[GM2020] Tenaga Listrik Open Source
Skrg sedang digalakkan semangat Open Source. Harapan saya semangat open source ini bisa di realisasikan bukan cmn di IT, tapi semua bidang kehidupan terutama yg skrg ini lagi hangat-hangatnya digalakkan tentang bidang energy terbarukan. Kondisi geografis Indonesia dan letaknya yang berada di daerah tropis, dan dilintasi oleh deretan gunung api dunia membuat negeri ini memiliki banyak sumber energi terbarukan. Energi terbarukan tidak menghasilkan radiasi dan juga tidak menambah buruk efek pemanasan global yang mengakibatkan perubahan iklim. Energi terbarukan tersebut belum dikelola secara optimal, dapat dilihat dari cetak biru (blue print) pengelolaan energi nasional 2005-2025, yakni: PLTA: 2,4 %, Panas Bumi: 3,8 % dan energi terbarukan lainnya meliputi mikrohidro, bio fuel, surya, angin, biomassa dan fuel cell sebesar 4,4 %. Skrg kita hidup dijaman dimana ilmu pengetahuan tampa batas. Dan semuanya free. Bahkan open source. Smoga di tahun depan nanti kebijakan pemerintah tentang kelistrikan lebih mengutamakan kepentingan rakyat dari pada kepentingan project sesaat. Seperti apa itu tenaga listrik open source. Mari kita diskusikan bersama-sama. BR// Sofyan Uli Nikmati chatting lebih sering di blog dan situs web. Gunakan Wizard Pembuat Pingbox Online. http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/
Re: [GM2020] Tenaga Listrik Open Source
Tenaga Listrik Open Source? Ada baiknya jika kita pahami terlebih dahulu apa itu Open Source... Apakah setiap open source itu free??? Trus apakah yang free itu Open Source..??? -- Salam, Suwito. http://www.suwito.web.id/me ~~ update: Parah : Jalan Sangatta Bontang http://suwito.pomalingo.net ~~ update: Themes For GMail ~~ Keep it Simple Stupid ~~ 2008/12/4 Sofyan Uli [EMAIL PROTECTED] Skrg sedang digalakkan semangat Open Source. Harapan saya semangat open source ini bisa di realisasikan bukan cmn di IT, tapi semua bidang kehidupan terutama yg skrg ini lagi hangat-hangatnya digalakkan tentang bidang energy terbarukan. Kondisi geografis Indonesia dan letaknya yang berada di daerah tropis, dan dilintasi oleh deretan gunung api dunia membuat negeri ini memiliki banyak sumber energi terbarukan. Energi terbarukan tidak menghasilkan radiasi dan juga tidak menambah buruk efek pemanasan global yang mengakibatkan perubahan iklim. Energi terbarukan tersebut belum dikelola secara optimal, dapat dilihat dari cetak biru (blue print) pengelolaan energi nasional 2005-2025, yakni: PLTA: 2,4 %, Panas Bumi: 3,8 % dan energi terbarukan lainnya meliputi mikrohidro, bio fuel, surya, angin, biomassa dan fuel cell sebesar 4,4 %. Skrg kita hidup dijaman dimana ilmu pengetahuan tampa batas. Dan semuanya free. Bahkan open source. Smoga di tahun depan nanti kebijakan pemerintah tentang kelistrikan lebih mengutamakan kepentingan rakyat dari pada kepentingan *project sesaat.* Seperti apa itu tenaga listrik open source. Mari kita diskusikan bersama-sama.. BR// Sofyan Uli
Re: [GM2020] Tenaga Listrik Open Source
jual saja seluruh cadangan minyak gas indonesia. kemudian ganti semua pembangkit pakai tenaga nuklir. bebas polusi, murah dan tentu saja aman selama tidak terjadi 'korupsi' dalam pembangunan reaktor. salam, KiBor --- In gorontalomaju2020@yahoogroups.com, suwito [EMAIL PROTECTED] wrote: Tenaga Listrik Open Source? Ada baiknya jika kita pahami terlebih dahulu apa itu Open Source... Apakah setiap open source itu free??? Trus apakah yang free itu Open Source..??? -- Salam, Suwito. http://www.suwito.web.id/me ~~ update: Parah : Jalan Sangatta Bontang http://suwito.pomalingo.net ~~ update: Themes For GMail ~~ Keep it Simple Stupid ~~ 2008/12/4 Sofyan Uli [EMAIL PROTECTED] Skrg sedang digalakkan semangat Open Source. Harapan saya semangat open source ini bisa di realisasikan bukan cmn di IT, tapi semua bidang kehidupan terutama yg skrg ini lagi hangat-hangatnya digalakkan tentang bidang energy terbarukan. Kondisi geografis Indonesia dan letaknya yang berada di daerah tropis, dan dilintasi oleh deretan gunung api dunia membuat negeri ini memiliki banyak sumber energi terbarukan. Energi terbarukan tidak menghasilkan radiasi dan juga tidak menambah buruk efek pemanasan global yang mengakibatkan perubahan iklim. Energi terbarukan tersebut belum dikelola secara optimal, dapat dilihat dari cetak biru (blue print) pengelolaan energi nasional 2005-2025, yakni: PLTA: 2,4 %, Panas Bumi: 3,8 % dan energi terbarukan lainnya meliputi mikrohidro, bio fuel, surya, angin, biomassa dan fuel cell sebesar 4,4 %. Skrg kita hidup dijaman dimana ilmu pengetahuan tampa batas. Dan semuanya free. Bahkan open source. Smoga di tahun depan nanti kebijakan pemerintah tentang kelistrikan lebih mengutamakan kepentingan rakyat dari pada kepentingan *project sesaat.* Seperti apa itu tenaga listrik open source. Mari kita diskusikan bersama-sama.. BR// Sofyan Uli
[GM2020] Fwd: [balikpapan-ict] Layanan gratis untuk developer Open Source
moga bermanfaat. -- Forwarded message -- From: Ali Abrar [EMAIL PROTECTED] Date: 2008/12/4 Subject: [balikpapan-ict] Layanan gratis untuk developer Open Source To: [EMAIL PROTECTED] Cobalah ke http://possnetwork.ugm.ac.id/, semacam source forge untuk meletakkan projek opensourse indonesia. Ada projek Sistem Informasi Sekolah, Elektronik KTP dll. -- Menambah banyak teman sangatlah mudah dan cepat.http://sg.rd.yahoo.com/id/messenger/trueswitch/mailtagline/*http://id.messenger.yahoo.com/invite/ Undang teman dari Hotmail, Gmail ke Yahoo! Messenger sekarang --~--~-~--~~~---~--~~ You received this message because you are subscribed to the Google Groups Balikpapan Information, Communication Technology Community group. To post to this group, send email to [EMAIL PROTECTED] To unsubscribe from this group, send email to [EMAIL PROTECTED][EMAIL PROTECTED] For more options, visit this group at http://groups.google.com/group/balikpapan-ict?hl=en-GB -~--~~~~--~~--~--~--- -- -- Salam, Suwito. http://www.suwito.web.id/me ~~ update: Parah : Jalan Sangatta Bontang http://suwito.pomalingo.net ~~ update: Themes For GMail ``keep it simple and stupid
[GM2020] Review LP UNG Mana?
Kok reviewnya pemutaran film Laskar Pelangi di UNG ngga ada...??? apa kopdarnya jadi?? trus siapa aja anak milis GM2020 yg hadir??? -- -- Salam, Suwito. http://www.suwito.web.id/me ~~ update: Parah : Jalan Sangatta Bontang http://suwito.pomalingo.net ~~ update: Themes For GMail ``keep it simple and stupid
Bls: [GM2020] SERBU...? (REFLEKSI)
SERBU...!!! Serbu...maju...pantang mundur... Demikianlah komando panglima dan pejuang Islam terkenal, Jabal Thariq ketika menyerbu daratan Eropa. Beliau menyeberang selat, yang sekarang dinamai Gibraltar untuk mengabadikan nama panglima gagah berani tersebut, bersama 10.000 orang pasukannya. Beliau membakar hangus perahu-perahu yang ditumpangi pasukannya sehingga tidak ada jalan mundur, kecuali maju atau mati syahid...Dan sejarah menunjukkan, mereka menang dan dimulailah dominasi kebudayaan Islam di tanah Eropa terutama Spanyol... Serbu... Mungkin itu kata yang tepat untuk menggambarkan kondisi teman saya Bustamin Hinta, penghuni asrama Salemba dan aktifis SSG, yang ”diserbu” dan ”dikeroyok” rekan dan adik-adik saya dari UNG, ketika dia ”menjewer” UNG melalui tulisannya yang to the point, tanpa basa-basi, tanpa tedeng aling-aling. Maka adalah `wajar jika laskar UNG pun berekasi, menyerbu dan berani mati demi eksistensi lembaganya. Kritik apalagi dikemas dengan kata-kata yang kurang enak didengar, pasti membuat telinga menjadi merah. Merah karena marah, sewot, dongkol, uring-uringan dan akhirnya ”lost control” yang bisa berakibat fatal. Bisa terjadi adu jotos dan adu argumentasi yang tidak jarang keluar dari materi yang sebenarnya. Sebuah kritik, apa pun konteks dan materinya seharusnya dijadikan masukan untuk introspeksi. Entah benar atau tidak, tetap kita pandang positif. Dan satu lagi, si pengkritik berarti merasa memiliki UNG. Sebab harus diingat, UNG adalah milik Gorontalo, bahkan milik Indonesia, jadi siapapun yang melakukan kritik, ”monggo mas”. Kritik akan selalu membuat kita mawas diri, evaluasi diri dan akhirnya memperbaiki diri. Tapi hati-hati, kritik jika tidak dikemas secara bijak, akan mengarah dan dipandang sebagai hujatan, pelecehan, ejekan, memandang remeh. Ambil contoh ”akh...apa itu UNG, gak ada apa-apanya”. Ini adalah kritik, tapi karena dikemas kurang baik dan terkesan apriori maka akhirnya dipandang sebagai ”memandang remeh”. Bukankah Rasulullah SAW telah memberi teladan yang sangat baik dalam pergaulan antar sesama? Beliau tiba-tiba berdiri ketika mayat orang Yahudi lewat sehingga para sahabat heran dan bertanya ”mengapa baginda berdiri padahal dia orang Yahudi?” Dengan senyum beliau menjawab, ”kita harus hormati dia sebagai manusia, jangan pandang remeh orang lain bahkan mayat Yahudi sekalipun”. Dalam berbagai majelis pun beliau selalu memberi kritik atau saran sehingga orang yang dikritik tidak menjadi marah. Sungguh elok dan mulia akhlak Rasulullah SAW, mudah-mudahan kita menjadi ummatnya yang setia. Ketika masyarakat Gorontalo menggugat tentang partisipasi perguruan tinggi khususnya UNG terhadap pembangunan Provinsi Gorontalo, maka hal itu perlu menjadi bahan renungan. Tetapi sebelum merenung, alangkah bijak, rasional dan obyektif, didefenisikan dan dirumuskan indikatornya. Apa sih yang dapat dijadikan indikator keberhasilan sebuah perguruan tinggi dalam konteks membangun daerah. Jika telah dirumuskan, maka akan lebih ”enak” diskusi tentang masalah ”partisipasi”. Sebagai ”agent of change”, warga kampus terutama UNG telah berhasil membawa perubahan yang sungguh sangat besar dan signifikan bagi Gorontalo. Bukankah para pejuang provinsi sebagian besar dari perguruan tinggi khususnya UNG?. Ada Nelson Pomalingo, sang deklarator, yang berjuang siang malam untuk menjadi daerah yang bermartabat. Ada Yulianto Kaji, Lukman Laliyo, Masrid K Umar dan lain-lain, yang berjuang mati-matian, berdarah-darah, menelusuri seluruh pelosok desa, naik turun gunung untuk menghimpun kekuatan rakyat agar berjuang bersama-sama. Sementara sebagian orang memandang remeh, mengejek para pejuang ”sedang mimpi di siang bolong”. Bahkan ada seorang tokoh politik yang berani bersumpah ”potong jari saya kalau Gorontalo jadi provinsi”. Pernah Lukman Laliyo datang ke saya sambil berlinang air mata ”Kak, kita berjuang untuk pembentukan provinsi cuma jadi bahan ejekan tokoh-tokoh politik dan birokrat, bahkan P2GTR diplesetkan menjadi Pembentukan Provinsi Gorontalo Tomimpi Raya”. Setelah provinsi terbentuk, apakah kampus tetap mewarnai pembangunan daerah? Apakah hasil kajian dan penelitian kampus menjadi bahan rujukan untuk membangun daerah? Data di pemerintah daerah khususnya kabupaten-kota menunjukkan warga kampus terlibat aktif pada penelitian dalam kerangka pembangunan daerah. Ada Nawir Sune, Mahludin Baruadi, Sarwani Canon, Asda Rauf, Amir Halid, Sukirman ”Kilo” Rahim dan masih banyak lagi yang melakukan kerjasama penelitian dengan pemerintah daerah. Namun tentu saja masih perlu ditingkatkan sampai ke taraf nasional. Dan saya sarankan, ”gunakan media massa untuk publikasi hasil kajian dan penelitian itu, agar tidak dianggap tidur”. Kita perlu berguru kepada Gubernur kita, Fadel Mohammad yang selalu membicarakan masalah pembangunan Gorontalo di media massa lokal dan nasional, yang akhirnya menarik perhatian masyarakat luas. Kalau perlu, miles ini,
Re: Bls: [GM2020] SERBU...? (REFLEKSI)
What a nice posting... Saluuu. Titien FM From: sukirman rahim [EMAIL PROTECTED] To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Sent: Thursday, December 4, 2008 11:49:52 PM Subject: Bls: [GM2020] SERBU...? (REFLEKSI) SERBU...!!! Serbu...maju. ..pantang mundur... Demikianlah komando panglima dan pejuang Islam terkenal, Jabal Thariq ketika menyerbu daratan Eropa. Beliau menyeberang selat, yang sekarang dinamai Gibraltar untuk mengabadikan nama panglima gagah berani tersebut, bersama 10.000 orang pasukannya. Beliau membakar hangus perahu-perahu yang ditumpangi pasukannya sehingga tidak ada jalan mundur, kecuali maju atau mati syahid...Dan sejarah menunjukkan, mereka menang dan dimulailah dominasi kebudayaan Islam di tanah Eropa terutama Spanyol... Serbu... Mungkin itu kata yang tepat untuk menggambarkan kondisi teman saya Bustamin Hinta, penghuni asrama Salemba dan aktifis SSG, yang ”diserbu” dan ”dikeroyok” rekan dan adik-adik saya dari UNG, ketika dia ”menjewer” UNG melalui tulisannya yang to the point, tanpa basa-basi, tanpa tedeng aling-aling. Maka adalah `wajar jika laskar UNG pun berekasi, menyerbu dan berani mati demi eksistensi lembaganya. Kritik apalagi dikemas dengan kata-kata yang kurang enak didengar, pasti membuat telinga menjadi merah. Merah karena marah, sewot, dongkol, uring-uringan dan akhirnya ”lost control” yang bisa berakibat fatal. Bisa terjadi adu jotos dan adu argumentasi yang tidak jarang keluar dari materi yang sebenarnya. Sebuah kritik, apa pun konteks dan materinya seharusnya dijadikan masukan untuk introspeksi. Entah benar atau tidak, tetap kita pandang positif. Dan satu lagi, si pengkritik berarti merasa memiliki UNG. Sebab harus diingat, UNG adalah milik Gorontalo, bahkan milik Indonesia, jadi siapapun yang melakukan kritik, ”monggo mas”. Kritik akan selalu membuat kita mawas diri, evaluasi diri dan akhirnya memperbaiki diri. Tapi hati-hati, kritik jika tidak dikemas secara bijak, akan mengarah dan dipandang sebagai hujatan, pelecehan, ejekan, memandang remeh. Ambil contoh ”akh...apa itu UNG, gak ada apa-apanya”. Ini adalah kritik, tapi karena dikemas kurang baik dan terkesan apriori maka akhirnya dipandang sebagai ”memandang remeh”. Bukankah Rasulullah SAW telah memberi teladan yang sangat baik dalam pergaulan antar sesama? Beliau tiba-tiba berdiri ketika mayat orang Yahudi lewat sehingga para sahabat heran dan bertanya ”mengapa baginda berdiri padahal dia orang Yahudi?” Dengan senyum beliau menjawab, ”kita harus hormati dia sebagai manusia, jangan pandang remeh orang lain bahkan mayat Yahudi sekalipun”. Dalam berbagai majelis pun beliau selalu memberi kritik atau saran sehingga orang yang dikritik tidak menjadi marah. Sungguh elok dan mulia akhlak Rasulullah SAW, mudah-mudahan kita menjadi ummatnya yang setia. Ketika masyarakat Gorontalo menggugat tentang partisipasi perguruan tinggi khususnya UNG terhadap pembangunan Provinsi Gorontalo, maka hal itu perlu menjadi bahan renungan. Tetapi sebelum merenung, alangkah bijak, rasional dan obyektif, didefenisikan dan dirumuskan indikatornya. Apa sih yang dapat dijadikan indikator keberhasilan sebuah perguruan tinggi dalam konteks membangun daerah. Jika telah dirumuskan, maka akan lebih ”enak” diskusi tentang masalah ”partisipasi”. Sebagai ”agent of change”, warga kampus terutama UNG telah berhasil membawa perubahan yang sungguh sangat besar dan signifikan bagi Gorontalo. Bukankah para pejuang provinsi sebagian besar dari perguruan tinggi khususnya UNG?. Ada Nelson Pomalingo, sang deklarator, yang berjuang siang malam untuk menjadi daerah yang bermartabat. Ada Yulianto Kaji, Lukman Laliyo, Masrid K Umar dan lain-lain, yang berjuang mati-matian, berdarah-darah, menelusuri seluruh pelosok desa, naik turun gunung untuk menghimpun kekuatan rakyat agar berjuang bersama-sama. Sementara sebagian orang memandang remeh, mengejek para pejuang ”sedang mimpi di siang bolong”. Bahkan ada seorang tokoh politik yang berani bersumpah ”potong jari saya kalau Gorontalo jadi provinsi”. Pernah Lukman Laliyo datang ke saya sambil berlinang air mata ”Kak, kita berjuang untuk pembentukan provinsi cuma jadi bahan ejekan tokoh-tokoh politik dan birokrat, bahkan P2GTR diplesetkan menjadi Pembentukan Provinsi Gorontalo Tomimpi Raya”. Setelah provinsi terbentuk, apakah kampus tetap mewarnai pembangunan daerah? Apakah hasil kajian dan penelitian kampus menjadi bahan rujukan untuk membangun daerah? Data di pemerintah daerah khususnya kabupaten-kota menunjukkan warga kampus terlibat aktif pada penelitian dalam kerangka pembangunan daerah. Ada Nawir Sune, Mahludin Baruadi, Sarwani Canon, Asda Rauf, Amir Halid, Sukirman ”Kilo” Rahim dan masih banyak lagi yang melakukan kerjasama penelitian dengan pemerintah daerah. Namun tentu saja masih perlu ditingkatkan sampai ke taraf nasional. Dan saya sarankan,
Re: Bls: [GM2020] SERBU...? (REFLEKSI) = SERba aBUnawas?
Plok..plok..plok..plok.. Benar2 mencerahkan.. Honestly, Di Milis GM 2020 hanya dua orang yang bisa menulis sebaik ini. Yang satunya lagi Bung Irwan Uno, sayang beliau sudah lama tidak aktif. Melalui email ini juga dengan kerendahan hati saya mohon maaf pada Bung Bustamil Hinta karena mungkin saya yang dianggap memimpin pengeroyokan yang dimaksud. Tujuan saya merespon beliau dengan agak keras juga semata-mata karena ingin melihat sebaik apa dia bisa bertahan terhadap pukulan balik. Apa yang dia rasakan sekarang itulah yang kami rasakan sebagai bagian dari civitas UNG yang merasa di under estimate. Kita sama-sama sudah maju terlalu jauh, tapi tetap ada saatnya kita berhenti untuk melihat apakah sudah benar jalan yang kita lalui. Bung Bustamil Hinta.. Saya ulurkan salam persahabatan buat anda dihadapan semua milister. Buat teman-teman UNG, saya bangga dengan loyalitas yang sudah diperlihatkan selama ini, meskipun saya rasa itu tidak cukup kalau tidak dibarengi dengan usaha untuk memperbaiki diri dan meningkatkan pengabdian kita terhadap lembaga tercinta dan masyarakat pada umumnya. Buat pak Syam, terimakasih tulisannya.. Terakhir, Boleh pinjam koleksi cerita Abunawas nya pak? saya perhatikan semua tulisan pak Syam selalu diakhiri dengan anekdot sang Abu, hehehe... Wassalam, Mohamad Iqbal Makmur Fak. Pertanian UNG --- On Thu, 12/4/08, sukirman rahim [EMAIL PROTECTED] wrote: From: sukirman rahim [EMAIL PROTECTED] Subject: Bls: [GM2020] SERBU...? (REFLEKSI) To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Date: Thursday, December 4, 2008, 4:49 AM SERBU...!!! Serbu...maju. ..pantang mundur... Demikianlah komando panglima dan pejuang Islam terkenal, Jabal Thariq ketika menyerbu daratan Eropa. Beliau menyeberang selat, yang sekarang dinamai Gibraltar untuk mengabadikan nama panglima gagah berani tersebut, bersama 10..000 orang pasukannya. Beliau membakar hangus perahu-perahu yang ditumpangi pasukannya sehingga tidak ada jalan mundur, kecuali maju atau mati syahidDan sejarah menunjukkan, mereka menang dan dimulailah dominasi kebudayaan Islam di tanah Eropa terutama Spanyol... Serbu... Mungkin itu kata yang tepat untuk menggambarkan kondisi teman saya Bustamin Hinta, penghuni asrama Salemba dan aktifis SSG, yang ”diserbu” dan ”dikeroyok” rekan dan adik-adik saya dari UNG, ketika dia ”menjewer” UNG melalui tulisannya yang to the point, tanpa basa-basi, tanpa tedeng aling-aling. Maka adalah `wajar jika laskar UNG pun berekasi, menyerbu dan berani mati demi eksistensi lembaganya. Kritik apalagi dikemas dengan kata-kata yang kurang enak didengar, pasti membuat telinga menjadi merah. Merah karena marah, sewot, dongkol, uring-uringan dan akhirnya ”lost control” yang