[iagi-net-l] Mari Kita Terus Belajar Bahasa Indonesia

2008-11-06 Thread Awang Satyana
Berikut sebuah tulisan pendek yang saya mulai menulisnya pada 28 Oktober lalu, 
tepat 80 tahun setelah “Sumpah Pemuda” diikrarkan, yang saya tulis di ujung 
selatan Afrika - di Capetown di antara kesibukan menghadiri pertemuan AAPG 
26-29 Oktober 2008. Tulisan terputus di tengah, terselingi oleh tulisan lain 
tentang kasus jajak pendapat Lusi di pertemuan AAPG tersebut yang harus segera 
ditanggapi.  Tulisan ini tentang sikap kita pada umumnya kepada bahasa 
persatuan kita : bahasa Indonesia. 
 
Tanggal 28 Oktober yang lalu kita memperingati 80 tahun “Sumpah Pemuda” (28 
Oktober 1928). Semoga kita tetap mengingatnya sebagai tonggak penting sejarah 
bangsa Indonesia, saat para pemuda kita dari berbagai perkumpulan daerah 
bersatu bersumpah “bertanah air satu : Tanah Air Indonesia, berbangsa satu : 
Bangsa Indonesia, berbahasa satu : Bahasa Indonesia. 
 
Apakah kita telah berbahasa Indonesia dengan baik dan benar setelah belasan 
tahun bahasa nasional ini kita pelajari dari TK sampai perguruan tinggi dan 
setelah puluhan tahun bahasa persatuan ini kita gunakan sehari-hari dalam 
berbagai kesempatan resmi dan tak resmi ? Banyak orang menganggap bahasa 
Indonesia itu mudah. Benarkah ? 
 
“Jangan menganggap bahasa Indonesia itu mudah. Yang mudah ialah bahasa 
Indonesia tutur (lisan), yang kita gunakan dalam pergaulan sehari-hari, tetapi 
bahasa Indonesia ragam resmi yang baku tidak semudah yang disangkakan orang”, 
demikian kutipan dari “Cakrawala Bahasa Indonesia” (Badudu, 1988, PT Gramedia, 
hal. 11). Kalau seorang guru besar bahasa Indonesia seperti Yus Badudu saja 
mengatakan bahwa bahasa Indonesia ragam resmi tak mudah, maka sebaiknya kita 
menghapus sangkaan itu.
 
Kapan bahasa Indonesia terasa tidak semudah seperti yang kita sangka ? Yaitu, 
ketika bahasa Indonesia digunakan dalam tulisan resmi. Seseorang yang tidak 
biasa menggunakan bahasa Indonesia secara teratur dalam bertutur akan merasakan 
kesukarannya bila ia tiba-tiba diminta berbicara di depan umum dalam suatu 
acara bersifat resmi. Seseorang yang tidak biasa menulis akan merasa sukar bila 
ia harus membuat karangan, misalnya surat resmi, kertas kerja, laporan ilmiah. 
Memeriksa kemampuan sesungguhnya seseorang akan suatu bahasa dapat segera 
terbaca melalui tulisan resminya. Dalam setiap bahasa berlaku hal itu.
 
Sikap kita terhadap bahasa Indonesia milik nasional sering negatif. Kita yang 
sudah tidak wajib lagi mempelajari bahasa Indonesia karena telah lulus sekolah 
umumnya betapa kurang dan tidak adanya perhatian kita terhadap bahasa Indonesia 
yang setiap hari kita gunakan itu. Kita sering merasa tak ada kekurangan pada 
diri kita atas kekurangsanggupan kita menggunakan bahasa Indonesia itu dengan 
baik dan benar. Apakah kita telah yakin bahwa kita tidak membuat kesalahan 
dalam bertatabahasa Indonesia : susunan kata dalam kalimat, bentukan kata, 
maupun pemakaian kata dengan makna yang tepat ?
 
Jika bangsa Indonesia sebagai pemilik dan pemakai bahasa Indonesia terus 
bersikap negatif terhadap bahasa nasionalnya, bahasa Indonesia akan berkembang 
secara kacau dan tak pernah bahasa ini menjadi bahasa yang mantap. Walaupun 
kita tidak lagi terikat secara pendidikan harus mempelajari bahasa Indonesia, 
janganlah kita berhenti mempelajari bahasa Indonesia sebab bahasa kita ini 
berkembang terus. Aturan bahasa atau bentukan kata yang selama ini kita anggap 
benar, ternyata salah menurut aturan yang benar. Kita tidak akan pernah tahu 
bahwa itu salah kalau kita tidak lagi belajar bahasa Indonesia. Kesalahan 
berbahasa yang kita anggap benar itu disebut ”salah kaprah”.
 
Salah kaprah adalah salah yang sudah umum sehingga tidak lagi terasa 
kesalahannya. Bentuk salah kaprah hendaknya dikembalikan kepada bentuknya yang 
benar dan tepat. Bila terlampau banyak bentuk salah kaprah, terlalu banyak 
penyimpangan dari kaidah bahasa yang berlaku, bahasa itu bukanlah bahasa yang 
baik, yang mantap. Kalau bentuk salah kaprah diterima sebagai bentuk kecuali 
maka bahasa itu bukanlah bahasa yang mantap. Bahasa yang baik ialah bahasa yang 
mantap, yang bersistem, yang mudah dipelajari. Bahasa yang bersistem adalah 
bahasa yang mudah dipelajari. Dalam linguistik dijelaskan  bahwa kita belajar 
bahasa dengan membentuk analogi dari bentuk pertama yang kita pelajari. Tanpa 
keteraturan yang ada pada sistem bahasa itu, akan sangat sukar mempelajari 
bahasa karena semua harus dihafalkan saja.
 
Sikap kita yang kurang teliti (atau kurang peduli) dalam berbahasa menyebabkan 
makin tersebarnya bentuk salah kaprah itu. Beberapa salah kaprah yang sering 
ditemui : merubah, mengenyampingkan, dimana, ijin, bersama ini kami kabarkan, 
pertanggungan jawab, tapi, kenapa, lain kesempatan, kantor di mana saya 
bekerja, itu adalah benar, disebabkan karena, lebih besar dari, berulang kali, 
para hadirin, pada zaman dahulu kala, kwalitas, analisa, metoda, prosentase, 
praktek, hektar, sistim. Semoga kita tahu apa bentuk-bentuk benar dari 
bentuk-bentuk salah ini. 
 
