RE: [budaya_tionghua] Re: Positioning Etnis Tionghoa-Indonesia dalam Hubungannya dengan Tiongkok

2008-05-31 Thread Prometheus
Tulisan Thung Ju Lan tampaknya adalah analisa sosio-politik. 

Dalam kutipan yang dikomentari dibawah, ada kemungkinan Thung Ju Lan hanya
bermaksud membedakan antara kebudayaan yang berasal dari RRC (yang dia
definisikan ke dalam istilah 'kebudayaan cina') , dan kebudayaan yang
berasal dari RRC yang sudah mengalami akulturasi (yang dia definisikan ke
dalam istilah 'kebudayaan tionghoa'). 

Pembedaan ini wajar saja, dan  harus tetap dilihat dalam konteks pembedaan
jenis kebudayaan. Pembedaan ini bukanlah karena (atau diartikan sebagai)
semata-mata mencampurkan politik dengan budaya, tapi tentunya memang karena
alasan historis, antropologis dan geografis, kebudayaan yang berakar dari
suatu tempat dapat mengalami perubahaan atau menjadi berbeda satu sama lain,
dalam perkembangannya.  

Usulan atau pendapat sdr. Yongde untuk tidak mengaitkan antara berkebudayaan
cina (atau tionghoa) dengan berpolitik pro RRC adalah sangat baik. Tentu
saja, semakin banyak yang berpandangan seperti yang dikatakan Yongde,
prejudice dan tudingan yang mengait-ngaitkan haluan politik dan pilihan
seseorang dalam mengadopsi kebudayaan (baik itu budaya RRC, Tionghoa, Barat,
Melayu, Jepang, dll, atau campurannya) dapat berkurang. Walaupun, memang ini
bukanlah hal yang mudah, karena dalam seni berpolitik, kebudayaan juga
merupakan salah satu alat yang digunakan :)

Seperti yang pernah dilontarkan oleh Lee Kuan Yew pada masa awal berdirinya
Singapore, bahwa Singapore boleh saja "chinese-based" tapi bukan
"China-based". Sebuah demarkasi yang tegas memang harus ditarik. 


Prometheus


-Original Message-
From: budaya_tionghua@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Hendri Irawan
Sent: Saturday, 31 May, 2008 11:00 PM
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: [budaya_tionghua] Re: Positioning Etnis Tionghoa-Indonesia dalam
Hubungannya dengan Tiongkok

Mengutip dari yang di bawah:

[3] `Kebudayaan Cina' yang dimaksud di sini juga lebih mengacu kepada
kebudayaan asal yang dibawa oleh berbagai suku bangsa yang datang ke
Nusantara, seperti suku Hokkian, suku Khe atau Hakka, Hokcia, Hokciu
dan Teociu. Dalam hal ini tidak bisa disebut sebagai `kebudayaan
Tionghoa', karena secara historis dan antropologis yang bisa disebut
sebagai kebudayaan Tionghoa adalah hasil akulturasi kebudayaan  yang
dibawa dari negeri Cina dengan kebudayaan setempat.

Komentar saya:

Pertama apakah ini pembahasan dalam lingkup politik atau lingkup
budaya ? Karena banyak yang tidak bisa membedakan dan mencampuradukkan
keduanya. Setelah saya baca, salah satu kesan saya adalah adanya
ketakutan akan diidentifikasikan sama dengan negara Cina terutama
dalam bidang politik. Apakah sang penulis tidak melihat satu
alternatif lain bahwa budaya dan politik bukanlah suatu hal yang harus
dipertentangkan ?

Satu saran saya buat yang menyetujui pola pikir seperti diatas. Buang
suku kata "TIONG" dalam Tionghoa. Karena Tiong itu mengacu ke Tiongkok
yang sangat ditakuti. Sebaiknya pakai saja "orang Hua Indonesia" atau
kalau mau lebih keren pakai "inhoa" (minnan) / "yinhua" (pinyin). 

Kalau pendapat "kebudayaan Tionghoa" dibilang mengacu khusus ke
Indonesia, maka ini benar-benar mencoba membatasi budaya dengan garis
politik. Atau sekalian saja langsung bilang ke orang-orang di Cina
sono, hoi anda-anda tidak berhak pakai "Zhonghua Wenhua", karena
Zhonghua / Tionghoa itu khusus buat kami-kami di Indonesia. 

Dewasa ini saya melihat banyak sekali ahli-ahli bidang lain yang
mencoba masuk ke khazanah budaya Tionghoa tetapi tidak pernah berusaha
mencari lebih lanjut mengenai kebenaran teorinya. Hipotesis saya
adalah karena mereka dibatasi oleh bahasa. Kalau saja yang menulis
tahu arti kata Tionghoa, barangkali pendapat seperti di atas tidak
akan pernah keluar.

Memang kebudayaan kita di sini sudah pasti berbeda dengan di Cina
sana. Bahkan di Cina sana sendiri, setiap daerah juga budayanya
berbeda. Akan tetapi bagaimana pun berbedanya, konsep inti pemikiran
dan filosofinya tetap bisa ditelusuri ke hulu yang sama. Karena itulah
yang kemudian mendasari bentuk-bentuk konkrit budaya yang timbul.
Kecuali seseorang itu sudah sama sekali tidak tahu akan pemikiran dan
filosofi "Tionghoa".

Jadi bisakah kita semua membedakan antara berbudaya Tionghoa dengan
haluan politik pro Cina ?

Hormat saya,

Yongde

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "ChanCT" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Paper untuk Seminar Sehari Universitas Petra, "Positioning Etnis
Tionghoa-Indonesia dalam Hubungannya dengan Tiongkok", Surabaya, 16
Mei 2008. 
> 
>  
> 
> Positioning Etnis Tionghoa-Indonesia 
> 
> dalam Hubungannya dengan Tiongkok
> 
>  
> 
> Thung Ju Lan
> 
>  
-- dipotong -




.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.

Yahoo! Grou

RE: [budaya_tionghua] Re: Positioning Etnis Tionghoa-Indonesia dalam Hubungannya dengan Tiongkok

2008-06-04 Thread Prometheus
Saya kira sih tidak perlu diambil satu bentuk budaya tionghoa yang sama
untuk semua. 

Budaya tionghoa (Indonesia) seharusnya diartikan bukan sebagai satu bentuk
budaya tunggal dan homogen, tapi sebagai kumpulan budaya-budaya yang memang
beragam, berasal dari berbagai daerah di tiongkok yang kemudian
terakulturasi dengan lingkungan setempat (i.e Indonesia). Nah, bentuk
budaya-budaya ini bisa berbeda-beda dari daerah satu ke daerah lain, tapi
kesemuanya bisa dikategorikan sebagai budaya tionghoa (yang kemudian bisa
dimasukkan lagi dalam kelompok besar sebagai bagian dari budaya Indonesia). 

Tidak perlu mengambil satu budaya (baca: aturan/adat-istiadat/dll) tertentu
yang di-klaim sebagai "budaya tionghoa". 

Begitu saja, ya kan? 

Prometheus
 

-Original Message-
From: budaya_tionghua@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of ardian_c
Sent: Sunday, 1 June, 2008 11:00 AM
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: [budaya_tionghua] Re: Positioning Etnis Tionghoa-Indonesia dalam
Hubungannya dengan Tiongkok

rasanya yg namanye kebudayaan tionghoa jg terbagi2 kok.

Contohnya kebudayaan asal org khek yg ada di singkawang pasti beda ama
kebudayaan org tiociu di medan.

So yg namanya kebudayaan tionghoa jg nantinya berdasarkan budaya suku
asal mrk di daratan tiongkok sono.

contoh ya, kayak gw keluarga asal khek, gak ada tradisi sembayang
Thian tiap tanggal 9 bulan 1 imlek, biar dah 3 generasi disini, tetep
gak ada sembayang itu, malah keluarga ngai ditempat ngai tinggal itu
kalu bulan Maulud itu ngadain selamatan di rumah, undang2 tetangga.
Itu bisa jadi khas di pulau Jawa en gak semua tionghoa ngadain
kegiatan itu. Kayaknya di Jakarta gak ada kegiatan kayak getu jg gak
semua daerah di Jawa Barat ada kegiatan getu dikalangan Tionghoa.

Di Kalimantan jg gak ada rasanya kegiatan kayak getu, misalnya di
Pontianak getu.

So jadinya yg kayak gimana budaya Tionghoa di Indonesia ? Based on org
Hokian punya culture ?

