Re: Bls: [GM2020] Rujak Budaya

2010-03-07 Terurut Topik denbaga
Madelo orang Sumalata waktu datang ba urus Kabupaten Gorut lalu? Nginap di 
Asrama Salemba, waktu mo makan di Warteg dia bilang, "Saya mau telur goreng 
yang pake jeruk cui..!"
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT



Majulah Gorontalo kita!Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/gorontalomaju2020/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/gorontalomaju2020/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
gorontalomaju2020-dig...@yahoogroups.com 
gorontalomaju2020-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
gorontalomaju2020-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/



Re: Bls: [GM2020] Rujak Budaya

2010-03-07 Terurut Topik -=Umar=-

wkwkwkw 
bo malali..
madelo menu "nasi doang" ju
ternyata bo ila wamba'o

Salam
Umarulfaruq Abubakar
http://buanacita.multiply.com
http://www.kompasiana.com/kakmuma


--- On Mon, 3/8/10, abdul ayub  wrote:

From: abdul ayub 
Subject: Bls: [GM2020] Rujak Budaya
To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Date: Monday, March 8, 2010, 7:54 AM







 



  



  
  
  Bahasa memang slalu berbeda di tiap daerah
Kemaren ada cerita dr orang tua yang dari irian kebetulan dia asli dr gtlo 
ketemu di KKIG tinelo Gorontalo...
Kebetulan ada saudaranya jualan Pepaya
dia bercerita saat saudaranya jualan pepaya tiba2 ada pembeli dr jakarta yang 
ingin beli Pepaya yang padat berisi tidak berlubang,dan dia bertanya serius 
pada penjual:
yang itu bolong nggak?
si penjual pepaya langsung bingung...
dengan spontan di menjawab itu pepaya bukan BOLONGGA!
wkwkwkkwkwkkwk

--- Pada Ming, 7/3/10, akbar arsyad  menulis:

Dari: akbar arsyad 
Judul: Bls: [GM2020] Rujak Budaya
Kepada: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com
Tanggal:
 Minggu, 7 Maret, 2010, 8:09 PM







 




  
  
  nice info... keep posting...

Dari: -=Umar=- 
Kepada: Gorontalo ; wordsmartcenter@ 
yahoogroups. com; milist sulteng 
Terkirim: Ming, 7 Maret, 2010 17:39:32
Judul: [GM2020] Rujak
 Budaya








 




  
  
  SalamRekan-rekan milister sekalianSaya ingin sedikit berbagi cerita. 
Semoga bermanfaat ya= 
Rujak Budaya
Duh, betapa malunya seorang teman mahasiswa asal Aceh ketika ada yang 
memanggilnya dengan sebutan “kak”. Apalagi di situ ada kawan-kawannya 
sedaerahnya. Sontak mereka langsung senyum-senyum dan menertawakannya. Segera 
teman saya ini berujar “Dek, saya ini Abang, bukan Kakak” Yang ditegur malah 
bingung dan diam tak mengerti.
Sebab memang sebutan
 Abang dan Kakak adalah sesuatu yang berbeda dalam panggilan untuk orang lebih 
tua di ranah Aceh. Seperti panggilan Mas dan Mbak di tanah Jawa. Yang pertama 
adalah panggilan untuk saudara laki-laki yang lebih tua
 (atau sebagai bentuk penghormatan kepada laki laki) sementara yang kedua untuk 
saudara perempuan yang lebih tua (atau sebagai bentuk penghormatan kepada 
perempuan). Seperti juga panggilan Akang dan Teteh di Sunda, Uda dan Uni di 
Padang atau Kaka dan Tata di Gorontalo.
Memanggil kawan laki laki dari Aceh dengan sebutan kakak sama saja seperti 
memanggilnya dengan sebutan mbak atau teteh.
Perpaduan budaya Indonesia ini memang menghasilkan kekayaan, keunikan, juga 
kelucuan. Pengalaman tinggal serumah dan bergaul dengan kawan banyak komunitas 
orang memberikan saya banyak tambahan pelajaran.
Dalam persoalan bahasa, kadang-kadang satu kata artinya berbeda antara satu 
daerah dengan yang lain. Saya banyak mendengar orang yang mengatakan, pantaslah 
orang-orang NTB itu suka pedas karena memang ibukotanya Lombok. Lombok ya 
pedas. Padahal bagi orang NTB, lombok (dengan sedikit tekanan di
 bagian akhir kata) berarti lurus. Kata ‘Boi’ untuk orang Sumatera Selatan dan 
beberapa daerah sekitar adalah panggilan keakraban untuk orang sebaya. Tapi 
tolong jangan panggil orang Gorontalo dengan sebutan itu. Sebab di sini, Boi 
itu berarti Babi..! Sebutan Tuan Guru Bajang di Nusa Tenggara Barat adalah 
panggilan yang mulia, yang berarti tuan guru muda.Tapi jangan panggil orang 
medan dengan panggilan itu. Sebab kata “Bajang” itu konotasinya tidak baik di 
sana.
Dan sekali lagi tidak perlu kaget kalau mendengar orang-orang timur bertanya, 
“Kopi Mana?” lalu kawannya menjawab “Sapi Mandi.” Apa hubungannya “Kopi” dan 
“Sapi”?Padahal kawan itu tidak sedang bertanya tentang kopi yang berupa 
minuman. Kalimat itu adalah singkatan dari “Kamu pergi kemana?” Jawabannya: 
Sapi Mandi, “Saya Pergi Mandi”
Itu baru soal bahasa. Belum lagi soal kehidupan dan kebiasaan. Ketika di
 awal perkenalan dengan orang-orang lain daerah, saya pernah mengeluh dalam 
hati: kok kawan ini bicaranya mirip perempuan. Padahal ia sedang berbicara 
dengan amat lembutnya. Sama juga dengan kawan dari Sunda mengira saya sedang 
tidak stabil karena bicara yang mungkin baginya terlalu keras dan terkesan 
kasar. Padahal saya biasa saja.
Ditambah dengan selera masakan yang kontradiktif antara manis dan pedas. Maka 
ketika piket masak, biasanya bisa ditebak siapa yang memasak hari ini, menilik 
citarasa masakannya.
Cuaca dominan panas atau dingin tiap-tiap daerah ternyata memberi pengaruh yang 
lain juga bagi jiwa. Orang yang tinggal di kawasan panas akan cenderung selalu 
ceria dan riang gembira, suka berkawan, spontan dan tidak suka berpikir 
panjang. Kalau terlalu panas, ia menjadi pemarah dan emosional, seperti di 
Irak. Sementara yang tinggal di tempat dingin suka dihancui kecemasan, 
perhitungan dan penuh
 kewaspadaan. Kadang-kadang lebih mengarah kepada kecemasan tak terbatas sampai 
membawa bunuh diri, seperti di Norway. Untunglah kita tinggal di kawasan tropis 
seperti Indonesia yang cuacanya stabil, namun lebih dekat ke panas. Tentang 
karakteristik warna kulit ini banyak dibahas I

Bls: [GM2020] Re: Rektor UNG.<== Debat Siaran Langsung RRI

2010-03-07 Terurut Topik abdul ayub
Kalo di gtlo itu persoalan habis di bubutola...dan itu tradisi...debat itu 
dalam bahasa gtlo artinya bubutola  kadang kalo bubutola itu di tampa minum bo 
habis deng baku bage deng sabele...kalo pulang habis ba uni di bioskop pulang 
baku bantah padahal nonton sama2
nah Yang diambil bukan orang yang raja bo baku bantah...
tapi profesionalime dan track record yang bagus.
gorontalo paling jago kalo cuma adu argument tp kalah soal praktikum di 
lapangan.
ada ada aje

--- Pada Ming, 7/3/10, elninogorontalo  menulis:

Dari: elninogorontalo 
Judul: [GM2020] Re: Rektor UNG.<== Debat Siaran Langsung RRI
Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Tanggal: Minggu, 7 Maret, 2010, 7:29 AM







 



  



  
  
  Setuju, Om Bakrie...



Saya pribadi menyarankan, bila boleh, kepada civitas akademika UNG yang ada di 
milis ini untuk mengusulkan kepada Senat UNG agar mengadakan 10 (sepuluh) kali 
rangkaian debat calon rektor, siaran langsung RRI dan TV lokal.



Debatnya tematik. Panelis pembanding juga berganti-ganti :



1. Debat tentang desain umum pengembangan UNG 4 tahun kedepan di hadapan para 
guru besar UNG.



2. Debat tentang inovasi manajemen administrasi kampus di depan para rektor 
seluruh Perguruan Tinggi di Gorontalo.



3. Debat tentang paradigma pendidikan tinggi di hadapan para ahli (seperti pak 
Ary Pedju, pak Bakrie Arbie dan Razif Halik Uno).



4. Debat tentang fungsi "Pengabdian Terhadap Masyarakat" di hadapan para Ketua 
DPRD se Provinsi Gorontalo.



5. Debat tentang fungsi "Riset" di hadapan Kepala Bappeda se Provinsi Gorontalo.



6. Debat tentang "Kualitas Lulusan UNG" di hadapan para profesionals 
(pengusaha, PGRI, kepala BKD, Kadisnaker, dll).



7. Debat tentang "organisasi kemahasiswaan" di hadapan para pengurus Ormah 
(HMI, IMM, PMII, BEM, PMKRI, PMKI, dll).



8. Debat tentang "Citra UNG" di hadapan para wartawan.



9. Debat tentang "track record calon rektor" di hadapan dosen Non-UNG (IAIN, 
UG, Univ Ichsan, dll)



10. Debat tentang "Manajemen Keuangan UNG" di hadapan BPKD, Kejaksaan, para 
Auditor, dll.



Demikian saran,



Odu'olo,



Elnino



--- In gorontalomaju2020@ yahoogroups. com, Bakri Arbie  wrote:

>

> Yth Rekan milis,

> 

> Mohon perkenan para rekan untuk dapat memberikan masukan dalam rangka 
> pemilihan Rektor UNG.

> Dari GM2020 dikatakan pada bulan Maret 2010 ini akan diadakan pemilihan 
> Rektor UNG,

> dan diminta untuk memberikan kriteria dan masukan demi kepentingan UNG dan 
> mayarakat Gorontalo.

> 

> Sedari dulu mungkin saya berharap banyak yaitu mengharapkan UNG bisa secara 
> berangsur

> menjadi Research University dan kemudian menjadi Entrpreneurial Uniiversity 
> dari saat ini sebagai Teaching University.

> Tetapi semua tergantung tekad dan kemauan keras dari kita sendiri yaitu 
> seperti Cina bisa loncat dengan cepat dalam Sistem Inovasi Nasional-nya yaitu 
> by-pass masyarakat yang masih belum memenuhi syarat untuk menjadi "knowledge 
> based society and knowledge based economy", KBS dan KBE.

> 

> Sebab mereka mengatakan 1,2 milyar penduduk kalau mau dibuat untuk menjadi 
> KBS dan KBE akan terlalu lama.Sehingga strategi yang mereka pilih adalah 
> menciptakan "critical mass" yang menjadi mata

> dan motor penggerak KBS dan KBE di setiap daerah dan pelosok di Cina.

> Critical Mass (Cm) dari orang yang mempunyai konsep yang strategis (Strategic 
> Thinking/Concept) dan kemauan yang kuat (Will Power) untuk bisa menciptakan 
> masyarakat yang sejahtera,cerdas dan damai atau mega-objective/ goal.

> Salah satu Cm adalah dari para pemimpin di UNG, Pemda dan penyelenggara 
> negara dan di daerah serta

> pe-Bisnis (sesuai dengan pola Triple Helix ABG).Kalau UNG bisa menjadi 
> pelopor dalam Sistem Inovasi Daerah sehingga bia menjadi model bagi Sistem 
> Inovasi Nasional yang sedang digarap oleh Presiden SBY,

> melalui Menristek dan AIPI (Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia), maka UNG 
> bisa menjadi pioner secara nasional.

> 

> Masalahnya memang tidak mudah yaitu perubahan paradigma berpikir untuk bisa 
> memahami apalagi melaksanakan Sistem Inovasi Nasional/Daerah, dimana para 
> elit masih mengalami euphoria dan kesempatan untuk mendapatkan uang tanpa 
> kerja keras dan tiadanya konsep yaitu mempunyai obsesi untuk memberdayakan 
> dan mensejahterakan masyarakat.

> 

> Kalau para elit mempunyai Konsep,maka para pengusaha bisa diberi kesempatan 
> seperti Corporate Social Responsibility yaitu menyumbangkan keuntungannya 
> untuk kemaslahatan rakyat banyak.

> 

> Singkat ceritera saya punya usul bahwa seorang Rektor harus mempunyai;

> 

> -Pemikiran Strategis untuk bisa membuat UNG menjadi Entrepreunarial 
> University;dengan menggunakan konsep Sistem Inovasi Daerah sebagai konsep 
> utama serta mengerti betapa pentingnya sistem sosio-politik dan sistem 
> tekno-ekonomi untuk secara sinergi dapat berbuat sesuatu bagi kemaslahatan 
> umat,

> -Mempunyai Kekuatan/Kemauan/ Will Power untuk bisa melaksanakan Konsepnya 
> secara Operasi

Bls: [GM2020] Rujak Budaya

2010-03-07 Terurut Topik abdul ayub
Bahasa memang slalu berbeda di tiap daerah
Kemaren ada cerita dr orang tua yang dari irian kebetulan dia asli dr gtlo 
ketemu di KKIG tinelo Gorontalo...
Kebetulan ada saudaranya jualan Pepaya
dia bercerita saat saudaranya jualan pepaya tiba2 ada pembeli dr jakarta yang 
ingin beli Pepaya yang padat berisi tidak berlubang,dan dia bertanya serius 
pada penjual:
yang itu bolong nggak?
si penjual pepaya langsung bingung...
dengan spontan di menjawab itu pepaya bukan BOLONGGA!
wkwkwkkwkwkkwk

--- Pada Ming, 7/3/10, akbar arsyad  menulis:

Dari: akbar arsyad 
Judul: Bls: [GM2020] Rujak Budaya
Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Tanggal: Minggu, 7 Maret, 2010, 8:09 PM







 



  



  
  
  nice info... keep posting...