bisa berakibat fatal. Bisa terjadi adu jotos dan adu argumentasi yang tidak jarang keluar dari materi yang sebenarnya. Sebuah kritik, apa pun konteks dan materinya seharusnya dijadikan masukan untuk introspeksi. Entah benar atau tidak, tetap kita pandang positif. Dan satu lagi, si pengkritik berarti merasa memiliki UNG. Sebab harus diingat, UNG adalah milik Gorontalo, bahkan milik Indonesia, jadi siapapun yang melakukan kritik, ”monggo mas”. Kritik akan selalu membuat kita mawas diri, evaluasi diri dan akhirnya memperbaiki diri. Tapi hati-hati, kritik jika tidak dikemas secara bijak, akan mengarah dan dipandang sebagai hujatan, pelecehan, ejekan, memandang remeh. Ambil contoh ”akh...apa itu UNG, gak ada apa-apanya”. Ini adalah kritik, tapi karena dikemas kurang baik dan terkesan apriori maka akhirnya dipandang sebagai ”memandang remeh”. Bukankah Rasulullah SAW telah memberi teladan yang sangat baik dalam pergaulan antar sesama? Beliau tiba-tiba berdiri ketika mayat orang Yahudi lewat sehingga para sahabat heran dan bertanya ”mengapa baginda berdiri padahal dia orang Yahudi?” Dengan senyum beliau menjawab, ”kita harus hormati dia sebagai manusia, jangan pandang remeh orang lain bahkan mayat Yahudi sekalipun”. Dalam berbagai majelis pun beliau selalu memberi kritik atau saran sehingga orang yang dikritik tidak menjadi marah. Sungguh elok dan mulia akhlak Rasulullah SAW, mudah-mudahan kita menjadi ummatnya yang setia. Ketika masyarakat Gorontalo menggugat tentang partisipasi perguruan tinggi khususnya UNG terhadap pembangunan Provinsi Gorontalo, maka hal itu perlu menjadi bahan renungan. Tetapi sebelum merenung, alangkah bijak, rasional dan obyektif, didefenisikan dan dirumuskan indikatornya. Apa sih yang dapat dijadikan indikator keberhasilan sebuah perguruan tinggi dalam konteks membangun daerah. Jika telah dirumuskan, maka akan lebih ”enak” diskusi tentang masalah ”partisipasi”. Sebagai ”agent of change”, warga kampus terutama UNG telah berhasil membawa perubahan yang sungguh sangat besar dan signifikan bagi Gorontalo. Bukankah para pejuang provinsi sebagian besar dari perguruan tinggi khususnya UNG?. Ada Nelson Pomalingo, sang deklarator, yang
Re: Bls: [GM2020] SERBU...? (REFLEKSI)
Amat sangat menarik apa yang sudah diposting Kanda Sam. Memang untuk mengkritik kita perlu cara, etika dan data yang cukup kuat. Disamping itu, memang perlu ada perenungan dan pengkajian ulang tentang apa yang sebenarnya dimaksudkan serta dimaui oleh pengeritik... Saya kemudian hanya ingin menambah cerita dari sebagian kisah Rasul yang ditulis Kanda Sam dalam posting itu; tidak puas dengan mengejek Rasul, orang luar (non muslim, dulunya disebut kaum kafir) itu lebih meningkatkan aksinya. Agaknya kritikan dan segala macam hinaan tidak mempan sama sekali. Rasul tidak meresa tersakiti apalagi mau merelakan tangan dan kakinya bergerak untuk memukul orang luar itu. (Amat sangat berbeda, dengan pemimpin sekarang yang mudah sekali menggunakan kaki dan tangan sendiri ataupun menggunakan kaki dan tangan kanan-nya untuk menyelesaikan setiap masalah pengihanaan, apalagi jika sudah sampai menyentuh harga diri)... Orang luar itu...meludahi Rasul setelah kata-kata jelek tak bisa membuat Rasul bergeming dari dakwanya. Tapi itu juga tak mempan... Rasul malah lebih tenang...lebih dewasa..dan lebih sering menebar dakwah.. Kali ini si orang luar tak mau tanggung-tanggung. Dia melempari seorang pemimpin yang dikenal mulia dihadapan umatnya dengan tahi. Ya tahi...kotoran yang dianggapnya bisa membuat rasul merasa terhina dan marah. Tapi sekali lagi Rasul tak bergeming... Sampai akhirnya suatu hari orang luar itu jatuh sakit, dan Rasul pun menjenguk serta mendoakannya agar cepat sembuh. Atas perilaku Rasul yang begitu rupa...Orang luar yang kuat menghina, mengejek, meludah dan pelemparkotoran itu akhirnya masuk Islam. Dalam kisah yang lain ...Pernah seorang luar datang mengencingi mesjid. Hal ini membuat para sahabat naik pitam dan ingin segera menghajar orang luar itu. Tapi kepemimpinan, ketauladanan dan kasih Rasul mampu meredam api amarah para sahabat. Bahkan rasul menegur orang itu dengan cara yang sangat lembut dan bijak. Belakang orang itupun akhirnya memeluk dan menjadi pejuang Islam.. Jika kedua kisah ini juga yang menjadi rujukan kita dalam menerima dan memahami kritik baik secara pribadi ataupun kelembagaan (institusi), maka akan banyak para pengeritik nantinya malah berbalik menjadi pejuang serta pemuja UNG. Salam, Siswan
[GM2020] Pilkada Gorut : Thoriq Menang, Walau Kalah Suara!
Pilkada Gorut : Thoriq Menang, Walau Kalah Suara! Tadi malam saya ngobrol banyak dengan yang punya Gorontalo Barometer, Laode Aman, tentang hasil Pilkada di Gorut. Saya menuliskan pendapat ini untuk memberi warna yang dinamis pada pelantikan Bupati Gorontalo Utara yang akan segera dilaksanakan. Menurut saya, Thoriq tidak saja fenomenal, tetapi juga monumental. Thoriq menjadi fenomenal sekaligus monumental karena kita tahu bersama bahwa ia adalah pemuda yang berumur dibawah 40 tahun, berstatus pegawai egeri sipil, gaji dibawah 2 juta, performance yang pas-pasan, dan (malahan) hanya didukung partai yang tak punya sejarah kemenangan di Gorontalo. Tetapi kenapa ia sedemikian fenomenal dan semonumental? Dari catatan memori dan rekam ingatan saya, Thoriq adalah seorang yang lugas sekalgus tegas. Thoriq adalah pemuda yang memiliki modal semangat yang luar biasa. Ia juga memiliki cadangan pengetahuan yang berlimpah. Thoriq dalam ingatan saya adalah seorang muda yang bisa mengawinkan kekuatan verbal/visual dan kekuatan pena. Jarang manusia Gorontalo memiliki kedua hal tersebut secara bersamaan. Thoriq menurut saya adalah manusia tempaan alam. Ia adalah lelaki yang kita tahu bersama sedari awal mempersiapkan Gorontalo Utara untuk menjadi sebuah teritori. Saya ingat hal itu karena agenda PB HPMIG di awal kepengurusan kami tahun 2005 silam adalah bersama-sama dia mendatangi Mendagri untuk segera mengesahkan Gorontalo Utara. Ia bersama KPK mengerahkan segala daya dan upaya untuk membangun urat nadi Gorut. Ia (dan juga KPK) adalah ruh ideologis Gorontalo Utara. Beberapa saat kemudian, setelah Gorut resmi dan sah menjadi sebuah Kabupaten. Thoriq pun menjajal kemampuan personal dan jaringan, setelah ia didesak untuk masuk dalam bursa pencalonan. Paket pun terjalin. Ia lantas menggandeng Djafar Ismail dari PDI P untuk bersama-sama melanjutkan cita-cita awal untuk membangun Gorut. Pertarungan yang sengit pun tak terhindarkan. Mobilisasi kapital pun merasuk ke sendi-sendi kultural masyarakat Gorut yang secara genuine sama sekali jauh dari instumen seperti itu. Ini dikarenakan masyarakat Gorut adalah masyarakat yang terbuka, dimana faktor geografis membuat Gorut bisa seperti itu. Wilayah Gorut yang berada di bibir samudra pasifik adalah hal yang mengkonstruksi secara alamiah modal sosial masyarakat Gorut. Kapital yang ditransaksikan dalam model hidden agenda kemudian ikut membawa suasana yang seharusnya penuh keterbukaan, fair dan kompettitif malah terlihat seperti ajang perang Mahabarata. Padahal, model seperti ini sudah seharusnya dilenyapkan dari otak kita. Model purba ini pun coba dipaksakan dalam mobilisasi kapital demi sebuah take and give. Saya sedari awal memperkirakan bahwa mutu pilkada yang seharusnya ideal, bersih, profesional dan jauh dari unsur transaksi ekonomi purba tidak akan terlaksana secra utuh. Padahal, saya terus terang berharap bahwa pertarungan yang disuguhkan pada publik adalah pertarungan yang ideologis, bermental kemanusiaan, berjiwa luhur dan menjauhkannya dari mobilisasi kapital. Tapi, apalah daya, Struktur ekonomi kita yang masih terpenjara dalam logika elit tentunya hanya bisa tengadah/tunduk walau tetap berusaha tak takluk. Akhirnya, Thoriq yang menurut saya memiliki modal sosial lokal yang luar biasa sekaligus cadangan pengetahuan dan iman yang mumpuni untuk Gorontalo Utara mesti mengalah dengan alasan yang dilogikakan Negara yakni mengakui kalah dengan alasan keamanan dan ketertiban. Logika purba yang tak pernah lepas dari memori kita, yang sebenarnya sudah seharusnya menjauhkan diri dari Orde Baru effect. Thoriq pun tersungkur dengan selisih 60 an suara. Sebuah beda yang begitu tipis untuk sekian puluh ribu suara di Gorontalo Utara. Menulis pendapat ini adalah sebuah yang celaka bagi saya dalam persepsi orang Gorontalo kita. Karena semestinya, yang kita tulis pasca kemenangan dan hasil pilkada yang sah adalah menulis sejarah/kisah yang menang. Lagi-lagi, dalam benak masyarakat kita, logika ekonomi menjadi faktor utama. Tetapi, menuliskan kisah yang tragik tentang fenomena Thoriq adalah sebuah logika kemanusiaan akademik saya tentang seorang muda yang semestinya menjadi suri teladan bagi kita masyarakat Gorontalo yang kekurangan stok calon pemimpin yang seperti Thoriq. Dari Thoriq lah kita bisa berkaca bahwa modal kapital, performance, tebaran baliho dan stiker, dukungan parpol bahkan partisipasi elit pun bukan faktor-faktor penentu dalam setiap momentum politik maupun sosial. Thoriq telah berhasil menelanjangi persepi kita tentang politik adalah sesuatu yang mahal, penuh tipu muslihat bahkan saling meniadakan adalah sesuatu yang salah. Thoriq membalik semua itu. Ia menunjukkan bahwa kewibawaan ilmu, kelurusan niat, kebesaran jiwa, keteguhan hati, dan luasnya iman adalah faktor utama sekaligus modal awal yang semestinya kita jadikan fondasi dalam berbuat. Akhir kata, saya hanya bisa menyimpulkan bahwa pilkada di
[GM2020] Pilkada Gorut : Thoriq Menang, Walau Kalah Suara!
