Re: [GELORA45] Re: GRAHAM ALLISON: "AMERICA SECOND? " "YES."
Apanya yang tidak bisa menjawab? Lha, masalah Revolusi Demokrasi Baru yang dicetuskan Mao 1945 itu sudah kita bicarakan sejak tahun 2011, kok! Bahwa anda tidak bisa terima argumentasi saya, yaa terserah saja. Boleh-boleh saja siapapun mempertahankan pendapatnya sendiri yang dianggap benar dan siapapun tidak berhak memaksakan pendapat pada orang lain yang berbeda, ... itulah prinsip saya dalam berdiskusi. Saya tetap berpendapat, justru disini, Rev. Demokrasi Baru inilah terjadi perbedaan Mao dengan Komintern Stalin, dan pendapat Mao menetapkan tingkat Revolusi Tiongkok harus melalui Rev. Demokrasi Baru ini bisa dimenangkan menjadi garis PKT ditahun 1945. Dan, ... itu pula sebab Pemerintah yang dibentuk 1 Oktober, bukan Pemerintah Sovyet sebagaimana saat membentuk daerah basis sebelum tahun 1945, Pemerintah Sovyet lagi, ... tapi Republik Rakyat Tiongkok dan dengan menegasan masih harus mempersatukan kekuatan borjuasi nasional, masih memperkenankan kapitalis tumbuh berkembang, ...! Sayang seribu sayang, Mao akhirnya TIDAK SABARAN mewujutkan masyarakat sosialis di TIongkok dan ditahun 1956 menetapkan memulai Rev. Sosialis! Mulailah mensita hak-milik kapitalis perseorangan menjadi milik NEGARA dan didesa-desa membentuk komune rakyat. Meneriakkan SOSIALISME Adalah BAIK! Dan untuk mempercepat pergerakkan diajukan “MAJU MELOMPAT!”, ... tentu saya tidak hendak mengatakan gerakan maju melompat adalah salah sepenuhnya, karena kenyataan begitu bergeloranya semangat rakyat TIongkok bangkit membangun negara sosialis, ... tentu disana-sini karena tindakan ekstrim yang kebablasan terjadi kerusakan yang tidak terhindarkan. Jadi, yang menjadi PROBLEM, sudah tiba-kah saatnya Tiongkok yang masih MISKIN dan TERBELAKANG untuk melancarkan rev. Sosialis? Padhal, kenyataan tidak banyak perbedaan tingkat masyarakat Tiongkok dimasa Mao tahun 1945 dengan dimasa Deng tahun 1980! Masyarakat Tiongkok masih miskin dan terbelakang, dan, ... BELUM ADA unsur-unsur hubungan produksi baru didalam masyarakat yang bisa dinamakan hubungan produksi sosialis sesungguhnya! Saya setuju dengan Deng, BELUM tiba waktu melancarkan Rev. Sosialis! Belum waktunya menjadikan kapitalis sasaran revolusi dan harus dibasmi! Biarkanlah hak-milik kapitalis perseorangan tetap tumbuh berkeembang dengan dikendalikan Negara saja! Biarkanlah didalam masyarakat tumbuh hubungan produksi baru, hubungan produksi yang bisa dinamakan hubungan produksi sosialis yang PASTI akan muncul seiring dengan perkembangan masyarakat itu sendiri. Dan tentunya tidak bisa direkayasa oleh sub jektive manusia, siapapun dia! Tidak bisa hanya dengan membasmi kapitalis lalu menggantikannya dengan pejabat2 lalu dikatakan itulah hubungan produksi sosialis! TIDAK! Dan akhirnya PEJABAT2 itu tak terhindarkan berubah menjadi kabir yang membusuk dan PASTI robohlah yang dinamakan “negara Sosialis” pertama didunia itu! Bisa dipastikan cepat-lambat masyarakat sosialis hasil rekayasa begitu akan ROBOH dengan sendirinya. Itulah sebab Deng menempuh jalan mengoreksi KESALAHAN2 yang telah terjadi, dan kembali kejalan yang BENAR ditetapkan Ketua Mao tahun 1945 itu, belum waktunya melancarkan rev. Sosialis!. Salam, ChanCT From: Tatiana Lukman jetaimemuc...@yahoo.com [GELORA45] Sent: Tuesday, June 13, 2017 8:55 PM To: Chan CT ; GELORA45@yahoogroups.com ; in...@ozemail.com.au ; DISKUSI FORUM HLD ; Yahoogroups Subject: Re: [temu_eropa] Re: [GELORA45] Re: GRAHAM ALLISON: "AMERICA SECOND? " "YES." Ya itu, argumentasinya pendukung restorasi kapitalis!!! Makanya menyalahkan Lenin dan Mao yang menghancurkan hak milik perorangan pada tahap pembangunan sosialisme.. Nah justru disitulah letak watak revisionis orang-orang remo seperti Liu-Deng dan para pengikutnya seperti anda itu !! Tidak mau melangkah ke tahap sosialis, maunya tetap di tahap nasional demokratis di mana kaum borjuis dibiarkan untuk terus menerima dividen... Dan menghalalkan penghisapan dan penindasan untuk membangun "sosialisme dengan ciri Tkk", seperti diakui sendiri oleh almarhum Suar Suroso, sampai-sampai menanyakan "apa salahnya penghisapan Ha...ha... bayangin orang komunis menanyakan apa salahnya penghisapan Busyt!! Marxisme diputar balik dan direvisi oleh orang-orang revisionis dan renegat!! Dan "argumentasi" nya orang-orang remo yang dianggap "ampuh" adalah "karena penghisapan tidak bisa dihilangkan sekarang, ya harus diikuti saja"!!! Satu hal adalah kenyataan bahwa penghisapan memang tidak bisa dihilangkan seketika, seperti orang membalik tangan, tapi satu hal yang lain lagi adalah membenarkan dan menghalalkan penghisapan dalam sebuah revolusi yang sudah menang dan menuju ke arah penghapusannya, yang berarti mundur atau merestorasi sistim penghisapan Makanya orang-orang remo membenarkan restorasi kapitalisnya dengan "argumentasi" sekarang ini di Tkk sedang dalam "tahap n
Re: [temu_eropa] Re: [GELORA45] Re: GRAHAM ALLISON: "AMERICA SECOND? " "YES."
Ya itu, argumentasinya pendukung restorasi kapitalis!!! Makanya menyalahkan Lenin dan Mao yang menghancurkan hak milik perorangan pada tahap pembangunan sosialisme.. Nah justru disitulah letak watak revisionis orang-orang remo seperti Liu-Deng dan para pengikutnya seperti anda itu !! Tidak mau melangkah ke tahap sosialis, maunya tetap di tahap nasional demokratis di mana kaum borjuis dibiarkan untuk terus menerima dividen... Dan menghalalkan penghisapan dan penindasan untuk membangun "sosialisme dengan ciri Tkk", seperti diakui sendiri oleh almarhum Suar Suroso, sampai-sampai menanyakan "apa salahnya penghisapan Ha...ha... bayangin orang komunis menanyakan apa salahnya penghisapan Busyt!! Marxisme diputar balik dan direvisi oleh orang-orang revisionis dan renegat!! Dan "argumentasi" nya orang-orang remo yang dianggap "ampuh" adalah "karena penghisapan tidak bisa dihilangkan sekarang, ya harus diikuti saja"!!! Satu hal adalah kenyataan bahwa penghisapan memang tidak bisa dihilangkan seketika, seperti orang membalik tangan, tapi satu hal yang lain lagi adalah membenarkan dan menghalalkan penghisapan dalam sebuah revolusi yang sudah menang dan menuju ke arah penghapusannya, yang berarti mundur atau merestorasi sistim penghisapan Makanya orang-orang remo membenarkan restorasi kapitalisnya dengan "argumentasi" sekarang ini di Tkk sedang dalam "tahap nasional demokratis", padahal tahap itu sudah selesai pada tahun 50-an abad yang lalu!!! Sampai sekarang anda masih belum/tidak bisa menjawab dan menjelaskan perbedaan antara tahap nasional demokratisnya Mao dengan tahap nasional demokratisnya Deng xiao-ping!!! Ayo, jawab dulu pertanyaan ini!! Jangan bicara soal lain lagi; jangan diskusi kusir!!! On Tuesday, June 13, 2017 2:26 PM, Chan CT <sa...@netvigator.com> wrote: Hahahaa, ... ini nenek dalam tempurung ngoceh lagi! Yang bicara tanpa argumen itu siapa??? Bukankah saya sudah kasih argumentasi mengapa kalian basmi “hak milik perseorangan” adalah SALAH! Sedang anda yang hanya gerundel saja saking dongkol melihat kenyataan perkembangan RRT yang terus maju lebih heiibat itu? Kok bisa-bisanya anda sampai sekarang masih saja berteriak RRT masih gunakan modal-asing untuk pembangunan dan penghisapan buruh-tani, ...??? TIDAK JUGA berhasil melihat kenyataan justru sebaliknya, modal-RRT sudah lebih banyak menjelah kebanyak negara didunia, bahkan banyak begara Eropah, termasuk Inggris dan Jerman sekarang sudah mengandalkan “BANTUAN” investasi Tiongkok, untuk menyelamatkan krisis ekonomi yang dihadapinya! Berani bilang PASTI roboh, tapi bagusslah masih YAKIN umur kita tidak kesampaian menyaksikan kerobohan RRT! Kasihaan amat, ... begitu getolnya mengharapkan RRT roboh ternyata masih saja terus makin JAYA, ...! Tunggulah sampai dunia kiamaaat, ... Salam,ChanCT From: Tatiana Lukman jetaimemuc...@yahoo.com [GELORA45] Sent: Tuesday, June 13, 2017 2:59 PMTo: temu_er...@yahoogroups.com ; GELORA45@yahoogroups.com Subject: Re: [temu_eropa] Re: [GELORA45] Re: GRAHAM ALLISON: "AMERICA SECOND? " "YES." Masih ngotot membela dan membantah PKT sebagai partai remo tapi sama sekali tanpa argumentasi, kecuali dengan memamerkan sejak dulu pembangunan yang dibiayai dengan modal asing dan penghisapan dan penindasan terhadap kaum buruh dan kaum tani. Pasti akan rubuh!!! Umur kita semua tidak akan sampai untuk bisa menyaksikan kerobohan itu, tapi roboh itu pasti...Justru karena anda sendiri sudah jadi revisionis maka tidak lagi percaya kepada hukum perkembangan masyarakat dan perjuangan kelas sebagai motornya!!! On Tuesday, June 13, 2017 4:29 AM, "'Chan CT' sa...@netvigator.com [temu_eropa]" <temu_er...@yahoogroups.com> wrote: Seandainya saja benar apa yang anda tuduhkan PKT sudah bukan lagi Partai Komunis Tiongkok, tapi berubah menjadi Partai REMO, Partai Kapitalis Tiongkok, dsb, ... yang menjalankan penghisapan dan penindasan pada RAKYAT BANYAK, tentu lambat atau cepat akhirnya akan ROBOH juga! Tentu TIDAK BEDA dengan PKUS yang melewati usia 70-an tahun sudah roboh dengan sendirinya itu! Tapi, ... ternyata anda tidak berhasil melihat, atau lebih tepat harus dikatakan TIDAK HENDAK karena TIDAK BERANI melihat kenyataan yang sedang terjadi di Tiongkok, khususnya 10 tahun terakhir ini dalam usaha mengentaskan kemiskinan, jadi anda berkesimpulan lain. Tiongkok sekarang ini TETAP MAJU dalam kecepatan sedang, maju terus lebih baik bukan saja dibidang ekonomi, teknologi tapi juga KESEJAHTERAAN RAKYAT. Dalam beberapa tahun terakhir ini, setiap tahunnya Tiongkok berhasil mengangkat lebih 10 juta rakyatnya keluar dari garis kemiskinan! Dan ingat, warga desa pedalaman yang dinyatakan telah keluar dari garis kemiskinan itu, bukan sekadar dari angka produksi desa dan pemasukan warga desa sesaat ditahun itu saja, tapi harus mencapai jaminan kelanggengan
Re: [temu_eropa] Re: [GELORA45] Re: GRAHAM ALLISON: "AMERICA SECOND? " "YES."