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Prometheus"
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Tulisan Thung Ju Lan tampaknya adalah analisa sosio-politik. 
> 
> Dalam kutipan yang dikomentari dibawah, ada kemungkinan Thung Ju Lan
hanya
> bermaksud membedakan antara kebudayaan yang berasal dari RRC (yang dia
> definisikan ke dalam istilah 'kebudayaan cina') , dan kebudayaan yang
> berasal dari RRC yang sudah mengalami akulturasi (yang dia
definisikan ke
> dalam istilah 'kebudayaan tionghoa'). 
> 
> Pembedaan ini wajar saja, dan  harus tetap dilihat dalam konteks
pembedaan
> jenis kebudayaan. Pembedaan ini bukanlah karena (atau diartikan sebagai)
> semata-mata mencampurkan politik dengan budaya, tapi tentunya memang
karena
> alasan historis, antropologis dan geografis, kebudayaan yang berakar
dari
> suatu tempat dapat mengalami perubahaan atau menjadi berbeda satu
sama lain,
> dalam perkembangannya.  
> 
> Usulan atau pendapat sdr. Yongde untuk tidak mengaitkan antara
berkebudayaan
> cina (atau tionghoa) dengan berpolitik pro RRC adalah sangat baik. Tentu
> saja, semakin banyak yang berpandangan seperti yang dikatakan Yongde,
> prejudice dan tudingan yang mengait-ngaitkan haluan politik dan pilihan
> seseorang dalam mengadopsi kebudayaan (baik itu budaya RRC,
Tionghoa, Barat,
> Melayu, Jepang, dll, atau campurannya) dapat berkurang. Walaupun,
memang ini
> bukanlah hal yang mudah, karena dalam seni berpolitik, kebudayaan juga
> merupakan salah satu alat yang digunakan :)
> 
> Seperti yang pernah dilontarkan oleh Lee Kuan Yew pada masa awal
berdirinya
> Singapore, bahwa Singapore boleh saja "chinese-based" tapi bukan
> "China-based". Sebuah demarkasi yang tegas memang harus ditarik. 
> 
> 
> Prometheus
> 
> 
> -Original Message-
> From: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Hendri Irawan
> Sent: Saturday, 31 May, 2008 11:00 PM
> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> Subject: [budaya_tionghua] Re: Positioning Etnis Tionghoa-Indonesia
dalam
> Hubungannya dengan Tiongkok
> 
> Mengutip dari yang di bawah:
> 
> [3] `Kebudayaan Cina' yang dimaksud di sini juga lebih mengacu kepada
> kebudayaan asal yang dibawa oleh berbagai suku bangsa yang datang ke
> Nusantara, seperti suku Hokkian, suku Khe atau Hakka, Hokcia, Hokciu
> dan Teociu. Dalam hal ini tidak bisa disebut sebagai `kebudayaan
> Tionghoa', karena secara historis dan antropologis yang bisa disebut
> sebagai kebudayaan Tionghoa adalah hasil akulturasi kebudayaan  yang
> dibawa dari negeri Cina dengan kebudayaan setempat.
> 
> Komentar saya:
> 
> Pertama apakah ini pembahasan dalam lingkup politik atau lingkup
> budaya ? Karena banyak yang tidak bisa membedakan dan mencampuradukkan
> keduanya. Setelah saya baca, salah satu kesan saya adalah adanya
> ketakutan akan diidentifikasikan sama dengan negara Cina terutama
> dalam bidang politik. Apakah sang penulis tidak melihat satu
> alternatif lain bahwa budaya dan politik bukanlah suatu hal yang harus
> dipertentangkan ?
> 
> Satu saran saya buat yang menyetuju

Re: [budaya_tionghua] Re: Positioning Etnis Tionghoa-Indonesia dalam Hubungannya dengan Tiongkok

2008-06-04 Thread ChanCT
Betul, tidak seharusnya kita menghilangkan budaya Tionghoa dari nenek-moyang 
itu yang dianggap baik untuk mengganti dengan budaya Tiongkok yang nasional 
atau budaya Indodnesia yang nasional itu. Karena budaya yang nasional itu 
justru merupakan rangkuman dari budaya-budaya suku, etnis yang berbeda-beda itu.

Yang menjadi problem besar, dan tantangan berat bagi setiap Pemerintah yang 
berkuasa adalah melanggengkan budaya-tradisi suku minoritas yang ada jangan 
sampai musnah. Baik masalah bahasanya maupun tradisi kesenian, tari-nyanyi 
termasuk busana-nya. Sayang dong kalau hilang begitu saja, karena itulah bagian 
dari kekayaan yang memperindah warna-warni budaya nasional. Bahkan saya pernah 
baca berita, bahasa Sunda, suku yang cukup besar di Indonesia kalau tidak 
diperhatikan juga terancam akan hilang. Anak-anak sekolah sudah tidak lagi suka 
mempelajari dan gunakan bhs. Sunda. Sampai dimana kebenerannya, ya? Lalu, 
bagaimana dengan bhs. suku-suku kecil lainnya, biarkan saja hilang-musnah?

Begitu juga dengan budaya Tionghoa yang sudah turun-temurun di Indonesia dan 
sedikit banyak juga sudah berubah, berlainan dengan budaya tempat asal di 
Tiongkok. Jangan dimusnahkan apalagi sengaja untuk dihilangkan. Peliharalah itu 
sebagai bagian dari budaya Nasional Indonesia, yang juga memperkaya dan 
memperindah warna-warni budaya Nasional Indonesia. Dan tidak perlu merasa rikuh 
karena itu berasal dari budaya suku Hokian, Khek, Tiochu, dsb-nya lagi di 
Tiongkok sana. Tidak ada salahnya, dan kenyataan budaya itu sudah terpengaruhi 
juga oleh budaya setempat. Misalnya pakaian encim-encim jaman kuno yang 
dipengaruhi kebaya Jawa, ...

Salam,
ChanCT

  - Original Message - 
  From: Prometheus 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Thursday, June 05, 2008 9:15 AM
  Subject: RE: [budaya_tionghua] Re: Positioning Etnis Tionghoa-Indonesia dalam 
Hubungannya dengan Tiongkok


  Saya kira sih tidak perlu diambil satu bentuk budaya tionghoa yang sama
  untuk semua. 

  Budaya tionghoa (Indonesia) seharusnya diartikan bukan sebagai satu bentuk
  budaya tunggal dan homogen, tapi sebagai kumpulan budaya-budaya yang memang
  beragam, berasal dari berbagai daerah di tiongkok yang kemudian
  terakulturasi dengan lingkungan setempat (i.e Indonesia). Nah, bentuk
  budaya-budaya ini bisa berbeda-beda dari daerah satu ke daerah lain, tapi
  kesemuanya bisa dikategorikan sebagai budaya tionghoa (yang kemudian bisa
  dimasukkan lagi dalam kelompok besar sebagai bagian dari budaya Indonesia). 

  Tidak perlu mengambil satu budaya (baca: aturan/adat-istiadat/dll) tertentu
  yang di-klaim sebagai "budaya tionghoa". 

  Begitu saja, ya kan? 

  Prometheus
   

  -Original Message-
  From: budaya_tionghua@yahoogroups.com
  [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of ardian_c
  Sent: Sunday, 1 June, 2008 11:00 AM
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
  Subject: [budaya_tionghua] Re: Positioning Etnis Tionghoa-Indonesia dalam
  Hubungannya dengan Tiongkok

  rasanya yg namanye kebudayaan tionghoa jg terbagi2 kok.

  Contohnya kebudayaan asal org khek yg ada di singkawang pasti beda ama
  kebudayaan org tiociu di medan.

  So yg namanya kebudayaan tionghoa jg nantinya berdasarkan budaya suku
  asal mrk di daratan tiongkok sono.

  contoh ya, kayak gw keluarga asal khek, gak ada tradisi sembayang
  Thian tiap tanggal 9 bulan 1 imlek, biar dah 3 generasi disini, tetep
  gak ada sembayang itu, malah keluarga ngai ditempat ngai tinggal itu
  kalu bulan Maulud itu ngadain selamatan di rumah, undang2 tetangga.
  Itu bisa jadi khas di pulau Jawa en gak semua tionghoa ngadain
  kegiatan itu. Kayaknya di Jakarta gak ada kegiatan kayak getu jg gak
  semua daerah di Jawa Barat ada kegiatan getu dikalangan Tionghoa.