Anton M. Moe

RE: [iagi-net-l] Mari Kita Terus Belajar Bahasa Indonesia

2008-11-06 Thread Sugeng Hartono
Pak Awang,
Trimakasih atas "wejangannya" yang bagus. Memang kita harus terus belajar 
bahasa Indonesia.
Hanya untuk sekedar menulis surat pembaca atau artikel kecil di majalah 
Intisari saja, saya mesti menulisnya berkali-kali sampai lebih enak dibaca. 
Maklum sudah jarang belajar bahasa Indonesia. 
Kalau membaca laporan kawan-2 (sesama pekerja di rig, S-1) saya sering 
tersenyum kecewa karena mereka tidak pernah menggunakan tanda baca (titik, 
koma) atau sering menggunakan huruf besar yang tidak pada tempatnya. Misalnya 
untuk menulis casing shoe saja, mereka sering menulis Casing Shoe :(
Kelihatannya kawan-kawan (muda) ini agak kurang peduli dengan bahasa Indonesia; 
bahkan kondisi politik. Misalnya mengenai kartun "Panji Koming" di Kompas 
Minggu. Banyak diantara mereka yang tidak mengenali "tokoh" dalam kartun, 
padahal dari wajahnya saja kita bisa menerka: Pak JK, Ketua MA, Ketua DPR, Gub 
DKI dll Kalau diskusi "ditingkatkan": Goenawan Mohammad, Pramudya Ananta Toer, 
Emha, Mohamad Sobary, Yus Badudu... rata-2 mereka tidak kenal apalagi membaca 
tulisannya.
Baiklah, tulisan Pak Awang akan saya print untuk mereka:) Trimakasih.
Oyha, ketika ada kawan yang mengatakan bahwa bahasa Indonesia tidak "selugas' 
bahasa Inggris, saya pun menjawab seperti yang dulu pernah ditulis  Pak 
Sudjaka-ITB (?) di majalah Tempo: Coba, untuk kata "lusa" , kalau mereka: "the 
day after tomorrow".
 
Salam hangat dari Bangko,
sugeng



From: Awang Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Thu 11/6/2008 10:40 PM
To: Geo Unpad; Forum HAGI; Eksplorasi BPMIGAS; IAGI
Subject: [iagi-net-l] Mari Kita Terus Belajar Bahasa Indonesia



Berikut sebuah tulisan pendek yang saya mulai menulisnya pada 28 Oktober lalu, 
tepat 80 tahun setelah "Sumpah Pemuda" diikrarkan, yang saya tulis di ujung 
selatan Afrika - di Capetown di antara kesibukan menghadiri pertemuan AAPG 
26-29 Oktober 2008. Tulisan terputus di tengah, terselingi oleh tulisan lain 
tentang kasus jajak pendapat Lusi di pertemuan AAPG tersebut yang harus segera 
ditanggapi.  Tulisan ini tentang sikap kita pada umumnya kepada bahasa 
persatuan kita : bahasa Indonesia. 
 
Tanggal 28 Oktober yang lalu kita memperingati 80 tahun "Sumpah Pemuda" (28 
Oktober 1928). Semoga kita tetap mengingatnya sebagai tonggak penting sejarah 
bangsa Indonesia, saat para pemuda kita dari berbagai perkumpulan daerah 
bersatu bersumpah "bertanah air satu : Tanah Air Indonesia, berbangsa satu : 
Bangsa Indonesia, berbahasa satu : Bahasa Indonesia.
 
Apakah kita telah berbahasa Indonesia dengan baik dan benar setelah belasan 
tahun bahasa nasional ini kita pelajari dari TK sampai perguruan tinggi dan 
setelah puluhan tahun bahasa persatuan ini kita gunakan sehari-hari dalam 
berbagai kesempatan resmi dan tak resmi ? Banyak orang menganggap bahasa 
Indonesia itu mudah. Benarkah ?
 
"Jangan menganggap bahasa Indonesia itu mudah. Yang mudah ialah bahasa 
Indonesia tutur (lisan), yang kita gunakan dalam pergaulan sehari-hari, tetapi 
bahasa Indonesia ragam resmi yang baku tidak semudah yang disangkakan orang", 
demikian kutipan dari "Cakrawala Bahasa Indonesia" (Badudu, 1988, PT Gramedia, 
hal. 11). Kalau seorang guru besar bahasa Indonesia seperti Yus Badudu saja 
mengatakan bahwa bahasa Indonesia ragam resmi tak mudah, maka sebaiknya kita 
menghapus sangkaan itu.
 
Kapan bahasa Indonesia terasa tidak semudah seperti yang kita sangka ? Yaitu, 
ketika bahasa Indonesia digunakan dalam tulisan resmi. Seseorang yang tidak 
biasa menggunakan bahasa Indonesia secara teratur dalam bertutur akan merasakan 
kesukarannya bila ia tiba-tiba diminta berbicara di depan umum dalam suatu 
acara bersifat resmi. Seseorang yang tidak biasa menulis akan merasa sukar bila 
ia harus membuat karangan, misalnya surat resmi, kertas kerja, laporan ilmiah. 
Memeriksa kemampuan sesungguhnya seseorang akan suatu bahasa dapat segera 
terbaca melalui tulisan resminya. Dalam setiap bahasa berlaku hal itu.
 
Sikap kita terhadap bahasa Indonesia milik nasional sering negatif. Kita yang 
sudah tidak wajib lagi mempelajari bahasa Indonesia karena telah lulus sekolah 
umumnya betapa kurang dan tidak adanya perhatian kita terhadap bahasa Indonesia 
yang setiap hari kita gunakan itu. Kita sering merasa tak ada kekurangan pada 
diri kita atas kekurangsanggupan kita menggunakan bahasa Indonesia itu dengan 
baik dan benar. Apakah kita telah yakin bahwa kita tidak membuat kesalahan 
dalam bertatabahasa Indonesia : susunan kata dalam kalimat, bentukan kata, 
maupun pemakaian kata dengan makna yang tepat ?
 
Jika bangsa Indonesia sebagai pemilik dan pemakai bahasa Indonesia terus 
bersikap negatif terhadap bahasa nasionalnya, bahasa Indonesia akan berkembang 
secara kacau dan tak pernah bahasa ini menjadi bahasa yang mantap. Walaupun 
kita tidak lagi terikat secara pendidikan harus mempelajari bahasa Indo

Re: [iagi-net-l] Mari Kita Terus Belajar Bahasa Indonesia

2008-11-06 Thread noor syarifuddin
Menarik sekali pak Awang,

- Yang sering alami adalah kesulitan pada saat melakukan paparan teknik dalam 
bahasa Indonesia. Dikarenakan kebiasaan menggunakan istilah teknik dalam bahasa 
aslinya (Inggris), maka seringkali terasa kagok waktu memakai istilah 
padanannya dalam bahasa kita. Dan itu kelihatannya dirasakan juga oleh 
pendengarnya. 