Dari: -=Umar=- 
Kepada: Gorontalo ; wordsmartcenter@ 
yahoogroups. com; milist sulteng 
Terkirim: Ming, 7 Maret, 2010 17:39:32
Judul: [GM2020] Rujak
 Budaya








 




  
  
  SalamRekan-rekan milister sekalianSaya ingin sedikit berbagi cerita. 
Semoga bermanfaat ya= 
Rujak Budaya
Duh, betapa malunya seorang teman mahasiswa asal Aceh ketika ada yang 
memanggilnya dengan sebutan “kak”. Apalagi di situ ada kawan-kawannya 
sedaerahnya. Sontak mereka langsung senyum-senyum dan menertawakannya. Segera 
teman saya ini berujar “Dek, saya ini Abang, bukan Kakak” Yang ditegur malah 
bingung dan diam tak mengerti.
Sebab memang sebutan
 Abang dan Kakak adalah sesuatu yang berbeda dalam panggilan untuk orang lebih 
tua di ranah Aceh. Seperti panggilan Mas dan Mbak di tanah Jawa. Yang pertama 
adalah panggilan untuk saudara laki-laki yang lebih tua
 (atau sebagai bentuk penghormatan kepada laki laki) sementara yang kedua untuk 
saudara perempuan yang lebih tua (atau sebagai bentuk penghormatan kepada 
perempuan). Seperti juga panggilan Akang dan Teteh di Sunda, Uda dan Uni di 
Padang atau Kaka dan Tata di Gorontalo.
Memanggil kawan laki laki dari Aceh dengan sebutan kakak sama saja seperti 
memanggilnya dengan sebutan mbak atau teteh.
Perpaduan budaya Indonesia ini memang menghasilkan kekayaan, keunikan, juga 
kelucuan. Pengalaman tinggal serumah dan bergaul dengan kawan banyak komunitas 
orang memberikan saya banyak tambahan pelajaran.
Dalam persoalan bahasa, kadang-kadang satu kata artinya berbeda antara satu 
daerah dengan yang lain. Saya banyak mendengar orang yang mengatakan, pantaslah 
orang-orang NTB itu suka pedas karena memang ibukotanya Lombok. Lombok ya 
pedas. Padahal bagi orang NTB, lombok (dengan sedikit tekanan di
 bagian akhir kata) berarti lurus. Kata ‘Boi’ untuk orang Sumatera Selatan dan 
beberapa daerah sekitar adalah panggilan keakraban untuk orang sebaya. Tapi 
tolong jangan panggil orang Gorontalo dengan sebutan itu. Sebab di sini, Boi 
itu berarti Babi..! Sebutan Tuan Guru Bajang di Nusa Tenggara Barat adalah 
panggilan yang mulia, yang berarti tuan guru muda.Tapi jangan panggil orang 
medan dengan panggilan itu. Sebab kata “Bajang” itu konotasinya tidak baik di 
sana.
Dan sekali lagi tidak perlu kaget kalau mendengar orang-orang timur bertanya, 
“Kopi Mana?” lalu kawannya menjawab “Sapi Mandi.” Apa hubungannya “Kopi” dan 
“Sapi”?Padahal kawan itu tidak sedang bertanya tentang kopi yang berupa 
minuman. Kalimat itu adalah singkatan dari “Kamu pergi kemana?” Jawabannya: 
Sapi Mandi, “Saya Pergi Mandi”
Itu baru soal bahasa. Belum lagi soal kehidupan dan kebiasaan. Ketika di
 awal perkenalan dengan orang-orang lain daerah, saya pernah mengeluh dalam 
hati: kok kawan ini bicaranya mirip perempuan. Padahal ia sedang berbicara 
dengan amat lembutnya. Sama juga dengan kawan dari Sunda mengira saya sedang 
tidak stabil karena bicara yang mungkin baginya terlalu keras dan terkesan 
kasar. Padahal saya biasa saja.
Ditambah dengan selera masakan yang kontradiktif antara manis dan pedas. Maka 
ketika piket masak, biasanya bisa ditebak siapa yang memasak hari ini, menilik 
citarasa masakannya.
Cuaca dominan panas atau dingin tiap-tiap daerah ternyata memberi pengaruh yang 
lain juga bagi jiwa. Orang yang tinggal di kawasan panas akan cenderung selalu 
ceria dan riang gembira, suka berkawan, spontan dan tidak suka berpikir 
panjang. Kalau terlalu panas, ia menjadi pemarah dan emosional, seperti di 
Irak. Sementara yang tinggal di tempat dingin suka dihancui kecemasan, 
perhitungan dan penuh
 kewaspadaan. Kadang-kadang lebih mengarah kepada kecemasan tak terbatas sampai 
membawa bunuh diri, seperti di Norway. Untunglah kita tinggal di kawasan tropis 
seperti Indonesia yang cuacanya stabil, namun lebih dekat ke panas. Tentang 
karakteristik warna kulit ini banyak dibahas Ibnu Khaldun dalam kitab 
Muqaddimahnya.
Kembali ke soal panggilan, kawan-kawan aceh kadang merasa heran dengan kawan 
yang memanggil saya dengan sebutan “Kak Muma”. Abang ini kok dipanggil kakak. 
Atau ketika ada yang bilang: saya tinggal dengan kak Muma, ada yang refleks 
menjawab “heh, kamu tinggal serumah dengan perempuan ya?” hahaha.. padahal saya 
ini adalah Abang sekal

[GM2020] Coding Script | Jual Ebook, Script, dan Skripsi Full Content

2010-03-07 Terurut Topik codingscript
Kini Saatnya Anda menghasilkan Puluhan Sampai Ratusan Juta
dengan membuat website bisnis milik Anda Sendiri,
tanpa perlu memahami bahasa program.

Tak peduli apapun latar belakang pendidikan anda,
hanya modal bisa ngetik dan mengakses internet
sudah cukup syarat untuk menghasilkan
uang melimpah dari Internet.

Pengelola memiliki berbagai script Investasi,
Iklan Baris, MLM, Reseller, Arisan Online,
HYIP, Randomizer, Toko Online Siap Pakai
yang bisa anda gunakan untuk Bisnis Online.

Hanya perlu 3 langkah mudah agar script bisa online :
- Upload file,
- Buat Database,
- Setting database pada Script.

Tutorialnya akan anda temui di DVD.

Silakan Anda Kunjungi :
http://www.codingscript.com/




Bls: [GM2020] Rujak Budaya

2010-03-07 Terurut Topik akbar arsyad
nice info... keep posting...





Dari: -=Umar=- 
Kepada: Gorontalo ; 
wordsmartcen...@yahoogroups.com; milist sulteng 
Terkirim: Ming, 7 Maret, 2010 17:39:32
Judul: [GM2020] Rujak Budaya

  
Salam
Rekan-rekan milister sekalian
Saya ingin sedikit berbagi cerita. Semoga bermanfaat ya
= 

Rujak Budaya

Duh, betapa malunya seorang teman mahasiswa asal Aceh ketika ada yang 
memanggilnya dengan sebutan “kak”. Apalagi di situ ada kawan-kawannya 
sedaerahnya. Sontak mereka langsung senyum-senyum dan menertawakannya. Segera 
teman saya ini berujar “Dek, saya ini Abang, bukan Kakak” Yang ditegur malah 
bingung dan diam tak mengerti.

Sebab memang sebutan Abang dan Kakak adalah sesuatu yang berbeda dalam 
panggilan untuk orang lebih tua di ranah Aceh. Seperti panggilan Mas dan Mbak 
di tanah Jawa. Yang pertama adalah panggilan untuk saudara laki-laki yang lebih 
tua (atau sebagai bentuk penghormatan kepada laki laki) sementara yang kedua 
untuk saudara perempuan yang lebih tua (atau sebagai bentuk penghormatan kepada 
perempuan). Seperti juga panggilan Akang dan Teteh di Sunda, Uda dan Uni di 
Padang atau Kaka dan Tata di Gorontalo.

Memanggil kawan laki laki dari Aceh dengan sebutan kakak sama saja seperti 
memanggilnya dengan sebutan mbak atau teteh.

Perpaduan budaya Indonesia ini memang menghasilkan kekayaan, keunikan, juga 
kelucuan. Pengalaman tinggal serumah dan bergaul dengan kawan banyak komunitas 
orang memberikan saya banyak tambahan pelajaran.

Dalam persoalan bahasa, kadang-kadang satu kata artinya berbeda antara satu 
daerah dengan yang lain. Saya banyak mendengar orang yang mengatakan, pantaslah 
orang-orang NTB itu suka pedas karena memang ibukotanya Lombok. Lombok ya 
pedas. Padahal bagi orang NTB, lombok (dengan sedikit tekanan di bagian akhir 
kata) berarti lurus. Kata ‘Boi’ untuk orang Sumatera Selatan dan beberapa 
daerah sekitar adalah panggilan keakraban untuk orang sebaya. Tapi tolong 
jangan panggil orang Gorontalo dengan sebutan itu. Sebab di sini, Boi itu 
berarti Babi..! Sebutan Tuan Guru Bajang di Nusa Tenggara Barat adalah 
panggilan yang mulia, yang berarti tuan guru muda.Tapi jangan panggil orang 
medan dengan panggilan itu. Sebab kata “Bajang” itu konotasinya tidak baik di 
sana.

Dan sekali lagi tidak perlu kaget kalau mendengar orang-orang timur bertanya, 
“Kopi Mana?” lalu kawannya menjawab “Sapi Mandi.” Apa hubungannya “Kopi” dan 
“Sapi”?
Padahal kawan itu tidak sedang bertanya tentang kopi yang berupa minuman. 
Kalimat itu adalah singkatan dari “Kamu pergi kemana?” Jawabannya: Sapi Mandi, 
“Saya Pergi Mandi”

Itu baru soal bahasa. Belum lagi soal kehidupan dan kebiasaan. Ketika di awal 
perkenalan dengan orang-orang lain daerah, saya pernah mengeluh dalam hati: kok 
kawan ini bicaranya mirip perempuan. Padahal ia sedang berbicara dengan amat 
lembutnya. Sama juga dengan kawan dari Sunda mengira saya sedang tidak stabil 
karena bicara yang mungkin baginya terlalu keras dan terkesan kasar. Padahal 
saya biasa saja.

Ditambah dengan selera masakan yang kontradiktif antara manis dan pedas. Maka 
ketika piket masak, biasanya bisa ditebak siapa yang memasak hari ini, menilik 
citarasa masakannya.

Cuaca dominan panas atau dingin tiap-tiap daerah ternyata memberi pengaruh yang 
lain juga bagi jiwa. Orang yang tinggal di kawasan panas akan cenderung selalu 
ceria dan riang gembira, suka berkawan, spontan dan tidak suka berpikir 
panjang. Kalau terlalu panas, ia menjadi pemarah dan emosional, seperti di 
Irak. Sementara yang tinggal di tempat dingin suka dihancui kecemasan, 
perhitungan dan penuh kewaspadaan. Kadang-kadang lebih mengarah kepada 
kecemasan tak terbatas sampai membawa bunuh diri, seperti di Norway. Untunglah 
kita tinggal di kawasan tropis seperti Indonesia yang cuacanya stabil, namun 
lebih dekat ke panas. Tentang karakteristik warna kulit ini banyak dibahas Ibnu 
Khaldun dalam kitab Muqaddimahnya.

Kembali ke soal panggilan, kawan-kawan aceh kadang merasa heran dengan kawan 
yang memanggil saya dengan sebutan “Kak Muma”. Abang ini kok dipanggil kakak. 
Atau ketika ada yang bilang: saya tinggal dengan kak Muma, ada yang refleks 
menjawab “heh, kamu tinggal serumah dengan perempuan ya?” hahaha.. padahal saya 
ini adalah Abang sekaligus kakak. Di Aceh Abang, di Gorontalo Kakak.

Hidup di kawasan dengan budaya yang merujak seperti ini sering membuat orang 
cepat menilai dengan sekedar melihat keadaan beberap kawan-kawan dan orang 
-orang yang ada di dekatnya. “Oh ternyata, orang Jawa Timur begini, ternyata 
orang Medan begini, ternyata orang Gorontalo begini” Ujungnya-ujungnya adalah 
menggeneralisir.

Kita tentunya tidak bisa mengendalikan penilaian dan gerak hati seseorang. Apa 
yang dia lihat itulah yang dia nilai, walaupun penglihatannya terbatas. Yang 
bisa dilakukan adalah menjadi duta dan promosi yang baik bagi diri sendiri, 
juga bagi daerah asal. Kalau dalam skup lebih luas, setiap warga membawa nama 
baik bangsanya. Ketika ia

Re: [GM2020] Rujak Budaya

2010-03-07 Terurut Topik -=Umar=-
hehehehe... lucu.. o gitu ya om iqbal. itu bahasa jepang ya? parah sekali 
artinya :-)


Salam
Umarulfaruq Abubakar
http://buanacita.multiply.com
http://www.kompasiana.com/kakmuma


--- On Sun, 3/7/10, Iqbal  wrote:

From: Iqbal 
Subject: Re: [GM2020] Rujak Budaya
To: "gorontalomaju2020@yahoogroups.com" 
Date: Sunday, March 7, 2010, 6:41 PM







 



  



  
  
  Tema yang menarik bang muma :) Saya ingat waktu lab kami bikin party 
kecil2an di lab yang dihadiri para sensei dan kl 15 orang mhswa.. Pas lagi 
makan teman saya dari padang yg baru sebulan gabung di lab kami berkata : bang 
Iqbal, tolong MANGKOKnya dong.. Langsung saja seluruh mata memandang tajam 
kearahnya, saya juga kaget setengah mati dan buru2 menjelaskan ke teman2 semua, 
setelah mendengarkan penjelasan saya baru semuanya tertawa terbahak-bahak. 
.Kisah nyata lainnya waktu teman dari Brawijaya, malang melapor di imigrasi.. 
Petugas imigrasi minta PASPOTO, teman saya langsung mengeluarkan pasfoto ukuran 
3x4 dari dalam dompetnya tapi sang petugas bilang bukan itu, maka 
dikeluarkanlah semua pasfoto dengan segala ukuran dan disuruh pilih tapi tdk 
satupun yang diambil, sang petugas menggeleng dengan putus asa dan mengomel tdk 
karuan, untung saja petugas lain yang bisa bahasa inggris segera datang
 mengambil alih..Teman2 saya diatas sampai sekarang masih malu kalau diungkit 
lagi cerita ini.. Hehe..
Pengetahuan tentang budaya dan bahasa daerah atau negara lain saya pikir harus 
dimiliki semua orang yang hidup di era modern.. Cat.   : Mangkok : Alat 
vi*** wanita : Paspoto : Passport
SalamIqbal
Sent from my iPhone
On Mar 7, 2010, at 7:39 PM, -=Umar=-  wrote:






 




  
  
  SalamRekan-rekan milister sekalianSaya ingin sedikit berbagi cerita. 
Semoga bermanfaat ya= 
Rujak Budaya
Duh, betapa malunya seorang teman mahasiswa asal Aceh ketika ada yang 
memanggilnya dengan sebutan “kak”. Apalagi di situ ada kawan-kawannya 
sedaerahnya. Sontak mereka langsung senyum-senyum dan menertawakannya. Segera 
teman saya ini berujar “Dek, saya ini Abang, bukan Kakak” Yang ditegur malah 
bingung dan diam tak mengerti.
Sebab memang sebutan Abang dan Kakak adalah sesuatu yang berbeda dalam 
panggilan untuk orang lebih tua di ranah Aceh. Seperti panggilan Mas dan Mbak 
di tanah Jawa. Yang pertama adalah panggilan untuk saudara laki-laki
 yang lebih tua
 (atau sebagai bentuk penghormatan kepada laki laki) sementara yang kedua untuk 
saudara perempuan yang lebih tua (atau sebagai bentuk penghormatan kepada 
perempuan). Seperti juga panggilan Akang dan Teteh di Sunda, Uda dan Uni di 
Padang atau Kaka dan Tata di Gorontalo.
Memanggil kawan laki laki dari Aceh dengan sebutan kakak sama saja seperti 
memanggilnya dengan sebutan mbak atau teteh.
Perpaduan budaya Indonesia ini memang menghasilkan kekayaan, keunikan, juga 
kelucuan. Pengalaman tinggal serumah dan bergaul dengan kawan banyak komunitas 
orang memberikan saya banyak tambahan pelajaran.
Dalam persoalan bahasa, kadang-kadang satu kata artinya berbeda antara satu 
daerah dengan yang lain. Saya banyak mendengar orang yang mengatakan, pantaslah 
orang-orang NTB itu suka pedas karena memang ibukotanya Lombok. Lombok ya 
pedas. Padahal bagi orang NTB, lombok (dengan sedikit tekanan di
 bagian akhir kata) berarti lurus. Kata ‘Boi’ untuk orang Sumatera Selatan dan 
beberapa daerah sekitar adalah panggilan keakraban untuk orang sebaya. Tapi 
tolong jangan panggil orang Gorontalo dengan sebutan itu. Sebab di sini, Boi 
itu berarti Babi..! Sebutan Tuan Guru Bajang di Nusa Tenggara Barat adalah 
panggilan yang mulia, yang berarti tuan guru muda.Tapi jangan panggil orang 
medan dengan panggilan itu. Sebab kata “Bajang” itu konotasinya tidak baik di 
sana.
Dan sekali lagi tidak perlu kaget kalau mendengar orang-orang timur bertanya, 
“Kopi Mana?” lalu kawannya menjawab “Sapi Mandi.” Apa hubungannya “Kopi” dan 
“Sapi”?Padahal kawan itu tidak sedang bertanya tentang kopi yang berupa 
minuman. Kalimat itu adalah singkatan dari “Kamu pergi kemana?” Jawabannya: 
Sapi Mandi, “Saya Pergi Mandi”
Itu baru soal bahasa. Belum lagi soal kehidupan dan kebiasaan. Ketika di
 awal perkenalan dengan orang-orang lain daerah, saya pernah mengeluh dalam 
hati: kok kawan ini bicaranya mirip perempuan. Padahal ia sedang berbicara 
dengan amat lembutnya. Sama juga dengan kawan dari Sunda mengira saya sedang 
tidak stabil karena bicara yang mungkin baginya terlalu keras dan terkesan 
kasar. Padahal saya biasa saja.
Ditambah dengan selera masakan yang kontradiktif antara manis dan pedas. Maka 
ketika piket masak, biasanya bisa ditebak siapa yang memasak hari ini, menilik 
citarasa masakannya.
Cuaca dominan panas atau dingin tiap-tiap daerah ternyata memberi pengaruh yang 
lain juga bagi jiwa. Orang yang tinggal di kawasan panas akan cenderung selalu 
ceria dan riang gembira, suka berkawan, spontan dan tidak suka berpikir 
panjang. Kalau terlalu panas, ia menjadi pemarah dan emosional,

[GM2020] Ngobrol "Nggak Nyambung" Sebabkan Depresi

2010-03-07 Terurut Topik Kasone Jenggo


+ Sebaliknya, terlibat percakapan yang bermutu 
dan mendalam bisa membuat perasaan senang +
 
 
Ngobrol "Nggak Nyambung" Sebabkan Depresi

VIVAnews - Asyik mengobrol dengan teman, kolega, atau 
kerabat bisa membangkitkan kesenangan. Namun, bagaimana bila obrolan 
dengan mereka tidak bermutu alias "nggak nyambung?" Maka, 
siap-siap terkena depresi. 

