[GM2020] Tenaga Listrik Open Source

2008-12-04 Terurut Topik Sofyan Uli
Skrg sedang digalakkan semangat Open Source. Harapan saya semangat open source 
ini bisa di realisasikan bukan cmn di IT, tapi semua bidang kehidupan terutama 
yg skrg ini lagi hangat-hangatnya digalakkan tentang bidang energy terbarukan. 
Kondisi geografis Indonesia dan letaknya yang berada di daerah tropis, dan 
dilintasi oleh deretan gunung api dunia membuat negeri ini memiliki banyak 
sumber energi terbarukan. Energi terbarukan tidak menghasilkan radiasi dan juga 
tidak menambah buruk efek pemanasan global yang mengakibatkan perubahan iklim.
Energi terbarukan tersebut belum dikelola secara optimal, dapat dilihat dari 
cetak biru (blue print) pengelolaan energi nasional 2005-2025, yakni:  PLTA: 
2,4 %, Panas Bumi: 3,8 % dan energi terbarukan lainnya meliputi mikrohidro, bio 
fuel, surya, angin, biomassa dan fuel cell sebesar  4,4 %. 

Skrg kita hidup dijaman dimana ilmu pengetahuan tampa batas. Dan semuanya free. 
Bahkan open source. 
Smoga di tahun depan nanti kebijakan pemerintah tentang kelistrikan lebih 
mengutamakan kepentingan rakyat dari pada kepentingan project sesaat. 
Seperti apa itu tenaga listrik open source. Mari kita diskusikan bersama-sama.

BR//
Sofyan Uli


  Nikmati chatting lebih sering di blog dan situs web. Gunakan Wizard 
Pembuat Pingbox Online. http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/

Re: [GM2020] Tenaga Listrik Open Source

2008-12-04 Terurut Topik suwito
Tenaga Listrik Open Source?
Ada baiknya jika kita pahami terlebih dahulu apa itu Open Source...
Apakah setiap open source itu free???
Trus apakah yang free itu Open Source..???

-- 
Salam,

Suwito.
http://www.suwito.web.id/me ~~ update: Parah : Jalan Sangatta Bontang
http://suwito.pomalingo.net ~~ update: Themes For GMail

~~ Keep it Simple  Stupid ~~

2008/12/4 Sofyan Uli [EMAIL PROTECTED]

   Skrg sedang digalakkan semangat Open Source. Harapan saya semangat open
 source ini bisa di realisasikan bukan cmn di IT, tapi semua bidang
 kehidupan terutama yg skrg ini lagi hangat-hangatnya digalakkan tentang
 bidang energy terbarukan. Kondisi geografis Indonesia dan letaknya yang
 berada di daerah tropis, dan dilintasi oleh deretan gunung api dunia membuat
 negeri ini memiliki banyak sumber energi terbarukan. Energi terbarukan tidak
 menghasilkan radiasi dan juga tidak menambah buruk efek pemanasan global
 yang mengakibatkan perubahan iklim.
 Energi terbarukan tersebut belum dikelola secara optimal, dapat dilihat
 dari cetak biru (blue print) pengelolaan energi nasional 2005-2025, yakni:
  PLTA: 2,4 %, Panas Bumi: 3,8 % dan energi terbarukan lainnya meliputi
 mikrohidro, bio fuel, surya, angin, biomassa dan fuel cell sebesar  4,4 %.

 Skrg kita hidup dijaman dimana ilmu pengetahuan tampa batas. Dan semuanya
 free. Bahkan open source.
 Smoga di tahun depan nanti kebijakan pemerintah tentang kelistrikan lebih
 mengutamakan kepentingan rakyat dari pada kepentingan *project sesaat.*
 Seperti apa itu tenaga listrik open source. Mari kita diskusikan
 bersama-sama..

 BR//
 Sofyan Uli





Re: [GM2020] Tenaga Listrik Open Source

2008-12-04 Terurut Topik kibor2000id
jual saja seluruh cadangan minyak  gas indonesia. kemudian ganti
semua pembangkit pakai tenaga nuklir. bebas polusi, murah dan tentu
saja aman selama tidak terjadi 'korupsi' dalam pembangunan reaktor.

salam,

KiBor



--- In gorontalomaju2020@yahoogroups.com, suwito [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Tenaga Listrik Open Source?
 Ada baiknya jika kita pahami terlebih dahulu apa itu Open Source...
 Apakah setiap open source itu free???
 Trus apakah yang free itu Open Source..???
 
 -- 
 Salam,
 
 Suwito.
 http://www.suwito.web.id/me ~~ update: Parah : Jalan Sangatta Bontang
 http://suwito.pomalingo.net ~~ update: Themes For GMail
 
 ~~ Keep it Simple  Stupid ~~
 
 2008/12/4 Sofyan Uli [EMAIL PROTECTED]
 
Skrg sedang digalakkan semangat Open Source. Harapan saya
semangat open
  source ini bisa di realisasikan bukan cmn di IT, tapi semua bidang
  kehidupan terutama yg skrg ini lagi hangat-hangatnya digalakkan
tentang
  bidang energy terbarukan. Kondisi geografis Indonesia dan letaknya
yang
  berada di daerah tropis, dan dilintasi oleh deretan gunung api
dunia membuat
  negeri ini memiliki banyak sumber energi terbarukan. Energi
terbarukan tidak
  menghasilkan radiasi dan juga tidak menambah buruk efek pemanasan
global
  yang mengakibatkan perubahan iklim.
  Energi terbarukan tersebut belum dikelola secara optimal, dapat
dilihat
  dari cetak biru (blue print) pengelolaan energi nasional
2005-2025, yakni:
   PLTA: 2,4 %, Panas Bumi: 3,8 % dan energi terbarukan lainnya meliputi
  mikrohidro, bio fuel, surya, angin, biomassa dan fuel cell sebesar
 4,4 %.
 
  Skrg kita hidup dijaman dimana ilmu pengetahuan tampa batas. Dan
semuanya
  free. Bahkan open source.
  Smoga di tahun depan nanti kebijakan pemerintah tentang
kelistrikan lebih
  mengutamakan kepentingan rakyat dari pada kepentingan *project
sesaat.*
  Seperti apa itu tenaga listrik open source. Mari kita diskusikan
  bersama-sama..
 
  BR//
  Sofyan Uli
 
 
 





[GM2020] Fwd: [balikpapan-ict] Layanan gratis untuk developer Open Source

2008-12-04 Terurut Topik suwito
moga bermanfaat.

-- Forwarded message --
From: Ali Abrar [EMAIL PROTECTED]
Date: 2008/12/4
Subject: [balikpapan-ict] Layanan gratis untuk developer Open Source
To: [EMAIL PROTECTED]


Cobalah ke http://possnetwork.ugm.ac.id/, semacam source forge  untuk
meletakkan projek opensourse indonesia. Ada projek Sistem Informasi Sekolah,
Elektronik KTP dll.



--
 Menambah banyak teman sangatlah mudah dan
cepat.http://sg.rd.yahoo.com/id/messenger/trueswitch/mailtagline/*http://id.messenger.yahoo.com/invite/
Undang teman dari Hotmail, Gmail ke Yahoo! Messenger sekarang
--~--~-~--~~~---~--~~
You received this message because you are subscribed to the Google Groups
Balikpapan Information, Communication  Technology Community group.
 To post to this group, send email to [EMAIL PROTECTED]
 To unsubscribe from this group, send email to
[EMAIL PROTECTED][EMAIL PROTECTED]
 For more options, visit this group at
http://groups.google.com/group/balikpapan-ict?hl=en-GB

-~--~~~~--~~--~--~---




-- 
-- 
Salam,
Suwito.
http://www.suwito.web.id/me ~~ update: Parah : Jalan Sangatta Bontang
http://suwito.pomalingo.net ~~ update: Themes For GMail

``keep it simple and stupid


[GM2020] Review LP UNG Mana?

2008-12-04 Terurut Topik suwito
Kok reviewnya pemutaran film Laskar Pelangi di UNG ngga ada...???
apa kopdarnya jadi?? trus siapa aja anak milis GM2020 yg hadir???

-- 
-- 
Salam,
Suwito.
http://www.suwito.web.id/me ~~ update: Parah : Jalan Sangatta Bontang
http://suwito.pomalingo.net ~~ update: Themes For GMail
``keep it simple and stupid


Bls: [GM2020] SERBU...? (REFLEKSI)

2008-12-04 Terurut Topik sukirman rahim
SERBU...!!!
 
Serbu...maju...pantang
mundur...
Demikianlah komando panglima dan
pejuang Islam terkenal, Jabal Thariq ketika menyerbu daratan Eropa. Beliau
menyeberang selat, yang sekarang dinamai Gibraltar untuk mengabadikan nama
panglima gagah berani tersebut, bersama 10.000 orang pasukannya. Beliau
membakar hangus perahu-perahu yang ditumpangi pasukannya sehingga tidak ada
jalan mundur, kecuali maju atau mati syahid...Dan sejarah menunjukkan, mereka
menang dan dimulailah dominasi kebudayaan Islam di tanah Eropa terutama
Spanyol...
Serbu...
Mungkin itu kata yang tepat
untuk menggambarkan kondisi teman saya Bustamin Hinta, penghuni asrama Salemba
dan aktifis SSG, yang ”diserbu” dan ”dikeroyok” rekan dan adik-adik saya dari
UNG, ketika dia ”menjewer” UNG melalui tulisannya yang to the point, tanpa 
basa-basi, tanpa tedeng aling-aling. Maka adalah `wajar jika
laskar UNG pun berekasi, menyerbu dan berani mati demi eksistensi lembaganya.
Kritik apalagi dikemas dengan kata-kata yang kurang enak didengar, pasti membuat
telinga menjadi merah. Merah karena marah, sewot, dongkol, uring-uringan dan
akhirnya ”lost control” yang bisa
berakibat fatal. Bisa terjadi adu jotos dan adu argumentasi yang tidak jarang
keluar dari materi yang sebenarnya.
Sebuah
kritik, apa pun konteks dan materinya seharusnya dijadikan masukan untuk
introspeksi. Entah benar atau tidak, tetap kita pandang positif. Dan satu lagi,
si pengkritik berarti merasa memiliki UNG. Sebab harus diingat, UNG adalah
milik Gorontalo, bahkan milik Indonesia, jadi siapapun yang melakukan kritik, 
”monggo mas”. Kritik akan selalu membuat
kita mawas diri, evaluasi diri dan akhirnya memperbaiki diri. Tapi hati-hati,
kritik jika tidak dikemas secara bijak, akan mengarah dan dipandang sebagai
hujatan, pelecehan, ejekan, memandang remeh. Ambil contoh ”akh...apa itu UNG,
gak ada apa-apanya”. Ini adalah kritik, tapi karena dikemas kurang baik dan
terkesan apriori maka akhirnya
dipandang sebagai ”memandang remeh”. 
Bukankah
Rasulullah SAW telah memberi teladan yang sangat baik dalam pergaulan antar
sesama? Beliau tiba-tiba berdiri ketika mayat orang Yahudi lewat sehingga para
sahabat heran dan bertanya ”mengapa baginda berdiri padahal dia orang Yahudi?”
Dengan senyum beliau menjawab, ”kita harus hormati dia sebagai manusia, jangan
pandang remeh orang lain bahkan mayat Yahudi sekalipun”. Dalam berbagai majelis
pun beliau selalu memberi kritik atau saran sehingga orang yang dikritik tidak
menjadi marah. Sungguh elok dan mulia akhlak Rasulullah SAW, mudah-mudahan kita
menjadi ummatnya yang setia.
Ketika
masyarakat Gorontalo menggugat tentang partisipasi perguruan tinggi khususnya
UNG terhadap pembangunan Provinsi Gorontalo, maka hal itu perlu menjadi bahan
renungan. Tetapi sebelum merenung, alangkah bijak, rasional dan obyektif, 
didefenisikan
dan dirumuskan indikatornya. Apa sih yang dapat dijadikan indikator
keberhasilan sebuah perguruan tinggi dalam konteks membangun daerah. Jika telah
dirumuskan, maka akan lebih ”enak” diskusi tentang masalah ”partisipasi”. 
Sebagai
”agent of change”, warga kampus
terutama UNG telah berhasil membawa perubahan yang sungguh sangat besar dan
signifikan bagi Gorontalo. Bukankah para pejuang provinsi sebagian besar dari
perguruan tinggi khususnya UNG?. Ada Nelson Pomalingo, sang deklarator, yang
berjuang siang malam untuk menjadi daerah yang bermartabat. Ada Yulianto Kaji,
Lukman Laliyo, Masrid K Umar dan lain-lain, yang berjuang mati-matian,
berdarah-darah, menelusuri seluruh pelosok desa, naik turun gunung untuk
menghimpun kekuatan rakyat agar berjuang bersama-sama. Sementara sebagian orang
memandang remeh, mengejek para pejuang ”sedang mimpi di siang bolong”. Bahkan
ada seorang tokoh politik yang berani bersumpah ”potong jari saya kalau
Gorontalo jadi provinsi”. Pernah Lukman Laliyo datang ke saya sambil berlinang
air mata ”Kak, kita berjuang untuk pembentukan provinsi cuma jadi bahan ejekan
tokoh-tokoh politik dan birokrat, bahkan P2GTR diplesetkan menjadi Pembentukan
Provinsi Gorontalo Tomimpi Raya”. 
Setelah
provinsi terbentuk, apakah kampus tetap mewarnai pembangunan daerah? Apakah
hasil kajian dan penelitian kampus menjadi bahan rujukan untuk membangun
daerah? Data di pemerintah daerah khususnya kabupaten-kota menunjukkan warga
kampus terlibat aktif pada penelitian dalam kerangka pembangunan daerah. Ada
Nawir Sune, Mahludin Baruadi, Sarwani Canon, Asda Rauf, Amir Halid, Sukirman
”Kilo” Rahim dan masih banyak lagi yang melakukan kerjasama penelitian dengan
pemerintah daerah. Namun tentu saja masih perlu ditingkatkan sampai ke taraf
nasional. Dan saya sarankan, ”gunakan media massa untuk publikasi hasil kajian
dan penelitian itu, agar tidak dianggap tidur”. Kita perlu berguru kepada
Gubernur kita, Fadel Mohammad yang selalu membicarakan masalah pembangunan
Gorontalo di media massa lokal dan nasional, yang akhirnya menarik perhatian
masyarakat luas. Kalau perlu, miles ini, 

Re: Bls: [GM2020] SERBU...? (REFLEKSI)

2008-12-04 Terurut Topik titien mohammad
What a nice posting...