- Proses "inggrisisme" saya amati sekarang tidak terbatas di kalangan teknik, 
tapi juga di kehidupan sehari-hari (terutama di kedai-kedai waralaba).coba 
kalau makan di tempat itu terus kita pesan es sari jeruk, maka pelayannya akan 
bengong...mereka baru ngeh kalau kita pesan "orange juice" atau pesan 
kentang goreng...tahunya setelah disebut "french fries", porsi sedang, mereka 
akan menegaskan "medium" ya pak...dst...


salam,



From: Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]>
To: Geo Unpad <[EMAIL PROTECTED]>; Forum HAGI <[EMAIL PROTECTED]>; Eksplorasi 
BPMIGAS <[EMAIL PROTECTED]>; IAGI 
Sent: Thursday, November 6, 2008 11:40:31 PM
Subject: [iagi-net-l] Mari Kita Terus Belajar Bahasa Indonesia

Berikut sebuah tulisan pendek yang saya mulai menulisnya pada 28 Oktober lalu, 
tepat 80 tahun setelah “Sumpah Pemuda” diikrarkan, yang saya tulis di ujung 
selatan Afrika - di Capetown di antara kesibukan menghadiri pertemuan AAPG 
26-29 Oktober 2008. Tulisan terputus di tengah, terselingi oleh tulisan lain 
tentang kasus jajak pendapat Lusi di pertemuan AAPG tersebut yang harus segera 
ditanggapi.  Tulisan ini tentang sikap kita pada umumnya kepada bahasa 
persatuan kita : bahasa Indonesia. 
 
Tanggal 28 Oktober yang lalu kita memperingati 80 tahun “Sumpah Pemuda” (28 
Oktober 1928). Semoga kita tetap mengingatnya sebagai tonggak penting sejarah 
bangsa Indonesia, saat para pemuda kita dari berbagai perkumpulan daerah 
bersatu bersumpah “bertanah air satu : Tanah Air Indonesia, berbangsa satu : 
Bangsa Indonesia, berbahasa satu : Bahasa Indonesia. 
 
Apakah kita telah berbahasa Indonesia dengan baik dan benar setelah belasan 
tahun bahasa nasional ini kita pelajari dari TK sampai perguruan tinggi dan 
setelah puluhan tahun bahasa persatuan ini kita gunakan sehari-hari dalam 
berbagai kesempatan resmi dan tak resmi ? Banyak orang menganggap bahasa 
Indonesia itu mudah. Benarkah ? 
 
“Jangan menganggap bahasa Indonesia itu mudah. Yang mudah ialah bahasa 
Indonesia tutur (lisan), yang kita gunakan dalam pergaulan sehari-hari, tetapi 
bahasa Indonesia ragam resmi yang baku tidak semudah yang disangkakan orang”, 
demikian kutipan dari “Cakrawala Bahasa Indonesia” (Badudu, 1988, PT Gramedia, 
hal. 11). Kalau seorang guru besar bahasa Indonesia seperti Yus Badudu saja 
mengatakan bahwa bahasa Indonesia ragam resmi tak mudah, maka sebaiknya kita 
menghapus sangkaan itu.
 
Kapan bahasa Indonesia terasa tidak semudah seperti yang kita sangka ? Yaitu, 
ketika bahasa Indonesia digunakan dalam tulisan resmi. Seseorang yang tidak 
biasa menggunakan bahasa Indonesia secara teratur dalam bertutur akan merasakan 
kesukarannya bila ia tiba-tiba diminta berbicara di depan umum dalam suatu 
acara bersifat resmi. Seseorang yang tidak biasa menulis akan merasa sukar bila 
ia harus membuat karangan, misalnya surat resmi, kertas kerja, laporan ilmiah. 
Memeriksa kemampuan sesungguhnya seseorang akan suatu bahasa dapat segera 
terbaca melalui tulisan resminya. Dalam setiap bahasa berlaku hal itu.
 
Sikap kita terhadap bahasa Indonesia milik nasional sering negatif. Kita yang 
sudah tidak wajib lagi mempelajari bahasa Indonesia karena telah lulus sekolah 
umumnya betapa kurang dan tidak adanya perhatian kita terhadap bahasa Indonesia 
yang setiap hari kita gunakan itu. Kita sering merasa tak ada kekurangan pada 
diri kita atas kekurangsanggupan kita menggunakan bahasa Indonesia itu dengan 
baik dan benar. Apakah kita telah yakin bahwa kita tidak membuat kesalahan 
dalam bertatabahasa Indonesia : susunan kata dalam kalimat, bentukan kata, 
maupun pemakaian kata dengan makna yang tepat ?
 
Jika bangsa Indonesia sebagai pemilik dan pemakai bahasa Indonesia terus 
bersikap negatif terhadap bahasa nasionalnya, bahasa Indonesia akan berkembang 
secara kacau dan tak pernah bahasa ini menjadi bahasa yang mantap. Walaupun 
kita tidak lagi terikat secara pendidikan harus mempelajari bahasa Indonesia, 
janganlah kita berhenti mempelajari bahasa Indonesia sebab bahasa kita ini 
berkembang terus. Aturan bahasa atau bentukan kata yang selama ini kita anggap 
benar, ternyata salah menurut aturan yang benar. Kita tidak akan pernah tahu 
bahwa itu salah kalau kita tidak lagi belajar bahasa Indonesia. Kesalahan 
berbahasa yang kita anggap benar itu disebut ”salah kaprah”.
 
Salah kaprah adalah salah yang sudah umum sehingga tidak lagi terasa 
kesalahannya. Bentuk salah kaprah hendaknya dikembalikan kepada bentuknya yang 
benar dan tepat. Bila terlampau banyak bentuk salah kaprah, terlalu banyak 
penyimpangan dari k

Re: [iagi-net-l] Mari Kita Terus Belajar Bahasa Indonesia

2008-11-06 Thread untung
> bener pak Awang memang nulis ilmiah bahasa Indonsia itu sulit, makanya
saya belajar nulis selama tulisan dimuat di Indonesia atau disajikan di
Indonesia contohnya PIT saya nulis dalam bahasa Indonesia. Oleh
karenanya PIT IAGI yang lalu Paniyia PIT tidak mensyaratkan makalah
dalam bahasa bukan bahasa Indonesia.