  Di Kalimantan jg gak ada rasanya kegiatan kayak getu, misalnya di
  Pontianak getu.

  So jadinya yg kayak gimana budaya Tionghoa di Indonesia ? Based on org
  Hokian punya culture ?

  --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Prometheus"
  <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  >
  > Tulisan Thung Ju Lan tampaknya adalah analisa sosio-politik. 
  > 
  > Dalam kutipan yang dikomentari dibawah, ada kemungkinan Thung Ju Lan
  hanya
  > bermaksud membedakan antara kebudayaan yang berasal dari RRC (yang dia
  > definisikan ke dalam istilah 'kebudayaan cina') , dan kebudayaan yang
  > berasal dari RRC yang sudah mengalami akulturasi (yang dia
  definisikan ke
  > dalam istilah 'kebudayaan tionghoa'). 
  > 
  > Pembedaan ini wajar saja, dan  harus tetap dilihat dalam konteks
  pembedaan
  > jenis kebudayaan. Pembedaan ini bukanlah karena (atau diartikan sebagai)
  > semata-mata mencampurkan politik dengan budaya, tapi tentunya memang
  karena
  > alasan historis, antropologis dan geografis, kebudayaan yang berakar
  dari
  > suatu tempat dapat mengalami perubahaan atau menjadi berbeda satu
  sama lain,
  > dalam perkembangannya.  
  > 
  &

Re: [budaya_tionghua] Re: Positioning Etnis Tionghoa-Indonesia dalam Hubungannya dengan Tiongkok

2008-06-05 Thread gsuryana
From: ChanCT
Cut>
Bahkan saya pernah baca berita, bahasa Sunda, suku yang cukup besar di 
Indonesia kalau tidak diperhatikan juga terancam akan hilang. Anak-anak 
sekolah sudah tidak lagi suka mempelajari dan gunakan bhs. Sunda. Sampai 
dimana kebenerannya, ya?
cut>

Sampai saat ini pelajaran Bhs Sunda masih diajarkan di sekolah sekolah 
negeri dan swasta, dan yang menjadi permasalahan dalam pelajaran Bhs Sunda, 
banyaknya dialeg antar daerah yang berbeda sehingga menyulitkan murid² untuk 
menerapkan dan mengingatnya.

Dulu sewaktu aku masih sekolah, salah satu mata pelajaran yang paling 
aku sebel in yah pelajaran Bhs Sunda, maklum beda banget dengan bahasa Sunda 
sehari hari, dan ternyata bukan aku saja, di akhir tahun pelajaran semua 
siswa mendapat tambahan 2 point agar pelajaran bahasa tidak menjadi merah di 
raport.

sur. 



Re: [budaya_tionghua] Re: Positioning Etnis Tionghoa-Indonesia dalam Hubungannya dengan Tiongkok

2008-06-05 Thread gsuryana
From: ChanCT
Cut>
Bahkan saya pernah baca berita, bahasa Sunda, suku yang cukup besar di
Indonesia kalau tidak diperhatikan juga terancam akan hilang. Anak-anak
sekolah sudah tidak lagi suka mempelajari dan gunakan bhs. Sunda. Sampai
dimana kebenerannya, ya?
cut>

Sampai saat ini pelajaran Bhs Sunda masih diajarkan di sekolah sekolah
negeri dan swasta, dan yang menjadi permasalahan dalam pelajaran Bhs Sunda,
banyaknya dialeg antar daerah yang berbeda sehingga menyulitkan murid² untuk
menerapkan dan mengingatnya.

Dulu sewaktu aku masih sekolah, salah satu mata pelajaran yang paling
aku sebel in yah pelajaran Bhs Sunda, maklum beda banget dengan bahasa Sunda
sehari hari, dan ternyata bukan aku saja, di akhir tahun pelajaran semua
siswa mendapat tambahan 2 point agar pelajaran bahasa tidak menjadi merah di
raport.

sur.



RE: [budaya_tionghua] Re: Positioning Etnis Tionghoa-Indonesia dalam Hubungannya dengan Tiongkok

2008-06-05 Thread Ulysee
Hihihihi, kali ini giliran gue yang bilang
khan politik itu produk budaya 
nah lhoh! 

Padahal dari dulu udah kepengen banget bikin garis batas yang jelas, 
politik ya politik, budaya ya budaya.
Mencampur aduk keduanya cuman bikin ruwet aja.

Tapi selama milis budaya isinya masih bau politik, 
y... hanya menegaskan pendapat,
"Karena banyak yang tidak bisa membedakan dan mencampuradukkan
keduanya."

Apaboleh buat..

-Original Message-
From: budaya_tionghua@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Hendri Irawan
Sent: Saturday, May 31, 2008 11:00 PM
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: [budaya_tionghua] Re: Positioning Etnis Tionghoa-Indonesia
dalam Hubungannya dengan Tiongkok


Mengutip dari yang di bawah:

[3] `Kebudayaan Cina' yang dimaksud di sini juga lebih mengacu kepada
kebudayaan asal yang dibawa oleh berbagai suku bangsa yang datang ke
Nusantara, seperti suku Hokkian, suku Khe atau Hakka, Hokcia, Hokciu
dan Teociu. Dalam hal ini tidak bisa disebut sebagai `kebudayaan
Tionghoa', karena secara historis dan antropologis yang bisa disebut
sebagai kebudayaan Tionghoa adalah hasil akulturasi kebudayaan yang
dibawa dari negeri Cina dengan kebudayaan setempat.

Komentar saya:

Pertama apakah ini pembahasan dalam lingkup politik atau lingkup
budaya ? Karena banyak yang tidak bisa membedakan dan mencampuradukkan
keduanya. Setelah saya baca, salah satu kesan saya adalah adanya
ketakutan akan diidentifikasikan sama dengan negara Cina terutama
dalam bidang politik. Apakah sang penulis tidak melihat satu
alternatif lain bahwa budaya dan politik bukanlah suatu hal yang harus
dipertentangkan ?

Satu saran saya buat yang menyetujui pola pikir seperti diatas. Buang
suku kata "TIONG" dalam Tionghoa. Karena Tiong itu mengacu ke Tiongkok
yang sangat ditakuti. Sebaiknya pakai saja "orang Hua Indonesia" atau
kalau mau lebih keren pakai "inhoa" (minnan) / "yinhua" (pinyin). 

Kalau pendapat "kebudayaan Tionghoa" dibilang mengacu khusus ke
Indonesia, maka ini benar-benar mencoba membatasi budaya dengan garis
politik. Atau sekalian saja langsung bilang ke orang-orang di Cina
sono, hoi anda-anda tidak berhak pakai "Zhonghua Wenhua", karena
Zhonghua / Tionghoa itu khusus buat kami-kami di Indonesia. 

Dewasa ini saya melihat banyak sekali ahli-ahli bidang lain yang
mencoba masuk ke khazanah budaya Tionghoa tetapi tidak pernah berusaha
mencari lebih lanjut mengenai kebenaran teorinya. Hipotesis saya
adalah karena mereka dibatasi oleh bahasa. Kalau saja yang menulis
tahu arti kata Tionghoa, barangkali pendapat seperti di atas tidak
akan pernah keluar.

Memang kebudayaan kita di sini sudah pasti berbeda dengan di Cina
sana. Bahkan di Cina sana sendiri, setiap daerah juga budayanya
berbeda. Akan tetapi bagaimana pun berbedanya, konsep inti pemikiran
dan filosofinya tetap bisa ditelusuri ke hulu yang sama. Karena itulah
yang kemudian mendasari bentuk-bentuk konkrit budaya yang timbul.
Kecuali seseorang itu sudah sama sekali tidak tahu akan pemikiran dan
filosofi "Tionghoa".

Jadi bisakah kita semua membedakan antara berbudaya Tionghoa dengan
haluan politik pro Cina ?

Hormat saya,

Yongde

No virus found in this outgoing message.
Checked by AVG. 
Version: 7.5.524 / Virus Database: 269.24.6/1484 - Release Date:
6/4/2008 4:40 PM
 




.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.

Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
mailto:[EMAIL PROTECTED] 
mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/



Re: [budaya_tionghua] Re: Positioning Etnis Tionghoa-Indonesia dalam Hubungannya dengan Tiongkok

2008-06-06 Thread ChanCT
Eeeehh, rupanya bhs. Sunda yang digunakan sehari-hari dengan yang aajarkan 
disekolah itu berbeda? Npa bisa begitu? Itulah yang saya katakan tantangan 
berat bagi Pemerintah untuk menemukan jalan dan cara gimana mempertahankan dan 
mengembangkan budaya suku-suku yang ada, khususnya suku yang sangat kecil dan 
sedikit itu didaerah pedalaman. Jangan dibiarkan musnah-hilang begitu saja.

