Re: [iagi-net-l] Logging Acq.kondisi Under Balance Drilling

2007-03-28 Terurut Topik Shofiyuddin

gak ada keharusan run log ini dan itu pak.



On 3/29/07, Iman Argakoesoemah <[EMAIL PROTECTED]> wrote:


 Apakah dipole sonic merupakan keharusan utk interpretasi OPEN fracture ?
Kalau ya, kenapa ?

Thanks. Iman

-Original Message-
*From:* Shofiyuddin [mailto:[EMAIL PROTECTED]
*Sent:* Thursday, March 29, 2007 7:48 AM
*To:* iagi-net@iagi.or.id
*Subject:* Re: [iagi-net-l] Logging Acq.kondisi Under Balance Drilling

 Tambahan mas,
Akan lebih baik seandainya interpretasi log didukung oleh oleh data data
permboran seperti yang saya sebutkan di bawah ini:

1. Loss circulation zone. Ini adalah gambaran nyata dari adanya fracture
network yang OPEN. Saya garis bawahi kata OPEN untuk lebih menjelaskan
kondisi fracture yang aktual daripada kita melakukannya dari
resistivity-based image log dimana kita gak bisa mendefine mana yang open
dan mana yang closed. Yang perlu diperhatikan adalah loss circualtion yang
pertama kali terjadi untuk menghindari salah interpretasi terhadap zona zona
yang berada di bawahnya. Loss bisa berlangsung terus menerus yang disebabkan
oleh zona loss yang terus menerus tapi bisa juga oleh zona loss yang pertama
ditemui saja. Nah nanti kalo sampe tahap interpretasi fracture dari image
log, data data diatas harus diperhatikan. Coba buat zonal fracture
berdasarkan data loss kalo ada.

2. Coba perhatikan kembali sample descriptionnya. Minta sama WSG nya untuk
mengambil interval sample menjadi lebih rapat sehingga akan didapatkan
resolusi vertical sample yang padat. Ciri khas OPEN fracture biasanya
ditandainya oleh adanya Crystal Growth yang bagus, entah berupa kurasa
amaupun calcite yang biasanya akan mudah sekali terbentuk kalo ada space
yang terbuka.

3. Coba minta ke Mudlogging company untuk membuat Instan ROP dengan
kejelian sampe tingkat 0.1 meter atau kalo bisa lebih kecil lagi untuk
mendapatkan average ROP yang lebih baik. ROP yang normal biasanya di vaerage
untuk sekitar 1 meter. Biasanya mereka menyimpan data ini masih dalam bentuk
time based di data base mereka. Anda bisa cross check untuk depth dengan
melihat drilling time.

4. Data drilling torque kadangkala bisa membantu identifikasi fracture
juga.

5. Biasanya Logging company selalu menggambungkan interpretasi image
dengan dipole sonic untuk interpretasi fracture. Kalo ada data cross dipole
shear dan stoneley wave cukup membantu analisa fracture juga. hati hati
dengan interpretasi data dari resistivity image log yang mendasarkan pada
differential conductivity semata diman antara shale dan fracture bisa
menghasilkan effect yang sama.


ok, met berburu fracture.






On 3/29/07, Sandrya Laksana <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Terima kasih sebelumnya Pak Agus, Pak Shofi dan Pak Gde serta rekan2 yg
> lainnya atas masukannya.
>
> Mungkin perlu sedikit saya jelaskan masalahnya.
> Target formation adalah Quartzite reservoirs yg berumur ordovician.
> Formasi ini telah mengalami kurang lebih 5 kali periode structure. Mudah
> terlihat oleh 3D seismic main faults (in general thrust faults) dan trend
> natural fracture (kata: pak Gde) dibantu dengan software Fraca. Porosity
> sangat rendah sekali: 3%. Oleh sebab itu kita menginginkan utk mem-bor sumur
> yg kurang lebih mendekati fracture network. Paling tidak kalau pun dari
> natural fracture tak mengalir, akan dilakukan fracturation setelah itu.
> Satu sumur berhasil dibor pas didekat fracture network dan hasilnya
> cukup bagus. Namun karena lemahnya kontrol BOP (kata: pak shofi), blow out
> lah yg terjadi.
>
> Untuk menghindari problem yg telah terjadi dan konon dengan UBD bisa
> membantu mengurangi biaya pengeboran, mengurangi Skin well bore,
> meningkatkan produksi dengan meminimumkan formaiton damange, untuk itu akan
> dicoba pilot wells UBD.
>
> Dari quartzite formation yg tebalnya kurang lebih 300m, kita tak bisa
> menentukan dimana letak jelasnya bagian yg paling fracture atau berapa
> persenkah dia. Harus dilakukan dulu fracture model (dari logs imagery +
> analog field + seismic). Paling tidak apabila satu sumur berhasil di lakukan
> interpretasi fracture dari log, akan dianalogikan ke sumur lain dimana kira2
> yg berpotensial.
>
> Yang diharapkan adalah: disamping engineering data terpenuhi (reducing
> skin, improvement productivity) juga geological informasinya dari model
> fracture bisa kita buat.
>
> Dari masukan semua rekan2, bisa saya simpulkan bahwa resolusi imagery
> logs akan lebih akurat dengn wireline (sulit utk kondisi kita). Alternatif
> lain adalah dengan LWD tetapi tentu tidak akan sangat akurat.
>
> Apakah ada dari rekan2 yg tahu success ratio nya: EcoScope dari
> Schlumberger ?
>
>
> sandrya
>
>
>
>




--
Salam hangat

Shofi


RE: [iagi-net-l] Logging Acq.kondisi Under Balance Drilling

2007-03-28 Terurut Topik gde . wirawan
Pak Iman,
Sering saya kurang percaya menyatakan fracture itu 'terbuka' dari borehole
image. Dipole-pun hanya menunjukkan pattern-nya saja. Yg dapat menentukan
fracture itu terbuka atau tidak adalah dari Stoneley wave (reflectance dan
permeability). Dan stoneley permeability ini sebaiknya juga di kalibrasi
dgn data pressure test, atau core. Jangan lupa juga dikombinasi dgn data2
mudlog, openhole logs.
Hati2 menyatakan fracture itu terbuka atau tidak dari borehole image.
Salam,
Gde

> Apakah dipole sonic merupakan keharusan utk interpretasi OPEN fracture ?
> Kalau ya, kenapa ?
>
> Thanks. Iman
>
> -Original Message-
> From: Shofiyuddin [mailto:[EMAIL PROTECTED]
> Sent: Thursday, March 29, 2007 7:48 AM
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: Re: [iagi-net-l] Logging Acq.kondisi Under Balance Drilling
>
>
> Tambahan mas,
> Akan lebih baik seandainya interpretasi log didukung oleh oleh data data
> permboran seperti yang saya sebutkan di bawah ini:
>
> 1. Loss circulation zone. Ini adalah gambaran nyata dari adanya fracture
> network yang OPEN. Saya garis bawahi kata OPEN untuk lebih menjelaskan
> kondisi fracture yang aktual daripada kita melakukannya dari
> resistivity-based image log dimana kita gak bisa mendefine mana yang open
> dan mana yang closed. Yang perlu diperhatikan adalah loss circualtion yang
> pertama kali terjadi untuk menghindari salah interpretasi terhadap zona
> zona yang berada di bawahnya. Loss bisa berlangsung terus menerus yang
> disebabkan oleh zona loss yang terus menerus tapi bisa juga oleh zona loss
> yang pertama ditemui saja. Nah nanti kalo sampe tahap interpretasi
> fracture dari image log, data data diatas harus diperhatikan. Coba buat
> zonal fracture berdasarkan data loss kalo ada.
>
> 2. Coba perhatikan kembali sample descriptionnya. Minta sama WSG nya untuk
> mengambil interval sample menjadi lebih rapat sehingga akan didapatkan
> resolusi vertical sample yang padat. Ciri khas OPEN fracture biasanya
> ditandainya oleh adanya Crystal Growth yang bagus, entah berupa kurasa
> amaupun calcite yang biasanya akan mudah sekali terbentuk kalo ada space
> yang terbuka.
>
> 3. Coba minta ke Mudlogging company untuk membuat Instan ROP dengan
> kejelian sampe tingkat 0.1 meter atau kalo bisa lebih kecil lagi untuk
> mendapatkan average ROP yang lebih baik. ROP yang normal biasanya di
> vaerage untuk sekitar 1 meter. Biasanya mereka menyimpan data ini masih
> dalam bentuk time based di data base mereka. Anda bisa cross check untuk
> depth dengan melihat drilling time.
>
> 4. Data drilling torque kadangkala bisa membantu identifikasi fracture
> juga.
>
> 5. Biasanya Logging company selalu menggambungkan interpretasi image
> dengan dipole sonic untuk interpretasi fracture. Kalo ada data cross
> dipole shear dan stoneley wave cukup membantu analisa fracture juga. hati
> hati dengan interpretasi data dari resistivity image log yang mendasarkan
> pada differential conductivity semata diman antara shale dan fracture bisa
> menghasilkan effect yang sama.
>
>
> ok, met berburu fracture.
>
>
>
>
>
>
> On 3/29/07, Sandrya Laksana < [EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Terima kasih sebelumnya Pak Agus, Pak Shofi dan Pak Gde serta rekan2 yg
> lainnya atas masukannya.
>
> Mungkin perlu sedikit saya jelaskan masalahnya.
> Target formation adalah Quartzite reservoirs yg berumur ordovician.
> Formasi ini telah mengalami kurang lebih 5 kali periode structure. Mudah
> terlihat oleh 3D seismic main faults (in general thrust faults) dan trend
> natural fracture (kata: pak Gde) dibantu dengan software Fraca. Porosity
> sangat rendah sekali: 3%. Oleh sebab itu kita menginginkan utk mem-bor
> sumur yg kurang lebih mendekati fracture network. Paling tidak kalau pun
> dari natural fracture tak mengalir, akan dilakukan fracturation setelah
> itu.
> Satu sumur berhasil dibor pas didekat fracture network dan hasilnya cukup
> bagus. Namun karena lemahnya kontrol BOP (kata: pak shofi), blow out lah
> yg terjadi.
>
> Untuk menghindari problem yg telah terjadi dan konon dengan UBD bisa
> membantu mengurangi biaya pengeboran, mengurangi Skin well bore,
> meningkatkan produksi dengan meminimumkan formaiton damange, untuk itu
> akan dicoba pilot wells UBD.
>
> Dari quartzite formation yg tebalnya kurang lebih 300m, kita tak bisa
> menentukan dimana letak jelasnya bagian yg paling fracture atau berapa
> persenkah dia. Harus dilakukan dulu fracture model (dari logs imagery +
> analog field + seismic). Paling tidak apabila satu sumur berhasil di
> lakukan interpretasi fracture dari log, akan dianalogikan ke sumur lain
> dimana kira2 yg berpotensial.
>
> Yang diharapkan adalah: disamping engineering data terpenuhi (reducing
> skin, improvement productivity) juga geological informasinya dari model
> fracture bisa kita buat.
>
> Dari masukan semua rekan2, bisa saya simpulkan bahwa resolusi imagery logs
> akan lebih akurat dengn wireline (sulit utk kondisi kita). Alternatif lain
> adalah dengan LWD tetapi tentu tidak akan sangat aku

RE: [iagi-net-l] Logging Acq.kondisi Under Balance Drilling

2007-03-28 Terurut Topik Iman Argakoesoemah
Apakah dipole sonic merupakan keharusan utk interpretasi OPEN fracture ? Kalau 
ya, kenapa ?
 
Thanks. Iman

-Original Message-
From: Shofiyuddin [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Thursday, March 29, 2007 7:48 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Logging Acq.kondisi Under Balance Drilling


Tambahan mas,
Akan lebih baik seandainya interpretasi log didukung oleh oleh data data 
permboran seperti yang saya sebutkan di bawah ini:
 
1. Loss circulation zone. Ini adalah gambaran nyata dari adanya fracture 
network yang OPEN. Saya garis bawahi kata OPEN untuk lebih menjelaskan kondisi 
fracture yang aktual daripada kita melakukannya dari resistivity-based image 
log dimana kita gak bisa mendefine mana yang open dan mana yang closed. Yang 
perlu diperhatikan adalah loss circualtion yang pertama kali terjadi untuk 
menghindari salah interpretasi terhadap zona zona yang berada di bawahnya. Loss 
bisa berlangsung terus menerus yang disebabkan oleh zona loss yang terus 
menerus tapi bisa juga oleh zona loss yang pertama ditemui saja. Nah nanti kalo 
sampe tahap interpretasi fracture dari image log, data data diatas harus 
diperhatikan. Coba buat zonal fracture berdasarkan data loss kalo ada. 
 
2. Coba perhatikan kembali sample descriptionnya. Minta sama WSG nya untuk 
mengambil interval sample menjadi lebih rapat sehingga akan didapatkan resolusi 
vertical sample yang padat. Ciri khas OPEN fracture biasanya ditandainya oleh 
adanya Crystal Growth yang bagus, entah berupa kurasa amaupun calcite yang 
biasanya akan mudah sekali terbentuk kalo ada space yang terbuka. 
 
3. Coba minta ke Mudlogging company untuk membuat Instan ROP dengan kejelian 
sampe tingkat 0.1 meter atau kalo bisa lebih kecil lagi untuk mendapatkan 
average ROP yang lebih baik. ROP yang normal biasanya di vaerage untuk sekitar 
1 meter. Biasanya mereka menyimpan data ini masih dalam bentuk time based di 
data base mereka. Anda bisa cross check untuk depth dengan melihat drilling 
time. 
 
4. Data drilling torque kadangkala bisa membantu identifikasi fracture juga.
 
5. Biasanya Logging company selalu menggambungkan interpretasi image dengan 
dipole sonic untuk interpretasi fracture. Kalo ada data cross dipole shear dan 
stoneley wave cukup membantu analisa fracture juga. hati hati dengan 
interpretasi data dari resistivity image log yang mendasarkan pada differential 
conductivity semata diman antara shale dan fracture bisa menghasilkan effect 
yang sama. 
 
 
ok, met berburu fracture.
 
 
 
 
 
 
On 3/29/07, Sandrya Laksana < [EMAIL PROTECTED]> wrote: 

Terima kasih sebelumnya Pak Agus, Pak Shofi dan Pak Gde serta rekan2 yg lainnya 
atas masukannya.
 
Mungkin perlu sedikit saya jelaskan masalahnya.
Target formation adalah Quartzite reservoirs yg berumur ordovician. Formasi ini 
telah mengalami kurang lebih 5 kali periode structure. Mudah terlihat oleh 3D 
seismic main faults (in general thrust faults) dan trend natural fracture 
(kata: pak Gde) dibantu dengan software Fraca. Porosity sangat rendah sekali: 
3%. Oleh sebab itu kita menginginkan utk mem-bor sumur yg kurang lebih 
mendekati fracture network. Paling tidak kalau pun dari natural fracture tak 
mengalir, akan dilakukan fracturation setelah itu. 
Satu sumur berhasil dibor pas didekat fracture network dan hasilnya cukup 
bagus. Namun karena lemahnya kontrol BOP (kata: pak shofi), blow out lah yg 
terjadi.
 
Untuk menghindari problem yg telah terjadi dan konon dengan UBD bisa membantu 
mengurangi biaya pengeboran, mengurangi Skin well bore, meningkatkan produksi 
dengan meminimumkan formaiton damange, untuk itu akan dicoba pilot wells UBD. 
 
Dari quartzite formation yg tebalnya kurang lebih 300m, kita tak bisa 
menentukan dimana letak jelasnya bagian yg paling fracture atau berapa 
persenkah dia. Harus dilakukan dulu fracture model (dari logs imagery + analog 
field + seismic). Paling tidak apabila satu sumur berhasil di lakukan 
interpretasi fracture dari log, akan dianalogikan ke sumur lain dimana kira2 yg 
berpotensial. 
 
Yang diharapkan adalah: disamping engineering data terpenuhi (reducing skin, 
improvement productivity) juga geological informasinya dari model fracture bisa 
kita buat. 
 
Dari masukan semua rekan2, bisa saya simpulkan bahwa resolusi imagery logs akan 
lebih akurat dengn wireline (sulit utk kondisi kita). Alternatif lain adalah 
dengan LWD tetapi tentu tidak akan sangat akurat. 
 
Apakah ada dari rekan2 yg tahu success ratio nya: EcoScope dari Schlumberger ?
 
 
sandrya
 

  



Re: [iagi-net-l] Peta Geologi Permukaan --> [iagi-net-l] UU Penanggulangan Bencana

2007-03-28 Terurut Topik Ismail Zaini
saya kira kalau sumber datanya sudah dipublish/dibuka untuk Umum ya ndak apa 
apa to , tinggal cantumkan saja sumbernya . Dulu kalau Gak salah IAGI pernah 
bikin Peta Sumber Daya Energy yang datanya diambil dari mana mana dan Peta 
tsb di sebarluaskan oleh IAGI kan podo to karo iki .

Apalagi Peta peta tsb bukan produk yang dipatenkan ( HAKI )
Lha nek dicantolkan dg UU opo ora malah tambah Mbulet, misal UU Migas kan 
yang diatur Data yang diperoleh dari hasil Pengusahaan Migas ( 
ekplorasi/eksploitasi) inipun ada kriteria kriterianya. Lha nek  dg UU 
Penanggulangan Bencana tambah mbulet lagi tidak punya cantolan.


ISM


ISM

- Original Message - 
From: "Rovicky Dwi Putrohari" <[EMAIL PROTECTED]>

To: 
Sent: Wednesday, March 28, 2007 9:43 PM
Subject: [iagi-net-l] Peta Geologi Permukaan --> [iagi-net-l] UU 
Penanggulangan Bencana




Mas Agus dan rekan2 lain.

Kalau saya mendigitasi sendiri peta2 P3G itu, kemudian disebarkan
lewat web untuk tujuan sosial, apakah menyalahi aturan atau legal ndak
? Adakah caranya supaya tidak terbentur soal legalitas? Mungkin kalau
terbentur disini, kelompok gotong royong ini akan memanfaatkan Jurusan
Geologi yang pernah melakukan pemetaan untuk dimanfaatkan peta
geologinya untuk kebutuhan mitigasi bencana. Ini merupakan salah satu
cara supaya data (peta) permukaan geologi bisa diakses oleh publik
dengan mudah.
Saat ini sudah ada metode, sudah ada "web-space" (server+traffic),
juga sudah ada yang bersedia gotong-royong. Namun masih terkendala
keraguan soal apa yg dimaksud "keterbukaan data" permukaan ini.

Mohon rekan-rekan yang mengerti (tahu sedikit juga boleh) untuk urug
rembug pemanfaatan Peta Geologi Permukaan  untuk keperluan mitigasi
bencana. Apakah IAGI dapat membantu ?