Salam: Untung Sudarsono

Berikut sebuah tulisan pendek yang saya mulai menulisnya pada 28 Oktober
> lalu, tepat 80 tahun setelah “Sumpah Pemuda” diikrarkan, yang saya tulis
> di ujung selatan Afrika - di Capetown di antara kesibukan menghadiri
> pertemuan AAPG 26-29 Oktober 2008. Tulisan terputus di tengah, terselingi
> oleh tulisan lain tentang kasus jajak pendapat Lusi di pertemuan AAPG
> tersebut yang harus segera ditanggapi.  Tulisan ini tentang sikap kita
> pada umumnya kepada bahasa persatuan kita : bahasa Indonesia. 
>  
> Tanggal 28 Oktober yang lalu kita memperingati 80 tahun “Sumpah Pemuda”
> (28 Oktober 1928). Semoga kita tetap mengingatnya sebagai tonggak penting
> sejarah bangsa Indonesia, saat para pemuda kita dari berbagai perkumpulan
> daerah bersatu bersumpah “bertanah air satu : Tanah Air Indonesia,
> berbangsa satu : Bangsa Indonesia, berbahasa satu : Bahasa Indonesia.
>  
> Apakah kita telah berbahasa Indonesia dengan baik dan benar setelah
> belasan tahun bahasa nasional ini kita pelajari dari TK sampai perguruan
> tinggi dan setelah puluhan tahun bahasa persatuan ini kita gunakan
> sehari-hari dalam berbagai kesempatan resmi dan tak resmi ? Banyak orang
> menganggap bahasa Indonesia itu mudah. Benarkah ?
>  
> “Jangan menganggap bahasa Indonesia itu mudah. Yang mudah ialah bahasa
> Indonesia tutur (lisan), yang kita gunakan dalam pergaulan sehari-hari,
> tetapi bahasa Indonesia ragam resmi yang baku tidak semudah yang
> disangkakan orang”, demikian kutipan dari “Cakrawala Bahasa Indonesia”
> (Badudu, 1988, PT Gramedia, hal. 11). Kalau seorang guru besar bahasa
> Indonesia seperti Yus Badudu saja mengatakan bahwa bahasa Indonesia ragam
> resmi tak mudah, maka sebaiknya kita menghapus sangkaan itu.
>  
> Kapan bahasa Indonesia terasa tidak semudah seperti yang kita sangka ?
> Yaitu, ketika bahasa Indonesia digunakan dalam tulisan resmi. Seseorang
> yang tidak biasa menggunakan bahasa Indonesia secara teratur dalam
> bertutur akan merasakan kesukarannya bila ia tiba-tiba diminta berbicara
> di depan umum dalam suatu acara bersifat resmi. Seseorang yang tidak biasa
> menulis akan merasa sukar bila ia harus membuat karangan, misalnya surat
> resmi, kertas kerja, laporan ilmiah. Memeriksa kemampuan sesungguhnya
> seseorang akan suatu bahasa dapat segera terbaca melalui tulisan resminya.
> Dalam setiap bahasa berlaku hal itu.
>  
> Sikap kita terhadap bahasa Indonesia milik nasional sering negatif. Kita
> yang sudah tidak wajib lagi mempelajari bahasa Indonesia karena telah
> lulus sekolah umumnya betapa kurang dan tidak adanya perhatian kita
> terhadap bahasa Indonesia yang setiap hari kita gunakan itu. Kita sering
> merasa tak ada kekurangan pada diri kita atas kekurangsanggupan kita
> menggunakan bahasa Indonesia itu dengan baik dan benar. Apakah kita telah
> yakin bahwa kita tidak membuat kesalahan dalam bertatabahasa Indonesia :
> susunan kata dalam kalimat, bentukan kata, maupun pemakaian kata dengan
> makna yang tepat ?
>  
> Jika bangsa Indonesia sebagai pemilik dan pemakai bahasa Indonesia terus
> bersikap negatif terhadap bahasa nasionalnya, bahasa Indonesia akan
> berkembang secara kacau dan tak pernah bahasa ini menjadi bahasa yang
> mantap. Walaupun kita tidak lagi terikat secara pendidikan harus
> mempelajari bahasa Indonesia, janganlah kita berhenti mempelajari bahasa
> Indonesia sebab bahasa kita ini berkembang terus. Aturan bahasa atau
> bentukan kata yang selama ini kita anggap benar, ternyata salah menurut
> aturan yang benar. Kita tidak akan pernah tahu bahwa itu salah kalau kita
> tidak lagi belajar bahasa Indonesia. Kesalahan berbahasa yang kita anggap
> benar itu disebut ”salah kaprah”.
>  
> Salah kaprah adalah salah yang sudah umum sehingga tidak lagi terasa
> kesalahannya. Bentuk salah kaprah hendaknya dikembalikan kepada bentuknya
> yang benar dan tepat. Bila terlampau banyak bentuk salah kaprah, terlalu
> banyak penyimpangan dari kaidah bahasa yang berlaku, bahasa itu bukanlah
> bahasa yang baik, yang mantap. Kalau bentuk salah kaprah diterima sebagai
> bentuk kecuali maka bahasa itu bukanlah bahasa yang mantap. Bahasa yang
> baik ialah bahasa yang mantap, yang bersistem, yang mudah dipelajari.
> Bahasa yang bersistem adalah bahasa yang mudah dipelajari. Dalam
> linguistik dijelaskan  bahwa kita belajar bahasa dengan membentuk analogi
> dari bentuk pertama yang kita pelajari. Tanpa keteraturan yang ada pada
> sistem bahasa itu, akan sangat sukar mempelajari bahasa karena semua harus
> dihafalkan saja.
>  
> Sikap kita yang kurang teliti (atau kurang peduli) dalam berbahasa
> menyebabkan makin tersebarnya bentuk salah kaprah itu. Beberapa salah
> kaprah ya

Re: [iagi-net-l] Mari Kita Terus Belajar Bahasa Indonesia

2008-11-12 Thread taufik anwar
Terima kasih banyak Pak Awang. Uraian yang menarik. Saya merasakan sekali
kesulitan itu. Mau berbahasa Indonesia yang benar ternyata sulit, apalagi
berbahasa Inggris yang baik, jauh lebih sulit. Jadinya serba naggung.
Campur-campur.
Mungkin Pak Awang punya tip (saya takut keliru dengan "tips") apa yang harus
kita lakukan dalam belajar bahasa Indonesia yang baik dan benar itu. Mungkin
punya buku-buku referensi yang bagus dan lengkap?

Terima kasih,

 Taufik Anwar

On Thu, Nov 6, 2008 at 11:40 PM, Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]>wrote:

> Berikut sebuah tulisan pendek yang saya mulai menulisnya pada 28 Oktober
> lalu, tepat 80 tahun setelah "Sumpah Pemuda" diikrarkan, yang saya tulis di
> ujung selatan Afrika - di Capetown di antara kesibukan menghadiri pertemuan
> AAPG 26-29 Oktober 2008. Tulisan terputus di tengah, terselingi oleh tulisan
> lain tentang kasus jajak pendapat Lusi di pertemuan AAPG tersebut yang harus
> segera ditanggapi.  Tulisan ini tentang sikap kita pada umumnya kepada
> bahasa persatuan kita : bahasa Indonesia.
>
> Tanggal 28 Oktober yang lalu kita memperingati 80 tahun "Sumpah Pemuda" (28
> Oktober 1928). Semoga kita tetap mengingatnya sebagai tonggak penting
> sejarah bangsa Indonesia, saat para pemuda kita dari berbagai perkumpulan
> daerah bersatu bersumpah "bertanah air satu : Tanah Air Indonesia, berbangsa
> satu : Bangsa Indonesia, berbahasa satu : Bahasa Indonesia.
>
> Apakah kita telah berbahasa Indonesia dengan baik dan benar setelah belasan
> tahun bahasa nasional ini kita pelajari dari TK sampai perguruan tinggi dan
> setelah puluhan tahun bahasa persatuan ini kita gunakan sehari-hari dalam
> berbagai kesempatan resmi dan tak resmi ? Banyak orang menganggap bahasa
> Indonesia itu mudah. Benarkah ?
>
> "Jangan menganggap bahasa Indonesia itu mudah. Yang mudah ialah bahasa
> Indonesia tutur (lisan), yang kita gunakan dalam pergaulan sehari-hari,
> tetapi bahasa Indonesia ragam resmi yang baku tidak semudah yang disangkakan
> orang", demikian kutipan dari "Cakrawala Bahasa Indonesia" (Badudu, 1988, PT
> Gramedia, hal. 11). Kalau seorang guru besar bahasa Indonesia seperti Yus
> Badudu saja mengatakan bahwa bahasa Indonesia ragam resmi tak mudah, maka
> sebaiknya kita menghapus sangkaan itu.
>
> Kapan bahasa Indonesia terasa tidak semudah seperti yang kita sangka ?
> Yaitu, ketika bahasa Indonesia digunakan dalam tulisan resmi. Seseorang yang
> tidak biasa menggunakan bahasa Indonesia secara teratur dalam bertutur akan
> merasakan kesukarannya bila ia tiba-tiba diminta berbicara di depan umum
> dalam suatu acara bersifat resmi. Seseorang yang tidak biasa menulis akan
> merasa sukar bila ia harus membuat karangan, misalnya surat resmi, kertas
> kerja, laporan ilmiah. Memeriksa kemampuan sesungguhnya seseorang akan suatu
> bahasa dapat segera terbaca melalui tulisan resminya. Dalam setiap bahasa
> berlaku hal itu.
>
> Sikap kita terhadap bahasa Indonesia milik nasional sering negatif. Kita
> yang sudah tidak wajib lagi mempelajari bahasa Indonesia karena telah lulus
> sekolah umumnya betapa kurang dan tidak adanya perhatian kita terhadap
> bahasa Indonesia yang setiap hari kita gunakan itu. Kita sering merasa tak
> ada kekurangan pada diri kita atas kekurangsanggupan kita menggunakan bahasa
> Indonesia itu dengan baik dan benar. Apakah kita telah yakin bahwa kita
> tidak membuat kesalahan dalam bertatabahasa Indonesia : susunan kata dalam
> kalimat, bentukan kata, maupun pemakaian kata dengan makna yang tepat ?
>
> Jika bangsa Indonesia sebagai pemilik dan pemakai bahasa Indonesia terus
> bersikap negatif terhadap bahasa nasionalnya, bahasa Indonesia akan
> berkembang secara kacau dan tak pernah bahasa ini menjadi bahasa yang
> mantap. Walaupun kita tidak lagi terikat secara pendidikan harus mempelajari
> bahasa Indonesia, janganlah kita berhenti mempelajari bahasa Indonesia sebab
> bahasa kita ini berkembang terus. Aturan bahasa atau bentukan kata yang
> selama ini kita anggap benar, ternyata salah menurut aturan yang benar. Kita
> tidak akan pernah tahu bahwa itu salah kalau kita tidak lagi belajar bahasa
> Indonesia. Kesalahan berbahasa yang kita anggap benar itu disebut "salah
> kaprah".
>
> Salah kaprah adalah salah yang sudah umum sehingga tidak lagi terasa
> kesalahannya. Bentuk salah kaprah hendaknya dikembalikan kepada bentuknya
> yang benar dan tepat. Bila terlampau banyak bentuk salah kaprah, terlalu
> banyak penyimpangan dari kaidah bahasa yang berlaku, bahasa itu bukanlah
> bahasa yang baik, yang mantap. Kalau bentuk salah kaprah diterima sebagai
> bentuk kecuali maka bahasa itu bukanlah bahasa yang mantap. Bahasa yang baik
> ialah bahasa yang mantap, yang bersistem, yang mudah dipelajari. Bahasa yang
> bersistem adalah bahasa yang mudah dipelajari. Dalam linguistik dijelaskan
> bahwa kita belajar bahasa dengan membentuk analogi dari bentuk pertama yang
> kita pelajari. Tanpa keteraturan yang ada pada sistem bahasa itu, akan
> sangat sukar mempelajari bahasa karena s

Re: [iagi-net-l] Mari Kita Terus Belajar Bahasa Indonesia

2008-11-12 Thread Awang Satyana
Pak Taufik,
 
"Tip atau tips" dalam bahasa Inggris bisa berarti dua : (1) uang persenan, (2) 
petunjuk praktis (kamus bahasa Inggris Echols dan Shadily). Dua kata itu dalam 
bahasa Indonesia baku tentu tidak dianjurkan, kita lebih aman dan lebih sesuai 
menggunakan "petunjuk praktis" sebagai padananannya (lihat Kamus Besar Bahasa 
Indonesia).
 
Berbahasa Indonesia dengan baik (sesuai ragamnya) dan benar (sesuai aturan dan 
kaidah kebahasaan) adalah wajib bagi seluruh pengguna bahasa Indonesia 
berkewarganegaraan Indonesia. Untuk itu, kita harus terus belajar bahasa kita 
sendiri. Jangan putus belajar bahasa Indonesia seusai kita lulus dari sekolah 
menengah. Bila semua orang Indonesia berbahasa Indonesia dengan baik dan benar, 
dapat dibayangkan betapa akan semakin majunya bahasa nasional kita. 
Dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya di dunia (Inggris, Arab, Cina, dll.), 
bahasa Indonesia masih sangat muda umurnya. Meskipun demikian, penuturnya 
banyak, sehingga di dunia pun bahasa kita cukup penting posisinya. Maka, 
pembinaan bahasa Indonesia jelas suatu kemutlakan.
 
Petunjuk praktis berbahasa Indonesia dengan baik dan benar hanya sesederhana 
membeli buku-bukunya, mempelajarinya dengan bersungguh-sungguh, dan 
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
 
Buku-buku wajib untuk dapat mempelajari bahasa Indonesia dengan baik dan benar 
: 
 
- Kamus Besar Bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan Nasional - Balai Pustaka, 
2007 - edisi ketiga) - 1387 halaman. Kamus ini akan membimbing kita akan makna 
tepat suatu kata dan menunjukkan mana kata-kata baku mana kata-kata nonbaku.
 
- Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Alwi dkk., Balai Pustaka, 2003,edisi 
ketiga) - 486 halaman. Buku ini walaupun bersifat akademik, masih cukup praktis 
untuk digunakan mempelaari semua aturan bahasa Indonesia.
 
- Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum 
Pembentukan Istilah (Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen 
Pendidikan Nasional Republik Indonesia, 1972, 1988, 1992, 2005). Kedua buku ini 
bersifat praktis untuk menuntun kita menulis kata-kata dalam bahasa Indonesia 
dan menerjemahkan istilah asing.
 
Itulah ketiga buku yang harus ada bila kita bersungguh-sungguh ingin 
mempelajari bahasa Indonesia yang baik dan benar. Sebagai tambahan atas 
buku-buku itu, banyak buku praktis yang dapat meningkatkan ketrampilan kita 
berbahasa Indonesia yang baik dan benar, misalnya seperti di bawah ini.
 
- Berbahasa Indonesialah dengan Benar : Petunjuk Praktis untuk Pelajar, 
Mahasiswa, dan Guru (Zaenal Arifin, 1986 - saya punya edisi pertamanya, buku 
ini mudah dipelajari sehingga banyak dicari orang, edisi terbarunya - 2005 
masih saya lihat ada di toko-toko buku).
 