Salam,
ChanCT

  - Original Message - 
  From: gsuryana 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Thursday, June 05, 2008 8:23 PM
  Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Positioning Etnis Tionghoa-Indonesia dalam 
Hubungannya dengan Tiongkok


  From: ChanCT
  Cut>
  Bahkan saya pernah baca berita, bahasa Sunda, suku yang cukup besar di 
  Indonesia kalau tidak diperhatikan juga terancam akan hilang. Anak-anak 
  sekolah sudah tidak lagi suka mempelajari dan gunakan bhs. Sunda. Sampai 
  dimana kebenerannya, ya?
  cut>

  Sampai saat ini pelajaran Bhs Sunda masih diajarkan di sekolah sekolah 
  negeri dan swasta, dan yang menjadi permasalahan dalam pelajaran Bhs Sunda, 
  banyaknya dialeg antar daerah yang berbeda sehingga menyulitkan murid² untuk 
  menerapkan dan mengingatnya.

  Dulu sewaktu aku masih sekolah, salah satu mata pelajaran yang paling 
  aku sebel in yah pelajaran Bhs Sunda, maklum beda banget dengan bahasa Sunda 
  sehari hari, dan ternyata bukan aku saja, di akhir tahun pelajaran semua 
  siswa mendapat tambahan 2 point agar pelajaran bahasa tidak menjadi merah di 
  raport.

  sur. 


  

  .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

  .: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :.

  .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

  .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.

  Yahoo! Groups Links





--



  Internal Virus Database is out of date.
  Checked by AVG. 
  Version: 8.0.100 / Virus Database: 269.24.4/1475 - Release Date: 2008/5/30 
_U__ 02:53


Re: [budaya_tionghua] Re: Positioning Etnis Tionghoa-Indonesia dalam Hubungannya dengan Tiongkok

2008-06-06 Thread gsuryana
Bahasa daerah itu sebenarnya unik, ada bahasa sehari hari dimana terdengar 
kasar dan ada bahasa daerah resmi dimana terdengar merdu dan halus.
Untuk Bahasa Sunda bisa dibilang terbagi dalam beberapa dialeg, dengan kosa 
kata lebih banyak kasar, dan sayangnya
Bahasa Sunda yang kasar ini lebih banyak di pakai, terutama oleh para 
Tenglang yang datang belakangan ( generasi tahun 40-an ) sehingga bila 
ngobrol dengan mereka akan terdengar seperti sedang marah, dan dengan 
kondisi seperti ini, putra/i nya akan menjadi bingung di sekolah, karena 
bahasa yang dipelajari menjadi berbeda jauh.

Uniknya untuk beberapa daerah dan berlokasi di pedalam an pemakaian 
bahasanya lebih banyak yang halus, dan semakin ke kota besar semakin kasar.

Pernah sekali waktu aku membawa tukang bangunan dari Bogor kerumah mertua, 
dan teman mertua datang sambil bicara bahasa Sunda kasar banget, sampai 
sampai hampir kena pukul, setelah dijelaskan bahwa itu tidak kasr dan biasa 
dia hanya bengong heran.

Melanggengkan Bahasa Daerah bagi ku bukan sesuatu yang utama, melainkan 
mencerdaskan masyarakat adalah yang paling utama, dan untuk mencapai itu 
Bahasa Indonesia jauh lebih optimal, biarpun dalam kenyataannya Bahasa 
Indonesia pun tidak semudah seperti menulis dan mengarang, karena Bahasa 
Indonesia sendiri didalam bentuk tulisan bisa menjadi bias dan sangat mudah 
terjadi mispersepsi.

sur.
- Original Message - 
From: ChanCT

Eeeehh, rupanya bhs. Sunda yang digunakan sehari-hari dengan yang aajarkan 
disekolah itu berbeda? Npa bisa begitu? Itulah yang saya katakan tantangan 
berat bagi Pemerintah untuk menemukan jalan dan cara gimana mempertahankan 
dan mengembangkan budaya suku-suku yang ada, khususnya suku yang sangat 
kecil dan sedikit itu didaerah pedalaman. Jangan dibiarkan musnah-hilang 
begitu saja.

Salam,
ChanCT




Re: [budaya_tionghua] Re: Positioning Etnis Tionghoa-Indonesia dalam Hubungannya dengan Tiongkok

2008-06-06 Thread liang u
Ikut nimbrung sedikit,

Bahasa Sunda adalah bahasa yang ada
tingkat-tingkatnya. Dari yang paling halus, halus,
sedang, kasar dan paling kasar. Kalau berbicara harus
melihat siapa lawan bicara, dan siapa anda sendiri.
Orang Sunda sekarang bahkan banyak yang tak mampu lagi
berbicara demikian, meskipun masih mengerti, karena
sehari-hari mereka menggunakan bahasa kasar. 

Memang benar, orang Sunda sering tersinggung bahkan
ingin memukul kalau ia diperintah dengan bahasa kasar,
saya dulu sering meredakan kemarahan mereka dengan
menjelaskan bahwa orang Tionghoa itu tidak mengerti
bahasa Sunda, tahunya yang kasarnya saja.
"Tapi kunaon eneng mah henteu kitu?" tanyanya. Yang
berarti "Mengapa anda tidak demikian?" Saya jawab saya
lahir di tanah Sunda, sekolah berbahasa Sunda, dan
teman saya kebanyakan orang Sunda. 
Salah satu contoh yang menyebabkan orang Sunda marah,
karena oleh bossnya ditanya: "Geura makan heula sia."
Itu kasar sekali karena ada sianya, seharusnya bahasa
kasar saja, "Maneh dahar heula atuh." Bahkan ada yang
mengatakan "Kalau tidak butuh kerjaan, sudah saya
tampar dia". Kalau bahasa halus, "Mangga tuang heula."
Contoh kata makan ini jelas ada tingkatan:
1. Bahasa halus " tuang"
2. Bahasa halus untuk sendiri "neda"
3. Bahasa kasar "dahar"
4. Bahasa sangat kasar "gagares, ngalebok"

Nada bicara makin lambat makin sopan, misalkan
"permisi" adalah "punten", bila anda katakan "punten"
itu biasa saja, tapi kalau anda katakan
"pu...nten," berarti anda menghormati lawan
bicara.

Jadi dari penggunaan tingkat yang dipakai, anda
menunjukkan penghargaan anda kepada orang lain. 
Ketika saya memimpin sebuah proyek di luar Jawa,
pengawas kepala PU setempat orang Sunda, komandan
teritorial Kodim setempat orang Sunda juga, semua
pekerjaan berjalan lancar, karena saya menggunakan
bahasa halus dengan mereka, tak ada yang berani minta
macam=macam, karena kalau bicara dengan bahasa halus,
orang tak dapat marah apalagi menggertak minta uang,
sampai boss pemilik perusahaan heran, mengapa biaya
yang saya keluarkan demikian kecil untuk menghadapi
para pejabat setempat. Bukan itu saja, bahkan ada dua
orang pejabat mengantar saya ke lapang udara ketika
saya mau pulang karena proyek selesai,tanpa minta
apa=apa. Mereka bilang, jarang orang Tionghoa bisa
bergaul dengan mereka seperti saya.

Sayang ketika saya usul jangan menggunakan kata kasar
"si" dalam milis ini, saya bahkan dikeroyok oleh
beberapa orang, saya tidak mendebat, biar saja, toh
yang berkepentingan ybs, faedahnya adalah untuk kalian
juga, mau integrasi dalam masyarakat atau tidak? Saya
sudah berada di luar negeri. Pada saat dalam kota
Bandung ada kerusuhan, rumah saya satu-satunya orang
Tionghoa di kampung tidak ada yang mengganggu, bahkan
ada tetangga yang keluar menjaga, ia bilang: "Takut
ada orang luar yang datang mengganggu"

Bahasa nasional penting dan wajib, tapi melestarikan
budaya juga tak kalah penting, tiap suku di Indonesia
mempunyai budaya masing-masing yang luar biasa. Tak
kenal maka tak sayang, begitulah kiranya. Orang tak
kenal budaya Tionghoa juga tak akan sayang, orang tak
kenal budaya Sunda juga tak sayang.