Hahahaa, ... ini nenek dalam tempurung ngoceh lagi! Yang bicara tanpa argumen itu siapa??? Bukankah saya sudah kasih argumentasi mengapa kalian basmi “hak milik perseorangan” adalah SALAH! Sedang anda yang hanya gerundel saja saking dongkol melihat kenyataan perkembangan RRT yang terus maju lebih heiibat itu? Kok bisa-bisanya anda sampai sekarang masih saja berteriak RRT masih gunakan modal-asing untuk pembangunan dan penghisapan buruh-tani, ...??? TIDAK JUGA berhasil melihat kenyataan justru sebaliknya, modal-RRT sudah lebih banyak menjelah kebanyak negara didunia, bahkan banyak begara Eropah, termasuk Inggris dan Jerman sekarang sudah mengandalkan “BANTUAN” investasi Tiongkok, untuk menyelamatkan krisis ekonomi yang dihadapinya! Berani bilang PASTI roboh, tapi bagusslah masih YAKIN umur kita tidak kesampaian menyaksikan kerobohan RRT! Kasihaan amat, ... begitu getolnya mengharapkan RRT roboh ternyata masih saja terus makin JAYA, ...! Tunggulah sampai dunia kiamaaat, ... Salam, ChanCT From: Tatiana Lukman jetaimemuc...@yahoo.com [GELORA45] Sent: Tuesday, June 13, 2017 2:59 PM To: temu_er...@yahoogroups.com ; GELORA45@yahoogroups.com Subject: Re: [temu_eropa] Re: [GELORA45] Re: GRAHAM ALLISON: "AMERICA SECOND? " "YES." Masih ngotot membela dan membantah PKT sebagai partai remo tapi sama sekali tanpa argumentasi, kecuali dengan memamerkan sejak dulu pembangunan yang dibiayai dengan modal asing dan penghisapan dan penindasan terhadap kaum buruh dan kaum tani. Pasti akan rubuh!!! Umur kita semua tidak akan sampai untuk bisa menyaksikan kerobohan itu, tapi roboh itu pasti...Justru karena anda sendiri sudah jadi revisionis maka tidak lagi percaya kepada hukum perkembangan masyarakat dan perjuangan kelas sebagai motornya!!! On Tuesday, June 13, 2017 4:29 AM, "'Chan CT' sa...@netvigator.com [temu_eropa]" <temu_er...@yahoogroups.com> wrote: Seandainya saja benar apa yang anda tuduhkan PKT sudah bukan lagi Partai Komunis Tiongkok, tapi berubah menjadi Partai REMO, Partai Kapitalis Tiongkok, dsb, ... yang menjalankan penghisapan dan penindasan pada RAKYAT BANYAK, tentu lambat atau cepat akhirnya akan ROBOH juga! Tentu TIDAK BEDA dengan PKUS yang melewati usia 70-an tahun sudah roboh dengan sendirinya itu! Tapi, ... ternyata anda tidak berhasil melihat, atau lebih tepat harus dikatakan TIDAK HENDAK karena TIDAK BERANI melihat kenyataan yang sedang terjadi di Tiongkok, khususnya 10 tahun terakhir ini dalam usaha mengentaskan kemiskinan, jadi anda berkesimpulan lain. Tiongkok sekarang ini TETAP MAJU dalam kecepatan sedang, maju terus lebih baik bukan saja dibidang ekonomi, teknologi tapi juga KESEJAHTERAAN RAKYAT. Dalam beberapa tahun terakhir ini, setiap tahunnya Tiongkok berhasil mengangkat lebih 10 juta rakyatnya keluar dari garis kemiskinan! Dan ingat, warga desa pedalaman yang dinyatakan telah keluar dari garis kemiskinan itu, bukan sekadar dari angka produksi desa dan pemasukan warga desa sesaat ditahun itu saja, tapi harus mencapai jaminan kelanggengan produksi yang diusahakan desa itu! Itulah TARGET yang diperjuangkan PKT dengan Plan-5 Tahun ke-13, untuk membebaskan lebih 50juta rakyat miskin yang tersisa, ... jadi nanti di tahun 2020, RRT termasuk negara didunia yang TIDAK ada lagi orang miskin, tidak akan ada lagi rakyat yang kelaparan, tidak cukup sandang-pangan dan SELURUH RAKYAT yang berjumlah 1,4 milyar itu akan berkemampuan berobat saat sakit dan juga berkemampuan menyekolahkan anak-anak nya! Nampak jelas, dari berbagai tulisan-tulisan yang mengisahkan desa-desa terbelakang berubah menjadi desa makmur, dimana bisa diikuti di Harian Rakyat dan juga diinternet, patut diperhatikan yang terjadi di Tiongkok sekarang ini TERBALIK dengan pemikiran KOMUNIS semula! BUKAN membasmi “hak-milik PERSEORANGAN atas alat produksi” dengan dirampas menjadi milik NEGARA! BUKAN mempertahankan seluruh RAKYAT tetap sebagai PROLETARIAT yang tidak bermilik, tidak mempunyai apa-apa kecuali TENAGA KERJA saja! Dan olehkarena semua jadi milik NEGARA, akhirnya NEGARA atau PEMERINTAH jadi harus mengatur segala kehidupan rakyatnya! Dan, kalau boleh dikatakan, akibat pejabat Pemerintah membusuk dan tidak mengabdi Rakyat dengan baik itulah akhirnya PKUS roboh dicampakkan oleh rakyatnya sendiri! Tapi yang dijalankan PKT sekarang ini terbalik, PKT justru membiarkan hak-milik perseorangan warga desa, khususnya hak-guna tanah yang ditahun 1980 dibagikan kembali pada setiap petani itu. Bersamaan itu, warga desa juga didorong pada KESADARAN KERJASAMA dalam meningkatkan produksi, sampai pada membentuk koperasi-desa! Dengan memasukkan nilai hak-guna tanah, alat produksi yang dimilik semula menjadi bagian saham koperasi desa itu! Begitulah KESADARAN dan SEMANGAT kerja KOLEKTIF kembali dibangkitkan yang tidak beda banyak saat Mao membangkitkan pembentukan koperasi didesa-desa, awal tahun 50, ... yang berbeda sekarang ini ada k
Re: [GELORA45] Re: GRAHAM ALLISON: "AMERICA SECOND? " "YES."
Bung Jo, Ya, benar. Waktu saya kuliah di Kimia Teknik ITB, dosen2 dari Indonesia maupun Prof.nya ngajarinya berdasarkan textbook Amerika. Hanya ada 3 mata kuliah, yang kuliahnya berdasarkan hasil penyelidikan laboratorium, yang kebetulan dosennya juga adalah kepala lab., anggota Biro Perancang Negara, dan penasehat Penjernihan air. Dosen2 itu adalah Tjiook Tiauw Poo dari Lab. Unit Processes, kemudian di Lembaga Kimia ( masih hidup, reunie dengannya beberapa tahun yang lalu), Ir. Tjiook Tiauw Kien ( anggota Dewan Perancang Negara, Kepala Lab. Kimia Industri dan punya perusahaan bangun industri, sudah meninggal di Belanda), Ir. The Tjing Giok (lab. Teknik Tenaga Air). Yang hebat, dari Tjiook Tiauw Poo. Lab. dibuka siang malam, supaya mahasiswa cepat selesai, dan dibimbing betul2 melakukan penyelidikan, yang hasilnya masuk dalam bahan kuliah. Sebenarnya bisa saja di Indonesia dilakukan perubahan besar, kalau dosen2 punya lab. dan harus menghasilkan paper tiap tahun. Dulu ada Prof. Dr. Ir. O Hong Djie, dekan mesin dan elektro ITB, dan juga dosen elektro arus lemah di Ureca Jakarta. Pesannya pada Ureca, Ureca Jakarta harus punya Centre of Excellence Laboratory (laboratorium yang luar biasa bagus) dan hanya di Jakarta, karena keuangan daerah2 tersendiri tidak mungkin bangun laboratorium yang baik. Daerah2 perlu membantu keuangan mewujudkan ini. Mahasiswa tahun terakhir dari daerah2 supaya dikirim ke Jakarta untuk kerja di lab. yang sangat mutakhir ini. Sayang Ureca diambil alih di jaman Suharto jadi Trisakti. Idee seperti di atas dilaksankan di Universitas Peking di lab. Geologi. Istri saya diundang lihat lab. Geologi di sana oleh seorang asistent Prof., waktu kami sedang di Peking. Istri saya terkejut, karena Geologi Instituut Peking punya alat2 lebih canggih dari pada Universitas Utrecht. Saya bilang (waktu itu tahun 1986), wah mereka cerdik. Pasti hanya Universitas Beijing yang punya (karena waktu itu Tiongkok masih miskin, kami belanja minyak dan beras di toko Friendship untuk tante yang kerja di kementerian Luar Negeri) dan dipakai tidak saja untuk penyelidikan mahasiswa, pasti juga untuk berbagai institut, dan mahasiswa2 berbagai universitas. Memang, alatnya dipakai siang malam. Salam, KH On 13 June 2017 at 08:49, b...@yahoo.com [GELORA45] < GELORA45@yahoogroups.com> wrote: > > > Kualitas pendidikan universitas di Indonesia ketinggalan kalau dibanding > dgn. pendidikan di Eropa dan Amerika Utara dari pengalaman saya pribadi > dimana saya pernah belajar di universitas di Indonesia selama 2 tahun, > kemudian di Jerman, di Amerika Utara (Kanada dan AS). Misalnya, waktu > kuliah di Indonesia, kami/mahasiswa harus mencatat apa yg. > dikuliahkan/"di-dikte oleh dosen dimana bahan kuliah dari dosen asalnya > dari textbook Amerika dan Jerman. Jadi dosen cuma menciplak dari > pengetahuan2 dari luar negeri. Sedangkan waktu saya belajar di Jerman, > dosen memberi kuliah dari textbook2 Jerman yg. dikarang oleh profesor2 > Jerman dari hasil riset mereka sendiri (textbook Amerika hampir tidak > pernah di pakai). Mahasiswa2 luar negeri (Auslaender) terpaksa harus > mengerti bahasa Jerman sebab English textbook tidak dipakai. Saya, pada > tahun pertama, tidak mengerti kalau kuliah sebab dosen juga memberi kuliah > dlm. bhs. Jerman. Perlu diketahui, sebelum perang dunia ke II, Jerman > sangat unggul dibidang science dimana mereka banyak mendapat Hadiah Nobel > dibidang ini. Akhli2 yg. terkenal dari Jerman seperti Albert Einstein, yg. > kemudian pindah ke AS. Sesudah perang dunia II, Hadiah Nobel dikuasai oleh > Amerika. Pendidikan di Jerman, pada waktu itu, sangat unik/unique. Dosen > kalau memberi kuliah adalah cuma memberi penerangan dan mendiskusikan > topik2 yg. penting saya (jadi dosen tidak men-dikte utk. mahasiswa menulis > semua bahan kuliah seperti di Indonesia pada waktu itu). Dan mahasiwa > tidak perlu datang ke kuliah sebab mereka bisa belajar dari textbook2 > Jerman yg. ada di Perpustakaan Universitas. Dan biasanya mereka > membeli/mempunyai textbook2 yg. diperlukan Yang penting kalau ujian bisa > menjawab dgn. benar (ujian akhir universitas adalah lisan waktu itu). > Sedang di Amerika Utara, pendidikan lebih terpimpin dimana mahasiswa harus > datang ke kuliah. Saya berpendapat pendidikan di Amerika Utara lebih baik > sebab kalau mahasiswa malas di Jerman bisa puluhan tahun tidak selesai2. > Tentang keuangan utk.pendidikan di Jerman, bukan masalah, sebab > belajar/kuliah di universitas adalah gratis. Kalau tidak punya banyak uang, > makan juga gratis di Menza (tempat makan utk. mahasiswa). Jadi mau menjadi > mahasiswa "abadi" bukan masalah di Jerman. > > Waktu jaman saya, pendidikan sebelum universitas (SMP dan SMA) di > Indonesia tidak kalah/jauh dgn. pendidikan di Eropa tetapi setelah masuk > tingkat universitas baru kelihatan ketinggalannya karena kurangnya riset di > universitas. > > > ---In GELORA45@yahoogroups.com,wrote : > > Kelihatannya benar sekali, dalam kategori engineering
Re: [temu_eropa] Re: [GELORA45] Re: GRAHAM ALLISON: "AMERICA SECOND? " "YES."