Pilkada Gorut : Thoriq Menang, Walau Kalah Suara! Tadi malam saya ngobrol banyak dengan yang punya Gorontalo Barometer, Laode Aman, tentang hasil Pilkada di Gorut. Saya menuliskan pendapat ini untuk memberi warna yang dinamis pada pelantikan Bupati Gorontalo Utara yang akan segera dilaksanakan. Menurut saya, Thoriq tidak saja fenomenal, tetapi juga berhasil menjadi sebuah monumental. Thoriq menjadi fenomenal sekaligus monumental karena kita tahu bersama bahwa ia adalah pemuda yang berumur dibawah 40 tahun, berstatus pegawai negeri sipil, gaji dibawah 2 juta, performance yang pas-pasan, dan (malahan) hanya didukung partai yang tak punya sejarah kemenangan di Gorontalo. Tetapi kenapa ia sedemikian fenomenal dan semonumental? Dari catatan memori dan rekam ingatan saya, Thoriq adalah seorang yang lugas sekalgus tegas. Thoriq adalah pemuda yang memiliki modal semangat yang luar biasa. Ia juga memiliki cadangan pengetahuan yang berlimpah. Ia adalah pendakwah yang luar biasa. Thoriq dalam ingatan saya adalah seorang muda yang bisa mengawinkan kekuatan verbal/visual dan kekuatan pena. Jarang manusia Gorontalo memiliki kedua hal tersebut secara bersamaan. Thoriq menurut saya adalah manusia tempaan alam. Ia adalah lelaki yang kita tahu bersama sedari awal mempersiapkan Gorontalo Utara untuk menjadi sebuah teritori. Saya ingat hal itu karena agenda PB HPMIG di awal kepengurusan kami tahun 2005 silam adalah bersama-sama dia mendatangi Mendagri untuk segera mengesahkan Gorontalo Utara. Ia bersama KPK mengerahkan segala daya dan upaya untuk membangun urat nadi Gorut. Ia (dan juga KPK) adalah ruh ideologis Gorontalo Utara. Beberapa saat kemudian, setelah Gorut resmi dan sah menjadi sebuah Kabupaten. Thoriq pun menjajal kemampuan personal dan jaringan, setelah ia didesak untuk masuk dalam bursa pencalonan. Paket pun terjalin. Ia lantas menggandeng Djafar Ismail dari PDI P untuk bersama-sama melanjutkan cita-cita awal untuk membangun Gorut. Pertarungan yang sengit pun tak terhindarkan. Mobilisasi kapital merasuk ke sendi-sendi kultural masyarakat Gorut yang secara genuine sama sekali jauh dari instumen seperti itu. Ini dikarenakan masyarakat Gorut adalah masyarakat yang terbuka, dimana faktor geografis membuat Gorut bisa seperti itu. Wilayah Gorut yang berada di bibir samudra pasifik adalah hal yang mengkonstruksi secara alamiah modal sosial masyarakat Gorut. Kapital yang ditransaksikan dalam model hidden agenda kemudian ikut membawa suasana yang seharusnya penuh keterbukaan, fair dan kompetitif malah terlihat seperti ajang perang Mahabarata. Padahal, model seperti ini sudah seharusnya dilenyapkan dari otak kita. Model purba ini pun coba dipaksakan dalam mobilisasi kapital demi sebuah logika take and give. Saya sedari awal memperkirakan bahwa mutu pilkada yang seharusnya ideal, bersih, profesional dan jauh dari unsur transaksi ekonomi purba tidak akan terlaksana secara utuh. Padahal, saya terus terang berharap bahwa pertarungan yang disuguhkan pada publik adalah pertarungan yang ideologis, bermental kemanusiaan, berjiwa luhur dan menjauhkannya dari mobilisasi kapital. Tapi, apalah daya, struktur ekonomi kita yang masih terpenjara dalam logika elit tentunya hanya bisa tengadah/tunduk walau tetap berusaha tak takluk. Akhirnya, Thoriq yang menurut saya memiliki modal sosial lokal yang luar biasa sekaligus cadangan pengetahuan dan iman yang mumpuni untuk Gorontalo Utara mesti mengalah dengan alasan yang dilogikakan Negara yakni mengakui kalah dengan alasan keamanan dan ketertiban. Logika purba yang tak pernah lepas dari memori kita, yang sebenarnya sudah seharusnya menjauhkan diri dari Orde Baru effect. Thoriq pun tersungkur dengan selisih 60 an suara. Sebuah beda yang begitu tipis untuk sekian puluh ribu suara di Gorontalo Utara. Menulis pendapat ini adalah sebuah yang celaka bagi saya dalam persepsi orang Gorontalo kita. Karena semestinya, yang kita tulis pasca kemenangan dan hasil pilkada yang sah adalah menulis sejarah/kisah yang menang. Lagi-lagi, dalam benak masyarakat kita, logika ekonomi menjadi faktor utama. Tetapi, menuliskan kisah yang tragik tentang fenomena Thoriq adalah sebuah tanggungjawab kemanusiaan dan akademik saya tentang seorang muda yang semestinya menjadi suri teladan bagi kita masyarakat Gorontalo yang kekurangan stok calon pemimpin yang berjiwa bersih. Dari Thoriq lah kita bisa berkaca bahwa modal kapital, performance, tebaran baliho dan stiker, dukungan parpol bahkan partisipasi elit pun bukan faktor-faktor penentu dalam setiap momentum politik maupun sosial. Thoriq telah berhasil menelanjangi persepi kita tentang politik adalah sesuatu yang mahal, penuh tipu muslihat bahkan saling meniadakan adalah sesuatu yang salah. Thoriq membalik semua itu. Ia menunjukkan bahwa kewibawaan ilmu, kelurusan niat, kebesaran jiwa, keteguhan hati, dan luasnya iman adalah faktor utama sekaligus modal awal yang semestinya kita jadikan fondasi dalam berbuat. Akhir kata, saya hanya bisa menyimpulkan
[GM2020] Pilkada Gorut : Thoriq Menang, Walau Kalah Suara!
Pilkada Gorut : Thoriq Menang, Walau Kalah Suara! Tadi malam saya ngobrol banyak dengan yang punya Gorontalo Barometer, Laode Aman, tentang hasil Pilkada di Gorut. Saya menuliskan pendapat ini untuk memberi warna yang dinamis pada pelantikan Bupati Gorontalo Utara yang akan segera dilaksanakan. Menurut saya, Thoriq tidak saja fenomenal, tetapi juga berhasil menjadi sebuah monumental. Thoriq menjadi fenomenal sekaligus monumental karena kita tahu bersama bahwa ia adalah pemuda yang berumur dibawah 40 tahun, berstatus pegawai negeri sipil, gaji dibawah 2 juta, performance yang pas-pasan, dan (malahan) hanya didukung partai yang tak punya sejarah kemenangan di Gorontalo. Tetapi kenapa ia sedemikian fenomenal dan semonumental? Dari catatan memori dan rekam ingatan saya, Thoriq adalah seorang yang lugas sekalgus tegas. Thoriq adalah pemuda yang memiliki modal semangat yang luar biasa. Ia juga memiliki cadangan pengetahuan yang berlimpah. Ia adalah pendakwah yang luar biasa. Thoriq dalam ingatan saya adalah seorang muda yang bisa mengawinkan kekuatan verbal/visual dan kekuatan pena. Jarang manusia Gorontalo memiliki kedua hal tersebut secara bersamaan. Thoriq menurut saya adalah manusia tempaan alam. Ia adalah lelaki yang kita tahu bersama sedari awal mempersiapkan Gorontalo Utara untuk menjadi sebuah teritori. Saya ingat hal itu karena agenda PB HPMIG di awal kepengurusan kami tahun 2005 silam adalah bersama-sama dia mendatangi Mendagri untuk segera mengesahkan Gorontalo Utara. Ia bersama KPK mengerahkan segala daya dan upaya untuk membangun urat nadi Gorut. Ia (dan juga KPK) adalah ruh ideologis Gorontalo Utara. Beberapa saat kemudian, setelah Gorut resmi dan sah menjadi sebuah Kabupaten. Thoriq pun menjajal kemampuan personal dan jaringan, setelah ia didesak untuk masuk dalam bursa pencalonan. Paket pun terjalin. Ia lantas menggandeng Djafar Ismail dari PDI P untuk bersama-sama melanjutkan cita-cita awal untuk membangun Gorut. Pertarungan yang sengit pun tak terhindarkan. Mobilisasi kapital merasuk ke sendi-sendi kultural masyarakat Gorut yang secara genuine sama sekali jauh dari instumen seperti itu. Ini dikarenakan masyarakat Gorut adalah masyarakat yang terbuka, dimana faktor geografis membuat Gorut bisa seperti itu. Wilayah Gorut yang berada di bibir samudra pasifik adalah hal yang mengkonstruksi secara alamiah modal sosial masyarakat Gorut. Kapital yang ditransaksikan dalam model hidden agenda kemudian ikut membawa suasana yang seharusnya penuh keterbukaan, fair dan kompetitif malah terlihat seperti ajang perang Mahabarata. Padahal, model seperti ini sudah seharusnya dilenyapkan dari otak kita. Model purba ini pun coba dipaksakan dalam mobilisasi kapital demi sebuah logika take and give. Saya sedari awal memperkirakan bahwa mutu pilkada yang seharusnya ideal, bersih, profesional dan jauh dari unsur transaksi ekonomi purba tidak akan terlaksana secara utuh. Padahal, saya terus terang berharap bahwa pertarungan yang disuguhkan pada publik adalah pertarungan yang ideologis, bermental kemanusiaan, berjiwa luhur dan menjauhkannya dari mobilisasi kapital. Tapi, apalah daya, struktur ekonomi kita yang masih terpenjara dalam logika elit tentunya hanya bisa tengadah/tunduk walau tetap berusaha tak takluk. Akhirnya, Thoriq yang menurut saya memiliki modal sosial lokal yang luar biasa sekaligus cadangan pengetahuan dan iman yang mumpuni untuk Gorontalo Utara mesti mengalah dengan alasan yang dilogikakan Negara yakni mengakui kalah dengan alasan keamanan dan ketertiban. Logika purba yang tak pernah lepas dari memori kita, yang sebenarnya sudah seharusnya menjauhkan diri dari Orde Baru effect. Thoriq pun tersungkur dengan selisih 60 an suara. Sebuah beda yang begitu tipis untuk sekian puluh ribu suara di Gorontalo Utara. Menulis pendapat ini adalah sebuah yang celaka bagi saya dalam persepsi orang Gorontalo kita. Karena semestinya, yang kita tulis pasca kemenangan dan hasil pilkada yang sah adalah menulis sejarah/kisah yang menang. Lagi-lagi, dalam benak masyarakat kita, logika ekonomi menjadi faktor utama. Tetapi, menuliskan kisah yang tragik tentang fenomena Thoriq adalah sebuah tanggungjawab kemanusiaan dan akademik saya tentang seorang muda yang semestinya menjadi suri teladan bagi kita masyarakat Gorontalo yang kekurangan stok calon pemimpin yang berjiwa bersih. Dari Thoriq lah kita bisa berkaca bahwa modal kapital, performance, tebaran baliho dan stiker, dukungan parpol bahkan partisipasi elit pun bukan faktor-faktor penentu dalam setiap momentum politik maupun sosial. Thoriq telah berhasil menelanjangi persepi kita tentang politik adalah sesuatu yang mahal, penuh tipu muslihat bahkan saling meniadakan adalah sesuatu yang salah. Thoriq membalik semua itu. Ia menunjukkan bahwa kewibawaan ilmu, kelurusan niat, kebesaran jiwa, keteguhan hati, dan luasnya iman adalah faktor utama sekaligus modal awal yang semestinya kita jadikan fondasi dalam berbuat. Akhir kata, saya hanya bisa menyimpulkan
[GM2020] Hanya Lima PTN yang Raih Akreditasi A
Hanya Lima PTN yang Raih Akreditasi A Tanpa Akreditasi, Tidak Boleh Luluskan Mahasiswa Kamis, 4 Desember 2008 | 00:57 WIB Bandung, Kompas - Kesiapan perguruan tinggi untuk membangun sistem penjaminan mutunya dinilai masih sangat minim. Dari 55 perguruan tinggi yang mengikuti akreditasi institusi tahap I, hanya lima di antaranya yang telah meraih nilai sangat baik atau A. Kelima perguruan tinggi itu adalah Universitas Indonesia, Institut Pertanian Bogor (IPB), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gadjah Mada (UGM), dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Menurut Sekretaris Eksekutif Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi Adil Basuki Ahza, Rabu (3/12), di Bandung, tidak ada kaitan perolehan nilai A ini dengan reputasi internasional yang kebetulan dimiliki kelima perguruan tinggi negeri (PTN) ini. ”Tidak berkaitan dengan status kelas dunia. Tapi, secara faktual, kita tidak bisa membohongi diri kalau kelima perguruan tinggi ini punya kualitas lebih,” ungkap Basuki Ahza. Ia melihat, ketidaksanggupan perguruan tinggi lain meraih nilai A lebih karena faktor ketidaksiapan diri. Serta, belum membangun sistem penjaminan mutu yang memadai. Belum berani dinilai Tahun 2008 ini, bahkan masih banyak perguruan tinggi yang belum berani dinilai. Dari kuota 50 perguruan tinggi yang dinilai, hanya 30 di antaranya yang terisi. Dan, hanya 25 yang lolos untuk dilakukan site visit (visitasi asesor). Visitasi dilakukan Desember ini. Untuk itu, Badan Akreditasi Nasional (BAN PT) berancang- ancang menghentikan sementara proses akreditasi ini di tahun depan. Padahal, ia mengatakan, setiap program studi maupun perguruan tinggi negeri wajib untuk mengikuti akreditasi. ”Mereka (perguruan tinggi) lupa bahwa perguruan tinggi bisa kena pidana jika tidak segera memiliki akreditasi. Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, jika perguruan tinggi tidak terakreditasi, maka perguruan tinggi tersebut tidak boleh meluluskan mahasiswa,” ujarnya. Menurutnya, ketentuan ini akan efektif berlaku selambat- lambatnya tahun 2012 mendatang. Di dalam Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Penyelenggaraan Pendidikan, ucapnya, bahkan disebutkan, hanya perguruan tinggi berakreditasi minimal B yang bisa meluluskan mahasiswa. ”Lulusan bisa menuntut penyelenggara program studi, dekan, atau rektor apabila klaim tentang akreditasi tidak betul dan mereka tidak bisa lulus,” kata Basuki Ahza. Meski demikian, perguruan tinggi diperbolehkan mengajukan ulang penilaian setelah dua tahun pengajuan pertama, asalkan ada jaminan perbaikan. Dalam kesempatan yang sama, Rektor Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung Prof Sunaryo Kartadinata mengakui, hasil akreditasi institusi sangatlah bergantung faktor kesiapan tiap perguruan tinggi. Namun, ia melihat, akreditasi institusi ini tidak lebih penting daripada akreditasi yang ada di tiap-tiap program studi. Sebab, ujung tombak akademik justru ada di program studi. UPI saat ini memperoleh akreditasi B meski kampus ini sekarang memiliki aset gedung mewah bernilai sekitar Rp 500 miliar. (jon) Manusia yang terbaik adalah yang paling banyak membaca, paling bertakwa, paling sering beramar ma'ruf nahi munkar, dan paling gemar menjalin hubungan silaturahmi. (Muhammad SAW). Selalu bersama teman-teman di Yahoo! Messenger. Tambahkan mereka dari email atau jaringan sosial Anda sekarang! http://id.messenger.yahoo.com/invite/