Kalau di Tiongkok saya sekarang sedang dibentuk
wilayah budaya Minnan (Hokkian kata orang Tionghoa di
Asia Tenggara), budaya Hakka akan menyusul di daerah
perbatasan Hongkong - Shenzhen. Mengapa budaya daerah
Indonesia tidak dilestarikan?

Salam untuk direnungkan.

Liang U




--- gsuryana <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Bahasa daerah itu sebenarnya unik, ada bahasa sehari
> hari dimana terdengar 
> kasar dan ada bahasa daerah resmi dimana terdengar
> merdu dan halus.
> Untuk Bahasa Sunda bisa dibilang terbagi dalam
> beberapa dialeg, dengan kosa 
> kata lebih banyak kasar, dan sayangnya
> Bahasa Sunda yang kasar ini lebih banyak di pakai,
> terutama oleh para 
> Tenglang yang datang belakangan ( generasi tahun
> 40-an ) sehingga bila 
> ngobrol dengan mereka akan terdengar seperti sedang
> marah, dan dengan 
> kondisi seperti ini, putra/i nya akan menjadi
> bingung di sekolah, karena 
> bahasa yang dipelajari menjadi berbeda jauh.
> 
> Uniknya untuk beberapa daerah dan berlokasi di
> pedalam an pemakaian 
> bahasanya lebih banyak yang halus, dan semakin ke
> kota besar semakin kasar.
> 
> Pernah sekali waktu aku membawa tukang bangunan dari
> Bogor kerumah mertua, 
> dan teman mertua datang sambil bicara bahasa Sunda
> kasar banget, sampai 
> sampai hampir kena pukul, setelah dijelaskan bahwa
> itu tidak kasr dan biasa 
> dia hanya bengong heran.
> 
> Melanggengkan Bahasa Daerah bagi ku bukan sesuatu
> yang utama, melainkan 
> mencerdaskan masyarakat adalah yang paling utama,
> dan untuk mencapai itu 
> Bahasa Indonesia jauh lebih optimal, biarpun dalam
> kenyataannya Bahasa 
> Indonesia pun tidak semudah seperti menulis dan
> mengarang, karena Bahasa 
> Indonesia sendiri didalam bentuk tulisan bisa
> menjadi bias dan sangat mudah 
> terjadi mispersepsi.
> 
> sur.
> - Original Message - 
> From: ChanCT
> 
> Eeeehh, rupanya bhs. Su

RE: [budaya_tionghua] Re: Positioning Etnis Tionghoa-Indonesia dalam Hubungannya dengan Tiongkok

2008-06-06 Thread Ulysee
Pemerintah...pemerintah..pemerintah
Jaman sekarang sih kayaknya udah nggak kanggo nungguin pemerintah. 
Swadaya Masyarakat aja, lebih jalan.
 
Siapa punya minat untuk mempertahankan dan mengembangkan budaya suku
setempat, 
boleh kumpul di satu wadah,  tarik minat masyarakat luas, bikin
kegiatan,
lebih jalan daripada nungguin pemerintah 
Ntar udah jalan, baru approach pemerintah setempat/terkait untuk
mendukung kegiatan. 
 
Pemerintah mau bikin ini bikin itu, 
kesandung-sandung sama prosedur birokrasi, 
Suharto aje dulu sampe pusing, 
akhirnya dia bikin yayasan, untuk by pass birokrasi itu lah. 
 
 

-Original Message-
From: budaya_tionghua@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of ChanCT
Sent: Friday, June 06, 2008 2:02 PM
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Positioning Etnis Tionghoa-Indonesia
dalam Hubungannya dengan Tiongkok





Eeeehh, rupanya bhs. Sunda yang digunakan sehari-hari dengan yang
aajarkan disekolah itu berbeda? Npa bisa begitu? Itulah yang saya
katakan tantangan berat bagi Pemerintah untuk menemukan jalan dan cara
gimana mempertahankan dan mengembangkan budaya suku-suku yang ada,
khususnya suku yang sangat kecil dan sedikit itu didaerah pedalaman.
Jangan dibiarkan musnah-hilang begitu saja.
 
Salam,
ChanCT
 

- Original Message - 
From: HYPERLINK "mailto:[EMAIL PROTECTED]"gsuryana 
To: HYPERLINK
"mailto:budaya_tionghua@yahoogroups.com"[EMAIL PROTECTED]
m 
Sent: Thursday, June 05, 2008 8:23 PM
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Positioning Etnis Tionghoa-Indonesia
dalam Hubungannya dengan Tiongkok

From: ChanCT
Cut>
Bahkan saya pernah baca berita, bahasa Sunda, suku yang cukup besar di 
Indonesia kalau tidak diperhatikan juga terancam akan hilang. Anak-anak 
sekolah sudah tidak lagi suka mempelajari dan gunakan bhs. Sunda. Sampai

dimana kebenerannya, ya?
cut>

Sampai saat ini pelajaran Bhs Sunda masih diajarkan di sekolah sekolah 
negeri dan swasta, dan yang menjadi permasalahan dalam pelajaran Bhs
Sunda, 
banyaknya dialeg antar daerah yang berbeda sehingga menyulitkan murid²
untuk 
menerapkan dan mengingatnya.

Dulu sewaktu aku masih sekolah, salah satu mata pelajaran yang
paling 
aku sebel in yah pelajaran Bhs Sunda, maklum beda banget dengan bahasa
Sunda 
sehari hari, dan ternyata bukan aku saja, di akhir tahun pelajaran semua

siswa mendapat tambahan 2 point agar pelajaran bahasa tidak menjadi
merah di 
raport.

sur. 


---

.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Website global HYPERLINK
"http://www.budaya-tionghoa.org"http://www.budaya--tionghoa.-org :.

.: Pertanyaan? Ajukan di HYPERLINK
"http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua"http://groups.-yahoo.com/
-group/budaya_-tionghua :.

.: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua HYPERLINK
"http://iccsg.wordpress.com"http://iccsg.-wordpress.-com :.

Yahoo! Groups Links

/-group/budaya_-tionghua/

.com/-group/budaya_-tionghua/-join
(Yahoo! ID required)

[EMAIL PROTECTED] 
HYPERLINK
"mailto:[EMAIL PROTECTED]"mailto:budaya_-tion
[EMAIL PROTECTED]

[EMAIL PROTECTED]





   _  





Internal Virus Database is out of date.
Checked by AVG. 
Version: 8.0.100 / Virus Database: 269.24.4/1475 - Release Date:
2008/5/30 _U__ 02:53




 


No virus found in this incoming message.
Checked by AVG.
Version: 7.5.524 / Virus Database: 269.24.6/1486 - Release Date:
6/5/2008 6:29 PM



No virus found in this outgoing message.
Checked by AVG. 
Version: 7.5.524 / Virus Database: 269.24.6/1488 - Release Date:
6/6/2008 5:48 PM
 


RE: [budaya_tionghua] Re: Positioning Etnis Tionghoa-Indonesia dalam Hubungannya dengan Tiongkok

2008-06-06 Thread Ulysee
 
Makanya di Tiongkok juga dibikin biar semua bisa berbahasa Mandarin, 
sebab kalau enggak, ya gitu tuh, mabok sama dialek masing masing daerah,

huehuehehuehue 
 
* biar nyambung sama judulnya, dari Tiongkok belok ke Sunda, belok lagi
ke Tiongkok, krrrkkkekekekekek.
 
 
 -Original Message-
From: budaya_tionghua@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of gsuryana
Sent: Saturday, June 07, 2008 1:24 AM
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Positioning Etnis Tionghoa-Indonesia
dalam Hubungannya dengan Tiongkok



Bahasa daerah itu sebenarnya unik, ada bahasa sehari hari dimana
terdengar 
kasar dan ada bahasa daerah resmi dimana terdengar merdu dan halus.
Untuk Bahasa Sunda bisa dibilang terbagi dalam beberapa dialeg, dengan
kosa 
kata lebih banyak kasar, dan sayangnya
Bahasa Sunda yang kasar ini lebih banyak di pakai, terutama oleh para 
Tenglang yang datang belakangan ( generasi tahun 40-an ) sehingga bila 
ngobrol dengan mereka akan terdengar seperti sedang marah, dan dengan 
kondisi seperti ini, putra/i nya akan menjadi bingung di sekolah, karena

bahasa yang dipelajari menjadi berbeda jauh.