Demikian survei tim peneliti di 
Amerika Serikat (AS). Menurut laman harian The Telegraph, 
mereka meneliti apakah senang atau tidaknya seseorang tergantung dari 
bermutu tidaknya isi percakapan. 

Dalam penelitian itu, para 
relawan mengenakan alat perekam tersembunyi untuk memonitor percakapan 
dengan teman dan kolega selama empat hari. Para peneliti kemudian 
mendengar isi rekaman dan bisa mendeteksi pembicaraan yang hanya 
sifatnya basa-basi maupun yang substantif (bermutu) bagi responden. 

Selain itu, para relawan pun diminta memberi penilaian atas perasaan dan kesan 
atas pembicaraan yang telah mereka lakukan, yang telah direkam oleh tim 
peneliti. Berdasarkan studi itu, tim peneliti mengungkapkan sejumlah 
penemuan yang menarik, yang dimuat dalam jurnal Psychological 
Science. 

Perasaan senang ternyata terkait dengan mengurangi waktu untuk sendirian dan 
menyempatkan lebih banyak waktu berbicara 
dengan orang lain. Partisipan mengaku mengalami perasaan paling senang 
saat memanfaatkan kurang dari 25 persen waktu untuk menyendiri dan lebih dari 
70 persen waktu untuk berbicara dibandingkan responden yang tidak 
senang.

Tim peneliti dari Universitas Azirzona dan Universitas 
Washington di St. Louis itu juga mengungkapkan bahwa respoden yang 
paling senang mengalami percakapan yang dalam dan bermutu. Sedangkan 
respoden yang paling tidak senang mengaku menghabiskan sepertiga dari 
waktu percakapan untuk berbasa-basi. 

Matthias Mehl, pakar 
psikologi dari Universitas Arizona, menilai bahwa penemuan-penemuan itu 
menandakan bahwa kehidupan yang menyenangkan adalah yang mampu 
bersosialisasi dan menikmati percakapan secara mendalam ketimbang 
melakukan percakapan yang tidak ada artinya. 

Tim peneliti 
menyimpulkan bahwa percakapan yang bermutu berpotensi membuat yang 
bersangkutan menjadi lebih bahagia. "Pembicaraan yang mendalam bisa 
membawa perasaan yang berarti dalam berinteraksi dengan teman, sama 
halnya dengan bersikap terbuka bisa membuat suatu hubungan menjadi lebih 
intim," demikian kesimpulan tim peneliti.  
Sumber:VIVAnews.
 
 
+++
Bisa olo Karena Depresi jadi Ngobrol "Nggak Nyambung"
 
 
Kasune,
Bolango.

(Pake myiphone olo kuat-kuat)


  

[GM2020] Re: Rektor UNG.<== Debat Siaran Langsung RRI

2010-03-07 Terurut Topik elninogorontalo
Hihihi, siap-siap jo ditelpon... Nanti dorang bilang pa Titin, "Ngana jo tu 
Rektor, montang2 motota mo enggeleti... Yawwolo...!" hahaha



--- In gorontalomaju2020@yahoogroups.com, titien mohammad  wrote:
>
> MAAAFF...Kalo boleh olo ada uji Bahasa Inggris.. Cos biasanya para rektor itu 
> selalu keluar negeri minimal sekali setahun.. ..n kayaknya harus B inggris 
> yang aktif..jangan bo pasif.. Jangan sampai kejadian seperti yang direspon 
> ibu Amanda Katili di Facebook beliau atas tulisan di Jakarta post ... Ada 
> wakil pemerintah Indonesia yang diutus ke Luar negeri.. sampe di sana tidak 
> bisa mengimbangi teman2 mereka dari negara lain pada saat diskusi..bolo 
> popooyo.. Moopulita doi lo negara..  
> http://www.thejakartapost.com/news/2010/02/23/editorial-can%E2%80%99t-speak-english.html
> 
> Saya benar2 setuju atas ide li Om nhino ini am... tapi seperti biasa.. ini 
> tergantung willingness of senators.. ..Apalagi kalo saran itu barangkali akan 
> menjadi kelemahan calon mereka.. mo bapikir mo trima usulan ini..  hehehe... 
> tapi.. I guess.. biar so ada visi misi Selanjutnya sambung sandiri 
> waaa... heheheheh...
> 
> 
> 
> PS. Setelah ba posting ini.. pasti so ada poli yang mo ba telp or ba japri.. 
> siap2 jo TITIEN... hehe...
> 
>  
> Titien FM
>  
> 
> 
> 
> 
> 
> From: elninogorontalo 
> To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
> Sent: Sun, March 7, 2010 11:29:32 PM
> Subject: [GM2020] Re: Rektor UNG.<== Debat Siaran Langsung RRI
> 
>   
> Setuju, Om Bakrie...
> 
> Saya pribadi menyarankan, bila boleh, kepada civitas akademika UNG yang ada 
> di milis ini untuk mengusulkan kepada Senat UNG agar mengadakan 10 (sepuluh) 
> kali rangkaian debat calon rektor, siaran langsung RRI dan TV lokal.
> 
> Debatnya tematik. Panelis pembanding juga berganti-ganti :
> 
> 1. Debat tentang desain umum pengembangan UNG 4 tahun kedepan di hadapan para 
> guru besar UNG.
> 
> 2. Debat tentang inovasi manajemen administrasi kampus di depan para rektor 
> seluruh Perguruan Tinggi di Gorontalo.
> 
> 3. Debat tentang paradigma pendidikan tinggi di hadapan para ahli (seperti 
> pak Ary Pedju, pak Bakrie Arbie dan Razif Halik Uno).
> 
> 4. Debat tentang fungsi "Pengabdian Terhadap Masyarakat" di hadapan para 
> Ketua DPRD se Provinsi Gorontalo.
> 
> 5. Debat tentang fungsi "Riset" di hadapan Kepala Bappeda se Provinsi 
> Gorontalo.
> 
> 6. Debat tentang "Kualitas Lulusan UNG" di hadapan para profesionals 
> (pengusaha, PGRI, kepala BKD, Kadisnaker, dll).
> 
> 7. Debat tentang "organisasi kemahasiswaan" di hadapan para pengurus Ormah 
> (HMI, IMM, PMII, BEM, PMKRI, PMKI, dll).
> 
> 8. Debat tentang "Citra UNG" di hadapan para wartawan.
> 
> 9. Debat tentang "track record calon rektor" di hadapan dosen Non-UNG (IAIN, 
> UG, Univ Ichsan, dll)
> 
> 10. Debat tentang "Manajemen Keuangan UNG" di hadapan BPKD, Kejaksaan, para 
> Auditor, dll.
> 
> Demikian saran,
> 
> Odu'olo,
> 
> Elnino
> 
> --- In gorontalomaju2020@ yahoogroups. com, Bakri Arbie  
> wrote:
> >
> > Yth Rekan milis,
> > 
> > Mohon perkenan para rekan untuk dapat memberikan masukan dalam rangka 
> > pemilihan Rektor UNG.
> > Dari GM2020 dikatakan pada bulan Maret 2010 ini akan diadakan pemilihan 
> > Rektor UNG,
> > dan diminta untuk memberikan kriteria dan masukan demi kepentingan UNG dan 
> > mayarakat Gorontalo.
> > 
> > Sedari dulu mungkin saya berharap banyak yaitu mengharapkan UNG bisa secara 
> > berangsur
> > menjadi Research University dan kemudian menjadi Entrpreneurial Uniiversity 
> > dari saat ini sebagai Teaching University.
> > Tetapi semua tergantung tekad dan kemauan keras dari kita sendiri yaitu 
> > seperti Cina bisa loncat dengan cepat dalam Sistem Inovasi Nasional-nya 
> > yaitu by-pass masyarakat yang masih belum memenuhi syarat untuk menjadi 
> > "knowledge based society and knowledge based economy", KBS dan KBE.
> > 
> > Sebab mereka mengatakan 1,2 milyar penduduk kalau mau dibuat untuk menjadi 
> > KBS dan KBE akan terlalu lama.Sehingga strategi yang mereka pilih adalah 
> > menciptakan "critical mass" yang menjadi mata
> > dan motor penggerak KBS dan KBE di setiap daerah dan pelosok di Cina.
> > Critical Mass (Cm) dari orang yang mempunyai konsep yang strategis 
> > (Strategic Thinking/Concept) dan kemauan yang kuat (Will Power) untuk bisa 
> > menciptakan masyarakat yang sejahtera,cerdas dan damai atau mega-objective/ 
> > goal.
> > Salah satu Cm adalah dari para pemimpin di UNG, Pemda dan penyelenggara 
> > negara dan di daerah serta
> > pe-Bisnis (sesuai dengan pola Triple Helix ABG).Kalau UNG bisa menjadi 
> > pelopor dalam Sistem Inovasi Daerah sehingga bia menjadi model bagi Sistem 
> > Inovasi Nasional yang sedang digarap oleh Presiden SBY,
> > melalui Menristek dan AIPI (Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia), maka UNG 
> > bisa menjadi pioner secara nasional.
> > 
> > Masalahnya memang tidak mudah yaitu perubahan paradigma berpikir untuk bisa 
> > memahami apalagi melaksanakan Sistem 

[GM2020] Re: Ronald Sud Bidjuni, S.Sn (RSB): Bukan Visi Biasa….(Bagian pertama)

2010-03-07 Terurut Topik elninogorontalo
Tidak ingin memuji, tapi ini dahsyat luar biasa 

Thanks telah membuat sy dkk di Salemba bangga dengan teman2 di Bandung. 
Fastabiqul khairah (biar ana NU, tidak apa2 to...? yg penting depe makna)

Odu'olo,

Elnino

--- In gorontalomaju2020@yahoogroups.com, "tomy"  wrote:
>
> Kawanku yang Dahsyat….
> Sebelumnya saya menegaskan bahwa ketika memproklamirkan saudara Ronald Sud 
> Bidjuni – selanjutnya saya sebut RSB - untuk menjadi calon Gubernur 
> Gorontalo, saya tidak main-main, "ini serius kawan…". Semua ini didorong oleh 
> diskusi kami tentang "keadaan". Sebuah "keadaan" yang membuat kami semakin 
> yakin bahwa dia membutuhkan kami, anda, dan semua. "Keadaan" yang kami maksud 
> adalah Gorontalo dengan segala potensi, ancaman, kekuatan, dan kelemahan di 
> dalamnya. Kami, anda, dan kita semua harus mengakui bahwa Gorontalo yang kita 
> cintai itu, saat ini belum sebesar dan sedahsyat sebagaimana cerita-cerita 
> yang kita dengar. Padahal dulu kita pernah memiliki sejarah dan peradaban 
> yang besar dan dahsyat. Semua itu hanya akan terwujud lagi, jika dikelola 
> dengan sebuah kepemimpinan yang dahsyat. Selanjutnya,  kepemimpinan yang 
> dahsyat hanya akan hadir pada orang-orang yang memang memiliki mental 
> kepemimpinan yang dahsyat dan memiliki visi yang besar – jika boleh disebut 
> visi yang tidak biasa-biasa saja. Dan dengan sangat menyesal saya harus 
> mengatakan pada anda semua, bahwa RSB adalah bagian dari kepemimpinan yang 
> dahsyat itu. Ini penting !!! karena menurut saya, untuk menjadi bagian dari 
> kepemimpinan yang dahsyat, harus pede dan punya mimpi yang heboh dan 
> menghebohkan. Itu semua ada dalam diri saudara RSB dengan segala kelebihan 
> dan kekurangannya….
> 
> Kawanku yang Dahsyat….
> Di atas, saya telah mengklaim bahwa RSB sebagai bagian dari pemimpin yang 
> dahsyat, tentunya anda tidak serta merta menerimanya dengan begitu saja dan 
> menuntut saya untuk tidak berbicara seenaknya. Anda pastinya menuntut saya 
> untuk mengutarakan sebuah visi yang mendukung kedahsyatan kepemimpinan RSB. 
> Tunggu dulu…sebelum ke situ, saya ingin memberi tahu anda tentang sebuah 
> cerita yang mengilhami kedahsyatan kepemimpinan RSB. Cerita ini hadir ketika 
> saya bersama RSB bercerita santai sambil ditemani kopi panas, minggu malam, 
> Januari yang lalu. RSB kemudian membuka ceritanya begini…
> 
> "Aku adalah anak tunggal dari seorang Ibu yang dahsyat dan sungguh luar 
> biasa. Dia mengajarkan aku tentang banyak hal. Aku tidak pernah mengenal 
> sosok Bapak, karena Bapak telah meninggalkan kami, ketika aku masih dalam 
> kandungan. Aku hanya tahu Bapak dari cerita-cerita. Bapak katanya, orang 
> sederhana dari keluarga yang biasa-biasa saja. Tapi, itu tidak membuat dia 
> patah semangat. Dia punya mimpi yang besar, mencari pengetahuan sampai ke 
> Jawa. Dan itu terwujud. Tahun 70-an – aku tidak tahu persisnya – dia telah 
> kuliah di Semarang. Singkat cerita, Kanker ganas merenggut nyawa Bapak 
> menghadap sang Illahi meninggalkan seorang wanita yang sampai hari ini aku 
> sebut sebagai "Ibu yang Dahsyat dan Luar Biasa". Tidak ada air mata yang 
> jatuh, tidak ada rengekan…hanya hening dan jiwa besar Ibu yang mengantar 
> jasad Bapak sampai ke liang lahat. Sejak saat itu, Ibu menjadi seorang 
> "single parent". Hari-hari dilaluinya dengan normal-normal saja. Tidak 
> terlihat sedikitpun rasa putus asa. Sampai-sampai ditengah-tengah 
> keterbatasan dan kesibukannya mengurus segala keperluanku, Ibu masih 
> sempat-sempatnya menyelesaikan pendidikan Masternya di Manado. Saat-saat itu, 
> menjadi hal terberat untukku. Aku harus mengurus sendiri keperluan hidup 
> sehari-hari. Akhir-akhir ini, aku baru tahu, jika Ibu mengajarkan sesuatu 
> yang luar biasa tentang kemandirian…..ya…hidup mandiri. Sampai hari ini, 
> Ibuku masih tetap menjadi Ibu yang tegar. Dia tidak menikah lagi, bahkan 
> berpikirpun tidak. Dia menunjukkan kesetiaanya pada Bapak. Terima kasih Ibu, 
> karena telah mencintai Bapak dengan tulus dan mengajarkan aku tentang dunia."
> 
> Kejadian dalam cerita di atas mengajarkan RSB tentang arti pentingnya 
> kekuatan mental, terutama ketika menjadi seorang pemimpin. Ini semua lebih 
> penting dari sekedar visi. Semua itu membentuk pandangan RSB bahwa seorang 
> pemipin yang dahsyat dan mendahsyatkan orang yang dipimpinnya, harus terlebih 
> dahulu memiliki mental yang kuat. "Aku telah merasakan hal yang paling 
> buruk", ungkap RSB. "itu membuat aku semakin yakin bahwa aku mampu menjadi 
> seorang pemimpin yang kuat, karena aku telah hidup dengan orang-orang dahsyat 
> dan kuat, terutama ibu", sambung RSB kemudian.
> 
> Kawanku yang Dahsyat…..
> RSB memiliki karakteristik yang lain dari yang lain – bisa disebut orisinil – 
> dia memiliki jiwa kemandirian yang matang, ikhlas dengan banyak hal yang 
> terjadi padanya, dan tulus dalam memimpin. Dia pernah berkata, "memimpin itu 
> harus dengan ketulusan, karena dalam ketulusan ada kemajuan". Wahdahsyat 
> skali. Betul-bet