- Buku-buku pembinaan bahasa Indonesia tulisan Yus Badudu (mungkin buku-buku 
ini sudah sulit dicari di toko-toko buku, kecuali karya-karya Pak Badudu yang 
terbaru). Beberapa seri bukunya yang banyak dicari orang : 
 
Membina Bahasa Indonesia Baku (Badudu, 1980, Pustaka Prima, Bandung)
Inilah Bahasa Indonesia yang Benar (Badudu, PT Gramedia -banyak edisi dan 
cetakannya)
Pelik-Pelik Bahasa Indonesia (Badudu, Pustaka Prima).
 
Masih banyak buku-buku pembinaan bahasa Indonesia yang lain dari berbagai 
penulis. Misalnya, "Masalah Bahasa yang Dapat Anda Atasi Sendiri" (Anton 
Moeliono, Sinar Harapan, 1990), dan "Problematika Bahasa Indonesia : Sebuah 
Analisis Praktis Bahasa Baku" (Kusno Santoso, PT Rineka Cipta, 1990).
 
Pak Taufik cukup mengunjungi toko buku yang lengkap dan memilih sendiri di sana 
buku-buku pembinaan bahasa Indonesia. Setelah itu, mempelajari dan 
menerapkannya secara disiplin, kita akan melihat bahwa meskipun kita pernah 
mempelajari bahasa Indonesia selama minimal 12 tahun, ternyata masih banyak 
kesalahan yang selama ini kita lakukan dalam berbahasa Indonesia.
 
Analisis Pak Badudu dalam Cakrawala Bahasa Indonesia (Badudu, 1988) mengatakan 
bahwa kita sering membuat kesalahan dalam berbahasa Indonesia karena kita 
selama ini suka menganggap bahasa Indonesia itu mudah dan kita kurang berlatih 
di sekolah melalui kegiatan menulis atau mengarang. 
 
Sebuah pengalaman pribadi, saya menentukan hari-hari tertentu dalam seminggu 
untuk mempelajari bahasa Indonesia, tetap menyempatkan untuk mempelajarinya di 
tengah berbagai kesibukan. Kita akan memperhatikan hukum-hukum dalam bahasa 
ketika kita harus menulis sebuah karangan dengan bahasa yang baik dan benar, 
maka semakin banyak kita menulis, akan semakin baik ketrampilan kita berbahasa.
 
Mari kita terus belajar bahasa Indonesia ! Beli buku-bukunya, pelajari, dan 
terapkan !
 
salam,
awang

--- On Thu, 11/13/08, taufik anwar <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: taufik anwar <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Re: [iagi-net-l] Mari Kita Terus Belajar Bahasa Indonesia
To: iagi-net@iagi.or.id
Date: Thursday, November 13, 2008, 8:59 AM

Terima kasih banyak Pak Awang. Uraian yang menarik. Saya merasakan sekali
kesulitan it

RE: [iagi-net-l] Mari Kita Terus Belajar Bahasa Indonesia

2008-11-12 Thread Herman.Darman
Pak Awang dan Pak Taufik,

Dalam hal penerapan bahasa Indonesia (juga dengan bahasa lainnya), saya belajar 
banyak ketika saya mulai menulis. Semakin banyak menulis, semakin banyak kita 
belajar. Pada saat kita mulai mencurahkan pikiran dalam bentuk tulisan, banyak 
sekali proses yang terjadi di dalam pikiran kita. Hal ini memaksa kita untuk 
berpikir ulang, baik mengenai ide maupun bahasanya. Apalagi setelah tulisan 
tersebut diedit oleh orang-orang yang lebih berpengalaman dan fasih dengan 
bahasa.

Kelemahan saya, dan banyak orang lain, adalah takut salah. Takut di kritik dan 
dianggap tidak mahir. Kita harus belajar mengatasi perasaan ini, karena hal ini 
adalah bagian dari proses belajar.

Kesempatan untuk mendapatkan pengalaman ini saya dapatkan pertama-tama waktu 
saya ikut sebagai tim editor majalah Suara Gea (majalah himpunan mahasiswa 
teknik geologi ITB). Kesempatan berikutnya adalah waktu saya menulis tugas 
akhir. Tugas akhir saya diedit oleh pembimbing saya Dr. Yahdi Zaim (sekarang 
Prof.), yang tentunya lebih ahli dalam mengevaluasi ide dan bahasa yang saya 
pakai. 

Kita bisa terus belajar dengan menulis di IAGI-net, meskipun bahasanya tidak 
resmi tapi kita bisa coba mulai menuangkan pikiran dalam bentuk tulisan.

Salam,

Herman Darman
Catatan: kalau ada kesalahan dalam menggunakan bahasa Indonesia, harap maklum 
karena masih terus belajar.


-Original Message-
From: Awang Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Thursday, November 13, 2008 8:32 AM
To: iagi-net@iagi.or.id; Geo Unpad; Forum HAGI; Eksplorasi BPMIGAS
Subject: Re: [iagi-net-l] Mari Kita Terus Belajar Bahasa Indonesia


Pak Taufik,
 
"Tip atau tips" dalam bahasa Inggris bisa berarti dua : (1) uang persenan, (2) 
petunjuk praktis (kamus bahasa Inggris Echols dan Shadily). Dua kata itu dalam 
bahasa Indonesia baku tentu tidak dianjurkan, kita lebih aman dan lebih sesuai 
menggunakan "petunjuk praktis" sebagai padananannya (lihat Kamus Besar Bahasa 
Indonesia).
 
Berbahasa Indonesia dengan baik (sesuai ragamnya) dan benar (sesuai aturan dan 
kaidah kebahasaan) adalah wajib bagi seluruh pengguna bahasa Indonesia 
berkewarganegaraan Indonesia. Untuk itu, kita harus terus belajar bahasa kita 
sendiri. Jangan putus belajar bahasa Indonesia seusai kita lulus dari sekolah 
menengah. Bila semua orang Indonesia berbahasa Indonesia dengan baik dan benar, 
dapat dibayangkan betapa akan semakin majunya bahasa nasional kita. 
Dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya di dunia (Inggris, Arab, Cina, dll.), 
bahasa Indonesia masih sangat muda umurnya. Meskipun demikian, penuturnya 
banyak, sehingga di dunia pun bahasa kita cukup penting posisinya. Maka, 
pembinaan bahasa Indonesia jelas suatu kemutlakan.
 
Petunjuk praktis berbahasa Indonesia dengan baik dan benar hanya sesederhana 
membeli buku-bukunya, mempelajarinya dengan bersungguh-sungguh, dan 
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
 
Buku-buku wajib untuk dapat mempelajari bahasa Indonesia dengan baik dan benar 
: 
 
- Kamus Besar Bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan Nasional - Balai Pustaka, 
2007 - edisi ketiga) - 1387 halaman. Kamus ini akan membimbing kita akan makna 
tepat suatu kata dan menunjukkan mana kata-kata baku mana kata-kata nonbaku.
 
- Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Alwi dkk., Balai Pustaka, 2003,edisi 
ketiga) - 486 halaman. Buku ini walaupun bersifat akademik, masih cukup praktis 
untuk digunakan mempelaari semua aturan bahasa Indonesia.
 
- Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum 
Pembentukan Istilah (Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen 
Pendidikan Nasional Republik Indonesia, 1972, 1988, 1992, 2005). Kedua buku ini 
bersifat praktis untuk menuntun kita menulis kata-kata dalam bahasa Indonesia 
dan menerjemahkan istilah asing.
 
Itulah ketiga buku yang harus ada bila kita bersungguh-sungguh ingin 
mempelajari bahasa Indonesia yang baik dan benar. Sebagai tambahan atas 
buku-buku itu, banyak buku praktis yang dapat meningkatkan ketrampilan kita 
berbahasa Indonesia yang baik dan benar, misalnya seperti di bawah ini.
 
- Berbahasa Indonesialah dengan Benar : Petunjuk Praktis untuk Pelajar, 
Mahasiswa, dan Guru (Zaenal Arifin, 1986 - saya punya edisi pertamanya, buku 
ini mudah dipelajari sehingga banyak dicari orang, edisi terbarunya - 2005 
masih saya lihat ada di toko-toko buku).
 
- Buku-buku pembinaan bahasa Indonesia tulisan Yus Badudu (mungkin buku-buku 
ini sudah sulit dicari di toko-toko buku, kecuali karya-karya Pak Badudu yang 
terbaru). Beberapa seri bukunya yang banyak dicari orang : 
 
Membina Bahasa Indonesia Baku (Badudu, 1980, Pustaka Prima, Bandung)
Inilah Bahasa Indonesia yang Benar (Badudu, PT Gramedia -banyak edisi dan 
cetakannya)
Pelik-Pelik Bahasa Indonesia (Badudu, Pustaka Prima).
 
Masih banyak buku-buku pembinaan bahasa Indonesia yang lain dari berbagai 
penulis. Misalnya, "Masalah Bahasa yang Dapat Anda Atasi Sendiri" (Anton 
Moeliono, Sinar Har

Re: [iagi-net-l] Mari Kita Terus Belajar Bahasa Indonesia

2008-11-13 Thread untung
kin banyak kita menulis, akan semakin
> baik ketrampilan kita berbahasa.
>  
> Mari kita terus belajar bahasa Indonesia ! Beli buku-bukunya, pelajari,
> dan terapkan !
>  
> salam,
> awang
>
> --- On Thu, 11/13/08, taufik anwar <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> From: taufik anwar <[EMAIL PROTECTED]>
> Subject: Re: [iagi-net-l] Mari Kita Terus Belajar Bahasa Indonesia
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Date: Thursday, November 13, 2008, 8:59 AM
>
> Terima kasih banyak Pak Awang. Uraian yang menarik. Saya merasakan sekali
> kesulitan itu. Mau berbahasa Indonesia yang benar ternyata sulit, apalagi
> berbahasa Inggris yang baik, jauh lebih sulit. Jadinya serba naggung.
> Campur-campur.
> Mungkin Pak Awang punya tip (saya takut keliru dengan "tips") apa
> yang harus
> kita lakukan dalam belajar bahasa Indonesia yang baik dan benar itu.
> Mungkin
> punya buku-buku referensi yang bagus dan lengkap?
>
> Terima kasih,
>
>  Taufik Anwar
>
> On Thu, Nov 6, 2008 at 11:40 PM, Awang Satyana
> <[EMAIL PROTECTED]>wrote:
>
>> Berikut sebuah tulisan pendek yang saya mulai menulisnya pada 28 Oktober
>> lalu, tepat 80 tahun setelah "Sumpah Pemuda" diikrarkan, yang
> saya tulis di
>> ujung selatan Afrika - di Capetown di antara kesibukan menghadiri
> pertemuan
>> AAPG 26-29 Oktober 2008. Tulisan terputus di tengah, terselingi oleh
> tulisan
>> lain tentang kasus jajak pendapat Lusi di pertemuan AAPG tersebut yang
> harus
>> segera ditanggapi.  Tulisan ini tentang sikap kita pada umumnya kepada
>> bahasa persatuan kita : bahasa Indonesia.
>>
>> Tanggal 28 Oktober yang lalu kita memperingati 80 tahun "Sumpah
> Pemuda" (28
>> Oktober 1928). Semoga kita tetap mengingatnya sebagai tonggak penting
>> sejarah bangsa Indonesia, saat para pemuda kita dari berbagai
>> perkumpulan
>> daerah bersatu bersumpah "bertanah air satu : Tanah Air Indonesia,
> berbangsa
>> satu : Bangsa Indonesia, berbahasa satu : Bahasa Indonesia.
>>
>> Apakah kita telah berbahasa Indonesia dengan baik dan benar setelah
> belasan
>> tahun bahasa nasional ini kita pelajari dari TK sampai perguruan tinggi
> dan
>> setelah puluhan tahun bahasa persatuan ini kita gunakan sehari-hari
>> dalam
>> berbagai kesempatan resmi dan tak resmi ? Banyak orang menganggap bahasa
>> Indonesia itu mudah. Benarkah ?
>>
>> "Jangan menganggap bahasa Indonesia itu mudah. Yang mudah ialah
> bahasa
>> Indonesia tutur (lisan), yang kita gunakan dalam pergaulan sehari-hari,
>> tetapi bahasa Indonesia ragam resmi yang baku tidak semudah yang
> disangkakan
>> orang", demikian kutipan dari "Cakrawala Bahasa Indonesia"
> (Badudu, 1988, PT
>> Gramedia, hal. 11). Kalau seorang guru besar bahasa Indonesia seperti
>> Yus
>> Badudu saja mengatakan bahwa bahasa Indonesia ragam resmi tak mudah,
>> maka
>> sebaiknya kita menghapus sangkaan itu.
>>
>> Kapan bahasa Indonesia terasa tidak semudah seperti yang kita sangka ?
>> Yaitu, ketika bahasa Indonesia digunakan dalam tulisan resmi. Seseorang
> yang
>> tidak biasa menggunakan bahasa Indonesia secara teratur dalam bertutur
> akan
>> merasakan kesukarannya bila ia tiba-tiba diminta berbicara di depan umum
>> dalam suatu acara bersifat resmi. Seseorang yang tidak biasa menulis
>> akan
>> merasa sukar bila ia harus membuat karangan, misalnya surat resmi,
>> kertas
>> kerja, laporan ilmiah. Memeriksa kemampuan sesungguhnya seseorang akan
> suatu
>> bahasa dapat segera terbaca melalui tulisan resminya. Dalam setiap
>> bahasa
>> berlaku hal itu.
>>
>> Sikap kita terhadap bahasa Indonesia milik nasional sering negatif. Kita
>> yang sudah tidak wajib lagi mempelajari bahasa Indonesia karena telah
> lulus
>> sekolah umumnya betapa kurang dan tidak adanya perhatian kita terhadap
>> bahasa Indonesia yang setiap hari kita gunakan itu. Kita sering merasa
>> tak
>> ada kekurangan pada diri kita atas kekurangsanggupan kita menggunakan
> bahasa
>> Indonesia itu dengan baik dan benar. Apakah kita telah yakin bahwa kita
>> tidak membuat kesalahan dalam bertatabahasa Indonesia : susunan kata
>> dalam
>> kalimat, bentukan kata, maupun pemakaian kata dengan makna yang tepat ?
>>
>> Jika bangsa Indonesia sebagai pemilik dan pemakai bahasa Indonesia terus
>> bersikap negatif terhadap bahasa nasionalnya, bahasa Indonesia akan
>> berkembang secara kacau dan tak pernah bahasa ini menjadi bahasa yang
>> mantap. Walaupun kita tidak lagi terikat secara pendidikan harus
> mempelajari
>> bahasa Indonesia, janganlah 