Uniknya untuk beberapa daerah dan berlokasi di pedalam an pemakaian 
bahasanya lebih banyak yang halus, dan semakin ke kota besar semakin
kasar.

Pernah sekali waktu aku membawa tukang bangunan dari Bogor kerumah
mertua, 
dan teman mertua datang sambil bicara bahasa Sunda kasar banget, sampai 
sampai hampir kena pukul, setelah dijelaskan bahwa itu tidak kasr dan
biasa 
dia hanya bengong heran.

Melanggengkan Bahasa Daerah bagi ku bukan sesuatu yang utama, melainkan 
mencerdaskan masyarakat adalah yang paling utama, dan untuk mencapai itu

Bahasa Indonesia jauh lebih optimal, biarpun dalam kenyataannya Bahasa 
Indonesia pun tidak semudah seperti menulis dan mengarang, karena Bahasa

Indonesia sendiri didalam bentuk tulisan bisa menjadi bias dan sangat
mudah 
terjadi mispersepsi.

sur.
- Original Message - 
From: ChanCT

Eeeehh, rupanya bhs. Sunda yang digunakan sehari-hari dengan yang
aajarkan 
disekolah itu berbeda? Npa bisa begitu? Itulah yang saya katakan
tantangan 
berat bagi Pemerintah untuk menemukan jalan dan cara gimana
mempertahankan 
dan mengembangkan budaya suku-suku yang ada, khususnya suku yang sangat 
kecil dan sedikit itu didaerah pedalaman. Jangan dibiarkan musnah-hilang

begitu saja.

Salam,
ChanCT



 


No virus found in this incoming message.
Checked by AVG.
Version: 7.5.524 / Virus Database: 269.24.6/1486 - Release Date:
6/5/2008 6:29 PM



No virus found in this outgoing message.
Checked by AVG. 
Version: 7.5.524 / Virus Database: 269.24.6/1488 - Release Date:
6/6/2008 5:48 PM
 


Re: [budaya_tionghua] Re: Positioning Etnis Tionghoa-Indonesia dalam Hubungannya dengan Tiongkok

2008-06-07 Thread ChanCT
Dibolak-balik, dan neng Uli suka jungkir balik, hehehee, ... nggak apa. Dari 
Sunda kembali ke Tiongkok juga boleh, masalah tetap pada saat kita utamakan 
adanya satu bahasa nasional, jangan biarkan bahasa suku-suku minoritas itu 
menghilang begitu saja, sedapat mungkin dipelihara sebagai bahasa ibu dirumah. 
Sebaliknya, ketika kita angkat kembali bhs. minoritas itu, jangan pula sampai 
berlebihan jadi mengebawahkan bahasa nasional. Itulah keseimbangan yang perlu 
diperhatikan, betul apa yang diajukan kang Sur. nggak usah mabok.

Dan, ... itu tentunya harus diperhatikan betul oleh setiap pemerintah yang 
berkuasa. Meningkatkan budaya warga adalah tanggungjawab penuh Pemerintah yang 
berkuasa, yang harus menjamin pelaksanaan UUD yang telah dipakukan, tidak 
mungkin diserahkan pada swasta atau LSM, ... 

Salam,
CHanCT

  - Original Message - 
  From: ardian_c 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Saturday, June 07, 2008 12:47 PM
  Subject: [budaya_tionghua] Re: Positioning Etnis Tionghoa-Indonesia dalam 
Hubungannya dengan Tiongkok


  hhehehehehehe kalu mabok khan bisa nulis tau , dialek beda2 tapi
  tulisan khan seragam
  --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Ulysee" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  >
  >  
  > Makanya di Tiongkok juga dibikin biar semua bisa berbahasa Mandarin, 
  > sebab kalau enggak, ya gitu tuh, mabok sama dialek masing masing daerah,
  > 
  > huehuehehuehue 
  >  
  > * biar nyambung sama judulnya, dari Tiongkok belok ke Sunda, belok lagi
  > ke Tiongkok, krrrkkkekekekekek.
  >  
  >  
  >  -Original Message-
  > From: budaya_tionghua@yahoogroups.com
  > [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of gsuryana
  > Sent: Saturday, June 07, 2008 1:24 AM
  > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
  > Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Positioning Etnis Tionghoa-Indonesia
  > dalam Hubungannya dengan Tiongkok
  > 
  > 
  > 
  > Bahasa daerah itu sebenarnya unik, ada bahasa sehari hari dimana
  > terdengar 
  > kasar dan ada bahasa daerah resmi dimana terdengar merdu dan halus.
  > Untuk Bahasa Sunda bisa dibilang terbagi dalam beberapa dialeg, dengan
  > kosa 
  > kata lebih banyak kasar, dan sayangnya
  > Bahasa Sunda yang kasar ini lebih banyak di pakai, terutama oleh para 
  > Tenglang yang datang belakangan ( generasi tahun 40-an ) sehingga bila 
  > ngobrol dengan mereka akan terdengar seperti sedang marah, dan dengan 
  > kondisi seperti ini, putra/i nya akan menjadi bingung di sekolah, karena
  > 
  > bahasa yang dipelajari menjadi berbeda jauh.
  > 
  > Uniknya untuk beberapa daerah dan berlokasi di pedalam an pemakaian 
  > bahasanya lebih banyak yang halus, dan semakin ke kota besar semakin
  > kasar.
  > 
  > Pernah sekali waktu aku membawa tukang bangunan dari Bogor kerumah
  > mertua, 
  > dan teman mertua datang sambil bicara bahasa Sunda kasar banget, sampai 
  > sampai hampir kena pukul, setelah dijelaskan bahwa itu tidak kasr dan
  > biasa 
  > dia hanya bengong heran.
  > 
  > Melanggengkan Bahasa Daerah bagi ku bukan sesuatu yang utama, melainkan 
  > mencerdaskan masyarakat adalah yang paling utama, dan untuk mencapai itu
  > 
  > Bahasa Indonesia jauh lebih optimal, biarpun dalam kenyataannya Bahasa 
  > Indonesia pun tidak semudah seperti menulis dan mengarang, karena Bahasa
  > 
  > Indonesia sendiri didalam bentuk tulisan bisa menjadi bias dan sangat
  > mudah 
  > terjadi mispersepsi.
  > 
  > sur.
  > - Original Message - 
  > From: ChanCT
  > 
  > Eeeehh, rupanya bhs. Sunda yang digunakan sehari-hari dengan yang
  > aajarkan 
  > disekolah itu berbeda? Npa bisa begitu? Itulah yang saya katakan
  > tantangan 
  > berat bagi Pemerintah untuk menemukan jalan dan cara gimana
  > mempertahankan 
  > dan mengembangkan budaya suku-suku yang ada, khususnya suku yang sangat 
  > kecil dan sedikit itu didaerah pedalaman. Jangan dibiarkan musnah-hilang
  > 
  > begitu saja.
  > 
  > Salam,
  > ChanCT
  > 
  > 
  > 
  >  
  > 
  > 
  > No virus found in this incoming message.
  > Checked by AVG.
  > Version: 7.5.524 / Virus Database: 269.24.6/1486 - Release Date:
  > 6/5/2008 6:29 PM
  > 
  > 
  > 
  > No virus found in this outgoing message.
  > Checked by AVG. 
  > Version: 7.5.524 / Virus Database: 269.24.6/1488 - Release Date:
  > 6/6/2008 5:48 PM
  >



  

  .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

  .: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :.

  .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

  .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.

  Yahoo! Groups Links





--



  Internal Virus Database is out of date.
  Checked by AVG. 
  Version: 8.0.100 / Virus Database: 269.24.4/1475 - Release Date: 2008/5/30 
_U__ 02:53


RE: [budaya_tionghua] Re: Positioning Etnis Tionghoa-Indonesia dalam Hubungannya dengan Tiongkok

2008-06-07 Thread ALIANTONY ALI
entar belok lagi jadi Fankui,meikuokui,holanakui,malaukui,kelengkui terakhir 
tionghoa jadi yin ...hong yin..wakakakkaak,semua kui

Ulysee <[EMAIL PROTECTED]> wrote: 
  Makanya di Tiongkok juga dibikin biar semua bisa berbahasa Mandarin, 
  sebab kalau enggak, ya gitu tuh, mabok sama dialek masing masing daerah, 
  huehuehehuehue 
   
  * biar nyambung sama judulnya, dari Tiongkok belok ke Sunda, belok lagi ke 
Tiongkok, krrrkkkekekekekek.
   