Saluuu.
 
Titien FM






From: sukirman rahim [EMAIL PROTECTED]
To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Sent: Thursday, December 4, 2008 11:49:52 PM
Subject: Bls: [GM2020] SERBU...? (REFLEKSI)


SERBU...!!!
 
Serbu...maju. ..pantang mundur...
Demikianlah komando panglima dan pejuang Islam terkenal, Jabal Thariq ketika 
menyerbu daratan Eropa. Beliau menyeberang selat, yang sekarang dinamai 
Gibraltar untuk mengabadikan nama panglima gagah berani tersebut, bersama 
10.000 orang pasukannya. Beliau membakar hangus perahu-perahu yang ditumpangi 
pasukannya sehingga tidak ada jalan mundur, kecuali maju atau mati syahid...Dan 
sejarah menunjukkan, mereka menang dan dimulailah dominasi kebudayaan Islam di 
tanah Eropa terutama Spanyol...
Serbu...
Mungkin itu kata yang tepat untuk menggambarkan kondisi teman saya Bustamin 
Hinta, penghuni asrama Salemba dan aktifis SSG, yang ”diserbu” dan ”dikeroyok” 
rekan dan adik-adik saya dari UNG, ketika dia ”menjewer” UNG melalui tulisannya 
yang to the point, tanpa basa-basi, tanpa tedeng aling-aling. Maka adalah 
`wajar jika laskar UNG pun berekasi, menyerbu dan berani mati demi eksistensi 
lembaganya. Kritik apalagi dikemas dengan kata-kata yang kurang enak didengar, 
pasti membuat telinga menjadi merah. Merah karena marah, sewot, dongkol, 
uring-uringan dan akhirnya ”lost control” yang bisa berakibat fatal. Bisa 
terjadi adu jotos dan adu argumentasi yang tidak jarang keluar dari materi yang 
sebenarnya.
    Sebuah kritik, apa pun konteks dan materinya seharusnya dijadikan 
masukan untuk introspeksi. Entah benar atau tidak, tetap kita pandang positif. 
Dan satu lagi, si pengkritik berarti merasa memiliki UNG. Sebab harus diingat, 
UNG adalah milik Gorontalo, bahkan milik Indonesia, jadi siapapun yang 
melakukan kritik, ”monggo mas”. Kritik akan selalu membuat kita mawas diri, 
evaluasi diri dan akhirnya memperbaiki diri. Tapi hati-hati, kritik jika tidak 
dikemas secara bijak, akan mengarah dan dipandang sebagai hujatan, pelecehan, 
ejekan, memandang remeh. Ambil contoh ”akh...apa itu UNG, gak ada apa-apanya”. 
Ini adalah kritik, tapi karena dikemas kurang baik dan terkesan apriori maka 
akhirnya dipandang sebagai ”memandang remeh”. 
    Bukankah Rasulullah SAW telah memberi teladan yang sangat baik 
dalam pergaulan antar sesama? Beliau tiba-tiba berdiri ketika mayat orang 
Yahudi lewat sehingga para sahabat heran dan bertanya ”mengapa baginda berdiri 
padahal dia orang Yahudi?” Dengan senyum beliau menjawab, ”kita harus hormati 
dia sebagai manusia, jangan pandang remeh orang lain bahkan mayat Yahudi 
sekalipun”. Dalam berbagai majelis pun beliau selalu memberi kritik atau saran 
sehingga orang yang dikritik tidak menjadi marah. Sungguh elok dan mulia akhlak 
Rasulullah SAW, mudah-mudahan kita menjadi ummatnya yang setia.
    Ketika masyarakat Gorontalo menggugat tentang partisipasi perguruan 
tinggi khususnya UNG terhadap pembangunan Provinsi Gorontalo, maka hal itu 
perlu menjadi bahan renungan. Tetapi sebelum merenung, alangkah bijak, rasional 
dan obyektif, didefenisikan dan dirumuskan indikatornya. Apa sih yang dapat 
dijadikan indikator keberhasilan sebuah perguruan tinggi dalam konteks 
membangun daerah. Jika telah dirumuskan, maka akan lebih ”enak” diskusi tentang 
masalah ”partisipasi”. 
    Sebagai ”agent of change”, warga kampus terutama UNG telah berhasil 
membawa perubahan yang sungguh sangat besar dan signifikan bagi Gorontalo. 
Bukankah para pejuang provinsi sebagian besar dari perguruan tinggi khususnya 
UNG?. Ada Nelson Pomalingo, sang deklarator, yang berjuang siang malam untuk 
menjadi daerah yang bermartabat. Ada Yulianto Kaji, Lukman Laliyo, Masrid K 
Umar dan lain-lain, yang berjuang mati-matian, berdarah-darah, menelusuri 
seluruh pelosok desa, naik turun gunung untuk menghimpun kekuatan rakyat agar 
berjuang bersama-sama. Sementara sebagian orang memandang remeh, mengejek para 
pejuang ”sedang mimpi di siang bolong”. Bahkan ada seorang tokoh politik yang 
berani bersumpah ”potong jari saya kalau Gorontalo jadi provinsi”. Pernah 
Lukman Laliyo datang ke saya sambil berlinang air mata ”Kak, kita berjuang 
untuk pembentukan provinsi cuma jadi bahan ejekan tokoh-tokoh politik dan 
birokrat, bahkan P2GTR
 diplesetkan menjadi Pembentukan Provinsi Gorontalo Tomimpi Raya”. 
    Setelah provinsi terbentuk, apakah kampus tetap mewarnai 
pembangunan daerah? Apakah hasil kajian dan penelitian kampus menjadi bahan 
rujukan untuk membangun daerah? Data di pemerintah daerah khususnya 
kabupaten-kota menunjukkan warga kampus terlibat aktif pada penelitian dalam 
kerangka pembangunan daerah. Ada Nawir Sune, Mahludin Baruadi, Sarwani Canon, 
Asda Rauf, Amir Halid, Sukirman ”Kilo” Rahim dan masih banyak lagi yang 
melakukan kerjasama penelitian dengan pemerintah daerah. Namun tentu saja masih 
perlu ditingkatkan sampai ke taraf nasional. Dan saya sarankan, 

Re: Bls: [GM2020] SERBU...? (REFLEKSI) = SERba aBUnawas?

2008-12-04 Terurut Topik iqbal makmur
Plok..plok..plok..plok.. Benar2 mencerahkan..
Honestly, Di Milis GM 2020 hanya dua orang yang bisa menulis sebaik ini. Yang 
satunya lagi Bung Irwan Uno, sayang beliau sudah lama tidak aktif. 
Melalui email ini juga dengan kerendahan hati saya mohon maaf pada Bung 
Bustamil Hinta karena mungkin saya yang dianggap memimpin pengeroyokan yang 
dimaksud. Tujuan saya merespon beliau dengan agak keras juga semata-mata karena 
ingin melihat sebaik apa dia bisa bertahan terhadap pukulan balik. Apa yang dia 
rasakan sekarang itulah yang kami rasakan sebagai bagian dari civitas UNG yang 
merasa di under estimate. Kita sama-sama sudah maju terlalu jauh, tapi tetap 
ada saatnya kita berhenti untuk melihat apakah sudah benar jalan yang kita 
lalui. 
Bung Bustamil Hinta.. Saya ulurkan salam persahabatan buat anda dihadapan semua 
milister. Buat teman-teman UNG, saya bangga dengan loyalitas yang sudah 
diperlihatkan selama ini, meskipun saya rasa itu tidak cukup kalau tidak 
dibarengi dengan usaha untuk memperbaiki diri dan meningkatkan pengabdian kita 
terhadap lembaga tercinta dan masyarakat pada umumnya.
Buat pak Syam, terimakasih tulisannya..
Terakhir, Boleh pinjam koleksi cerita Abunawas nya pak? saya perhatikan semua 
tulisan pak Syam selalu diakhiri dengan anekdot sang Abu, hehehe...
 
Wassalam,
Mohamad Iqbal Makmur
Fak. Pertanian UNG

--- On Thu, 12/4/08, sukirman rahim [EMAIL PROTECTED] wrote:

From: sukirman rahim [EMAIL PROTECTED]
Subject: Bls: [GM2020] SERBU...? (REFLEKSI)
To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Date: Thursday, December 4, 2008, 4:49 AM








SERBU...!!!
 
Serbu...maju. ..pantang mundur...
Demikianlah komando panglima dan pejuang Islam terkenal, Jabal Thariq ketika 
menyerbu daratan Eropa. Beliau menyeberang selat, yang sekarang dinamai 
Gibraltar untuk mengabadikan nama panglima gagah berani tersebut, bersama 
10..000 orang pasukannya. Beliau membakar hangus perahu-perahu yang ditumpangi 
pasukannya sehingga tidak ada jalan mundur, kecuali maju atau mati 
syahidDan sejarah menunjukkan, mereka menang dan dimulailah dominasi 
kebudayaan Islam di tanah Eropa terutama Spanyol...
Serbu...
Mungkin itu kata yang tepat untuk menggambarkan kondisi teman saya Bustamin 
Hinta, penghuni asrama Salemba dan aktifis SSG, yang ”diserbu” dan ”dikeroyok” 
rekan dan adik-adik saya dari UNG, ketika dia ”menjewer” UNG melalui tulisannya 
yang to the point, tanpa basa-basi, tanpa tedeng aling-aling. Maka adalah 
`wajar jika laskar UNG pun berekasi, menyerbu dan berani mati demi eksistensi 
lembaganya. Kritik apalagi dikemas dengan kata-kata yang kurang enak didengar, 
pasti membuat telinga menjadi merah. Merah karena marah, sewot, dongkol, 
uring-uringan dan akhirnya ”lost control” yang bisa berakibat fatal. Bisa 
terjadi adu jotos dan adu argumentasi yang tidak jarang keluar dari materi yang 
sebenarnya.
    Sebuah kritik, apa pun konteks dan materinya seharusnya dijadikan 
masukan untuk introspeksi. Entah benar atau tidak, tetap kita pandang positif. 
Dan satu lagi, si pengkritik berarti merasa memiliki UNG. Sebab harus diingat, 
UNG adalah milik Gorontalo, bahkan milik Indonesia, jadi siapapun yang 
melakukan kritik, ”monggo mas”. Kritik akan selalu membuat kita mawas diri, 
evaluasi diri dan akhirnya memperbaiki diri. Tapi hati-hati, kritik jika tidak 
dikemas secara bijak, akan mengarah dan dipandang sebagai hujatan, pelecehan, 
ejekan, memandang remeh. Ambil contoh ”akh...apa itu UNG, gak ada apa-apanya”. 
Ini adalah kritik, tapi karena dikemas kurang baik dan terkesan apriori maka 
akhirnya dipandang sebagai ”memandang remeh”. 
    Bukankah Rasulullah SAW telah memberi teladan yang sangat baik 
dalam pergaulan antar sesama? Beliau tiba-tiba berdiri ketika mayat orang 
Yahudi lewat sehingga para sahabat heran dan bertanya ”mengapa baginda berdiri 
padahal dia orang Yahudi?” Dengan senyum beliau menjawab, ”kita harus hormati 
dia sebagai manusia, jangan pandang remeh orang lain bahkan mayat Yahudi 
sekalipun”. Dalam berbagai majelis pun beliau selalu memberi kritik atau saran 
sehingga orang yang dikritik tidak menjadi marah. Sungguh elok dan mulia akhlak 
Rasulullah SAW, mudah-mudahan kita menjadi ummatnya yang setia.
    Ketika masyarakat Gorontalo menggugat tentang partisipasi perguruan 
tinggi khususnya UNG terhadap pembangunan Provinsi Gorontalo, maka hal itu 
perlu menjadi bahan renungan. Tetapi sebelum merenung, alangkah bijak, rasional 
dan obyektif, didefenisikan dan dirumuskan indikatornya. Apa sih yang dapat 
dijadikan indikator keberhasilan sebuah perguruan tinggi dalam konteks 
membangun daerah. Jika telah dirumuskan, maka akan lebih ”enak” diskusi tentang 
masalah ”partisipasi”. 
    Sebagai ”agent of change”, warga kampus terutama UNG telah berhasil 
membawa perubahan yang sungguh sangat besar dan signifikan bagi Gorontalo. 
Bukankah para pejuang provinsi sebagian besar dari perguruan tinggi khususnya 
UNG?. Ada Nelson Pomalingo, sang deklarator, yang 

Re: Bls: [GM2020] SERBU...? (REFLEKSI)

2008-12-04 Terurut Topik Siswan Gorontalo
Amat sangat menarik apa yang sudah diposting Kanda Sam. Memang untuk
mengkritik kita perlu cara, etika dan data yang cukup kuat. Disamping
itu, memang perlu ada perenungan dan pengkajian ulang tentang apa yang
sebenarnya dimaksudkan serta dimaui oleh pengeritik...