Thanks friends,

RDP

On 3/29/07, Agus Hendratno <[EMAIL PROTECTED]> wrote:


Mas Vicky,
kalau menyangkut hal detail seperti itu (soal data geologi permukaan),
ya..tidak diatur dalam UU Penanggulangan Bencana, karena isinya cuma
umum-umumnya seperti yang sudah di-posting mas Ismail.
Nah, sekarang semua peta geologi permukaan yang diproduksi Puslitbang
Geologi (sekarang PSG- Badan Geologi ESDM) di Bandung itu, kan boleh 
dibaca

siapa saja, cuma skalanya kecil. Di jawa 1 : 100.000; di luar jawa 1 :
250.000 - 1 : 500.000.
Setahu saya, sekarang ini PSG sedang merintis untuk menerbitkan peta 
geologi

(dengan sistem sheet) di pulau jawa dengan skala 1 : 50.000, kelihatannya
mulai tahun 2007, dengan maksud besar dapat dimanfaatkan secara 
operasional

untuk kepentingan eksplorasi potensi dan mitigasi bencana geologi bagi
kabupaten/kota juga bagi kepentingan investasi daerah. Proyek nasional
membuat peta geologi skala 1 : 50.000 di Jawa ini, tentunya dibuat dengan
sistem digital dan hardcopy juga.

Salam
agus hend

- Original Message 
From: Rovicky Dwi Putrohari <[EMAIL PROTECTED]>
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Tuesday, March 27, 2007 10:47:22 AM
Subject: [iagi-net-l] UU Penanggulangan Bencana

Mas Agus

Dalam RUU itu adakah menyangkut soal data geologi terutama Peta
Geologi Permukaan ?
Kalau saya mengacu pada UU Migas, maka peta geologi termasuk data yang
sifatnya terbuka, tetapi apakah juga public domain (ini saya ngga
tahu).
Tetapi kalau bisa mengacu pada UU Penanggulangan Bencana semestinya
kita bisa menggunakan Peta Geologi Permukaan sebagai data dasar yang
HARUS dimiliki dan dapat diakses oleh siapapun.

Saat ini komunitas GIS di Indonesia sedang mencoba menysusun sebuah
basis data peta geologi permukaan yang akan dibidani juga oleh Mas
Aria salah satu dedengkot GIS di IAGI :), ada juga Ipranto dari P3G
dan juga rekan-rekan lain akan menyumbangkan servernya sebagai
wadahnya. Namun masih konsen soal legalitas dari data ini. Masih ada
kekhawatiran bagaimana sisi legal dari peta ini.

Kalau ada rekan yang tahu dan mengerti soal hukum terutama peta
geologi permukaan silahkan memberikan klarifikasi. Bagaimana ruang
gerak kita apakah kita boleh mempublikasikan peta geologi permukaan
Indonesia ini seperti publikasi di Wikipedia dimana menjai public
domain yang bebas diakses dan berkembang dan dikembangkan oleh
komunity itu snediri.

Aku pinginnya nggandul di RUU kebencanaan ini ktimbang UU Migas.
Rasanya lebih mathuk untuk menggunakan misi visi "disaster mitigation"
ketimbang resources management.

Suwun

RDP

On 3/27/07, Agus Hendratno <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> Tanggal 29 Maret 2007 nanti, jika tidak ada halangan politik yang
> signifikan, akan diputuskan RUU Penanggulangan Bencana menjadi UU
> Penanggulangan Bencana. Ini sepertinya lebih cepat dari RUU 
> Pertambangan

> minerba dan RUU Penataan ruang, yang banyak hubungannya dengan
kegeologian.
> Dengan payung hukum, maka segala upaya penyebar-luasan informasi
kerentanan
> bencana geologi dalam rangka penguatan masyarakat dan pemda untuk
> Pengurangan Resiko Bencana (PRB) akan semakin kuat dan menggema di 
> seluruh

> peloksok tanah air.
>
> Wis wayahe..., perencanaan pembangunan ekonomi, sosial budaya, serta
> model-model pembelajaran

Re: [iagi-net-l] Peta Geologi Permukaan --> [iagi-net-l] UU Penanggulangan Bencana

2007-03-28 Terurut Topik Supardan

Sori... sori... ada ralat sedikit. Setelah saya tanya ke seksi yang
membidangi masalah jasa, ternyata masalah penjualan peta di lingkungan
Pemprop Jatim sudah ada landasan hukumnya. Namun di kantor saya memang belum
pernah menjual peta, karena masih ada kendala teknis.

Suwun.



On 3/28/07, Supardan <[EMAIL PROTECTED]> wrote:


Setahu saya peta-peta geologi yang di P3G itu kan ada yang sudah dipublish
dan ada yang belum, yang sudah dipublish tentunya boleh dibeli oleh siapa
saja. Menurut pemikiran saya, mestinya peta yang sudah dibeli itu bebas
digunakan untuk apa saja. Di lingkungan Departemen ESDM, masalah penjualan
peta tersebut memang sah, karena ada landasan hukumnya. Lain halnya dengan
kantor saya, selama ini belum pernah mempublish dan menjual peta, karena
belum ada landasan hukumnya, sehingga penyebaran peta-peta geologi dan
peta-peta lain milik kantor saya ini, hanya terbatas untuk sesama instansi
pemerintah saja.

Itulah sedikit yang saya tahu, tahu saja kok sedikit.

Salam,
Pardan, Jatim.



On 3/28/07, Rovicky Dwi Putrohari <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Mas Agus dan rekan2 lain.
>
> Kalau saya mendigitasi sendiri peta2 P3G itu, kemudian disebarkan
> lewat web untuk tujuan sosial, apakah menyalahi aturan atau legal ndak
> ? Adakah caranya supaya tidak terbentur soal legalitas? Mungkin kalau
> terbentur disini, kelompok gotong royong ini akan memanfaatkan Jurusan
> Geologi yang pernah melakukan pemetaan untuk dimanfaatkan peta
> geologinya untuk kebutuhan mitigasi bencana. Ini merupakan salah satu
> cara supaya data (peta) permukaan geologi bisa diakses oleh publik
> dengan mudah.
> Saat ini sudah ada metode, sudah ada "web-space" (server+traffic),
> juga sudah ada yang bersedia gotong-royong. Namun masih terkendala
> keraguan soal apa yg dimaksud "keterbukaan data" permukaan ini.
>
> Mohon rekan-rekan yang mengerti (tahu sedikit juga boleh) untuk urug
> rembug pemanfaatan Peta Geologi Permukaan  untuk keperluan mitigasi
> bencana. Apakah IAGI dapat membantu ?
>
> Thanks friends,
>
> RDP
>
> On 3/29/07, Agus Hendratno <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> >
> > Mas Vicky,
> > kalau menyangkut hal detail seperti itu (soal data geologi permukaan),
> > ya..tidak diatur dalam UU Penanggulangan Bencana, karena isinya cuma
> > umum-umumnya seperti yang sudah di-posting mas Ismail.
> > Nah, sekarang semua peta geologi permukaan yang diproduksi Puslitbang
> > Geologi (sekarang PSG- Badan Geologi ESDM) di Bandung itu, kan boleh
> dibaca
> > siapa saja, cuma skalanya kecil. Di jawa 1 : 100.000; di luar jawa 1 :
> > 250.000 - 1 : 500.000.
> > Setahu saya, sekarang ini PSG sedang merintis untuk menerbitkan peta
> geologi
> > (dengan sistem sheet) di pulau jawa dengan skala 1 : 50.000,
> kelihatannya
> > mulai tahun 2007, dengan maksud besar dapat dimanfaatkan secara
> operasional
> > untuk kepentingan eksplorasi potensi dan mitigasi bencana geologi bagi
>
> > kabupaten/kota juga bagi kepentingan investasi daerah. Proyek nasional
> > membuat peta geologi skala 1 : 50.000 di Jawa ini, tentunya dibuat
> dengan
> > sistem digital dan hardcopy juga.
> >
> > Salam
> > agus hend
> >
> > - Original Message 
> > From: Rovicky Dwi Putrohari <[EMAIL PROTECTED]>
> > To: iagi-net@iagi.or.id
> > Sent: Tuesday, March 27, 2007 10:47:22 AM
> > Subject: [iagi-net-l] UU Penanggulangan Bencana
> >
> > Mas Agus
> >
> > Dalam RUU itu adakah menyangkut soal data geologi terutama Peta
> > Geologi Permukaan ?
> > Kalau saya mengacu pada UU Migas, maka peta geologi termasuk data yang
> > sifatnya terbuka, tetapi apakah juga public domain (ini saya ngga
> > tahu).
> > Tetapi kalau bisa mengacu pada UU Penanggulangan Bencana semestinya
> > kita bisa menggunakan Peta Geologi Permukaan sebagai data dasar yang
> > HARUS dimiliki dan dapat diakses oleh siapapun.
> >
> > Saat ini komunitas GIS di Indonesia sedang mencoba menysusun sebuah
> > basis data peta geologi permukaan yang akan dibidani juga oleh Mas
> > Aria salah satu dedengkot GIS di IAGI :), ada juga Ipranto dari P3G
> > dan juga rekan-rekan lain akan menyumbangkan servernya sebagai
> > wadahnya. Namun masih konsen soal legalitas dari data ini. Masih ada
> > kekhawatiran bagaimana sisi legal dari peta ini.
> >
> > Kalau ada rekan yang tahu dan mengerti soal hukum terutama peta
> > geologi permukaan silahkan memberikan klarifikasi. Bagaimana ruang
> > gerak kita apakah kita boleh mempublikasikan peta geologi permukaan
> > Indonesia ini seperti publikasi di Wikipedia dimana menjai public
> > domain yang bebas diakses dan berkembang dan dikembangkan oleh
> > komunity itu snediri.
> >
> > Aku pinginnya nggandul di RUU kebencanaan ini ktimbang UU Migas.
> > Rasanya lebih mathuk untuk menggunakan misi visi "disaster mitigation"
> > ketimbang resources management.
> >
> > Suwun
> >
> > RDP
> >
> > On 3/27/07, Agus Hendratno <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> > > Tanggal 29 Maret 2007 nanti, jika tidak ada halangan politik yang
> > > signifikan, akan diputuskan RUU Penanggulangan Bencana men

Re: [iagi-net-l] Peta Geologi Permukaan --> [iagi-net-l] UU Penanggulangan Bencana

2007-03-28 Terurut Topik Supardan

Setahu saya peta-peta geologi yang di P3G itu kan ada yang sudah dipublish
dan ada yang belum, yang sudah dipublish tentunya boleh dibeli oleh siapa
saja. Menurut pemikiran saya, mestinya peta yang sudah dibeli itu bebas
digunakan untuk apa saja. Di lingkungan Departemen ESDM, masalah penjualan
peta tersebut memang sah, karena ada landasan hukumnya. Lain halnya dengan
kantor saya, selama ini belum pernah mempublish dan menjual peta, karena
belum ada landasan hukumnya, sehingga penyebaran peta-peta geologi dan
peta-peta lain milik kantor saya ini, hanya terbatas untuk sesama instansi
pemerintah saja.

Itulah sedikit yang saya tahu, tahu saja kok sedikit.

Salam,
Pardan, Jatim.



On 3/28/07, Rovicky Dwi Putrohari <[EMAIL PROTECTED]> wrote:


Mas Agus dan rekan2 lain.

Kalau saya mendigitasi sendiri peta2 P3G itu, kemudian disebarkan
lewat web untuk tujuan sosial, apakah menyalahi aturan atau legal ndak
? Adakah caranya supaya tidak terbentur soal legalitas? Mungkin kalau
terbentur disini, kelompok gotong royong ini akan memanfaatkan Jurusan
Geologi yang pernah melakukan pemetaan untuk dimanfaatkan peta
geologinya untuk kebutuhan mitigasi bencana. Ini merupakan salah satu
cara supaya data (peta) permukaan geologi bisa diakses oleh publik
dengan mudah.
Saat ini sudah ada metode, sudah ada "web-space" (server+traffic),
juga sudah ada yang bersedia gotong-royong. Namun masih terkendala
keraguan soal apa yg dimaksud "keterbukaan data" permukaan ini.

Mohon rekan-rekan yang mengerti (tahu sedikit juga boleh) untuk urug
rembug pemanfaatan Peta Geologi Permukaan  untuk keperluan mitigasi
bencana. Apakah IAGI dapat membantu ?

Thanks friends,

RDP

On 3/29/07, Agus Hendratno <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Mas Vicky,
> kalau menyangkut hal detail seperti itu (soal data geologi permukaan),
> ya..tidak diatur dalam UU Penanggulangan Bencana, karena isinya cuma
> umum-umumnya seperti yang sudah di-posting mas Ismail.
> Nah, sekarang semua peta geologi permukaan yang diproduksi Puslitbang
> Geologi (sekarang PSG- Badan Geologi ESDM) di Bandung itu, kan boleh
dibaca
> siapa saja, cuma skalanya kecil. Di jawa 1 : 100.000; di luar jawa 1 :
> 250.000 - 1 : 500.000.
> Setahu saya, sekarang ini PSG sedang merintis untuk menerbitkan peta
geologi
> (dengan sistem sheet) di pulau jawa dengan skala 1 : 50.000,
kelihatannya
> mulai tahun 2007, dengan maksud besar dapat dimanfaatkan secara
operasional
> untuk kepentingan eksplorasi potensi dan mitigasi bencana geologi bagi
> kabupaten/kota juga bagi kepentingan investasi daerah. Proyek nasional
> membuat peta geologi skala 1 : 50.000 di Jawa ini, tentunya dibuat
dengan
> sistem digital dan hardcopy juga.
>
> Salam
> agus hend
>
> - Original Message 
> From: Rovicky Dwi Putrohari <[EMAIL PROTECTED]>
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Sent: Tuesday, March 27, 2007 10:47:22 AM
> Subject: [iagi-net-l] UU Penanggulangan Bencana
>
> Mas Agus
>
> Dalam RUU itu adakah menyangkut soal data geologi terutama Peta
> Geologi Permukaan ?
> Kalau saya mengacu pada UU Migas, maka peta geologi termasuk data yang
> sifatnya terbuka, tetapi apakah juga public domain (ini saya ngga
> tahu).
> Tetapi kalau bisa mengacu pada UU Penanggulangan Bencana semestinya
> kita bisa menggunakan Peta Geologi Permukaan sebagai data dasar yang
> HARUS dimiliki dan dapat diakses oleh siapapun.
>
> Saat ini komunitas GIS di Indonesia sedang mencoba menysusun sebuah
> basis data peta geologi permukaan yang akan dibidani juga oleh Mas
> Aria salah satu dedengkot GIS di IAGI :), ada juga Ipranto dari P3G
> dan juga rekan-rekan lain akan menyumbangkan servernya sebagai
> wadahnya. Namun masih konsen soal legalitas dari data ini. Masih ada
> kekhawatiran bagaimana sisi legal dari peta ini.
>
> Kalau ada rekan yang tahu dan mengerti soal hukum terutama peta
> geologi permukaan silahkan memberikan klarifikasi. Bagaimana ruang
> gerak kita apakah kita boleh mempublikasikan peta geologi permukaan
> Indonesia ini seperti publikasi di Wikipedia dimana menjai public
> domain yang bebas diakses dan berkembang dan dikembangkan oleh
> komunity itu snediri.
>
> Aku pinginnya nggandul di RUU kebencanaan ini ktimbang UU Migas.
> Rasanya lebih mathuk untuk menggunakan misi visi "disaster mitigation"
> ketimbang resources management.
>
> Suwun
>
> RDP
>
> On 3/27/07, Agus Hendratno <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> > Tanggal 29 Maret 2007 nanti, jika tidak ada halangan politik yang
> > signifikan, akan diputuskan RUU Penanggulangan Bencana menjadi UU
> > Penanggulangan Bencana. Ini sepertinya lebih cepat dari RUU
Pertambangan
> > minerba dan RUU Penataan ruang, yang banyak hubungannya dengan
> kegeologian.
> > Dengan payung hukum, maka segala upaya penyebar-luasan informasi
> kerentanan
> > bencana geologi dalam rangka penguatan masyarakat dan pemda untuk
> > Pengurangan Resiko Bencana (PRB) akan semakin kuat dan menggema di
seluruh
> > peloksok tanah air.
> >
> > Wis wayahe..., perencanaan pembangunan ekonomi, sosial budaya, serta
> > model

Re: [iagi-net-l] Peta Geologi Permukaan --> [iagi-net-l] UU Penanggulangan Bencana

2007-03-28 Terurut Topik Agus Hendratno
saya berpendapat bahwa itu sah-sah saja, kan yang penting ada sumber utama yang 
menyusun peta (taruhlah itu sebagai produk PSG Bandung dengan tim penyusun 
peta). kalau peta-peta tersebut sudah masuk di web, publik dapat mengakses 
informasi. Siapa saja bisa mendapatkan gambaran peta geologi (bisa langsung 
beli di PSG, bisa tanya-tanya ke jurusan geologi, bisa copy peta geologi 
tematik yang sudah terpublikasi, bisa juga download di web). Produk PSG adalah 
peta geologi  regional (skala 1 :100.000 atau nanti menjadi 1 : 50.000), nah 
mestinya yang lebih utama yang membaca peta geologi regional tersebut, kemudian 
dapat mentransfer makna peta geologi ke dalam peta geologi tematik yang lebih 
operasional. 
maaf, nek keliru...

ags

- Original Message 
From: Rovicky Dwi Putrohari <[EMAIL PROTECTED]>
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Thursday, March 29, 2007 12:43:11 PM
Subject: [iagi-net-l] Peta Geologi Permukaan --> [iagi-net-l] UU Penanggulangan 
Bencana

Mas Agus dan rekan2 lain.

Kalau saya mendigitasi sendiri peta2 P3G itu, kemudian disebarkan
lewat web untuk tujuan sosial, apakah menyalahi aturan atau legal ndak
? Adakah caranya supaya tidak terbentur soal legalitas? Mungkin kalau
terbentur disini, kelompok gotong royong ini akan memanfaatkan Jurusan
Geologi yang pernah melakukan pemetaan untuk dimanfaatkan peta
geologinya untuk kebutuhan mitigasi bencana. Ini merupakan salah satu
cara supaya data (peta) permukaan geologi bisa diakses oleh publik
dengan mudah.
Saat ini sudah ada metode, sudah ada "web-space" (server+traffic),
juga sudah ada yang bersedia gotong-royong. Namun masih terkendala
keraguan soal apa yg dimaksud "keterbukaan data" permukaan ini.

Mohon rekan-rekan yang mengerti (tahu sedikit juga boleh) untuk urug
rembug pemanfaatan Peta Geologi Permukaan  untuk keperluan mitigasi
bencana. Apakah IAGI dapat membantu ?