Masih ngotot membela dan membantah PKT sebagai partai remo tapi sama sekali tanpa argumentasi, kecuali dengan memamerkan sejak dulu pembangunan yang dibiayai dengan modal asing dan penghisapan dan penindasan terhadap kaum buruh dan kaum tani. Pasti akan rubuh!!! Umur kita semua tidak akan sampai untuk bisa menyaksikan kerobohan itu, tapi roboh itu pasti...Justru karena anda sendiri sudah jadi revisionis maka tidak lagi percaya kepada hukum perkembangan masyarakat dan perjuangan kelas sebagai motornya!!! On Tuesday, June 13, 2017 4:29 AM, "'Chan CT' sa...@netvigator.com [temu_eropa]"wrote: Seandainya saja benar apa yang anda tuduhkan PKT sudah bukan lagi Partai Komunis Tiongkok, tapi berubah menjadi Partai REMO, Partai Kapitalis Tiongkok, dsb, ... yang menjalankan penghisapan dan penindasan pada RAKYAT BANYAK, tentu lambat atau cepat akhirnya akan ROBOH juga! Tentu TIDAK BEDA dengan PKUS yang melewati usia 70-an tahun sudah roboh dengan sendirinya itu! Tapi, ... ternyata anda tidak berhasil melihat, atau lebih tepat harus dikatakan TIDAK HENDAK karena TIDAK BERANI melihat kenyataan yang sedang terjadi di Tiongkok, khususnya 10 tahun terakhir ini dalam usaha mengentaskan kemiskinan, jadi anda berkesimpulan lain. Tiongkok sekarang ini TETAP MAJU dalam kecepatan sedang, maju terus lebih baik bukan saja dibidang ekonomi, teknologi tapi juga KESEJAHTERAAN RAKYAT. Dalam beberapa tahun terakhir ini, setiap tahunnya Tiongkok berhasil mengangkat lebih 10 juta rakyatnya keluar dari garis kemiskinan! Dan ingat, warga desa pedalaman yang dinyatakan telah keluar dari garis kemiskinan itu, bukan sekadar dari angka produksi desa dan pemasukan warga desa sesaat ditahun itu saja, tapi harus mencapai jaminan kelanggengan produksi yang diusahakan desa itu! Itulah TARGET yang diperjuangkan PKT dengan Plan-5 Tahun ke-13, untuk membebaskan lebih 50juta rakyat miskin yang tersisa, ... jadi nanti di tahun 2020, RRT termasuk negara didunia yang TIDAK ada lagi orang miskin, tidak akan ada lagi rakyat yang kelaparan, tidak cukup sandang-pangan dan SELURUH RAKYAT yang berjumlah 1,4 milyar itu akan berkemampuan berobat saat sakit dan juga berkemampuan menyekolahkan anak-anak nya! Nampak jelas, dari berbagai tulisan-tulisan yang mengisahkan desa-desa terbelakang berubah menjadi desa makmur, dimana bisa diikuti di Harian Rakyat dan juga diinternet, patut diperhatikan yang terjadi di Tiongkok sekarang ini TERBALIK dengan pemikiran KOMUNIS semula! BUKAN membasmi “hak-milik PERSEORANGAN atas alat produksi” dengan dirampas menjadi milik NEGARA! BUKAN mempertahankan seluruh RAKYAT tetap sebagai PROLETARIAT yang tidak bermilik, tidak mempunyai apa-apa kecuali TENAGA KERJA saja! Dan olehkarena semua jadi milik NEGARA, akhirnya NEGARA atau PEMERINTAH jadi harus mengatur segala kehidupan rakyatnya! Dan, kalau boleh dikatakan, akibat pejabat Pemerintah membusuk dan tidak mengabdi Rakyat dengan baik itulah akhirnya PKUS roboh dicampakkan oleh rakyatnya sendiri! Tapi yang dijalankan PKT sekarang ini terbalik, PKT justru membiarkan hak-milik perseorangan warga desa, khususnya hak-guna tanah yang ditahun 1980 dibagikan kembali pada setiap petani itu. Bersamaan itu, warga desa juga didorong pada KESADARAN KERJASAMA dalam meningkatkan produksi, sampai pada membentuk koperasi-desa! Dengan memasukkan nilai hak-guna tanah, alat produksi yang dimilik semula menjadi bagian saham koperasi desa itu! Begitulah KESADARAN dan SEMANGAT kerja KOLEKTIF kembali dibangkitkan yang tidak beda banyak saat Mao membangkitkan pembentukan koperasi didesa-desa, awal tahun 50, ... yang berbeda sekarang ini ada kejelasan pengaturan rinci pembagian bonus bagi pemilik saham, setiap warga petani pemilik saham didesa itu. Nampaknya jalan PKT sekarang inilah yang lebih sesuai dengan logika filsafat, “setiap hal-ihwal merupakan kesatuan dari segi-segi bertentangan”! Bukankah seharusnya yang dibilang milik negara itu merupakan kesatuan dari milik-perseorangan rakyatnya? Tapi, kalau saja setiap milik-perseorangan dibasmi, dimana lagi ada hak milik umum yang dibilang milik NEGARA itu? Kalau saja KAPITALIS dibasmi “hak-milik perseorangan” ditiadakan, dimana lagi eksistensi BURUH, sebagai antipode KAPITALIS dalam satu kesatuan masyarakat itu??? Menghilangkan kapitalis, bersamaan itu buruh juga seharusnya hilang! Pada saat kapitalis berubah kekwalitas baru, buruh nya juga ikut berubah menjadi kwalitas yang lain, ... kesatuan dari kapitalis> wrote: Kelihatannya benar sekali, dalam kategori engineering Tsinghua menempati posisi pertama disusul MIT kedua dan UC Berkeley ketiga. Bahkan dalam daftar 10 besar engineering Tiongkok dan Amerika keduanya masing2 menempatkan 4 university dan Singapore 2 university. Dalam sejarah memang banyak penemuan engineering diawali di Tiongkok terutama pada pembangunan Tembok Besar seperti roda pedati, katrol, dll. Tentu masuk akal kalau sekarang
Re: [GELORA45] Re: GRAHAM ALLISON: "AMERICA SECOND? " "YES."
Terimakasih bung Chan untuk penjelasannya. Waktu saya ke Tiongkok beberapa tahun yang lalu, guide kami cerita kalau dia sekolah jadi guide diongkosi sebagian oleh ibuny, sebagian oleh kakaknya perempuan, sebagian kalau liburan sekolah kerja sebagai guide. Dapat gaji dari tour operator, dapat extra dari hasil penjualan karcis pertunjukan show malam hari, dan tips dari turis. Cerita kalau ibunya dari suku minoritas, bapaknya dari suku Han. Dia boleh milih mau masuk suku Han atau suku minoritas. Kami tanya jadi pilih mana. Dia ilang pilih masuk suku minorits, kaena untuk suku minoritas, jumlah anak tidak dibatasi. Saya pikir, ya benar juga pilih masuk suku minoritas, kalau tidak suku minoritasnya bisa punah... 2017-06-13 5:42 GMT+02:00 'Chan CT' sa...@netvigator.com [GELORA45] < GELORA45@yahoogroups.com>: > > > Kalau boleh saya jelaskan masalah Hu Gou (baca KTP) yang saya ketahui di > Tiongkok. Dahulu, puluhan tahun sebelumnya, karena perbedaan kehidupan kota > dan desa sangat besar, untuk mencegah kota-kota besar dimasuki penduduk > desa, digunakanlah ketentuan Hu Gou yang sangat ketat di Tiongkok. Bekerja > di kota sudah sampai puluhan tahun juga tidak bisa dapatkan Hu Gou di kota > dimana dia bekerja, dan akibat nya segala fasilitas penduduk kota itu tidak > bisa dia dapatkan. Yang kasihan, sekalipun kawin dengan perempuan penduduk > kota itu, anaknya jadi tidak bisa sekolah di kota tsb. Yang berlaku garis > bapak, anak ikut bapak yang tidak punya Hu Gou. Jadi, harus diakali, > menjelang usia anak masuk sekolah, mereka harus “bercerai” agar si anak > ikut ibu yang ada Hu Gou kota itu, jadi si anak bisa masuk sekolah. Tidak > usah kedesa dirawat kakek-neneknya! > > Hehehee, ... saya jadi teringat saat tamasya di sungai Yang Tse, > berkesempatan ngobrol dengan seorang guide perempuan suku Tu, minoritas di > Tiongkok yang dapat hak-istimewa. UU semula pria suku Han tidak boleh kawin > dengan perempuan suku-minoritas ternyata sudah tidak dijalankan lagi. Dan > agar suku-minoritas tidak hilang-habis, dibuat ketentuan untuk > mempertahankan suku-minoritas diberi hak ikut garis ibu! Artinya anak > mereka tetap bersuku Ibu dari suku-minoritas. Tidak ikut marga ayah yang > suku Han, dan dengan begitu pasangan suami-istri ini tidak kena ketentuan > hanya boleh SATU anak, ... sedang si anak tentu juga TETAP diperlakukan > sebagai suku-minoritas! Lalu saya bilang, waah, kalau begitu akan > merangsang pemuda Han untuk kejar perempuan suku-minoritas, dong! Jadi > boleh punya anak banyak! Hehehee, ... Tapi, itu kejadian ditahun 2010, > sekarang ketentuan hanya anak tunggal juga sudah dicabut, ... boleh 2 anak. > > Baru 3-4 tahun terakhir ini, setelah pada pokoknya perbedaan kota-desa > tidak terlalu besar, setidaknya mayoritas usaha didesa-desa sudah tumbuh > berkembang, bahkan tidak sedikit penghasilan petani didesa-desa sudah > melebihi gaji buruh dikota-kota, baru dibuat UU Urbanisasi, warga desa yang > bekerja di kota dan hendak menetap, hidup dan bekerja di kota itu sudah > lebih 5 tahun bisa mendapatkan Hu Gou dikota itu, dan tentu mendapatkan > fasilitas sebagaimana penduduk kota itu. > > Jadi bukan sistem Hu Gou dihilangkan, tapi disempurnakan untuk KEADILAN > dan MANUSIAWI! Bisa memperlakukan hak dan kewajiban yang sama bagi setiap > warganya. > > Salam, > ChanCT > > > *From:* kh djie dji...@gmail.com [GELORA45] > *Sent:* Tuesday, June 13, 2017 3:58 AM > *To:* Gelora45 ; Jonathan Goeij > *Subject:* Re: [GELORA45] Re: GRAHAM ALLISON: "AMERICA SECOND? " "YES." > > > > Si anak ditinggal di desa bersama kakek neneknya supaya bisa ak tetap > sekolah gratis.. Tetapi kalau ikut ke kota lain tempat kerja orang tuanya, > dengan masih berlakunya sistim Hui kauw, tidak bisa masuk sekolah di kota > dengan gratis. kalau ikut orang tua, yang dua2nya kerja, biasanya masih > kuat bayar sekolah "partikelir", yang tidak gratis. Sekolah2 ini > bermunculan sesuai dengan adanya kebutuhan. > Tidak tahu kapan sistim Huikauw ini bisa dihilangkan. Mestinya dengan > majunya informasi teknologi, jatah bayaran sekolah mudah dipindahkan dari > satu tempat ke tempat lain. Tidak tahu kalau maksudnya mungkin supaya > migrasi dari desa ke kota jangan terlalu cepat, karena yang kota kewalahan > bangun perumahan, bangun sekolah ? > Mungkin bung Chan bisa jelaskan apa persoalan sebnarnya. > KH > > On 12 June 2017 at 20:18, Jonathan Goeij jonathango...@yahoo.com > [GELORA45] <GELORA45@yahoogroups.com> wrote: > >> >> >> Saya berpendapat pendidikan adalah salah satu jalan (mungkin yg terutama) >> utk meningkatkan "kasta" seseorang, cuman utk kasus di Tiongkok dgn sistem >> hanya penduduk desa/kota setempat yg bisa mengecam pendidikan dan kesehatan >> sec
Re: [GELORA45] Re: GRAHAM ALLISON: "AMERICA SECOND? " "YES."