Saya kemudian hanya ingin menambah cerita dari sebagian kisah Rasul yang 
ditulis Kanda Sam dalam posting itu;

tidak puas dengan mengejek Rasul, orang luar (non muslim, dulunya disebut 
kaum kafir) itu lebih meningkatkan aksinya. Agaknya kritikan dan segala macam 
hinaan tidak mempan  sama sekali. Rasul tidak meresa tersakiti apalagi mau 
merelakan tangan dan kakinya bergerak untuk memukul orang luar itu. (Amat 
sangat berbeda, dengan pemimpin sekarang yang mudah sekali menggunakan kaki dan 
tangan sendiri ataupun menggunakan kaki dan tangan kanan-nya untuk 
menyelesaikan setiap masalah pengihanaan, apalagi jika sudah sampai menyentuh 
harga diri)...
Orang luar itu...meludahi Rasul setelah kata-kata jelek tak bisa membuat Rasul 
bergeming dari dakwanya. Tapi itu juga tak mempan... Rasul malah lebih 
tenang...lebih dewasa..dan lebih sering menebar dakwah..
Kali ini si orang luar tak mau tanggung-tanggung. Dia melempari seorang 
pemimpin yang dikenal mulia dihadapan umatnya dengan tahi. Ya tahi...kotoran 
yang dianggapnya bisa membuat rasul merasa terhina dan marah. Tapi sekali lagi 
Rasul tak bergeming... 
Sampai akhirnya suatu hari orang luar itu jatuh sakit, dan Rasul pun menjenguk 
serta mendoakannya agar cepat sembuh. Atas perilaku Rasul yang begitu 
rupa...Orang luar yang kuat menghina, mengejek, meludah dan pelemparkotoran itu 
akhirnya masuk Islam.

Dalam kisah yang lain ...Pernah seorang luar datang mengencingi mesjid. Hal 
ini membuat para sahabat naik pitam dan ingin segera menghajar orang luar itu. 
Tapi kepemimpinan, ketauladanan dan kasih Rasul mampu  meredam api amarah para 
sahabat. Bahkan rasul menegur orang itu dengan cara yang sangat lembut dan 
bijak. Belakang orang itupun akhirnya memeluk dan menjadi pejuang Islam..

Jika kedua kisah ini juga yang menjadi rujukan kita dalam menerima dan memahami 
kritik baik secara pribadi ataupun kelembagaan (institusi), maka akan banyak 
para pengeritik nantinya malah berbalik menjadi pejuang serta pemuja UNG. 

Salam,
Siswan




  

[GM2020] Pilkada Gorut : Thoriq Menang, Walau Kalah Suara!

2008-12-04 Terurut Topik Funco Tanipu
Pilkada Gorut : Thoriq Menang, Walau Kalah Suara!

Tadi malam saya ngobrol banyak dengan yang punya Gorontalo Barometer, Laode 
Aman, tentang hasil Pilkada di Gorut.

Saya menuliskan pendapat ini untuk memberi warna yang dinamis pada pelantikan 
Bupati Gorontalo Utara yang akan segera dilaksanakan. Menurut saya, Thoriq 
tidak saja  fenomenal, tetapi juga monumental. Thoriq menjadi fenomenal 
sekaligus monumental karena kita tahu bersama bahwa ia adalah pemuda yang 
berumur dibawah 40 tahun, berstatus pegawai egeri sipil, gaji dibawah 2 juta, 
performance yang pas-pasan, dan (malahan) hanya didukung partai yang tak punya 
sejarah kemenangan di Gorontalo.

Tetapi kenapa ia sedemikian fenomenal dan semonumental?
 
Dari catatan memori dan rekam ingatan saya, Thoriq adalah seorang yang lugas 
sekalgus tegas. Thoriq adalah pemuda yang memiliki modal semangat yang luar 
biasa. Ia juga memiliki cadangan pengetahuan yang berlimpah. Thoriq dalam 
ingatan saya adalah seorang muda yang bisa mengawinkan kekuatan verbal/visual 
dan kekuatan pena. Jarang manusia Gorontalo memiliki kedua hal tersebut secara 
bersamaan. Thoriq menurut saya adalah manusia tempaan alam. Ia adalah lelaki 
yang kita tahu bersama sedari awal mempersiapkan Gorontalo Utara untuk menjadi 
sebuah teritori. Saya ingat hal itu karena agenda PB HPMIG di awal kepengurusan 
kami tahun 2005 silam adalah bersama-sama dia mendatangi Mendagri untuk segera 
mengesahkan Gorontalo Utara. Ia bersama KPK mengerahkan segala daya dan upaya 
untuk membangun urat nadi Gorut. Ia (dan juga KPK) adalah ruh ideologis 
Gorontalo Utara.

Beberapa saat kemudian, setelah Gorut resmi dan sah menjadi sebuah Kabupaten. 
Thoriq pun menjajal kemampuan personal dan jaringan, setelah ia didesak untuk 
masuk dalam bursa pencalonan.  Paket pun terjalin. Ia lantas menggandeng Djafar 
Ismail  dari PDI P untuk bersama-sama melanjutkan cita-cita awal untuk 
membangun Gorut.

Pertarungan yang sengit pun tak terhindarkan. Mobilisasi kapital pun merasuk ke 
sendi-sendi kultural masyarakat Gorut yang secara genuine sama sekali jauh dari 
instumen seperti itu. Ini dikarenakan masyarakat Gorut adalah masyarakat yang 
terbuka, dimana faktor geografis membuat Gorut bisa seperti itu. Wilayah Gorut 
yang berada di bibir samudra pasifik adalah hal yang mengkonstruksi secara 
alamiah modal sosial masyarakat Gorut. Kapital yang ditransaksikan dalam model 
hidden agenda kemudian ikut membawa suasana yang seharusnya penuh keterbukaan, 
fair dan kompettitif malah terlihat seperti ajang perang Mahabarata. Padahal, 
model seperti ini sudah seharusnya dilenyapkan dari otak kita. Model purba ini 
pun coba dipaksakan dalam mobilisasi kapital demi sebuah take and give.

Saya sedari awal memperkirakan bahwa mutu pilkada yang seharusnya ideal, 
bersih, profesional dan jauh dari unsur transaksi ekonomi purba tidak akan 
terlaksana secra utuh. Padahal, saya terus terang berharap bahwa pertarungan 
yang disuguhkan pada publik adalah pertarungan yang ideologis, bermental 
kemanusiaan, berjiwa luhur dan menjauhkannya dari mobilisasi kapital. Tapi, 
apalah daya, Struktur ekonomi kita yang masih terpenjara dalam logika elit 
tentunya hanya bisa tengadah/tunduk walau tetap berusaha tak takluk.

Akhirnya, Thoriq yang menurut saya memiliki modal sosial lokal yang luar biasa 
sekaligus cadangan pengetahuan dan iman yang mumpuni untuk Gorontalo Utara 
mesti mengalah dengan alasan yang dilogikakan Negara yakni mengakui kalah 
dengan alasan keamanan dan ketertiban. Logika purba yang tak pernah lepas dari 
memori kita, yang sebenarnya sudah seharusnya menjauhkan diri dari Orde Baru 
effect. 
Thoriq pun tersungkur dengan selisih 60 an suara. Sebuah beda yang begitu tipis 
untuk sekian puluh ribu suara di Gorontalo Utara. 

Menulis pendapat ini adalah sebuah yang celaka bagi saya dalam persepsi orang 
Gorontalo kita. Karena semestinya, yang kita tulis pasca kemenangan dan hasil 
pilkada yang sah adalah menulis sejarah/kisah yang menang. Lagi-lagi, dalam 
benak masyarakat kita, logika ekonomi menjadi faktor utama. Tetapi, menuliskan 
kisah yang tragik tentang  fenomena Thoriq adalah sebuah logika kemanusiaan 
akademik saya tentang seorang muda yang semestinya menjadi suri teladan bagi 
kita masyarakat Gorontalo yang kekurangan stok calon pemimpin yang seperti 
Thoriq.

Dari Thoriq lah kita bisa berkaca bahwa modal kapital, performance, tebaran 
baliho dan stiker, dukungan parpol bahkan partisipasi elit pun bukan 
faktor-faktor penentu dalam setiap momentum politik maupun sosial. Thoriq telah 
berhasil menelanjangi persepi kita tentang politik adalah sesuatu yang mahal, 
penuh tipu muslihat bahkan saling meniadakan adalah sesuatu yang salah. Thoriq 
membalik semua itu. Ia menunjukkan bahwa kewibawaan ilmu, kelurusan niat, 
kebesaran jiwa, keteguhan hati, dan luasnya iman adalah faktor utama sekaligus 
modal awal yang semestinya kita jadikan fondasi dalam berbuat.

Akhir kata, saya hanya bisa menyimpulkan bahwa pilkada di 

[GM2020] Pilkada Gorut : Thoriq Menang, Walau Kalah Suara!

2008-12-04 Terurut Topik Funco Tanipu
Pilkada Gorut : Thoriq Menang, Walau Kalah Suara!

Tadi malam saya ngobrol banyak dengan yang punya Gorontalo Barometer, Laode 
Aman, tentang hasil Pilkada di Gorut.

Saya
menuliskan pendapat ini untuk memberi warna yang dinamis pada
pelantikan Bupati Gorontalo Utara yang akan segera dilaksanakan.
Menurut saya, Thoriq tidak saja  fenomenal, tetapi juga berhasil menjadi sebuah 
monumental.
Thoriq menjadi fenomenal sekaligus monumental karena kita tahu bersama
bahwa ia adalah pemuda yang berumur dibawah 40 tahun, berstatus pegawai
negeri sipil, gaji dibawah 2 juta, performance yang pas-pasan, dan
(malahan) hanya didukung partai yang tak punya sejarah kemenangan di
Gorontalo.

Tetapi kenapa ia sedemikian fenomenal dan semonumental?
 
Dari
catatan memori dan rekam ingatan saya, Thoriq adalah seorang yang lugas
sekalgus tegas. Thoriq adalah pemuda yang memiliki modal semangat yang
luar biasa. Ia juga memiliki cadangan pengetahuan yang berlimpah.
Ia adalah pendakwah yang luar biasa. Thoriq dalam ingatan saya adalah seorang 
muda yang bisa mengawinkan
kekuatan verbal/visual dan kekuatan pena. Jarang manusia Gorontalo
memiliki kedua hal tersebut secara bersamaan. Thoriq menurut saya
adalah manusia tempaan alam. Ia adalah lelaki yang kita tahu bersama
sedari awal mempersiapkan Gorontalo Utara untuk menjadi sebuah
teritori. Saya ingat hal itu karena agenda PB HPMIG di awal
kepengurusan kami tahun 2005 silam adalah bersama-sama dia mendatangi
Mendagri untuk segera mengesahkan Gorontalo Utara. Ia bersama KPK
mengerahkan segala daya dan upaya untuk membangun urat nadi Gorut. Ia
(dan juga KPK) adalah ruh ideologis Gorontalo Utara.

