio,Cienthieyen dan klenteng sebagai bukti sejarah dikawasan Glodok dibangun ditempat baruApa kata dunia (ngikut latah hehehe) Mohon maaf bila saya salah.. salam damai --- Pada Sel, 16/2/10, Tjandra Ghozalli ghozalli2...@yahoo.com menulis: Dari: Tjandra Ghozalli ghozalli2...@yahoo.com Judul: [budaya_tionghua] NEW CHINA TOWN Kepada: budaya_tionghua@yahoogroups.com Tanggal: Selasa, 16 Februari, 2010, 10:19 AM Teruntuk para sianseng terhormat, Owe ingin berbagi pendapat. Selama ini Glodok, Pancoran sering disebut sebagai China Town atau kawasan Pecinan. Tetapi dari owe punya pandangan ini julukan sudah tidak tepat lagi. Karena selain Glodok Pancoran sudah banyak masuk etnis lain yang tinggal dan jualan disana, ada pula yang kawin campur - disana juga sudah sedikit yang bisa berbahasa Tionghoa. Kebanyakan dari keturunan mereka (seperti owe) sehari hari berbahasa Melayu pasar dicampur sedikit Hokkian. Sekarang owe liat, Pluit, Muara Karang, dan Pantai Indah Kapuk malah lebih pecinan dari Glodok. Kebetulan owe tinggal di Pantai Indah Kapuk, waktu maleman Sinciah boleh dibilang owe tidak bisa tidur nyenyak sebab saban menit mereka pasang janhwee daaar, door, daar door terus menerus selama beberapa jam tiada berhenti. Kalu mau lihat pesta kembang api yang bagus menerangi langit di malam Sinciah sebetulnya di tempat inilah, sianseng dapat saksikan. Banyak rumah dihiasi lampion dan pernak pernik hiasan Imlek lainnya di pintu masuk. Waktu harian Sinciah, banyak sekiah berlarian dari rumah ke rumah famili pake baju bagus sambil kantongnya penuh angpao, mereka nampak gumbira sekali. Di depan beberapa rumah di pasang hiolo untuk adakan sembayang samkai, mereka bebas sembayang tanpa merasa risih, sementara lagu lagu Mandarin di setel menyambut tamu. Di gerbang pintu masuk setiap kluster di pasangin lampion lampion. Malah di beberapa kluster, para satpam pake baju twikim dan topi kuncir zaman Boan, mereka wajib kasih ucapan Gong Xie Fat Cay kepada setiap penghuni yang mobilnya keluar masuk kluster seraya bersoja. Kadang para penghuni siapkan angpao buat para satpam tsb. Beberapa tahun lalu barongsai bisa masuk kluster untuk kasih pertunjukkan pada rumah rumah yg berminat, tapi dengan alasan keamanan sekarang dilarang. Kalau sianseng pergi ke Modern Market PIK, kuping sering mendengar orang lalu lalang pake bahasa Hokkian. Para tukang sayur menyapa para ibu dengan I-ie dan para bapak dengan Akoh, mereka menghitung uang pake bahasa hokkian. Sehari sebelum Sinciah, pasar ini diserbu pengunjung. Tukang buah nanas, srikaya laris manis walaupun dibandrol ceban per buah!! Begitu juga tukang ikan (bandeng, kakap) laris manis dan tukang babi repot melayani pembeli yg tiada putus. Di Muara Karang ada pasar terowongan , disini tiap minggu pagi para Akoh sehabis jalan pagi pada duduk ngeriung sambil makan bakmi dan minum susu kedele, bicaranya pada kenceng dan bebas dalam bahasa Hokkian. Sekarang banyak orang Tiongkok (asli) datang berjualan kelontong seperti CD bajakan atau pernak pernik lainnya, mereka berjalan ngider d pasar Muara Karang. Oh ya hampir saban malem minggu tempat makan di sepanjang Muara Karang dikunjungi barongsai, mereka kasih angpao kosong kepada tamu restoran untuk diisi sebagai upah pemain barongsai. Satu hari dan di malam hari menjelang Sinciah di sepanjang Muara Karang berjejer tukang janhwee harganya per kotak cepeceng tapi larisnya bukan main ada yang sekali beli gotiauw! (sayang duit segitu untuk dibakar). Di Pluit, Muara Karang, PIK banyak baliho (papan iklan besar) berisikan ucapan Gong Xie Fat Cay dari pengembang properti di mana tempat lain tidak bisa dijumpai. Pernah ada rencana diadakan Festival Cap Go Meh bolak balik Muara Karang - Pluit tapi sampe sekarang belum kejadian. Itulah menurut owe kawasan Pluit - Muara Karang dan PIK bakal menjadi New China Town menggantikan Glodok - Pancoran. Mohon maaf kalau ada kesalahan kata, soja dari owe Tjandra G Bersenang-senang di Yahoo! Messenger
[budaya_tionghua] Re: Buku Cina
Membolak-balik aturan bahasa Indonesia, dalam Pedoman Umum Pembentukan Istilah (bisa ditemukan di bagian belakang Kamus Besar Bahasa Indonesia) bagian 6.5 Penyesuaian Ejaan terdapat ch yang lafalnya c menjadi c dengan contoh charter, check, dan China. Jadi saya kira sih kalau mau protes lebih tepat dilayangkan ke Pusat Bahasa aja. Atau...mungkin dilayangkan ke MABBIM (Majelis Bahasa Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia) ya, karena itu mungkin kesepakatan bersama mereka. Cuman, sampai sekarang kok nggak pernah ada yg mengajukan kesepakatan bersama untuk melayangkan usul masuknya Tiongkok dan Tionghoa dalam KBBI? Kalo cuman bengok-bengok di milis ya jadi angin lalu dan grundelan. --- Re: Buku Cina Posted by: Narpati Pradana kunder...@gmail.com king_vsjn Date: Tue Feb 16, 2010 3:01 pm ((PST)) Tak semua tahu isu Tiongkok vs Cina Tidak semua terlalu perduli isu Tiongkok vs Cina. Dan terkaanku, judul aslinya China dan mungkin itu sebabnya penerjemah langsung menghilangkan huruf 'h' di terjemahannya. Jujur aja, walau sekarang aku cenderung menggunakan kata 'Tiongkok', tetap saja kadang-kadang terjadi selip kata karena kebiasaan dari kecil. Layangkan protes saja ke surat pembaca atau kirim langsung ke penerbit Erlangga tetapi tak usah terlalu berprasangka buruk.
[budaya_tionghua] Re: Happy Chinese New Year untuk Kwai Hiap (Chun jie kuai le)
Hari raya Musim Semi?? Lalu apa yang dirayakan? Bagaimana dengan suasana Tahun Baru serta segala sosialitas dan religiusitas yang terkandung dalam Chun Jie itu kalau sekedar dijadikan Spring Festlval? Cuma rame-rame dan pesta-pesta kah?? Apakah Spring Festival yang Zhou Heng terjemahkan sebagai Hari Raya Musim Semi merupakan terjemahan langsung dari kata Chun Jie?? Kalau memang itu, sejauh yang saya tahu Kata Chun Jie itu pun baru diperkenalkan belum lama (belum 100 tahun), dan gara-garanya adalah policy mengadopsi sistim penanggalan Georgian sebagai pengganti Huangli yang diberlakukan secara nasional di seluruh Tiongkok, dengan konsekuensi menghilangkan makna Tahun Baru itu!! Saya masih nyimpan berita lama berkenaan dengan kebijakan mengganti sistim penanggalan itu yang saya kliping dari majalah lama. Berikut terjemahan bebas berita lama itu: Surat Permohonan petunjuk bertanggal 21 Januari 1914 itu ditanda-tangani(dicap merah) oleh Zhu Qiling (æ±åé´) Dirjen Urusan SosialAffair (æ°`æ²»å¸) Departemen DalamNegeri (å å¡é¨) . Isi surat permohonan petunjuk itu (saya terjemahkan secara bebas, tidak mendetail kata per kata) kira-kira sbb: Permohonan Petunjuk kepada Presiden: Perihal : Penetapan Hari raya tradisional sebagai hari libur resmi Demi untuk kelancaran pergaulan international dalam segala aspek, maka sistim penanggalan yang berlaku secara nasional telah diganti dengan sistim penanggalan Georgian. Namun demikian, di samping kebutuhan menyesuaikan diri dengan kebiasaan internasional, adat istiadat dan lain-lain yang berkaitan dengan sistim penanggalan lama yang sudah mentradisi dalam masyarakat pun tetap harus diperhatikan. Karena itu, sebagaimana halnya negeri Jepang, semenjak diberlakukannya penanggalan Georgian, semua hari-raya tradisional tetap dirayakan dengan meriah dalam masyarakat. Hal ini tidak saja dapat memacu kemajuan ekonomi, tetapi sekaligus juga sebagai stimulus untuk membangkitkan gairah dan semangat kerja rakyat kita. Karena itu, pada hari-hari raya tradisional, segala aktivitas masyarakat seperti melancong, bersembahyang, berdoa, saling kunjung berkunjung dan lain-lain hendaknya mendapat perlindungan hukum yang selayaknya agar tidak lagi diintervensi atau diganggu oleh aparat keamanan. Untuk kepentingan itu, dengan ini kami mengusulkan agar menetapkan : 1. Yuan Dan sebagai hari raya Chun Jie (Hari raya musim semi): 2. Duan Wu sebagai hari raya Xia Jie (Hari raya musim panas); 3. Zhong Qiu/Tiong Chiu sebagai hari raya Qiu Jie (Hari raya musim rontok): 4. Dong Zhi/Tang Ce sebagai hari raya Dong Jie (Hari raya musim dingin) Selain itu, pada hari-raya tradisional yang kelak akan ditetapkan sebagai hari libur resmi tersebut, hendaknya kantor pemerintahan diliburkan selama satu hari dengan memberikan kesempatan bagi para pegawai negeri untuk cuti selama satu hari itu. Demikian dari kami. Demi untuk menghormati kehendak rakyat, kami mohonhendaknya usulan tersebut di atas dapat dikabulkan. Lalu, sebagaimana telah kita ketahui, permohonan itu pun telah dikabulkan oleh Presiden Yuan Shikai waktu itu dengan kalimat singkat : æå`å·²æï¼æå³ç §æºï¼æ¤æ¹ (Permohonan telah dibaca dan diketahui isinya, dengan ini permohonan tersebut kami kabulkan untuk dilaksanakan) pada tgl. 23 Januari 1914. Jadi, dari berita lama itu sudah jelas dan terang benderang, bahwa istilah Chun Jie adalah istilah yang dibuat seiring dengan kebijakan pengadopsian sistim penanggalan Georgian di Tiongkok dulu itu. Selain mengadopsi sistim penanggalan, secara tersirat terbaca juga adanya keinginan penguasa waktu itu menghapus seluruh tradisi Tionghoa yang mereka anggap berpotensi menghambat kemajuan bangsa Tionghoa, dan sekaligus kendala bagi kelancaran pergaulan Tiongkok dengan dunia internasional. Saya kira, Chun Jie dalam bahasa Tionghoa sudah kadung diterima ya sudah lah! Yang penting perisrtiwa sosial berdimensi religius itu tetap dipertahankan sebagimana aslinya, tanpa adanya pergeseran makna. Dan kita pun jangan ikut-ikutan menterjemahkannya lagi sebagai Sspring Festival atau pesta musim semi atau Hari Raya Musim Semi dan sebagainya! Jangan terjebak lagi ke dalam paradigma lama yang ngawur itu!! Salam, Erik \ - --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, zho...@... wrote: Saya pribadi lebih suka pakai istilah hari raya musim semi. Bhs inggrisnya spring festifal. Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT
Re: Bls: [budaya_tionghua] NEW CHINA TOWN
Betul memang ada penelitian dalam penataan kawasan dan akan berlangsung terus penelitian itu apa lagi dikaitkan dengan pemasaran lokasi tersebut,tapi tidak akan merubah sejarah dalam penyebutan lokasi beserta pernak pernik yang menyertai penyebutan nama suatu wilayah.China town ...ya tetap dikota (glodok, petak sembilan,Pancoran dll) Kalau New China Town bisa berubah sewaktu-waktu dari satu wilayah ke wilayah yang lain. Ini pendapat saya Salam damai --- Pada Rab, 17/2/10, zho...@yahoo.com zho...@yahoo.com menulis: Dari: zho...@yahoo.com zho...@yahoo.com Judul: Re: Bls: [budaya_tionghua] NEW CHINA TOWN Kepada: budaya_tionghua@yahoogroups.com Tanggal: Rabu, 17 Februari, 2010, 10:12 AM Sekarang sudah ada peneliti masalah perkotaan yg menjuluki pluit dan kelapa gading New Chinatown kok. di pluit kan juga ada klenteng, sedangkan di kelapa gading meski tak ada klenteng tapi ada toko perlengkapan sembahyang, dan toko obat ramuan tionghoa. Yg paling menonjol dari ciri chinatown adalah jajaran rumah toko, bawah toko atas rumah. Yg mendominasi pemandangan kawasan. Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSATFrom: Vheru Prayitno pvh...@yahoo. co.id Date: Wed, 17 Feb 2010 16:53:19 +0800 (SGT)To: budaya_tionghua@ yahoogroups. comSubject: Bls: [budaya_tionghua] NEW CHINA TOWN Menurut saya sebutan suatu tempat berkaitan dengan sejarah dan berbagai sisi pandangan masa lalu bukan masa kini...bolehlah tempat-tempat baru itu disebut China Town baru karena penduduknya tapi tidak mungkin memutar waktu sejarah,seperti Toa Sebio,Cienthieyen dan klenteng sebagai bukti sejarah dikawasan Glodok dibangun ditempat baruApa kata dunia (ngikut latah hehehe) Mohon maaf bila saya salah.. salam damai --- Pada Sel, 16/2/10, Tjandra Ghozalli ghozalli2002@ yahoo.com menulis: Dari: Tjandra Ghozalli ghozalli2002@ yahoo.com Judul: [budaya_tionghua] NEW CHINA TOWN Kepada: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Tanggal: Selasa, 16 Februari, 2010, 10:19 AM Teruntuk para sianseng terhormat, Owe ingin berbagi pendapat. Selama ini Glodok, Pancoran sering disebut sebagai China Town atau kawasan Pecinan. Tetapi dari owe punya pandangan ini julukan sudah tidak tepat lagi. Karena selain Glodok Pancoran sudah banyak masuk etnis lain yang tinggal dan jualan disana, ada pula yang kawin campur - disana juga sudah sedikit yang bisa berbahasa Tionghoa. Kebanyakan dari keturunan mereka (seperti owe) sehari hari berbahasa Melayu pasar dicampur sedikit Hokkian. Sekarang owe liat, Pluit, Muara Karang, dan Pantai Indah Kapuk malah lebih pecinan dari Glodok. Kebetulan owe tinggal di Pantai Indah Kapuk, waktu maleman Sinciah boleh dibilang owe tidak bisa tidur nyenyak sebab saban menit mereka pasang janhwee daaar, door, daar door terus menerus selama beberapa jam tiada berhenti. Kalu mau lihat pesta kembang api yang bagus menerangi langit di malam Sinciah sebetulnya di tempat inilah, sianseng dapat saksikan. Banyak rumah dihiasi lampion dan pernak pernik hiasan Imlek lainnya di pintu masuk. Waktu harian Sinciah, banyak sekiah berlarian dari rumah ke rumah famili pake baju bagus sambil kantongnya penuh angpao, mereka nampak gumbira sekali. Di depan beberapa rumah di pasang hiolo untuk adakan sembayang samkai, mereka bebas sembayang tanpa merasa risih, sementara lagu lagu Mandarin di setel menyambut tamu. Di gerbang pintu masuk setiap kluster di pasangin lampion lampion. Malah di beberapa kluster, para satpam pake baju twikim dan topi kuncir zaman Boan, mereka wajib kasih ucapan Gong Xie Fat Cay kepada setiap penghuni yang mobilnya keluar masuk kluster seraya bersoja. Kadang para penghuni siapkan angpao buat para satpam tsb. Beberapa tahun lalu barongsai bisa masuk kluster untuk kasih pertunjukkan pada rumah rumah yg berminat, tapi dengan alasan keamanan sekarang dilarang. Kalau sianseng pergi ke Modern Market PIK, kuping sering mendengar orang lalu lalang pake bahasa Hokkian. Para tukang sayur menyapa para ibu dengan I-ie dan para bapak dengan Akoh, mereka menghitung uang pake bahasa hokkian. Sehari sebelum Sinciah, pasar ini diserbu pengunjung. Tukang buah nanas, srikaya laris manis walaupun dibandrol ceban per buah!! Begitu juga tukang ikan (bandeng, kakap) laris manis dan tukang babi repot melayani pembeli yg tiada putus. Di Muara Karang ada pasar terowongan , disini tiap minggu pagi para Akoh sehabis jalan pagi pada duduk ngeriung sambil makan bakmi dan minum susu kedele, bicaranya pada kenceng dan bebas dalam bahasa Hokkian. Sekarang banyak orang Tiongkok (asli) datang berjualan kelontong seperti CD bajakan atau pernak pernik lainnya, mereka berjalan ngider d pasar Muara Karang. Oh ya hampir saban malem minggu tempat makan di sepanjang Muara Karang dikunjungi barongsai, mereka kasih angpao kosong kepada tamu restoran untuk diisi sebagai upah pemain
Bls: [budaya_tionghua] Re: Buku Cina
Se7.hehehe --- Pada Rab, 17/2/10, eddy witanto edd...@yahoo.com menulis: Dari: eddy witanto edd...@yahoo.com Judul: [budaya_tionghua] Re: Buku Cina Kepada: budaya_tionghua@yahoogroups.com Tanggal: Rabu, 17 Februari, 2010, 11:32 AM Membolak-balik aturan bahasa Indonesia, dalam Pedoman Umum Pembentukan Istilah (bisa ditemukan di bagian belakang Kamus Besar Bahasa Indonesia) bagian 6.5 Penyesuaian Ejaan terdapat ch yang lafalnya c menjadi c dengan contoh charter, check, dan China. Jadi saya kira sih kalau mau protes lebih tepat dilayangkan ke Pusat Bahasa aja. Atau...mungkin dilayangkan ke MABBIM (Majelis Bahasa Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia) ya, karena itu mungkin kesepakatan bersama mereka. Cuman, sampai sekarang kok nggak pernah ada yg mengajukan kesepakatan bersama untuk melayangkan usul masuknya Tiongkok dan Tionghoa dalam KBBI? Kalo cuman bengok-bengok di milis ya jadi angin lalu dan grundelan. - - - - - - - - - - - Re: Buku Cina Posted by: Narpati Pradana kunder...@gmail. com king_vsjn Date: Tue Feb 16, 2010 3:01 pm ((PST)) Tak semua tahu isu Tiongkok vs Cina Tidak semua terlalu perduli isu Tiongkok vs Cina. Dan terkaanku, judul aslinya China dan mungkin itu sebabnya penerjemah langsung menghilangkan huruf 'h' di terjemahannya. Jujur aja, walau sekarang aku cenderung menggunakan kata 'Tiongkok', tetap saja kadang-kadang terjadi selip kata karena kebiasaan dari kecil. Layangkan protes saja ke surat pembaca atau kirim langsung ke penerbit Erlangga tetapi tak usah terlalu berprasangka buruk. Yahoo! Mail Kini Lebih Cepat dan Lebih Bersih. Rasakan bedanya sekarang! http://id.mail.yahoo.com
[budaya_tionghua] Perkenalan
Kami ingin sekali memperkenalkan web kami:www.nihaoma-bookshop.com, kami senang sekali bisa mengembangkan berbahasa dan berbudaya mandarin lewat buku dan media inspiratif sejak dini bagi anak-anak. Kami menyediakan berbagai buku mandarin bagi anak-anak yang dilengkapi gambar-gambar menarik dan cerita yang berisi pesan moral di dalamnya, sekaligus budaya didalamnya lewat puisi bagi anak-anak. Kami juga memperkenalkan bahasa mandarin bagi anak-anak lewat media inspiratif yang membuat anak-anak merasa bermain didalam belajar bahasa mandarin tanpa terasa. Terima kasih atas kunjungannya di:www.nihaoma-bookshop.com, atau jika ingin mengetahui lebih lanjut silakan kirim dengan alamat e-mail:nihaoma.books...@yahoo.com.