Thanks friends,

RDP

On 3/29/07, Agus Hendratno <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Mas Vicky,
> kalau menyangkut hal detail seperti itu (soal data geologi permukaan),
> ya..tidak diatur dalam UU Penanggulangan Bencana, karena isinya cuma
> umum-umumnya seperti yang sudah di-posting mas Ismail.
> Nah, sekarang semua peta geologi permukaan yang diproduksi Puslitbang
> Geologi (sekarang PSG- Badan Geologi ESDM) di Bandung itu, kan boleh dibaca
> siapa saja, cuma skalanya kecil. Di jawa 1 : 100.000; di luar jawa 1 :
> 250.000 - 1 : 500.000.
> Setahu saya, sekarang ini PSG sedang merintis untuk menerbitkan peta geologi
> (dengan sistem sheet) di pulau jawa dengan skala 1 : 50.000, kelihatannya
> mulai tahun 2007, dengan maksud besar dapat dimanfaatkan secara operasional
> untuk kepentingan eksplorasi potensi dan mitigasi bencana geologi bagi
> kabupaten/kota juga bagi kepentingan investasi daerah. Proyek nasional
> membuat peta geologi skala 1 : 50.000 di Jawa ini, tentunya dibuat dengan
> sistem digital dan hardcopy juga.
>
> Salam
> agus hend
>
> - Original Message 
> From: Rovicky Dwi Putrohari <[EMAIL PROTECTED]>
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Sent: Tuesday, March 27, 2007 10:47:22 AM
> Subject: [iagi-net-l] UU Penanggulangan Bencana
>
> Mas Agus
>
> Dalam RUU itu adakah menyangkut soal data geologi terutama Peta
> Geologi Permukaan ?
> Kalau saya mengacu pada UU Migas, maka peta geologi termasuk data yang
> sifatnya terbuka, tetapi apakah juga public domain (ini saya ngga
> tahu).
> Tetapi kalau bisa mengacu pada UU Penanggulangan Bencana semestinya
> kita bisa menggunakan Peta Geologi Permukaan sebagai data dasar yang
> HARUS dimiliki dan dapat diakses oleh siapapun.
>
> Saat ini komunitas GIS di Indonesia sedang mencoba menysusun sebuah
> basis data peta geologi permukaan yang akan dibidani juga oleh Mas
> Aria salah satu dedengkot GIS di IAGI :), ada juga Ipranto dari P3G
> dan juga rekan-rekan lain akan menyumbangkan servernya sebagai
> wadahnya. Namun masih konsen soal legalitas dari data ini. Masih ada
> kekhawatiran bagaimana sisi legal dari peta ini.
>
> Kalau ada rekan yang tahu dan mengerti soal hukum terutama peta
> geologi permukaan silahkan memberikan klarifikasi. Bagaimana ruang
> gerak kita apakah kita boleh mempublikasikan peta geologi permukaan
> Indonesia ini seperti publikasi di Wikipedia dimana menjai public
> domain yang bebas diakses dan berkembang dan dikembangkan oleh
> komunity itu snediri.
>
> Aku pinginnya nggandul di RUU kebencanaan ini ktimbang UU Migas.
> Rasanya lebih mathuk untuk menggunakan misi visi "disaster mitigation"
> ketimbang resources management.
>
> Suwun
>
> RDP
>
> On 3/27/07, Agus Hendratno <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> > Tanggal 29 Maret 2007 nanti, jika tidak ada halangan politik yang
> > signifikan, akan diputuskan RUU Penanggulangan Bencana menjadi UU
> > Penanggulangan Bencana. Ini sepertinya lebih cepat dari RUU Pertambangan
> > minerba dan RUU Penataan ruang, yang banyak hubungannya dengan
> kegeologian.
> > Dengan payung hukum, maka segala upaya penyebar-luasan informasi
> kerentanan
> > bencana geologi 

[iagi-net-l] Peta Geologi Permukaan --> [iagi-net-l] UU Penanggulangan Bencana

2007-03-28 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari

Mas Agus dan rekan2 lain.

Kalau saya mendigitasi sendiri peta2 P3G itu, kemudian disebarkan
lewat web untuk tujuan sosial, apakah menyalahi aturan atau legal ndak
? Adakah caranya supaya tidak terbentur soal legalitas? Mungkin kalau
terbentur disini, kelompok gotong royong ini akan memanfaatkan Jurusan
Geologi yang pernah melakukan pemetaan untuk dimanfaatkan peta
geologinya untuk kebutuhan mitigasi bencana. Ini merupakan salah satu
cara supaya data (peta) permukaan geologi bisa diakses oleh publik
dengan mudah.
Saat ini sudah ada metode, sudah ada "web-space" (server+traffic),
juga sudah ada yang bersedia gotong-royong. Namun masih terkendala
keraguan soal apa yg dimaksud "keterbukaan data" permukaan ini.

Mohon rekan-rekan yang mengerti (tahu sedikit juga boleh) untuk urug
rembug pemanfaatan Peta Geologi Permukaan  untuk keperluan mitigasi
bencana. Apakah IAGI dapat membantu ?

Thanks friends,

RDP

On 3/29/07, Agus Hendratno <[EMAIL PROTECTED]> wrote:


Mas Vicky,
kalau menyangkut hal detail seperti itu (soal data geologi permukaan),
ya..tidak diatur dalam UU Penanggulangan Bencana, karena isinya cuma
umum-umumnya seperti yang sudah di-posting mas Ismail.
Nah, sekarang semua peta geologi permukaan yang diproduksi Puslitbang
Geologi (sekarang PSG- Badan Geologi ESDM) di Bandung itu, kan boleh dibaca
siapa saja, cuma skalanya kecil. Di jawa 1 : 100.000; di luar jawa 1 :
250.000 - 1 : 500.000.
Setahu saya, sekarang ini PSG sedang merintis untuk menerbitkan peta geologi
(dengan sistem sheet) di pulau jawa dengan skala 1 : 50.000, kelihatannya
mulai tahun 2007, dengan maksud besar dapat dimanfaatkan secara operasional
untuk kepentingan eksplorasi potensi dan mitigasi bencana geologi bagi
kabupaten/kota juga bagi kepentingan investasi daerah. Proyek nasional
membuat peta geologi skala 1 : 50.000 di Jawa ini, tentunya dibuat dengan
sistem digital dan hardcopy juga.

Salam
agus hend

- Original Message 
From: Rovicky Dwi Putrohari <[EMAIL PROTECTED]>
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Tuesday, March 27, 2007 10:47:22 AM
Subject: [iagi-net-l] UU Penanggulangan Bencana

Mas Agus

Dalam RUU itu adakah menyangkut soal data geologi terutama Peta
Geologi Permukaan ?
Kalau saya mengacu pada UU Migas, maka peta geologi termasuk data yang
sifatnya terbuka, tetapi apakah juga public domain (ini saya ngga
tahu).
Tetapi kalau bisa mengacu pada UU Penanggulangan Bencana semestinya
kita bisa menggunakan Peta Geologi Permukaan sebagai data dasar yang
HARUS dimiliki dan dapat diakses oleh siapapun.

Saat ini komunitas GIS di Indonesia sedang mencoba menysusun sebuah
basis data peta geologi permukaan yang akan dibidani juga oleh Mas
Aria salah satu dedengkot GIS di IAGI :), ada juga Ipranto dari P3G
dan juga rekan-rekan lain akan menyumbangkan servernya sebagai
wadahnya. Namun masih konsen soal legalitas dari data ini. Masih ada
kekhawatiran bagaimana sisi legal dari peta ini.

Kalau ada rekan yang tahu dan mengerti soal hukum terutama peta
geologi permukaan silahkan memberikan klarifikasi. Bagaimana ruang
gerak kita apakah kita boleh mempublikasikan peta geologi permukaan
Indonesia ini seperti publikasi di Wikipedia dimana menjai public
domain yang bebas diakses dan berkembang dan dikembangkan oleh
komunity itu snediri.

Aku pinginnya nggandul di RUU kebencanaan ini ktimbang UU Migas.
Rasanya lebih mathuk untuk menggunakan misi visi "disaster mitigation"
ketimbang resources management.

Suwun

RDP

On 3/27/07, Agus Hendratno <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> Tanggal 29 Maret 2007 nanti, jika tidak ada halangan politik yang
> signifikan, akan diputuskan RUU Penanggulangan Bencana menjadi UU
> Penanggulangan Bencana. Ini sepertinya lebih cepat dari RUU Pertambangan
> minerba dan RUU Penataan ruang, yang banyak hubungannya dengan
kegeologian.
> Dengan payung hukum, maka segala upaya penyebar-luasan informasi
kerentanan
> bencana geologi dalam rangka penguatan masyarakat dan pemda untuk
> Pengurangan Resiko Bencana (PRB) akan semakin kuat dan menggema di seluruh
> peloksok tanah air.
>
> Wis wayahe..., perencanaan pembangunan ekonomi, sosial budaya, serta
> model-model pembelajaran informal (di masjid, di gereja, rapat rt/rw, di
> cakruk, di pesantren, di berbagai tempat lainnya), menggunakan pendekatan
> Pengurangan Resiko Bencana / Mitigasi Bencana (kegeologian). Semua ini
> membutuhan upaya keras dan juga bentuk-bentuk comdev dari berbagai
industri
> yang beroperasi di indonesia.
>
> Saya membayangkan, jika para profesional GGE yang sudah sangat mapan dari
> kebutuhan dasarnya; kemudian turun gunung dengan segala kemampuan dan
> networking-nyamampu menggerakkan proses-proses pembelajaran kebencaaan
> informal ke segenap lapisan masyarakat. Piye, siapa takut.
> Ada beberapa profesional GGE yang sudah larut dalam proses sosialisasi
> kebencanaan geologi (dengan energi, usaha, dan dukungan finansial dan
> jaringannya) telah menggerakan elemen masyarakat untuk sadar bencana.
tetapi
> ini masih perlu BANYAK LAGI..., kita-kit

Re: [iagi-net-l] UU Penanggulangan Bencana

2007-03-28 Terurut Topik Agus Hendratno
Mas Vicky, 
kalau menyangkut hal detail seperti itu (soal data geologi permukaan), 
ya..tidak diatur dalam UU Penanggulangan Bencana, karena isinya cuma 
umum-umumnya seperti yang sudah di-posting mas Ismail.
Nah, sekarang semua peta geologi permukaan yang diproduksi Puslitbang Geologi 
(sekarang PSG- Badan Geologi ESDM) di Bandung itu, kan boleh dibaca siapa saja, 
cuma skalanya kecil. Di jawa 1 : 100.000; di luar jawa 1 : 250.000 - 1 : 
500.000. 
Setahu saya, sekarang ini PSG sedang merintis untuk menerbitkan peta geologi 
(dengan sistem sheet) di pulau jawa dengan skala 1 : 50.000, kelihatannya mulai 
tahun 2007, dengan maksud besar dapat dimanfaatkan secara operasional untuk 
kepentingan eksplorasi potensi dan mitigasi bencana geologi bagi kabupaten/kota 
juga bagi kepentingan investasi daerah. Proyek nasional membuat peta geologi 
skala 1 : 50.000 di Jawa ini, tentunya dibuat dengan sistem digital dan 
hardcopy juga. 

Salam
agus hend

- Original Message 
From: Rovicky Dwi Putrohari <[EMAIL PROTECTED]>
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Tuesday, March 27, 2007 10:47:22 AM
Subject: [iagi-net-l] UU Penanggulangan Bencana

Mas Agus

Dalam RUU itu adakah menyangkut soal data geologi terutama Peta
Geologi Permukaan ?
Kalau saya mengacu pada UU Migas, maka peta geologi termasuk data yang
sifatnya terbuka, tetapi apakah juga public domain (ini saya ngga
tahu).
Tetapi kalau bisa mengacu pada UU Penanggulangan Bencana semestinya
kita bisa menggunakan Peta Geologi Permukaan sebagai data dasar yang
HARUS dimiliki dan dapat diakses oleh siapapun.

Saat ini komunitas GIS di Indonesia sedang mencoba menysusun sebuah
basis data peta geologi permukaan yang akan dibidani juga oleh Mas
Aria salah satu dedengkot GIS di IAGI :), ada juga Ipranto dari P3G
dan juga rekan-rekan lain akan menyumbangkan servernya sebagai
wadahnya. Namun masih konsen soal legalitas dari data ini. Masih ada
kekhawatiran bagaimana sisi legal dari peta ini.

Kalau ada rekan yang tahu dan mengerti soal hukum terutama peta
geologi permukaan silahkan memberikan klarifikasi. Bagaimana ruang
gerak kita apakah kita boleh mempublikasikan peta geologi permukaan
Indonesia ini seperti publikasi di Wikipedia dimana menjai public
domain yang bebas diakses dan berkembang dan dikembangkan oleh
komunity itu snediri.

Aku pinginnya nggandul di RUU kebencanaan ini ktimbang UU Migas.
Rasanya lebih mathuk untuk menggunakan misi visi "disaster mitigation"
ketimbang resources management.

Suwun

RDP

On 3/27/07, Agus Hendratno <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> Tanggal 29 Maret 2007 nanti, jika tidak ada halangan politik yang
> signifikan, akan diputuskan RUU Penanggulangan Bencana menjadi UU
> Penanggulangan Bencana. Ini sepertinya lebih cepat dari RUU Pertambangan
> minerba dan RUU Penataan ruang, yang banyak hubungannya dengan kegeologian.
> Dengan payung hukum, maka segala upaya penyebar-luasan informasi kerentanan
> bencana geologi dalam rangka penguatan masyarakat dan pemda untuk
> Pengurangan Resiko Bencana (PRB) akan semakin kuat dan menggema di seluruh
> peloksok tanah air.
>
> Wis wayahe..., perencanaan pembangunan ekonomi, sosial budaya, serta
> model-model pembelajaran informal (di masjid, di gereja, rapat rt/rw, di
> cakruk, di pesantren, di berbagai tempat lainnya), menggunakan pendekatan
> Pengurangan Resiko Bencana / Mitigasi Bencana (kegeologian). Semua ini
> membutuhan upaya keras dan juga bentuk-bentuk comdev dari berbagai industri
> yang beroperasi di indonesia.
>
> Saya membayangkan, jika para profesional GGE yang sudah sangat mapan dari
> kebutuhan dasarnya; kemudian turun gunung dengan segala kemampuan dan
> networking-nyamampu menggerakkan proses-proses pembelajaran kebencaaan
> informal ke segenap lapisan masyarakat. Piye, siapa takut.
> Ada beberapa profesional GGE yang sudah larut dalam proses sosialisasi
> kebencanaan geologi (dengan energi, usaha, dan dukungan finansial dan
> jaringannya) telah menggerakan elemen masyarakat untuk sadar bencana. tetapi
> ini masih perlu BANYAK LAGI..., kita-kita yang DONG tentang pengetahuan
> bencana geologi untuk "menebar benih" informasi bencana geologi kepada
> masyarakat yang lebih luas lagi. Yaa.., kita prihatin : karena bencana
> (geologi) telah menggerus kemiskinan bagi kelompok rentan yang memang sudah
> miskin baik secara kultural maupun struktural. Apakah kita akan membiarkan
> "penggerusan bencana" akan terus terjadi tanpa adanya dukungan untuk
> Pengurangan Resiko Bencana, baik pada tindakan regulasi, teknis,
> sosialisasi, sponsor, jaringan kerja dan menyebar...ke yang
> berhak.
>
> selamat berjuang teman-teman IAGI dimana saja...untuk kelompok yang rentan
> bencana di seluruh indonesia...
> salam
> agus hend
>
> Supardan <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Sebetulnya saat ini sudah ada Rencana Aksi Nasional Pengurangan Resiko
> Bencana 2006 - 2010 yang disusun oleh Bappenas bersama-sama dengan Bakornas
> PB, yang didasarkan dimana pada :
>
>
> Resolusi Dewan Ekonomi dan Sosial PB

RE: [iagi-net-l] Logging Acq.kondisi Under Balance Drilling

2007-03-28 Terurut Topik Agus Sutoto (BWM)
Selamat Reuni kita nih Uni Yuriza, 

Yang ingin saya ketahui, bagaimana dengan resolusi toolnya, saya masih
berasumsi resolusinya lebih rendah dari density image.
Selanjutnya tentu saja, bagaimana dengan fracture aperture, apakah
makrofracture atau meso, microkah? Kalau ada contoh fotonya boleh kami
melihatnya?

Salamm untuk Pak Zainal, Taufik Anwar, dan teman2 lain.

Agus Sutoto
EMP Kangean LTD

-Original Message-
From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Thursday, March 29, 2007 6:37 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Logging Acq.kondisi Under Balance Drilling

Sandrya

Coba pakai metoda acoustic deh nggak tau company mana yang piawai
soal
ini . dulu tahun 2001 pernah lihat metoda well bore acoustic imaging
oleh salah satu badan research di Perancis .bagus lho . kayak
micro
seismic dilubang bore (jangan samain dengan vsp .lain lagi).
kemaren ada Frank Wijnand dari Schlum yang presentasi hal mirip di SPE
sayang aku nggak hadir ...tapi Zainal ada bisa tanya ke dia apa
pendapatnya
. nama lognya kalau nggak salah BARS .. coba deh tanyain ke
orang
Schlum . karena ini tool acoustic maka masa bodoh apa mudnya bisa
jalan
dan juga tidak menjadi persoalan kayak apa kondisi lubang bornya asal
tool
bisa masuk aja ..

Yang di tahun 2001 itu kita bisa lihat fracturenya (kayak fault aja di
seismic normal) bahkan ada beberapa bisa kita lihat apakah itu open
fracture atau sudah tersumbat..
Waduh kalau melihat singkapan 'carbonate fracturee' di deket Montpeliier
sana rasanya walaupun sudah kita model model fracturenya tetep aja sulit
mendapatkan model mendekati kebenaran.



 

 "Sandrya Laksana"

 <[EMAIL PROTECTED]

 om>
To 
   iagi-net@iagi.or.id

 03/29/2007 03:56
cc 
 AM

 
Subject 
   Re: [iagi-net-l] Logging

 Please respond to Acq.kondisi Under Balance
Drilling  
 <[EMAIL PROTECTED]

   .id>

 

 

 

 





Terima kasih sebelumnya Pak Agus, Pak Shofi dan Pak Gde serta rekan2 yg
lainnya atas masukannya.

Mungkin perlu sedikit saya jelaskan masalahnya.
Target formation adalah Quartzite reservoirs yg berumur ordovician.
Formasi
ini telah mengalami kurang lebih 5 kali periode structure. Mudah
terlihat
oleh 3D seismic main faults (in general thrust faults) dan trend natural
fracture (kata: pak Gde) dibantu dengan software Fraca. Porosity sangat
rendah sekali: 3%. Oleh sebab itu kita menginginkan utk mem-bor sumur yg
kurang lebih mendekati fracture network. Paling tidak kalau pun dari
natural fracture tak mengalir, akan dilakukan fracturation setelah itu.
Satu sumur berhasil dibor pas didekat fracture network dan hasilnya
cukup
bagus. Namun karena lemahnya kontrol BOP (kata: pak shofi), blow out lah
yg
terjadi.

Untuk menghindari problem yg telah terjadi dan konon dengan UBD bisa
membantu mengurangi biaya pengeboran, mengurangi Skin well bore,
meningkatkan produksi dengan meminimumkan formaiton damange, untuk itu
akan
dicoba pilot wells UBD.