Beberapa
saat kemudian, setelah Gorut resmi dan sah menjadi sebuah Kabupaten.
Thoriq pun menjajal kemampuan personal dan jaringan, setelah ia didesak
untuk masuk dalam bursa pencalonan.  Paket pun terjalin. Ia lantas
menggandeng Djafar Ismail dari PDI P untuk bersama-sama melanjutkan
cita-cita awal untuk membangun Gorut.

Pertarungan
yang sengit pun tak terhindarkan. Mobilisasi kapital merasuk ke
sendi-sendi kultural masyarakat Gorut yang secara genuine sama sekali
jauh dari instumen seperti itu. Ini dikarenakan masyarakat Gorut adalah
masyarakat yang terbuka, dimana faktor geografis membuat Gorut bisa
seperti itu. Wilayah Gorut yang berada di bibir samudra pasifik adalah
hal yang mengkonstruksi secara alamiah modal sosial masyarakat Gorut.
Kapital yang ditransaksikan dalam model hidden agenda
kemudian ikut membawa suasana yang seharusnya penuh keterbukaan, fair
dan kompetitif malah terlihat seperti ajang perang Mahabarata.
Padahal, model seperti ini sudah seharusnya dilenyapkan dari otak kita.
Model purba ini pun coba dipaksakan dalam mobilisasi kapital demi
sebuah logika take and give.

Saya
sedari awal memperkirakan bahwa mutu pilkada yang seharusnya ideal,
bersih, profesional dan jauh dari unsur transaksi ekonomi purba tidak
akan terlaksana secara utuh. Padahal, saya terus terang berharap bahwa
pertarungan yang disuguhkan pada publik adalah pertarungan yang
ideologis, bermental kemanusiaan, berjiwa luhur dan menjauhkannya dari
mobilisasi kapital. Tapi, apalah daya, struktur ekonomi kita yang masih
terpenjara dalam logika elit tentunya hanya bisa tengadah/tunduk walau
tetap berusaha tak takluk.

Akhirnya, Thoriq yang menurut saya
memiliki modal sosial lokal yang luar biasa sekaligus cadangan
pengetahuan dan iman yang mumpuni untuk Gorontalo Utara mesti mengalah
dengan alasan yang dilogikakan Negara yakni mengakui kalah dengan
alasan keamanan dan ketertiban. Logika purba yang tak pernah lepas dari
memori kita, yang sebenarnya sudah seharusnya menjauhkan diri dari Orde Baru 
effect. 
Thoriq
pun tersungkur dengan selisih 60 an suara. Sebuah beda yang begitu
tipis untuk sekian puluh ribu suara di Gorontalo Utara. 

Menulis
pendapat ini adalah sebuah yang celaka bagi saya dalam persepsi orang
Gorontalo kita. Karena semestinya, yang kita tulis pasca kemenangan dan
hasil pilkada yang sah adalah menulis sejarah/kisah yang menang.
Lagi-lagi, dalam benak masyarakat kita, logika ekonomi menjadi faktor
utama. Tetapi, menuliskan kisah yang tragik tentang  fenomena Thoriq
adalah sebuah tanggungjawab kemanusiaan dan akademik saya tentang seorang muda
yang semestinya menjadi suri teladan bagi kita masyarakat Gorontalo
yang kekurangan stok calon pemimpin yang berjiwa bersih.

Dari
Thoriq lah kita bisa berkaca bahwa modal kapital, performance, tebaran
baliho dan stiker, dukungan parpol bahkan partisipasi elit pun bukan
faktor-faktor penentu dalam setiap momentum politik maupun sosial.
Thoriq telah berhasil menelanjangi persepi kita tentang politik adalah
sesuatu yang mahal, penuh tipu muslihat bahkan saling meniadakan adalah
sesuatu yang salah. Thoriq membalik semua itu. Ia menunjukkan bahwa
kewibawaan ilmu, kelurusan niat, kebesaran jiwa, keteguhan hati, dan
luasnya iman adalah faktor utama sekaligus modal awal yang semestinya
kita jadikan fondasi dalam berbuat.

Akhir
kata, saya hanya bisa menyimpulkan 

[GM2020] Pilkada Gorut : Thoriq Menang, Walau Kalah Suara!

2008-12-04 Terurut Topik Funco Tanipu
Pilkada Gorut : Thoriq Menang, Walau Kalah Suara!

Tadi malam saya ngobrol banyak dengan yang punya Gorontalo Barometer, Laode 
Aman, tentang hasil Pilkada di Gorut.

Saya
menuliskan pendapat ini untuk memberi warna yang dinamis pada
pelantikan Bupati Gorontalo Utara yang akan segera dilaksanakan.
Menurut saya, Thoriq tidak saja  fenomenal, tetapi juga berhasil menjadi sebuah 
monumental.
Thoriq menjadi fenomenal sekaligus monumental karena kita tahu bersama
bahwa ia adalah pemuda yang berumur dibawah 40 tahun, berstatus pegawai
negeri sipil, gaji dibawah 2 juta, performance yang pas-pasan, dan
(malahan) hanya didukung partai yang tak punya sejarah kemenangan di
Gorontalo.

Tetapi kenapa ia sedemikian fenomenal dan semonumental?
 
Dari
catatan memori dan rekam ingatan saya, Thoriq adalah seorang yang lugas
sekalgus tegas. Thoriq adalah pemuda yang memiliki modal semangat yang
luar biasa. Ia juga memiliki cadangan pengetahuan yang berlimpah.
Ia adalah pendakwah yang luar biasa. Thoriq dalam ingatan saya adalah seorang 
muda yang bisa mengawinkan
kekuatan verbal/visual dan kekuatan pena. Jarang manusia Gorontalo
memiliki kedua hal tersebut secara bersamaan. Thoriq menurut saya
adalah manusia tempaan alam. Ia adalah lelaki yang kita tahu bersama
sedari awal mempersiapkan Gorontalo Utara untuk menjadi sebuah
teritori. Saya ingat hal itu karena agenda PB HPMIG di awal
kepengurusan kami tahun 2005 silam adalah bersama-sama dia mendatangi
Mendagri untuk segera mengesahkan Gorontalo Utara. Ia bersama KPK
mengerahkan segala daya dan upaya untuk membangun urat nadi Gorut. Ia
(dan juga KPK) adalah ruh ideologis Gorontalo Utara.

Beberapa
saat kemudian, setelah Gorut resmi dan sah menjadi sebuah Kabupaten.
Thoriq pun menjajal kemampuan personal dan jaringan, setelah ia didesak
untuk masuk dalam bursa pencalonan.  Paket pun terjalin. Ia lantas
menggandeng Djafar Ismail dari PDI P untuk bersama-sama melanjutkan
cita-cita awal untuk membangun Gorut.

Pertarungan
yang sengit pun tak terhindarkan. Mobilisasi kapital merasuk ke
sendi-sendi kultural masyarakat Gorut yang secara genuine sama sekali
jauh dari instumen seperti itu. Ini dikarenakan masyarakat Gorut adalah
masyarakat yang terbuka, dimana faktor geografis membuat Gorut bisa
seperti itu. Wilayah Gorut yang berada di bibir samudra pasifik adalah
hal yang mengkonstruksi secara alamiah modal sosial masyarakat Gorut.
Kapital yang ditransaksikan dalam model hidden agenda
kemudian ikut membawa suasana yang seharusnya penuh keterbukaan, fair
dan kompetitif malah terlihat seperti ajang perang Mahabarata.
Padahal, model seperti ini sudah seharusnya dilenyapkan dari otak kita.
Model purba ini pun coba dipaksakan dalam mobilisasi kapital demi
sebuah logika take and give.

Saya
sedari awal memperkirakan bahwa mutu pilkada yang seharusnya ideal,
bersih, profesional dan jauh dari unsur transaksi ekonomi purba tidak
akan terlaksana secara utuh. Padahal, saya terus terang berharap bahwa
pertarungan yang disuguhkan pada publik adalah pertarungan yang
ideologis, bermental kemanusiaan, berjiwa luhur dan menjauhkannya dari
mobilisasi kapital. Tapi, apalah daya, struktur ekonomi kita yang masih
terpenjara dalam logika elit tentunya hanya bisa tengadah/tunduk walau
tetap berusaha tak takluk.

Akhirnya, Thoriq yang menurut saya
memiliki modal sosial lokal yang luar biasa sekaligus cadangan
pengetahuan dan iman yang mumpuni untuk Gorontalo Utara mesti mengalah
dengan alasan yang dilogikakan Negara yakni mengakui kalah dengan
alasan keamanan dan ketertiban. Logika purba yang tak pernah lepas dari
memori kita, yang sebenarnya sudah seharusnya menjauhkan diri dari Orde Baru 
effect. 
Thoriq
pun tersungkur dengan selisih 60 an suara. Sebuah beda yang begitu
tipis untuk sekian puluh ribu suara di Gorontalo Utara. 

Menulis
pendapat ini adalah sebuah yang celaka bagi saya dalam persepsi orang
Gorontalo kita. Karena semestinya, yang kita tulis pasca kemenangan dan
hasil pilkada yang sah adalah menulis sejarah/kisah yang menang.
Lagi-lagi, dalam benak masyarakat kita, logika ekonomi menjadi faktor
utama. Tetapi, menuliskan kisah yang tragik tentang  fenomena Thoriq
adalah sebuah tanggungjawab kemanusiaan dan akademik saya tentang seorang muda
yang semestinya menjadi suri teladan bagi kita masyarakat Gorontalo
yang kekurangan stok calon pemimpin yang berjiwa bersih.

Dari
Thoriq lah kita bisa berkaca bahwa modal kapital, performance, tebaran
baliho dan stiker, dukungan parpol bahkan partisipasi elit pun bukan
faktor-faktor penentu dalam setiap momentum politik maupun sosial.
Thoriq telah berhasil menelanjangi persepi kita tentang politik adalah
sesuatu yang mahal, penuh tipu muslihat bahkan saling meniadakan adalah
sesuatu yang salah. Thoriq membalik semua itu. Ia menunjukkan bahwa
kewibawaan ilmu, kelurusan niat, kebesaran jiwa, keteguhan hati, dan
luasnya iman adalah faktor utama sekaligus modal awal yang semestinya
kita jadikan fondasi dalam berbuat.

Akhir
kata, saya hanya bisa menyimpulkan 

[GM2020] Hanya Lima PTN yang Raih Akreditasi A

2008-12-04 Terurut Topik ahmad fadhli
Hanya Lima PTN yang Raih Akreditasi A

Tanpa Akreditasi, Tidak Boleh Luluskan Mahasiswa
Kamis, 4 Desember 2008 | 00:57 WIB
Bandung, Kompas - Kesiapan perguruan tinggi untuk membangun sistem penjaminan 
mutunya dinilai masih sangat minim. Dari 55 perguruan tinggi yang mengikuti 
akreditasi institusi tahap I, hanya lima di antaranya yang telah meraih nilai 
sangat baik atau A.
Kelima perguruan tinggi itu adalah Universitas Indonesia, Institut Pertanian 
Bogor (IPB), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gadjah Mada (UGM), 
dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
Menurut Sekretaris Eksekutif Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi Adil 
Basuki Ahza, Rabu (3/12), di Bandung, tidak ada kaitan perolehan nilai A ini 
dengan reputasi internasional yang kebetulan dimiliki kelima perguruan tinggi 
negeri (PTN) ini.
”Tidak berkaitan dengan status kelas dunia. Tapi, secara faktual, kita tidak 
bisa membohongi diri kalau kelima perguruan tinggi ini punya kualitas lebih,” 
ungkap Basuki Ahza.
Ia melihat, ketidaksanggupan perguruan tinggi lain meraih nilai A lebih karena 
faktor ketidaksiapan diri. Serta, belum membangun sistem penjaminan mutu yang 
memadai.
Belum berani dinilai
Tahun 2008 ini, bahkan masih banyak perguruan tinggi yang belum berani dinilai. 
Dari kuota 50 perguruan tinggi yang dinilai, hanya 30 di antaranya yang terisi. 
Dan, hanya 25 yang lolos untuk dilakukan site visit (visitasi asesor). Visitasi 
dilakukan Desember ini. Untuk itu, Badan Akreditasi Nasional (BAN PT) 
berancang- ancang menghentikan sementara proses akreditasi ini di tahun depan.
Padahal, ia mengatakan, setiap program studi maupun perguruan tinggi negeri 
wajib untuk mengikuti akreditasi. ”Mereka (perguruan tinggi) lupa bahwa 
perguruan tinggi bisa kena pidana jika tidak segera memiliki akreditasi. 
Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, jika perguruan tinggi tidak 
terakreditasi, maka perguruan tinggi tersebut tidak boleh meluluskan 
mahasiswa,” ujarnya.
Menurutnya, ketentuan ini akan efektif berlaku selambat- lambatnya tahun 2012 
mendatang.
Di dalam Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Penyelenggaraan Pendidikan, 
ucapnya, bahkan disebutkan, hanya perguruan tinggi berakreditasi minimal B yang 
bisa meluluskan mahasiswa.
”Lulusan bisa menuntut penyelenggara program studi, dekan, atau rektor apabila 
klaim tentang akreditasi tidak betul dan mereka tidak bisa lulus,” kata Basuki 
Ahza.
Meski demikian, perguruan tinggi diperbolehkan mengajukan ulang penilaian 
setelah dua tahun pengajuan pertama, asalkan ada jaminan perbaikan.
Dalam kesempatan yang sama, Rektor Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) 
Bandung Prof Sunaryo Kartadinata mengakui, hasil akreditasi institusi sangatlah 
bergantung faktor kesiapan tiap perguruan tinggi. Namun, ia melihat, akreditasi 
institusi ini tidak lebih penting daripada akreditasi yang ada di tiap-tiap 
program studi. Sebab, ujung tombak akademik justru ada di program studi.
UPI saat ini memperoleh akreditasi B meski kampus ini sekarang memiliki aset 
gedung mewah bernilai sekitar Rp 500 miliar. (jon)
 


Manusia yang terbaik adalah yang paling banyak membaca, paling bertakwa, 
paling sering beramar ma'ruf nahi munkar, dan paling gemar menjalin hubungan 
silaturahmi.  (Muhammad SAW).