Re: Bls: [budaya_tionghua] NEW CHINA TOWN
Jadi menurut teman teman apa Nama Bahasa Indonesia yang tepat untuk New China Town Kota/Kampung Tiongkok Baru, Kota/Kampung Tionghoa Baru, Kota/Kampung China Baru atau Kota/Kampung Cina Baru? Kok makin ribet ya! 2010/2/17 Vheru Prayitno pvh...@yahoo.co.id Menurut saya sebutan suatu tempat berkaitan dengan sejarah dan berbagai sisi pandangan masa lalu bukan masa kini...bolehlah tempat-tempat baru itu disebut China Town baru karena penduduknya tapi tidak mungkin memutar waktu sejarah,seperti Toa Sebio,Cienthieyen dan klenteng sebagai bukti sejarah dikawasan Glodok dibangun ditempat baruApa kata dunia (ngikut latah hehehe) Mohon maaf bila saya salah.. salam damai --- Pada *Sel, 16/2/10, Tjandra Ghozalli ghozalli2...@yahoo.com*menulis: Dari: Tjandra Ghozalli ghozalli2...@yahoo.com Judul: [budaya_tionghua] NEW CHINA TOWN Kepada: budaya_tionghua@yahoogroups.com Tanggal: Selasa, 16 Februari, 2010, 10:19 AM Teruntuk para sianseng terhormat, Owe ingin berbagi pendapat. Selama ini Glodok, Pancoran sering disebut sebagai China Town atau kawasan Pecinan. Tetapi dari owe punya pandangan ini julukan sudah tidak tepat lagi. Karena selain Glodok Pancoran sudah banyak masuk etnis lain yang tinggal dan jualan disana, ada pula yang kawin campur - disana juga sudah sedikit yang bisa berbahasa Tionghoa. Kebanyakan dari keturunan mereka (seperti owe) sehari hari berbahasa Melayu pasar dicampur sedikit Hokkian. Sekarang owe liat, Pluit, Muara Karang, dan Pantai Indah Kapuk malah lebih pecinan dari Glodok. Kebetulan owe tinggal di Pantai Indah Kapuk, waktu maleman Sinciah boleh dibilang owe tidak bisa tidur nyenyak sebab saban menit mereka pasang janhwee daaar, door, daar door terus menerus selama beberapa jam tiada berhenti. Kalu mau lihat pesta kembang api yang bagus menerangi langit di malam Sinciah sebetulnya di tempat inilah, sianseng dapat saksikan. Banyak rumah dihiasi lampion dan pernak pernik hiasan Imlek lainnya di pintu masuk. Waktu harian Sinciah, banyak sekiah berlarian dari rumah ke rumah famili pake baju bagus sambil kantongnya penuh angpao, mereka nampak gumbira sekali. Di depan beberapa rumah di pasang hiolo untuk adakan sembayang samkai, mereka bebas sembayang tanpa merasa risih, sementara lagu lagu Mandarin di setel menyambut tamu. Di gerbang pintu masuk setiap kluster di pasangin lampion lampion. Malah di beberapa kluster, para satpam pake baju twikim dan topi kuncir zaman Boan, mereka wajib kasih ucapan Gong Xie Fat Cay kepada setiap penghuni yang mobilnya keluar masuk kluster seraya bersoja. Kadang para penghuni siapkan angpao buat para satpam tsb. Beberapa tahun lalu barongsai bisa masuk kluster untuk kasih pertunjukkan pada rumah rumah yg berminat, tapi dengan alasan keamanan sekarang dilarang. Kalau sianseng pergi ke Modern Market PIK, kuping sering mendengar orang lalu lalang pake bahasa Hokkian. Para tukang sayur menyapa para ibu dengan I-ie dan para bapak dengan Akoh, mereka menghitung uang pake bahasa hokkian. Sehari sebelum Sinciah, pasar ini diserbu pengunjung. Tukang buah nanas, srikaya laris manis walaupun dibandrol ceban per buah!! Begitu juga tukang ikan (bandeng, kakap) laris manis dan tukang babi repot melayani pembeli yg tiada putus. Di Muara Karang ada pasar terowongan , disini tiap minggu pagi para Akoh sehabis jalan pagi pada duduk ngeriung sambil makan bakmi dan minum susu kedele, bicaranya pada kenceng dan bebas dalam bahasa Hokkian. Sekarang banyak orang Tiongkok (asli) datang berjualan kelontong seperti CD bajakan atau pernak pernik lainnya, mereka berjalan ngider d pasar Muara Karang. Oh ya hampir saban malem minggu tempat makan di sepanjang Muara Karang dikunjungi barongsai, mereka kasih angpao kosong kepada tamu restoran untuk diisi sebagai upah pemain barongsai. Satu hari dan di malam hari menjelang Sinciah di sepanjang Muara Karang berjejer tukang janhwee harganya per kotak cepeceng tapi larisnya bukan main ada yang sekali beli gotiauw! (sayang duit segitu untuk dibakar). Di Pluit, Muara Karang, PIK banyak baliho (papan iklan besar) berisikan ucapan Gong Xie Fat Cay dari pengembang properti di mana tempat lain tidak bisa dijumpai. Pernah ada rencana diadakan Festival Cap Go Meh bolak balik Muara Karang - Pluit tapi sampe sekarang belum kejadian. Itulah menurut owe kawasan Pluit - Muara Karang dan PIK bakal menjadi New China Town menggantikan Glodok - Pancoran. Mohon maaf kalau ada kesalahan kata, soja dari owe Tjandra G -- Yahoo! Mail Kini Lebih Cepat dan Lebih Bersih. Rasakan bedanya sekarang!http://id.mail.yahoo.com
[budaya_tionghua] Re: Happy Chinese New Year untuk Kwai Hiap (Chun jie kuai le)
Untuk di Indonesia tdk kenal 4 musim,jd cuma ada musim hujan dan musim kemarau, seperti saat sincia sekarang ini. Jelas adalah musim hujan, banjir di-mana2. Maka dari itu saya lebih cenderung memakai selamat tahun baru. soal th baru apa, ya th baru kita, bisa orang jepang, korea, thailand dlsb. Jadi Xin NIen Kuai Le = Happy new year masih OK lah. Sojah wushu, Koay Hiap. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, zho...@... wrote: Saya kira istilah chunjie cukup baik. Penggunaan istilah ini tdk lantas menghilangkan makna pergantian tahun ataupun makna religius. yg mau sembahyang merayakan musim semi tetap sah kan? Perlu diingat, istilah tahun barupun tdk otomatis bermakna religius, semua tergantung yg mengisinya. Seperti halnya perayaan Tahun baru masehi, apa otomatis dikaitkan dng nilai religius? Perayaan musim pun bisa tetap penuh makna, ini bisa dibuktikan dng berbagai perayaan tradisional di Tiongkok yg hampir semua berkaitan dng musim. Pempopuleran istilah Chunjie atau hari raya musim semi utk zaman ini saya kira justru sangat tepat, membuat perayaan ini lebih penuh nuansa, penuh warna dan penuh nilai2 symbolis, lebih puitis, berkaitan erat dng siklus alam, tdk sekedar pergantian tahun, mengingat penggunaan kalender tionghoa sdh tak dominan dlm kehidupan se hari2, getar rasa pergantian tahun lama kebarupun sdh tergantikan oleh pergantian tahun masehi. Dng menamai perayaan musim semi, perayaan ini justru akan menjadi semakin populer di dunia. Semua orang bisa ikut merayakan, mengapa tdk? Ini adalah menambah nilai, bukan mengurangi. Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: Erik rsn...@... Date: Wed, 17 Feb 2010 12:55:17 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: [budaya_tionghua] Re: Happy Chinese New Year untuk Kwai Hiap (Chun jie kuai le) Hari raya Musim Semi?? Lalu apa yang dirayakan? Bagaimana dengan suasana Tahun Baru serta segala sosialitas dan religiusitas yang terkandung dalam Chun Jie itu kalau sekedar dijadikan Spring Festlval? Cuma rame-rame dan pesta-pesta kah?? Apakah Spring Festival yang Zhou Heng terjemahkan sebagai Hari Raya Musim Semi merupakan terjemahan langsung dari kata Chun Jie?? Kalau memang itu, sejauh yang saya tahu Kata Chun Jie itu pun baru diperkenalkan belum lama (belum 100 tahun), dan gara-garanya adalah policy mengadopsi sistim penanggalan Georgian sebagai pengganti Huangli yang diberlakukan secara nasional di seluruh Tiongkok, dengan konsekuensi menghilangkan makna Tahun Baru itu!! Saya masih nyimpan berita lama berkenaan dengan kebijakan mengganti sistim penanggalan itu yang saya kliping dari majalah lama. Berikut terjemahan bebas berita lama itu: Surat Permohonan petunjuk bertanggal 21 Januari 1914 itu ditanda-tangani(dicap merah) oleh Zhu Qiling (æűåâ¢Å¸Ã©Ë´) Dirjen Urusan SosialAffair (æ°`æ²»å¸) Departemen DalamNegeri (Ã¥â â¦Ã¥Å ¡éÆ'¨) . Isi surat permohonan petunjuk itu (saya terjemahkan secara bebas, tidak mendetail kata per kata) kira-kira sbb: Permohonan Petunjuk kepada Presiden: Perihal : Penetapan Hari raya tradisional sebagai hari libur resmi Demi untuk kelancaran pergaulan international dalam segala aspek, maka sistim penanggalan yang berlaku secara nasional telah diganti dengan sistim penanggalan Georgian. Namun demikian, di samping kebutuhan menyesuaikan diri dengan kebiasaan internasional, adat istiadat dan lain-lain yang berkaitan dengan sistim penanggalan lama yang sudah mentradisi dalam masyarakat pun tetap harus diperhatikan. Karena itu, sebagaimana halnya negeri Jepang, semenjak diberlakukannya penanggalan Georgian, semua hari-raya tradisional tetap dirayakan dengan meriah dalam masyarakat. Hal ini tidak saja dapat memacu kemajuan ekonomi, tetapi sekaligus juga sebagai stimulus untuk membangkitkan gairah dan semangat kerja rakyat kita. Karena itu, pada hari-hari raya tradisional, segala aktivitas masyarakat seperti melancong, bersembahyang, berdoa, saling kunjung berkunjung dan lain-lain hendaknya mendapat perlindungan hukum yang selayaknya agar tidak lagi diintervensi atau diganggu oleh aparat keamanan. Untuk kepentingan itu, dengan ini kami mengusulkan agar menetapkan : 1. Yuan Dan sebagai hari raya Chun Jie (Hari raya musim semi): 2. Duan Wu sebagai hari raya Xia Jie (Hari raya musim panas); 3. Zhong Qiu/Tiong Chiu sebagai hari raya Qiu Jie (Hari raya musim rontok): 4. Dong Zhi/Tang Ce sebagai hari raya Dong Jie (Hari raya musim dingin) Selain itu, pada hari-raya tradisional yang kelak akan ditetapkan sebagai hari libur resmi tersebut, hendaknya kantor pemerintahan diliburkan selama satu hari dengan memberikan kesempatan bagi para pegawai negeri untuk cuti selama satu hari itu. Demikian dari kami. Demi untuk menghormati kehendak rakyat, kami mohonhendaknya usulan tersebut di atas dapat dikabulkan. Lalu, sebagaimana telah