   
   -Original Message-
From: budaya_tionghua@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of 
gsuryana
Sent: Saturday, June 07, 2008 1:24 AM
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Positioning Etnis Tionghoa-Indonesia dalam 
Hubungannya dengan Tiongkok


  Bahasa daerah itu sebenarnya unik, ada bahasa sehari hari dimana 
terdengar 
kasar dan ada bahasa daerah resmi dimana terdengar merdu dan halus.
Untuk Bahasa Sunda bisa dibilang terbagi dalam beberapa dialeg, dengan kosa 
kata lebih banyak kasar, dan sayangnya
Bahasa Sunda yang kasar ini lebih banyak di pakai, terutama oleh para 
Tenglang yang datang belakangan ( generasi tahun 40-an ) sehingga bila 
ngobrol dengan mereka akan terdengar seperti sedang marah, dan dengan 
kondisi seperti ini, putra/i nya akan menjadi bingung di sekolah, karena 
bahasa yang dipelajari menjadi berbeda jauh.

Uniknya untuk beberapa daerah dan berlokasi di pedalam an pemakaian 
bahasanya lebih banyak yang halus, dan semakin ke kota besar semakin kasar.

Pernah sekali waktu aku membawa tukang bangunan dari Bogor kerumah mertua, 
dan teman mertua datang sambil bicara bahasa Sunda kasar banget, sampai 
sampai hampir kena pukul, setelah dijelaskan bahwa itu tidak kasr dan biasa 
dia hanya bengong heran.

Melanggengkan Bahasa Daerah bagi ku bukan sesuatu yang utama, melainkan 
mencerdaskan masyarakat adalah yang paling utama, dan untuk mencapai itu 
Bahasa Indonesia jauh lebih optimal, biarpun dalam kenyataannya Bahasa 
Indonesia pun tidak semudah seperti menulis dan mengarang, karena Bahasa 
Indonesia sendiri didalam bentuk tulisan bisa menjadi bias dan sangat mudah 
terjadi mispersepsi.

sur.
- Original Message - 
From: ChanCT

Eeeehh, rupanya bhs. Sunda yang digunakan sehari-hari dengan yang aajarkan 
disekolah itu berbeda? Npa bisa begitu? Itulah yang saya katakan tantangan 
berat bagi Pemerintah untuk menemukan jalan dan cara gimana mempertahankan 
dan mengembangkan budaya suku-suku yang ada, khususnya suku yang sangat 
kecil dan sedikit itu didaerah pedalaman. Jangan dibiarkan musnah-hilang 
begitu saja.

Salam,
ChanCT




  No virus found in this incoming message.
Checked by AVG.
Version: 7.5.524 / Virus Database: 269.24.6/1486 - Release Date: 6/5/2008 6:29 
PM


  No virus found in this outgoing message.
Checked by AVG.
Version: 7.5.524 / Virus Database: 269.24.6/1488 - Release Date: 6/6/2008 5:48 
PM

  

   

 Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com 

Re: [budaya_tionghua] Re: Positioning Etnis Tionghoa-Indonesia dalam Hubungannya dengan Tiongkok

2008-06-11 Thread Dada
sudah saya bilang khan

di kota besar kek bandung , dari kelas tukang becak sampai kaum terdidik 
(mahasiswa) menggunakan bahasa sunda yang kasar sehari2. Bahasa kasar itu 
bisa digunakan untuk memaki orang atau malah digunakan untuk ngobrol dengan 
teman2 yang sudah kenal

misalkan saya ngobrol sama si uly.
uly : "kamana wae sia belegug"
gw : " ah kumaha aing weh"

hehehe

sementara di pedalaman , bahasa sunda nya semakin murni dan halus. tetapi 
banyak yang gak ngerti bahasa indonesia dengan lancar.

robby wirdja

- Original Message - 
From: gsuryana
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Saturday, June 07, 2008 1:23 AM
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Positioning Etnis Tionghoa-Indonesia 
dalam Hubungannya dengan Tiongkok


Bahasa daerah itu sebenarnya unik, ada bahasa sehari hari dimana terdengar
kasar dan ada bahasa daerah resmi dimana terdengar merdu dan halus.
Untuk Bahasa Sunda bisa dibilang terbagi dalam beberapa dialeg, dengan kosa
kata lebih banyak kasar, dan sayangnya
Bahasa Sunda yang kasar ini lebih banyak di pakai, terutama oleh para
Tenglang yang datang belakangan ( generasi tahun 40-an ) sehingga bila
ngobrol dengan mereka akan terdengar seperti sedang marah, dan dengan
kondisi seperti ini, putra/i nya akan menjadi bingung di sekolah, karena
bahasa yang dipelajari menjadi berbeda jauh.

Uniknya untuk beberapa daerah dan berlokasi di pedalam an pemakaian
bahasanya lebih banyak yang halus, dan semakin ke kota besar semakin kasar.

Pernah sekali waktu aku membawa tukang bangunan dari Bogor kerumah mertua,
dan teman mertua datang sambil bicara bahasa Sunda kasar banget, sampai
sampai hampir kena pukul, setelah dijelaskan bahwa itu tidak kasr dan biasa
dia hanya bengong heran.

Melanggengkan Bahasa Daerah bagi ku bukan sesuatu yang utama, melainkan
mencerdaskan masyarakat adalah yang paling utama, dan untuk mencapai itu
Bahasa Indonesia jauh lebih optimal, biarpun dalam kenyataannya Bahasa
Indonesia pun tidak semudah seperti menulis dan mengarang, karena Bahasa
Indonesia sendiri didalam bentuk tulisan bisa menjadi bias dan sangat mudah
terjadi mispersepsi.

sur.
- Original Message - 
From: ChanCT

Eeeehh, rupanya bhs. Sunda yang digunakan sehari-hari dengan yang aajarkan
disekolah itu berbeda? Npa bisa begitu? Itulah yang saya katakan tantangan
berat bagi Pemerintah untuk menemukan jalan dan cara gimana mempertahankan
dan mengembangkan budaya suku-suku yang ada, khususnya suku yang sangat
kecil dan sedikit itu didaerah pedalaman. Jangan dibiarkan musnah-hilang
begitu saja.

Salam,
ChanCT


 



Re: [budaya_tionghua] Re: Positioning Etnis Tionghoa-Indonesia dalam Hubungannya dengan Tiongkok

2008-06-11 Thread Dada
tidak demikian juga koh liang u 

bahasa halus di gunakan dalam suasana formal , sangat jarang sekali teman akrab 
satu sama lain menggunakan bahasa yang halus. 

bahasa kasar di gunakan dalam suasana akrab (teman2 sendiri) atau malah untuk 
berantem dan maki2 orang .

gw ambil contoh si uly lagi , karena paling sering komunikasi bahasa sunda sama 
si uly. 

uly : "geura makan heula sia "
gw : " encan euy , keur gawe heula"

ini klo gw ngobrol sama cewe .masih ada mendingan

klo ngobrol sama sesama cowo 
gw " geura makan heula sia , bel "
temen : " encan kehed , keur loba gawean yeuh"

nah ini kasar sekali bahasanya tp klo dalam lingkungan teman sendiri , itu 
menandakan hubungan yang sudah kenal satu sama lain.semakin kasar 
semakin akrab.

ini ibarat klo dalam bahasa indonesia , bahasa gw dan elu itu menggantikan anda 
dan saya.
Bayangkan klo ngobrol sama temen pake bahasa indo tapi pake anda dan saya , itu 
juga rasanya aneh...

jadi tingkatan bahasa tidak selalu menunjukkan penghargaan , tergantung situasi 
dan kondisi. 
Kalau ada temen dari satu daerah (bandung) di jakarta atau daerah lain , 
pertama2 saya tanya dulu , keberatan gak pake sunda kasar (karena saya gak bisa 
menguasai sunda halus) , kalau itu orang keberatan , maka yang saya gunakan 
adalah bahasa indonesia.

  - Original Message - 
  From: liang u 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Saturday, June 07, 2008 10:15 AM
  Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Positioning Etnis Tionghoa-Indonesia dalam 
Hubungannya dengan Tiongkok


  Ikut nimbrung sedikit,

  Bahasa Sunda adalah bahasa yang ada
  tingkat-tingkatnya. Dari yang paling halus, halus,
  sedang, kasar dan paling kasar. Kalau berbicara harus
  melihat siapa lawan bicara, dan siapa anda sendiri.
  Orang Sunda sekarang bahkan banyak yang tak mampu lagi
  berbicara demikian, meskipun masih mengerti, karena
  sehari-hari mereka menggunakan bahasa kasar. 