  Selalu bersama teman-teman di Yahoo! Messenger. Tambahkan mereka dari 
email atau jaringan sosial Anda sekarang! http://id.messenger.yahoo.com/invite/


[GM2020] UNG mo pindah ke Limboto? (Bustamil Hinta)

2008-12-04 Terurut Topik ahmad fadhli
AKHIRNYA NYERAH JUGA YAH...ADA LAGU NYA NEH..

KAU YG MULAI..KAU YANG MENG AKHIRI..dst

HIHIHIHI...

BOLOMAAPU...

--- Pada Sel, 2/12/08, bustamil hinta [EMAIL PROTECTED] menulis:

 Dari: bustamil hinta [EMAIL PROTECTED]
 Topik: [GM2020] Re: Bls: UNG mo pindah ke Limboto? (Bustamil Hinta)
 Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
 Tanggal: Selasa, 2 Desember, 2008, 9:46 PM
 Hahahaha, oke deh, nyerah daku Ibu Sitti. Yang keroyokan
 'pinter2' ;) 
 
 kapan2 kita sambung lagi 'petualangan' ke MARS-nya,
 dan jangan lupa
 pooli te/ti fans2 UNG ini punya tanggung jawab cepat2
 pulang bangun
 UNG supaya lebih maju. saya khawatir, karena tongkrongin
 milis
 nunggu/merespon postingan yang 'sangar', sampai
 mengganggu tugas2
 tuan2. kalau terganggu, dikhawatirkan pulang hanya dapat
 ilmu TOEFL
 aja. Usahakan lulus dengan membawa kultur
 kritis-intelektual baru di
 kampus merah plus semangat profesional dengan disiplin
 masing2. supaya
 nanti bisa memberi sesuatu yang bermanfaat buat
 memperkuat,mengkritisi
 dan menyempurnakan program2 pemprov/pemkot/pemkab ;) 
 dan jangan kalo pulang, tugas mangajar dititip ke ass do6
 pooli waa..
 
 dan satu lagi, ana bukan ustad suup. ustadz itu te Pak
 Mansur Martam
 (Cairo-Al Khairaat), atau ustas Richie ;)
 
 Salam sayang buat UNG
 semoga cepat 'gede' ya, hehehehe ;)
 jang marah2 pooli wa..hahahahahaha
 
 
 --- In gorontalomaju2020@yahoogroups.com, Sitti
 Zumbrunn Uno
 [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  
  Kak Rini..kalau te Bullshit [:D]
 ...eh..salah..Bustamil ini cocok
  motinggal dijufiter...bukan
 dimarswakakakkaak..tanya kenapa?
  
  Bravo UNG ..benahi diri for the next Generation
 [=D]  [=D]
  Yess...We Can.!!
  
  wass
  
  szu [:D]
  
  
  --- In gorontalomaju2020@yahoogroups.com, MARINI
 HAMIDUN
  marinish70@ wrote:
  
   Wiih..., botutuluhu ti ustadz botiiiy... asali
 olo ja huwo2o... napa
  depe pertanyaan n stetmen ini madelo org baru bangun
 dari tidor
  panjang.. (cuma madelo polii ini wa, tdk menuduh
 uwty..). bo persoalan
  mangiri ini stow.. mo maso UNG tdk ditrima
 (kaeee..), suka skola di
  LN bo tdk lolos n lulus.. (kalllee juga siich..)...
 jadinya... yaaah...
  gitcu deeh..
   Eh, tunggu dulu Tien, nt bilang dia Ustadz...? yg
 bagini dibilang
  ustadz...? gmn depe jamaah nanti yee.. so butul itu
 peribahasa Ustadz
  kencing berdiri, jamaah kencing di calana
 lari2.. hehehe..
   Ustadz itu yg saya tau, logika berpikirnya luas n
 positif, kata2nya
  bijak (yg pasti tdk kasar dan pasar), berbicara
 berdasarkan
   fakta yg valid dan
   menyampaikan kritik dengan cara dan bahasa yang
 halus.. tapi kalo
  model ti Ust Bust bagini...? jauh panggang dari api
 booo... Saya pikir
  org2 di sekitarnyapun tau model n kapasitasnya,
 buktinya dlm pemilihan
  ketua SSG, Te Kilo (baca: UNG) menang mutlak dari te
 Ust Bust yang
  NL BASAR...!!! sesama SSG (ST 29) saja tidak
 ada yg mempercayai
  dan memilihnya.. jang tanya kenapa!! so tau to..??
   Tmn2... ini baru depe yunior2 UNG bicara, kalo so
 depe senior yg turun
  tangan bo somo dapa ba'alo stouw.. ba'alo
 binde maksudnya.. hehe..
   Bolo maapu Ust Bust.. bukan marah ini juu, cuma
 lucu aja baca ti Ust
  Bust pe postingan seperti org yang baru belajar
 merangkai kata.. tapi
  sayangnya kata2nya dipelajari di pasar..
   Salam
   damai.. jangan memelihara kesombongan dan
 pobibialo.. padi itu makin
  berisi dia makin merunduk.. tetapi yg utama janganlah
   memelihara ketidaktahuan.. karena ini akan
 menjadikan ti Ust Bust
   bagaikan katak di bawah tempurung, ataupun rusa
 masuk kampung. Sama
  deng nt bilang Tien, anjing menggonggong, kafilah
 berlalu. Wiih.. maksa
  banget... malali kebun binatang uuwty..
  
   Wassalam
   Marini, yg lagi main cur-cur dgn dosen pembimbing
 di bogor.. eh, somo
  basambunyi di MARS jo ah... hehe... jadi ingat cerita
 novel2 karya J.D.
  Robb tentang Polisi cantik Letnan Eve Dallas 
 Milyuner tampan Roarke
  dmn MARS menjadi bumi ke2 yg dihuni oleh manusia,
 tetapi keadaan di sana
  jauh lebih high n canggih dari yg di bumi... sama deng
 UNG yg somo
  pindah ke MARS.. huhuhihihehe..
  
   --- Pada Sen, 1/12/08, titien
   mohammad titienf_m@ menulis:
   Dari: titien mohammad titienf_m@
   Topik: Re: [GM2020] Re: Bls: UNG mo pindah ke
 Limboto? (Bustamil
  Hinta)
   Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
   Tanggal: Senin, 1 Desember, 2008, 10:12 PM
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
   Dear pak ustadz Bustamil Hinta.. ( saya
 dengar ti pak ini pak
  ustadznya SSG ya?? he.he..)
   Â
   Â
   Saya pikir teman2Â termasuk saya yang meresponse
 email nya pak
  ustadz itu karna email pak ustadz sendiri yangÂ
 generate emosi
  fans UNG.. Gimana nggak.. Belum apa2 pak
 ustadz langsung meng
  understimate wacana pengembangan ( yang
 bapak sebut Perpindahan)
  ke Limboto dengan kata-kata.. BIAR LEH MO PINDAH
 DI MARS.. trus
  diikuti dengan saran2 yang kayaknya mungkin hanya
 keluar dari anak2 SD
  yang belajar  teasing 

[GM2020] Fw: The winter issue is here!

2008-12-04 Terurut Topik Bakri Arbie


--- On Thu, 12/4/08, Stanford Social Innovation Review (SSIR) [EMAIL 
PROTECTED] wrote:
From: Stanford Social Innovation Review (SSIR) [EMAIL PROTECTED]
Subject: The winter issue is here!
To: [EMAIL PROTECTED]
Date: Thursday, December 4, 2008, 4:19 PM

Trouble viewing this e-mail? Click here.



#yiv302141360 td, #yiv302141360 div, #yiv302141360 a {
font:12px Arial, Helvetica, Sans Serif;}

#yiv302141360 a:link {
color:#99;}

#yiv302141360 a:visited {
color:#BC5050;}

#yiv302141360 a:active {
color:#FAB400;}

#yiv302141360 a:hover {
color:#FAB400;}
#yiv302141360 .style15 {font-size:11px;color:#00;}
#yiv302141360 .style23 {color:#3760A0;}
#yiv302141360 .style33 {font-size:11px;color:#00;font-weight:bold;}
#yiv302141360 .style32 {color:#66;}
#yiv302141360 .style16 {font-size:11px;}



 


































  The winter edition of the Stanford Social Innovation Review
is now
available online. The print version is just starting to arrive in
mailboxes across the country and around the world. Look for your copy
soon!  
   Highlights: Winter 2009 Issue

  
  
FEATUREs   
  Lobbying for Good 

In their efforts to be socially responsible, most companies fail to
wield their most powerful tool: lobbying. Yet corporations such as Mary
Kay, Royal Dutch Shell, and General Motors are increasingly leveraging
their deep pockets, government contacts, and persuasive powers for the
cause of good. Not all kinds of socially responsible lobbying are
created equal, however. The authors discuss which forms are best for
companies and society. 



The New Volunteer Workforce 

Nonprofits rely heavily on volunteers, but most CEOs do a poor job of
managing them. As a result, more than one-third of those who volunteer
one year do not donate their time the next year—at any nonprofit. That
adds up to an estimated $38 billion in lost labor. To remedy this
situation, nonprofit leaders must develop a more strategic approach to
managing this overlooked and undervalued talent pool. The good news is
that new waves of retiring baby boomers and energetic young people are
ready to fill the gap. 
  


QA 
William Brindley—SSIR
managing editor Eric Nee spoke with NetHope's CEO, William Brindley,
about how international aid organizations can use information
technology to save lives .



Case study  
In the Black with BRAC

Serving more than 110 million people per year, BRAC is the largest
nonprofit in the world. Yet it doesn't receive the most charitable
donations. Instead, BRAC's social enterprises generate 80 percent of
the organizations' annual budget. These revenues have allowed the
organization to develop, test, and replicate some of the world's most
innovative antipoverty programs. 







 The Latest From the SSIR Blog

  
  Perla Ni: 


 Nonprofit Gift Cards Expected to Boom This Holiday Season



With five young neices and nephews, I've been yearning to find a way
to give them meaningful holiday presents (and avoid the malls). So I'm
thrilled to discover, as many Americans are doing this holiday, the
easy and creative option of giving charity gift cards. While many
people are trimming back their holiday spending, nearly half of
Americans said they are more likely to give a charitable gift as a
holiday present, according to Harris Interactive. People are buying
charity gift cards—cards redeemable as a donation towards a
nonprofit—for their relatives as holiday gifts. Corporations are buying
them for clients in appreciation of their business, or as employee
rewards. Many of them are customizing their own gift cards or creating
an e-gift card sent via email.
  
  

Here's some of the more popular nonprofit gift cards available. This is
not a comprehensive list—please chime in below and add others you've
heard about! 

Continue reading this post 




  
Give the gift of SSIR!
 A gift subscription to the Stanford Social Innovation Review
is a great way to tell your friends and family that you recognize their
commitment to changing the world. Subscribe now at our special $39.95
rate!



 


  
 

PARTNERS
From nonprofit market intelligence to better business decisions 
The fastest way to get there?  GuideStar Premium.  Spend less time searching 
and more time putting actionable intelligence to work—whether you're dealing 
with grant proposals, benchmarking your own organization, or researching the 
nonprofit sector. Take the express lane: www.guidestar.org/premium.
Advancing Socially and Environmentally Responsible Supply Chains: Innovation, 
Integration, Incentives
Most companies and organizations have expanded and improved their
supply chain's social and environmental practices. That's good, but
it's not enough. Featuring all new speakers and topics, this conference
examines strategies companies can utilize to take supply chain 

[GM2020] Re: Tenaga Listrik Open Source

2008-12-04 Terurut Topik arbiebakri
Yth Bung Sofyan,

Saya sedang scan teknologi algae-fuel,yang barangkali baik untuk
pesisir pantai.Begitu pula teknologi ombak dengan turbin khusus,suatu
teknologi yang bagus untuk pantai yang ombaknya cukup tinggi sepanjang
tahun dan juga mikro-hidro.Semua bisa dikelola sebagai energi
pedesaan/kecamatan.Mohon dilihat di www.algaelink.nl,mikrohidro desain 
LIPI,Subang dan klik wave-energy.Odu olo.