[budaya_tionghua] MUSIM SEMI Happy Chinese New Year untuk Kwai Hiap (Chun jie kuai le)
Musim semi di Jawa, banyak rambutan, duren, mangga, lengkeng dsb dsb ………. …. J) From: budaya_tionghua@yahoogroups.com [mailto:budaya_tiong...@yahoogroups.com] On Behalf Of kwaih...@ymail.com Sent: Thursday, February 18, 2010 8:37 AM To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: [budaya_tionghua] Re: Happy Chinese New Year untuk Kwai Hiap (Chun jie kuai le) Untuk di Indonesia tdk kenal 4 musim,jd cuma ada musim hujan dan musim kemarau, seperti saat sincia sekarang ini. Jelas adalah musim hujan, banjir di-mana2. Maka dari itu saya lebih cenderung memakai selamat tahun baru. soal th baru apa, ya th baru kita, bisa orang jepang, korea, thailand dlsb. Jadi Xin NIen Kuai Le = Happy new year masih OK lah. Sojah wushu, Koay Hiap. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com mailto:budaya_tionghua%40yahoogroups.com , zho...@... wrote: Saya kira istilah chunjie cukup baik. Penggunaan istilah ini tdk lantas menghilangkan makna pergantian tahun ataupun makna religius. yg mau sembahyang merayakan musim semi tetap sah kan? Perlu diingat, istilah tahun barupun tdk otomatis bermakna religius, semua tergantung yg mengisinya. Seperti halnya perayaan Tahun baru masehi, apa otomatis dikaitkan dng nilai religius? Perayaan musim pun bisa tetap penuh makna, ini bisa dibuktikan dng berbagai perayaan tradisional di Tiongkok yg hampir semua berkaitan dng musim. Pempopuleran istilah Chunjie atau hari raya musim semi utk zaman ini saya kira justru sangat tepat, membuat perayaan ini lebih penuh nuansa, penuh warna dan penuh nilai2 symbolis, lebih puitis, berkaitan erat dng siklus alam, tdk sekedar pergantian tahun, mengingat penggunaan kalender tionghoa sdh tak dominan dlm kehidupan se hari2, getar rasa pergantian tahun lama kebarupun sdh tergantikan oleh pergantian tahun masehi. Dng menamai perayaan musim semi, perayaan ini justru akan menjadi semakin populer di dunia. Semua orang bisa ikut merayakan, mengapa tdk? Ini adalah menambah nilai, bukan mengurangi. Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: Erik rsn...@... Date: Wed, 17 Feb 2010 12:55:17 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com mailto:budaya_tionghua%40yahoogroups.com Subject: [budaya_tionghua] Re: Happy Chinese New Year untuk Kwai Hiap (Chun jie kuai le) Hari raya Musim Semi?? Lalu apa yang dirayakan? Bagaimana dengan suasana Tahun Baru serta segala sosialitas dan religiusitas yang terkandung dalam Chun Jie itu kalau sekedar dijadikan Spring Festlval? Cuma rame-rame dan pesta-pesta kah?? Apakah Spring Festival yang Zhou Heng terjemahkan sebagai Hari Raya Musim Semi merupakan terjemahan langsung dari kata Chun Jie?? Kalau memang itu, sejauh yang saya tahu Kata Chun Jie itu pun baru diperkenalkan belum lama (belum 100 tahun), dan gara-garanya adalah policy mengadopsi sistim penanggalan Georgian sebagai pengganti Huangli yang diberlakukan secara nasional di seluruh Tiongkok, dengan konsekuensi menghilangkan makna Tahun Baru itu!! Saya masih nyimpan berita lama berkenaan dengan kebijakan mengganti sistim penanggalan itu yang saya kliping dari majalah lama. Berikut terjemahan bebas berita lama itu: Surat Permohonan petunjuk bertanggal 21 Januari 1914 itu ditanda-tangani(dicap merah) oleh Zhu Qiling (æű啟鈴) Dirjen Urusan SosialAffair (æ°`æ²»å¸) Departemen DalamNegeri (内务éÆ'¨) . Isi surat permohonan petunjuk itu (saya terjemahkan secara bebas, tidak mendetail kata per kata) kira-kira sbb: Permohonan Petunjuk kepada Presiden: Perihal : Penetapan Hari raya tradisional sebagai hari libur resmi Demi untuk kelancaran pergaulan international dalam segala aspek, maka sistim penanggalan yang berlaku secara nasional telah diganti dengan sistim penanggalan Georgian. Namun demikian, di samping kebutuhan menyesuaikan diri dengan kebiasaan internasional, adat istiadat dan lain-lain yang berkaitan dengan sistim penanggalan lama yang sudah mentradisi dalam masyarakat pun tetap harus diperhatikan. Karena itu, sebagaimana halnya negeri Jepang, semenjak diberlakukannya penanggalan Georgian, semua hari-raya tradisional tetap dirayakan dengan meriah dalam masyarakat. Hal ini tidak saja dapat memacu kemajuan ekonomi, tetapi sekaligus juga sebagai stimulus untuk membangkitkan gairah dan semangat kerja rakyat kita. Karena itu, pada hari-hari raya tradisional, segala aktivitas masyarakat seperti melancong, bersembahyang, berdoa, saling kunjung berkunjung dan lain-lain hendaknya mendapat perlindungan hukum yang selayaknya agar tidak lagi diintervensi atau diganggu oleh aparat keamanan. Untuk kepentingan itu, dengan ini kami mengusulkan agar menetapkan : 1. Yuan Dan sebagai hari raya Chun Jie (Hari raya musim semi): 2. Duan Wu sebagai hari raya Xia Jie (Hari raya musim panas); 3. Zhong Qiu/Tiong Chiu sebagai hari raya Qiu Jie (Hari raya musim rontok): 4. Dong Zhi/Tang Ce sebagai hari
[budaya_tionghua] Re: KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA. 4/e. pusat bahasa. 2008
didunia sekarang ini ada yg namanya hak azasi. jadi biarkan saja yg senang memakai istilah cina, kan mereka itu huana, jadi ya maklum saja. sedangkan Tionghoa, alias Tenglang alias Tongnyin alias Hanren alias Huaren adalah wajar kalau tdk suka istilah itu. Sojah wushu, Koay Hiap. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, als a...@... wrote: Bahasa adalah hidup karena terus dipakai oleh orang hidup, sedangkan KBBI adalah benda mati yang tentu saja cenderung selalu ketinggalan. Mungkin karena kekurangan dana atau ketiadaan anggaran atau apa, Pusat Bahasa tidak menerbitkan suplemen kata-kata atau istilah-istilah terbaru yang sekarang ini dipakai oleh masyarakat umum. Pemakaian istilah Tionghoa dan Tiongkok semestinya harus sudah dicantumkan dalam suplemen itu (sayangnya sekarang tidak tersedia) dan yang lebih penting lagi seharusnya istilah Tionghoa dan Tiongkok ini hendaknya dipakai ketika kita berbicara atau menulis sehingga secara alami kata-kata ini menjadi baku dan masuk ke dalam KBBI. Sayangnya surat kabar paling berpengaruh di Indonesia (KOMPAS) dan beberapa kalangan Tionghoa sendiri lebih suka memakai istilah China atau bahkan Cina sebagaimana yang ditunjukkan berkali-kali oleh beberapa teman di sini dan teman-teman di t-net pada umumnya. Aneh juga jika sebagian Tionghoa mengusulkan pencantuman istilah Tionghoa di KBBI dan sebagian lainnya masih senang memakai bahkan merasa bangga jika dipanggil Cina dan memanggil Cina kepada Tionghoa-Tionghoa lainnya atau malah lebih senang memakai Chinese yang jelas bukan kata dalam bahasa Indonesia. :-) Andy L.S.. _ From: ibcindon [mailto:ibcin...@...] Sent: Tuesday, February 16, 2010 9:36 PM To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: [budaya_tionghua] KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA. 4/e. pusat bahasa. 2008 [1 Attachment] [Attachment(s) from ibcindon included below] Di dalam buku KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA , 4/E. PUSAT BAHASA, DEPDIKNAS. PT GPU. 2008. Memang tidak tercantum kata : Tionghoa atau pun Tiongkok Yang ada ya hanya kata CINA , dengan bentukan kata majemuk : cina buta, cina kolong, cina perantauan, mencina. Ada juga peranakan, babah, baba. Buku kamus dari Pusat Bahasa ini merupakan acuan resmi dan baku bagi perbendaharaan kosa kata nasional, Indonesia. Untuk berbahasa Indonesia yang benar dan baik, tepat. Selama kata Tionghoa dan Tiongkok tidak tercantum didalamnya, selalu akan timbul ambigue, atau malah terjadi preferensi pemakaian kata Cina. Terjadi lagalisasi pemakaian kata tsb. Mungkin jalan terbaik agar kata Tionghoa dan Tiongkok dapat kembali masuk dalam kosa kata nasional yang baik dan tepat, haruslah diusahakan menghubungi lembaga Pusat Bahasa Depdiknas agar diusulkan pada edisi berikutnya dimasukan dimasukan kedua kata tsb. Tentunya disertai alasan dan penjelasan lengkap. Sebaiknya oleh ahli bahasa. Selama ini tidak terlaksana, keluhan hanya akan berupu gerutuan yang tidak pernah ada perbaikan.