  Memang benar, orang Sunda sering tersinggung bahkan
  ingin memukul kalau ia diperintah dengan bahasa kasar,
  saya dulu sering meredakan kemarahan mereka dengan
  menjelaskan bahwa orang Tionghoa itu tidak mengerti
  bahasa Sunda, tahunya yang kasarnya saja.
  "Tapi kunaon eneng mah henteu kitu?" tanyanya. Yang
  berarti "Mengapa anda tidak demikian?" Saya jawab saya
  lahir di tanah Sunda, sekolah berbahasa Sunda, dan
  teman saya kebanyakan orang Sunda. 
  Salah satu contoh yang menyebabkan orang Sunda marah,
  karena oleh bossnya ditanya: "Geura makan heula sia."
  Itu kasar sekali karena ada sianya, seharusnya bahasa
  kasar saja, "Maneh dahar heula atuh." Bahkan ada yang
  mengatakan "Kalau tidak butuh kerjaan, sudah saya
  tampar dia". Kalau bahasa halus, "Mangga tuang heula."
  Contoh kata makan ini jelas ada tingkatan:
  1. Bahasa halus " tuang"
  2. Bahasa halus untuk sendiri "neda"
  3. Bahasa kasar "dahar"
  4. Bahasa sangat kasar "gagares, ngalebok"

  Nada bicara makin lambat makin sopan, misalkan
  "permisi" adalah "punten", bila anda katakan "punten"
  itu biasa saja, tapi kalau anda katakan
  "pu...nten," berarti anda menghormati lawan
  bicara.

  Jadi dari penggunaan tingkat yang dipakai, anda
  menunjukkan penghargaan anda kepada orang lain. 
  Ketika saya memimpin sebuah proyek di luar Jawa,
  pengawas kepala PU setempat orang Sunda, komandan
  teritorial Kodim setempat orang Sunda juga, semua
  pekerjaan berjalan lancar, karena saya menggunakan
  bahasa halus dengan mereka, tak ada yang berani minta
  macam=macam, karena kalau bicara dengan bahasa halus,
  orang tak dapat marah apalagi menggertak minta uang,
  sampai boss pemilik perusahaan heran, mengapa biaya
  yang saya keluarkan demikian kecil untuk menghadapi
  para pejabat setempat. Bukan itu saja, bahkan ada dua
  orang pejabat mengantar saya ke lapang udara ketika
  saya mau pulang karena proyek selesai,tanpa minta
  apa=apa. Mereka bilang, jarang orang Tionghoa bisa
  bergaul dengan mereka seperti saya.

  Sayang ketika saya usul jangan menggunakan kata kasar
  "si" dalam milis ini, saya bahkan dikeroyok oleh
  beberapa orang, saya tidak mendebat, biar saja, toh
  yang berkepentingan ybs, faedahnya adalah untuk kalian
  juga, mau integrasi dalam masyarakat atau tidak? Saya
  sudah berada di luar negeri. Pada saat dalam kota
  Bandung ada kerusuhan, rumah saya satu-satunya orang
  Tionghoa di kampung tidak ada yang mengganggu, bahkan
  ada tetangga yang keluar menjaga, ia bilang: "Takut
  ada orang luar yang datang mengganggu"

  Bahasa nasional penting dan wajib, tapi melestarikan
  budaya juga tak kalah penting, tiap suku di Indonesia
  mempunyai budaya masing-masing yang luar biasa. Tak
  kenal maka tak sayang, begitulah kiranya. Orang tak
  kenal budaya Tionghoa juga tak akan sayang, orang tak

RE: [budaya_tionghua] Re: Positioning Etnis Tionghoa-Indonesia dalam Hubungannya dengan Tiongkok

2008-06-12 Thread Ulysee
Ini seperti yang diulas oleh David Kwa, bahasa Sunda itu ada tingkatan
akrabnya. 
Si Robby sama gue khan termasuk setingkat, jadi pakenya bahasa akrab
walaupun agak kasar juga nggak masalah. 
tapi kalau gue ngomong sama Mang Jt misalnya,  sebisa mungkin gue pake
bahasa yang agak halus lah, 
begetoooh. 
 
Dada belegug! No doubt. Heheheheheheheh...
 
E, pake "si" lagi, ntar ada yang ngomel lagi deh. 
Kkekekekekeke.. 
 
Ehhh kemaren waktu dipamerin heritages of Jakarta ada gambar rumahnya Si
Pitung lhhhh, heheheheh. 
sayang enggak ada gambar rumahnya Si Doel anak Betawi. 
 

-Original Message-
From: budaya_tionghua@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Dada
Sent: Thursday, June 12, 2008 5:21 AM
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Positioning Etnis Tionghoa-Indonesia
dalam Hubungannya dengan Tiongkok



sudah saya bilang khan

di kota besar kek bandung , dari kelas tukang becak sampai kaum terdidik

(mahasiswa) menggunakan bahasa sunda yang kasar sehari2. Bahasa kasar
itu 
bisa digunakan untuk memaki orang atau malah digunakan untuk ngobrol
dengan 
teman2 yang sudah kenal

misalkan saya ngobrol sama si uly.
uly : "kamana wae sia belegug"
gw : " ah kumaha aing weh"

hehehe

sementara di pedalaman , bahasa sunda nya semakin murni dan halus.
tetapi 
banyak yang gak ngerti bahasa indonesia dengan lancar.

robby wirdja

- Original Message - 
From: gsuryana
To: HYPERLINK
"mailto:budaya_tionghua%40yahoogroups.com"[EMAIL PROTECTED]
com
Sent: Saturday, June 07, 2008 1:23 AM
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Positioning Etnis Tionghoa-Indonesia 
dalam Hubungannya dengan Tiongkok

Bahasa daerah itu sebenarnya unik, ada bahasa sehari hari dimana
terdengar
kasar dan ada bahasa daerah resmi dimana terdengar merdu dan halus.
Untuk Bahasa Sunda bisa dibilang terbagi dalam beberapa dialeg, dengan
kosa
kata lebih banyak kasar, dan sayangnya
Bahasa Sunda yang kasar ini lebih banyak di pakai, terutama oleh para
Tenglang yang datang belakangan ( generasi tahun 40-an ) sehingga bila
ngobrol dengan mereka akan terdengar seperti sedang marah, dan dengan
kondisi seperti ini, putra/i nya akan menjadi bingung di sekolah, karena
bahasa yang dipelajari menjadi berbeda jauh.

Uniknya untuk beberapa daerah dan berlokasi di pedalam an pemakaian
bahasanya lebih banyak yang halus, dan semakin ke kota besar semakin
kasar.

Pernah sekali waktu aku membawa tukang bangunan dari Bogor kerumah
mertua,
dan teman mertua datang sambil bicara bahasa Sunda kasar banget, sampai
sampai hampir kena pukul, setelah dijelaskan bahwa itu tidak kasr dan
biasa
dia hanya bengong heran.

Melanggengkan Bahasa Daerah bagi ku bukan sesuatu yang utama, melainkan
mencerdaskan masyarakat adalah yang paling utama, dan untuk mencapai itu
Bahasa Indonesia jauh lebih optimal, biarpun dalam kenyataannya Bahasa
Indonesia pun tidak semudah seperti menulis dan mengarang, karena Bahasa
Indonesia sendiri didalam bentuk tulisan bisa menjadi bias dan sangat
mudah
terjadi mispersepsi.

sur.
- Original Message - 
From: ChanCT

Eeeehh, rupanya bhs. Sunda yang digunakan sehari-hari dengan yang
aajarkan
disekolah itu berbeda? Npa bisa begitu? Itulah yang saya katakan
tantangan
berat bagi Pemerintah untuk menemukan jalan dan cara gimana
mempertahankan
dan mengembangkan budaya suku-suku yang ada, khususnya suku yang sangat
kecil dan sedikit itu didaerah pedalaman. Jangan dibiarkan musnah-hilang
begitu saja.

Salam,
ChanCT



 


No virus found in this incoming message.
Checked by AVG.
Version: 7.5.524 / Virus Database: 270.3.0/1498 - Release Date:
6/11/2008 7:13 PM



No virus found in this outgoing message.
Checked by AVG. 
Version: 7.5.524 / Virus Database: 270.3.0/1500 - Release Date:
6/12/2008 4:58 PM