[GM2020] UNG mo pindah ke Limboto? (Bustamil Hinta)
AKHIRNYA NYERAH JUGA YAH...ADA LAGU NYA NEH.. KAU YG MULAI..KAU YANG MENG AKHIRI..dst HIHIHIHI... BOLOMAAPU... --- Pada Sel, 2/12/08, bustamil hinta [EMAIL PROTECTED] menulis: Dari: bustamil hinta [EMAIL PROTECTED] Topik: [GM2020] Re: Bls: UNG mo pindah ke Limboto? (Bustamil Hinta) Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Tanggal: Selasa, 2 Desember, 2008, 9:46 PM Hahahaha, oke deh, nyerah daku Ibu Sitti. Yang keroyokan 'pinter2' ;) kapan2 kita sambung lagi 'petualangan' ke MARS-nya, dan jangan lupa pooli te/ti fans2 UNG ini punya tanggung jawab cepat2 pulang bangun UNG supaya lebih maju. saya khawatir, karena tongkrongin milis nunggu/merespon postingan yang 'sangar', sampai mengganggu tugas2 tuan2. kalau terganggu, dikhawatirkan pulang hanya dapat ilmu TOEFL aja. Usahakan lulus dengan membawa kultur kritis-intelektual baru di kampus merah plus semangat profesional dengan disiplin masing2. supaya nanti bisa memberi sesuatu yang bermanfaat buat memperkuat,mengkritisi dan menyempurnakan program2 pemprov/pemkot/pemkab ;) dan jangan kalo pulang, tugas mangajar dititip ke ass do6 pooli waa.. dan satu lagi, ana bukan ustad suup. ustadz itu te Pak Mansur Martam (Cairo-Al Khairaat), atau ustas Richie ;) Salam sayang buat UNG semoga cepat 'gede' ya, hehehehe ;) jang marah2 pooli wa..hahahahahaha --- In gorontalomaju2020@yahoogroups.com, Sitti Zumbrunn Uno [EMAIL PROTECTED] wrote: Kak Rini..kalau te Bullshit [:D] ...eh..salah..Bustamil ini cocok motinggal dijufiter...bukan dimarswakakakkaak..tanya kenapa? Bravo UNG ..benahi diri for the next Generation [=D] [=D] Yess...We Can.!! wass szu [:D] --- In gorontalomaju2020@yahoogroups.com, MARINI HAMIDUN marinish70@ wrote: Wiih..., botutuluhu ti ustadz botiiiy... asali olo ja huwo2o... napa depe pertanyaan n stetmen ini madelo org baru bangun dari tidor panjang.. (cuma madelo polii ini wa, tdk menuduh uwty..). bo persoalan mangiri ini stow.. mo maso UNG tdk ditrima (kaeee..), suka skola di LN bo tdk lolos n lulus.. (kalllee juga siich..)... jadinya... yaaah... gitcu deeh.. Eh, tunggu dulu Tien, nt bilang dia Ustadz...? yg bagini dibilang ustadz...? gmn depe jamaah nanti yee.. so butul itu peribahasa Ustadz kencing berdiri, jamaah kencing di calana lari2.. hehehe.. Ustadz itu yg saya tau, logika berpikirnya luas n positif, kata2nya bijak (yg pasti tdk kasar dan pasar), berbicara berdasarkan fakta yg valid dan menyampaikan kritik dengan cara dan bahasa yang halus.. tapi kalo model ti Ust Bust bagini...? jauh panggang dari api booo... Saya pikir org2 di sekitarnyapun tau model n kapasitasnya, buktinya dlm pemilihan ketua SSG, Te Kilo (baca: UNG) menang mutlak dari te Ust Bust yang NL BASAR...!!! sesama SSG (ST 29) saja tidak ada yg mempercayai dan memilihnya.. jang tanya kenapa!! so tau to..?? Tmn2... ini baru depe yunior2 UNG bicara, kalo so depe senior yg turun tangan bo somo dapa ba'alo stouw.. ba'alo binde maksudnya.. hehe.. Bolo maapu Ust Bust.. bukan marah ini juu, cuma lucu aja baca ti Ust Bust pe postingan seperti org yang baru belajar merangkai kata.. tapi sayangnya kata2nya dipelajari di pasar.. Salam damai.. jangan memelihara kesombongan dan pobibialo.. padi itu makin berisi dia makin merunduk.. tetapi yg utama janganlah memelihara ketidaktahuan.. karena ini akan menjadikan ti Ust Bust bagaikan katak di bawah tempurung, ataupun rusa masuk kampung. Sama deng nt bilang Tien, anjing menggonggong, kafilah berlalu. Wiih.. maksa banget... malali kebun binatang uuwty.. Wassalam Marini, yg lagi main cur-cur dgn dosen pembimbing di bogor.. eh, somo basambunyi di MARS jo ah... hehe... jadi ingat cerita novel2 karya J.D. Robb tentang Polisi cantik Letnan Eve Dallas Milyuner tampan Roarke dmn MARS menjadi bumi ke2 yg dihuni oleh manusia, tetapi keadaan di sana jauh lebih high n canggih dari yg di bumi... sama deng UNG yg somo pindah ke MARS.. huhuhihihehe.. --- Pada Sen, 1/12/08, titien mohammad titienf_m@ menulis: Dari: titien mohammad titienf_m@ Topik: Re: [GM2020] Re: Bls: UNG mo pindah ke Limboto? (Bustamil Hinta) Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Tanggal: Senin, 1 Desember, 2008, 10:12 PM Dear pak ustadz Bustamil Hinta.. ( saya dengar ti pak ini pak ustadznya SSG ya?? he.he..)   Saya pikir teman2 termasuk saya yang meresponse email nya pak ustadz itu karna email pak ustadz sendiri yang generate emosi fans UNG.. Gimana nggak.. Belum apa2 pak ustadz langsung meng understimate wacana pengembangan ( yang bapak sebut Perpindahan) ke Limboto dengan kata-kata.. BIAR LEH MO PINDAH DI MARS.. trus diikuti dengan saran2 yang kayaknya mungkin hanya keluar dari anak2 SD yang belajar teasing
[GM2020] Fw: The winter issue is here!
--- On Thu, 12/4/08, Stanford Social Innovation Review (SSIR) [EMAIL PROTECTED] wrote: From: Stanford Social Innovation Review (SSIR) [EMAIL PROTECTED] Subject: The winter issue is here! To: [EMAIL PROTECTED] Date: Thursday, December 4, 2008, 4:19 PM Trouble viewing this e-mail? Click here. #yiv302141360 td, #yiv302141360 div, #yiv302141360 a { font:12px Arial, Helvetica, Sans Serif;} #yiv302141360 a:link { color:#99;} #yiv302141360 a:visited { color:#BC5050;} #yiv302141360 a:active { color:#FAB400;} #yiv302141360 a:hover { color:#FAB400;} #yiv302141360 .style15 {font-size:11px;color:#00;} #yiv302141360 .style23 {color:#3760A0;} #yiv302141360 .style33 {font-size:11px;color:#00;font-weight:bold;} #yiv302141360 .style32 {color:#66;} #yiv302141360 .style16 {font-size:11px;} The winter edition of the Stanford Social Innovation Review is now available online. The print version is just starting to arrive in mailboxes across the country and around the world. Look for your copy soon! Highlights: Winter 2009 Issue FEATUREs Lobbying for Good In their efforts to be socially responsible, most companies fail to wield their most powerful tool: lobbying. Yet corporations such as Mary Kay, Royal Dutch Shell, and General Motors are increasingly leveraging their deep pockets, government contacts, and persuasive powers for the cause of good. Not all kinds of socially responsible lobbying are created equal, however. The authors discuss which forms are best for companies and society. The New Volunteer Workforce Nonprofits rely heavily on volunteers, but most CEOs do a poor job of managing them. As a result, more than one-third of those who volunteer one year do not donate their time the next year—at any nonprofit. That adds up to an estimated $38 billion in lost labor. To remedy this situation, nonprofit leaders must develop a more strategic approach to managing this overlooked and undervalued talent pool. The good news is that new waves of retiring baby boomers and energetic young people are ready to fill the gap. QA William Brindley—SSIR managing editor Eric Nee spoke with NetHope's CEO, William Brindley, about how international aid organizations can use information technology to save lives . Case study In the Black with BRAC Serving more than 110 million people per year, BRAC is the largest nonprofit in the world. Yet it doesn't receive the most charitable donations. Instead, BRAC's social enterprises generate 80 percent of the organizations' annual budget. These revenues have allowed the organization to develop, test, and replicate some of the world's most innovative antipoverty programs. The Latest From the SSIR Blog Perla Ni: Nonprofit Gift Cards Expected to Boom This Holiday Season With five young neices and nephews, I've been yearning to find a way to give them meaningful holiday presents (and avoid the malls). So I'm thrilled to discover, as many Americans are doing this holiday, the easy and creative option of giving charity gift cards. While many people are trimming back their holiday spending, nearly half of Americans said they are more likely to give a charitable gift as a holiday present, according to Harris Interactive. People are buying charity gift cards—cards redeemable as a donation towards a nonprofit—for their relatives as holiday gifts. Corporations are buying them for clients in appreciation of their business, or as employee rewards. Many of them are customizing their own gift cards or creating an e-gift card sent via email. Here's some of the more popular nonprofit gift cards available. This is not a comprehensive list—please chime in below and add others you've heard about! Continue reading this post Give the gift of SSIR! A gift subscription to the Stanford Social Innovation Review is a great way to tell your friends and family that you recognize their commitment to changing the world. Subscribe now at our special $39.95 rate! PARTNERS From nonprofit market intelligence to better business decisions The fastest way to get there? GuideStar Premium. Spend less time searching and more time putting actionable intelligence to work—whether you're dealing with grant proposals, benchmarking your own organization, or researching the nonprofit sector. Take the express lane: www.guidestar.org/premium. Advancing Socially and Environmentally Responsible Supply Chains: Innovation, Integration, Incentives Most companies and organizations have expanded and improved their supply chain's social and environmental practices. That's good, but it's not enough. Featuring all new speakers and topics, this conference examines strategies companies can utilize to take supply chain
[GM2020] Re: Tenaga Listrik Open Source
Yth Bung Sofyan, Saya sedang scan teknologi algae-fuel,yang barangkali baik untuk pesisir pantai.Begitu pula teknologi ombak dengan turbin khusus,suatu teknologi yang bagus untuk pantai yang ombaknya cukup tinggi sepanjang tahun dan juga mikro-hidro.Semua bisa dikelola sebagai energi pedesaan/kecamatan.Mohon dilihat di www.algaelink.nl,mikrohidro desain LIPI,Subang dan klik wave-energy.Odu olo. --- In gorontalomaju2020@yahoogroups.com, Sofyan Uli [EMAIL PROTECTED] wrote: Skrg sedang digalakkan semangat Open Source. Harapan saya semangat open source ini bisa di realisasikan bukan cmn di IT, tapi semua bidang kehidupan terutama yg skrg ini lagi hangat-hangatnya digalakkan tentang bidang energy terbarukan. Kondisi geografis Indonesia dan letaknya yang berada di daerah tropis, dan dilintasi oleh deretan gunung api dunia membuat negeri ini memiliki banyak sumber energi terbarukan. Energi terbarukan tidak menghasilkan radiasi dan juga tidak menambah buruk efek pemanasan global yang mengakibatkan perubahan iklim. Energi terbarukan tersebut belum dikelola secara optimal, dapat dilihat dari cetak biru (blue print) pengelolaan energi nasional 2005-2025, yakni: PLTA: 2,4 %, Panas Bumi: 3,8 % dan energi terbarukan lainnya meliputi mikrohidro, bio fuel, surya, angin, biomassa dan fuel cell sebesar 4,4 %. Skrg kita hidup dijaman dimana ilmu pengetahuan tampa batas. Dan semuanya free. Bahkan open source. Smoga di tahun depan nanti kebijakan pemerintah tentang kelistrikan lebih mengutamakan kepentingan rakyat dari pada kepentingan project sesaat. Seperti apa itu tenaga listrik open source. Mari kita diskusikan bersama-sama. BR// Sofyan Uli Nikmati chatting lebih sering di blog dan situs web. Gunakan Wizard Pembuat Pingbox Online. http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/
Balasan: [GM2020] Pilkada Gorut : Thoriq Menang, Walau Kalah Suara!