[budaya_tionghua] Re: Buku Cina
Tergantung target marketnya. Kalau target marketnya mereka yang sensitif dengan istilah, tentu akan pakai judul tiongkok. Tapi yang lebih suka pakai istilah tiongkok tentunya punya akses lebih besar ke buku-buku soal 'tiongkok' kalau perlu yang masih dengan bahasa aslinya, sehingga nggak butuh lagi buku seperti ini. Kalau target marketnya adalah mereka yang netral-netral aja, bahkan nggak tahu soal gontokan istilah Cina vs Tiongkok, ya pakainya istilah CINA saja, Bukankan diseantero dunia juga disebutnya CHINA, kalau diterjemahin jadi CINA khan lebih dekat, kalau diterjemahin jadi TIONGKOK nanti orang malah bingung nggak punya gambaran, ini buku mau ngomongin soal apa sih. Hehehehh Pake istilah tiongkok mah, hanya mempersempit target market doank. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Akhmad Bukhari Saleh absa...@... wrote: Saya rasa betul begitu. Kalau penerbit seperti Erlangga secara by design (bukan tanpa sengaja) melakukan pilihan kata, tentu motivasinya bukan politis, melainkan ekonomis, utamanya ekonomi pemasaran. Mana yang menurut perhitungannya akan bikin laku, itulah yang dipilih. Soal perhitungannya itu bisa salah, itu soal lain. Wasalam. - Original Message - From: adiperdanasam...@... To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Tuesday, February 16, 2010 9:23 PM Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Buku Cina Ya.. Semakin didebat..semakin laku deh tu buku.. Beli..ah.. Sam Sent from my BlackBerry? powered by Sinyal Kuat INDOSAT -- From: Erik rsn...@... Date: Tue, 16 Feb 2010 06:55:56 - To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: [budaya_tionghua] Re: Buku Cina Dengan membaca posting di sini bahwa salah satu pakar yang diundang adalah A. Dahana, saya perkirakan yang dimaksud ahli bahasa adalah para sinolog dari UI kelompoknya Pak Dahana itu, sampai sekarang jurusan mereka resminya adalah FIB UI jurusan sastra CINA. Argumentasi mereka mempertahankan kata CINA yang itu-itu juga, lagu lama yang klasik. Bahwasanya kata itu sudah lama digunakan, tidak bermaksud menghina, lebih netral ketimpang Tiongkok yang artinya adalah Negara Tengah, dll dsb. Tiada bedanya dengan argumentasi teman-teman di milis ini yang juga ngotot dengan kata CINA. Salam, Erik --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, lkartono@ wrote: Cak Akhmad, Waktu saya tanya kenapa blunder menggunakan kata tersebut, mereka mengatakan sudah berkonsultasi dengan ahli bahasa. Saya nggak tahu siapa ahli bahasa yang dipakai sebagai konsultan. Secara komersial memang tidak menguntungkan.Pada saat launching didiskon 30%. salam loek's
Re: Bls: [budaya_tionghua] NEW CHINA TOWN
Perluasan china town. Pluit bersebelahan dengan glodok wajar jadi perluasan dari china town. Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...! -Original Message- From: Dharma Hutauruk dharma.hutau...@gmail.com Date: Wed, 17 Feb 2010 22:22:02 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] NEW CHINA TOWN Jadi menurut teman teman apa Nama Bahasa Indonesia yang tepat untuk New China Town Kota/Kampung Tiongkok Baru, Kota/Kampung Tionghoa Baru, Kota/Kampung China Baru atau Kota/Kampung Cina Baru? Kok makin ribet ya! 2010/2/17 Vheru Prayitno pvh...@yahoo.co.id Menurut saya sebutan suatu tempat berkaitan dengan sejarah dan berbagai sisi pandangan masa lalu bukan masa kini...bolehlah tempat-tempat baru itu disebut China Town baru karena penduduknya tapi tidak mungkin memutar waktu sejarah,seperti Toa Sebio,Cienthieyen dan klenteng sebagai bukti sejarah dikawasan Glodok dibangun ditempat baruApa kata dunia (ngikut latah hehehe) Mohon maaf bila saya salah.. salam damai --- Pada *Sel, 16/2/10, Tjandra Ghozalli ghozalli2...@yahoo.com*menulis: Dari: Tjandra Ghozalli ghozalli2...@yahoo.com Judul: [budaya_tionghua] NEW CHINA TOWN Kepada: budaya_tionghua@yahoogroups.com Tanggal: Selasa, 16 Februari, 2010, 10:19 AM Teruntuk para sianseng terhormat, Owe ingin berbagi pendapat. Selama ini Glodok, Pancoran sering disebut sebagai China Town atau kawasan Pecinan. Tetapi dari owe punya pandangan ini julukan sudah tidak tepat lagi. Karena selain Glodok Pancoran sudah banyak masuk etnis lain yang tinggal dan jualan disana, ada pula yang kawin campur - disana juga sudah sedikit yang bisa berbahasa Tionghoa. Kebanyakan dari keturunan mereka (seperti owe) sehari hari berbahasa Melayu pasar dicampur sedikit Hokkian. Sekarang owe liat, Pluit, Muara Karang, dan Pantai Indah Kapuk malah lebih pecinan dari Glodok. Kebetulan owe tinggal di Pantai Indah Kapuk, waktu maleman Sinciah boleh dibilang owe tidak bisa tidur nyenyak sebab saban menit mereka pasang janhwee daaar, door, daar door terus menerus selama beberapa jam tiada berhenti. Kalu mau lihat pesta kembang api yang bagus menerangi langit di malam Sinciah sebetulnya di tempat inilah, sianseng dapat saksikan. Banyak rumah dihiasi lampion dan pernak pernik hiasan Imlek lainnya di pintu masuk. Waktu harian Sinciah, banyak sekiah berlarian dari rumah ke rumah famili pake baju bagus sambil kantongnya penuh angpao, mereka nampak gumbira sekali. Di depan beberapa rumah di pasang hiolo untuk adakan sembayang samkai, mereka bebas sembayang tanpa merasa risih, sementara lagu lagu Mandarin di setel menyambut tamu. Di gerbang pintu masuk setiap kluster di pasangin lampion lampion. Malah di beberapa kluster, para satpam pake baju twikim dan topi kuncir zaman Boan, mereka wajib kasih ucapan Gong Xie Fat Cay kepada setiap penghuni yang mobilnya keluar masuk kluster seraya bersoja. Kadang para penghuni siapkan angpao buat para satpam tsb. Beberapa tahun lalu barongsai bisa masuk kluster untuk kasih pertunjukkan pada rumah rumah yg berminat, tapi dengan alasan keamanan sekarang dilarang. Kalau sianseng pergi ke Modern Market PIK, kuping sering mendengar orang lalu lalang pake bahasa Hokkian. Para tukang sayur menyapa para ibu dengan I-ie dan para bapak dengan Akoh, mereka menghitung uang pake bahasa hokkian. Sehari sebelum Sinciah, pasar ini diserbu pengunjung. Tukang buah nanas, srikaya laris manis walaupun dibandrol ceban per buah!! Begitu juga tukang ikan (bandeng, kakap) laris manis dan tukang babi repot melayani pembeli yg tiada putus. Di Muara Karang ada pasar terowongan , disini tiap minggu pagi para Akoh sehabis jalan pagi pada duduk ngeriung sambil makan bakmi dan minum susu kedele, bicaranya pada kenceng dan bebas dalam bahasa Hokkian. Sekarang banyak orang Tiongkok (asli) datang berjualan kelontong seperti CD bajakan atau pernak pernik lainnya, mereka berjalan ngider d pasar Muara Karang. Oh ya hampir saban malem minggu tempat makan di sepanjang Muara Karang dikunjungi barongsai, mereka kasih angpao kosong kepada tamu restoran untuk diisi sebagai upah pemain barongsai. Satu hari dan di malam hari menjelang Sinciah di sepanjang Muara Karang berjejer tukang janhwee harganya per kotak cepeceng tapi larisnya bukan main ada yang sekali beli gotiauw! (sayang duit segitu untuk dibakar). Di Pluit, Muara Karang, PIK banyak baliho (papan iklan besar) berisikan ucapan Gong Xie Fat Cay dari pengembang properti di mana tempat lain tidak bisa dijumpai. Pernah ada rencana diadakan Festival Cap Go Meh bolak balik Muara Karang - Pluit tapi sampe sekarang belum kejadian. Itulah menurut owe kawasan Pluit - Muara Karang dan PIK bakal menjadi New China Town menggantikan Glodok - Pancoran. Mohon maaf kalau ada kesalahan kata, soja dari owe Tjandra G -- Yahoo! Mail Kini Lebih Cepat dan Lebih Bersih. Rasakan bedanya
Re: [budaya_tionghua] Re: Happy Chinese New Year untuk Kwai Hiap (Chun jie kuai le)
Kalau pakai logika ini, buntutnya bisa panjang: Nanti hiasan sincia tdk tepat pakai bunga Mei, kan di indo tdk ada bunga ini, tulisan2 Chun yg digantung juga hrs diganti. Terus perayaan Tiongjiu dan tangce mau di kemanakan? Terus logikanya pohon natal tdk tepat pinus bersalju, apalagi pakai kereta salju, lebaran jangan pakai hiasan binatang unta. Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: kwaih...@ymail.com kwaih...@ymail.com Date: Thu, 18 Feb 2010 01:36:38 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: [budaya_tionghua] Re: Happy Chinese New Year untuk Kwai Hiap (Chun jie kuai le) Untuk di Indonesia tdk kenal 4 musim,jd cuma ada musim hujan dan musim kemarau, seperti saat sincia sekarang ini. Jelas adalah musim hujan, banjir di-mana2. Maka dari itu saya lebih cenderung memakai selamat tahun baru. soal th baru apa, ya th baru kita, bisa orang jepang, korea, thailand dlsb. Jadi Xin NIen Kuai Le = Happy new year masih OK lah. Sojah wushu, Koay Hiap. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, zho...@... wrote: Saya kira istilah chunjie cukup baik. Penggunaan istilah ini tdk lantas menghilangkan makna pergantian tahun ataupun makna religius. yg mau sembahyang merayakan musim semi tetap sah kan? Perlu diingat, istilah tahun barupun tdk otomatis bermakna religius, semua tergantung yg mengisinya. Seperti halnya perayaan Tahun baru masehi, apa otomatis dikaitkan dng nilai religius? Perayaan musim pun bisa tetap penuh makna, ini bisa dibuktikan dng berbagai perayaan tradisional di Tiongkok yg hampir semua berkaitan dng musim. Pempopuleran istilah Chunjie atau hari raya musim semi utk zaman ini saya kira justru sangat tepat, membuat perayaan ini lebih penuh nuansa, penuh warna dan penuh nilai2 symbolis, lebih puitis, berkaitan erat dng siklus alam, tdk sekedar pergantian tahun, mengingat penggunaan kalender tionghoa sdh tak dominan dlm kehidupan se hari2, getar rasa pergantian tahun lama kebarupun sdh tergantikan oleh pergantian tahun masehi. Dng menamai perayaan musim semi, perayaan ini justru akan menjadi semakin populer di dunia. Semua orang bisa ikut merayakan, mengapa tdk? Ini adalah menambah nilai, bukan mengurangi. Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: Erik rsn...@... Date: Wed, 17 Feb 2010 12:55:17 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: [budaya_tionghua] Re: Happy Chinese New Year untuk Kwai Hiap (Chun jie kuai le) Hari raya Musim Semi?? Lalu apa yang dirayakan? Bagaimana dengan suasana Tahun Baru serta segala sosialitas dan religiusitas yang terkandung dalam Chun Jie itu kalau sekedar dijadikan Spring Festlval? Cuma rame-rame dan pesta-pesta kah?? Apakah Spring Festival yang Zhou Heng terjemahkan sebagai Hari Raya Musim Semi merupakan terjemahan langsung dari kata Chun Jie?? Kalau memang itu, sejauh yang saya tahu Kata Chun Jie itu pun baru diperkenalkan belum lama (belum 100 tahun), dan gara-garanya adalah policy mengadopsi sistim penanggalan Georgian sebagai pengganti Huangli yang diberlakukan secara nasional di seluruh Tiongkok, dengan konsekuensi menghilangkan makna Tahun Baru itu!! Saya masih nyimpan berita lama berkenaan dengan kebijakan mengganti sistim penanggalan itu yang saya kliping dari majalah lama. Berikut terjemahan bebas berita lama itu: Surat Permohonan petunjuk bertanggal 21 Januari 1914 itu ditanda-tangani(dicap merah) oleh Zhu Qiling (æű啟鈴) Dirjen Urusan SosialAffair (æ°`æ²»å¸) Departemen DalamNegeri (内务éÆ'¨) . Isi surat permohonan petunjuk itu (saya terjemahkan secara bebas, tidak mendetail kata per kata) kira-kira sbb: Permohonan Petunjuk kepada Presiden: Perihal : Penetapan Hari raya tradisional sebagai hari libur resmi Demi untuk kelancaran pergaulan international dalam segala aspek, maka sistim penanggalan yang berlaku secara nasional telah diganti dengan sistim penanggalan Georgian. Namun demikian, di samping kebutuhan menyesuaikan diri dengan kebiasaan internasional, adat istiadat dan lain-lain yang berkaitan dengan sistim penanggalan lama yang sudah mentradisi dalam masyarakat pun tetap harus diperhatikan. Karena itu, sebagaimana halnya negeri Jepang, semenjak diberlakukannya penanggalan Georgian, semua hari-raya tradisional tetap dirayakan dengan meriah dalam masyarakat. Hal ini tidak saja dapat memacu kemajuan ekonomi, tetapi sekaligus juga sebagai stimulus untuk membangkitkan gairah dan semangat kerja rakyat kita. Karena itu, pada hari-hari raya tradisional, segala aktivitas masyarakat seperti melancong, bersembahyang, berdoa, saling kunjung berkunjung dan lain-lain hendaknya mendapat perlindungan hukum yang selayaknya agar tidak lagi diintervensi atau diganggu oleh aparat keamanan. Untuk kepentingan itu, dengan ini kami mengusulkan agar menetapkan : 1. Yuan Dan sebagai hari raya Chun Jie (Hari raya musim
Re: Bls: [budaya_tionghua] NEW CHINA TOWN
Mari kita ketawa bareng aja.yg lepas biar ngk stess..Hahahahahaha Kenapa saya ngajak ketawa.. karena pada satu layar kita bisa menyimak bersama perdebatan kata China/Cina Dan kita disini baru membicarakan ..China Town..Sama2 ada China-nyaLucu ya Yang satu engan menyebut dg kata Chinatapi kita tetap dengan China Town.Apa ganti Thionghua Town...aja. Biarlah...Badai pasti berlalu dibawa berputarnya roda dunia. Ayo nguyuhahaha Salam damai --- Pada Rab, 17/2/10, jackson_ya...@yahoo.com jackson_ya...@yahoo.com menulis: Dari: jackson_ya...@yahoo.com jackson_ya...@yahoo.com Judul: Re: Bls: [budaya_tionghua] NEW CHINA TOWN Kepada: budaya_tionghua@yahoogroups.com Tanggal: Rabu, 17 Februari, 2010, 5:05 PM Perluasan china town. Pluit bersebelahan dengan glodok wajar jadi perluasan dari china town. Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss... !From: Dharma Hutauruk dharma.hutauruk@ gmail.com Date: Wed, 17 Feb 2010 22:22:02 +0700To: budaya_tionghua@ yahoogroups. comSubject: Re: Bls: [budaya_tionghua] NEW CHINA TOWN Jadi menurut teman teman apa Nama Bahasa Indonesia yang tepat untuk New China Town Kota/Kampung Tiongkok Baru, Kota/Kampung Tionghoa Baru, Kota/Kampung China Baru atau Kota/Kampung Cina Baru? Kok makin ribet ya! 2010/2/17 Vheru Prayitno pvh...@yahoo. co.id Menurut saya sebutan suatu tempat berkaitan dengan sejarah dan berbagai sisi pandangan masa lalu bukan masa kini...bolehlah tempat-tempat baru itu disebut China Town baru karena penduduknya tapi tidak mungkin memutar waktu sejarah,seperti Toa Sebio,Cienthieyen dan klenteng sebagai bukti sejarah dikawasan Glodok dibangun ditempat baruApa kata dunia (ngikut latah hehehe) Mohon maaf bila saya salah.. salam damai --- Pada Sel, 16/2/10, Tjandra Ghozalli ghozalli2002@ yahoo.com menulis: Dari: Tjandra Ghozalli ghozalli2002@ yahoo.com Judul: [budaya_tionghua] NEW CHINA TOWN Kepada: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Tanggal: Selasa, 16 Februari, 2010, 10:19 AM Teruntuk para sianseng terhormat, Owe ingin berbagi pendapat. Selama ini Glodok, Pancoran sering disebut sebagai China Town atau kawasan Pecinan. Tetapi dari owe punya pandangan ini julukan sudah tidak tepat lagi. Karena selain Glodok Pancoran sudah banyak masuk etnis lain yang tinggal dan jualan disana, ada pula yang kawin campur - disana juga sudah sedikit yang bisa berbahasa Tionghoa. Kebanyakan dari keturunan mereka (seperti owe) sehari hari berbahasa Melayu pasar dicampur sedikit Hokkian. Sekarang owe liat, Pluit, Muara Karang, dan Pantai Indah Kapuk malah lebih pecinan dari Glodok. Kebetulan owe tinggal di Pantai Indah Kapuk, waktu maleman Sinciah boleh dibilang owe tidak bisa tidur nyenyak sebab saban menit mereka pasang janhwee daaar, door, daar door terus menerus selama beberapa jam tiada berhenti. Kalu mau lihat pesta kembang api yang bagus menerangi langit di malam Sinciah sebetulnya di tempat inilah, sianseng dapat saksikan. Banyak rumah dihiasi lampion dan pernak pernik hiasan Imlek lainnya di pintu masuk. Waktu harian Sinciah, banyak sekiah berlarian dari rumah ke rumah famili pake baju bagus sambil kantongnya penuh angpao, mereka nampak gumbira sekali. Di depan beberapa rumah di pasang hiolo untuk adakan sembayang samkai, mereka bebas sembayang tanpa merasa risih, sementara lagu lagu Mandarin di setel menyambut tamu. Di gerbang pintu masuk setiap kluster di pasangin lampion lampion. Malah di beberapa kluster, para satpam pake baju twikim dan topi kuncir zaman Boan, mereka wajib kasih ucapan Gong Xie Fat Cay kepada setiap penghuni yang mobilnya keluar masuk kluster seraya bersoja. Kadang para penghuni siapkan angpao buat para satpam tsb. Beberapa tahun lalu barongsai bisa masuk kluster untuk kasih pertunjukkan pada rumah rumah yg berminat, tapi dengan alasan keamanan sekarang dilarang. Kalau sianseng pergi ke Modern Market PIK, kuping sering mendengar orang lalu lalang pake bahasa Hokkian. Para tukang sayur menyapa para ibu dengan I-ie dan para bapak dengan Akoh, mereka menghitung uang pake bahasa hokkian. Sehari sebelum Sinciah, pasar ini diserbu pengunjung. Tukang buah nanas, srikaya laris manis walaupun dibandrol ceban per buah!! Begitu juga tukang ikan (bandeng, kakap) laris manis dan tukang babi repot melayani pembeli yg tiada putus. Di Muara Karang ada pasar terowongan , disini tiap minggu pagi para Akoh sehabis jalan pagi pada duduk ngeriung sambil makan bakmi dan minum susu kedele, bicaranya pada kenceng dan bebas dalam bahasa Hokkian. Sekarang banyak orang Tiongkok (asli) datang berjualan kelontong seperti CD bajakan atau pernak pernik lainnya, mereka berjalan ngider d pasar Muara Karang. Oh ya hampir saban malem minggu tempat makan di sepanjang Muara Karang
[budaya_tionghua] KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA. 4/e. pusat bahasa. 2008 . pro Pak Akhmad Bukhari Saleh
Rekan rekan yang berdomisili di Jakarta, Barangkali tahu alamat Pusat Bahasa Depdiknas ? Agaknya , kalau tidak salah bersamaan dengan tempat BALAI PUSTAKA di jl Gunung Sahari ? Barngkali saja yth Pak Akhmad Bukhari Saleh, yang sering mengamati persilatan bahasa... agaknya bisa membantu .. ?? Terima kasih sebelumnya.. From: budaya_tionghua@yahoogroups.com [mailto:budaya_tiong...@yahoogroups.com] On Behalf Of ibcindon Sent: Tuesday, February 16, 2010 9:36 PM To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: [budaya_tionghua] KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA. 4/e. pusat bahasa. 2008 [1 Attachment] Di dalam buku KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA , 4/E. PUSAT BAHASA, DEPDIKNAS. PT GPU. 2008. Memang tidak tercantum kata : Tionghoa atau pun Tiongkok Yang ada ya hanya kata CINA , dengan bentukan kata majemuk : cina buta, cina kolong, cina perantauan, mencina. Ada juga peranakan, babah, baba. Buku kamus dari Pusat Bahasa ini merupakan acuan resmi dan baku bagi perbendaharaan kosa kata nasional, Indonesia. Untuk berbahasa Indonesia yang benar dan baik, tepat. Selama kata Tionghoa dan Tiongkok tidak tercantum didalamnya, selalu akan timbul ambigue, atau malah terjadi preferensi pemakaian kata Cina. Terjadi lagalisasi pemakaian kata tsb. Mungkin jalan terbaik agar kata Tionghoa dan Tiongkok dapat kembali masuk dalam kosa kata nasional yang baik dan tepat, haruslah diusahakan menghubungi lembaga Pusat Bahasa Depdiknas agar diusulkan pada edisi berikutnya dimasukan dimasukan kedua kata tsb. Tentunya disertai alasan dan penjelasan lengkap. Sebaiknya oleh ahli bahasa. Selama ini tidak terlaksana, keluhan hanya akan berupu gerutuan yang tidak pernah ada perbaikan.