Dari quartzite formation yg tebalnya kurang lebih 300m, kita tak bisa
menentukan dimana letak jelasnya bagian yg paling fracture atau berapa
persenkah dia. Harus dilakukan dulu fracture model (dari logs imagery +
analog field + seismic). Paling tidak apabila satu sumur berhasil di
lakukan interpretasi fracture dari log, akan dianalogikan ke sumur lain
dimana kira2 yg berpotensial.

Yang diharapkan adalah: disamping engineering data terpenuhi (reducing
skin, improvement productivity) juga geological informasinya dari model
fracture bisa kita buat.

Dari masukan semua rekan2, bisa saya simpulkan bahwa resolusi imagery
logs
akan lebih akurat dengn wireline (sulit utk kondisi kita). Alternatif
lain
adalah dengan LWD tetapi tentu tidak akan sangat akurat.

Apakah ada dari rekan2 yg tahu success ratio nya: EcoScope dari
Schlumberger ?


sandrya



Pada tanggal 28/03/07, [EMAIL PROTECTED] <[EMAIL PROTECTED] >
menulis:
  Pak Sandrya dan Pak Agus,
  Sebelumnya saya ingin bertanya, apa yg dimaksud dgn fracturing
reservoir?
  Apakah memang reservoirnya adalah fractured reservoir (e.g Natural
  fracture) atau fracture yg sengaja dibuat?
  Fracture memang bisa dilihat dgn menggunakan data image (FMI, STAR,
OBMI,
  EI dsb), sonic (DSI, XMAC dsb) atau conventional logs maupun
mud/drilling

  data) ataupun data2 lainnya.
  Khusus LWD yg density atau GR image, saya tidak yakin kita bisa
melihat
  dgn jelas fracture2nya karena alasan resolusi. Sejauh ini setahu saya
  hanya dgn LWD resisitivity image kita bisa melihat fracture krn
resolusi
  lebih bagus (disarankan sebelumnya check dan bandingkan tool spec yg
  dimiliki semua logging service company).
  Nah, masalahnya kalau ini UBD, kita harus mencari LWD resistivity
image
  yg
  bisa di run di nonconductive mud (+air). Bisa juga di run wireline
image
  log (ada beberapa hal yg p

RE: [iagi-net-l] Logging Acq.kondisi Under Balance Drilling

2007-03-28 Terurut Topik Agus Sutoto (BWM)
Terima kasih Pak Shofiyudin, masukan yang sangat beranfaat bagi semua .

 

Ada pengalaman saya pada carbonate reservoir di Sumsel. Saya coba
eksperimen sederhana, yaitu

melakukan pengukuran kandungan dolomite (metoda kalsimetri), sewaktu
drilling, dengan kerapatan pengambilan sample ditingkatkan.

grafik pada zone poros homogen, kandungan dolomitnya tinggi, pada zone
fracture, kurva kandungan dolomite 'spiky', dan [pada zone porositas
rendah sampai tight, kandungan dolomitnya

menurun. Tentu saja asumsi hanya berlaku pada kondisi reservoir
tertentu, dalam hal ini yang mengalami proses dolomitisasi yang
intensif. Tetapi paling tidak kita berusaha  mengoptimumkan

data, proses untuk mendapatkan data dan mengintegrasikan dengan data
lain, untuk mempertajam interpretasi.

 

Agus Sutoto

 



From: Shofiyuddin [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Thursday, March 29, 2007 7:48 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Logging Acq.kondisi Under Balance Drilling

 

Tambahan mas,

Akan lebih baik seandainya interpretasi log didukung oleh oleh data data
permboran seperti yang saya sebutkan di bawah ini:

 

1. Loss circulation zone. Ini adalah gambaran nyata dari adanya fracture
network yang OPEN. Saya garis bawahi kata OPEN untuk lebih menjelaskan
kondisi fracture yang aktual daripada kita melakukannya dari
resistivity-based image log dimana kita gak bisa mendefine mana yang
open dan mana yang closed. Yang perlu diperhatikan adalah loss
circualtion yang pertama kali terjadi untuk menghindari salah
interpretasi terhadap zona zona yang berada di bawahnya. Loss bisa
berlangsung terus menerus yang disebabkan oleh zona loss yang terus
menerus tapi bisa juga oleh zona loss yang pertama ditemui saja. Nah
nanti kalo sampe tahap interpretasi fracture dari image log, data data
diatas harus diperhatikan. Coba buat zonal fracture berdasarkan data
loss kalo ada. 

 

2. Coba perhatikan kembali sample descriptionnya. Minta sama WSG nya
untuk mengambil interval sample menjadi lebih rapat sehingga akan
didapatkan resolusi vertical sample yang padat. Ciri khas OPEN fracture
biasanya ditandainya oleh adanya Crystal Growth yang bagus, entah berupa
kurasa amaupun calcite yang biasanya akan mudah sekali terbentuk kalo
ada space yang terbuka. 

 

3. Coba minta ke Mudlogging company untuk membuat Instan ROP dengan
kejelian sampe tingkat 0.1 meter atau kalo bisa lebih kecil lagi untuk
mendapatkan average ROP yang lebih baik. ROP yang normal biasanya di
vaerage untuk sekitar 1 meter. Biasanya mereka menyimpan data ini masih
dalam bentuk time based di data base mereka. Anda bisa cross check untuk
depth dengan melihat drilling time. 

 

4. Data drilling torque kadangkala bisa membantu identifikasi fracture
juga.

 

5. Biasanya Logging company selalu menggambungkan interpretasi image
dengan dipole sonic untuk interpretasi fracture. Kalo ada data cross
dipole shear dan stoneley wave cukup membantu analisa fracture juga.
hati hati dengan interpretasi data dari resistivity image log yang
mendasarkan pada differential conductivity semata diman antara shale dan
fracture bisa menghasilkan effect yang sama. 

 

 

ok, met berburu fracture.

 

 

 

 

 

 

On 3/29/07, Sandrya Laksana <[EMAIL PROTECTED]> wrote: 

Terima kasih sebelumnya Pak Agus, Pak Shofi dan Pak Gde serta rekan2 yg
lainnya atas masukannya.

 

Mungkin perlu sedikit saya jelaskan masalahnya.

Target formation adalah Quartzite reservoirs yg berumur ordovician.
Formasi ini telah mengalami kurang lebih 5 kali periode structure. Mudah
terlihat oleh 3D seismic main faults (in general thrust faults) dan
trend natural fracture (kata: pak Gde) dibantu dengan software Fraca.
Porosity sangat rendah sekali: 3%. Oleh sebab itu kita menginginkan utk
mem-bor sumur yg kurang lebih mendekati fracture network. Paling tidak
kalau pun dari natural fracture tak mengalir, akan dilakukan
fracturation setelah itu. 

Satu sumur berhasil dibor pas didekat fracture network dan hasilnya
cukup bagus. Namun karena lemahnya kontrol BOP (kata: pak shofi), blow
out lah yg terjadi.

 

Untuk menghindari problem yg telah terjadi dan konon dengan UBD bisa
membantu mengurangi biaya pengeboran, mengurangi Skin well bore,
meningkatkan produksi dengan meminimumkan formaiton damange, untuk itu
akan dicoba pilot wells UBD. 

 

Dari quartzite formation yg tebalnya kurang lebih 300m, kita tak bisa
menentukan dimana letak jelasnya bagian yg paling fracture atau berapa
persenkah dia. Harus dilakukan dulu fracture model (dari logs imagery +
analog field + seismic). Paling tidak apabila satu sumur berhasil di
lakukan interpretasi fracture dari log, akan dianalogikan ke sumur lain
dimana kira2 yg berpotensial. 

 

Yang diharapkan adalah: disamping engineering data terpenuhi (reducing
skin, improvement productivity) juga geological informasinya dari model
fracture bisa kita buat. 

 

Dari masukan semua rekan2, bisa saya simpulkan bahwa resolusi imagery
logs akan lebih akurat deng

Re: [iagi-net-l] Re: [iagi -net) Penelusuran sumber air Doa Bribin Gn Kidul

2007-03-28 Terurut Topik Supardan

Masalah limbah dari PLTMH di sungai bawah tanah, utamanya oli tentu cukup
mengkhawatirkan juga. Lha wong limbah itu kan bisa mengganggu kelestarian
flora dan fauna endemik kars di sana, sayang kan. Saya kemarin juga agak
kaget membaca berita tentang proyek peledakan goa Bribin. Di sana disitir
keterangan seorang ahli peledakan dari Pemkab. Jember. Setahu saya, yang
bersangkutan itu hanya seorang juru ledak bukan ahli peledakan dan sudah
cukup lama tidak terlibat di dalam kegiatan peledakan. Setahu saya yang
bersangkutan sekarang ditempatkan di kantor Kecamatan Puger. Kebetulan saya
cukup lama menangani K-3 pertambangan di Jatim termasuk peledakan, jadi ya
saya kenal semua juru ledak tambang di Jatim. Bahkan saya juga cukup lama
manangani masalah perizinan handak termasuk KIM (Kartu Izin
Meledakkan). Jangan-jangan saat ini dia juga tidak memiliki KIM.

Saya tidak bermaksud apa-apa terhadap sang juru ledak tersebut, namun yang
perlu difikirkan adalah masalah kelestarian ekokars itu sendiri. Kalo
batu-batu di dasar sungai itu diledakkan dengan asal-asalan, tentunya hal
itu akan bertentangan dengan apa yang sudah dicanangkan oleh Presiden SBY
bahwa Pegunungan Sewu dan Pacitan Timur telah ditetapkan sebagai Kawasan
Ekokars pada akhir tahun 2004. Lagian kars Pegunungan Sewu ini kan konon
diusulkan sebagai *World Heritage*.

Jadi sebenarnya dalam kegiatan tersebut diperlukan seorang ahli peledakan
yang merancang teknik peledakan bersama-sama dengan ahli kars, tentunya
jangan meninggalkan ahli geologi.

Salam,
Pardan, Jatim.






On 3/28/07, Ismail Zaini <[EMAIL PROTECTED]> wrote:


Betul Om Vicky, seperti saya tulis itu bahwa proyek ini merupakan pilot
Proyek ( Riset) jadi bukan B to B tapi G to G . Prinsip sama dg Pembangkit
Listrik Tenaga Air ( PLTA ) tapi bendungannya dibawah tanah ( sungai bawah
tanah ) ada beberapa jenis PLTA ( sesuai kapasitasnya ) ada Piko Hidro,
ada
Micro Hidro , ada Mini Hidro ada PLTA , prisipnya sama . Biasanya untuk
perhitungan daya nya ada Rumus P = 7,5 QH ( Kw ) Q= Debit H = Ketinggian (
nek gak salah lho maklum wis ora sinau meneh ) dadi kapasitas di Bribin
tsb
tergantung dg Q dan H didalam gua tsb , karena H didalam tanah biasanya
kecil makanya fungsi utamannya ada di Q nya.
Yang harus menjadi perhatian adalah karakteristik sungai bawah tanah lain
dg
sungai di permukaan, apa sungai tsb langsung drojos lurus kelaut  apa
ndadak
mampir mampir dulu ( saling berhubungan dg sungai bawah tanah lainnya) ,
Yang namanya "Pembangkit Listrik" pasti ada oli nya dan setiap waktu
tertentu ada perawatan mesin "Turun Mesin" nah disinilah yang harus hati
hati karena biasanya ada limbah yang terbuang, lha nek mlayune limbah di
permukaan gampang ngilangine. ( kabarnya kalau di PLTA Saguling lagi
"Turun
Mesin' maka banyak ikan dikeramba keramba dibawahnya podo klepekan ).Lha
nek
mlayune limbah dibawah permukaan dan mampir kemana mana kan barabe tadi.
Sebetulnya gimana sih pola  sungai bawah permukaannya , apa lurus lurus
langsung kelaut atau saling berhubungan menjadi satu sistem terus baru ke
laut ( mungkin ada yang pernah melakukan pemetaan sungai bawah
permukaannya )
Sebetulnya ini bagus untuk Pembelajaran dari Aspek Geologi , teknik sipil
dan mechanikalnya , seberapa jauh ya dilibatkannya poro Geolog di
Ngayogyaokarto Hadiningrat terhadap proyek ini..


ISM



- Original Message -
From: "Rovicky Dwi Putrohari" <[EMAIL PROTECTED]>
To: 
Sent: Wednesday, March 28, 2007 2:56 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: [iagi -net) Penelusuran sumber air Doa
Bribin
Gn Kidul


> Mas Ma-il
> Intinya kalau kita biarkan air bawah tanah sungai bribin ini akan
> mengalir sendiri ke Laut Kidul. Nah dengan tenaganya sendiri
> (gravitasi) diubah dulu menjadi energi listrik, kemudian listriknya
> dipakai untuk menaikkan air serta kebutuhan lainnya.
>
> Jadi daripada air ngglontor dewe ke laut ya dimangfaatkan energinya
> dengan membuat "bendungan". Bendungan ini yang dibuat dengan cara
> unik, yaitu membuat lubang berukuran besar dengan dibor, ukuran lubang
> bor ini 2.5 METER, iya dua setengah meter diameternya. Kalau di minyak
> ngebor cuman 20 inci, ini ngebor dengan diameter 2.5 meter.
>
> Proyek ini memang sangat berbau "riset". Tentunya setiap riset bukan
> untuk keuntungan semata. Pihak Jerman tentunya juga pinter
> memanfaatkan kondisi karst yg sangat khusus ini. Proyek inipun sudah
> sejak tahun 2004 looh ...
>
> rdp
> referensi  :
> http://www.freelists.org/archives/geologiugm/07-2004/msg00091.html
>
>
> On 3/29/07, Ismail Zaini <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>>
>>
>> Pak Noor, kalau cuma untuk air bersih kok kenapa harus ngebor dg
diameter
>> gede , apa nantinya dibuat seperti sumur gali ( ambil airnya ditimba dg
>> ember )
>> setahu saya pada waktu P2AT dulu ngebor air didaerah Gn Kidul ( juga
>> didaerah gamping ) ini diameternya biasa biasa saja kemudian dipasang
>> pompa
>> air yang digerakan dg listrik/diesel diatasnya
>> dari informasi di millis ini juga ( dari pak Agus h ) " secara teknis
>> alir

Re: [iagi-net-l] Logging Acq.kondisi Under Balance Drilling

2007-03-28 Terurut Topik gde . wirawan
Sandrya emang moi dah!?
Karena ini sudah mengalami 5x periode tektonik dan batuannya sejenis
metamorf plus sumur yg akan dibor didaerah thrust faults maka harapan
fracture density mantab, fracture spacing-nya mantabbbjadi dalam 300m
itu paling tidak ada 80% fracture network.
Dry, kalau porosity 3% itu anggapannya dari fracture maka itu hal yg biasa
karena biasanya fracture porosity jarang lebih dari 2%.
Yakini dulu porosity kamu punya itu matrix poro atau fracture poro, atau
keduanya. Jgn lupa plan kedepan-nya yaitu 'core', siapa tahu ada fracture
yg tidak bisa dideteksi Image tool. Oceh dech.gimana euy kesebelasan
Madrid keok tuch..??

Cheers,
Gde

> Terima kasih sebelumnya Pak Agus, Pak Shofi dan Pak Gde serta rekan2 yg
> lainnya atas masukannya.
>
> Mungkin perlu sedikit saya jelaskan masalahnya.
> Target formation adalah Quartzite reservoirs yg berumur ordovician.
> Formasi ini telah mengalami kurang lebih 5 kali periode structure. Mudah
> terlihat oleh 3D seismic main faults (in general thrust faults) dan trend
> natural fracture (kata: pak Gde) dibantu dengan software Fraca. Porosity
> sangat rendah sekali: 3%. Oleh sebab itu kita menginginkan utk mem-bor
> sumur
> yg kurang lebih mendekati fracture network. Paling tidak kalau pun dari
> natural fracture tak mengalir, akan dilakukan fracturation setelah itu.
> Satu sumur berhasil dibor pas didekat fracture network dan hasilnya cukup
> bagus. Namun karena lemahnya kontrol BOP (kata: pak shofi), blow out lah
> yg
> terjadi.
>
> Untuk menghindari problem yg telah terjadi dan konon dengan UBD bisa
> membantu mengurangi biaya pengeboran, mengurangi Skin well bore,
> meningkatkan produksi dengan meminimumkan formaiton damange, untuk itu
> akan
> dicoba pilot wells UBD.
>
> Dari quartzite formation yg tebalnya kurang lebih 300m, kita tak bisa
> menentukan dimana letak jelasnya bagian yg paling fracture atau berapa
> persenkah dia. Harus dilakukan dulu fracture model (dari logs imagery +
> analog field + seismic). Paling tidak apabila satu sumur berhasil di
> lakukan
> interpretasi fracture dari log, akan dianalogikan ke sumur lain dimana
> kira2
> yg berpotensial.
>
> Yang diharapkan adalah: disamping engineering data terpenuhi (reducing
> skin,
> improvement productivity) juga geological informasinya dari model fracture
> bisa kita buat.
>
> Dari masukan semua rekan2, bisa saya sim


Hot News!!!
CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to [EMAIL PROTECTED]
Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI, the 36th IAGI, and the
29th IATMI Annual Convention and Exhibition,
Bali Convention Center, 13-16 November 2007

To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-



RE: [iagi-net-l] Re: [iagi -net) Penelusuran sumber air Doa Bribin Gn Kidul

2007-03-28 Terurut Topik H. Edison Sirodj (PCSB)
Kalu tidah salah, PLN itu mempunyai proyek Mini Hidro yang pernah
diapplikasikan di Sumbar dan juga di Sukabumi.
Mungkin ada anggota IAGI yang bekerja di PLN bisa membantu tentang ide
minihidro ini.

EGS

-Original Message-
From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Wednesday, 28 March, 2007 6:56 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: [iagi -net) Penelusuran sumber air Doa
Bribin Gn Kidul

Mas Ma-il
Intinya kalau kita biarkan air bawah tanah sungai bribin ini akan
mengalir sendiri ke Laut Kidul. Nah dengan tenaganya sendiri
(gravitasi) diubah dulu menjadi energi listrik, kemudian listriknya
dipakai untuk menaikkan air serta kebutuhan lainnya.

Jadi daripada air ngglontor dewe ke laut ya dimangfaatkan energinya
dengan membuat "bendungan". Bendungan ini yang dibuat dengan cara
unik, yaitu membuat lubang berukuran besar dengan dibor, ukuran lubang
bor ini 2.5 METER, iya dua setengah meter diameternya. Kalau di minyak
ngebor cuman 20 inci, ini ngebor dengan diameter 2.5 meter.