Kalau boleh saya jelaskan masalah Hu Gou (baca KTP) yang saya ketahui di Tiongkok. Dahulu, puluhan tahun sebelumnya, karena perbedaan kehidupan kota dan desa sangat besar, untuk mencegah kota-kota besar dimasuki penduduk desa, digunakanlah ketentuan Hu Gou yang sangat ketat di Tiongkok. Bekerja di kota sudah sampai puluhan tahun juga tidak bisa dapatkan Hu Gou di kota dimana dia bekerja, dan akibat nya segala fasilitas penduduk kota itu tidak bisa dia dapatkan. Yang kasihan, sekalipun kawin dengan perempuan penduduk kota itu, anaknya jadi tidak bisa sekolah di kota tsb. Yang berlaku garis bapak, anak ikut bapak yang tidak punya Hu Gou. Jadi, harus diakali, menjelang usia anak masuk sekolah, mereka harus “bercerai” agar si anak ikut ibu yang ada Hu Gou kota itu, jadi si anak bisa masuk sekolah. Tidak usah kedesa dirawat kakek-neneknya! Hehehee, ... saya jadi teringat saat tamasya di sungai Yang Tse, berkesempatan ngobrol dengan seorang guide perempuan suku Tu, minoritas di Tiongkok yang dapat hak-istimewa. UU semula pria suku Han tidak boleh kawin dengan perempuan suku-minoritas ternyata sudah tidak dijalankan lagi. Dan agar suku-minoritas tidak hilang-habis, dibuat ketentuan untuk mempertahankan suku-minoritas diberi hak ikut garis ibu! Artinya anak mereka tetap bersuku Ibu dari suku-minoritas. Tidak ikut marga ayah yang suku Han, dan dengan begitu pasangan suami-istri ini tidak kena ketentuan hanya boleh SATU anak, ... sedang si anak tentu juga TETAP diperlakukan sebagai suku-minoritas! Lalu saya bilang, waah, kalau begitu akan merangsang pemuda Han untuk kejar perempuan suku-minoritas, dong! Jadi boleh punya anak banyak! Hehehee, ... Tapi, itu kejadian ditahun 2010, sekarang ketentuan hanya anak tunggal juga sudah dicabut, ... boleh 2 anak. Baru 3-4 tahun terakhir ini, setelah pada pokoknya perbedaan kota-desa tidak terlalu besar, setidaknya mayoritas usaha didesa-desa sudah tumbuh berkembang, bahkan tidak sedikit penghasilan petani didesa-desa sudah melebihi gaji buruh dikota-kota, baru dibuat UU Urbanisasi, warga desa yang bekerja di kota dan hendak menetap, hidup dan bekerja di kota itu sudah lebih 5 tahun bisa mendapatkan Hu Gou dikota itu, dan tentu mendapatkan fasilitas sebagaimana penduduk kota itu. Jadi bukan sistem Hu Gou dihilangkan, tapi disempurnakan untuk KEADILAN dan MANUSIAWI! Bisa memperlakukan hak dan kewajiban yang sama bagi setiap warganya. Salam, ChanCT From: kh djie dji...@gmail.com [GELORA45] Sent: Tuesday, June 13, 2017 3:58 AM To: Gelora45 ; Jonathan Goeij Subject: Re: [GELORA45] Re: GRAHAM ALLISON: "AMERICA SECOND? " "YES." Si anak ditinggal di desa bersama kakek neneknya supaya bisa ak tetap sekolah gratis.. Tetapi kalau ikut ke kota lain tempat kerja orang tuanya, dengan masih berlakunya sistim Hui kauw, tidak bisa masuk sekolah di kota dengan gratis. kalau ikut orang tua, yang dua2nya kerja, biasanya masih kuat bayar sekolah "partikelir", yang tidak gratis. Sekolah2 ini bermunculan sesuai dengan adanya kebutuhan. Tidak tahu kapan sistim Huikauw ini bisa dihilangkan. Mestinya dengan majunya informasi teknologi, jatah bayaran sekolah mudah dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain. Tidak tahu kalau maksudnya mungkin supaya migrasi dari desa ke kota jangan terlalu cepat, karena yang kota kewalahan bangun perumahan, bangun sekolah ? Mungkin bung Chan bisa jelaskan apa persoalan sebnarnya. KH On 12 June 2017 at 20:18, Jonathan Goeij jonathango...@yahoo.com [GELORA45] <GELORA45@yahoogroups.com> wrote: Saya berpendapat pendidikan adalah salah satu jalan (mungkin yg terutama) utk meningkatkan "kasta" seseorang, cuman utk kasus di Tiongkok dgn sistem hanya penduduk desa/kota setempat yg bisa mengecam pendidikan dan kesehatan secara gratis/murah hal ini menimbulkan masalah besar seperti yg pernah dibawakan oleh TV Aljazeera sedemikian banyaknya anak yg tertinggal didesa sementara orang tuanya bekerja dikota. Sistem baru yg diutarakan Chan setelah 5 th akan diberi status penduduk juga tidak akan banyak membantu, sianak disuruh tidak sekolah dulu selama lima tahun jadinya ya ketinggalan luar biasa. Dus yg jadi korban selalu mereka yg berada pada "kasta" rendah, tidak ada atau kurangnya equal opportunity dalam bidang pendidikan. On Monday, June 12, 2017 10:57 AM, Tatiana Lukman <jetaimemuc...@yahoo.com> wrote: Apakah dengan naiknya Tkk menjadi ekonomi terbesar dan "mengalahkan" AS, lantas selesai masalah-masalah sosial dan ketimpangan yang dihadapi rakyatnya??? Semua empires yang pernah "menguasai" dunia akhirnya runtuh juga.. Itulah bukti bahwa selama sistim ekonominya bertumpu di atas penghisapan dan penindasan, lambat atau cepat akhirnya akan roboh... On Monday, June 12, 2017 5:12 PM, "Jonathan Goeij jonathango...@yahoo.com [GELORA45]" <GELORA45@yahoogroups.com> wrote: Ke
Re: [GELORA45] Re: GRAHAM ALLISON: "AMERICA SECOND? " "YES."
Seandainya saja benar apa yang anda tuduhkan PKT sudah bukan lagi Partai Komunis Tiongkok, tapi berubah menjadi Partai REMO, Partai Kapitalis Tiongkok, dsb, ... yang menjalankan penghisapan dan penindasan pada RAKYAT BANYAK, tentu lambat atau cepat akhirnya akan ROBOH juga! Tentu TIDAK BEDA dengan PKUS yang melewati usia 70-an tahun sudah roboh dengan sendirinya itu! Tapi, ... ternyata anda tidak berhasil melihat, atau lebih tepat harus dikatakan TIDAK HENDAK karena TIDAK BERANI melihat kenyataan yang sedang terjadi di Tiongkok, khususnya 10 tahun terakhir ini dalam usaha mengentaskan kemiskinan, jadi anda berkesimpulan lain. Tiongkok sekarang ini TETAP MAJU dalam kecepatan sedang, maju terus lebih baik bukan saja dibidang ekonomi, teknologi tapi juga KESEJAHTERAAN RAKYAT. Dalam beberapa tahun terakhir ini, setiap tahunnya Tiongkok berhasil mengangkat lebih 10 juta rakyatnya keluar dari garis kemiskinan! Dan ingat, warga desa pedalaman yang dinyatakan telah keluar dari garis kemiskinan itu, bukan sekadar dari angka produksi desa dan pemasukan warga desa sesaat ditahun itu saja, tapi harus mencapai jaminan kelanggengan produksi yang diusahakan desa itu! Itulah TARGET yang diperjuangkan PKT dengan Plan-5 Tahun ke-13, untuk membebaskan lebih 50juta rakyat miskin yang tersisa, ... jadi nanti di tahun 2020, RRT termasuk negara didunia yang TIDAK ada lagi orang miskin, tidak akan ada lagi rakyat yang kelaparan, tidak cukup sandang-pangan dan SELURUH RAKYAT yang berjumlah 1,4 milyar itu akan berkemampuan berobat saat sakit dan juga berkemampuan menyekolahkan anak-anak nya! Nampak jelas, dari berbagai tulisan-tulisan yang mengisahkan desa-desa terbelakang berubah menjadi desa makmur, dimana bisa diikuti di Harian Rakyat dan juga diinternet, patut diperhatikan yang terjadi di Tiongkok sekarang ini TERBALIK dengan pemikiran KOMUNIS semula! BUKAN membasmi “hak-milik PERSEORANGAN atas alat produksi” dengan dirampas menjadi milik NEGARA! BUKAN mempertahankan seluruh RAKYAT tetap sebagai PROLETARIAT yang tidak bermilik, tidak mempunyai apa-apa kecuali TENAGA KERJA saja! Dan olehkarena semua jadi milik NEGARA, akhirnya NEGARA atau PEMERINTAH jadi harus mengatur segala kehidupan rakyatnya! Dan, kalau boleh dikatakan, akibat pejabat Pemerintah membusuk dan tidak mengabdi Rakyat dengan baik itulah akhirnya PKUS roboh dicampakkan oleh rakyatnya sendiri! Tapi yang dijalankan PKT sekarang ini terbalik, PKT justru membiarkan hak-milik perseorangan warga desa, khususnya hak-guna tanah yang ditahun 1980 dibagikan kembali pada setiap petani itu. Bersamaan itu, warga desa juga didorong pada KESADARAN KERJASAMA dalam meningkatkan produksi, sampai pada membentuk koperasi-desa! Dengan memasukkan nilai hak-guna tanah, alat produksi yang dimilik semula menjadi bagian saham koperasi desa itu! Begitulah KESADARAN dan SEMANGAT kerja KOLEKTIF kembali dibangkitkan yang tidak beda banyak saat Mao membangkitkan pembentukan koperasi didesa-desa, awal tahun 50, ... yang berbeda sekarang ini ada kejelasan pengaturan rinci pembagian bonus bagi pemilik saham, setiap warga petani pemilik saham didesa itu. Nampaknya jalan PKT sekarang inilah yang lebih sesuai dengan logika filsafat, “setiap hal-ihwal merupakan kesatuan dari segi-segi bertentangan”! Bukankah seharusnya yang dibilang milik negara itu merupakan kesatuan dari milik-perseorangan rakyatnya? Tapi, kalau saja setiap milik-perseorangan dibasmi, dimana lagi ada hak milik umum yang dibilang milik NEGARA itu? Kalau saja KAPITALIS dibasmi “hak-milik perseorangan” ditiadakan, dimana lagi eksistensi BURUH, sebagai antipode KAPITALIS dalam satu kesatuan masyarakat itu??? Menghilangkan kapitalis, bersamaan itu buruh juga seharusnya hilang! Pada saat kapitalis berubah kekwalitas baru, buruh nya juga ikut berubah menjadi kwalitas yang lain, ... kesatuan dari kapitalis> wrote: Kelihatannya benar sekali, dalam kategori engineering Tsinghua menempati posisi pertama disusul MIT kedua dan UC Berkeley ketiga. Bahkan dalam daftar 10 besar engineering Tiongkok dan Amerika keduanya masing2 menempatkan 4 university dan Singapore 2 university. Dalam sejarah memang banyak penemuan engineering diawali di Tiongkok terutama pada pembangunan Tembok Besar seperti roda pedati, katrol, dll. Tentu masuk akal kalau sekarang kemajuan engineering kembali ke Tiongkok, dan bukan hanya dalam pendidikan saja tetapi juga dalam penemuan2 baru. Angkat topi! Kapan Indonesia menyusul? Yg jelas waktu searching Indonesia hasil yg didapat "Not Matches Found" dalam semua kategori. ---In GELORA45@yahoogroups.com,wrote : GRAHAM ALLISON America second? Yes, and China’s lead is only growing China’s Tsinghua University dethroned MIT (above) as the top engineering university in the world in 2015, according to US News and World Report’s annual rankings. By Graham Allison May 22, 2017 In Boston, Commencement season is a time to celebrate our
Re: [GELORA45] Re: GRAHAM ALLISON: "AMERICA SECOND? " "YES."