[budaya_tionghua] UNDANGAN diskusi # 7. BESOK tanggal 19-2-2010. Festival MUSIM SEMI. (SIN CUEN) [1 Attachment]
++ Undangan Forum Budaya, diskusi bulanan ke 7. Thema : Festival Musim Semi ( Tahun baru Imlek ). Makna dan harapan. Nara sumber : Sdr. Ardian C. Waktu : Jumat 19 Februari 2009. Jam 16.00- 19.00. Terbuka untuk umum. Tempat : Ruang FSRD, UK Maranatha , Jl. Suria Sumantri 65 , Bandung. Pengunjung masuk dari gerbang no 1. Semua peminat ditunggu kehadirannya. Biaya gratis . Salam erat, CCDACS Arsip presentasi pertemuan yang lalu dapat dilihat pada blog: http://chinese-diaspora-art-culture.blogspot.com/ http://chinesediasporastudy.wordpress.com/ oo Invitation from the Culture Forum, 7th monthly discussion. Subject : Spring festive ( Chinese new year). Meaning and wishing. Speaker : Ardian C. Time : Friday 19th February 2009, At 4.00 - 7.00 PM. Premise : Fine Art and Design dept. Maranatha Christian University, Jl. Suryasumantri 65. Bandung. Entrance through the gate # 1. Free of charge. All parties are welcome. Regards, CCDACS Archives of past presentations available on the blog : http://chinese-diaspora-art-culture.blogspot.com/ http://chinesediasporastudy.wordpress.com/
[budaya_tionghua] Re: KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA. 4/e. pusat bahasa. 2008
Hak Azasi Manusia adalah Hak yang melekat pada diri seorang manusia sepanjang ia adalah manusia. Salah satunya adalah kebebasan (kebebasan sosial dan juga kebebasan eksistensial), kebebasan berbicara, kebebasan bertindak dll. Tapi, kebebasan itu sendiri pun bersifat Prima Facie, artinya setiap orang berhak mengartikulasikan kebebasannya masing-masing, sepanjang semua itu tidak melanggar Hak Azasi orang lain. Kaitannya dengan penggunaan istilah Cina, China, Tiongkok dan Tionghua, setiap orang pun memiliki hak dan kebebasan untuk memilih mana yang terbaik untuk digunakan. Namun, pilihan itu hendaknya tidak menjadi sebuah pelanggaran terhadap Hak orang lain. Waktu di masa kanak-kanak, saya punya seorang teman Tionghua bernama Men Yung, nama otentik pemberian orang-tuanya. Namun, saya dan teman-teman sepermainan lainnya biasa menyapanya si Meong, dan dia pun (entah sadar atau tak sadar) menerima sapaan itu apa adanya, sepertinya tak ada yang salah dengan sapaan itu. Waktu berjalan terus, tak terasa sudah puluhan tahun kami tak berjumpa satu sama lain. Beberapa tahun lalu, salah seorang teman punya ide reuni dengan bekas tetangga sepermainan di waktu kecil dulu. Maka, singkat kata terjadilah reuni itu, dan si Meong pun ikut hadir. Dalam acara reuni itu, seperti di masa kecil kami saling menyapa dengan panggilan akrab masing-masing seperti dulu (namanya reuni), dan si Meong pun tetap kami panggil Meong. Tahu-tahu, si Meong yang datang bersama anak-istrinya mendadak memerah mukanya mendengar panggilan Meong-Meong yang ditujukan padanya. Diam-diam dia minta kami jangan panggil dia Meong di hadapan anak-istrinya, itu tidak sopan katanya!! Teman-teman kaget, loh! Itu khan nama lu sejak kecil dulu, kita-kita ini udah biasa manggil lu Meong, dan juga kaga' ada maksud untuk menghina kamu kok! Kenapa jadi sensi begini?? Alasan si Meong, nama pemberian orang-tuanya adalah Men Yung, bukan Meong. Walaupun panggilan Meong sudah lama dipakai, dan juga tidak mengandung makna penghinaan, tapi itu cuma panggilan yang dipake dalam acara-acara tidak formal antara sesama kawan lama, tidak di acara formal begini dengan banyak wajah-wajah baru (anak-istri teman-teman lama) yang sebelumnya tak pernah dia kenal. Tentu, banyak teman lama yang ga habis pikiran dengan sikap si Meong ini! Apa-apaan si Meong kok jadi beragu begini, mentang-mentang udah jadi orang kaya dia!! Reaksi mereka pun terbagi dua, ada yang bisa memakluminya, tapi ada juga yang merasa muak dengan sikapnya itu. Kalu saya sih, bisa memakluminya. Walau adalah hak saya untuk memanggil si Meong dengan sapaan apa pun yang menurut saya paling tepat, tetapi saya pun harus mempertimbangkan apakah sapaan itu masih tetap diterima oleh si Meong, apakah itu tidak melanggar Hak Azasi dia dan lain sebagainya. Apalagi, dengan tegas si Meong sudah katakan, nama resmi pemberian orang-tuanya adalah Men Yung, bukan Meong, panggilan Meong adalah nama yang diberikan oleh orang lain, tanpa persetujuan dia atau orang-tuanya dan tiba-tiba dikenakan begitu saja padanya. Yang sudah berlalu biarlah berlalu sudah, sekarang dia tidak mau lagi dipanggil si Meong di forum resmi di hadapan orang banyak! Ya, sudah saya pun menghormati kemauan dia. Tidak perlu saya memaksakan panggilan si Meong dengan argumentasi bahwa itu adalah panggilan yang sudah lama dikenal, tidak bermaksud menghina dan lain-lain. Karena kalau itu saya lakukan, berarti saya sudah melanggar Hak Azasi si Meong, eh salah si Men Yung!! Salam, Erik \ -- itu bersifat Prima Facie, artinya setiap orang boleh mengekspresikan Hak Azasinya sepanjang tidak melanggar Hak Azasi orang lain. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, kwaih...@... kwaih...@... wrote: didunia sekarang ini ada yg namanya hak azasi. jadi biarkan saja yg senang memakai istilah cina, kan mereka itu huana, jadi ya maklum saja. sedangkan Tionghoa, alias Tenglang alias Tongnyin alias Hanren alias Huaren adalah wajar kalau tdk suka istilah itu. Sojah wushu, Koay Hiap.