Setidaknya kekuatan kapital yang nt bilang itu masih dapat diimbangi oleh idealisme meski hanya terpaut 57 suara saja (61 dikurangi 4 suara yang dianulir MK). 57 suara = hanya 1/1000 dari jumlah pemilih di Gorut yang berjumlah sekitar 60ribuan). http://www.hukumonline.com/detail.asp?id=20566cl=Berita Funco Tanipu [EMAIL PROTECTED] wrote: Pilkada Gorut : Thoriq Menang, Walau Kalah Suara! Tadi malam saya ngobrol banyak dengan yang punya Gorontalo Barometer, Laode Aman, tentang hasil Pilkada di Gorut. Saya menuliskan pendapat ini untuk memberi warna yang dinamis pada pelantikan Bupati Gorontalo Utara yang akan segera dilaksanakan. Menurut saya, Thoriq tidak saja fenomenal, tetapi juga berhasil menjadi sebuah monumental. Thoriq menjadi fenomenal sekaligus monumental karena kita tahu bersama bahwa ia adalah pemuda yang berumur dibawah 40 tahun, berstatus pegawai negeri sipil, gaji dibawah 2 juta, performance yang pas-pasan, dan (malahan) hanya didukung partai yang tak punya sejarah kemenangan di Gorontalo. Tetapi kenapa ia sedemikian fenomenal dan semonumental? Dari catatan memori dan rekam ingatan saya, Thoriq adalah seorang yang lugas sekalgus tegas. Thoriq adalah pemuda yang memiliki modal semangat yang luar biasa. Ia juga memiliki cadangan pengetahuan yang berlimpah. Ia adalah pendakwah yang luar biasa. Thoriq dalam ingatan saya adalah seorang muda yang bisa mengawinkan kekuatan verbal/visual dan kekuatan pena. Jarang manusia Gorontalo memiliki kedua hal tersebut secara bersamaan. Thoriq menurut saya adalah manusia tempaan alam. Ia adalah lelaki yang kita tahu bersama sedari awal mempersiapkan Gorontalo Utara untuk menjadi sebuah teritori. Saya ingat hal itu karena agenda PB HPMIG di awal kepengurusan kami tahun 2005 silam adalah bersama-sama dia mendatangi Mendagri untuk segera mengesahkan Gorontalo Utara. Ia bersama KPK mengerahkan segala daya dan upaya untuk membangun urat nadi Gorut. Ia (dan juga KPK) adalah ruh ideologis Gorontalo Utara. Beberapa saat kemudian, setelah Gorut resmi dan sah menjadi sebuah Kabupaten. Thoriq pun menjajal kemampuan personal dan jaringan, setelah ia didesak untuk masuk dalam bursa pencalonan. Paket pun terjalin. Ia lantas menggandeng Djafar Ismail dari PDI P untuk bersama-sama melanjutkan cita-cita awal untuk membangun Gorut. Pertarungan yang sengit pun tak terhindarkan. Mobilisasi kapital merasuk ke sendi-sendi kultural masyarakat Gorut yang secara genuine sama sekali jauh dari instumen seperti itu. Ini dikarenakan masyarakat Gorut adalah masyarakat yang terbuka, dimana faktor geografis membuat Gorut bisa seperti itu. Wilayah Gorut yang berada di bibir samudra pasifik adalah hal yang mengkonstruksi secara alamiah modal sosial masyarakat Gorut. Kapital yang ditransaksikan dalam model hidden agenda kemudian ikut membawa suasana yang seharusnya penuh keterbukaan, fair dan kompetitif malah terlihat seperti ajang perang Mahabarata. Padahal, model seperti ini sudah seharusnya dilenyapkan dari otak kita. Model purba ini pun coba dipaksakan dalam mobilisasi kapital demi sebuah logika take and give. Saya sedari awal memperkirakan bahwa mutu pilkada yang seharusnya ideal, bersih, profesional dan jauh dari unsur transaksi ekonomi purba tidak akan terlaksana secara utuh. Padahal, saya terus terang berharap bahwa pertarungan yang disuguhkan pada publik adalah pertarungan yang ideologis, bermental kemanusiaan, berjiwa luhur dan menjauhkannya dari mobilisasi kapital. Tapi, apalah daya, struktur ekonomi kita yang masih terpenjara dalam logika elit tentunya hanya bisa tengadah/tunduk walau tetap berusaha tak takluk. Akhirnya, Thoriq yang menurut saya memiliki modal sosial lokal yang luar biasa sekaligus cadangan pengetahuan dan iman yang mumpuni untuk Gorontalo Utara mesti mengalah dengan alasan yang dilogikakan Negara yakni mengakui kalah dengan alasan keamanan dan ketertiban. Logika purba yang tak pernah lepas dari memori kita, yang sebenarnya sudah seharusnya menjauhkan diri dari Orde Baru effect. Thoriq pun tersungkur dengan selisih 60 an suara. Sebuah beda yang begitu tipis untuk sekian puluh ribu suara di Gorontalo Utara. Menulis pendapat ini adalah sebuah yang celaka bagi saya dalam persepsi orang Gorontalo kita. Karena semestinya, yang kita tulis pasca kemenangan dan hasil pilkada yang sah adalah menulis sejarah/kisah yang menang. Lagi-lagi, dalam benak masyarakat kita, logika ekonomi menjadi faktor utama. Tetapi, menuliskan kisah yang tragik tentang fenomena Thoriq adalah sebuah tanggungjawab kemanusiaan dan akademik saya tentang seorang muda yang semestinya menjadi suri teladan bagi kita masyarakat Gorontalo yang kekurangan stok calon pemimpin yang berjiwa bersih. Dari Thoriq lah kita bisa berkaca bahwa modal kapital, performance, tebaran baliho dan stiker, dukungan parpol bahkan partisipasi elit pun bukan faktor-faktor penentu dalam setiap momentum politik maupun sosial.
Re: Bls: [GM2020] SERBU...? (REFLEKSI) = SERba aBUnawas?
Secara betina ( he.he..karna saya perempuan tidak bisa mobilang jantan..) saya olo minta maaf kalo ti pak Bustamil sempat mahengo deng ana pe email.. he.he.. Seperti ti pak Ikbal Salam Konal buat anda.. semoga segala yang mengganjal di Milist ini gak akan terbawa2 sampe di kemudian hari.. yang di udara di udara jo..jangan sampe bawa ke darat depe perselisihan.. I will let you in peace.. ( ha.ha...madelo tamammate..) maksudnya salam damai..lol.. okay.. wassalam.. yang lagi menikmati indahnya melbourne di musim panas.. Titien FM From: iqbal makmur [EMAIL PROTECTED] To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Sent: Friday, December 5, 2008 2:35:52 AM Subject: Re: Bls: [GM2020] SERBU...? (REFLEKSI) = SERba aBUnawas? Plok..plok.. plok..plok. . Benar2 mencerahkan. . Honestly, Di Milis GM 2020 hanya dua orang yang bisa menulis sebaik ini. Yang satunya lagi Bung Irwan Uno, sayang beliau sudah lama tidak aktif. Melalui email ini juga dengan kerendahan hati saya mohon maaf pada Bung Bustamil Hinta karena mungkin saya yang dianggap memimpin pengeroyokan yang dimaksud. Tujuan saya merespon beliau dengan agak keras juga semata-mata karena ingin melihat sebaik apa dia bisa bertahan terhadap pukulan balik. Apa yang dia rasakan sekarang itulah yang kami rasakan sebagai bagian dari civitas UNG yang merasa di under estimate. Kita sama-sama sudah maju terlalu jauh, tapi tetap ada saatnya kita berhenti untuk melihat apakah sudah benar jalan yang kita lalui. Bung Bustamil Hinta.. Saya ulurkan salam persahabatan buat anda dihadapan semua milister. Buat teman-teman UNG, saya bangga dengan loyalitas yang sudah diperlihatkan selama ini, meskipun saya rasa itu tidak cukup kalau tidak dibarengi dengan usaha untuk memperbaiki diri dan meningkatkan pengabdian kita terhadap lembaga tercinta dan masyarakat pada umumnya. Buat pak Syam, terimakasih tulisannya.. Terakhir, Boleh pinjam koleksi cerita Abunawas nya pak? saya perhatikan semua tulisan pak Syam selalu diakhiri dengan anekdot sang Abu, hehehe... Wassalam, Mohamad Iqbal Makmur Fak. Pertanian UNG --- On Thu, 12/4/08, sukirman rahim [EMAIL PROTECTED] com wrote: From: sukirman rahim [EMAIL PROTECTED] com Subject: Bls: [GM2020] SERBU...? (REFLEKSI) To: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com Date: Thursday, December 4, 2008, 4:49 AM SERBU...!!! Serbu...maju. ..pantang mundur... Demikianlah komando panglima dan pejuang Islam terkenal, Jabal Thariq ketika menyerbu daratan Eropa. Beliau menyeberang selat, yang sekarang dinamai Gibraltar untuk mengabadikan nama panglima gagah berani tersebut, bersama 10.000 orang pasukannya. Beliau membakar hangus perahu-perahu yang ditumpangi pasukannya sehingga tidak ada jalan mundur, kecuali maju atau mati syahid...Dan sejarah menunjukkan, mereka menang dan dimulailah dominasi kebudayaan Islam di tanah Eropa terutama Spanyol... Serbu... Mungkin itu kata yang tepat untuk menggambarkan kondisi teman saya Bustamin Hinta, penghuni asrama Salemba dan aktifis SSG, yang ”diserbu” dan ”dikeroyok” rekan dan adik-adik saya dari UNG, ketika dia ”menjewer” UNG melalui tulisannya yang to the point, tanpa basa-basi, tanpa tedeng aling-aling. Maka adalah `wajar jika laskar UNG pun berekasi, menyerbu dan berani mati demi eksistensi lembaganya. Kritik apalagi dikemas dengan kata-kata yang kurang enak didengar, pasti membuat telinga menjadi merah. Merah karena marah, sewot, dongkol, uring-uringan dan akhirnya ”lost control” yang bisa berakibat fatal. Bisa terjadi adu jotos dan adu argumentasi yang tidak jarang keluar dari materi yang sebenarnya. Sebuah kritik, apa pun konteks dan materinya seharusnya dijadikan masukan untuk introspeksi. Entah benar atau tidak, tetap kita pandang positif. Dan satu lagi, si pengkritik berarti merasa memiliki UNG. Sebab harus diingat, UNG adalah milik Gorontalo, bahkan milik Indonesia, jadi siapapun yang melakukan kritik, ”monggo mas”. Kritik akan selalu membuat kita mawas diri, evaluasi diri dan akhirnya memperbaiki diri. Tapi hati-hati, kritik jika tidak dikemas secara bijak, akan mengarah dan dipandang sebagai hujatan, pelecehan, ejekan, memandang remeh. Ambil contoh ”akh...apa itu UNG, gak ada apa-apanya”. Ini adalah kritik, tapi karena dikemas kurang baik dan terkesan apriori maka akhirnya dipandang sebagai ”memandang remeh”. Bukankah Rasulullah SAW telah memberi teladan yang sangat baik dalam pergaulan antar sesama? Beliau tiba-tiba berdiri ketika mayat orang Yahudi lewat sehingga para sahabat heran dan bertanya ”mengapa baginda berdiri padahal dia orang Yahudi?” Dengan senyum beliau menjawab, ”kita harus hormati dia sebagai manusia, jangan pandang remeh orang lain bahkan mayat Yahudi sekalipun”. Dalam berbagai majelis pun beliau selalu memberi kritik atau saran sehingga orang yang dikritik tidak menjadi marah. Sungguh elok dan mulia akhlak Rasulullah SAW, mudah-mudahan kita menjadi ummatnya yang setia.