Proyek ini memang sangat berbau "riset". Tentunya setiap riset bukan
untuk keuntungan semata. Pihak Jerman tentunya juga pinter
memanfaatkan kondisi karst yg sangat khusus ini. Proyek inipun sudah
sejak tahun 2004 looh ...

rdp
referensi  :
http://www.freelists.org/archives/geologiugm/07-2004/msg00091.html


On 3/29/07, Ismail Zaini <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
>
> Pak Noor, kalau cuma untuk air bersih kok kenapa harus ngebor dg
diameter
> gede , apa nantinya dibuat seperti sumur gali ( ambil airnya ditimba
dg
> ember )
> setahu saya pada waktu P2AT dulu ngebor air didaerah Gn Kidul ( juga
> didaerah gamping ) ini diameternya biasa biasa saja kemudian dipasang
pompa
> air yang digerakan dg listrik/diesel diatasnya
> dari informasi di millis ini juga ( dari pak Agus h ) " secara teknis
aliran
> sungai bawah tanah di bribin memang sudah dilubangi untuk menurunkan
> generator yang akan dipakai untuk menggerakkan turbin yang akan
dipasang di
> dalam gua."
> Nah kalau ini benar , mungkin skenarionya untuk menaikan air dari
dalam
> tanah tersebut dipompa dan energi listrik untuk memompanya
dibangkitkan dari
> Turbin yang dipasang di Gua tsb (semacam PLTM)
> secara ekonomis , mungkinlistrik yang dihasilkan ( Rp/Kwh ) akan jadi
mahal
> karena biaya investasinya mahal ( termmasuk ngebor yang berdiameter
lebar
> dan pembersihan serta bangunan struktur bawah permukaannya ) , inilah
yg
> saya bilang Tidak Cucuk.
> Namun biasanya proyek proyek semacam ini dibiayai dari dana murah (
Grant )
> merupakan semacam pilot proyek ( G to G ) Jadinya Yo Cucuk. Cuma
> kelemahannya biasanya " Kesianmbungannya" untuk biaya O & M nya karena
kalau
> Proyek ini dinyatakan selesai sudah tidak ada lagi biaya yg
dikucurkannya,
> akibatnya bisa terbelengkai apabila tidak didesain dari awal siapa
yang akan
> bertanggung jawab thd O & M nya.
> Juga mungkin yg perlu diperhatikan , karena nantinya di sungai bawah
tanah
> ini akan ditaruh mesin mesin/Turbin , ini tentunya ada kemungkinan
> "tercemar' oleh minyak-minyak dan oli kalau ada kebocoran atau
perawatan
> yang tidak bagus. disisi lain sungai 2 bawah tanah ini kan saling
> berhubungan , kalau terjadi pencemaran tentunya juga akan cepat
menyebar
> kemana mana , Bagaimanja nanti kalau sumberair minum satu satunya
penduduk
> Gn Kidul ini bau Minyak  kan barabe..
>
>
> Salam juga  Mas Noor
> ( maklum kenalnya hanya dari "Dunia Maya ")
>
> ISM
>
>
>
> - Original Message -
> From: noor syarifuddin
> To: iagi-net@iagi.or.id
>
> Sent: Tuesday, March 27, 2007 4:19 PM
> Subject: Re: [iagi-net-l] Re: [iagi -net) Penelusuran sumber air Doa
Bribin
> Gn Kidul
>
>
>
> Pak Ismail,
> Setahu saya sih hanya untuk sumber air bersih. Prosesnya dengan cara
dibor
> dengan diameter yang cukup besar, jadi tidak pakai ledak-ledakan..:-).
>
> salam,
>
>
> - Original Message 
> From: Ismail Zaini <[EMAIL PROTECTED]>
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Sent: Wednesday, March 28, 2007 11:09:22 AM
> Subject: [iagi-net-l] Re: [iagi -net) Penelusuran sumber air Doa
Bribin Gn
> Kidul
>
>
>
> Kalau tidak salah dulu proyek Gua Bribin ini untuk dibikin Pembangkit
> Listrik Tenaga air ( ? )
> Melihat untuk merelaisasikan proyek ini harus " merusak" Gua  Gua ( dg
> meledakan  segala) , apa tidak sayang , disisi lain kita konsen
terhadap
> klestarian alam.
> Kalau dilihat "hasil"  ( dari listrik yang dihasilkan nantinya
mungkin
> hanya puluhan- ratusan KW ) mungkin juga tidak terlalu banyak ,
apalagi
> untuk daerah ini masih banyak alternatif lain ( menggunakan sumber
energi
> lain ) tanpa harus "merusak" alamnya.
> Ora cucuk , istilah Gunung Kidule...
>
> ISM
> 
>
>
>
>
> Penelusuran Sumber Air
> Luweng Ngejring Akses Masuk Lain ke Goa Bribin di Gunung Kidul
>
> Upaya penghancuran bebatuan yang menutup penampang Goa Bribin di
Semanu,
> Gunung Kidul, beberapa waktu lalu, masih menyisakan sedikit pekerjaan.
Belum
> semua pecahan batu hasil peledakan yang melibatkan d

RE: [iagi-net-l] Ahli Bahasa & Ahli Geologi===>lagi-lagi

2007-03-28 Terurut Topik Pangestu, Sonny T
ya betul.
itu dengan anggapan suasana seperti sekarang, di mana kita lagi santai
duduk sambil ngopi tanpa tekanan membaca berbagai email dan berita.
kita masih bisa berpikir jernih ttg kiat-kiat menjawab pertanyaan dgn
bekal segunung ilmu yg telah kita timba selama ini.
namun kalo kita tidak berlatih, maka begitu kita sdh duduk di kursi
terdakwa / saksi, semua itu bisa buyar.
semua yg seolah-olah tadinya sdh kita bayangkan & persiapkan akan buyar
oleh suasana yang terbangun atau dibentuk di persidangan pengadilan oleh
pihak-pihak yang ahli bersidang.
menjawab ya atau tidak saja hanya karena tersudut, bukan dari hati &
pikiran kita.
pendek kata : kita perlu berlatih utk menjawab seperti yg ada dalam hati
& pikiran kita tanpa dipengaruhi oleh apapun , walau emosi kita sedang
diruntuhkan dengan "deraan pukulan dari kiri-kanan pada perasaan hati
kita".
(sonny)
(apakabar Yunita?)


-Original Message-
From: sidauruk [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: 29 Maret 2007 8:40
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Ahli Bahasa & Ahli Geologi===>lagi-lagi

Kalau boleh sekedar menambahkan "jawablah pertanyaan sesuai yang
ditanyakan oleh Majelis Hakim, Jaksa dan Advokat", tidak lebih dan tidak
kurang. However, kalau dijelaskan secara tehnis berani taruhan tidak
bakal ada yang mengerti:) Memang, keterangan ahli adalah salah satu
"alat bukti" disamping hal-hal lainnya dimana nantinya tugas hakimlah
yang akan menentukan apakah keterangan ahli tersebut layak
dipertimbangkan atau tidak. 
Sayangnya, diantara para saksi ahli ini seringkali kontradiksi antara
satu dengan yang lainnya sesuai kepentingan yang mengajukan ( misalnya
saksi ahli yang diajukan jaksa bertentangan keterangannya dengan saksi
ahli yang diajukan advokat/terdakwa ). Maka, bingunglah yang menyaksikan
sidangnya, apalagi yang tidak 
Maaf kalau kurang berkenan.


Regards,
Yunita Sidauruk
yangbukanahibahasadanahligeologi



--- Achmad Luthfi <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Tanya ahli bahasa/ahli hukum, menjadi saksi adalah mengatakan apa yang

> kita saksikan dengan mata atau dengan pengalaman dan dengan ilmu. Kalo

> kita tidak melihat/mengalami dan ilmu kita gak nyampe yha lebih baik 
> bilang tidak tahu. Contoh kalo melihat dengan ilmu, kalo ditanya 
> "apakah betul perang diponegoro berlangsung tahun 1825-1830"
> ? kita jawab yha
> betul, pertanyaan berikut "apakah saudara menyaksikan ?" dijawab tidak

> (belum lahir), pertanyaan berikut "saudara menjawab betul tapi saudara

> tidak pernah menyaksikan, apakah jawaban saudara karangan belaka?"
> dijawab, jawaban saya betul dan tidak dikarang.
> Pertanyaan berikut "kalo
> saudara yakin jawaban saudara benar sedangkan saudara tidak 
> menyaksikan bagaimana saudara tahu" dijawab dari ilmu sejarah.
> Ini kelihatan
> sederhana kira2 begitulah ber-liku2nya pertanyaan yang diajukan kepada

> saksi. Sebaiknya kalo ragu2 dan tidak menyaksikan/mengalami dan 
> ilmunya gak nyampe lebih baik dijawab tidak tahu. Ini ilustrasi dari 
> pengalaman real
> 
>  
> 
> Salam,
> 
>  
> 
>   _
> 
> From: Pangestu, Sonny T
> [mailto:[EMAIL PROTECTED]
> Sent: 28 Maret 2007 10:28
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: RE: [iagi-net-l] Ahli Bahasa & Ahli Geologi
> 
>  
> 
> anggota iagi saksi ahli yg bakalan duduk di kursi saksi sebaiknya 
> bersiap dan berlatih menghadapi / mengalami "serangan" "pengujian" di 
> sidang pengadilan di indonesia yang akan sangat berbeda dengan sidang 
> tesis di perguruan tinggi utk s1 s2 atau s3 sangat berbeda gempuran 
> pertanyaan di pit iagi atau ipa atau aapg atau seminar manapun.
> 
> kita juga akan sering digiring ke suasana emosi negativ lalu 
> disudutkan utk memilih salah satu jawaban "ya" atau "tidak"
> padahal bukan itu
> jawaban yg seharusnya kita katakan.
> 
> kita ini cuma ahli geologi, dan mereka itu ahli beracara, ahli 
> bersidang pengadilan.
> 
> semoga kita mahir dan terlatih melayani "serangan" / "pengujian" itu.
> 
>  
> 
> wassalam
> 
> (sonny)
> 
>
> 
>   
>   _
> 
> 
>   From: Agus Hendratno
> [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
>   Sent: 28 Maret 2007 10:01
>   To: iagi-net@iagi.or.id
>   Subject: Re: [iagi-net-l] Ahli Bahasa & Ahli Geologi
> 
>   Wah, ini kuat-kuat an, antara pengacara Lapindo dengan Jaksa
penuntut 
> umum, kalau lihat pemberitaan tentang kasus Lusi yang berkasnya sudah 
> masuk di Kejati, tapi dikembalikan ke Penyidik Polda. Siapa pun Saksi 
> Ahli dalam persidangan nanti, baik yang diajukan penyidik polda jatim 
> maupun pengacara lapindo, seperti Ujian Pendadaran Thesis saja.
> Karena memang Saksi Ahli kalau di hadapan Meja Hijau, kayak ujian 
> thesis; sering terjadi (pengacara, hakim anggota, atau jaksa) 
> kesulitan mempertanyakan hal-hal yang teknis; namun  "tim penguji di 
> pengadilan"
> itu biasanya akan bertanya sebagaimana yang ada dalam berita acara 
> penyidikan dan improvisasi dari hasil pemeriksaan berita acara dari 
> penyidik polda. Disini, sering Saksi Ahli harus mengulang berbagai 
> penjelasa

RE: [iagi-net-l] Ahli Bahasa & Ahli Geologi===>lagi-lagi

2007-03-28 Terurut Topik sidauruk
Kalau boleh sekedar menambahkan "jawablah pertanyaan
sesuai yang ditanyakan oleh Majelis Hakim, Jaksa dan
Advokat", tidak lebih dan tidak kurang. However, kalau
dijelaskan secara tehnis berani taruhan tidak bakal
ada yang mengerti:) Memang, keterangan ahli adalah
salah satu "alat bukti" disamping hal-hal lainnya
dimana nantinya tugas hakimlah yang akan menentukan
apakah keterangan ahli tersebut layak dipertimbangkan
atau tidak. 
Sayangnya, diantara para saksi ahli ini seringkali
kontradiksi antara satu dengan yang lainnya sesuai
kepentingan yang mengajukan ( misalnya saksi ahli yang
diajukan jaksa bertentangan keterangannya dengan saksi
ahli yang diajukan advokat/terdakwa ). Maka,
bingunglah yang menyaksikan sidangnya, apalagi yang
tidak 
Maaf kalau kurang berkenan.


Regards,
Yunita Sidauruk
yangbukanahibahasadanahligeologi



--- Achmad Luthfi <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Tanya ahli bahasa/ahli hukum, menjadi saksi adalah
> mengatakan apa yang
> kita saksikan dengan mata atau dengan pengalaman dan
> dengan ilmu. Kalo
> kita tidak melihat/mengalami dan ilmu kita gak
> nyampe yha lebih baik
> bilang tidak tahu. Contoh kalo melihat dengan ilmu,
> kalo ditanya "apakah
> betul perang diponegoro berlangsung tahun 1825-1830"
> ? kita jawab yha
> betul, pertanyaan berikut "apakah saudara
> menyaksikan ?" dijawab tidak
> (belum lahir), pertanyaan berikut "saudara menjawab
> betul tapi saudara
> tidak pernah menyaksikan, apakah jawaban saudara
> karangan belaka?"
> dijawab, jawaban saya betul dan tidak dikarang.
> Pertanyaan berikut "kalo
> saudara yakin jawaban saudara benar sedangkan
> saudara tidak menyaksikan
> bagaimana saudara tahu" dijawab dari ilmu sejarah.
> Ini kelihatan
> sederhana kira2 begitulah ber-liku2nya pertanyaan
> yang diajukan kepada
> saksi. Sebaiknya kalo ragu2 dan tidak
> menyaksikan/mengalami dan ilmunya
> gak nyampe lebih baik dijawab tidak tahu. Ini
> ilustrasi dari pengalaman
> real
> 
>  
> 
> Salam, 
> 
>  
> 
>   _  
> 
> From: Pangestu, Sonny T
> [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
> Sent: 28 Maret 2007 10:28
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: RE: [iagi-net-l] Ahli Bahasa & Ahli Geologi
> 
>  
> 
> anggota iagi saksi ahli yg bakalan duduk di kursi
> saksi sebaiknya
> bersiap dan berlatih menghadapi / mengalami
> "serangan" "pengujian" di
> sidang pengadilan di indonesia yang akan sangat
> berbeda dengan sidang
> tesis di perguruan tinggi utk s1 s2 atau s3 sangat
> berbeda gempuran
> pertanyaan di pit iagi atau ipa atau aapg atau
> seminar manapun.
> 
> kita juga akan sering digiring ke suasana emosi
> negativ lalu disudutkan
> utk memilih salah satu jawaban "ya" atau "tidak"
> padahal bukan itu
> jawaban yg seharusnya kita katakan.
> 
> kita ini cuma ahli geologi, dan mereka itu ahli
> beracara, ahli bersidang
> pengadilan.
> 
> semoga kita mahir dan terlatih melayani "serangan" /
> "pengujian" itu.
> 
>  
> 
> wassalam
> 
> (sonny)
> 
>
> 
>   
>   _  
> 
> 
>   From: Agus Hendratno
> [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
>   Sent: 28 Maret 2007 10:01
>   To: iagi-net@iagi.or.id
>   Subject: Re: [iagi-net-l] Ahli Bahasa & Ahli
> Geologi
> 
>   Wah, ini kuat-kuat an, antara pengacara Lapindo
> dengan Jaksa
> penuntut umum, kalau lihat pemberitaan tentang kasus
> Lusi yang berkasnya
> sudah masuk di Kejati, tapi dikembalikan ke Penyidik
> Polda. Siapa pun
> Saksi Ahli dalam persidangan nanti, baik yang
> diajukan penyidik polda
> jatim maupun pengacara lapindo, seperti Ujian
> Pendadaran Thesis saja.
> Karena memang Saksi Ahli kalau di hadapan Meja
> Hijau, kayak ujian
> thesis; sering terjadi (pengacara, hakim anggota,
> atau jaksa) kesulitan
> mempertanyakan hal-hal yang teknis; namun  "tim
> penguji di pengadilan"
> itu biasanya akan bertanya sebagaimana yang ada
> dalam berita acara
> penyidikan dan improvisasi dari hasil pemeriksaan
> berita acara dari
> penyidik polda. Disini, sering Saksi Ahli harus
> mengulang berbagai
> penjelasan ilmiah untuk meyakinkan si penguji. Nah,
> penguji yang
> berseberangan (pengacara dan jaksa penuntut umum)
> akan sering bersilat
> argumen, bahwa keterangan saksi ahli tidak relevan;
> "keberatan dengan
> pernyataan saksi ahli" dan seterusnya. Hal ini
> biasanya akan mudah ricuh
> dan emosional, jika ada pengunjung yang fanatis atau
> korban dari suatu
> yang sedang dikasuskan. 
>   
>   Saya membayangkan, bahwa persidangan Lusi  di
> Pengadilan akan
> berlangsung sangat lama dan bertele-tele;
> seakan-akan mudah dilupakan
> jika sudah termakan waktu lebih dari 1 tahun lama
> persidangan.
> whalh...
>   
>   biarkan saja
>   agus hend
> 
>   - Original Message 
>   From: Rovicky Dwi Putrohari <[EMAIL PROTECTED]>
>   To: iagi-net@iagi.or.id
>   Sent: Tuesday, March 27, 2007 12:31:44 PM
>   Subject: Re: [iagi-net-l] Ahli Bahasa & Ahli
> Geologi
> 
>   Ada yang lucu lagi berita hari ini yg disitir
> hotmudflow.wordpress.com
>   Aku juga baru ngeh ternyata 

Re: [iagi-net-l] Logging Acq.kondisi Under Balance Drilling

2007-03-28 Terurut Topik Shofiyuddin

Tambahan mas,
Akan lebih baik seandainya interpretasi log didukung oleh oleh data data
permboran seperti yang saya sebutkan di bawah ini:

1. Loss circulation zone. Ini adalah gambaran nyata dari adanya fracture
network yang OPEN. Saya garis bawahi kata OPEN untuk lebih menjelaskan
kondisi fracture yang aktual daripada kita melakukannya dari
resistivity-based image log dimana kita gak bisa mendefine mana yang open
dan mana yang closed. Yang perlu diperhatikan adalah loss circualtion yang
pertama kali terjadi untuk menghindari salah interpretasi terhadap zona zona
yang berada di bawahnya. Loss bisa berlangsung terus menerus yang disebabkan
oleh zona loss yang terus menerus tapi bisa juga oleh zona loss yang pertama
ditemui saja. Nah nanti kalo sampe tahap interpretasi fracture dari image
log, data data diatas harus diperhatikan. Coba buat zonal fracture
berdasarkan data loss kalo ada.

2. Coba perhatikan kembali sample descriptionnya. Minta sama WSG nya untuk
mengambil interval sample menjadi lebih rapat sehingga akan didapatkan
resolusi vertical sample yang padat. Ciri khas OPEN fracture biasanya
ditandainya oleh adanya Crystal Growth yang bagus, entah berupa kurasa
amaupun calcite yang biasanya akan mudah sekali terbentuk kalo ada space
yang terbuka.

3. Coba minta ke Mudlogging company untuk membuat Instan ROP dengan kejelian
sampe tingkat 0.1 meter atau kalo bisa lebih kecil lagi untuk mendapatkan
average ROP yang lebih baik. ROP yang normal biasanya di vaerage untuk
sekitar 1 meter. Biasanya mereka menyimpan data ini masih dalam bentuk time
based di data base mereka. Anda bisa cross check untuk depth dengan melihat
drilling time.