Re: [budaya_tionghua] Re: Buku Cina
So, bagaimana hasil akhirnya? 1) Laku atau enggak tuh buku? 2) Untung atau Rugi si Penerbit? Yang penting kan Result..UUD : Ujung-Ujungnya Duit! Kombinasi hasil akhir dari 2 poin diatas akan mencerminkan : 1) Tepat Sasaran atau Tidak atau dengan kata lain apakah sesuai dengan Target Pasar yang dibidik atau tidak? 2) Persepsi mana yang Benar atau malah Seharusnya? (Cina Vs (China Vs Tiongkok)) Ada yang tahu? Best Regards, Hendra Bujang Mobile I : 0878 7828 7808 Mobile II : 0856 190 9109 Knowing Is Not Enough, We Must Apply Willing Is Not Enough, We Must Do --- On Thu, 2/18/10, ulysee_me2 ulysee_...@yahoo.com.sg wrote: From: ulysee_me2 ulysee_...@yahoo.com.sg Subject: [budaya_tionghua] Re: Buku Cina To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Thursday, February 18, 2010, 8:00 AM Tergantung target marketnya. Kalau target marketnya mereka yang sensitif dengan istilah, tentu akan pakai judul tiongkok. Tapi yang lebih suka pakai istilah tiongkok tentunya punya akses lebih besar ke buku-buku soal 'tiongkok' kalau perlu yang masih dengan bahasa aslinya, sehingga nggak butuh lagi buku seperti ini. Kalau target marketnya adalah mereka yang netral-netral aja, bahkan nggak tahu soal gontokan istilah Cina vs Tiongkok, ya pakainya istilah CINA saja, Bukankan diseantero dunia juga disebutnya CHINA, kalau diterjemahin jadi CINA khan lebih dekat, kalau diterjemahin jadi TIONGKOK nanti orang malah bingung nggak punya gambaran, ini buku mau ngomongin soal apa sih. Hehehehh Pake istilah tiongkok mah, hanya mempersempit target market doank. --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Akhmad Bukhari Saleh absa...@... wrote: Saya rasa betul begitu. Kalau penerbit seperti Erlangga secara by design (bukan tanpa sengaja) melakukan pilihan kata, tentu motivasinya bukan politis, melainkan ekonomis, utamanya ekonomi pemasaran. Mana yang menurut perhitungannya akan bikin laku, itulah yang dipilih. Soal perhitungannya itu bisa salah, itu soal lain. Wasalam. = === - Original Message - From: adiperdanasamuel@ ... To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Sent: Tuesday, February 16, 2010 9:23 PM Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Buku Cina Ya.. Semakin didebat..semakin laku deh tu buku.. Beli..ah.. Sam Sent from my BlackBerry? powered by Sinyal Kuat INDOSAT - - - - - - From: Erik rsn...@... Date: Tue, 16 Feb 2010 06:55:56 - To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Subject: [budaya_tionghua] Re: Buku Cina Dengan membaca posting di sini bahwa salah satu pakar yang diundang adalah A. Dahana, saya perkirakan yang dimaksud ahli bahasa adalah para sinolog dari UI kelompoknya Pak Dahana itu, sampai sekarang jurusan mereka resminya adalah FIB UI jurusan sastra CINA. Argumentasi mereka mempertahankan kata CINA yang itu-itu juga, lagu lama yang klasik. Bahwasanya kata itu sudah lama digunakan, tidak bermaksud menghina, lebih netral ketimpang Tiongkok yang artinya adalah Negara Tengah, dll dsb. Tiada bedanya dengan argumentasi teman-teman di milis ini yang juga ngotot dengan kata CINA. Salam, Erik - - - - - - In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, lkartono@ wrote: Cak Akhmad, Waktu saya tanya kenapa blunder menggunakan kata tersebut, mereka mengatakan sudah berkonsultasi dengan ahli bahasa. Saya nggak tahu siapa ahli bahasa yang dipakai sebagai konsultan. Secara komersial memang tidak menguntungkan. Pada saat launching didiskon 30%. salam loek's
RE: Bls: [budaya_tionghua] NEW CHINA TOWN
Bila ingin konsisten dan konsekuen, padanan bahasa Indonesia yang tepat untuk New China Town ya Petionghoaan Baru. Memakai istilah Petionghoaan untuk mengganti istilah Pecinan memang mula-mela terasa agak aneh dan lebay. Namun kelama-lamaan orang akan menghargai kata Tionghoa itu sendiri sebagai kata yang memang sengaja dipilih sebagai pengganti kata Cina dan dengan demikian generasi mendatang akan terbiasa dengan istilah-istilah wilayah Petionghoaan, kampong Tionghoa, dan sebagainya. Hayo mulai sekarang ini mumpung Belanda masih jauh. :-) Andy L.S. _ From: Dharma Hutauruk [mailto:dharma.hutau...@gmail.com] Sent: Wednesday, February 17, 2010 10:22 PM To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] NEW CHINA TOWN Jadi menurut teman teman apa Nama Bahasa Indonesia yang tepat untuk New China Town Kota/Kampung Tiongkok Baru, Kota/Kampung Tionghoa Baru, Kota/Kampung China Baru atau Kota/Kampung Cina Baru? Kok makin ribet ya! 2010/2/17 Vheru Prayitno pvh...@yahoo. mailto:pvh...@yahoo.co.id co.id Menurut saya sebutan suatu tempat berkaitan dengan sejarah dan berbagai sisi pandangan masa lalu bukan masa kini...bolehlah tempat-tempat baru itu disebut China Town baru karena penduduknya tapi tidak mungkin memutar waktu sejarah,seperti Toa Sebio,Cienthieyen dan klenteng sebagai bukti sejarah dikawasan Glodok dibangun ditempat baruApa kata dunia (ngikut latah hehehe) Mohon maaf bila saya salah.. salam damai --- Pada Sel, 16/2/10, Tjandra Ghozalli ghozalli2002@ mailto:ghozalli2...@yahoo.com yahoo.com menulis: Dari: Tjandra Ghozalli ghozalli2002@ mailto:ghozalli2...@yahoo.com yahoo.com Judul: [budaya_tionghua] NEW CHINA TOWN Kepada: budaya_tionghua@ mailto:budaya_tionghua@yahoogroups.com yahoogroups.com Tanggal: Selasa, 16 Februari, 2010, 10:19 AM Teruntuk para sianseng terhormat, Owe ingin berbagi pendapat. Selama ini Glodok, Pancoran sering disebut sebagai China Town atau kawasan Pecinan. Tetapi dari owe punya pandangan ini julukan sudah tidak tepat lagi. Karena selain Glodok Pancoran sudah banyak masuk etnis lain yang tinggal dan jualan disana, ada pula yang kawin campur - disana juga sudah sedikit yang bisa berbahasa Tionghoa. Kebanyakan dari keturunan mereka (seperti owe) sehari hari berbahasa Melayu pasar dicampur sedikit Hokkian. Sekarang owe liat, Pluit, Muara Karang, dan Pantai Indah Kapuk malah lebih pecinan dari Glodok. Kebetulan owe tinggal di Pantai Indah Kapuk, waktu maleman Sinciah boleh dibilang owe tidak bisa tidur nyenyak sebab saban menit mereka pasang janhwee daaar, door, daar door terus menerus selama beberapa jam tiada berhenti. Kalu mau lihat pesta kembang api yang bagus menerangi langit di malam Sinciah sebetulnya di tempat inilah, sianseng dapat saksikan. Banyak rumah dihiasi lampion dan pernak pernik hiasan Imlek lainnya di pintu masuk. Waktu harian Sinciah, banyak sekiah berlarian dari rumah ke rumah famili pake baju bagus sambil kantongnya penuh angpao, mereka nampak gumbira sekali. Di depan beberapa rumah di pasang hiolo untuk adakan sembayang samkai, mereka bebas sembayang tanpa merasa risih, sementara lagu lagu Mandarin di setel menyambut tamu. Di gerbang pintu masuk setiap kluster di pasangin lampion lampion. Malah di beberapa kluster, para satpam pake baju twikim dan topi kuncir zaman Boan, mereka wajib kasih ucapan Gong Xie Fat Cay kepada setiap penghuni yang mobilnya keluar masuk kluster seraya bersoja. Kadang para penghuni siapkan angpao buat para satpam tsb. Beberapa tahun lalu barongsai bisa masuk kluster untuk kasih pertunjukkan pada rumah rumah yg berminat, tapi dengan alasan keamanan sekarang dilarang. Kalau sianseng pergi ke Modern Market PIK, kuping sering mendengar orang lalu lalang pake bahasa Hokkian. Para tukang sayur menyapa para ibu dengan I-ie dan para bapak dengan Akoh, mereka menghitung uang pake bahasa hokkian. Sehari sebelum Sinciah, pasar ini diserbu pengunjung. Tukang buah nanas, srikaya laris manis walaupun dibandrol ceban per buah!! Begitu juga tukang ikan (bandeng, kakap) laris manis dan tukang babi repot melayani pembeli yg tiada putus. Di Muara Karang ada pasar terowongan , disini tiap minggu pagi para Akoh sehabis jalan pagi pada duduk ngeriung sambil makan bakmi dan minum susu kedele, bicaranya pada kenceng dan bebas dalam bahasa Hokkian. Sekarang banyak orang Tiongkok (asli) datang berjualan kelontong seperti CD bajakan atau pernak pernik lainnya, mereka berjalan ngider d pasar Muara Karang. Oh ya hampir saban malem minggu tempat makan di sepanjang Muara Karang dikunjungi barongsai, mereka kasih angpao kosong kepada tamu restoran untuk diisi sebagai upah pemain barongsai. Satu hari dan di malam hari menjelang Sinciah di sepanjang Muara Karang berjejer tukang janhwee harganya per kotak cepeceng tapi larisnya bukan main ada yang sekali beli gotiauw! (sayang duit segitu untuk dibakar). Di Pluit, Muara Karang, PIK banyak baliho (papan iklan besar) berisikan ucapan Gong Xie
[budaya_tionghua] Re: Perkenalan
Budaya Mandarin? Lagi-lagi istilah baru! Apa yang dimaksud dengan ungkapan itu? Baru kemarin ada yang memperkenalkan metode praktis untuk mengenal Huruf Mandarin hari ini muncul lagi Budaya Mandarin. Apakah kata Mandarin adalah padanan dari kata Tionghoa? Sehingga ungkapan apapun yang mengandung kata Tionghoa bisa diganti dengan kata Mandarin. Huruf Tionghoa diganti menjadi Huruf Mandarin, budaya Tionghoa diganti menjadi Budaya Mandarin, dan seterusnya, hingga kelak akan muncul istilah-istilah Pete Mandarin, Jl. Bidara Mandarin, Pondok Mandarin dll, dsb. ?? Mohon pencerahan dari bapak-ibu yang pakar dalam hal ini. Salam, Erik \ - --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, nihaoma.bookshop nihaoma.books...@... wrote: Kami ingin sekali memperkenalkan web kami:www.nihaoma-bookshop.com, kami senang sekali bisa mengembangkan berbahasa dan berbudaya mandarin lewat buku dan media inspiratif sejak dini bagi anak-anak. Kami menyediakan berbagai buku mandarin bagi anak-anak yang dilengkapi gambar-gambar menarik dan cerita yang berisi pesan moral di dalamnya, sekaligus budaya didalamnya lewat puisi bagi anak-anak. Kami juga memperkenalkan bahasa mandarin bagi anak-anak lewat media inspiratif yang membuat anak-anak merasa bermain didalam belajar bahasa mandarin tanpa terasa. Terima kasih atas kunjungannya di:www.nihaoma-bookshop.com, atau jika ingin mengetahui lebih lanjut silakan kirim dengan alamat e-mail:nihaoma.books...@...