--- In gorontalomaju2020@yahoogroups.com, Sofyan Uli [EMAIL PROTECTED]
wrote:

 Skrg sedang digalakkan semangat Open Source. Harapan saya semangat
open source ini bisa di realisasikan bukan cmn di IT, tapi semua
bidang kehidupan terutama yg skrg ini lagi hangat-hangatnya digalakkan
tentang bidang energy terbarukan. 
 Kondisi geografis Indonesia dan letaknya yang berada di daerah
tropis, dan dilintasi oleh deretan gunung api dunia membuat negeri ini
memiliki banyak sumber energi terbarukan. Energi terbarukan tidak
menghasilkan radiasi dan juga tidak menambah buruk efek pemanasan
global yang mengakibatkan perubahan iklim.
 Energi terbarukan tersebut belum dikelola secara optimal, dapat
dilihat dari cetak biru (blue print) pengelolaan energi nasional
2005-2025, yakni:  PLTA: 2,4 %, Panas Bumi: 3,8 % dan energi
terbarukan lainnya meliputi mikrohidro, bio fuel, surya, angin,
biomassa dan fuel cell sebesar  4,4 %. 
 
 Skrg kita hidup dijaman dimana ilmu pengetahuan tampa batas. Dan
semuanya free. Bahkan open source. 
 Smoga di tahun depan nanti kebijakan pemerintah tentang kelistrikan
lebih mengutamakan kepentingan rakyat dari pada kepentingan project
sesaat. 
 Seperti apa itu tenaga listrik open source. Mari kita diskusikan
bersama-sama.
 
 BR//
 Sofyan Uli
 
 
   Nikmati chatting lebih sering di blog dan situs web. Gunakan
Wizard Pembuat Pingbox Online. http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/





Balasan: [GM2020] Pilkada Gorut : Thoriq Menang, Walau Kalah Suara!

2008-12-04 Terurut Topik N. Syamsu Panna
Setidaknya kekuatan kapital yang nt bilang itu masih dapat diimbangi oleh 
idealisme meski hanya terpaut 57 suara saja (61 dikurangi 4 suara yang dianulir 
MK).

57 suara = hanya 1/1000 dari jumlah pemilih di Gorut yang berjumlah sekitar 
60ribuan).


http://www.hukumonline.com/detail.asp?id=20566cl=Berita



Funco Tanipu [EMAIL PROTECTED] wrote: Pilkada 
Gorut : Thoriq Menang, Walau Kalah Suara!

Tadi malam saya ngobrol banyak dengan yang punya Gorontalo Barometer, Laode 
Aman, tentang hasil Pilkada di Gorut.

Saya menuliskan pendapat ini untuk memberi warna yang dinamis pada pelantikan 
Bupati Gorontalo Utara yang akan segera dilaksanakan. Menurut saya, Thoriq 
tidak saja  fenomenal, tetapi juga berhasil menjadi sebuah monumental. Thoriq 
menjadi fenomenal sekaligus monumental karena kita tahu bersama bahwa ia adalah 
pemuda yang berumur dibawah 40 tahun, berstatus pegawai negeri sipil, gaji 
dibawah 2 juta, performance yang pas-pasan, dan (malahan) hanya didukung partai 
yang tak punya sejarah kemenangan di Gorontalo.

Tetapi kenapa ia sedemikian fenomenal dan semonumental?
 
Dari catatan memori dan rekam ingatan saya, Thoriq adalah seorang yang lugas 
sekalgus tegas. Thoriq adalah pemuda yang memiliki modal semangat yang luar 
biasa. Ia juga memiliki cadangan pengetahuan yang berlimpah. Ia adalah 
pendakwah yang luar biasa. Thoriq dalam ingatan saya adalah seorang muda yang 
bisa mengawinkan kekuatan verbal/visual dan kekuatan pena. Jarang manusia 
Gorontalo memiliki kedua hal tersebut secara bersamaan. Thoriq menurut saya 
adalah manusia tempaan alam. Ia adalah lelaki yang kita tahu bersama sedari 
awal mempersiapkan Gorontalo Utara untuk menjadi sebuah teritori. Saya ingat 
hal itu karena agenda PB HPMIG di awal kepengurusan kami tahun 2005 silam 
adalah bersama-sama dia mendatangi Mendagri untuk segera mengesahkan Gorontalo 
Utara. Ia bersama KPK mengerahkan segala daya dan upaya untuk membangun urat 
nadi Gorut. Ia (dan juga KPK) adalah ruh ideologis Gorontalo Utara.

Beberapa saat kemudian, setelah Gorut resmi dan sah menjadi sebuah Kabupaten. 
Thoriq pun menjajal kemampuan personal dan jaringan, setelah ia didesak untuk 
masuk dalam bursa pencalonan.  Paket pun terjalin. Ia lantas menggandeng Djafar 
Ismail dari PDI P untuk bersama-sama melanjutkan cita-cita awal untuk membangun 
Gorut.

Pertarungan yang sengit pun tak terhindarkan. Mobilisasi kapital merasuk ke 
sendi-sendi kultural masyarakat Gorut yang secara genuine sama sekali jauh dari 
instumen seperti itu. Ini dikarenakan masyarakat Gorut adalah masyarakat yang 
terbuka, dimana faktor geografis membuat Gorut bisa seperti itu. Wilayah Gorut 
yang berada di bibir samudra pasifik adalah hal yang mengkonstruksi secara 
alamiah modal sosial masyarakat Gorut. Kapital yang ditransaksikan dalam model 
hidden agenda kemudian ikut membawa suasana yang seharusnya penuh keterbukaan, 
fair dan kompetitif malah terlihat seperti ajang perang Mahabarata. Padahal, 
model seperti ini sudah seharusnya dilenyapkan dari otak kita. Model purba ini 
pun coba dipaksakan dalam mobilisasi kapital demi sebuah logika take and give.

Saya sedari awal memperkirakan bahwa mutu pilkada yang seharusnya ideal, 
bersih, profesional dan jauh dari unsur transaksi ekonomi purba tidak akan 
terlaksana secara utuh. Padahal, saya terus terang berharap bahwa pertarungan 
yang disuguhkan pada publik adalah pertarungan yang ideologis, bermental 
kemanusiaan, berjiwa luhur dan menjauhkannya dari mobilisasi kapital. Tapi, 
apalah daya, struktur ekonomi kita yang masih terpenjara dalam logika elit 
tentunya hanya bisa tengadah/tunduk walau tetap berusaha tak takluk.

Akhirnya, Thoriq yang menurut saya memiliki modal sosial lokal yang luar biasa 
sekaligus cadangan pengetahuan dan iman yang mumpuni untuk Gorontalo Utara 
mesti mengalah dengan alasan yang dilogikakan Negara yakni mengakui kalah 
dengan alasan keamanan dan ketertiban. Logika purba yang tak pernah lepas dari 
memori kita, yang sebenarnya sudah seharusnya menjauhkan diri dari Orde Baru 
effect. 
Thoriq pun tersungkur dengan selisih 60 an suara. Sebuah beda yang begitu tipis 
untuk sekian puluh ribu suara di Gorontalo Utara. 

Menulis pendapat ini adalah sebuah yang celaka bagi saya dalam persepsi orang 
Gorontalo kita. Karena semestinya, yang kita tulis pasca kemenangan dan hasil 
pilkada yang sah adalah menulis sejarah/kisah yang menang. Lagi-lagi, dalam 
benak masyarakat kita, logika ekonomi menjadi faktor utama. Tetapi, menuliskan 
kisah yang tragik tentang  fenomena Thoriq adalah sebuah tanggungjawab 
kemanusiaan dan akademik saya tentang seorang muda yang semestinya menjadi suri 
teladan bagi kita masyarakat Gorontalo yang kekurangan stok calon pemimpin yang 
berjiwa bersih.

Dari Thoriq lah kita bisa berkaca bahwa modal kapital, performance, tebaran 
baliho dan stiker, dukungan parpol bahkan partisipasi elit pun bukan 
faktor-faktor penentu dalam setiap momentum politik maupun sosial. 

Re: Bls: [GM2020] SERBU...? (REFLEKSI) = SERba aBUnawas?

2008-12-04 Terurut Topik titien mohammad
Secara betina ( he.he..karna saya perempuan tidak bisa mobilang jantan..)  
saya olo minta maaf kalo ti pak Bustamil sempat mahengo deng ana pe email.. 
he.he..

Seperti ti pak Ikbal Salam Konal buat anda.. semoga segala yang mengganjal di 
Milist ini gak akan terbawa2 sampe di kemudian hari.. yang di udara di udara 
jo..jangan sampe bawa ke darat depe perselisihan..

I will let you in peace.. ( ha.ha...madelo tamammate..) maksudnya salam 
damai..lol..


okay.. 


wassalam..

yang lagi menikmati indahnya melbourne di musim panas.. 

 
Titien FM






From: iqbal makmur [EMAIL PROTECTED]
To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Sent: Friday, December 5, 2008 2:35:52 AM
Subject: Re: Bls: [GM2020] SERBU...? (REFLEKSI) = SERba aBUnawas?


Plok..plok.. plok..plok. . Benar2 mencerahkan. .
Honestly, Di Milis GM 2020 hanya dua orang yang bisa menulis sebaik ini. Yang 
satunya lagi Bung Irwan Uno, sayang beliau sudah lama tidak aktif. 
Melalui email ini juga dengan kerendahan hati saya mohon maaf pada Bung 
Bustamil Hinta karena mungkin saya yang dianggap memimpin pengeroyokan yang 
dimaksud. Tujuan saya merespon beliau dengan agak keras juga semata-mata karena 
ingin melihat sebaik apa dia bisa bertahan terhadap pukulan balik. Apa yang dia 
rasakan sekarang itulah yang kami rasakan sebagai bagian dari civitas UNG yang 
merasa di under estimate. Kita sama-sama sudah maju terlalu jauh, tapi tetap 
ada saatnya kita berhenti untuk melihat apakah sudah benar jalan yang kita 
lalui. 
Bung Bustamil Hinta.. Saya ulurkan salam persahabatan buat anda dihadapan semua 
milister. Buat teman-teman UNG, saya bangga dengan loyalitas yang sudah 
diperlihatkan selama ini, meskipun saya rasa itu tidak cukup kalau tidak 
dibarengi dengan usaha untuk memperbaiki diri dan meningkatkan pengabdian kita 
terhadap lembaga tercinta dan masyarakat pada umumnya.
Buat pak Syam, terimakasih tulisannya..
Terakhir, Boleh pinjam koleksi cerita Abunawas nya pak? saya perhatikan semua 
tulisan pak Syam selalu diakhiri dengan anekdot sang Abu, hehehe...

Wassalam,
Mohamad Iqbal Makmur
Fak. Pertanian UNG

--- On Thu, 12/4/08, sukirman rahim [EMAIL PROTECTED] com wrote:

From: sukirman rahim [EMAIL PROTECTED] com
Subject: Bls: [GM2020] SERBU...? (REFLEKSI)
To: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com
Date: Thursday, December 4, 2008, 4:49 AM


SERBU...!!!
 