4. Data drilling torque kadangkala bisa membantu identifikasi fracture juga.

5. Biasanya Logging company selalu menggambungkan interpretasi image dengan
dipole sonic untuk interpretasi fracture. Kalo ada data cross dipole shear
dan stoneley wave cukup membantu analisa fracture juga. hati hati dengan
interpretasi data dari resistivity image log yang mendasarkan pada
differential conductivity semata diman antara shale dan fracture bisa
menghasilkan effect yang sama.


ok, met berburu fracture.






On 3/29/07, Sandrya Laksana <[EMAIL PROTECTED]> wrote:


Terima kasih sebelumnya Pak Agus, Pak Shofi dan Pak Gde serta rekan2 yg
lainnya atas masukannya.

Mungkin perlu sedikit saya jelaskan masalahnya.
Target formation adalah Quartzite reservoirs yg berumur ordovician.
Formasi ini telah mengalami kurang lebih 5 kali periode structure. Mudah
terlihat oleh 3D seismic main faults (in general thrust faults) dan trend
natural fracture (kata: pak Gde) dibantu dengan software Fraca. Porosity
sangat rendah sekali: 3%. Oleh sebab itu kita menginginkan utk mem-bor sumur
yg kurang lebih mendekati fracture network. Paling tidak kalau pun dari
natural fracture tak mengalir, akan dilakukan fracturation setelah itu.
Satu sumur berhasil dibor pas didekat fracture network dan hasilnya cukup
bagus. Namun karena lemahnya kontrol BOP (kata: pak shofi), blow out lah yg
terjadi.

Untuk menghindari problem yg telah terjadi dan konon dengan UBD bisa
membantu mengurangi biaya pengeboran, mengurangi Skin well bore,
meningkatkan produksi dengan meminimumkan formaiton damange, untuk itu akan
dicoba pilot wells UBD.

Dari quartzite formation yg tebalnya kurang lebih 300m, kita tak bisa
menentukan dimana letak jelasnya bagian yg paling fracture atau berapa
persenkah dia. Harus dilakukan dulu fracture model (dari logs imagery +
analog field + seismic). Paling tidak apabila satu sumur berhasil di lakukan
interpretasi fracture dari log, akan dianalogikan ke sumur lain dimana kira2
yg berpotensial.

Yang diharapkan adalah: disamping engineering data terpenuhi (reducing
skin, improvement productivity) juga geological informasinya dari model
fracture bisa kita buat.

Dari masukan semua rekan2, bisa saya simpulkan bahwa resolusi imagery logs
akan lebih akurat dengn wireline (sulit utk kondisi kita). Alternatif lain
adalah dengan LWD tetapi tentu tidak akan sangat akurat.

Apakah ada dari rekan2 yg tahu success ratio nya: EcoScope dari
Schlumberger ?


sandrya






Re: [iagi-net-l] Logging Acq.kondisi Under Balance Drilling

2007-03-28 Terurut Topik Yuriza . NOOR
Sandrya

Coba pakai metoda acoustic deh nggak tau company mana yang piawai soal
ini . dulu tahun 2001 pernah lihat metoda well bore acoustic imaging
oleh salah satu badan research di Perancis .bagus lho . kayak micro
seismic dilubang bore (jangan samain dengan vsp .lain lagi).
kemaren ada Frank Wijnand dari Schlum yang presentasi hal mirip di SPE
sayang aku nggak hadir ...tapi Zainal ada bisa tanya ke dia apa pendapatnya
. nama lognya kalau nggak salah BARS .. coba deh tanyain ke orang
Schlum . karena ini tool acoustic maka masa bodoh apa mudnya bisa jalan
dan juga tidak menjadi persoalan kayak apa kondisi lubang bornya asal tool
bisa masuk aja ..

Yang di tahun 2001 itu kita bisa lihat fracturenya (kayak fault aja di
seismic normal) bahkan ada beberapa bisa kita lihat apakah itu open
fracture atau sudah tersumbat..
Waduh kalau melihat singkapan 'carbonate fracturee' di deket Montpeliier
sana rasanya walaupun sudah kita model model fracturenya tetep aja sulit
mendapatkan model mendekati kebenaran.



   
 "Sandrya Laksana" 
 <[EMAIL PROTECTED] 
 om>To 
   iagi-net@iagi.or.id 
 03/29/2007 03:56   cc 
 AM
   Subject 
   Re: [iagi-net-l] Logging
 Please respond to Acq.kondisi Under Balance Drilling  
 <[EMAIL PROTECTED] 
   .id>
   
   
   
   




Terima kasih sebelumnya Pak Agus, Pak Shofi dan Pak Gde serta rekan2 yg
lainnya atas masukannya.

Mungkin perlu sedikit saya jelaskan masalahnya.
Target formation adalah Quartzite reservoirs yg berumur ordovician. Formasi
ini telah mengalami kurang lebih 5 kali periode structure. Mudah terlihat
oleh 3D seismic main faults (in general thrust faults) dan trend natural
fracture (kata: pak Gde) dibantu dengan software Fraca. Porosity sangat
rendah sekali: 3%. Oleh sebab itu kita menginginkan utk mem-bor sumur yg
kurang lebih mendekati fracture network. Paling tidak kalau pun dari
natural fracture tak mengalir, akan dilakukan fracturation setelah itu.
Satu sumur berhasil dibor pas didekat fracture network dan hasilnya cukup
bagus. Namun karena lemahnya kontrol BOP (kata: pak shofi), blow out lah yg
terjadi.

Untuk menghindari problem yg telah terjadi dan konon dengan UBD bisa
membantu mengurangi biaya pengeboran, mengurangi Skin well bore,
meningkatkan produksi dengan meminimumkan formaiton damange, untuk itu akan
dicoba pilot wells UBD.

Dari quartzite formation yg tebalnya kurang lebih 300m, kita tak bisa
menentukan dimana letak jelasnya bagian yg paling fracture atau berapa
persenkah dia. Harus dilakukan dulu fracture model (dari logs imagery +
analog field + seismic). Paling tidak apabila satu sumur berhasil di
lakukan interpretasi fracture dari log, akan dianalogikan ke sumur lain
dimana kira2 yg berpotensial.

Yang diharapkan adalah: disamping engineering data terpenuhi (reducing
skin, improvement productivity) juga geological informasinya dari model
fracture bisa kita buat.

Dari masukan semua rekan2, bisa saya simpulkan bahwa resolusi imagery logs
akan lebih akurat dengn wireline (sulit utk kondisi kita). Alternatif lain
adalah dengan LWD tetapi tentu tidak akan sangat akurat.

Apakah ada dari rekan2 yg tahu success ratio nya: EcoScope dari
Schlumberger ?


sandrya



Pada tanggal 28/03/07, [EMAIL PROTECTED] <[EMAIL PROTECTED] >
menulis:
  Pak Sandrya dan Pak Agus,
  Sebelumnya saya ingin bertanya, apa yg dimaksud dgn fracturing reservoir?
  Apakah memang reservoirnya adalah fractured reservoir (e.g Natural
  fracture) atau fracture yg sengaja dibuat?
  Fracture memang bisa dilihat dgn menggunakan data image (FMI, STAR, OBMI,
  EI dsb), sonic (DSI, XMAC dsb) atau conventional logs maupun mud/drilling

  data) ataupun data2 lainnya.
  Khusus LWD yg density atau GR image, saya tidak yakin kita bisa melihat
  dgn jelas fracture2nya karena alasan resolusi. Sejauh ini setahu saya
  hanya dgn LWD resisitivity image kita bisa melihat fracture krn resolusi
  lebih bagus (disarankan sebelumnya check dan bandingkan tool spec yg
  dimiliki semua logging service company

[iagi-net-l] Tes

2007-03-28 Terurut Topik Eddy Subroto
Saya dan beberapa teman semenjak akhir minggu lalu kehilangan milis IAGI.
Jadi ini tes saja.

EAS



Hot News!!!
CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to [EMAIL PROTECTED]
Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI, the 36th IAGI, and the
29th IATMI Annual Convention and Exhibition,
Bali Convention Center, 13-16 November 2007

To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-



Re: [iagi-net-l] Logging Acq.kondisi Under Balance Drilling

2007-03-28 Terurut Topik Sandrya Laksana

Terima kasih sebelumnya Pak Agus, Pak Shofi dan Pak Gde serta rekan2 yg
lainnya atas masukannya.

Mungkin perlu sedikit saya jelaskan masalahnya.
Target formation adalah Quartzite reservoirs yg berumur ordovician.
Formasi ini telah mengalami kurang lebih 5 kali periode structure. Mudah
terlihat oleh 3D seismic main faults (in general thrust faults) dan trend
natural fracture (kata: pak Gde) dibantu dengan software Fraca. Porosity
sangat rendah sekali: 3%. Oleh sebab itu kita menginginkan utk mem-bor sumur
yg kurang lebih mendekati fracture network. Paling tidak kalau pun dari
natural fracture tak mengalir, akan dilakukan fracturation setelah itu.
Satu sumur berhasil dibor pas didekat fracture network dan hasilnya cukup
bagus. Namun karena lemahnya kontrol BOP (kata: pak shofi), blow out lah yg
terjadi.

Untuk menghindari problem yg telah terjadi dan konon dengan UBD bisa
membantu mengurangi biaya pengeboran, mengurangi Skin well bore,
meningkatkan produksi dengan meminimumkan formaiton damange, untuk itu akan
dicoba pilot wells UBD.

Dari quartzite formation yg tebalnya kurang lebih 300m, kita tak bisa
menentukan dimana letak jelasnya bagian yg paling fracture atau berapa
persenkah dia. Harus dilakukan dulu fracture model (dari logs imagery +
analog field + seismic). Paling tidak apabila satu sumur berhasil di lakukan
interpretasi fracture dari log, akan dianalogikan ke sumur lain dimana kira2
yg berpotensial.

Yang diharapkan adalah: disamping engineering data terpenuhi (reducing skin,
improvement productivity) juga geological informasinya dari model fracture
bisa kita buat.

Dari masukan semua rekan2, bisa saya simpulkan bahwa resolusi imagery logs
akan lebih akurat dengn wireline (sulit utk kondisi kita). Alternatif lain
adalah dengan LWD tetapi tentu tidak akan sangat akurat.

Apakah ada dari rekan2 yg tahu success ratio nya: EcoScope dari Schlumberger
?


sandrya



Pada tanggal 28/03/07, [EMAIL PROTECTED] <[EMAIL PROTECTED]>
menulis:


Pak Sandrya dan Pak Agus,
Sebelumnya saya ingin bertanya, apa yg dimaksud dgn fracturing reservoir?
Apakah memang reservoirnya adalah fractured reservoir (e.g Natural
fracture) atau fracture yg sengaja dibuat?
Fracture memang bisa dilihat dgn menggunakan data image (FMI, STAR, OBMI,
EI dsb), sonic (DSI, XMAC dsb) atau conventional logs maupun mud/drilling
data) ataupun data2 lainnya.
Khusus LWD yg density atau GR image, saya tidak yakin kita bisa melihat
dgn jelas fracture2nya karena alasan resolusi. Sejauh ini setahu saya
hanya dgn LWD resisitivity image kita bisa melihat fracture krn resolusi
lebih bagus (disarankan sebelumnya check dan bandingkan tool spec yg
dimiliki semua logging service company).
Nah, masalahnya kalau ini UBD, kita harus mencari LWD resistivity image yg
bisa di run di nonconductive mud (+air). Bisa juga di run wireline image
log (ada beberapa hal yg perlu diperhatikan untuk ini).
Kalau boleh tau (kira2) dengan 300m reservoir itu ada berapa persen
fracture-nya dan memproduce oil atau gas?
Thanks,
gde



> Apa kabar Sandrya, udah berapa lama di Aljir, wah pasti deh udah Tajir.
>
> Salam untuk keluarga, ikut semua kah? Semoga sehat.
>
> Saya sempat ketemu Edu (satu gedung, tapi belum kontak lagi)
>
>
>
> Kami juga sudah drilled 2 sumur dengan UBD, Carbonate, tight (por 3-5
> %), hole size 8.5"
>
> Ada zona fracture yang terindikasi oleh log. Tetapi sayangnya kita tidak
>
> memproses data log (khususnya density, karena validitinya diragukan atau
> bahkan di satu
>
> sumur tidak di run karena alasan teknis).
>
> Logging service company state bahwa mereka bisa run image log, bahkan
> ada yang real time
>
> berikut dengan dip dan azimuth bedding plane/fracture. Hasil terbaik
> bila dilakukan dg resistivity log,
>
> tetapi syaratnya harus di WBM. Jadi walaupun tidak sejelas resistivity,
> density tool bisa dipakai
>
> untuk menghasilkan image log. Coba kontak loging company anda.
>
> Sangat mungkin untuk sumur selanjutnya kami akan pergunakan image log
> dari density.
>
> Saya harap anda dan kawan2 lain mau tukar pengalaman tentang ini. Terima
> Kasih.
>
>
>
> Wassalam
>
>
>
> Agus Sutoto
>
> EMP Kangean LTD
>
>
>
> 
>
> From: Sandrya Laksana [mailto:[EMAIL PROTECTED]
> Sent: Friday, March 23, 2007 8:10 PM
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: [iagi-net-l] Logging Acq.kondisi Under Balance Drilling
>
>
>
> Rekan2 Iagi,
>
>
>
> Mohon pencerahan mengenai logging acquicition yg tepat bisa di lakukan
> di kondisi Under Balance Drilling.
>
> Dari beberapa article yg saya baca, UBD akan tergantung sekali dengan
> besar lubang bor, biasanya memilih lubang bor yg kecil utk faktor
> safety. Bisa itu 6 3/4, 5 7/8 atau 4 3/4. Untuk itu, banyak diameter
> tool2 logging yg tidak bisa masuk dengan ukuran kecil.
>
>
>
> Sedikit menggambarkan case yg saya punya, planning akan UBD dengan tight
> formation below 3% porosity (Quartzite formation) yang tebalnya 300 m.
> Dengan porosity yg sangat rendah seperti ini, dibutuhkan secodary
> poros

Re: [iagi-net-l] Re: [iagi -net) Penelusuran sumber air Doa Bribin Gn Kidul

2007-03-28 Terurut Topik Ismail Zaini
Betul Om Vicky, seperti saya tulis itu bahwa proyek ini merupakan pilot 
Proyek ( Riset) jadi bukan B to B tapi G to G . Prinsip sama dg Pembangkit 
Listrik Tenaga Air ( PLTA ) tapi bendungannya dibawah tanah ( sungai bawah 
tanah ) ada beberapa jenis PLTA ( sesuai kapasitasnya ) ada Piko Hidro, ada 
Micro Hidro , ada Mini Hidro ada PLTA , prisipnya sama . Biasanya untuk 
perhitungan daya nya ada Rumus P = 7,5 QH ( Kw ) Q= Debit H = Ketinggian ( 
nek gak salah lho maklum wis ora sinau meneh ) dadi kapasitas di Bribin tsb 
tergantung dg Q dan H didalam gua tsb , karena H didalam tanah biasanya 
kecil makanya fungsi utamannya ada di Q nya.
Yang harus menjadi perhatian adalah karakteristik sungai bawah tanah lain dg 
sungai di permukaan, apa sungai tsb langsung drojos lurus kelaut  apa ndadak 
mampir mampir dulu ( saling berhubungan dg sungai bawah tanah lainnya) ,
Yang namanya "Pembangkit Listrik" pasti ada oli nya dan setiap waktu 
tertentu ada perawatan mesin "Turun Mesin" nah disinilah yang harus hati 
hati karena biasanya ada limbah yang terbuang, lha nek mlayune limbah di 
permukaan gampang ngilangine. ( kabarnya kalau di PLTA Saguling lagi "Turun 
Mesin' maka banyak ikan dikeramba keramba dibawahnya podo klepekan ).Lha nek 
mlayune limbah dibawah permukaan dan mampir kemana mana kan barabe tadi.
Sebetulnya gimana sih pola  sungai bawah permukaannya , apa lurus lurus 
langsung kelaut atau saling berhubungan menjadi satu sistem terus baru ke 
laut ( mungkin ada yang pernah melakukan pemetaan sungai bawah 
permukaannya )
Sebetulnya ini bagus untuk Pembelajaran dari Aspek Geologi , teknik sipil 
dan mechanikalnya , seberapa jauh ya dilibatkannya poro Geolog di 
Ngayogyaokarto Hadiningrat terhadap proyek ini..



ISM



- Original Message - 
From: "Rovicky Dwi Putrohari" <[EMAIL PROTECTED]>

To: 
Sent: Wednesday, March 28, 2007 2:56 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: [iagi -net) Penelusuran sumber air Doa Bribin 
Gn Kidul




Mas Ma-il
Intinya kalau kita biarkan air bawah tanah sungai bribin ini akan
mengalir sendiri ke Laut Kidul. Nah dengan tenaganya sendiri
(gravitasi) diubah dulu menjadi energi listrik, kemudian listriknya
dipakai untuk menaikkan air serta kebutuhan lainnya.

Jadi daripada air ngglontor dewe ke laut ya dimangfaatkan energinya
dengan membuat "bendungan". Bendungan ini yang dibuat dengan cara
unik, yaitu membuat lubang berukuran besar dengan dibor, ukuran lubang
bor ini 2.5 METER, iya dua setengah meter diameternya. Kalau di minyak
ngebor cuman 20 inci, ini ngebor dengan diameter 2.5 meter.

Proyek ini memang sangat berbau "riset". Tentunya setiap riset bukan
untuk keuntungan semata. Pihak Jerman tentunya juga pinter
memanfaatkan kondisi karst yg sangat khusus ini. Proyek inipun sudah
sejak tahun 2004 looh ...

rdp
referensi  :
http://www.freelists.org/archives/geologiugm/07-2004/msg00091.html


On 3/29/07, Ismail Zaini <[EMAIL PROTECTED]> wrote:



Pak Noor, kalau cuma untuk air bersih kok kenapa harus ngebor dg diameter
gede , apa nantinya dibuat seperti sumur gali ( ambil airnya ditimba dg
ember )
setahu saya pada waktu P2AT dulu ngebor air didaerah Gn Kidul ( juga
didaerah gamping ) ini diameternya biasa biasa saja kemudian dipasang 
pompa

air yang digerakan dg listrik/diesel diatasnya
dari informasi di millis ini juga ( dari pak Agus h ) " secara teknis 
aliran

sungai bawah tanah di bribin memang sudah dilubangi untuk menurunkan
generator yang akan dipakai untuk menggerakkan turbin yang akan dipasang 
di

dalam gua."
Nah kalau ini benar , mungkin skenarionya untuk menaikan air dari dalam
tanah tersebut dipompa dan energi listrik untuk memompanya dibangkitkan 
dari

Turbin yang dipasang di Gua tsb (semacam PLTM)
secara ekonomis , mungkinlistrik yang dihasilkan ( Rp/Kwh ) akan jadi 
mahal

karena biaya investasinya mahal ( termmasuk ngebor yang berdiameter lebar
dan pembersihan serta bangunan struktur bawah permukaannya ) , inilah yg
saya bilang Tidak Cucuk.
Namun biasanya proyek proyek semacam ini dibiayai dari dana murah ( 
Grant )

merupakan semacam pilot proyek ( G to G ) Jadinya Yo Cucuk. Cuma
kelemahannya biasanya " Kesianmbungannya" untuk biaya O & M nya karena 
kalau
Proyek ini dinyatakan selesai sudah tidak ada lagi biaya yg 
dikucurkannya,
akibatnya bisa terbelengkai apabila tidak didesain dari awal siapa yang 
akan

bertanggung jawab thd O & M nya.
Juga mungkin yg perlu diperhatikan , karena nantinya di sungai bawah 
tanah

ini akan ditaruh mesin mesin/Turbin , ini tentunya ada kemungkinan
"tercemar' oleh minyak-minyak dan oli kalau ada kebocoran atau perawatan
yang tidak bagus. disisi lain sungai 2 bawah tanah ini kan saling
berhubungan , kalau terjadi pencemaran tentunya juga akan cepat menyebar
kemana mana , Bagaimanja nanti kalau sumberair minum satu satunya 
penduduk

Gn Kidul ini bau Minyak  kan barabe..