Re: [GM2020] LISTRIK BYARPET : Problematika Ketenagalistrikan

2010-03-07 Terurut Topik kilo_r29
Skedar info.. 
Sistem jaringan PLTU di gorontalo sudh terpasang..,GI (gardu induk) isimu, 
botupingge & marisa sdh siap, kendalnya skrg gardu induk di anggrek blum jadi 
krn mash ada maslah perebutan lahan, PLTA Mikro hidro jg di grontalo sdh ada 
bahkn sdh siap operasi bln maret at april letakx di desa buata kecamatn 
atinggola.
Oke
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

-Original Message-
From: Sofyan Uli 
Date: Mon, 8 Mar 2010 01:28:38 
To: 
Subject: [GM2020] LISTRIK BYARPET : Problematika Ketenagalistrikan

LISTRIK BYARPET : Problematika Ketenagalistrikan
Listrik sudah menjadi komoditi yang sangat dibutuhkan oleh manusia di zaman 
modern, tidak kalah pentingnya dengan SEMBAKO (sembilan bahan pokok). Bayangkan 
ketiadaan listrik sudah sangat menghambat aktifitas manusia, mulai kebutuhan 
penerangan, peralatan hiburan, alat masak, alat pencuci, alap pendingin 
ruangan, alat kerja, semuanya sangat tergantung dengan aliran listrik.
Selayaknya pertumbuhan pembangunan pembangkit listrik harus sejalan dengan 
pertumbuhan penduduk dan partumbuhan ekonomi suatu wilayah atau daerah, karena 
kedua aspek tersebut sangat membutuhkan listrik sebagai energi. Namun tidak 
demikian adanya yang terjadi, sejak krisis ekonomi 1998.
Dahulu semua urusan ini ditangani sendiri oleh PLN sebagai perpanjangan tangan 
pemerintah yang walaupun merugi pembangunan tetap jalan terus karena uang ada 
dari hasil pinjaman. Kondisi ini berbalik arah sejak adanya krisis keuangan 
Negara,.
PLN diwajibkan untuk mandiri (menjadi BUMN) dan dapat membiayai dirinya sendiri 
dan harus dapat menghasilkan keuntungan, walaupun dengan bantuan subsidi.
Ketiadaan modal dan dilain pihak harus memenuhi kebutuhan masyarakat yang 
meningkat setiap tahun, maka jalan yang harus ditempuh oleh PLN adalah bekerja 
sama dengan INVESTOR swasta dan peran PLN hanya sebatas sebagai broker 
(perantara). antara KONSUMEN dan INVESTOR.
Investor adalah Lembaga yang selalu mencari keuntungasn (profit center), 
apalagi kalau kerjasama ini untuk jangka waktu yang lama (longterm), kalau 
tidak menguntungan jangan harap ada Investor berminat. Maka tidak heran, bila 
para Investor berlomba2 untuk investasi di Pulau Jawa dan Sumatra dan Sulsel, 
sebab hanya pada wilayah ini investasinya menjanjikan keuntungan.
Apa sebab?
1.  Semakin besar Kapasitas pembangkit, maka semakin murah BIAYA 
PEMBANGUNAN per KVA
2.  Penduduk Pulau Jawa PADAT dan TERSEBAR merata sehingga mudah dalam 
distribusi.
3.  Kapasitas terpasang (maximum capacity) akan TERSERAP, sehinnga biaya 
operasinya effisien
4.  Tersedia jaringan Interkoneksi sehingga tidak membebani biaya TRANSMISI.
Apakah kriteria tersebut dapat dipenuhi oleh Daerah2 di Wilayah Indonesia 
Timur, sehingga pembangunan pembangkit listrik dapat segera terwujud untuk 
mengatasi Krisis Listrik saat ini???
Jawabannya mungkin hanya Sulawesi Selatan yang memenuhi kriteria tersebut???
Kondisi Ketenaga listrikan di Indonesia Timur Umumnya
PLTD (Pembangkit Listrik Tenaga Diesel) adalah pilihan yg paling tepat untuk 
wilayah ini, dengan pertimbangan jumlah penduduk yang tidak terlalu padat dan 
penyebaran yang tidak homogen (terpisah satu sama lain). Dan jenis pembangkit 
PLTD adalah yang paling sederhana mudah dibangun, fleksibel dari sisi kapasitas 
serta dapat berdekatan dengan Konsumen.
Permasalahan sekarang adalah:
Pertama: Tingginya harga BBM mengaharuskan PLN merogoh kantong lebih dalam 
untuk mengoperasikan seluruh PLTD yang ada saat ini, dan konon inilah salah 
satu sebab PLN selalu merasa rugi.
Kedua: Ketiadaan dana untuk menambah kapasitas, untuk memenuhi tuntutan 
pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi di daerah2.
Ketiga: Kurangnya ketertarikan Investor untuk menanamkan modalnya di wilayah 
Timur (seperti telah diterangkan diatas).
Keempat: Program PLTD mulai ditinggalkan oleh PLN, karena tidak feasible dengan 
tariff yang berlaku saat ini.
Kelima: Mesin PLTD yang ada saat ini sudah berumur diatas 10 tahun, sehingga 
semakin beasr biaya untuk Maintenance dan Overhaul.
Buah simalakam bila PLN mencari dana pembangunan dengan cara menaikkan tarif 
listrik disaat kondisi pelayanan yang sangat minimum, dilain pihak tanpa 
kenaikan tarif PLN kesulitan dari sisi pendanaan untuk menambah kapasitas daya.
Pertanyaannya siapa yang harus bertanggung jawab terhadap Krisis Listrik, 
adalah sulit memaksa PLN bertanggungjawab disaat lembaga ini kekurangan dana. 
Atau akankah Pemerintah Daerah akan mengambil alih fungsi PLN, demi kepentingan 
rakyatnya.
Tidak berlebihan bila kondisi defisit daya listrik ini akan menjadi 
permasalahan dan tantangan bagi Pemerintah kini maupun nanti.
Benarkah PLTU Anggrek di Gorontalo akan terrealisir???
Melihat wilayah Propinsi Gorontalo, yang terbentang dari Taludaa sampai 
Molosipat, dari Atingola sampai Tolinggula, yang berada pada area 45 km x 300 
km, dengan penyebaran penduduk yang tidak merata, maka akan sulit bagi PLN 
untuk mencari Investor 

[GM2020] LISTRIK BYARPET : Problematika Ketenagalistrikan

2010-03-07 Terurut Topik Sofyan Uli
LISTRIK BYARPET : Problematika Ketenagalistrikan
Listrik sudah menjadi komoditi yang sangat dibutuhkan oleh manusia di zaman 
modern, tidak kalah pentingnya dengan SEMBAKO (sembilan bahan pokok). Bayangkan 
ketiadaan listrik sudah sangat menghambat aktifitas manusia, mulai kebutuhan 
penerangan, peralatan hiburan, alat masak, alat pencuci, alap pendingin 
ruangan, alat kerja, semuanya sangat tergantung dengan aliran listrik.
Selayaknya pertumbuhan pembangunan pembangkit listrik harus sejalan dengan 
pertumbuhan penduduk dan partumbuhan ekonomi suatu wilayah atau daerah, karena 
kedua aspek tersebut sangat membutuhkan listrik sebagai energi. Namun tidak 
demikian adanya yang terjadi, sejak krisis ekonomi 1998.
Dahulu semua urusan ini ditangani sendiri oleh PLN sebagai perpanjangan tangan 
pemerintah yang walaupun merugi pembangunan tetap jalan terus karena uang ada 
dari hasil pinjaman. Kondisi ini berbalik arah sejak adanya krisis keuangan 
Negara,.
PLN diwajibkan untuk mandiri (menjadi BUMN) dan dapat membiayai dirinya sendiri 
dan harus dapat menghasilkan keuntungan, walaupun dengan bantuan subsidi.
Ketiadaan modal dan dilain pihak harus memenuhi kebutuhan masyarakat yang 
meningkat setiap tahun, maka jalan yang harus ditempuh oleh PLN adalah bekerja 
sama dengan INVESTOR swasta dan peran PLN hanya sebatas sebagai broker 
(perantara). antara KONSUMEN dan INVESTOR.
Investor adalah Lembaga yang selalu mencari keuntungasn (profit center), 
apalagi kalau kerjasama ini untuk jangka waktu yang lama (longterm), kalau 
tidak menguntungan jangan harap ada Investor berminat. Maka tidak heran, bila 
para Investor berlomba2 untuk investasi di Pulau Jawa dan Sumatra dan Sulsel, 
sebab hanya pada wilayah ini investasinya menjanjikan keuntungan.
Apa sebab?
1.  Semakin besar Kapasitas pembangkit, maka semakin murah BIAYA 
PEMBANGUNAN per KVA
2.  Penduduk Pulau Jawa PADAT dan TERSEBAR merata sehingga mudah dalam 
distribusi.
3.  Kapasitas terpasang (maximum capacity) akan TERSERAP, sehinnga biaya 
operasinya effisien
4.  Tersedia jaringan Interkoneksi sehingga tidak membebani biaya TRANSMISI.
Apakah kriteria tersebut dapat dipenuhi oleh Daerah2 di Wilayah Indonesia 
Timur, sehingga pembangunan pembangkit listrik dapat segera terwujud untuk 
mengatasi Krisis Listrik saat ini???
Jawabannya mungkin hanya Sulawesi Selatan yang memenuhi kriteria tersebut???
Kondisi Ketenaga listrikan di Indonesia Timur Umumnya
PLTD (Pembangkit Listrik Tenaga Diesel) adalah pilihan yg paling tepat untuk 
wilayah ini, dengan pertimbangan jumlah penduduk yang tidak terlalu padat dan 
penyebaran yang tidak homogen (terpisah satu sama lain). Dan jenis pembangkit 
PLTD adalah yang paling sederhana mudah dibangun, fleksibel dari sisi kapasitas 
serta dapat berdekatan dengan Konsumen.
Permasalahan sekarang adalah:
Pertama: Tingginya harga BBM mengaharuskan PLN merogoh kantong lebih dalam 
untuk mengoperasikan seluruh PLTD yang ada saat ini, dan konon inilah salah 
satu sebab PLN selalu merasa rugi.
Kedua: Ketiadaan dana untuk menambah kapasitas, untuk memenuhi tuntutan 
pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi di daerah2.
Ketiga: Kurangnya ketertarikan Investor untuk menanamkan modalnya di wilayah 
Timur (seperti telah diterangkan diatas).
Keempat: Program PLTD mulai ditinggalkan oleh PLN, karena tidak feasible dengan 
tariff yang berlaku saat ini.
Kelima: Mesin PLTD yang ada saat ini sudah berumur diatas 10 tahun, sehingga 
semakin beasr biaya untuk Maintenance dan Overhaul.
Buah simalakam bila PLN mencari dana pembangunan dengan cara menaikkan tarif 
listrik disaat kondisi pelayanan yang sangat minimum, dilain pihak tanpa 
kenaikan tarif PLN kesulitan dari sisi pendanaan untuk menambah kapasitas daya.
Pertanyaannya siapa yang harus bertanggung jawab terhadap Krisis Listrik, 
adalah sulit memaksa PLN bertanggungjawab disaat lembaga ini kekurangan dana. 
Atau akankah Pemerintah Daerah akan mengambil alih fungsi PLN, demi kepentingan 
rakyatnya.
Tidak berlebihan bila kondisi defisit daya listrik ini akan menjadi 
permasalahan dan tantangan bagi Pemerintah kini maupun nanti.
Benarkah PLTU Anggrek di Gorontalo akan terrealisir???
Melihat wilayah Propinsi Gorontalo, yang terbentang dari Taludaa sampai 
Molosipat, dari Atingola sampai Tolinggula, yang berada pada area 45 km x 300 
km, dengan penyebaran penduduk yang tidak merata, maka akan sulit bagi PLN 
untuk mencari Investor yang berminat untuk proyek ini.
Membangun ketenaga listrikan tidak hanya sekedar membangun Pembangkit, sebab 
dengan jarak yang jauh antara PEMBANGKIT dengan KONSUMEN, seperti tersebut 
diatas, maka diperlukan Transmisi Tegangan Tinggi yang biayanya sangat mahal.
Barangkali butuh kreatifitas Pemda setempat untuk menciptakan Daya Listrik 
Komunitas. Dengan mencari sumber pembangkit alternative seperti Microhydro 
(Pembangkit Listrik Tenaga Air) yang bisa dibangun dengan kapasitas kecil (5KW) 
sampai kapasitas Menengah (1 MW).
Dari internet dengan mudah kita dapat

[GM2020] Ronald Sud Bidjuni, S.Sn (RSB): Bukan Visi Biasa….(Bagian pertama)

2010-03-07 Terurut Topik tomy
Kawanku yang Dahsyat….
Sebelumnya saya menegaskan bahwa ketika memproklamirkan saudara Ronald Sud 
Bidjuni – selanjutnya saya sebut RSB - untuk menjadi calon Gubernur Gorontalo, 
saya tidak main-main, "ini serius kawan…". Semua ini didorong oleh diskusi kami 
tentang "keadaan". Sebuah "keadaan" yang membuat kami semakin yakin bahwa dia 
membutuhkan kami, anda, dan semua. "Keadaan" yang kami maksud adalah Gorontalo 
dengan segala potensi, ancaman, kekuatan, dan kelemahan di dalamnya. Kami, 
anda, dan kita semua harus mengakui bahwa Gorontalo yang kita cintai itu, saat 
ini belum sebesar dan sedahsyat sebagaimana cerita-cerita yang kita dengar. 
Padahal dulu kita pernah memiliki sejarah dan peradaban yang besar dan dahsyat. 
Semua itu hanya akan terwujud lagi, jika dikelola dengan sebuah kepemimpinan 
yang dahsyat. Selanjutnya,  kepemimpinan yang dahsyat hanya akan hadir pada 
orang-orang yang memang memiliki mental kepemimpinan yang dahsyat dan memiliki 
visi yang besar – jika boleh disebut visi yang tidak biasa-biasa saja. Dan 
dengan sangat menyesal saya harus mengatakan pada anda semua, bahwa RSB adalah 
bagian dari kepemimpinan yang dahsyat itu. Ini penting !!! karena menurut saya, 
untuk menjadi bagian dari kepemimpinan yang dahsyat, harus pede dan punya mimpi 
yang heboh dan menghebohkan. Itu semua ada dalam diri saudara RSB dengan segala 
kelebihan dan kekurangannya….