Re: [GM2020] Nobel buat google
Uyan saya jadi ingat minggu lalu waktu ikut Rakorwil APTIKOM (Asosiasi Perguruan Tinggi Informatika dan Komputer) di Makassar, disana ketua Umum APTIKOM Pusat Prof. Ricardus eko Indrajit mengatakan bahwa Acuan (silabus) mata kuliah dari APTIKOM itu dari Google, sedkit bercanda sih dia mengatakannya karena memang bawaan Prof Eko suka bercanda, tapi memang benar, karena terkadang saya mengambil materi-materi uliah untuk penyusunan SAP dan SILABI dari Google. regards, a/L 2008/12/3 Sofyan Uli [EMAIL PROTECTED] google sudah jadi nasi buat saya tiap hari, dan saya rasa harus jadi kurikulum wajib as information search tool buat setiap pelajar disekolah. Bahkan skrg sudah banyak alumni2 google yang kualitasnya setara lulusan s3 MIThehehehe ada nggak yah? google adalah jembatan emas buat informasi apapun around the globe, kalo kelak sudah tidak ada batas2 negara menuju evolusi manusia yang lebih baik (melalui transparansi informasi yang sudah borderless ini) , *saya rasa google harusnya dapat Nobel * Best Regards Sofyan Uli http://end.web.id http://end.web.id Call me through Skype or YM or GTalk with ID : sofyanuli Facebook, Friendster, and Myspace with username : [EMAIL PROTECTED] -- Kenapa BBM mesti naik? Apakah tidak ada solusi selain itu? http://id.answers.yahoo.com/question/index;_ylt=AgSYJFFQXU6AkI2Gkm1IrTbJRAx.;_ylv=3?qid=20080519070710AAiwLgz Temukan jawabannya di Yahoo! Answers!
[GM2020] Laskar Pelangi : Ribuan Penonton Kekhawatiran (Agus Lahinta)
« aguslahinta.com http://aguslahinta.com/?p=54 Laskar Pelangi: ribuan penonton dan kekhawatiranhttp://aguslahinta.com/?p=58 Dec 4th, 2008 by aguslahinta http://aguslahinta.com/?author=1 *…bahwa hiduplah untuk memberi sebanyak-banyaknya bukan untuk menerima sebanyak-banyaknya...(Harfan Efendi Noor)* [image: Anggota Laskar Pelangi]http://aguslahinta.com/wp-content/uploads/2008/12/anggota20lp.jpg Anggota Laskar Pelangi (asli) *Laskar Pelangi, film fenomenal di tahun 2008 ini akhirnya bisa didatangkan dan diputar secara besar-besaran dan Gratis di Gorontalo. * Awal dari pemutaran film ini sebenarnya telah dibicarakan oleh beberapa teman-teman tentang siapa yang akan mendatangkan dan siapa yang akan mensponsori dan lain-lain. Saya jadi teringat perbincangan dengan Ramang dan Deby mengenai rencana pemutaran film ini di Gorontalo. Dan dalam diskusi sebelumnya persiapan berupa loby dan penawaran proposal telah dilaksanakan, namun belum dapat dipastikan kapan realisasinya. Sampai pagi tanggal 2 Desember 2008, saya mendapat sms dari staff saya yang mengatakan akan ada rapat untuk persiapan acara besok. Saya kaget, acara apa yang akan berlangsung besok sehingga saya harus hadir untuk memimpin rapat? *besok ada pemutaran Film Laskar Pelangi…* *What!!!, Laskar Pelangi?* Siapa yang mendatangkan Film itu, kok saya tidak diberitahukan dari awal?, beragam pertanyaan datang namun saya acuhkan karena saya bergegas ke civica tv untuk mempimpin rapat. Sampai di studio telah ada beberapa teman-teman yang akan menghadiri rapat. Saya langsung mempersiapkan staff saya untuk membuka rapat dan menceritakan kronologis Film Laskar Pelangi 'tiba' di Gorontalo. Ternyata Film ini didatangkan atas inisiatif Prof Nelson selaku Ketua PGRI Gorontalo dan juga Rektor UNG, setelah menonton film ini di Jakarta dan beliau segera berinisiatif untuk menghadirkan juga di Gorontalo dan Gratis!!!. Segera persiapan dilakukan, walaupun tidak ditangani oleh tim besar, karena harus disiapkan adalah tempat dan sound system. Persiapan yang lain telah dibawa langsung oleh crew dari MILES Production. [image: Guru-guru nonton LP]http://aguslahinta.com/wp-content/uploads/2008/12/dsc_09232.jpg Guru-guru nonton LP Siang itu kami (Saya, Eduart dan Yudin dari 79ners Team Work) mengajak crew LP untuk makan siang sambil mendiskusikan setting tempat untuk pemutaran besok. Direncanakan Besok (3 Des) Film akan diputar sebanyak 3 kali. 2 kali di Gedung Serba Guna khusunya untuk Guru dan Dosen (Pukul 10 dan 1 siang) dan malamnya di Lapangan pukul 7 dan terbuka untuk umum. Setelah perencanaan dan penentuan tempat diputuskan, malamnya para Crew dan EO mempersiapkan setting semuanya. Dan malam itu tepat Pukul 22:00, saya menyempatkan untuk menonton Laskar Pelangi dengan beberapa teman. Itu menjadi saat pertama saya menyaksikan LP. Besok pagi sesuai dengan rencana, setelah Upacara peringatan Hari Ulang Tahun PGRI maka para Guru peserta upacara akan datang menyaksikan film ini. tepat pukul 10:00 acara dimulai dengan sambutan dan pengantar kata dari Ketua PGRI dan langsung dilanjutkan dengan Pemutaran Film. Penonton yang semuanya Guru ini nampak terhanyut dengan jalan cerita yang disajikan, dan ternyata pemandangan unik dari suasana saat itu, karena hampir sebagian besar penonton menggunakan seragam PGRI. Hal ini juga seperti yang disampaikan oleh Mas Dicky (Crew MILES Production) bahwa baru pertama kali ini selama mereka mengadakan Road Show ada penonton dalam jumlah yang besar dengan mengunakan seragam. [image: nonton bareng di UNG]http://aguslahinta.com/wp-content/uploads/2008/12/dsc_08121.jpg nonton bareng di UNG Pemutaran Film Jam pertama berakhir hingga pukul 12:00. Segera kami bebenah (terutama) tempat dirapikan kembali untuk pertunjukan selanjutnya. Pertunjukan selanjutnya yang direncanakan akan dilakukan pukul 13:00 akhirnya molor ke pukul 14:00. Sebelum pemutaran yang kedua, nampak cuaca Gorontalo agak kurang bersahabat. Nampaknya akan hujan tak lama lagi. Kami (panitia) mulai merasakan kekhawatiran karena rencana untuk mengadakan pertunjukan di lapangan nanti malam akan terganggu. Dan sebelum pemutaran jam ke 2, ternyata hujan sudah 'menyapa' kita dan kita hanya berharap untuk hujan segera berakhir dan rencana untuk pertunjukan di lapangan dapat terlaksana. Sampai selesai pertunjukan ke dua, hujan belum berhenti. Saat iku kami merasa bahwa pemutaran di lapangan nanti malam tidak memungkinkan, alasan mendasar adalah lokasi *becek *dan khawatir akan ada hujanlagi nanti malam, jadinya malah *misbar *alias Gerimis Bubar. Akhirnya setelah mengadakan diskusi dengan para crew dan panitia juga Pak Rektor akhirnya pertunjukan malam diadakan (tetap) di Gedung Serba Guna dengan 2 kali pemutaran apabila jumlah pengunjung membludak. [image: crowded]http://aguslahinta.com/wp-content/uploads/2008/12/crow1.jpg crowded [image: crowded lagi]http://aguslahinta.com/wp-content/uploads/2008/12/crow2.jpg crowded lagi Tepat pukul 19:30. pertunjukan malam dimulai.