Si anak ditinggal di desa bersama kakek neneknya supaya bisa ak tetap sekolah gratis.. Tetapi kalau ikut ke kota lain tempat kerja orang tuanya, dengan masih berlakunya sistim Hui kauw, tidak bisa masuk sekolah di kota dengan gratis. kalau ikut orang tua, yang dua2nya kerja, biasanya masih kuat bayar sekolah "partikelir", yang tidak gratis. Sekolah2 ini bermunculan sesuai dengan adanya kebutuhan. Tidak tahu kapan sistim Huikauw ini bisa dihilangkan. Mestinya dengan majunya informasi teknologi, jatah bayaran sekolah mudah dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain. Tidak tahu kalau maksudnya mungkin supaya migrasi dari desa ke kota jangan terlalu cepat, karena yang kota kewalahan bangun perumahan, bangun sekolah ? Mungkin bung Chan bisa jelaskan apa persoalan sebnarnya. KH On 12 June 2017 at 20:18, Jonathan Goeij jonathango...@yahoo.com [GELORA45]wrote: > > > Saya berpendapat pendidikan adalah salah satu jalan (mungkin yg terutama) > utk meningkatkan "kasta" seseorang, cuman utk kasus di Tiongkok dgn sistem > hanya penduduk desa/kota setempat yg bisa mengecam pendidikan dan kesehatan > secara gratis/murah hal ini menimbulkan masalah besar seperti yg pernah > dibawakan oleh TV Aljazeera sedemikian banyaknya anak yg tertinggal didesa > sementara orang tuanya bekerja dikota. Sistem baru yg diutarakan Chan > setelah 5 th akan diberi status penduduk juga tidak akan banyak membantu, > sianak disuruh tidak sekolah dulu selama lima tahun jadinya ya ketinggalan > luar biasa. > > Dus yg jadi korban selalu mereka yg berada pada "kasta" rendah, tidak ada > atau kurangnya equal opportunity dalam bidang pendidikan. > > > On Monday, June 12, 2017 10:57 AM, Tatiana Lukman > wrote: > > > Apakah dengan naiknya Tkk menjadi ekonomi terbesar dan "mengalahkan" AS, > lantas selesai masalah-masalah sosial dan ketimpangan yang dihadapi > rakyatnya??? Semua empires yang pernah "menguasai" dunia akhirnya runtuh > juga.. Itulah bukti bahwa selama sistim ekonominya bertumpu di atas > penghisapan dan penindasan, lambat atau cepat akhirnya akan roboh... > > > On Monday, June 12, 2017 5:12 PM, "Jonathan Goeij jonathango...@yahoo.com > [GELORA45]" wrote: > > > > Kelihatannya benar sekali, dalam kategori engineering Tsinghua menempati > posisi pertama disusul MIT kedua dan UC Berkeley ketiga. Bahkan dalam > daftar 10 besar engineering Tiongkok dan Amerika keduanya masing2 > menempatkan 4 university dan Singapore 2 university. > > Dalam sejarah memang banyak penemuan engineering diawali di Tiongkok > terutama pada pembangunan Tembok Besar seperti roda pedati, katrol, dll. > Tentu masuk akal kalau sekarang kemajuan engineering kembali ke Tiongkok, > dan bukan hanya dalam pendidikan saja tetapi juga dalam penemuan2 baru. > Angkat topi! > > Kapan Indonesia menyusul? Yg jelas waktu searching Indonesia hasil yg > didapat "Not Matches Found" dalam semua kategori. > > > ---In GELORA45@yahoogroups.com, wrote : > > > > > GRAHAM ALLISON > America second? Yes, and China’s lead is only growing > China’s Tsinghua University dethroned MIT (above) as the top engineering > university in the world in 2015, according to US News and World Report’s > annual rankings. > By Graham Allison > May 22, 2017 > In Boston, Commencement season is a time to celebrate our world-leading > universities, including engineering powerhouse MIT. But Bostonians might be > shocked to learn that China’s Tsinghua University dethroned MIT as the top > engineering university in the world in 2015, according to the > closely-watched US News & World Report annual rankings. Tsinghua’s recent > surge is not an isolated example. Everyone knows about China’s rise, but > few have realized its magnitude or its consequences. > Among the top 10 schools of engineering, China and the United States now > each have four. In STEM subjects (science, technology, engineering, and > mathematics), which provide the core competencies driving advances in the > fastest-growing sectors of modern economies, China annually graduates four > times as many students as the United States (1.3 million vs. 300,000). And > in every year of the Obama administration, Chinese universities awarded > more PhDs in STEM fields than American universities. > For Americans who grew up in a world in which USA meant “number one,” the > idea that China could truly challenge the United States as a global > educational leader seems impossible to imagine. > This is not the only reality Americans willfully ignore. In my national > security course at Harvard, the lecture on China begins with a quiz. > Students get a sheet with 25 indicators of economic performance. Their task > is to estimate when China might overtake the United States as the top > producer or market of automobiles, supercomputers, smartphones, and so on. > Most are stunned to learn that China has already surpassed the United > States on each of these metrics. > I then
RE: [GELORA45] Re: GRAHAM ALLISON: "AMERICA SECOND? " "YES."
Kelihatannya anda bangga sekali Indonesia masuk bagian mereka yang "tak ternilai" saking hebatnya itu, apakah demikian? Btw ada 7 universitas Israel yg masuk daftar US New Global itu, menempati peringkat 101 s/d 700 secara global, dalam kategori engineering ada 3 universitas menempati peringkat 131, 252, dan 375. Saya tidak nge-check negara2 yg lain. ---In GELORA45@yahoogroups.com, <nesare1@...> wrote : Negara2 dibawah ini: “No Matches Found” atau “You Found It Funny”?United arab emirate, Israel, Bahrain, Qatar, yordania, Latvia, Belarus, Azerbaijan, negara2 dengan akhiran TAN yg gede2 (Uzbekistan, Tajikistan, turkmekistan dll), Montenegro, Kosovo, Albania, filipina, Vietnam, kamboja d……. Dasar tukang bashing!!! Nesare From: GELORA45@yahoogroups.com [mailto:GELORA45@yahoogroups.com] Sent: Monday, June 12, 2017 3:03 PM To: Yahoogroups <gelora45@yahoogroups.com> Subject: Re: [GELORA45] Re: GRAHAM ALLISON: "AMERICA SECOND? " "YES." Waktu searching "Indonesia" hasilnya "No Matches Found", kita bisa bilang tidak dapat nomer saking jeleknya atau juga bisa bilang "tidak ternilai" saking baiknya sehingga tidak bisa dinilai. :) ha ha ha ha Coba searching disini: US News Best Global Universities | US News Education | | | | | | | | | | | US News Best Global Universities | US News Education See the US News ranking for the top universities in the world. The Best Global Universities list includes school... | | | | ---In GELORA45@yahoogroups.com, <ilmesengero@...> wrote : NKRI nomor berapa? ---In GELORA45@yahoogroups.com, <ehhlin@...> wrote : On Mon, Jun 12, 2017 at 5:02 PM, Jonathan Goeij jonathangoeij@... [GELORA45] <GELORA45@yahoogroups.com> wrote: Kelihatannya benar sekali, dalam kategori engineering Tsinghua menempati posisi pertama disusul MIT kedua dan UC Berkeley ketiga. Bahkan dalam daftar 10 besar engineering Tiongkok dan Amerika keduanya masing2 menempatkan 4 university dan Singapore 2 university. Dalam sejarah memang banyak penemuan engineering diawali di Tiongkok terutama pada pembangunan Tembok Besar seperti roda pedati, katrol, dll. Tentu masuk akal kalau sekarang kemajuan engineering kembali ke Tiongkok, dan bukan hanya dalam pendidikan saja tetapi juga dalam penemuan2 baru. Angkat topi! Kapan Indonesia menyusul? Yg jelas waktu searching Indonesia hasil yg didapat "Not Matches Found" dalam semua kategori. ---In GELORA45@yahoogroups.com, <ehhlin@...> wrote : GRAHAM ALLISON America second? Yes, and China’s lead is only growingChina’s Tsinghua University dethroned MIT (above) as the top engineering university in the world in 2015, according to US News and World Report’s annual rankings.By Graham Allison May 22, 2017 In Boston, Commencement season is a time to celebrate our world-leading universities, including engineering powerhouse MIT. But Bostonians might be shocked to learn that China’s Tsinghua University dethroned MIT as the top engineering university in the world in 2015, according to the closely-watched US News & World Report annual rankings. Tsinghua’s recent surge is not an isolated example. Everyone knows about China’s rise, but few have realized its magnitude or its consequences.Among the top 10 schools of engineering, China and the United States now each have four. In STEM subjects (science, technology, engineering, and mathematics), which provide the core competencies driving advances in the fastest-growing sectors of modern economies, China annually graduates four times as many students as the United States (1.3 million vs. 300,000). And in every year of the Obama administration, Chinese universities awarded more PhDs in STEM fields than American universities.For Americans who grew up in a world in which USA meant “number one,” the idea that China could truly challenge the United States as a global educational leader seems impossible to imagine.This is not the only reality Americans willfully ignore. In my national security course at Harvard, the lecture on China begins with a quiz. Students get a sheet with 25 indicators of economic performance. Their task is to estimate when China might overtake the United States as the top producer or market of automobiles, supercomputers, smartphones, and so on. Most are stunned to learn that China has already surpassed the United States on each of these metrics.I then ask whether they believe that in their lifetime China will overtake the United States to become the largest economy in the world. In last year’s class of 60 students, about half bet they would live to see the United States become number two, while half disagreed.When I show the class headlines from the 2014 IMF-World Bank meeting announcing that China had become the largest economy in the world, students react with a mix of dismay and disbelief. By 2016, China’s GDP was $21
RE: [GELORA45] Re: GRAHAM ALLISON: "AMERICA SECOND? " "YES."