Salam juga  Mas Noor
( maklum kenalnya hanya dari "Dunia Maya ")

ISM



- Original Message -
From: noor syarifuddin
To: iagi-net@iagi.or.id

Re: [iagi-net-l] Re: [iagi -net) Penelusuran sumber air Doa Bribin Gn Kidul

2007-03-28 Terurut Topik Kabul Ahmad

Ya, betul kang Vick...
Dulu saat mahasiswa, saya beberapa kali survey amatiran di Kec Panggang dan 
beberapa "luweng" di G. Kidul dengan aktifis mahasiswa lainnya tahun 
1983-84..
Beberapa desa yang ada gua bawah tanahnya , warga sangat kesulitan 
mengangkat air yang sangat deras dibawah itu tapi diatas sangat kekeringan. 
Maka, ada yang membuat tangga ke bawah setinggi sampai 50 - 70 meter. sampai 
di bawah air diciduk pakai jerigen atau drum dan diangkat kembali ke atas. 
Ini dilakukan oleh pria dan wanita bahkan anak-anak. Suatu perjuangan yang 
luar biasa untuk mendapatkan air untuk hidup.
Kemudian, kami usulkan menggunakan pompa dengan generator mesin diesel. Dari 
sumbangan bapak-bapak dosen aktifis UGM dan pak Camat didapatkan genset dan 
pompa tersebut, namun kami lupa bahwa genset ini butuh BBM berupa solar, 
akibatnya saat mesin terpasang di bawah sana dan air bisa dipompakan, timbul 
bahaya yaitu polusi CO dan CO2 didalam gua dari asap genset. Sempat ada 
warga yang pingsan lemas saat mau mengisi BBM di dalam gua bawah tanah itu. 
Akhirnya, kita stop genset itu dan warga kembali menimba turun ke gua. Gua 
ini atau lebih tepat disebut luweng karena hampir vertikal denga sudut 
kemiringan 60 - 70 derajat. Banyak pula yang 90 derajat malah.
Timbul pemikiran dengan beberapa kawan aktifis mahasiswa teknik mesin dan 
elektro UGM bahwa genset diganti listrik yang tanpa polusi dan bebas 
pencemaran minyak, tapi di desa tsb listrik belum ada dan dirancang listrik 
tenaga angin di permukaan ( kincir angin ). Desa ini dekat pantai selatan 
dengan jarak 3 km saja dan angin berhembus cukup kencang. Lisrik ini 
digunakan sebagai tenaga pompa air. Debit air di gua tsb cukup besar , 
mungkin sampai 30-40 ltr/detik tapi tidak cukup menggerakkan turbin dan 
ruang yang sempit tidak mungkin dibuat dam atau tanggul di bawah sana. Jadi 
pilihan PLT Angin. Namun sayang proyek ini berhenti karena tak ada dana 
lagi, lagian hanya murni swadaya masyarakat.
Jadi jika ada gua lain yang debitnya cukup maka ide pompa listrik dari 
turbin yang digerakkan oleh debitnya sendiri itu bagus sekali dan sangat 
mungkin.
Luweng/ gua lainnya juga ada yang lebih besar...jadi musibah kekeringan tiap 
tahun di daerah tandus itu bisa diselesaikan masalahnya.
Dengan metode geolistrik, pencarian air di karst juga bisa dilakukan dan 
kita bisa memetakannya kemana arah dan drainage sungai bawah tanah ini. P2AT 
Jogja juga paham betul wilayah Gunung Kidul. Apalagi dengan jadi Ontorejo, 
amblas ke gua seperti para hobbiest speleology, pemetaan jadi lebih "real".
Coba kang Vicky tanya ke mas Hari Primadi  ( Geologist Petronas ) yang 
tetangga sampeyan jagonya Speleologi di Karst Pegunungan Sewu  dan hobby 
terjun ke gua bawah tanah itu. Beliau mengenal betul "peta" luweng itu.


KA
- Original Message - 
From: "Rovicky Dwi Putrohari" <[EMAIL PROTECTED]>

To: 
Sent: Wednesday, March 28, 2007 5:56 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: [iagi -net) Penelusuran sumber air Doa Bribin 
Gn Kidul




Mas Ma-il
Intinya kalau kita biarkan air bawah tanah sungai bribin ini akan
mengalir sendiri ke Laut Kidul. Nah dengan tenaganya sendiri
(gravitasi) diubah dulu menjadi energi listrik, kemudian listriknya
dipakai untuk menaikkan air serta kebutuhan lainnya.

Jadi daripada air ngglontor dewe ke laut ya dimangfaatkan energinya
dengan membuat "bendungan". Bendungan ini yang dibuat dengan cara
unik, yaitu membuat lubang berukuran besar dengan dibor, ukuran lubang
bor ini 2.5 METER, iya dua setengah meter diameternya. Kalau di minyak
ngebor cuman 20 inci, ini ngebor dengan diameter 2.5 meter.

Proyek ini memang sangat berbau "riset". Tentunya setiap riset bukan
untuk keuntungan semata. Pihak Jerman tentunya juga pinter
memanfaatkan kondisi karst yg sangat khusus ini. Proyek inipun sudah
sejak tahun 2004 looh ...

rdp
referensi  :
http://www.freelists.org/archives/geologiugm/07-2004/msg00091.html


On 3/29/07, Ismail Zaini <[EMAIL PROTECTED]> wrote:



Pak Noor, kalau cuma untuk air bersih kok kenapa harus ngebor dg diameter
gede , apa nantinya dibuat seperti sumur gali ( ambil airnya ditimba dg
ember )
setahu saya pada waktu P2AT dulu ngebor air didaerah Gn Kidul ( juga
didaerah gamping ) ini diameternya biasa biasa saja kemudian dipasang 
pompa

air yang digerakan dg listrik/diesel diatasnya
dari informasi di millis ini juga ( dari pak Agus h ) " secara teknis 
aliran

sungai bawah tanah di bribin memang sudah dilubangi untuk menurunkan
generator yang akan dipakai untuk menggerakkan turbin yang akan dipasang 
di

dalam gua."
Nah kalau ini benar , mungkin skenarionya untuk menaikan air dari dalam
tanah tersebut dipompa dan energi listrik untuk memompanya dibangkitkan 
dari

Turbin yang dipasang di Gua tsb (semacam PLTM)
secara ekonomis , mungkinlistrik yang dihasilkan ( Rp/Kwh ) akan jadi 
mahal

karena biaya investasinya mahal ( termmasuk ngebor yang berdiameter lebar
dan pembersihan serta bangunan struktur bawah permukaannya ) , inilah yg
saya bilang Tidak C

Re: [iagi-net-l] Re: [iagi -net) Penelusuran sumber air Doa Bribin Gn Kidul

2007-03-28 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari

Mas Ma-il
Intinya kalau kita biarkan air bawah tanah sungai bribin ini akan
mengalir sendiri ke Laut Kidul. Nah dengan tenaganya sendiri
(gravitasi) diubah dulu menjadi energi listrik, kemudian listriknya
dipakai untuk menaikkan air serta kebutuhan lainnya.

Jadi daripada air ngglontor dewe ke laut ya dimangfaatkan energinya
dengan membuat "bendungan". Bendungan ini yang dibuat dengan cara
unik, yaitu membuat lubang berukuran besar dengan dibor, ukuran lubang
bor ini 2.5 METER, iya dua setengah meter diameternya. Kalau di minyak
ngebor cuman 20 inci, ini ngebor dengan diameter 2.5 meter.

Proyek ini memang sangat berbau "riset". Tentunya setiap riset bukan
untuk keuntungan semata. Pihak Jerman tentunya juga pinter
memanfaatkan kondisi karst yg sangat khusus ini. Proyek inipun sudah
sejak tahun 2004 looh ...

rdp
referensi  :
http://www.freelists.org/archives/geologiugm/07-2004/msg00091.html


On 3/29/07, Ismail Zaini <[EMAIL PROTECTED]> wrote:



Pak Noor, kalau cuma untuk air bersih kok kenapa harus ngebor dg diameter
gede , apa nantinya dibuat seperti sumur gali ( ambil airnya ditimba dg
ember )
setahu saya pada waktu P2AT dulu ngebor air didaerah Gn Kidul ( juga
didaerah gamping ) ini diameternya biasa biasa saja kemudian dipasang pompa
air yang digerakan dg listrik/diesel diatasnya
dari informasi di millis ini juga ( dari pak Agus h ) " secara teknis aliran
sungai bawah tanah di bribin memang sudah dilubangi untuk menurunkan
generator yang akan dipakai untuk menggerakkan turbin yang akan dipasang di
dalam gua."
Nah kalau ini benar , mungkin skenarionya untuk menaikan air dari dalam
tanah tersebut dipompa dan energi listrik untuk memompanya dibangkitkan dari
Turbin yang dipasang di Gua tsb (semacam PLTM)
secara ekonomis , mungkinlistrik yang dihasilkan ( Rp/Kwh ) akan jadi mahal
karena biaya investasinya mahal ( termmasuk ngebor yang berdiameter lebar
dan pembersihan serta bangunan struktur bawah permukaannya ) , inilah yg
saya bilang Tidak Cucuk.
Namun biasanya proyek proyek semacam ini dibiayai dari dana murah ( Grant )
merupakan semacam pilot proyek ( G to G ) Jadinya Yo Cucuk. Cuma
kelemahannya biasanya " Kesianmbungannya" untuk biaya O & M nya karena kalau
Proyek ini dinyatakan selesai sudah tidak ada lagi biaya yg dikucurkannya,
akibatnya bisa terbelengkai apabila tidak didesain dari awal siapa yang akan
bertanggung jawab thd O & M nya.
Juga mungkin yg perlu diperhatikan , karena nantinya di sungai bawah tanah
ini akan ditaruh mesin mesin/Turbin , ini tentunya ada kemungkinan
"tercemar' oleh minyak-minyak dan oli kalau ada kebocoran atau perawatan
yang tidak bagus. disisi lain sungai 2 bawah tanah ini kan saling
berhubungan , kalau terjadi pencemaran tentunya juga akan cepat menyebar
kemana mana , Bagaimanja nanti kalau sumberair minum satu satunya penduduk
Gn Kidul ini bau Minyak  kan barabe..


Salam juga  Mas Noor
( maklum kenalnya hanya dari "Dunia Maya ")

ISM



- Original Message -
From: noor syarifuddin
To: iagi-net@iagi.or.id

Sent: Tuesday, March 27, 2007 4:19 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: [iagi -net) Penelusuran sumber air Doa Bribin
Gn Kidul



Pak Ismail,
Setahu saya sih hanya untuk sumber air bersih. Prosesnya dengan cara dibor
dengan diameter yang cukup besar, jadi tidak pakai ledak-ledakan..:-).

salam,


- Original Message 
From: Ismail Zaini <[EMAIL PROTECTED]>
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Wednesday, March 28, 2007 11:09:22 AM
Subject: [iagi-net-l] Re: [iagi -net) Penelusuran sumber air Doa Bribin Gn
Kidul



Kalau tidak salah dulu proyek Gua Bribin ini untuk dibikin Pembangkit
Listrik Tenaga air ( ? )
Melihat untuk merelaisasikan proyek ini harus " merusak" Gua  Gua ( dg
meledakan  segala) , apa tidak sayang , disisi lain kita konsen terhadap
klestarian alam.
Kalau dilihat "hasil"  ( dari listrik yang dihasilkan nantinya  mungkin
hanya puluhan- ratusan KW ) mungkin juga tidak terlalu banyak , apalagi
untuk daerah ini masih banyak alternatif lain ( menggunakan sumber energi
lain ) tanpa harus "merusak" alamnya.
Ora cucuk , istilah Gunung Kidule...

ISM





Penelusuran Sumber Air
Luweng Ngejring Akses Masuk Lain ke Goa Bribin di Gunung Kidul

Upaya penghancuran bebatuan yang menutup penampang Goa Bribin di Semanu,
Gunung Kidul, beberapa waktu lalu, masih menyisakan sedikit pekerjaan. Belum
semua pecahan batu hasil peledakan yang melibatkan dua penyelam sifon (pipa
penuh air) dari Jerman, Marco Wendelberger dan Matias Leyk, November tahun
lalu, itu tersingkir.

Artinya masih ada sisa bebatuan yang membendung aliran air di dalam goa
berkedalaman sekitar 100 meter di bawah permukaan tanah tersebut. Batuan itu
jelas menjadi penghambat pembangunan dam utama karena keberadaannya membuat
permukaan air menjadi naik.

Beberapa upaya pun kembali dicoba, salah satunya mencari jalan lain untuk
masuk ke dalam penampang goa guna menyingkirkan batu-batu sisa secara
manual. Setelah melalui sejumlah pemikiran, pilihan pun tertuju ke luw

Re: [iagi-net-l] Re: [iagi -net) Penelusuran sumber air Doa Bribin Gn Kidul

2007-03-28 Terurut Topik Ismail Zaini
Pak Noor, kalau cuma untuk air bersih kok kenapa harus ngebor dg diameter gede 
, apa nantinya dibuat seperti sumur gali ( ambil airnya ditimba dg ember )
setahu saya pada waktu P2AT dulu ngebor air didaerah Gn Kidul ( juga didaerah 
gamping ) ini diameternya biasa biasa saja kemudian dipasang pompa air yang 
digerakan dg listrik/diesel diatasnya 
dari informasi di millis ini juga ( dari pak Agus h ) " secara teknis aliran 
sungai bawah tanah di bribin memang sudah dilubangi untuk menurunkan generator 
yang akan dipakai untuk menggerakkan turbin yang akan dipasang di dalam gua."
Nah kalau ini benar , mungkin skenarionya untuk menaikan air dari dalam tanah 
tersebut dipompa dan energi listrik untuk memompanya dibangkitkan dari Turbin 
yang dipasang di Gua tsb (semacam PLTM)
secara ekonomis , mungkinlistrik yang dihasilkan ( Rp/Kwh ) akan jadi mahal 
karena biaya investasinya mahal ( termmasuk ngebor yang berdiameter lebar dan 
pembersihan serta bangunan struktur bawah permukaannya ) , inilah yg saya 
bilang Tidak Cucuk.
Namun biasanya proyek proyek semacam ini dibiayai dari dana murah ( Grant ) 
merupakan semacam pilot proyek ( G to G ) Jadinya Yo Cucuk. Cuma kelemahannya 
biasanya " Kesianmbungannya" untuk biaya O & M nya karena kalau Proyek ini 
dinyatakan selesai sudah tidak ada lagi biaya yg dikucurkannya, akibatnya bisa 
terbelengkai apabila tidak didesain dari awal siapa yang akan bertanggung jawab 
thd O & M nya.
Juga mungkin yg perlu diperhatikan , karena nantinya di sungai bawah tanah ini 
akan ditaruh mesin mesin/Turbin , ini tentunya ada kemungkinan "tercemar' oleh 
minyak-minyak dan oli kalau ada kebocoran atau perawatan yang tidak bagus. 
disisi lain sungai 2 bawah tanah ini kan saling berhubungan , kalau terjadi 
pencemaran tentunya juga akan cepat menyebar kemana mana , Bagaimanja nanti 
kalau sumberair minum satu satunya penduduk Gn Kidul ini bau Minyak  kan 
barabe..


Salam juga  Mas Noor
( maklum kenalnya hanya dari "Dunia Maya ")

ISM


  - Original Message - 
  From: noor syarifuddin 
  To: iagi-net@iagi.or.id 
  Sent: Tuesday, March 27, 2007 4:19 PM
  Subject: Re: [iagi-net-l] Re: [iagi -net) Penelusuran sumber air Doa Bribin 
Gn Kidul


  Pak Ismail,
  Setahu saya sih hanya untuk sumber air bersih. Prosesnya dengan cara dibor 
dengan diameter yang cukup besar, jadi tidak pakai ledak-ledakan..:-).

  salam,


  - Original Message 
  From: Ismail Zaini <[EMAIL PROTECTED]>
  To: iagi-net@iagi.or.id
  Sent: Wednesday, March 28, 2007 11:09:22 AM
  Subject: [iagi-net-l] Re: [iagi -net) Penelusuran sumber air Doa Bribin Gn 
Kidul


  Kalau tidak salah dulu proyek Gua Bribin ini untuk dibikin Pembangkit Listrik 
Tenaga air ( ? )
  Melihat untuk merelaisasikan proyek ini harus " merusak" Gua  Gua ( dg 
meledakan  segala) , apa tidak sayang , disisi lain kita konsen terhadap 
klestarian alam.
  Kalau dilihat "hasil"  ( dari listrik yang dihasilkan nantinya  mungkin hanya 
puluhan- ratusan KW ) mungkin juga tidak terlalu banyak , apalagi untuk daerah 
ini masih banyak alternatif lain ( menggunakan sumber energi lain ) tanpa harus 
"merusak" alamnya. 
  Ora cucuk , istilah Gunung Kidule...

  ISM
  

  Penelusuran Sumber Air
  Luweng Ngejring Akses Masuk Lain ke Goa Bribin di Gunung Kidul 

  Upaya penghancuran bebatuan yang menutup penampang Goa Bribin di Semanu, 
Gunung Kidul, beberapa waktu lalu, masih menyisakan sedikit pekerjaan. Belum 
semua pecahan batu hasil peledakan yang melibatkan dua penyelam sifon (pipa 
penuh air) dari Jerman, Marco Wendelberger dan Matias Leyk, November tahun 
lalu, itu tersingkir. 

  Artinya masih ada sisa bebatuan yang membendung aliran air di dalam goa 
berkedalaman sekitar 100 meter di bawah permukaan tanah tersebut. Batuan itu 
jelas menjadi penghambat pembangunan dam utama karena keberadaannya membuat 
permukaan air menjadi naik. 