Kawanku yang Dahsyat….
Di atas, saya telah mengklaim bahwa RSB sebagai bagian dari pemimpin yang 
dahsyat, tentunya anda tidak serta merta menerimanya dengan begitu saja dan 
menuntut saya untuk tidak berbicara seenaknya. Anda pastinya menuntut saya 
untuk mengutarakan sebuah visi yang mendukung kedahsyatan kepemimpinan RSB. 
Tunggu dulu…sebelum ke situ, saya ingin memberi tahu anda tentang sebuah cerita 
yang mengilhami kedahsyatan kepemimpinan RSB. Cerita ini hadir ketika saya 
bersama RSB bercerita santai sambil ditemani kopi panas, minggu malam, Januari 
yang lalu. RSB kemudian membuka ceritanya begini…

"Aku adalah anak tunggal dari seorang Ibu yang dahsyat dan sungguh luar biasa. 
Dia mengajarkan aku tentang banyak hal. Aku tidak pernah mengenal sosok Bapak, 
karena Bapak telah meninggalkan kami, ketika aku masih dalam kandungan. Aku 
hanya tahu Bapak dari cerita-cerita. Bapak katanya, orang sederhana dari 
keluarga yang biasa-biasa saja. Tapi, itu tidak membuat dia patah semangat. Dia 
punya mimpi yang besar, mencari pengetahuan sampai ke Jawa. Dan itu terwujud. 
Tahun 70-an – aku tidak tahu persisnya – dia telah kuliah di Semarang. Singkat 
cerita, Kanker ganas merenggut nyawa Bapak menghadap sang Illahi meninggalkan 
seorang wanita yang sampai hari ini aku sebut sebagai "Ibu yang Dahsyat dan 
Luar Biasa". Tidak ada air mata yang jatuh, tidak ada rengekan…hanya hening dan 
jiwa besar Ibu yang mengantar jasad Bapak sampai ke liang lahat. Sejak saat 
itu, Ibu menjadi seorang "single parent". Hari-hari dilaluinya dengan 
normal-normal saja. Tidak terlihat sedikitpun rasa putus asa. Sampai-sampai 
ditengah-tengah keterbatasan dan kesibukannya mengurus segala keperluanku, Ibu 
masih sempat-sempatnya menyelesaikan pendidikan Masternya di Manado. Saat-saat 
itu, menjadi hal terberat untukku. Aku harus mengurus sendiri keperluan hidup 
sehari-hari. Akhir-akhir ini, aku baru tahu, jika Ibu mengajarkan sesuatu yang 
luar biasa tentang kemandirian…..ya…hidup mandiri. Sampai hari ini, Ibuku masih 
tetap menjadi Ibu yang tegar. Dia tidak menikah lagi, bahkan berpikirpun tidak. 
Dia menunjukkan kesetiaanya pada Bapak. Terima kasih Ibu, karena telah 
mencintai Bapak dengan tulus dan mengajarkan aku tentang dunia."

Kejadian dalam cerita di atas mengajarkan RSB tentang arti pentingnya kekuatan 
mental, terutama ketika menjadi seorang pemimpin. Ini semua lebih penting dari 
sekedar visi. Semua itu membentuk pandangan RSB bahwa seorang pemipin yang 
dahsyat dan mendahsyatkan orang yang dipimpinnya, harus terlebih dahulu 
memiliki mental yang kuat. "Aku telah merasakan hal yang paling buruk", ungkap 
RSB. "itu membuat aku semakin yakin bahwa aku mampu menjadi seorang pemimpin 
yang kuat, karena aku telah hidup dengan orang-orang dahsyat dan kuat, terutama 
ibu", sambung RSB kemudian.

Kawanku yang Dahsyat…..
RSB memiliki karakteristik yang lain dari yang lain – bisa disebut orisinil – 
dia memiliki jiwa kemandirian yang matang, ikhlas dengan banyak hal yang 
terjadi padanya, dan tulus dalam memimpin. Dia pernah berkata, "memimpin itu 
harus dengan ketulusan, karena dalam ketulusan ada kemajuan". Wahdahsyat 
skali. Betul-betul heboh. RSB pernah memberikan pandangannya begini, "putuskan 
visimu setinggi mungkin, jangan setengah atau tiga perempat". Dia bukan tanpa 
alasan berkata demikian. Alasannya begini, "jika kita memutuskan visi kita 
lebih jauh dari apa yang kita mampu, maka secara tidak sadar kita telah 
membebaskan diri kita dari keterkungkungan yang dalam". Oleh karena itu, 
menurut RSB, sebelum menciptakan visi kita harus membebaskan 

Re: [GM2020] Rujak Budaya

2010-03-07 Terurut Topik Iqbal
Tema yang menarik bang muma :) 
Saya ingat waktu lab kami bikin party kecil2an di lab yang dihadiri para sensei 
dan kl 15 orang mhswa.. Pas lagi makan teman saya dari padang yg baru sebulan 
gabung di lab kami berkata : bang Iqbal, tolong MANGKOKnya dong.. Langsung saja 
seluruh mata memandang tajam kearahnya, saya juga kaget setengah mati dan buru2 
menjelaskan ke teman2 semua, setelah mendengarkan penjelasan saya baru semuanya 
tertawa terbahak-bahak..
Kisah nyata lainnya waktu teman dari Brawijaya, malang melapor di imigrasi.. 
Petugas imigrasi minta PASPOTO, teman saya langsung mengeluarkan pasfoto ukuran 
3x4 dari dalam dompetnya tapi sang petugas bilang bukan itu, maka 
dikeluarkanlah semua pasfoto dengan segala ukuran dan disuruh pilih tapi tdk 
satupun yang diambil, sang petugas menggeleng dengan putus asa dan mengomel tdk 
karuan, untung saja petugas lain yang bisa bahasa inggris segera datang 
mengambil alih..
Teman2 saya diatas sampai sekarang masih malu kalau diungkit lagi cerita ini.. 
Hehe..

Pengetahuan tentang budaya dan bahasa daerah atau negara lain saya pikir harus 
dimiliki semua orang yang hidup di era modern..
 
Cat.   : Mangkok : Alat vi*** wanita
 : Paspoto : Passport

Salam
Iqbal

Sent from my iPhone

On Mar 7, 2010, at 7:39 PM, -=Umar=-  wrote:

Salam
Rekan-rekan milister sekalian
Saya ingin sedikit berbagi cerita. Semoga bermanfaat ya
= 

Rujak Budaya

Duh, betapa malunya seorang teman mahasiswa asal Aceh ketika ada yang 
memanggilnya dengan sebutan “kak”. Apalagi di situ ada kawan-kawannya 
sedaerahnya. Sontak mereka langsung senyum-senyum dan menertawakannya. Segera 
teman saya ini berujar “Dek, saya ini Abang, bukan Kakak” Yang ditegur malah 
bingung dan diam tak mengerti.

Sebab memang sebutan Abang dan Kakak adalah sesuatu yang berbeda dalam 
panggilan untuk orang lebih tua di ranah Aceh. Seperti panggilan Mas dan Mbak 
di tanah Jawa. Yang pertama adalah panggilan untuk saudara laki-laki yang lebih 
tua (atau sebagai bentuk penghormatan kepada laki laki) sementara yang kedua 
untuk saudara perempuan yang lebih tua (atau sebagai bentuk penghormatan kepada 
perempuan). Seperti juga panggilan Akang dan Teteh di Sunda, Uda dan Uni di 
Padang atau Kaka dan Tata di Gorontalo.

Memanggil kawan laki laki dari Aceh dengan sebutan kakak sama saja seperti 
memanggilnya dengan sebutan mbak atau teteh.

Perpaduan budaya Indonesia ini memang menghasilkan kekayaan, keunikan, juga 
kelucuan. Pengalaman tinggal serumah dan bergaul dengan kawan banyak komunitas 
orang memberikan saya banyak tambahan pelajaran.

Dalam persoalan bahasa, kadang-kadang satu kata artinya berbeda antara satu 
daerah dengan yang lain. Saya banyak mendengar orang yang mengatakan, pantaslah 
orang-orang NTB itu suka pedas karena memang ibukotanya Lombok. Lombok ya 
pedas. Padahal bagi orang NTB, lombok (dengan sedikit tekanan di bagian akhir 
kata) berarti lurus. Kata ‘Boi’ untuk orang Sumatera Selatan dan beberapa 
daerah sekitar adalah panggilan keakraban untuk orang sebaya. Tapi tolong 
jangan panggil orang Gorontalo dengan sebutan itu. Sebab di sini, Boi itu 
berarti Babi..! Sebutan Tuan Guru Bajang di Nusa Tenggara Barat adalah 
panggilan yang mulia, yang berarti tuan guru muda.Tapi jangan panggil orang 
medan dengan panggilan itu. Sebab kata “Bajang” itu konotasinya tidak baik di 
sana.

Dan sekali lagi tidak perlu kaget kalau mendengar orang-orang timur bertanya, 
“Kopi Mana?” lalu kawannya menjawab “Sapi Mandi.” Apa hubungannya “Kopi” dan 
“Sapi”?
Padahal kawan itu tidak sedang bertanya tentang kopi yang berupa minuman. 
Kalimat itu adalah singkatan dari “Kamu pergi kemana?” Jawabannya: Sapi Mandi, 
“Saya Pergi Mandi”

Itu baru soal bahasa. Belum lagi soal kehidupan dan kebiasaan. Ketika di awal 
perkenalan dengan orang-orang lain daerah, saya pernah mengeluh dalam hati: kok 
kawan ini bicaranya mirip perempuan. Padahal ia sedang berbicara dengan amat 
lembutnya. Sama juga dengan kawan dari Sunda mengira saya sedang tidak stabil 
karena bicara yang mungkin baginya terlalu keras dan terkesan kasar. Padahal 
saya biasa saja.

Ditambah dengan selera masakan yang kontradiktif antara manis dan pedas. Maka 
ketika piket masak, biasanya bisa ditebak siapa yang memasak hari ini, menilik 
citarasa masakannya.

Cuaca dominan panas atau dingin tiap-tiap daerah ternyata memberi pengaruh yang 
lain juga bagi jiwa. Orang yang tinggal di kawasan panas akan cenderung selalu 
ceria dan riang gembira, suka berkawan, spontan dan tidak suka berpikir 
panjang. Kalau terlalu panas, ia menjadi pemarah dan emosional, seperti di 
Irak. Sementara yang tinggal di tempat dingin suka dihancui kecemasan, 
perhitungan dan penuh kewaspadaan. Kadang-kadang lebih mengarah kepada 
kecemasan tak terbatas sampai membawa bunuh diri, seperti di Norway. Untunglah 
kita tinggal di kawasan tropis seperti Indonesia yang cuacanya stabil, namun 
lebih dekat ke panas. Tentang karakteristik warna kulit ini banyak dibahas Ibnu 
Khal

Fw: [GM2020] Re: Rektor UNG.<== Debat Siaran Langsung RRI

2010-03-07 Terurut Topik titien mohammad
- Forwarded Message 

From: titien mohammad 
To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Sent: Mon, March 8, 2010 12:07:50 AM
Subject: Re: [GM2020] Re: Rektor UNG.<== Debat Siaran Langsung RRI

  
MAAAFF...Kalo boleh olo ada uji Bahasa Inggris.. Cos biasanya para rektor itu 
selalu keluar negeri minimal sekali setahun.. ..n kayaknya harus B inggris yang 
aktif..jangan bo pasif.. Jangan sampai kejadian seperti yang direspon ibu 
Amanda Katili di Facebook beliau atas tulisan di Jakarta post ... Ada wakil 
pemerintah Indonesia yang diutus ke Luar negeri.. sampe di sana tidak bisa 
mengimbangi teman2 mereka dari negara lain pada saat diskusi..bolo popooyo.. 
Moopulita doi lo negara..  
http://www.thejakartapost.com/news/2010/02/23/editorial-can%E2%80%99t-speak-english.html

Saya benar2 setuju atas ide li Om nhino ini am... tapi seperti biasa.. ini 
tergantung willingness of senators.. ..Apalagi kalo saran itu barangkali akan 
menjadi kelemahan calon mereka.. mo bapikir mo trima usulan ini..  hehehe... 
tapi.. I guess.. biar so ada visi misi Selanjutnya sambung sandiri waaa... 
heheheheh...



PS. Setelah ba posting ini.. pasti so ada poli yang mo ba telp or ba japri.. 
siap2 jo TITIEN... hehe...

 
Titien FM
 





From: elninogorontalo 
To: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com
Sent: Sun, March 7, 2010 11:29:32 PM
Subject: [GM2020] Re: Rektor UNG.<== Debat Siaran Langsung RRI

  
Setuju, Om Bakrie...

Saya pribadi menyarankan, bila boleh, kepada civitas akademika UNG yang ada di 
milis ini untuk mengusulkan kepada Senat UNG agar mengadakan 10 (sepuluh) kali 
rangkaian debat calon rektor, siaran langsung RRI dan TV lokal.

Debatnya tematik. Panelis pembanding juga berganti-ganti :

1. Debat tentang desain umum pengembangan UNG 4 tahun kedepan di hadapan para 
guru besar UNG.

2. Debat tentang inovasi manajemen administrasi kampus di depan para rektor 
seluruh Perguruan Tinggi di Gorontalo.

3. Debat tentang paradigma pendidikan tinggi di hadapan para ahli (seperti pak 
Ary Pedju, pak Bakrie Arbie dan Razif Halik Uno).

4. Debat tentang fungsi "Pengabdian Terhadap Masyarakat" di hadapan para Ketua 
DPRD se Provinsi Gorontalo.

5. Debat tentang fungsi "Riset" di hadapan Kepala Bappeda se Provinsi Gorontalo.

6. Debat tentang "Kualitas Lulusan UNG" di hadapan para profesionals 
(pengusaha, PGRI, kepala BKD, Kadisnaker, dll).

7. Debat tentang "organisasi kemahasiswaan" di hadapan para pengurus Ormah 
(HMI, IMM, PMII, BEM, PMKRI, PMKI, dll).

8. Debat tentang "Citra UNG" di hadapan para wartawan.

9. Debat tentang "track record calon rektor" di hadapan dosen Non-UNG (IAIN, 
UG, Univ Ichsan, dll)

10. Debat tentang "Manajemen Keuangan UNG" di hadapan BPKD, Kejaksaan, para 
Auditor, dll.

Demikian saran,

Odu'olo,

Elnino

--- In gorontalomaju2020@ yahoogroups. com, Bakri Arbie  wrote:
>
> Yth Rekan milis,
> 
> Mohon perkenan para rekan untuk dapat memberikan masukan dalam rangka 
> pemilihan Rektor UNG.
> Dari GM2020 dikatakan pada bulan Maret 2010 ini akan diadakan pemilihan 
> Rektor UNG,
> dan diminta untuk memberikan kriteria dan masukan demi kepentingan UNG dan 
> mayarakat Gorontalo.
> 
> Sedari dulu mungkin saya berharap banyak yaitu mengharapkan UNG bisa secara 
> berangsur
> menjadi Research University dan kemudian menjadi Entrpreneurial Uniiversity 
> dari saat ini sebagai Teaching University.
> Tetapi semua tergantung tekad dan kemauan keras dari kita sendiri yaitu 
> seperti Cina bisa loncat dengan cepat dalam Sistem Inovasi Nasional-nya yaitu 
> by-pass masyarakat yang masih belum memenuhi syarat untuk menjadi "knowledge 
> based society and knowledge based economy", KBS dan KBE.
> 
> Sebab mereka mengatakan 1,2 milyar penduduk kalau mau dibuat untuk menjadi 
> KBS dan KBE akan terlalu lama.Sehingga strategi yang mereka pilih adalah 
> menciptakan "critical mass" yang menjadi mata
> dan motor penggerak KBS dan KBE di setiap daerah dan pelosok di Cina.
> Critical Mass (Cm) dari orang yang mempunyai konsep yang strategis (Strategic 
> Thinking/Concept) dan kemauan yang kuat (Will Power) untuk bisa menciptakan 
> masyarakat yang sejahtera,cerdas dan damai atau mega-objective/ goal.
> Salah satu Cm adalah dari para pemimpin di UNG, Pemda dan penyelenggara 
> negara dan di daerah serta
> pe-Bisnis (sesuai dengan pola Triple Helix ABG).Kalau UNG bisa menjadi 
> pelopor dalam Sistem Inovasi Daerah sehingga bia menjadi model bagi Sistem 
> Inovasi Nasional yang sedang digarap oleh Presiden SBY,
> melalui Menristek dan AIPI (Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia), maka UNG 
> bisa menjadi pioner secara nasional.
> 
> Masalahnya memang tidak mudah yaitu perubahan paradigma berpikir untuk bisa 
> memahami apalagi melaksanakan Sistem Inovasi Nasional/Daerah, dimana para 
> elit masih mengalami euphoria dan kesempatan untuk mendapatkan uang tanpa 
> kerja keras dan tiadanya konsep yaitu mempunyai obsesi untuk memberdayakan 
> dan mensejahterakan masyarakat.
> 
> Kalau para elit 

Re: [GM2020] Re: Rektor UNG.<== Debat Siaran Langsung RRI

2010-03-07 Terurut Topik titien mohammad
MAAAFF...Kalo boleh olo ada uji Bahasa Inggris.. Cos biasanya para rektor itu 
selalu keluar negeri minimal sekali setahun.. ..n kayaknya harus B inggris yang 
aktif..jangan bo pasif.. Jangan sampai kejadian seperti yang direspon ibu 
Amanda Katili di Facebook beliau atas tulisan di Jakarta post ... Ada wakil 
pemerintah Indonesia yang diutus ke Luar negeri.. sampe di sana tidak bisa 
mengimbangi teman2 mereka dari negara lain pada saat diskusi..bolo popooyo.. 
Moopulita doi lo negara..  
http://www.thejakartapost.com/news/2010/02/23/editorial-can%E2%80%99t-speak-english.html

Saya benar2 setuju atas ide li Om nhino ini am... tapi seperti biasa.. ini 
tergantung willingness of senators.. ..Apalagi kalo saran itu barangkali akan 
menjadi kelemahan calon mereka.. mo bapikir mo trima usulan ini..  hehehe... 
tapi.. I guess.. biar so ada visi misi Selanjutnya sambung sandiri waaa... 
heheheheh...