Negara2 dibawah ini: “No Matches Found” atau “You Found It Funny”? United arab emirate, Israel, Bahrain, Qatar, yordania, Latvia, Belarus, Azerbaijan, negara2 dengan akhiran TAN yg gede2 (Uzbekistan, Tajikistan, turkmekistan dll), Montenegro, Kosovo, Albania, filipina, Vietnam, kamboja d……. Dasar tukang bashing!!! Nesare From: GELORA45@yahoogroups.com [mailto:GELORA45@yahoogroups.com] Sent: Monday, June 12, 2017 3:03 PM To: Yahoogroups <gelora45@yahoogroups.com> Subject: Re: [GELORA45] Re: GRAHAM ALLISON: "AMERICA SECOND? " "YES." Waktu searching "Indonesia" hasilnya "No Matches Found", kita bisa bilang tidak dapat nomer saking jeleknya atau juga bisa bilang "tidak ternilai" saking baiknya sehingga tidak bisa dinilai. :) ha ha ha ha Coba searching disini: US News Best Global Universities | US News Education <https://www.usnews.com/education/best-global-universities/rankings> US News Best Global Universities | US News Education See the US News ranking for the top universities in the world. The Best Global Universities list includes school... ---In GELORA45@yahoogroups.com <mailto:GELORA45@yahoogroups.com> , <ilmesengero@... <mailto:ilmesengero@...> > wrote : NKRI nomor berapa? ---In <mailto:GELORA45@yahoogroups.com> GELORA45@yahoogroups.com, <ehhlin@... <mailto:ehhlin@...> > wrote : On Mon, Jun 12, 2017 at 5:02 PM, Jonathan Goeij <mailto:jonathangoeij@...> jonathangoeij@... [GELORA45] < <mailto:GELORA45@yahoogroups.com> GELORA45@yahoogroups.com> wrote: Kelihatannya benar sekali, dalam kategori engineering Tsinghua menempati posisi pertama disusul MIT kedua dan UC Berkeley ketiga. Bahkan dalam daftar 10 besar engineering Tiongkok dan Amerika keduanya masing2 menempatkan 4 university dan Singapore 2 university. Dalam sejarah memang banyak penemuan engineering diawali di Tiongkok terutama pada pembangunan Tembok Besar seperti roda pedati, katrol, dll. Tentu masuk akal kalau sekarang kemajuan engineering kembali ke Tiongkok, dan bukan hanya dalam pendidikan saja tetapi juga dalam penemuan2 baru. Angkat topi! Kapan Indonesia menyusul? Yg jelas waktu searching Indonesia hasil yg didapat "Not Matches Found" dalam semua kategori. ---In <mailto:GELORA45@yahoogroups.com> GELORA45@yahoogroups.com, <ehhlin@... <mailto:ehhlin@...> > wrote : GRAHAM ALLISON America second? Yes, and China’s lead is only growing China’s Tsinghua University dethroned MIT (above) as the top engineering university in the world in 2015, according to US News and World Report’s annual rankings. By Graham Allison May 22, 2017 In Boston, Commencement season is a time to celebrate our world-leading universities, including engineering powerhouse MIT. But Bostonians might be shocked to learn that China’s Tsinghua University dethroned MIT as the top engineering university in the world in 2015, according to the closely-watched US News & World Report annual rankings. Tsinghua’s recent surge is not an isolated example. Everyone knows about China’s rise, but few have realized its magnitude or its consequences. Among the top 10 schools of engineering, China and the United States now each have four. In STEM subjects (science, technology, engineering, and mathematics), which provide the core competencies driving advances in the fastest-growing sectors of modern economies, China annually graduates four times as many students as the United States (1.3 million vs. 300,000). And in every year of the Obama administration, Chinese universities awarded more PhDs in STEM fields than American universities. For Americans who grew up in a world in which USA meant “number one,” the idea that China could truly challenge the United States as a global educational leader seems impossible to imagine. This is not the only reality Americans willfully ignore. In my national security course at Harvard, the lecture on China begins with a quiz. Students get a sheet with 25 indicators of economic performance. Their task is to estimate when China might overtake the United States as the top producer or market of automobiles, supercomputers, smartphones, and so on. Most are stunned to learn that China has already surpassed the United States on each of these metrics. I then ask whether they believe that in their lifetime China will overtake the United States to become the largest economy in the world. In last year’s class of 60 students, about half bet they would live to see the United States become number two, while half disagreed. When I show the class headlines from the 2014 IMF-World Bank meeting announcing that China had become the largest economy in the world, students react with a mix of dismay and disbelief. By 2016, China’s GDP was $21
RE: [GELORA45] Re: GRAHAM ALLISON: "AMERICA SECOND? " "YES."
Koq kebakaran jenggot? Emangnya ane marah dengan fakta “tidak ada universitas indonesia yang masuk ranking dunia”? Ane tidak marah dengan data ini. Timtim gak ada karena kecil? Gimana dengan united arab emirate, Israel, Bahrain, Qatar, yordania? Gimana dengan Latvia, Belarus, Azerbaijan, negara2 dengan akhiran TAN yg gede2, Montenegro, Kosovo, Albania, ? Ada ndak? Gimana dengan filipina, Vietnam, kamboja? Ada ndak? Tu cari negara yg kaya kecil gede ada ndak yg punya world ranking university? Koq ente milihnya Indonesia? Apa lagi kalau bukan mau bashing? Coba lihat langkah pertamanya ente:”Langkah pertama seharusnya dgn rendah hati menerima dan kemudian melakukan instropeksi dan evaluasi utk menerapkan langkah2 selanjutnya, tetapi kalau Indonesia mungkin tidak terima yg dilakukan melakukan protes dan bahkan mengenakan sanksi mereka yg memberi peringkat seperti yg dilakukan ibu Menkeu ha ha ha.” Ini kalau bukan mentertawakan apa namanya? Pake’ hahaha! Terus bilang orang Indonesia tidak rendah hati, tidak mau instropeksi! Lalu bikin2 bahwa anggaran Pendidikan Indonesia banyak diserap sekolah2 islam. Ente itu sudah goblok atau sudah gila?!!! Wong universitas negri saja krn kekurangan anggaran terpaksa harus meliberalkan penerimaan mahasiswa. Jelas sekali ente ini sudah gak ngerti permasalahannya lalu dipake’ buat bashing Islam. Mau bukti apa lagi kalau ente memang bashing Indonesia?! Koq nuduh orang lain kebakaran jenggot?! Wong entenya yang ndableg dan goblok serta gila!! Nesare From: GELORA45@yahoogroups.com [mailto:GELORA45@yahoogroups.com] Sent: Monday, June 12, 2017 1:24 PM To: Yahoogroups <gelora45@yahoogroups.com> Subject: RE: [GELORA45] Re: GRAHAM ALLISON: "AMERICA SECOND? " "YES." ada orang yg gampang kebakaran jenggot ha ha ha lha memang kenyataannya begitu, di US NEWS Global tidak ada country yg namanya Indonesia padahal negara2 tetangga seperti Singapore, Thailand, dan Malaysia ada disana. Eh ya Timor Lorosae juga tidak ada disana, tetapi hal yg bisa dimaklumi mengingat baru seumur jagung dan kawasan yg kecil sekali. Ini khan artinya dalam pandangan dunia pendidikan tinggi di Indonesia sama sekali tidak dipandang tidak peduli begitu bejibunnya universitas yg ada dan sekian banyaknya mereka yg dapat gelar sarjana bahkan sampai doktoral segala. Langkah pertama seharusnya dgn rendah hati menerima dan kemudian melakukan instropeksi dan evaluasi utk menerapkan langkah2 selanjutnya, tetapi kalau Indonesia mungkin tidak terima yg dilakukan melakukan protes dan bahkan mengenakan sanksi mereka yg memberi peringkat seperti yg dilakukan ibu Menkeu ha ha ha. Hal lain, pendidikan selalu berkaitan dgn anggaran yg disediakan. Di Indonesia anggaran banyak sekali diserap utk sekolah2 agama (Islam) yg terus terang saja tidak bermutu sama sekali dan tidak membuat cerdas bahkan cenderung membuat orang berpikir sempit dan intoleran. Apa yg bisa diharapkan bila pikiran terus terpancang pd 1600-an th yg lalu jaman onta makan kaktus. ---In GELORA45@yahoogroups.com <mailto:GELORA45@yahoogroups.com> , <nesare1@... <mailto:nesare1@...> > wrote : Kenapa harus membandingkan Indonesia dengan RRT dan USA? Kalau niatnya memang menghina, ya jelas kelihatan intensinya. Tetapi kalau mau mendorong supaya Indonesia lebih maju, coba kasih saran bagaimana universitas2 di Indonesia itu dapat memajukan dirinya dan selanjutnya memajukan bangsa indonesia. Coba mulai berdiskusi, dengan system Pendidikan tingginya, gaji dosen, fasilitas, pemilik universitas itu siapa, bagaimana kultur belajar dan mengajar, bagaimana rakyat didaerah yang lebih miskin dan jauh dari kota (dimana universitas berada) dapat belajar di universitas dst…dst… Sebelum berdiskusi, sudah mengeluarkan pertanyaan: “Kapan Indonesia menyusul? Yg jelas waktu searching Indonesia hasil yg didapat "Not Matches Found" dalam semua kategori.” Ini model penghina/tukang bashing bukan pendorong utk memikirkan bangsa Indonesia supaya bisa maju. Nesare From: GELORA45@yahoogroups.com <mailto:GELORA45@yahoogroups.com> [mailto:GELORA45@yahoogroups.com] Sent: Monday, June 12, 2017 12:13 PM To: Gelora 45 <GELORA45@yahoogroups.com <mailto:GELORA45@yahoogroups.com> >; Jonathan Goeij <jonathangoeij@... <mailto:jonathangoeij@...> > Subject: Re: [GELORA45] Re: GRAHAM ALLISON: "AMERICA SECOND? " "YES." NKRI nomor berapa? On Mon, Jun 12, 2017 at 5:02 PM, Jonathan Goeij <mailto:jonathangoeij@...> jonathangoeij@... [GELORA45] < <mailto:GELORA45@yahoogroups.com> GELORA45@yahoogroups.com> wrote: Kelihatannya benar sekali, dalam kategori engineering Tsinghua menempati posisi pertama disusul MIT kedua dan UC Berkeley ketiga. Bahkan dalam daftar 10 besar engineering Tiongkok dan Amerika keduanya masing2 menempatkan 4 unive
Re: [GELORA45] Re: GRAHAM ALLISON: "AMERICA SECOND? " "YES."