Serbu...maju. ..pantang mundur...
Demikianlah komando panglima dan pejuang Islam terkenal, Jabal Thariq ketika 
menyerbu daratan Eropa. Beliau menyeberang selat, yang sekarang dinamai 
Gibraltar untuk mengabadikan nama panglima gagah berani tersebut, bersama 
10.000 orang pasukannya. Beliau membakar hangus perahu-perahu yang ditumpangi 
pasukannya sehingga tidak ada jalan mundur, kecuali maju atau mati syahid...Dan 
sejarah menunjukkan, mereka menang dan dimulailah dominasi kebudayaan Islam di 
tanah Eropa terutama Spanyol...
Serbu... 
Mungkin itu kata yang tepat untuk menggambarkan kondisi teman saya Bustamin 
Hinta, penghuni asrama Salemba dan aktifis SSG, yang ”diserbu” dan ”dikeroyok” 
rekan dan adik-adik saya dari UNG, ketika dia ”menjewer” UNG melalui tulisannya 
yang to the point, tanpa basa-basi, tanpa tedeng aling-aling. Maka adalah 
`wajar jika laskar UNG pun berekasi, menyerbu dan berani mati demi eksistensi 
lembaganya. Kritik apalagi dikemas dengan kata-kata yang kurang enak didengar, 
pasti membuat telinga menjadi merah. Merah karena marah, sewot, dongkol, 
uring-uringan dan akhirnya ”lost control” yang bisa berakibat fatal. Bisa 
terjadi adu jotos dan adu argumentasi yang tidak jarang keluar dari materi yang 
sebenarnya. 
    Sebuah kritik, apa pun konteks dan materinya seharusnya dijadikan 
masukan untuk introspeksi. Entah benar atau tidak, tetap kita pandang positif. 
Dan satu lagi, si pengkritik berarti merasa memiliki UNG. Sebab harus diingat, 
UNG adalah milik Gorontalo, bahkan milik Indonesia, jadi siapapun yang 
melakukan kritik, ”monggo mas”. Kritik akan selalu membuat kita mawas diri, 
evaluasi diri dan akhirnya memperbaiki diri. Tapi hati-hati, kritik jika tidak 
dikemas secara bijak, akan mengarah dan dipandang sebagai hujatan, pelecehan, 
ejekan, memandang remeh. Ambil contoh ”akh...apa itu UNG, gak ada apa-apanya”. 
Ini adalah kritik, tapi karena dikemas kurang baik dan terkesan apriori maka 
akhirnya dipandang sebagai ”memandang remeh”. 
    Bukankah Rasulullah SAW telah memberi teladan yang sangat baik 
dalam pergaulan antar sesama? Beliau tiba-tiba berdiri ketika mayat orang 
Yahudi lewat sehingga para sahabat heran dan bertanya ”mengapa baginda berdiri 
padahal dia orang Yahudi?” Dengan senyum beliau menjawab, ”kita harus hormati 
dia sebagai manusia, jangan pandang remeh orang lain bahkan mayat Yahudi 
sekalipun”. Dalam berbagai majelis pun beliau selalu memberi kritik atau saran 
sehingga orang yang dikritik tidak menjadi marah. Sungguh elok dan mulia akhlak 
Rasulullah SAW, mudah-mudahan kita menjadi ummatnya yang setia. 

Re: [GM2020] Nobel buat google

2008-12-04 Terurut Topik Agus Lahinta
Uyan saya jadi ingat minggu lalu waktu ikut Rakorwil APTIKOM (Asosiasi
Perguruan Tinggi Informatika dan Komputer) di Makassar, disana ketua Umum
APTIKOM Pusat Prof. Ricardus eko Indrajit mengatakan bahwa Acuan (silabus)
mata kuliah dari APTIKOM itu dari Google, sedkit bercanda sih dia
mengatakannya karena memang bawaan Prof Eko suka bercanda, tapi memang
benar, karena terkadang saya mengambil materi-materi uliah untuk penyusunan
SAP dan SILABI dari Google.

regards,
a/L

2008/12/3 Sofyan Uli [EMAIL PROTECTED]

   google sudah jadi nasi buat saya tiap hari, dan saya rasa harus jadi
 kurikulum wajib as information search tool
 buat setiap pelajar disekolah.
 Bahkan skrg sudah banyak alumni2 google
 yang kualitasnya setara lulusan s3 MIThehehehe ada nggak yah?
 google adalah jembatan emas buat informasi apapun around the globe,
 kalo kelak sudah tidak ada batas2 negara  menuju
 evolusi manusia yang lebih baik (melalui transparansi informasi
 yang sudah borderless ini) , *saya rasa google harusnya dapat Nobel *

 Best Regards
 Sofyan Uli http://end.web.id
 http://end.web.id
 Call me through Skype or YM or GTalk with ID : sofyanuli
 Facebook, Friendster, and Myspace with username : [EMAIL PROTECTED]

 --
  Kenapa BBM mesti naik? Apakah tidak ada solusi selain itu?
 http://id.answers.yahoo.com/question/index;_ylt=AgSYJFFQXU6AkI2Gkm1IrTbJRAx.;_ylv=3?qid=20080519070710AAiwLgz
 Temukan jawabannya di Yahoo! Answers!
 



[GM2020] Laskar Pelangi : Ribuan Penonton Kekhawatiran (Agus Lahinta)

2008-12-04 Terurut Topik Funco Tanipu
 « aguslahinta.com http://aguslahinta.com/?p=54
 Laskar Pelangi: ribuan penonton dan kekhawatiranhttp://aguslahinta.com/?p=58

Dec 4th, 2008 by aguslahinta http://aguslahinta.com/?author=1

*…bahwa hiduplah untuk memberi sebanyak-banyaknya bukan untuk menerima
sebanyak-banyaknya...(Harfan Efendi Noor)*

[image: Anggota Laskar
Pelangi]http://aguslahinta.com/wp-content/uploads/2008/12/anggota20lp.jpg

Anggota Laskar Pelangi (asli)

*Laskar Pelangi, film fenomenal di tahun 2008 ini akhirnya bisa didatangkan
dan diputar secara besar-besaran dan Gratis di Gorontalo. *

Awal dari pemutaran film ini sebenarnya telah dibicarakan oleh beberapa
teman-teman tentang siapa yang akan mendatangkan dan siapa yang akan
mensponsori dan lain-lain. Saya jadi teringat perbincangan dengan Ramang dan
Deby mengenai rencana pemutaran film ini di Gorontalo. Dan dalam diskusi
sebelumnya persiapan berupa loby dan penawaran proposal telah dilaksanakan,
namun belum dapat dipastikan kapan realisasinya.

Sampai pagi tanggal 2 Desember 2008, saya mendapat sms dari staff saya yang
mengatakan akan ada rapat untuk persiapan acara besok. Saya kaget, acara apa
yang akan berlangsung besok sehingga saya harus hadir untuk memimpin rapat?

*besok ada pemutaran Film Laskar Pelangi…*

*What!!!, Laskar Pelangi?* Siapa yang mendatangkan Film itu, kok saya tidak
diberitahukan dari awal?, beragam pertanyaan datang namun saya acuhkan
karena saya bergegas ke civica tv untuk mempimpin rapat. Sampai di studio
telah ada beberapa teman-teman yang akan menghadiri rapat. Saya langsung
mempersiapkan staff saya untuk membuka rapat dan menceritakan kronologis
Film Laskar Pelangi 'tiba' di Gorontalo. Ternyata Film ini didatangkan atas
inisiatif Prof Nelson selaku Ketua PGRI Gorontalo dan juga Rektor UNG,
setelah menonton film ini di Jakarta dan beliau segera berinisiatif untuk
menghadirkan juga di Gorontalo dan Gratis!!!.

Segera persiapan dilakukan, walaupun tidak ditangani oleh tim besar, karena
harus disiapkan adalah tempat dan sound system. Persiapan yang lain telah
dibawa langsung oleh crew dari MILES Production.
[image: Guru-guru nonton
LP]http://aguslahinta.com/wp-content/uploads/2008/12/dsc_09232.jpg

Guru-guru nonton LP

Siang itu kami (Saya, Eduart dan Yudin dari 79ners Team Work) mengajak crew
LP untuk makan siang sambil mendiskusikan setting tempat untuk pemutaran
besok. Direncanakan Besok (3 Des) Film akan diputar sebanyak 3 kali. 2 kali
di Gedung Serba Guna khusunya untuk Guru dan Dosen (Pukul 10 dan 1 siang)
dan malamnya di Lapangan pukul 7 dan terbuka untuk umum. Setelah perencanaan
dan penentuan tempat diputuskan, malamnya para Crew dan EO mempersiapkan
setting semuanya. Dan malam itu tepat Pukul 22:00, saya menyempatkan untuk
menonton Laskar Pelangi dengan beberapa teman. Itu menjadi saat pertama saya
menyaksikan LP.

Besok pagi sesuai dengan rencana, setelah Upacara peringatan Hari Ulang
Tahun PGRI maka para Guru peserta upacara akan datang menyaksikan film ini.
tepat pukul 10:00 acara dimulai dengan sambutan dan pengantar kata dari
Ketua PGRI dan langsung dilanjutkan dengan Pemutaran Film. Penonton yang
semuanya Guru ini nampak terhanyut dengan jalan cerita yang disajikan, dan
ternyata pemandangan unik dari suasana saat itu, karena hampir sebagian
besar penonton menggunakan seragam PGRI. Hal ini juga seperti yang
disampaikan oleh Mas Dicky (Crew MILES Production) bahwa baru pertama kali
ini selama mereka mengadakan Road Show ada penonton dalam jumlah yang besar
dengan mengunakan seragam.
[image: nonton bareng di
UNG]http://aguslahinta.com/wp-content/uploads/2008/12/dsc_08121.jpg

nonton bareng di UNG

Pemutaran Film Jam pertama berakhir hingga pukul 12:00. Segera kami bebenah
(terutama) tempat dirapikan kembali untuk pertunjukan selanjutnya.
Pertunjukan selanjutnya yang direncanakan akan dilakukan pukul 13:00
akhirnya molor ke pukul 14:00. Sebelum pemutaran yang kedua, nampak cuaca
Gorontalo agak kurang bersahabat. Nampaknya akan hujan tak lama lagi. Kami
(panitia) mulai merasakan kekhawatiran karena rencana untuk mengadakan
pertunjukan di lapangan nanti malam akan terganggu.

Dan sebelum pemutaran jam ke 2, ternyata hujan sudah 'menyapa' kita dan kita
hanya berharap untuk hujan segera berakhir dan rencana untuk pertunjukan di
lapangan dapat terlaksana.

Sampai selesai pertunjukan ke dua, hujan belum berhenti. Saat iku kami
merasa bahwa pemutaran di lapangan nanti malam tidak memungkinkan, alasan
mendasar adalah lokasi *becek *dan khawatir akan ada hujanlagi nanti malam,
jadinya malah *misbar *alias Gerimis Bubar. Akhirnya setelah mengadakan
diskusi dengan para crew dan panitia juga Pak Rektor akhirnya pertunjukan
malam diadakan (tetap) di Gedung Serba Guna dengan 2 kali pemutaran apabila
jumlah pengunjung membludak.
[image: crowded]http://aguslahinta.com/wp-content/uploads/2008/12/crow1.jpg

crowded
[image: crowded
lagi]http://aguslahinta.com/wp-content/uploads/2008/12/crow2.jpg

crowded lagi

Tepat pukul 19:30. pertunjukan malam dimulai. 

Bls: [GM2020] Re: Tenaga Listrik Open Source

2008-12-04 Terurut Topik Sofyan Uli
Terima kasih buat Suwito, Kibor dan Pak Bakrie atas tanggapannya...


Bung Suwito benar bahwa kita harus paham dulu apa definisi Open Source itu 
sendiri dalam dunia IT adalah seperti klik disini.

Intinya bahwa suatu program dapat dikategorikan sebagai program yang Open 
Source, maka program tersebut harus memenuhi syarat-syarat yang terdapat dalam 
definisi Open Source secara bersamaan dan pada semua keadaan. Definisi Open 
Source sendiri memiliki tujuan untuk melindungi proses Open Source dan menjamin 
perangkat lunak yang didistribusikan dengan menggunakan lisensi Open Source 
akan tersedia untuk peer review secara bebas dan dapat mengalami perbaikan 
terus menerus hingga dapat mencapai tingkat kehandalan serta menjaga 
kemungkinan menjadi produk yang Close Source. Istilah dari Open Source sendiri 
tidak semata-mata hanya berarti adanya keterbukaan untuk mengakses Source Code 
perangkat lunak, namun sebenarnya memiliki cakupan arti yang lebih luas.

Kembali ke laptop,
Bagemana dengan tenaga listrik di Indonesia saat ini? Berikut rangkuman artikel 
yang saya kutip dari www.sinarharapan.co.id oleh Muslimin B. Putra.

Ada dua dilemma yang berkembang saat ini tentang kelistrikan di Indonesia yakni 
penyediaannya harus dimonopoli oleh negara dan yang mengatakan perlunya 
privatisasi listrik. Bila dimonopoli negara seperti yang terjadi selama ini, 
PLN sebagai BUMN yang mengelola kelistrikan dapat seenaknya menentukan harga 
dasar listrik per KWH tanpa ada pilihan bagi konsumen. Sebaliknya bila 
diprivatisasi, listrik sebagai hajat hidup orang banyak akan ditentukan oleh 
pemodal, tetapi dengan ketersediaan pilihan. Namun pilihannya seperti apa? 
Inilah yang menjadi dilema kedua. Dalam sektor kelistrikan, peran negara tak 
dapat disangkal masih dibutuhkan. Dengan masih besarnya ketimpangan 
infrastruktur antar kawasan (Barat dan Timur) Indonesia, intervensi pemerintah 
sangat dominan dinantikan. Pemerataan hasil pembangunan akan diukur, salah 
satunya dengan pemerataan penyediaan energi listrik hingga ke pelosok negeri.