PS. Setelah ba posting ini.. pasti so ada poli yang mo ba telp or ba japri.. 
siap2 jo TITIEN... hehe...

 
Titien FM
 





From: elninogorontalo 
To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Sent: Sun, March 7, 2010 11:29:32 PM
Subject: [GM2020] Re: Rektor UNG.<== Debat Siaran Langsung RRI

  
Setuju, Om Bakrie...

Saya pribadi menyarankan, bila boleh, kepada civitas akademika UNG yang ada di 
milis ini untuk mengusulkan kepada Senat UNG agar mengadakan 10 (sepuluh) kali 
rangkaian debat calon rektor, siaran langsung RRI dan TV lokal.

Debatnya tematik. Panelis pembanding juga berganti-ganti :

1. Debat tentang desain umum pengembangan UNG 4 tahun kedepan di hadapan para 
guru besar UNG.

2. Debat tentang inovasi manajemen administrasi kampus di depan para rektor 
seluruh Perguruan Tinggi di Gorontalo.

3. Debat tentang paradigma pendidikan tinggi di hadapan para ahli (seperti pak 
Ary Pedju, pak Bakrie Arbie dan Razif Halik Uno).

4. Debat tentang fungsi "Pengabdian Terhadap Masyarakat" di hadapan para Ketua 
DPRD se Provinsi Gorontalo.

5. Debat tentang fungsi "Riset" di hadapan Kepala Bappeda se Provinsi Gorontalo.

6. Debat tentang "Kualitas Lulusan UNG" di hadapan para profesionals 
(pengusaha, PGRI, kepala BKD, Kadisnaker, dll).

7. Debat tentang "organisasi kemahasiswaan" di hadapan para pengurus Ormah 
(HMI, IMM, PMII, BEM, PMKRI, PMKI, dll).

8. Debat tentang "Citra UNG" di hadapan para wartawan.

9. Debat tentang "track record calon rektor" di hadapan dosen Non-UNG (IAIN, 
UG, Univ Ichsan, dll)

10. Debat tentang "Manajemen Keuangan UNG" di hadapan BPKD, Kejaksaan, para 
Auditor, dll.

Demikian saran,

Odu'olo,

Elnino

--- In gorontalomaju2020@ yahoogroups. com, Bakri Arbie  wrote:
>
> Yth Rekan milis,
> 
> Mohon perkenan para rekan untuk dapat memberikan masukan dalam rangka 
> pemilihan Rektor UNG.
> Dari GM2020 dikatakan pada bulan Maret 2010 ini akan diadakan pemilihan 
> Rektor UNG,
> dan diminta untuk memberikan kriteria dan masukan demi kepentingan UNG dan 
> mayarakat Gorontalo.
> 
> Sedari dulu mungkin saya berharap banyak yaitu mengharapkan UNG bisa secara 
> berangsur
> menjadi Research University dan kemudian menjadi Entrpreneurial Uniiversity 
> dari saat ini sebagai Teaching University.
> Tetapi semua tergantung tekad dan kemauan keras dari kita sendiri yaitu 
> seperti Cina bisa loncat dengan cepat dalam Sistem Inovasi Nasional-nya yaitu 
> by-pass masyarakat yang masih belum memenuhi syarat untuk menjadi "knowledge 
> based society and knowledge based economy", KBS dan KBE.
> 
> Sebab mereka mengatakan 1,2 milyar penduduk kalau mau dibuat untuk menjadi 
> KBS dan KBE akan terlalu lama.Sehingga strategi yang mereka pilih adalah 
> menciptakan "critical mass" yang menjadi mata
> dan motor penggerak KBS dan KBE di setiap daerah dan pelosok di Cina.
> Critical Mass (Cm) dari orang yang mempunyai konsep yang strategis (Strategic 
> Thinking/Concept) dan kemauan yang kuat (Will Power) untuk bisa menciptakan 
> masyarakat yang sejahtera,cerdas dan damai atau mega-objective/ goal.
> Salah satu Cm adalah dari para pemimpin di UNG, Pemda dan penyelenggara 
> negara dan di daerah serta
> pe-Bisnis (sesuai dengan pola Triple Helix ABG).Kalau UNG bisa menjadi 
> pelopor dalam Sistem Inovasi Daerah sehingga bia menjadi model bagi Sistem 
> Inovasi Nasional yang sedang digarap oleh Presiden SBY,
> melalui Menristek dan AIPI (Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia), maka UNG 
> bisa menjadi pioner secara nasional.
> 
> Masalahnya memang tidak mudah yaitu perubahan paradigma berpikir untuk bisa 
> memahami apalagi melaksanakan Sistem Inovasi Nasional/Daerah, dimana para 
> elit masih mengalami euphoria dan kesempatan untuk mendapatkan uang tanpa 
> kerja keras dan tiadanya konsep yaitu mempunyai obsesi untuk memberdayakan 
> dan mensejahterakan masyarakat.
> 
> Kalau para elit mempunyai Konsep,maka para pengusaha bisa diberi kesempatan 
> seperti Corporate Social Responsibility yaitu menyumbangkan keuntungannya 
> untuk kemaslahatan rakyat banyak.
> 
> Singkat ceritera saya 

Re: [GM2020] Re: Rektor UNG.<== Debat Siaran Langsung RRI

2010-03-07 Terurut Topik Iqbal
Saya kira ini ide bagus om nino, sedikit masukan debat yang kalau jadi 
dilaksanakan ini jangan lagi disetting spt acara di rri kemaren yang membahas 
ttg bupati bonebolango dan berakhir ricuh setelah didemo beberapa hari 
kemudian. Feed back dan diskusi cukup buat audience yang hadir saja, tidak 
perlu dibuka line telpon..

Iqbal

Sent from my iPhone

On Mar 8, 2010, at 12:29 AM, "elninogorontalo"  
wrote:

Setuju, Om Bakrie...

Saya pribadi menyarankan, bila boleh, kepada civitas akademika UNG yang ada di 
milis ini untuk mengusulkan kepada Senat UNG agar mengadakan 10 (sepuluh) kali 
rangkaian debat calon rektor, siaran langsung RRI dan TV lokal.

Debatnya tematik. Panelis pembanding juga berganti-ganti :

1. Debat tentang desain umum pengembangan UNG 4 tahun kedepan di hadapan para 
guru besar UNG.

2. Debat tentang inovasi manajemen administrasi kampus di depan para rektor 
seluruh Perguruan Tinggi di Gorontalo.

3. Debat tentang paradigma pendidikan tinggi di hadapan para ahli (seperti pak 
Ary Pedju, pak Bakrie Arbie dan Razif Halik Uno).

4. Debat tentang fungsi "Pengabdian Terhadap Masyarakat" di hadapan para Ketua 
DPRD se Provinsi Gorontalo.

5. Debat tentang fungsi "Riset" di hadapan Kepala Bappeda se Provinsi Gorontalo.

6. Debat tentang "Kualitas Lulusan UNG" di hadapan para profesionals 
(pengusaha, PGRI, kepala BKD, Kadisnaker, dll).

7. Debat tentang "organisasi kemahasiswaan" di hadapan para pengurus Ormah 
(HMI, IMM, PMII, BEM, PMKRI, PMKI, dll).

8. Debat tentang "Citra UNG" di hadapan para wartawan.

9. Debat tentang "track record calon rektor" di hadapan dosen Non-UNG (IAIN, 
UG, Univ Ichsan, dll)

10. Debat tentang "Manajemen Keuangan UNG" di hadapan BPKD, Kejaksaan, para 
Auditor, dll.

Demikian saran,

Odu'olo,

Elnino

--- In gorontalomaju2020@yahoogroups.com, Bakri Arbie  wrote:
>
> Yth Rekan milis,
> 
> Mohon perkenan para rekan untuk dapat memberikan masukan dalam rangka 
> pemilihan Rektor UNG.
> Dari GM2020 dikatakan pada bulan Maret 2010 ini akan diadakan pemilihan 
> Rektor UNG,
> dan diminta untuk memberikan kriteria dan masukan demi kepentingan UNG dan 
> mayarakat Gorontalo.
> 
> Sedari dulu mungkin saya berharap banyak yaitu mengharapkan UNG bisa secara 
> berangsur
> menjadi Research University dan kemudian menjadi Entrpreneurial Uniiversity 
> dari saat ini sebagai Teaching University.
> Tetapi semua tergantung tekad dan kemauan keras dari kita sendiri yaitu 
> seperti Cina bisa loncat dengan cepat dalam Sistem Inovasi Nasional-nya yaitu 
> by-pass masyarakat yang masih belum memenuhi syarat untuk menjadi "knowledge 
> based society and knowledge based economy", KBS dan KBE.
> 
> Sebab mereka mengatakan 1,2 milyar penduduk kalau mau dibuat untuk menjadi 
> KBS dan KBE akan terlalu lama.Sehingga strategi yang mereka pilih adalah 
> menciptakan "critical mass" yang menjadi mata
> dan motor penggerak KBS dan KBE di setiap daerah dan pelosok di Cina.
> Critical Mass (Cm) dari orang yang mempunyai konsep yang strategis (Strategic 
> Thinking/Concept) dan kemauan yang kuat (Will Power) untuk bisa menciptakan 
> masyarakat yang sejahtera,cerdas dan damai atau mega-objective/goal.
> Salah satu Cm adalah dari para pemimpin di UNG, Pemda dan penyelenggara 
> negara dan di daerah serta
> pe-Bisnis (sesuai dengan pola Triple Helix ABG).Kalau UNG bisa menjadi 
> pelopor dalam Sistem Inovasi Daerah sehingga bia menjadi model bagi Sistem 
> Inovasi Nasional yang sedang digarap oleh Presiden SBY,
> melalui Menristek dan AIPI (Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia), maka UNG 
> bisa menjadi pioner secara nasional.
> 
> Masalahnya memang tidak mudah yaitu perubahan paradigma berpikir untuk bisa 
> memahami apalagi melaksanakan Sistem Inovasi Nasional/Daerah,dimana para elit 
> masih mengalami euphoria dan kesempatan untuk mendapatkan uang tanpa kerja 
> keras dan tiadanya konsep yaitu mempunyai obsesi untuk memberdayakan dan 
> mensejahterakan masyarakat.
> 
> Kalau para elit mempunyai Konsep,maka para pengusaha bisa diberi kesempatan 
> seperti Corporate Social Responsibility yaitu menyumbangkan keuntungannya 
> untuk kemaslahatan rakyat banyak.
> 
> Singkat ceritera saya punya usul bahwa seorang Rektor harus mempunyai;
> 
> -Pemikiran Strategis untuk bisa membuat UNG menjadi Entrepreunarial 
> University;dengan menggunakan konsep Sistem Inovasi Daerah sebagai konsep 
> utama serta mengerti betapa pentingnya sistem sosio-politik dan sistem 
> tekno-ekonomi untuk secara sinergi dapat berbuat sesuatu bagi kemaslahatan 
> umat,
> -Mempunyai Kekuatan/Kemauan/Will Power untuk bisa melaksanakan Konsepnya 
> secara Operasional jadi dari Mega objektif yaitu dampaknya bagi masyarakat 
> Gorontalo, Macro objektif yaitu UNG bisa menerima konsep untuk menjadi 
> pencipta entrepreneur di daerah dan Micro objektif yaitu secara operasional 
> bisa melakukan tindak lanjut sehingga tiga tingkat objektif yaitu dampak 
> kepada masyarakat,organisasi UNG dan operasional di lapangan sehingga 
> konsepnya bet

Re: [GM2020] Calon rektor UNG+ prof Iswan

2010-03-07 Terurut Topik Iqbal
Senang sekali membaca email dari pak jhgjak. Semoga uraian ini bisa dijadikan 
pelajaran oleh para calon manajer dan pengambil keputusan dimilis ini. Sekedar 
klarifikasi pernyataan saya sebelumnya, maksud saya adalah REALITAS, bukan 
opini.. Begitulah yg terjadi skr ini.
Saya sepakat bahwa sektor pemerintahan dan birokrasi harus sdh mulai mengadopsi 
manajemen perusahaan yang mengedepankan achievement minded, bukan loyalitas.. 
Reformasi birokrasi sama sekali belum menyentuh aspek ini.
Mungkin pak jhgjak atau teman lain bisa sharing pengalaman atau ide kira2 apa 
yang sebaiknya dilakukan untuk merubah ini?

Salam 
Iqbal
PS. JHGJAK = John H Gobel Jakarta ?
Maaf kalau salah, saya hanya menebak.. :)  

Sent from my iPhone

On Mar 7, 2010, at 7:05 PM, jhg...@yahoo.co.id wrote:

Mas Iqbal management prof. dan kepemimpinan tidak membedakan swasta dan 
pemerintah, sebab itu bersifat universal. Tapi kalau anda membeda2kan seperti 
itu, maka tidak heran kl kepemimpinan dine geri tetap ga maju2. Kl gitu kapan 
kita bisa memiliki pemimpin yang mumpuni. Distruktur kepegawaian negri pokoknya 
kl S1, setelah pra jabatan langsung kepala seksi tidak melihat apakah ybs 
memiliki kriteria seorang leader, dan unt peningkatan selanjutnya adalah urusan 
koneksi dan kekerabatan, betul gak? Dan kl anda tetap meli hat permasalahannya 
dari dari perspektif begitu tanpa ingin mere formasi pola pikir yang begitu kpn 
majunya negeri ini. Bukankah para calon2 S2 yang belajar dinama saja didunia 
ini dicekoki dgn bnyk exercise problem solving dengan contoh kasus2 korporasi 
internati onal? Jadi untuk apa ilmu2 yang didapat disana. Sebagai calon2 
pemimpin masa depan anda seharusnya tidak terpaku dengan pola pikir yang 
demikian. Ma'af saya tdk menggurui, tp saya
 hanya merasa terenyuh bila meli hat apa yang sdh menjadi patron para pegawai 
negri kita sejak ber puluh2 tahun yang lalu. Teman2 sy yang sdh pensiun ada 
bbrp dirjen dan bbrp dutabesar, rata2 menga takan cara mempertahankan jaba tan 
adalah dengan cara savety playing saja. Apakah kita masih ingin berkepribadian 
seperti itu? Sekali lagi bkn maksud menggurui.

Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

From: Iqbal 
Date: Sat, 6 Mar 2010 20:23:38 -0800 (PST)
To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Subject: Re: [GM2020] Calon rektor UNG+ prof Iswan

 
Saya sepakat, namun sekedar mengingatkan bahwa ini hanya terjadi di sektor 
swasta.. :)

Iqbal

Sent from my iPhone

On Mar 7, 2010, at 12:31 PM, jhg...@yahoo.co.id wrote:

 
Antara gelar keilmuan dan kepemi mpinan adalah 2 ranah yang ber beda. Tentunya 
yang baik adalah seorang pemimpin yang paripurna yaitu orang yang berpendidikan 
tinggi. dan sekaligus memiliki visi leadership yang kuat. Tapi dlm realitasnya 
cobalah lihat kemajuan peradaban dunia, lebih banyak ilmuwan dipimpin oleh 
orang yang tidak memiliki gelar sekalipun. Banyak sekali contohnya, baik di 
instansi pemerintah, sosial terlebih didunia bisnis. Saya bisa ambil contoh 
diri saya. Sewaktu sy di IBM, saya punya beberapa anak buah S2 yang lulusan US 
pula, even saya pernah ketitipan S3 unt di training. Watson Senior, pendiri 
IBM, bukan siapa2 tapi dia punya integritas kepemimpinan yang kuat. Berapa ribu 
S3 yang kerja untuknya, bahkan ada yang dpt nobel segala. Lihat Bill Gate, brp 
banyak Prof yang kerja unt dia. Pokoknya banyak sekali. System mgmt di ranah IT 
adalah contoh yang baik dlm menelaah system mngmt. Presdir2 IBM Indonesia tidak 
ada yang S2. Diranah ini
 manusia tdk dilihat dr tinggi rendahnya pendidikannya, tapi pada azas ”Respect 
for individual”. Seorang S1gak masalah mimpin para S2/S3, selama dia punya 
kapabilitas unt mimpin, sdg S2/S3 tdk perlu kecil hati sebab dia tidak 
diragukan experties nya dibidang keilmuannya, sememtara posisi mgmt krn 
kemampuannya ”How to get it done timely in proper manner”. Gobel dulu menjadi 
besar bkn krn dia sarjana, tapi karena kepiawaiannya membaca perkembangan 
bisnis elektronik Indonesia dimasa depan(visioner). Ma'af kl komentar ini 
kurang berke nan. 
Wass. John G

Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

From: "Funco Tanipu" 
Date: Sun, 7 Mar 2010 00:49:23 +
To: 
Cc: 
Subject: Re: [GM2020] Calon rektor UNG+ prof Iswan

 

Pak Iswan itu seorang Dokter, juga Doktor.





Terima Kasih


Funco Tanipu

From: "m...@teoritik.fisika.net" 
Date: Sat, 6 Mar 2010 15:28:51 -0800
To: 
Cc: 
Subject: [GM2020] Calon rektor UNG+ prof Iswan

 
senat ung membuat aturan untuk menjadi rektor harus Doktor (S3). sedangkan pada 
aturan kepmen hanya Magister (S2).
Terus kalau bapak Iswan Maju bagaimana dengan gelar harus Doktor. 
terus saya sebagai orang awam di UNG s2 tidak bisa mengajar di S2 dan harus S3  
dan S1 tidak boleh mengajar di S1 tetapi ada banyak matakuliah saya lihat masih 
ada S1, malah saya lihat yang megajar S1 cuman tulis nama saja tapi yangh 
menjalankan S1 mengajar S1.

bapak Iswan dokter (dr) atau Doktor (Dr)? saya bingung persyara

[GM2020] Re: Rektor UNG.<== Debat Siaran Langsung RRI

2010-03-07 Terurut Topik elninogorontalo
Setuju, Om Bakrie...

Saya pribadi menyarankan, bila boleh, kepada civitas akademika UNG yang ada di 
milis ini untuk mengusulkan kepada Senat UNG agar mengadakan 10 (sepuluh) kali 
rangkaian debat calon rektor, siaran langsung RRI dan TV lokal.

Debatnya tematik. Panelis pembanding juga berganti-ganti :

1. Debat tentang desain umum pengembangan UNG 4 tahun kedepan di hadapan para 
guru besar UNG.

2. Debat tentang inovasi manajemen administrasi kampus di depan para rektor 
seluruh Perguruan Tinggi di Gorontalo.

3. Debat tentang paradigma pendidikan tinggi di hadapan para ahli (seperti pak 
Ary Pedju, pak Bakrie Arbie dan Razif Halik Uno).

4. Debat tentang fungsi "Pengabdian Terhadap Masyarakat" di hadapan para Ketua 
DPRD se Provinsi Gorontalo.

5. Debat tentang fungsi "Riset" di hadapan Kepala Bappeda se Provinsi Gorontalo.

6. Debat tentang "Kualitas Lulusan UNG" di hadapan para profesionals 
(pengusaha, PGRI, kepala BKD, Kadisnaker, dll).

7. Debat tentang "organisasi kemahasiswaan" di hadapan para pengurus Ormah 
(HMI, IMM, PMII, BEM, PMKRI, PMKI, dll).

8. Debat tentang "Citra UNG" di hadapan para wartawan.

9. Debat tentang "track record calon rektor" di hadapan dosen Non-UNG (IAIN, 
UG, Univ Ichsan, dll)

10. Debat tentang "Manajemen Keuangan UNG" di hadapan BPKD, Kejaksaan, para 
Auditor, dll.

Demikian saran,

Odu'olo,

Elnino


--- In gorontalomaju2020@yahoogroups.com, Bakri Arbie  wrote:
>
> Yth Rekan milis,
> 
> Mohon perkenan para rekan untuk dapat memberikan masukan dalam rangka 
> pemilihan Rektor UNG.
> Dari GM2020 dikatakan pada bulan Maret 2010 ini akan diadakan pemilihan 
> Rektor UNG,
> dan diminta untuk memberikan kriteria dan masukan demi kepentingan UNG dan 
> mayarakat Gorontalo.
> 
> Sedari dulu mungkin saya berharap banyak yaitu mengharapkan UNG bisa secara 
> berangsur
> menjadi Research University dan kemudian menjadi Entrpreneurial Uniiversity 
> dari saat ini sebagai Teaching University.
> Tetapi semua tergantung tekad dan kemauan keras dari kita sendiri yaitu 
> seperti Cina bisa loncat dengan cepat dalam Sistem Inovasi Nasional-nya yaitu 
> by-pass masyarakat yang masih belum memenuhi syarat untuk menjadi "knowledge 
> based society and knowledge based economy", KBS dan KBE.
> 
> Sebab mereka mengatakan 1,2 milyar penduduk kalau mau dibuat untuk menjadi 
> KBS dan KBE akan terlalu lama.Sehingga strategi yang mereka pilih adalah 
> menciptakan "critical mass" yang menjadi mata
> dan motor penggerak KBS dan KBE di setiap daerah dan pelosok di Cina.
> Critical Mass (Cm) dari orang yang mempunyai konsep yang strategis (Strategic 
> Thinking/Concept) dan kemauan yang kuat (Will Power) untuk bisa menciptakan 
> masyarakat yang sejahtera,cerdas dan damai atau mega-objective/goal.
> Salah satu Cm adalah dari para pemimpin di UNG, Pemda dan penyelenggara 
> negara dan di daerah serta
> pe-Bisnis (sesuai dengan pola Triple Helix ABG).Kalau UNG bisa menjadi 
> pelopor dalam Sistem Inovasi Daerah sehingga bia menjadi model bagi Sistem 
> Inovasi Nasional yang sedang digarap oleh Presiden SBY,
> melalui Menristek dan AIPI (Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia), maka UNG 
> bisa menjadi pioner secara nasional.
> 
> Masalahnya memang tidak mudah yaitu perubahan paradigma berpikir untuk bisa 
> memahami apalagi melaksanakan Sistem Inovasi Nasional/Daerah,dimana para elit 
> masih mengalami euphoria dan kesempatan untuk mendapatkan uang tanpa kerja 
> keras dan tiadanya konsep yaitu mempunyai obsesi untuk memberdayakan dan 
> mensejahterakan masyarakat.
> 
> Kalau para elit mempunyai Konsep,maka para pengusaha bisa diberi kesempatan 
> seperti Corporate Social Responsibility yaitu menyumbangkan keuntungannya 
> untuk kemaslahatan rakyat banyak.
> 
> Singkat ceritera saya punya usul bahwa seorang Rektor harus mempunyai;
> 
> -Pemikiran Strategis untuk bisa membuat UNG menjadi Entrepreunarial 
> University;dengan menggunakan konsep Sistem Inovasi Daerah sebagai konsep 
> utama serta mengerti betapa pentingnya sistem sosio-politik dan sistem 
> tekno-ekonomi untuk secara sinergi dapat berbuat sesuatu bagi kemaslahatan 
> umat,
> -Mempunyai Kekuatan/Kemauan/Will Power untuk bisa melaksanakan Konsepnya 
> secara Operasional jadi dari Mega objektif yaitu dampaknya bagi masyarakat 
> Gorontalo, Macro objektif yaitu UNG bisa menerima konsep untuk menjadi 
> pencipta entrepreneur di daerah dan Micro objektif yaitu secara operasional 
> bisa melakukan tindak lanjut sehingga tiga tingkat objektif yaitu dampak 
> kepada masyarakat,organisasi UNG dan operasional di lapangan sehingga 
> konsepnya betul teruji dan bisa menjadi model bagi seluruh Indonesia.
> -Karena kedua hal diatas itu tidak mudah,maka Rektor UNG harus mempunyai 
> kemampuan dalam Strategic Leadership dan Decision Making yang prima.Karena 
> dalam suasana dunia saat ini yang penuh apa yang disebut VUCA; Volatility; 
> Uncertainty; Complexity; Ambiguity dan situasi krisis dunia yang penuh dengan 
> dinamika,memerlukan pemimpin yang handa

Re: [GM2020] Calon rektor UNG  prof Iswan Dr dr

2010-03-07 Terurut Topik denbaga
Kata bijak orang Minahasa, "Sitou mou simou tou" (orang hidup menghidupkan 
orang lain). Kalau di Gorontalo, "tau monga tau!"
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT



Majulah Gorontalo kita!Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/gorontalomaju2020/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/gorontalomaju2020/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
gorontalomaju2020-dig...@yahoogroups.com 
gorontalomaju2020-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
gorontalomaju2020-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/



Re: [GM2020] Calon rektor UNG prof Iswan Dr dr

2010-03-07 Terurut Topik Iqbal
Name is everything (Bill Clinton)
Jadi ingat seseorang.. :)

Iqbal

Sent from my iPhone

On Mar 7, 2010, at 10:16 PM, denb...@yahoo.com wrote:

What is a name? (Shakespeare)
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT



Majulah Gorontalo kita!Yahoo! Groups Links






  


Re: [GM2020] Calon rektor UNG prof Iswan Dr dr

2010-03-07 Terurut Topik denbaga
What is a name? (Shakespeare)
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT



Majulah Gorontalo kita!Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/gorontalomaju2020/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/gorontalomaju2020/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
gorontalomaju2020-dig...@yahoogroups.com 
gorontalomaju2020-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
gorontalomaju2020-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/



[GM2020] Rektor UNG.

2010-03-07 Terurut Topik denbaga
Setuju, kalau perlu Rektor UNG orang China, biar bisa mengadaptasi siasat ilmu 
negeri nenek moyangnya! Majulah Gorontalo!!
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT



Majulah Gorontalo kita!Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/gorontalomaju2020/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/gorontalomaju2020/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
gorontalomaju2020-dig...@yahoogroups.com 
gorontalomaju2020-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
gorontalomaju2020-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/



[GM2020] Rektor UNG.

2010-03-07 Terurut Topik Bakri Arbie
Yth Rekan milis,

Mohon perkenan para rekan untuk dapat memberikan masukan dalam rangka pemilihan 
Rektor UNG.
Dari GM2020 dikatakan pada bulan Maret 2010 ini akan diadakan pemilihan Rektor 
UNG,
dan diminta untuk memberikan kriteria dan masukan demi kepentingan UNG dan 
mayarakat Gorontalo.

Sedari dulu mungkin saya berharap banyak yaitu mengharapkan UNG bisa secara 
berangsur
menjadi Research University dan kemudian menjadi Entrpreneurial Uniiversity 
dari saat ini sebagai Teaching University.
Tetapi semua tergantung tekad dan kemauan keras dari kita sendiri yaitu seperti 
Cina bisa loncat dengan cepat dalam Sistem Inovasi Nasional-nya yaitu by-pass 
masyarakat yang masih belum memenuhi syarat untuk menjadi "knowledge based 
society and knowledge based economy", KBS dan KBE.

Sebab mereka mengatakan 1,2 milyar penduduk kalau mau dibuat untuk menjadi KBS 
dan KBE akan terlalu lama.Sehingga strategi yang mereka pilih adalah 
menciptakan "critical mass" yang menjadi mata
dan motor penggerak KBS dan KBE di setiap daerah dan pelosok di Cina.
Critical Mass (Cm) dari orang yang mempunyai konsep yang strategis (Strategic 
Thinking/Concept) dan kemauan yang kuat (Will Power) untuk bisa menciptakan 
masyarakat yang sejahtera,cerdas dan damai atau mega-objective/goal.
Salah satu Cm adalah dari para pemimpin di UNG, Pemda dan penyelenggara negara 
dan di daerah serta
pe-Bisnis (sesuai dengan pola Triple Helix ABG).Kalau UNG bisa menjadi pelopor 
dalam Sistem Inovasi Daerah sehingga bia menjadi model bagi Sistem Inovasi 
Nasional yang sedang digarap oleh Presiden SBY,
melalui Menristek dan AIPI (Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia), maka UNG bisa 
menjadi pioner secara nasional.

Masalahnya memang tidak mudah yaitu perubahan paradigma berpikir untuk bisa 
memahami apalagi melaksanakan Sistem Inovasi Nasional/Daerah,dimana para elit 
masih mengalami euphoria dan kesempatan untuk mendapatkan uang tanpa kerja 
keras dan tiadanya konsep yaitu mempunyai obsesi untuk memberdayakan dan 
mensejahterakan masyarakat.

Kalau para elit mempunyai Konsep,maka para pengusaha bisa diberi kesempatan 
seperti Corporate Social Responsibility yaitu menyumbangkan keuntungannya untuk 
kemaslahatan rakyat banyak.

Singkat ceritera saya punya usul bahwa seorang Rektor harus mempunyai;

-Pemikiran Strategis untuk bisa membuat UNG menjadi Entrepreunarial 
University;dengan menggunakan konsep Sistem Inovasi Daerah sebagai konsep utama 
serta mengerti betapa pentingnya sistem sosio-politik dan sistem tekno-ekonomi 
untuk secara sinergi dapat berbuat sesuatu bagi kemaslahatan umat,
-Mempunyai Kekuatan/Kemauan/Will Power untuk bisa melaksanakan Konsepnya secara 
Operasional jadi dari Mega objektif yaitu dampaknya bagi masyarakat Gorontalo, 
Macro objektif yaitu UNG bisa menerima konsep untuk menjadi pencipta 
entrepreneur di daerah dan Micro objektif yaitu secara operasional bisa 
melakukan tindak lanjut sehingga tiga tingkat objektif yaitu dampak kepada 
masyarakat,organisasi UNG dan operasional di lapangan sehingga konsepnya betul 
teruji dan bisa menjadi model bagi seluruh Indonesia.
-Karena kedua hal diatas itu tidak mudah,maka Rektor UNG harus mempunyai 
kemampuan dalam Strategic Leadership dan Decision Making yang prima.Karena 
dalam suasana dunia saat ini yang penuh apa yang disebut VUCA; Volatility; 
Uncertainty; Complexity; Ambiguity dan situasi krisis dunia yang penuh dengan 
dinamika,memerlukan pemimpin yang handal,berkemauan keras,skill dan cerdas 
untuk bisa memenuhi 3 tingkat obyektivitas diatas.

Sebagai penutup maka kita menginginkan Rektor UNG adalah seorang yang mempunyai 
imaginasi,kreativitas dan intelektual serta Iman dan Takwa,sesuai dengan 
kriteria Presiden B.J. Habibie.
Semoga berkenan.

Wassalam,
Bakri Arbie.

The greatest danger in time of turbulence is not the turbulences itself,
It is to act with yesterday logic. danger.
So Innovate or Die.