Waktu searching "Indonesia" hasilnya "No Matches Found", kita bisa bilang tidak dapat nomer saking jeleknya atau juga bisa bilang "tidak ternilai" saking baiknya sehingga tidak bisa dinilai. :) ha ha ha ha. Coba searching disini: US News Best Global Universities | US News Education | | | | || | | | | | US News Best Global Universities | US News Education See the US News ranking for the top universities in the world. The Best Global Universities list includes school... | | | | ---In GELORA45@yahoogroups.com,wrote : NKRI nomor berapa? ---In GELORA45@yahoogroups.com, wrote : On Mon, Jun 12, 2017 at 5:02 PM, Jonathan Goeij jonathangoeij@... [GELORA45] wrote: Kelihatannya benar sekali, dalam kategori engineering Tsinghua menempati posisi pertama disusul MIT kedua dan UC Berkeley ketiga. Bahkan dalam daftar 10 besar engineering Tiongkok dan Amerika keduanya masing2 menempatkan 4 university dan Singapore 2 university. Dalam sejarah memang banyak penemuan engineering diawali di Tiongkok terutama pada pembangunan Tembok Besar seperti roda pedati, katrol, dll. Tentu masuk akal kalau sekarang kemajuan engineering kembali ke Tiongkok, dan bukan hanya dalam pendidikan saja tetapi juga dalam penemuan2 baru. Angkat topi! Kapan Indonesia menyusul? Yg jelas waktu searching Indonesia hasil yg didapat "Not Matches Found" dalam semua kategori. ---In GELORA45@yahoogroups.com, wrote : GRAHAM ALLISON America second? Yes, and China’s lead is only growing China’s Tsinghua University dethroned MIT (above) as the top engineering university in the world in 2015, according to US News and World Report’s annual rankings.By Graham Allison May 22, 2017 In Boston, Commencement season is a time to celebrate our world-leading universities, including engineering powerhouse MIT. But Bostonians might be shocked to learn that China’s Tsinghua University dethroned MIT as the top engineering university in the world in 2015, according to the closely-watched US News & World Report annual rankings. Tsinghua’s recent surge is not an isolated example. Everyone knows about China’s rise, but few have realized its magnitude or its consequences.Among the top 10 schools of engineering, China and the United States now each have four. In STEM subjects (science, technology, engineering, and mathematics), which provide the core competencies driving advances in the fastest-growing sectors of modern economies, China annually graduates four times as many students as the United States (1.3 million vs. 300,000). And in every year of the Obama administration, Chinese universities awarded more PhDs in STEM fields than American universities.For Americans who grew up in a world in which USA meant “number one,” the idea that China could truly challenge the United States as a global educational leader seems impossible to imagine.This is not the only reality Americans willfully ignore. In my national security course at Harvard, the lecture on China begins with a quiz. Students get a sheet with 25 indicators of economic performance. Their task is to estimate when China might overtake the United States as the top producer or market of automobiles, supercomputers, smartphones, and so on. Most are stunned to learn that China has already surpassed the United States on each of these metrics.I then ask whether they believe that in their lifetime China will overtake the United States to become the largest economy in the world. In last year’s class of 60 students, about half bet they would live to see the United States become number two, while half disagreed.When I show the class headlines from the 2014 IMF-World Bank meeting announcing that China had become the largest economy in the world, students react with a mix of dismay and disbelief. By 2016, China’s GDP was $21 trillion and America’s was $18.5 trillion, when measured by purchasing power parity (PPP), which both the CIA and IMF agree is the best yardstick for comparing national economies.Students are not the only ones in the dark about China’s rise. Most of the press has similarly missed the big picture. The favorite story line in the Western media about the Chinese economy is “slowdown.” The question few pause to ask is: slowing compared to whom? The American press’s favorite adjective to describe our economic performance has been “recovering.” But despite its “slowdown,” China today is growing three times as fast as the United States.President Trump’s claims that we have been “losing” to China reflect, in part, the reality of a shifting see-saw. A bigger, stronger China is challenging American interests in the South China Sea, taking our jobs, buying American companies, and replacing us as the primary trading partner of nations not only in its neighborhood, but also in Europe, where China recently unseated the United States as Germany’s
Re: [GELORA45] Re: GRAHAM ALLISON: "AMERICA SECOND? " "YES."
Saya berpendapat pendidikan adalah salah satu jalan (mungkin yg terutama) utk meningkatkan "kasta" seseorang, cuman utk kasus di Tiongkok dgn sistem hanya penduduk desa/kota setempat yg bisa mengecam pendidikan dan kesehatan secara gratis/murah hal ini menimbulkan masalah besar seperti yg pernah dibawakan oleh TV Aljazeera sedemikian banyaknya anak yg tertinggal didesa sementara orang tuanya bekerja dikota. Sistem baru yg diutarakan Chan setelah 5 th akan diberi status penduduk juga tidak akan banyak membantu, sianak disuruh tidak sekolah dulu selama lima tahun jadinya ya ketinggalan luar biasa. Dus yg jadi korban selalu mereka yg berada pada "kasta" rendah, tidak ada atau kurangnya equal opportunity dalam bidang pendidikan. On Monday, June 12, 2017 10:57 AM, Tatiana Lukmanwrote: Apakah dengan naiknya Tkk menjadi ekonomi terbesar dan "mengalahkan" AS, lantas selesai masalah-masalah sosial dan ketimpangan yang dihadapi rakyatnya??? Semua empires yang pernah "menguasai" dunia akhirnya runtuh juga.. Itulah bukti bahwa selama sistim ekonominya bertumpu di atas penghisapan dan penindasan, lambat atau cepat akhirnya akan roboh... On Monday, June 12, 2017 5:12 PM, "Jonathan Goeij jonathango...@yahoo.com [GELORA45]" wrote: Kelihatannya benar sekali, dalam kategori engineering Tsinghua menempati posisi pertama disusul MIT kedua dan UC Berkeley ketiga. Bahkan dalam daftar 10 besar engineering Tiongkok dan Amerika keduanya masing2 menempatkan 4 university dan Singapore 2 university. Dalam sejarah memang banyak penemuan engineering diawali di Tiongkok terutama pada pembangunan Tembok Besar seperti roda pedati, katrol, dll. Tentu masuk akal kalau sekarang kemajuan engineering kembali ke Tiongkok, dan bukan hanya dalam pendidikan saja tetapi juga dalam penemuan2 baru. Angkat topi! Kapan Indonesia menyusul? Yg jelas waktu searching Indonesia hasil yg didapat "Not Matches Found" dalam semua kategori. ---In GELORA45@yahoogroups.com, wrote : GRAHAM ALLISON America second? Yes, and China’s lead is only growing China’s Tsinghua University dethroned MIT (above) as the top engineering university in the world in 2015, according to US News and World Report’s annual rankings.By Graham Allison May 22, 2017 In Boston, Commencement season is a time to celebrate our world-leading universities, including engineering powerhouse MIT. But Bostonians might be shocked to learn that China’s Tsinghua University dethroned MIT as the top engineering university in the world in 2015, according to the closely-watched US News & World Report annual rankings. Tsinghua’s recent surge is not an isolated example. Everyone knows about China’s rise, but few have realized its magnitude or its consequences.Among the top 10 schools of engineering, China and the United States now each have four. In STEM subjects (science, technology, engineering, and mathematics), which provide the core competencies driving advances in the fastest-growing sectors of modern economies, China annually graduates four times as many students as the United States (1.3 million vs. 300,000). And in every year of the Obama administration, Chinese universities awarded more PhDs in STEM fields than American universities.For Americans who grew up in a world in which USA meant “number one,” the idea that China could truly challenge the United States as a global educational leader seems impossible to imagine.This is not the only reality Americans willfully ignore. In my national security course at Harvard, the lecture on China begins with a quiz. Students get a sheet with 25 indicators of economic performance. Their task is to estimate when China might overtake the United States as the top producer or market of automobiles, supercomputers, smartphones, and so on. Most are stunned to learn that China has already surpassed the United States on each of these metrics.I then ask whether they believe that in their lifetime China will overtake the United States to become the largest economy in the world. In last year’s class of 60 students, about half bet they would live to see the United States become number two, while half disagreed.When I show the class headlines from the 2014 IMF-World Bank meeting announcing that China had become the largest economy in the world, students react with a mix of dismay and disbelief. By 2016, China’s GDP was $21 trillion and America’s was $18.5 trillion, when measured by purchasing power parity (PPP), which both the CIA and IMF agree is the best yardstick for comparing national economies.Students are not the only ones in the dark about China’s rise. Most of the press has similarly missed the big picture. The favorite story line in the Western media about the Chinese economy is “slowdown.” The question few pause to ask is: slowing compared to whom? The American press’s favorite adjective to describe our
Re: [GELORA45] Re: GRAHAM ALLISON: "AMERICA SECOND? " "YES."
Apakah dengan naiknya Tkk menjadi ekonomi terbesar dan "mengalahkan" AS, lantas selesai masalah-masalah sosial dan ketimpangan yang dihadapi rakyatnya??? Semua empires yang pernah "menguasai" dunia akhirnya runtuh juga.. Itulah bukti bahwa selama sistim ekonominya bertumpu di atas penghisapan dan penindasan, lambat atau cepat akhirnya akan roboh... On Monday, June 12, 2017 5:12 PM, "Jonathan Goeij jonathango...@yahoo.com [GELORA45]"wrote: Kelihatannya benar sekali, dalam kategori engineering Tsinghua menempati posisi pertama disusul MIT kedua dan UC Berkeley ketiga. Bahkan dalam daftar 10 besar engineering Tiongkok dan Amerika keduanya masing2 menempatkan 4 university dan Singapore 2 university. Dalam sejarah memang banyak penemuan engineering diawali di Tiongkok terutama pada pembangunan Tembok Besar seperti roda pedati, katrol, dll. Tentu masuk akal kalau sekarang kemajuan engineering kembali ke Tiongkok, dan bukan hanya dalam pendidikan saja tetapi juga dalam penemuan2 baru. Angkat topi! Kapan Indonesia menyusul? Yg jelas waktu searching Indonesia hasil yg didapat "Not Matches Found" dalam semua kategori. ---In GELORA45@yahoogroups.com, wrote : GRAHAM ALLISON America second? Yes, and China’s lead is only growing China’s Tsinghua University dethroned MIT (above) as the top engineering university in the world in 2015, according to US News and World Report’s annual rankings.By Graham Allison May 22, 2017 In Boston, Commencement season is a time to celebrate our world-leading universities, including engineering powerhouse MIT. But Bostonians might be shocked to learn that China’s Tsinghua University dethroned MIT as the top engineering university in the world in 2015, according to the closely-watched US News & World Report annual rankings. Tsinghua’s recent surge is not an isolated example. Everyone knows about China’s rise, but few have realized its magnitude or its consequences.Among the top 10 schools of engineering, China and the United States now each have four. In STEM subjects (science, technology, engineering, and mathematics), which provide the core competencies driving advances in the fastest-growing sectors of modern economies, China annually graduates four times as many students as the United States (1.3 million vs. 300,000). And in every year of the Obama administration, Chinese universities awarded more PhDs in STEM fields than American universities.For Americans who grew up in a world in which USA meant “number one,” the idea that China could truly challenge the United States as a global educational leader seems impossible to imagine.This is not the only reality Americans willfully ignore. In my national security course at Harvard, the lecture on China begins with a quiz. Students get a sheet with 25 indicators of economic performance. Their task is to estimate when China might overtake the United States as the top producer or market of automobiles, supercomputers, smartphones, and so on. Most are stunned to learn that China has already surpassed the United States on each of these metrics.I then ask whether they believe that in their lifetime China will overtake the United States to become the largest economy in the world. In last year’s class of 60 students, about half bet they would live to see the United States become number two, while half disagreed.When I show the class headlines from the 2014 IMF-World Bank meeting announcing that China had become the largest economy in the world, students react with a mix of dismay and disbelief. By 2016, China’s GDP was $21 trillion and America’s was $18.5 trillion, when measured by purchasing power parity (PPP), which both the CIA and IMF agree is the best yardstick for comparing national economies.Students are not the only ones in the dark about China’s rise. Most of the press has similarly missed the big picture. The favorite story line in the Western media about the Chinese economy is “slowdown.” The question few pause to ask is: slowing compared to whom? The American press’s favorite adjective to describe our economic performance has been “recovering.” But despite its “slowdown,” China today is growing three times as fast as the United States.President Trump’s claims that we have been “losing” to China reflect, in part, the reality of a shifting see-saw. A bigger, stronger China is challenging American interests in the South China Sea, taking our jobs, buying American companies, and replacing us as the primary trading partner of nations not only in its neighborhood, but also in Europe, where China recently unseated the United States as Germany’s largest trading partner.Trump’s call to “Make America Great Again” struck a chord with voters. Number one is who we are. But politically appealing slogans are not a solution for the dramatic resurgence of a 5,000-year old civilization with 1.4 billion people, led by a president
RE: [GELORA45] Re: GRAHAM ALLISON: "AMERICA SECOND? " "YES."