Konsep penguasaan negara terhadap sektor publik tertentu dalam literatur sering 
ditulis to be control atau to be regulated. Kekuasaan negara yang demikian luas 
peranannya selama Orde Baru, kini mendapat koreksi total dengan munculnya 
program privatisasi. Terlebih sejak privatisasi yang sangat kontroversial 
terhadap Indosat sehingga pemerintah tidak lagi menjadi pemegang saham 
mayoritas, melainkan beralih ke perusahan Singapura, sebagai pemilik baru. 
Idealnya, pemilikan bagi perusahaan luar (swasta nasional atau asing) pada BUMN 
strategis seperti Indosat cukup sampai 30 persen
Bila dicermati lebih jauh, memang terdapat kontradiksi antara rumusan 
konstitusi kita dengan prakteknya. Rumusan konstitusi kita yang menganut paham 
sosialisme, dalam prakteknya utamanya di masa Orde Baru bernuansa kapitalisme. 

Bagaimana dengan status PLN sebagai perusahaan terbatas sejak 1994? Apakah akan 
mengutamakan pencarian keuntungan sebesar-besarnya atau mengutamakan fungsi 
sosialnya. Listrik pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah 
kolonial Belanda sejak tahun 1897 di Batavia (Jakarta), meskipun pada 
negara-negara berkembang listrik baru dikenal pada 1960-an seiring dengan 
perkembangan teknologi di sektor listrik pada 1950-an. Sejak abad ke-19 hingga 
1930-an, penguasaan tenaga listrik dilakukan dengan mekanisme kompetisi 
(Tumiwa, 2004). Saat ini konsumen listrik banyak mengharapkan pilihan 
penyediaan energi listrik diluar PLN. Pelayanan yang kurang maksimal yang 
diberikan PLN merupakan alasan umum yang banyak dijumpai. Ketiadaan pilihan 
menyebabkan konsumen listrik menggantungkan harapan akan perlunya privatisasi 
penyediaan energi listrik. Meskipun tak dapat disangkal, fungsi sosial PLN 
selama ini juga cukup membantu masyarakat bawah dengan pemakaian 450
 watt terhadap berjuta-juta pelanggan miskin. Pilihan terhadap privatiasasi 
listrik sebenarnya membawa dilema yang besar. Di saat negara masih krisis, 
pemerintah yang korup dan swasta yang culas, privatisasi akan berpotensi 
mendatangkan masalah baru dalam konstalasi ekonomi-politik di Indonesia. 
Sebagai perbandingan adalah proyek Paiton dengan nilai investasi US$ 2,5 
miliar, mark up-nya juga besar sekitar US$ 700 juta, sementara PLN yang 
membayar take on pay. Kendala privatisasi kelistrikan terdapat pada kendala 
legal formal. Aturan perundangan-undangan kelistrikan yang diatur dalam UU No. 
20 tahun 2002 memungkinkan listrik diprivatisasi tetapi aturan konstitusi yang 
lebih tinggi kedudukan hukumnya dibanding UU tidak memungkinkannya. Sementara 
tuntutan ke arah privatisasi semakin kuat, utamanya pada masyarakat perkotaan 
yang melek pengetahuan.


Lalu apa hubungannya tenaga listrik dengan open source?
Kita tidak bisa pungkiri bahwa fenomena linux sebagai pelopor Operating System 
yang open source dalam pengembangan ICT. Linux, bukan sekedar produk yang dapat 
menggantikan OS yang mahal, tetapi karena linux lebih 

[GM2020] APAKAH ANDA PENGGEMAR COKLAT???

2008-12-04 Terurut Topik delyuzar ilahude


WaRNING 


COKELAT dapat membuat KAKI MENGECIL!!! ???


Ada teman sejak kecil terbiasa dalam mengkonsumsi cokelat..

  bahkan hingga masa remaja pun masih mengkonsumsinya,

  namun setelah bertahun tahun masih mengkonsumsi barulah disadari

  Bahkan Dinas Kesehatan pun mengeluarkan peringatan untuk hal

  ini...
bahwa mengkonsumsi cokelat ternyata tidak dianjurkan.

  bahkan penyakit yang ditimbulkan pun susah untuk di obati.


Bahwa COKELAT dapat membuat KAKI MENGECIL!!!


Apa ini INI ADALAH PERINGATAN MEDIS ?? 

Coment piiss...ah

Salam 
  
 

















  

Re: Balasan: [GM2020] Pilkada Gorut : Thoriq Menang, Walau Kalah Suara!

2008-12-04 Terurut Topik toti lamusu
bravo bung funco tanipu dan syamsu pana yang berani menyuarakan kejujuran dan 
kebenaran . alhamdulillah masih ada yang berani untuk mengatakan yang benar itu 
benar !

--- On Thu, 12/4/08, N. Syamsu Panna [EMAIL PROTECTED] wrote:
From: N. Syamsu Panna [EMAIL PROTECTED]
Subject: Balasan: [GM2020] Pilkada Gorut : Thoriq Menang, Walau Kalah Suara!
To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Date: Thursday, December 4, 2008, 6:58 PM











Setidaknya kekuatan kapital yang nt bilang itu masih dapat 
diimbangi oleh idealisme meski hanya terpaut 57 suara saja (61 dikurangi 4 
suara yang dianulir MK).

57 suara = hanya 1/1000 dari jumlah pemilih di Gorut yang berjumlah sekitar 
60ribuan).


http://www.hukumonl ine.com/detail. asp?id=20566cl=Berita



Funco Tanipu [EMAIL PROTECTED] com wrote:  Pilkada 
Gorut : Thoriq Menang, Walau Kalah Suara!

Tadi malam saya ngobrol banyak dengan yang punya Gorontalo Barometer, Laode 
Aman, tentang hasil Pilkada di Gorut.

Saya menuliskan pendapat ini untuk memberi warna yang dinamis pada pelantikan 
Bupati Gorontalo Utara yang akan segera dilaksanakan. Menurut saya, Thoriq 
tidak saja  fenomenal, tetapi juga berhasil menjadi sebuah monumental. Thoriq 
menjadi fenomenal sekaligus monumental karena kita tahu bersama bahwa ia adalah 
pemuda yang berumur dibawah 40 tahun, berstatus pegawai negeri sipil, gaji 
dibawah 2 juta, performance yang pas-pasan, dan (malahan) hanya didukung partai 
yang tak punya sejarah kemenangan di Gorontalo.

Tetapi kenapa ia sedemikian fenomenal dan semonumental?
 
Dari catatan memori dan rekam ingatan saya, Thoriq adalah seorang
 yang lugas sekalgus tegas. Thoriq adalah pemuda yang memiliki modal semangat 
yang luar biasa. Ia juga memiliki cadangan pengetahuan yang berlimpah. Ia 
adalah pendakwah yang luar biasa. Thoriq dalam ingatan saya adalah seorang muda 
yang bisa mengawinkan kekuatan verbal/visual dan kekuatan pena. Jarang manusia 
Gorontalo memiliki kedua hal tersebut secara bersamaan. Thoriq menurut saya 
adalah manusia tempaan alam. Ia adalah lelaki yang kita tahu bersama sedari 
awal mempersiapkan Gorontalo Utara untuk menjadi sebuah teritori. Saya ingat 
hal itu karena agenda PB HPMIG di awal kepengurusan kami tahun 2005 silam 
adalah bersama-sama dia mendatangi Mendagri untuk segera mengesahkan Gorontalo 
Utara. Ia bersama KPK mengerahkan segala daya dan upaya untuk membangun urat 
nadi Gorut. Ia (dan juga KPK) adalah ruh ideologis Gorontalo Utara.

Beberapa saat kemudian, setelah Gorut resmi dan sah menjadi sebuah Kabupaten. 
Thoriq pun menjajal kemampuan personal dan jaringan, setelah ia
 didesak untuk masuk dalam bursa pencalonan.  Paket pun terjalin. Ia lantas 
menggandeng Djafar Ismail dari PDI P untuk bersama-sama melanjutkan cita-cita 
awal untuk membangun Gorut.

Pertarungan yang sengit pun tak terhindarkan. Mobilisasi kapital merasuk ke 
sendi-sendi kultural masyarakat Gorut yang secara genuine sama sekali jauh dari 
instumen seperti itu. Ini dikarenakan masyarakat Gorut adalah masyarakat yang 
terbuka, dimana faktor geografis membuat Gorut bisa seperti itu. Wilayah Gorut 
yang berada di bibir samudra pasifik adalah hal yang mengkonstruksi secara 
alamiah modal sosial masyarakat Gorut. Kapital yang ditransaksikan dalam model 
hidden agenda kemudian ikut membawa suasana yang seharusnya penuh keterbukaan, 
fair dan kompetitif malah terlihat seperti ajang perang Mahabarata. Padahal, 
model seperti ini sudah seharusnya dilenyapkan dari otak kita. Model purba ini 
pun coba dipaksakan dalam mobilisasi kapital demi
 sebuah logika take and give.

Saya sedari awal memperkirakan bahwa mutu pilkada yang seharusnya ideal, 
bersih, profesional dan jauh dari unsur transaksi ekonomi purba tidak akan 
terlaksana secara utuh. Padahal, saya terus terang berharap bahwa pertarungan 
yang disuguhkan pada publik adalah pertarungan yang ideologis, bermental 
kemanusiaan, berjiwa luhur dan menjauhkannya dari mobilisasi kapital. Tapi, 
apalah daya, struktur ekonomi kita yang masih terpenjara dalam logika elit 
tentunya hanya bisa tengadah/tunduk walau tetap berusaha tak takluk.

Akhirnya, Thoriq yang menurut saya memiliki modal sosial lokal yang luar biasa 
sekaligus cadangan pengetahuan dan iman yang mumpuni untuk Gorontalo Utara 
mesti mengalah dengan alasan yang dilogikakan Negara yakni mengakui kalah 
dengan alasan keamanan dan ketertiban. Logika purba yang tak pernah lepas dari 
memori kita, yang sebenarnya sudah
 seharusnya menjauhkan diri dari Orde Baru effect. 
Thoriq pun tersungkur dengan selisih 60 an suara. Sebuah beda yang begitu tipis 
untuk sekian puluh ribu suara di Gorontalo Utara. 

Menulis pendapat ini adalah sebuah yang celaka bagi saya dalam persepsi orang 
Gorontalo kita. Karena semestinya, yang kita tulis pasca kemenangan dan hasil 
pilkada yang sah adalah menulis sejarah/kisah yang menang. Lagi-lagi, dalam 
benak masyarakat kita, logika ekonomi menjadi faktor utama. Tetapi, menuliskan 
kisah 

Re: [GM2020] Birthday Massal poli..hihihihi

2008-12-04 Terurut Topik Eha Laisa
bekenultah bareng jo :D...
thanks tata...
selamat ULTAH buat semua
semogasemoga.dan semoga...[?][?][?][?] AMIN
On Wed, Dec 3, 2008 at 3:53 PM, Sitti Zumbrunn Uno [EMAIL PROTECTED]wrote:

   *Irwan Karim*
 *Fanny Salamanya*
 *Izam Giu*
 *SZU alias Sittiswiss*
 *Zulaiha Laisa alias K`Eha*
 *Ani alias nou Gorontalo*
 *Ariyanto Katili alias Paynia*
 *Sofyan Uli alias K`Uyan*
 *Titien Mohammad*
 **
 *HAPPY BIRTHDAY BUAT SEMUANYA..*
 *MOGA DALAM LINDUNGAN SANG MAHA KUASA...DAN SEHAT2 SELALU*
 *SILAHKAN BERDOA DAN BERHARAP *
 *SESUAI DENGAN KEPENTINGANNYA MASING2...HAHHAHAH[image: :))][image: :))]*
 *ENJOY UR BIRTHDAY *
  

B60.gif330.gif

Re: [GM2020] APAKAH ANDA PENGGEMAR COKLAT???

2008-12-04 Terurut Topik abdul ayub
mali pepe'o ?

--- On Thu, 12/4/08, delyuzar ilahude [EMAIL PROTECTED] wrote:

From: delyuzar ilahude [EMAIL PROTECTED]
Subject: [GM2020] APAKAH ANDA PENGGEMAR COKLAT???
To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Date: Thursday, December 4, 2008, 11:00 PM











WaRNING 

COKELAT dapat membuat KAKI MENGECIL!!! ???

Ada teman sejak kecil terbiasa dalam mengkonsumsi cokelat..
bahkan hingga masa remaja pun masih mengkonsumsinya,
namun setelah bertahun tahun masih mengkonsumsi barulah disadari...
Bahkan Dinas Kesehatan pun mengeluarkan peringatan untuk hal
ini...
bahwa mengkonsumsi cokelat ternyata tidak dianjurkan.
bahkan penyakit yang ditimbulkan pun susah untuk di obati.

Bahwa COKELAT dapat membuat KAKI MENGECIL!!!

Apa ini INI ADALAH PERINGATAN MEDIS ?? 

Coment piiss...ah

Salam