  

[GM2020] Rujak Budaya

2010-03-07 Terurut Topik -=Umar=-
SalamRekan-rekan milister sekalianSaya ingin sedikit berbagi cerita. Semoga 
bermanfaat ya= 
Rujak Budaya
Duh, betapa malunya seorang teman mahasiswa asal Aceh ketika ada yang 
memanggilnya dengan sebutan “kak”. Apalagi di situ ada kawan-kawannya 
sedaerahnya. Sontak mereka langsung senyum-senyum dan menertawakannya. Segera 
teman saya ini berujar “Dek, saya ini Abang, bukan Kakak” Yang ditegur malah 
bingung dan diam tak mengerti.
Sebab memang sebutan Abang dan Kakak adalah sesuatu yang berbeda dalam 
panggilan untuk orang lebih tua di ranah Aceh. Seperti panggilan Mas dan Mbak 
di tanah Jawa. Yang pertama adalah panggilan untuk saudara laki-laki yang lebih 
tua (atau sebagai bentuk penghormatan kepada laki laki) sementara yang kedua 
untuk saudara perempuan yang lebih tua (atau sebagai bentuk penghormatan kepada 
perempuan). Seperti juga panggilan Akang dan Teteh di Sunda, Uda dan Uni di 
Padang atau Kaka dan Tata di Gorontalo.
Memanggil kawan laki laki dari Aceh dengan sebutan kakak sama saja seperti 
memanggilnya dengan sebutan mbak atau teteh.
Perpaduan budaya Indonesia ini memang menghasilkan kekayaan, keunikan, juga 
kelucuan. Pengalaman tinggal serumah dan bergaul dengan kawan banyak komunitas 
orang memberikan saya banyak tambahan pelajaran.
Dalam persoalan bahasa, kadang-kadang satu kata artinya berbeda antara satu 
daerah dengan yang lain. Saya banyak mendengar orang yang mengatakan, pantaslah 
orang-orang NTB itu suka pedas karena memang ibukotanya Lombok. Lombok ya 
pedas. Padahal bagi orang NTB, lombok (dengan sedikit tekanan di bagian akhir 
kata) berarti lurus. Kata ‘Boi’ untuk orang Sumatera Selatan dan beberapa 
daerah sekitar adalah panggilan keakraban untuk orang sebaya. Tapi tolong 
jangan panggil orang Gorontalo dengan sebutan itu. Sebab di sini, Boi itu 
berarti Babi..! Sebutan Tuan Guru Bajang di Nusa Tenggara Barat adalah 
panggilan yang mulia, yang berarti tuan guru muda.Tapi jangan panggil orang 
medan dengan panggilan itu. Sebab kata “Bajang” itu konotasinya tidak baik di 
sana.
Dan sekali lagi tidak perlu kaget kalau mendengar orang-orang timur bertanya, 
“Kopi Mana?” lalu kawannya menjawab “Sapi Mandi.” Apa hubungannya “Kopi” dan 
“Sapi”?Padahal kawan itu tidak sedang bertanya tentang kopi yang berupa 
minuman. Kalimat itu adalah singkatan dari “Kamu pergi kemana?” Jawabannya: 
Sapi Mandi, “Saya Pergi Mandi”
Itu baru soal bahasa. Belum lagi soal kehidupan dan kebiasaan. Ketika di awal 
perkenalan dengan orang-orang lain daerah, saya pernah mengeluh dalam hati: kok 
kawan ini bicaranya mirip perempuan. Padahal ia sedang berbicara dengan amat 
lembutnya. Sama juga dengan kawan dari Sunda mengira saya sedang tidak stabil 
karena bicara yang mungkin baginya terlalu keras dan terkesan kasar. Padahal 
saya biasa saja.
Ditambah dengan selera masakan yang kontradiktif antara manis dan pedas. Maka 
ketika piket masak, biasanya bisa ditebak siapa yang memasak hari ini, menilik 
citarasa masakannya.
Cuaca dominan panas atau dingin tiap-tiap daerah ternyata memberi pengaruh yang 
lain juga bagi jiwa. Orang yang tinggal di kawasan panas akan cenderung selalu 
ceria dan riang gembira, suka berkawan, spontan dan tidak suka berpikir 
panjang. Kalau terlalu panas, ia menjadi pemarah dan emosional, seperti di 
Irak. Sementara yang tinggal di tempat dingin suka dihancui kecemasan, 
perhitungan dan penuh kewaspadaan. Kadang-kadang lebih mengarah kepada 
kecemasan tak terbatas sampai membawa bunuh diri, seperti di Norway. Untunglah 
kita tinggal di kawasan tropis seperti Indonesia yang cuacanya stabil, namun 
lebih dekat ke panas. Tentang karakteristik warna kulit ini banyak dibahas Ibnu 
Khaldun dalam kitab Muqaddimahnya.
Kembali ke soal panggilan, kawan-kawan aceh kadang merasa heran dengan kawan 
yang memanggil saya dengan sebutan “Kak Muma”. Abang ini kok dipanggil kakak. 
Atau ketika ada yang bilang: saya tinggal dengan kak Muma, ada yang refleks 
menjawab “heh, kamu tinggal serumah dengan perempuan ya?” hahaha.. padahal saya 
ini adalah Abang sekaligus kakak. Di Aceh Abang, di Gorontalo Kakak.
Hidup di kawasan dengan budaya yang merujak seperti ini sering membuat orang 
cepat menilai dengan sekedar melihat keadaan beberap kawan-kawan dan orang 
-orang yang ada di dekatnya. “Oh ternyata, orang Jawa Timur begini, ternyata 
orang Medan begini, ternyata orang Gorontalo begini” Ujungnya-ujungnya adalah 
menggeneralisir.
Kita tentunya tidak bisa mengendalikan penilaian dan gerak hati seseorang. Apa 
yang dia lihat itulah yang dia nilai, walaupun penglihatannya terbatas. Yang 
bisa dilakukan adalah menjadi duta dan promosi yang baik bagi diri sendiri, 
juga bagi daerah asal. Kalau dalam skup lebih luas, setiap warga membawa nama 
baik bangsanya. Ketika ia baik, maka yang ikut harum tidak hanya namanya, tapi 
kampung asalnya, dan bangsanya. Ketika buruk, burukpulalah citranya dan citra 
kampung dan bangsanya yang menempel pada dirinya.
Lebih-lebih dengan kondisi dunia semakin mengecil ini. K

Re: [GM2020] Calon rektor UNG+ prof Iswan

2010-03-07 Terurut Topik jhgjak
Mas Iqbal management prof. dan kepemimpinan tidak membedakan swasta dan 
pemerintah, sebab itu bersifat universal. Tapi kalau anda membeda2kan seperti 
itu, maka tidak heran kl kepemimpinan dine geri tetap ga maju2. Kl gitu kapan 
kita bisa memiliki pemimpin yang mumpuni. Distruktur kepegawaian negri pokoknya 
kl S1, setelah pra jabatan langsung kepala seksi tidak melihat apakah ybs 
memiliki kriteria seorang leader, dan unt peningkatan selanjutnya adalah urusan 
koneksi dan kekerabatan, betul gak? Dan kl anda tetap meli hat permasalahannya 
dari dari perspektif begitu tanpa ingin mere formasi pola pikir yang  begitu 
kpn majunya negeri ini. Bukankah para calon2 S2 yang belajar dinama saja 
didunia ini dicekoki dgn bnyk exercise problem solving dengan contoh  kasus2 
korporasi internati onal? Jadi untuk apa ilmu2 yang didapat disana. Sebagai 
calon2 pemimpin masa depan anda seharusnya tidak terpaku dengan pola pikir yang 
demikian. Ma'af saya tdk menggurui, tp saya hanya merasa terenyuh bila meli hat 
apa yang sdh menjadi patron para pegawai negri kita sejak ber puluh2 tahun yang 
lalu. Teman2 sy yang sdh pensiun ada bbrp dirjen dan bbrp dutabesar, rata2 
menga takan cara mempertahankan jaba tan adalah dengan cara savety playing 
saja. Apakah kita masih ingin berkepribadian seperti itu? Sekali lagi bkn 
maksud menggurui.  
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

-Original Message-
From: Iqbal 
Date: Sat, 6 Mar 2010 20:23:38 
To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Subject: Re: [GM2020] Calon rektor UNG+ prof Iswan

Saya sepakat, namun sekedar mengingatkan bahwa ini hanya terjadi di sektor 
swasta.. :)

Iqbal

Sent from my iPhone

On Mar 7, 2010, at 12:31 PM, jhg...@yahoo.co.id wrote:

Antara gelar keilmuan dan kepemi mpinan adalah 2 ranah yang ber beda. Tentunya 
yang baik adalah seorang pemimpin yang paripurna yaitu orang yang berpendidikan 
tinggi. dan sekaligus memiliki visi leadership yang kuat. Tapi dlm realitasnya 
cobalah lihat kemajuan peradaban dunia, lebih banyak ilmuwan dipimpin oleh 
orang yang tidak memiliki gelar sekalipun. Banyak sekali contohnya, baik di 
instansi pemerintah, sosial terlebih didunia bisnis. Saya bisa ambil contoh 
diri saya. Sewaktu sy di IBM, saya punya beberapa anak buah S2 yang lulusan US 
pula, even saya pernah ketitipan S3 unt di training. Watson Senior, pendiri 
IBM, bukan siapa2 tapi dia punya integritas kepemimpinan yang kuat. Berapa ribu 
S3 yang kerja untuknya, bahkan ada yang dpt nobel segala. Lihat Bill Gate, brp 
banyak Prof yang kerja unt dia. Pokoknya banyak sekali. System mgmt di ranah IT 
adalah contoh yang baik dlm menelaah system mngmt. Presdir2 IBM Indonesia tidak 
ada yang S2. Diranah ini
 manusia tdk dilihat dr tinggi rendahnya pendidikannya, tapi pada azas ”Respect 
for individual”. Seorang S1gak masalah mimpin para S2/S3, selama dia punya 
kapabilitas unt mimpin, sdg S2/S3 tdk perlu kecil hati sebab dia tidak 
diragukan experties nya dibidang keilmuannya, sememtara posisi mgmt krn 
kemampuannya ”How to get it done timely in proper manner”. Gobel dulu menjadi 
besar bkn krn dia sarjana, tapi karena kepiawaiannya membaca perkembangan 
bisnis elektronik Indonesia dimasa depan(visioner). Ma'af kl komentar ini 
kurang berke nan. 
Wass. John G

Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

From: "Funco Tanipu" 
Date: Sun, 7 Mar 2010 00:49:23 +
To: 
Cc: 
Subject: Re: [GM2020] Calon rektor UNG+ prof Iswan

 

Pak Iswan itu seorang Dokter, juga Doktor.





Terima Kasih


Funco Tanipu

From: "m...@teoritik.fisika.net" 
Date: Sat, 6 Mar 2010 15:28:51 -0800
To: 
Cc: 
Subject: [GM2020] Calon rektor UNG+ prof Iswan

 
senat ung membuat aturan untuk menjadi rektor harus Doktor (S3). sedangkan pada 
aturan kepmen hanya Magister (S2).
Terus kalau bapak Iswan Maju bagaimana dengan gelar harus Doktor. 
terus saya sebagai orang awam di UNG s2 tidak bisa mengajar di S2 dan harus S3  
dan S1 tidak boleh mengajar di S1 tetapi ada banyak matakuliah saya lihat masih 
ada S1, malah saya lihat yang megajar S1 cuman tulis nama saja tapi yangh 
menjalankan S1 mengajar S1.

bapak Iswan dokter (dr) atau Doktor (Dr)? saya bingung persyaratan yang di buat 
oleh UNG harus doktor untuk menjadi rektor!!! bila bapak hanya dokter bukan 
doktor walau[pun guru besar otomatis  akan kendala di persayaratan, karena di 
UNG Guru besar S1 tidak bisa juga mengajar di S2 dan S3 tetapi saya lihat di 
lai S1 dan guru besar bisa bimbing S3 contoh prof  R Soedjadi.

Wassalam
my


 
referensi fisika utama - http://www.fisika.net




  


[GM2020] Fw: [AlumniPrancis] re: ODE AN DIE FRAU

2010-03-07 Terurut Topik Bakri Arbie




- Forwarded Message 
From: bakri arbie 
To: alumnipran...@yahoogroups.com
Cc: rahakund...@yahoo.co.uk; Razif Halik ; Angky Pedju 
; Kusmayanto Kadiman ; Anice 
Bhadmurtiraka ; Omar Trigantara 
; arbie bakri ; Erik Iskandar 
; sya...@ung.ac.id
Sent: Sun, March 7, 2010 8:45:11 AM
Subject: Re: [AlumniPrancis] re: ODE AN DIE FRAU


Yth Pak Anda dan Rekan milis,

Terima kasih pula atas apresiasinya.
Kemarin mumpung libur,saya mencari foto-foto lama dan ketemu brosur sewaktu 
saya kunjungi
Museum Rodin di Paris,tahun 1999.
Dalam rangka seminar nuklir saya beserta isteri dan promotor S-3 saya 
berkesempatan menghadiri seminar
di Paris,jadi nostalgia lagi lihat Paris dan sekitarnya.

Panitia lokal memang cerdas,acaranya bermacam-macam a.l. Versailles,naik boat 
di Seine,kunjungan budaya ke Museum Rodin,Montmartre.
Kunjungan ke Montmartre sebenarnya kunjungan terselubung untuk lihat Pigalle.
Bagaikan mimpi lagi melihat Versailles,sambil ada yang menerangkan,kita pergi 
hingga Chalet,
tempat pementasan karya Shakespeare yang diprakarsai oleh Ratu Antoinette,ada 
istana kecil ditaman tempat rendesvous/affairs cinta dan tempat duel para 
bangsawan waktu itu.

Yang menarik adalah di Batoue Mouche ?,sepanjang sungai Seine,sampai ke 
katedral Notre Dame dan dibawah gemerlapnya lampu-lampu di kota Paris, dinner 
khas makanan Prancis yang lezat,kita mendengarkan penyanyi life membawakan 
lagu-lagu Edith Piaff tentang Parislupa judul lagunya.

Sangat terkesan pula dengan karya Rodin yaitu manusia yang berpikir The 
Thinker, ada pula The Kiss yang cukup sensual,dimana diperlihatkan ekspresi 
mata, jari-jemari dan kaki dari sepasang muda mudi yang sedang berciuman 
mesra.Letak kepala, tangan dan kaki dari sepasang yang lagi asyik.Suatu studi 
ekspresi manusia yang mendalam dari seorang pematung.

The Thinker saya kira merupakan ekspresi dari ."Iqra",bacalah dan 
berpikirlah,
suatu ayat pertama wahyu yang banyak dilupakan oleh penganutnya.

Namun dari semua karya Rodin ada sesuatu yang hingga kini saya tidak mengerti 
dan tetap penasaran,
yaitu karya dengan judul " The Messenger of Gods",yaitu patung. yang 
tak bisa diterangkan sehingga
anda sendiri bisa melihatnya langsung.Jadi kalau mampir ke Paris,datanglah 
melihat sendiri,museumnya dekat Des Invalides atau terminal Airport di kota 
Paris.

Selamat bernostalgia tentang Paris,kota tempatnya Pak Anda bermukim.Asyik.

Salam Hormat,
Bakri Arbie.

In art,..immorality cannot exist,
Art is always .sacred.
August Rodin.









From: Anda Djoehana Wiradikarta 
To: alumnipran...@yahoogroups.com
Sent: Sat, March 6, 2010 11:23:17 PM
Subject: [AlumniPrancis] re: ODE AN DIE FRAU

  
Terima kasih Pak Bakri untuk syair ini yang memuji wanita dan kecantikannya! 
Akan saya pasang di Facebook,

Anda


> Message du 06/03/10 13:07
>> De : "bakri arbie" 
>> A : alumniprancis@ yahoogroups. com
>> Copie à : "Erik Iskandar" , "Razif Halik" , rahakundini@ yahoo.co. uk, "Omar 
>> Trigantara" , "Anice Bhadmurtiraka" 
>> Objet : [AlumniPrancis] Fw: à voir absolument !
>> 
>- Forwarded Message 
>
>> From: Armel NOIRY gmail.com>
>> To: Armel NOIRY gmail.com>
>> Sent: Sat, March 6, 2010 6:46:31 PM
>> Subject: à voir absolument !
>> 
>> 
>Des portraits de femmes superbes pour voyager dans l'art et le temps
> 
>http://www.artgallery.lu/digitalart/women_in_art.html
>
>> 
>> 
> 
>