  Beberapa upaya pun kembali dicoba, salah satunya mencari jalan lain untuk 
masuk ke dalam penampang goa guna menyingkirkan batu-batu sisa secara manual. 
Setelah melalui sejumlah pemikiran, pilihan pun tertuju ke luweng atau lubang 
vertikal. 

  Lubang ini diharapkan bisa menjadi jalan masuk dari sisi lain. Mengingat, 
untuk masuk dari jalan utama, yakni terowongan vertikal, hasil pengeboran masih 
cukup sulit, meski kini telah terpasang lift. 

  Salah satu luweng yang kemudian menjadi pilihan adalah luweng Ngejring. 
"Akhir bulan ini kami berencana untuk mencoba masuk ke dalam luweng Ngejring. 
Kami masih menunggu situasi kondusif," ujar Dicky J Mesah, Ketua Acintyacunyata 
Speleological Club (ASC), pekan lalu. 

  ASC ialah sebuah lembaga swadaya masyarakat yang bergerak dalam bidang 
penelusuran goa yang juga terlibat dalam pembangunan bendungan sungai bawah 
tanah Bribin. 

  Tak mudah 

  Masuk dalam goa bawah tanah, apalagi yang jalurnya vertikal dan terdapat 
sungai di dalamnya, bukan persoalan mudah. Selain keterampilan dan dukungan 
peralatan yang memadai, kondis

RE: [iagi-net-l] kirim lampiran file (Re: [iagi-net-l] Respon-5 Atas Surat Terbuka Kepada Ketua Umum IAGI)

2007-03-28 Terurut Topik Achmad Luthfi
Ok Bung Syaiful 
Trims

-Original Message-
From: mohammad syaiful [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: 28 Maret 2007 9:54
To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: Paulus Tangke Allo; Rovicky Dwi Putrohari
Subject: [iagi-net-l] kirim lampiran file (Re: [iagi-net-l] Respon-5
Atas Surat Terbuka Kepada Ketua Umum IAGI)

pak luthfi,

harus kontak dulu bang allo atau kang rovicky utk mengirimkan lampiran
(default iagi-net, setiap anggota milis tidak diperkenankan utk
mengirimkan lampiran file).

kirim saja file bahan presentasi dan makalah tsb ke mereka berdua.

terimakasih dan salam,
syaiful

On 3/28/07, Achmad Luthfi <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> Saya belum berhasil kirim 2 bahan presentasi + 1 makalah sebagai
> lampiran respon-5 atas surat terbuka kepada ketua IAGI. Saya minta
> tolong Dr. Edy Sunardi utk kirim materi tersebut setelah file
> dimodifikasi ke jpeg.
>
> Salam: LTH
>
> -Original Message-
> From: Achmad Luthfi
> Sent: 27 Maret 2007 20:35
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: [iagi-net-l] Respon-5 Atas Surat Terbuka Kepada Ketua Umum
IAGI
>
>
>
>
> Pak Koesoemadinata yang sangat saya hormati dan banggakan,
>
> Dalam akhir respon-4 yang lalu saya sampaikan bahwa kami mengundang Ir
> Sayogi Sudarman MSC(ahli geothermal) untuk menyampaikan pendapatnya
> tentang LULA ditinjau dari fenomena geothermal dalam seminar kedua
yang
> diselenggarakan di gedung BPPT pada minggu ketiga/keempat Februari
2007.
> Dalam presentasinya (bahan terlampir, Mas Sayogi menyampaikan
> comparative model, yaitu model Tentative & Hidrogeologi Sistem
Panasbumi
> Cisolok-Cisukarame, Jawa Barat dan model Tentatif Porong -
> Arjuno~Welirang~Anjasmoro (AWA), Jawa Timur. Dengan model ini
> diinterpretasikan bahwa LULA yang bertemperatur tinggi merupakan
> fenomena geothermal. Kalo menggunakan pendapat Dr. Ir. Lambok dalam
> seminar ketiga, bila terjadi re-charge yang berkelanjutan di kompleks
> AWA maka semburan LULA makin tdk terprediksi kapan berhentinya (bias
> forever), dalam kesimpulannya untuk mematikan Mas Sayogi perlu 3
relief
> wells yang difungsikan ganda (untuk mematikan dan re-injeksi air tapis
> lumpur) tetapi untuk mengerjakan ini menurut Mas Sayogi harus
diketahui
> detil dan kejelasan model dan mekanisme semburan, lha kalo ini
merupakan
> fenomena alam bagaimana mematikan LULA. Kalo ini fenomena alam, Pak
> Untung S dari BPPT dalam seminar kedua ini mengatakan (paper
terlampir)
> "Selanjutnya bila kemudian terbukti bahwa yang terjadi sesungguhnya
> adalah gejala pembentukan mud volcano yakni asumsi fenomena kedua,
maka
> satu-satunya jalan adalah membiarkan lumpur tetap mengalir, meskipun
> hingga puluhan bahkan bisa dalam kurun ratusan tahun. Yang perlu
> dilakukan adalah bagaimana mengendalikan, mengarahkan, ataupun
> melokalisir aliran lumpur di permukaan agar tidak membahayakan
kehidupan
> manusia dan lingkungan hidup secara umum. Sekalipun fenomena mud
volcano
> semakin memberikan fakta nyata, namun hipotesa ini perlu pula didukung
> dengan fakta yang penting yakni bahwa mud volcano pada umumnya
terbentuk
> dan berasosiasi dengan pembentukan gelembung lempung (shale diapir).
Di
> berbagai tempat yang memperlihatkan adanya mud volcano selalu
didahului
> oleh gejala diapirism material plastis di bawah permukaan yang
menyembul
> ke permukaan akibat tekanan dan perasan lapisan batuan di
sekelilingnya,
> melalui bidang-bidang retakan dan sesar. Material plastis bertekanan
> tinggi itu umunya dibentuk oleh lempung bercampur air dari dalam
lapisan
> lempung yang terkurung dan terperas misalnya oleh gaya-gaya tektonik
> aktif di sekitarnya". Sedangkan menurut presentasikan Dr. Ir. Syamsu
> Alam dari data seismic tidak terlihat ada gejala diapirism, penjelasan
> Bung Alam inilah yang disampaikan Pak Koesoemadinata dalam salah
> suratnya melemahkan pendapat bahwa LULA merupakan mudvolcano terjadi
> akibat proses alamiah, dan ini terus menjadi perdebatan yang belum
> berujung karena belum tahu siapa yang benar. Apakah kita hanya berpuas
> dengan berbagai argumentasi ilmiah untuk mengetahui detil dan
kejelasan
> model dan mekanisme semburan LULA beserta penyebabnya. Bolehlah ini
> untuk khasanah ilmiah, tetapi saya sebagai presiden IAGI tidak
> memprioritaskan hal ini, saya ingin membawa IAGI agar menyuarakan
> pembuangan LULA ke laut secara aman dari berbagai aspek. Kebetulan
waktu
> itu G. Merapi yang terletak tak jauh dari Jogja menarik perhatian kita
> semua karena sedang aktif plus mbah Maridjannya. Saya terpikir siapa
sih
> yang sanggup menyetop semburan G. Merapi, tidak adalah kecuali Yang
Maha
> Kuasa, karena itu para ahli hanya bisa bagaimana mengendalikan erupsi
> merapi terutama yang berupa lahar melalui kali Gendol dan kali Krasak
> yang kebetulan berlokasi disekitar G. Merapi, para ahli teknik sipil
> membangun berbagai check-dam di kali tsb agar aliran lahar terkendali.
> Lha bagaimana mengendalikan aliran LULA ? Dalam seminar kedua tersebut
> Dr. Ir. Agus Kristijono, MSc dari BPPT menyampaikan presentasi
> "Pema

RE: [iagi-net-l] Ahli Bahasa & Ahli Geologi

2007-03-28 Terurut Topik Achmad Luthfi
Tanya ahli bahasa/ahli hukum, menjadi saksi adalah mengatakan apa yang
kita saksikan dengan mata atau dengan pengalaman dan dengan ilmu. Kalo
kita tidak melihat/mengalami dan ilmu kita gak nyampe yha lebih baik
bilang tidak tahu. Contoh kalo melihat dengan ilmu, kalo ditanya "apakah
betul perang diponegoro berlangsung tahun 1825-1830" ? kita jawab yha
betul, pertanyaan berikut "apakah saudara menyaksikan ?" dijawab tidak
(belum lahir), pertanyaan berikut "saudara menjawab betul tapi saudara
tidak pernah menyaksikan, apakah jawaban saudara karangan belaka?"
dijawab, jawaban saya betul dan tidak dikarang. Pertanyaan berikut "kalo
saudara yakin jawaban saudara benar sedangkan saudara tidak menyaksikan
bagaimana saudara tahu" dijawab dari ilmu sejarah. Ini kelihatan
sederhana kira2 begitulah ber-liku2nya pertanyaan yang diajukan kepada
saksi. Sebaiknya kalo ragu2 dan tidak menyaksikan/mengalami dan ilmunya
gak nyampe lebih baik dijawab tidak tahu. Ini ilustrasi dari pengalaman
real

 

Salam, 

 

  _  

From: Pangestu, Sonny T [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: 28 Maret 2007 10:28
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Ahli Bahasa & Ahli Geologi

 

anggota iagi saksi ahli yg bakalan duduk di kursi saksi sebaiknya
bersiap dan berlatih menghadapi / mengalami "serangan" "pengujian" di
sidang pengadilan di indonesia yang akan sangat berbeda dengan sidang
tesis di perguruan tinggi utk s1 s2 atau s3 sangat berbeda gempuran
pertanyaan di pit iagi atau ipa atau aapg atau seminar manapun.

kita juga akan sering digiring ke suasana emosi negativ lalu disudutkan
utk memilih salah satu jawaban "ya" atau "tidak" padahal bukan itu
jawaban yg seharusnya kita katakan.

kita ini cuma ahli geologi, dan mereka itu ahli beracara, ahli bersidang
pengadilan.

semoga kita mahir dan terlatih melayani "serangan" / "pengujian" itu.

 

wassalam

(sonny)

 


  _  


From: Agus Hendratno [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: 28 Maret 2007 10:01
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Ahli Bahasa & Ahli Geologi

Wah, ini kuat-kuat an, antara pengacara Lapindo dengan Jaksa
penuntut umum, kalau lihat pemberitaan tentang kasus Lusi yang berkasnya
sudah masuk di Kejati, tapi dikembalikan ke Penyidik Polda. Siapa pun
Saksi Ahli dalam persidangan nanti, baik yang diajukan penyidik polda
jatim maupun pengacara lapindo, seperti Ujian Pendadaran Thesis saja.
Karena memang Saksi Ahli kalau di hadapan Meja Hijau, kayak ujian
thesis; sering terjadi (pengacara, hakim anggota, atau jaksa) kesulitan
mempertanyakan hal-hal yang teknis; namun  "tim penguji di pengadilan"
itu biasanya akan bertanya sebagaimana yang ada dalam berita acara
penyidikan dan improvisasi dari hasil pemeriksaan berita acara dari
penyidik polda. Disini, sering Saksi Ahli harus mengulang berbagai
penjelasan ilmiah untuk meyakinkan si penguji. Nah, penguji yang
berseberangan (pengacara dan jaksa penuntut umum) akan sering bersilat
argumen, bahwa keterangan saksi ahli tidak relevan; "keberatan dengan
pernyataan saksi ahli" dan seterusnya. Hal ini biasanya akan mudah ricuh
dan emosional, jika ada pengunjung yang fanatis atau korban dari suatu
yang sedang dikasuskan. 

Saya membayangkan, bahwa persidangan Lusi  di Pengadilan akan
berlangsung sangat lama dan bertele-tele; seakan-akan mudah dilupakan
jika sudah termakan waktu lebih dari 1 tahun lama persidangan.
whalh...

biarkan saja
agus hend

- Original Message 
From: Rovicky Dwi Putrohari <[EMAIL PROTECTED]>
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Tuesday, March 27, 2007 12:31:44 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Ahli Bahasa & Ahli Geologi

Ada yang lucu lagi berita hari ini yg disitir
hotmudflow.wordpress.com
Aku juga baru ngeh ternyata ada beberapa yg menamakan dirinya
Media Center.

www.mediacenterlusi.com ini berbeda dengan Media Center yg
disitir
oleh http://www.d-infokom-jatim.go.id/index.php
Memang Lusi ini tobmarkotob  saingan Thukul tenin !

rdp

Asas Praduga Tak Bersalah Mesti Dijunjung Tinggi

MediaCenterLusi, Senin, 26 Maret 2007 23:29

Surabaya-Asas praduga tak bersalah mesti dijunjung tinggi sesuai
prinsip-prinsip hukum pidana.  Karena itu, kesimpulan apapun
yang
telah diambil oleh penyidik selaku penegak hukum, masih harus
dibuktikan terlebih dahulu di muka pengadilan. Demikian hal itu
dikemukakan Koordinator Tim Kuasa Hukum Lapindo Brantas Inc. GP
Aji
Wijaya Senin (26/3) di Surabaya.

Sebelumnya di sebuah harian nasional Sabtu (24/3) Kapolda Jatim
Inspektur Jenderal Herman Suryadi Sumawiredja mengatakan bahwa
pengeboran sumur eksplorasi Banjarpanji-1 milik  Lapindo Brantas
Inc.
merupakan pemicu semburan Lumpur panas Sidoarjo.

Pernyataannya itu, kata H

RE: [iagi-net-l] Ahli Bahasa & Ahli Geologi

2007-03-28 Terurut Topik Achmad Luthfi
Kalo menafsirkan waktu antara Ahli Bahasa dan Ahli Geologi juga bisa
terjadi perbedaan pendapat yang berarti. Beda waktu 2 hari antara
terjadi gempa dan semburan menurut Ahli Bahasa itu jelas selang waktu
yang berarti karena diukur dari waktu hidup manusia, tetapi bila dilihat
dari waktu geologi tidak ada artinya (2 hari yang lalu dan hari ini
adalah sama dari kacamata waktu geologi).

 

  _  

From: Kabul Ahmad [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: 28 Maret 2007 11:28
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Ahli Bahasa & Ahli Geologi

 

Para saksi ahli ini nantinya akan digiring kearah jawaban YA dan TIDAK,
singkat jelas dan tegasbukan abu-abu atau plin-plan! Jaksa dan
Pengacara yang akan adu argument bahwa siapa yang benar dengan cara
bertanya ke saksi ahli yang menggiring ke jawaban tadi. Hampir semua
para saksi yang terlibat dipengeboran yang diperiksa BAP menjurus bahwa
ada kesalahan prosedur, makanya polisi bisa menggiring para tersangka ke
pengadilan.

Jaksa punya saksi ahli, pengacara Lapindo juga punya saksi ahli...nah
nantinya mereka saksi ahli ini bisa memihak mana ? Profesi ilmiah,
netral, atau sudah terbeli ?

Makanya dari segi ilmu geologi hal ini jadi njlimet, karena ini ilmu
interpretasi belaka. Tapi Drilling Engineering itu eksak nyata dan
sangat bisa diperhitungkan, ngebor di bumi tidak serumit mendaratkan
pesawat di planet Mars.

Dengar-dengar ada yang sedang hunting konsultan ahli yang
meringankanNah loe !

 

 

Wallahu'alam

- Original Message - 

From: Agus Hendratno   

To: iagi-net@iagi.or.id 

Sent: Wednesday, March 28, 2007 10:00 AM

Subject: Re: [iagi-net-l] Ahli Bahasa & Ahli Geologi

 

Wah, ini kuat-kuat an, antara pengacara Lapindo dengan Jaksa
penuntut umum, kalau lihat pemberitaan tentang kasus Lusi yang berkasnya
sudah masuk di Kejati, tapi dikembalikan ke Penyidik Polda. Siapa pun
Saksi Ahli dalam persidangan nanti, baik yang diajukan penyidik polda
jatim maupun pengacara lapindo, seperti Ujian Pendadaran Thesis saja.
Karena memang Saksi Ahli kalau di hadapan Meja Hijau, kayak ujian
thesis; sering terjadi (pengacara, hakim anggota, atau jaksa) kesulitan
mempertanyakan hal-hal yang teknis; namun  "tim penguji di pengadilan"
itu biasanya akan bertanya sebagaimana yang ada dalam berita acara
penyidikan dan improvisasi dari hasil pemeriksaan berita acara dari
penyidik polda. Disini, sering Saksi Ahli harus mengulang berbagai
penjelasan ilmiah untuk meyakinkan si penguji. Nah, penguji yang
berseberangan (pengacara dan jaksa penuntut umum) akan sering bersilat
argumen, bahwa keterangan saksi ahli tidak relevan; "keberatan dengan
pernyataan saksi ahli" dan seterusnya. Hal ini biasanya akan mudah ricuh
dan emosional, jika ada pengunjung yang fanatis atau korban dari suatu
yang sedang dikasuskan. 

Saya membayangkan, bahwa persidangan Lusi  di Pengadilan akan
berlangsung sangat lama dan bertele-tele; seakan-akan mudah dilupakan
jika sudah termakan waktu lebih dari 1 tahun lama persidangan.
whalh...

biarkan saja
agus hend

- Original Message 
From: Rovicky Dwi Putrohari <[EMAIL PROTECTED]>
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Tuesday, March 27, 2007 12:31:44 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Ahli Bahasa & Ahli Geologi

Ada yang lucu lagi berita hari ini yg disitir
hotmudflow.wordpress.com
Aku juga baru ngeh ternyata ada beberapa yg menamakan dirinya
Media Center.

www.mediacenterlusi.com ini berbeda dengan Media Center yg
disitir
oleh http://www.d-infokom-jatim.go.id/index.php
Memang Lusi ini tobmarkotob  saingan Thukul tenin !

rdp

Asas Praduga Tak Bersalah Mesti Dijunjung Tinggi

MediaCenterLusi, Senin, 26 Maret 2007 23:29

Surabaya-Asas praduga tak bersalah mesti dijunjung tinggi sesuai
prinsip-prinsip hukum pidana.  Karena itu, kesimpulan apapun
yang
telah diambil oleh penyidik selaku penegak hukum, masih harus
dibuktikan terlebih dahulu di muka pengadilan. Demikian hal itu
dikemukakan Koordinator Tim Kuasa Hukum Lapindo Brantas Inc. GP
Aji
Wijaya Senin (26/3) di Surabaya.

Sebelumnya di sebuah harian nasional Sabtu (24/3) Kapolda Jatim
Inspektur Jenderal Herman Suryadi Sumawiredja mengatakan bahwa
pengeboran sumur eksplorasi Banjarpanji-1 milik  Lapindo Brantas
Inc.
merupakan pemicu semburan Lumpur panas Sidoarjo.

Pernyataannya itu, kata Herman, didasarkan pada proses
penyidikan yang
telah dilakukan Polda Jatim selama ini.  Di antaranya adalah
keterangan ahli-ahli yang terdiri dari ahli geologi, pengeboran
dan
ahli bahasa. Menurut Aji, mestinya asas praduga tak bersalah
harus
ditegakkan.  Karena masih harus dibuktikan di muka pengadilan.
Dengan