ada orang yg gampang kebakaran jenggot ha ha ha lha memang kenyataannya begitu, di US NEWS Global tidak ada country yg namanya Indonesia padahal negara2 tetangga seperti Singapore, Thailand, dan Malaysia ada disana. Eh ya Timor Lorosae juga tidak ada disana, tetapi hal yg bisa dimaklumi mengingat baru seumur jagung dan kawasan yg kecil sekali. Ini khan artinya dalam pandangan dunia pendidikan tinggi di Indonesia sama sekali tidak dipandang tidak peduli begitu bejibunnya universitas yg ada dan sekian banyaknya mereka yg dapat gelar sarjana bahkan sampai doktoral segala. Langkah pertama seharusnya dgn rendah hati menerima dan kemudian melakukan instropeksi dan evaluasi utk menerapkan langkah2 selanjutnya, tetapi kalau Indonesia mungkin tidak terima yg dilakukan melakukan protes dan bahkan mengenakan sanksi mereka yg memberi peringkat seperti yg dilakukan ibu Menkeu ha ha ha. Hal lain, pendidikan selalu berkaitan dgn anggaran yg disediakan. Di Indonesia anggaran banyak sekali diserap utk sekolah2 agama (Islam) yg terus terang saja tidak bermutu sama sekali dan tidak membuat cerdas bahkan cenderung membuat orang berpikir sempit dan intoleran. Apa yg bisa diharapkan bila pikiran terus terpancang pd 1600-an th yg lalu jaman onta makan kaktus. ---In GELORA45@yahoogroups.com, <nesare1@...> wrote : Kenapa harus membandingkan Indonesia dengan RRT dan USA?Kalau niatnya memang menghina, ya jelas kelihatan intensinya.Tetapi kalau mau mendorong supaya Indonesia lebih maju, coba kasih saran bagaimana universitas2 di Indonesia itu dapat memajukan dirinya dan selanjutnya memajukan bangsa indonesia. Coba mulai berdiskusi, dengan system Pendidikan tingginya, gaji dosen, fasilitas, pemilik universitas itu siapa, bagaimana kultur belajar dan mengajar, bagaimana rakyat didaerah yang lebih miskin dan jauh dari kota (dimana universitas berada) dapat belajar di universitas dst…dst… Sebelum berdiskusi, sudah mengeluarkan pertanyaan: “Kapan Indonesia menyusul? Yg jelas waktu searching Indonesia hasil yg didapat "Not Matches Found" dalam semua kategori.”Ini model penghina/tukang bashing bukan pendorong utk memikirkan bangsa Indonesia supaya bisa maju. Nesare From: GELORA45@yahoogroups.com [mailto:GELORA45@yahoogroups.com] Sent: Monday, June 12, 2017 12:13 PM To: Gelora 45 <GELORA45@yahoogroups.com>; Jonathan Goeij <jonathangoeij@...> Subject: Re: [GELORA45] Re: GRAHAM ALLISON: "AMERICA SECOND? " "YES." NKRI nomor berapa? On Mon, Jun 12, 2017 at 5:02 PM, Jonathan Goeij jonathangoeij@... [GELORA45] <GELORA45@yahoogroups.com> wrote: Kelihatannya benar sekali, dalam kategori engineering Tsinghua menempati posisi pertama disusul MIT kedua dan UC Berkeley ketiga. Bahkan dalam daftar 10 besar engineering Tiongkok dan Amerika keduanya masing2 menempatkan 4 university dan Singapore 2 university. Dalam sejarah memang banyak penemuan engineering diawali di Tiongkok terutama pada pembangunan Tembok Besar seperti roda pedati, katrol, dll. Tentu masuk akal kalau sekarang kemajuan engineering kembali ke Tiongkok, dan bukan hanya dalam pendidikan saja tetapi juga dalam penemuan2 baru. Angkat topi! Kapan Indonesia menyusul? Yg jelas waktu searching Indonesia hasil yg didapat "Not Matches Found" dalam semua kategori. ---In GELORA45@yahoogroups.com, <ehhlin@...> wrote : GRAHAM ALLISON America second? Yes, and China’s lead is only growingChina’s Tsinghua University dethroned MIT (above) as the top engineering university in the world in 2015, according to US News and World Report’s annual rankings.By Graham Allison May 22, 2017 In Boston, Commencement season is a time to celebrate our world-leading universities, including engineering powerhouse MIT. But Bostonians might be shocked to learn that China’s Tsinghua University dethroned MIT as the top engineering university in the world in 2015, according to the closely-watched US News & World Report annual rankings. Tsinghua’s recent surge is not an isolated example. Everyone knows about China’s rise, but few have realized its magnitude or its consequences.Among the top 10 schools of engineering, China and the United States now each have four. In STEM subjects (science, technology, engineering, and mathematics), which provide the core competencies driving advances in the fastest-growing sectors of modern economies, China annually graduates four times as many students as the United States (1.3 million vs. 300,000). And in every year of the Obama administration, Chinese universities awarded more PhDs in STEM fields than American universities.For Americans who grew up in a world in which USA meant “number one,” the idea that China could truly challenge the United States as a global educational leader seems impossible to imagine.This is not the only reality Americans willfully ignore. In my national security course at Harvard, the lecture on China begins wi
Re: [GELORA45] Re: GRAHAM ALLISON: "AMERICA SECOND? " "YES."
NKRI nomor berapa? On Mon, Jun 12, 2017 at 5:02 PM, Jonathan Goeij jonathango...@yahoo.com [GELORA45]wrote: > > > Kelihatannya benar sekali, dalam kategori engineering Tsinghua menempati > posisi pertama disusul MIT kedua dan UC Berkeley ketiga. Bahkan dalam > daftar 10 besar engineering Tiongkok dan Amerika keduanya masing2 > menempatkan 4 university dan Singapore 2 university. > > Dalam sejarah memang banyak penemuan engineering diawali di Tiongkok > terutama pada pembangunan Tembok Besar seperti roda pedati, katrol, dll. > Tentu masuk akal kalau sekarang kemajuan engineering kembali ke Tiongkok, > dan bukan hanya dalam pendidikan saja tetapi juga dalam penemuan2 baru. > Angkat topi! > > Kapan Indonesia menyusul? Yg jelas waktu searching Indonesia hasil yg > didapat "Not Matches Found" dalam semua kategori. > > > ---In GELORA45@yahoogroups.com, wrote : > > > > > GRAHAM ALLISON > America second? Yes, and China’s lead is only growing > China’s Tsinghua University dethroned MIT (above) as the top engineering > university in the world in 2015, according to US News and World Report’s > annual rankings. > By Graham Allison > May 22, 2017 > In Boston, Commencement season is a time to celebrate our world-leading > universities, including engineering powerhouse MIT. But Bostonians might be > shocked to learn that China’s Tsinghua University dethroned MIT as the top > engineering university in the world in 2015, according to the > closely-watched US News & World Report annual rankings. Tsinghua’s recent > surge is not an isolated example. Everyone knows about China’s rise, but > few have realized its magnitude or its consequences. > Among the top 10 schools of engineering, China and the United States now > each have four. In STEM subjects (science, technology, engineering, and > mathematics), which provide the core competencies driving advances in the > fastest-growing sectors of modern economies, China annually graduates four > times as many students as the United States (1.3 million vs. 300,000). And > in every year of the Obama administration, Chinese universities awarded > more PhDs in STEM fields than American universities. > For Americans who grew up in a world in which USA meant “number one,” the > idea that China could truly challenge the United States as a global > educational leader seems impossible to imagine. > This is not the only reality Americans willfully ignore. In my national > security course at Harvard, the lecture on China begins with a quiz. > Students get a sheet with 25 indicators of economic performance. Their task > is to estimate when China might overtake the United States as the top > producer or market of automobiles, supercomputers, smartphones, and so on. > Most are stunned to learn that China has already surpassed the United > States on each of these metrics. > I then ask whether they believe that in their lifetime China will overtake > the United States to become the largest economy in the world. In last > year’s class of 60 students, about half bet they would live to see the > United States become number two, while half disagreed. > When I show the class headlines from the 2014 IMF-World Bank meeting > announcing that China had become the largest economy in the world, students > react with a mix of dismay and disbelief. By 2016, China’s GDP was $21 > trillion and America’s was $18.5 trillion, when measured by purchasing > power parity (PPP), which both the CIA and IMF agree is the best yardstick > for comparing national economies. > Students are not the only ones in the dark about China’s rise. Most of the > press has similarly missed the big picture. The favorite story line in the > Western media about the Chinese economy is “slowdown.” The question few > pause to ask is: slowing compared to whom? The American press’s favorite > adjective to describe our economic performance has been “recovering.” But > despite its “slowdown,” China today is growing three times as fast as the > United States. > President Trump’s claims that we have been “losing” to China reflect, in > part, the reality of a shifting see-saw. A bigger, stronger China is > challenging American interests in the South China Sea, taking our jobs, > buying American companies, and replacing us as the primary trading partner > of nations not only in its neighborhood, but also in Europe, where China > recently unseated the United States as Germany’s largest trading partner. > Trump’s call to “Make America Great Again” struck a chord with voters. > Number one is who we are. But politically appealing slogans are not a > solution for the dramatic resurgence of a 5,000-year old civilization with > 1.4 billion people, led by a president whose own mission is the “Great > Rejuvenation” of China — in other words, to “Make China Great Again.” To > construct a grand strategy for the China challenge that protects vital US > interests without catastrophic conflict, policy makers must begin