Bls: [GM2020] Re: Tenaga Listrik Open Source
Terima kasih buat Suwito, Kibor dan Pak Bakrie atas tanggapannya... Bung Suwito benar bahwa kita harus paham dulu apa definisi Open Source itu sendiri dalam dunia IT adalah seperti klik disini. Intinya bahwa suatu program dapat dikategorikan sebagai program yang Open Source, maka program tersebut harus memenuhi syarat-syarat yang terdapat dalam definisi Open Source secara bersamaan dan pada semua keadaan. Definisi Open Source sendiri memiliki tujuan untuk melindungi proses Open Source dan menjamin perangkat lunak yang didistribusikan dengan menggunakan lisensi Open Source akan tersedia untuk peer review secara bebas dan dapat mengalami perbaikan terus menerus hingga dapat mencapai tingkat kehandalan serta menjaga kemungkinan menjadi produk yang Close Source. Istilah dari Open Source sendiri tidak semata-mata hanya berarti adanya keterbukaan untuk mengakses Source Code perangkat lunak, namun sebenarnya memiliki cakupan arti yang lebih luas. Kembali ke laptop, Bagemana dengan tenaga listrik di Indonesia saat ini? Berikut rangkuman artikel yang saya kutip dari www.sinarharapan.co.id oleh Muslimin B. Putra. Ada dua dilemma yang berkembang saat ini tentang kelistrikan di Indonesia yakni penyediaannya harus dimonopoli oleh negara dan yang mengatakan perlunya privatisasi listrik. Bila dimonopoli negara seperti yang terjadi selama ini, PLN sebagai BUMN yang mengelola kelistrikan dapat seenaknya menentukan harga dasar listrik per KWH tanpa ada pilihan bagi konsumen. Sebaliknya bila diprivatisasi, listrik sebagai hajat hidup orang banyak akan ditentukan oleh pemodal, tetapi dengan ketersediaan pilihan. Namun pilihannya seperti apa? Inilah yang menjadi dilema kedua. Dalam sektor kelistrikan, peran negara tak dapat disangkal masih dibutuhkan. Dengan masih besarnya ketimpangan infrastruktur antar kawasan (Barat dan Timur) Indonesia, intervensi pemerintah sangat dominan dinantikan. Pemerataan hasil pembangunan akan diukur, salah satunya dengan pemerataan penyediaan energi listrik hingga ke pelosok negeri. Konsep penguasaan negara terhadap sektor publik tertentu dalam literatur sering ditulis to be control atau to be regulated. Kekuasaan negara yang demikian luas peranannya selama Orde Baru, kini mendapat koreksi total dengan munculnya program privatisasi. Terlebih sejak privatisasi yang sangat kontroversial terhadap Indosat sehingga pemerintah tidak lagi menjadi pemegang saham mayoritas, melainkan beralih ke perusahan Singapura, sebagai pemilik baru. Idealnya, pemilikan bagi perusahaan luar (swasta nasional atau asing) pada BUMN strategis seperti Indosat cukup sampai 30 persen Bila dicermati lebih jauh, memang terdapat kontradiksi antara rumusan konstitusi kita dengan prakteknya. Rumusan konstitusi kita yang menganut paham sosialisme, dalam prakteknya utamanya di masa Orde Baru bernuansa kapitalisme. Bagaimana dengan status PLN sebagai perusahaan terbatas sejak 1994? Apakah akan mengutamakan pencarian keuntungan sebesar-besarnya atau mengutamakan fungsi sosialnya. Listrik pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah kolonial Belanda sejak tahun 1897 di Batavia (Jakarta), meskipun pada negara-negara berkembang listrik baru dikenal pada 1960-an seiring dengan perkembangan teknologi di sektor listrik pada 1950-an. Sejak abad ke-19 hingga 1930-an, penguasaan tenaga listrik dilakukan dengan mekanisme kompetisi (Tumiwa, 2004). Saat ini konsumen listrik banyak mengharapkan pilihan penyediaan energi listrik diluar PLN. Pelayanan yang kurang maksimal yang diberikan PLN merupakan alasan umum yang banyak dijumpai. Ketiadaan pilihan menyebabkan konsumen listrik menggantungkan harapan akan perlunya privatisasi penyediaan energi listrik. Meskipun tak dapat disangkal, fungsi sosial PLN selama ini juga cukup membantu masyarakat bawah dengan pemakaian 450 watt terhadap berjuta-juta pelanggan miskin. Pilihan terhadap privatiasasi listrik sebenarnya membawa dilema yang besar. Di saat negara masih krisis, pemerintah yang korup dan swasta yang culas, privatisasi akan berpotensi mendatangkan masalah baru dalam konstalasi ekonomi-politik di Indonesia. Sebagai perbandingan adalah proyek Paiton dengan nilai investasi US$ 2,5 miliar, mark up-nya juga besar sekitar US$ 700 juta, sementara PLN yang membayar take on pay. Kendala privatisasi kelistrikan terdapat pada kendala legal formal. Aturan perundangan-undangan kelistrikan yang diatur dalam UU No. 20 tahun 2002 memungkinkan listrik diprivatisasi tetapi aturan konstitusi yang lebih tinggi kedudukan hukumnya dibanding UU tidak memungkinkannya. Sementara tuntutan ke arah privatisasi semakin kuat, utamanya pada masyarakat perkotaan yang melek pengetahuan. Lalu apa hubungannya tenaga listrik dengan open source? Kita tidak bisa pungkiri bahwa fenomena linux sebagai pelopor Operating System yang open source dalam pengembangan ICT. Linux, bukan sekedar produk yang dapat menggantikan OS yang mahal, tetapi karena linux lebih
[GM2020] APAKAH ANDA PENGGEMAR COKLAT???
WaRNING COKELAT dapat membuat KAKI MENGECIL!!! ??? Ada teman sejak kecil terbiasa dalam mengkonsumsi cokelat.. bahkan hingga masa remaja pun masih mengkonsumsinya, namun setelah bertahun tahun masih mengkonsumsi barulah disadari Bahkan Dinas Kesehatan pun mengeluarkan peringatan untuk hal ini... bahwa mengkonsumsi cokelat ternyata tidak dianjurkan. bahkan penyakit yang ditimbulkan pun susah untuk di obati. Bahwa COKELAT dapat membuat KAKI MENGECIL!!! Apa ini INI ADALAH PERINGATAN MEDIS ?? Coment piiss...ah Salam
Re: Balasan: [GM2020] Pilkada Gorut : Thoriq Menang, Walau Kalah Suara!
bravo bung funco tanipu dan syamsu pana yang berani menyuarakan kejujuran dan kebenaran . alhamdulillah masih ada yang berani untuk mengatakan yang benar itu benar ! --- On Thu, 12/4/08, N. Syamsu Panna [EMAIL PROTECTED] wrote: From: N. Syamsu Panna [EMAIL PROTECTED] Subject: Balasan: [GM2020] Pilkada Gorut : Thoriq Menang, Walau Kalah Suara! To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Date: Thursday, December 4, 2008, 6:58 PM Setidaknya kekuatan kapital yang nt bilang itu masih dapat diimbangi oleh idealisme meski hanya terpaut 57 suara saja (61 dikurangi 4 suara yang dianulir MK). 57 suara = hanya 1/1000 dari jumlah pemilih di Gorut yang berjumlah sekitar 60ribuan). http://www.hukumonl ine.com/detail. asp?id=20566cl=Berita Funco Tanipu [EMAIL PROTECTED] com wrote: Pilkada Gorut : Thoriq Menang, Walau Kalah Suara! Tadi malam saya ngobrol banyak dengan yang punya Gorontalo Barometer, Laode Aman, tentang hasil Pilkada di Gorut. Saya menuliskan pendapat ini untuk memberi warna yang dinamis pada pelantikan Bupati Gorontalo Utara yang akan segera dilaksanakan. Menurut saya, Thoriq tidak saja fenomenal, tetapi juga berhasil menjadi sebuah monumental. Thoriq menjadi fenomenal sekaligus monumental karena kita tahu bersama bahwa ia adalah pemuda yang berumur dibawah 40 tahun, berstatus pegawai negeri sipil, gaji dibawah 2 juta, performance yang pas-pasan, dan (malahan) hanya didukung partai yang tak punya sejarah kemenangan di Gorontalo. Tetapi kenapa ia sedemikian fenomenal dan semonumental? Dari catatan memori dan rekam ingatan saya, Thoriq adalah seorang yang lugas sekalgus tegas. Thoriq adalah pemuda yang memiliki modal semangat yang luar biasa. Ia juga memiliki cadangan pengetahuan yang berlimpah. Ia adalah pendakwah yang luar biasa. Thoriq dalam ingatan saya adalah seorang muda yang bisa mengawinkan kekuatan verbal/visual dan kekuatan pena. Jarang manusia Gorontalo memiliki kedua hal tersebut secara bersamaan. Thoriq menurut saya adalah manusia tempaan alam. Ia adalah lelaki yang kita tahu bersama sedari awal mempersiapkan Gorontalo Utara untuk menjadi sebuah teritori. Saya ingat hal itu karena agenda PB HPMIG di awal kepengurusan kami tahun 2005 silam adalah bersama-sama dia mendatangi Mendagri untuk segera mengesahkan Gorontalo Utara. Ia bersama KPK mengerahkan segala daya dan upaya untuk membangun urat nadi Gorut. Ia (dan juga KPK) adalah ruh ideologis Gorontalo Utara. Beberapa saat kemudian, setelah Gorut resmi dan sah menjadi sebuah Kabupaten. Thoriq pun menjajal kemampuan personal dan jaringan, setelah ia didesak untuk masuk dalam bursa pencalonan. Paket pun terjalin. Ia lantas menggandeng Djafar Ismail dari PDI P untuk bersama-sama melanjutkan cita-cita awal untuk membangun Gorut. Pertarungan yang sengit pun tak terhindarkan. Mobilisasi kapital merasuk ke sendi-sendi kultural masyarakat Gorut yang secara genuine sama sekali jauh dari instumen seperti itu. Ini dikarenakan masyarakat Gorut adalah masyarakat yang terbuka, dimana faktor geografis membuat Gorut bisa seperti itu. Wilayah Gorut yang berada di bibir samudra pasifik adalah hal yang mengkonstruksi secara alamiah modal sosial masyarakat Gorut. Kapital yang ditransaksikan dalam model hidden agenda kemudian ikut membawa suasana yang seharusnya penuh keterbukaan, fair dan kompetitif malah terlihat seperti ajang perang Mahabarata. Padahal, model seperti ini sudah seharusnya dilenyapkan dari otak kita. Model purba ini pun coba dipaksakan dalam mobilisasi kapital demi sebuah logika take and give. Saya sedari awal memperkirakan bahwa mutu pilkada yang seharusnya ideal, bersih, profesional dan jauh dari unsur transaksi ekonomi purba tidak akan terlaksana secara utuh. Padahal, saya terus terang berharap bahwa pertarungan yang disuguhkan pada publik adalah pertarungan yang ideologis, bermental kemanusiaan, berjiwa luhur dan menjauhkannya dari mobilisasi kapital. Tapi, apalah daya, struktur ekonomi kita yang masih terpenjara dalam logika elit tentunya hanya bisa tengadah/tunduk walau tetap berusaha tak takluk. Akhirnya, Thoriq yang menurut saya memiliki modal sosial lokal yang luar biasa sekaligus cadangan pengetahuan dan iman yang mumpuni untuk Gorontalo Utara mesti mengalah dengan alasan yang dilogikakan Negara yakni mengakui kalah dengan alasan keamanan dan ketertiban. Logika purba yang tak pernah lepas dari memori kita, yang sebenarnya sudah seharusnya menjauhkan diri dari Orde Baru effect. Thoriq pun tersungkur dengan selisih 60 an suara. Sebuah beda yang begitu tipis untuk sekian puluh ribu suara di Gorontalo Utara. Menulis pendapat ini adalah sebuah yang celaka bagi saya dalam persepsi orang Gorontalo kita. Karena semestinya, yang kita tulis pasca kemenangan dan hasil pilkada yang sah adalah menulis sejarah/kisah yang menang. Lagi-lagi, dalam benak masyarakat kita, logika ekonomi menjadi faktor utama. Tetapi, menuliskan kisah
Re: [GM2020] Birthday Massal poli..hihihihi
bekenultah bareng jo :D... thanks tata... selamat ULTAH buat semua semogasemoga.dan semoga...[?][?][?][?] AMIN On Wed, Dec 3, 2008 at 3:53 PM, Sitti Zumbrunn Uno [EMAIL PROTECTED]wrote: *Irwan Karim* *Fanny Salamanya* *Izam Giu* *SZU alias Sittiswiss* *Zulaiha Laisa alias K`Eha* *Ani alias nou Gorontalo* *Ariyanto Katili alias Paynia* *Sofyan Uli alias K`Uyan* *Titien Mohammad* ** *HAPPY BIRTHDAY BUAT SEMUANYA..* *MOGA DALAM LINDUNGAN SANG MAHA KUASA...DAN SEHAT2 SELALU* *SILAHKAN BERDOA DAN BERHARAP * *SESUAI DENGAN KEPENTINGANNYA MASING2...HAHHAHAH[image: :))][image: :))]* *ENJOY UR BIRTHDAY * B60.gif330.gif
Re: [GM2020] APAKAH ANDA PENGGEMAR COKLAT???
mali pepe'o ? --- On Thu, 12/4/08, delyuzar ilahude [EMAIL PROTECTED] wrote: From: delyuzar ilahude [EMAIL PROTECTED] Subject: [GM2020] APAKAH ANDA PENGGEMAR COKLAT??? To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Date: Thursday, December 4, 2008, 11:00 PM WaRNING COKELAT dapat membuat KAKI MENGECIL!!! ??? Ada teman sejak kecil terbiasa dalam mengkonsumsi cokelat.. bahkan hingga masa remaja pun masih mengkonsumsinya, namun setelah bertahun tahun masih mengkonsumsi barulah disadari... Bahkan Dinas Kesehatan pun mengeluarkan peringatan untuk hal ini... bahwa mengkonsumsi cokelat ternyata tidak dianjurkan. bahkan penyakit yang ditimbulkan pun susah untuk di obati. Bahwa COKELAT dapat membuat KAKI MENGECIL!!! Apa ini INI ADALAH PERINGATAN MEDIS ?? Coment piiss...ah Salam