Re: [iagi-net-l] Mari Kita Terus Belajar Bahasa Indonesia

2008-11-13 Thread yanto R.Sumantri



Awang dan rekan rekan 

Apakah ke"salah kaprah"
-an yang sering rjadi dalam berbahasa Indonesia itu diakibtkan oleh sangat
sederhananya bahasa kita ?
Sehingga dengan se-mena2 kita (tanpa
terasa) mencampuradukan segala macam kata dalam bertutur maupun menulis
?

Terus terang saya juga sering merasa ragu agu dalam
berbahasa, saya ambil contoh "

Mana yang benar ?
1.
" Besok saya akan pergi ke Jakarta dengan berkendaraan bus.
atau:
2. Saya besok akan pergi berkendaraan bis ke Jakarta ,
3. Saya akan pergi ke Jakarta besok dengan berkendaran bis .

Kalau kita lihat Subyeknya : SAYA 
Predikat : PERGI > 
Obyek ; JAKARTA

Yang lain aalah keterangan waktu , dsb .

Nah  , baru kalimat ang sederhana  sudah susah kan .


Yanto R.Sumantri.

Berikut sebuah tulisan pendek
yang saya mulai menulisnya pada 28 Oktober
> lalu, tepat 80 tahun
setelah “Sumpah Pemuda” diikrarkan, yang saya tulis
>
di ujung selatan Afrika - di Capetown di antara kesibukan menghadiri
> pertemuan AAPG 26-29 Oktober 2008. Tulisan terputus di tengah,
terselingi
> oleh tulisan lain tentang kasus jajak pendapat Lusi
di pertemuan AAPG
> tersebut yang harus segera ditanggapi. 
Tulisan ini tentang sikap kita
> pada umumnya kepada bahasa
persatuan kita : bahasa Indonesia. 
>  
> Tanggal 28
Oktober yang lalu kita memperingati 80 tahun “Sumpah
Pemuda”
> (28 Oktober 1928). Semoga kita tetap mengingatnya
sebagai tonggak penting
> sejarah bangsa Indonesia, saat para
pemuda kita dari berbagai perkumpulan
> daerah bersatu bersumpah
“bertanah air satu : Tanah Air Indonesia,
> berbangsa satu :
Bangsa Indonesia, berbahasa satu : Bahasa Indonesia.
>  
>
Apakah kita telah berbahasa Indonesia dengan baik dan benar setelah
> belasan tahun bahasa nasional ini kita pelajari dari TK sampai
perguruan
> tinggi dan setelah puluhan tahun bahasa persatuan ini
kita gunakan
> sehari-hari dalam berbagai kesempatan resmi dan tak
resmi ? Banyak orang
> menganggap bahasa Indonesia itu mudah.
Benarkah ?
>  
> “Jangan menganggap bahasa Indonesia
itu mudah. Yang mudah ialah bahasa
> Indonesia tutur (lisan), yang
kita gunakan dalam pergaulan sehari-hari,
> tetapi bahasa
Indonesia ragam resmi yang baku tidak semudah yang
> disangkakan
orang”, demikian kutipan dari “Cakrawala Bahasa
Indonesia”
> (Badudu, 1988, PT Gramedia, hal. 11). Kalau
seorang guru besar bahasa
> Indonesia seperti Yus Badudu saja
mengatakan bahwa bahasa Indonesia ragam
> resmi tak mudah, maka
sebaiknya kita menghapus sangkaan itu.
>  
> Kapan bahasa
Indonesia terasa tidak semudah seperti yang kita sangka ?
> Yaitu,
ketika bahasa Indonesia digunakan dalam tulisan resmi. Seseorang
>
yang tidak biasa menggunakan bahasa Indonesia secara teratur dalam
> bertutur akan merasakan kesukarannya bila ia tiba-tiba diminta
berbicara
> di depan umum dalam suatu acara bersifat resmi.
Seseorang yang tidak biasa
> menulis akan merasa sukar bila ia
harus membuat karangan, misalnya surat
> resmi, kertas kerja,
laporan ilmiah. Memeriksa kemampuan sesungguhnya
> seseorang akan
suatu bahasa dapat segera terbaca melalui tulisan resminya.
>
Dalam setiap bahasa berlaku hal itu.
>  
> Sikap kita
terhadap bahasa Indonesia milik nasional sering negatif. Kita
>
yang sudah tidak wajib lagi mempelajari bahasa Indonesia karena telah
> lulus sekolah umumnya betapa kurang dan tidak adanya perhatian
kita
> terhadap bahasa Indonesia yang setiap hari kita gunakan
itu. Kita sering
> merasa tak ada kekurangan pada diri kita atas
kekurangsanggupan kita
> menggunakan bahasa Indonesia itu dengan
baik dan benar. Apakah kita telah
> yakin bahwa kita tidak membuat
kesalahan dalam bertatabahasa Indonesia :
> susunan kata dalam
kalimat, bentukan kata, maupun pemakaian kata dengan
> makna yang
tepat ?
>  
> Jika bangsa Indonesia sebagai pemilik dan
pemakai bahasa Indonesia terus
> bersikap negatif terhadap bahasa
nasionalnya, bahasa Indonesia akan
> berkembang secara kacau dan
tak pernah bahasa ini menjadi bahasa yang
> mantap. Walaupun kita
tidak lagi terikat secara pendidikan harus
> mempelajari bahasa
Indonesia, janganlah kita berhenti mempelajari bahasa
> Indonesia
sebab bahasa kita ini berkembang terus. Aturan bahasa atau
>
bentukan kata yang selama ini kita anggap benar, ternyata salah menurut
> aturan yang benar. Kita tidak akan pernah tahu bahwa itu salah
kalau kita
> tidak lagi belajar bahasa Indonesia. Kesalahan
berbahasa yang kita anggap
> benar itu disebut ”salah
kaprah”.
>  
> Salah kaprah adalah salah yang sudah
umum sehingga tidak lagi terasa
> kesalahannya. Bentuk salah
kaprah hendaknya dikembalikan kepada bentuknya
> yang benar dan
tepat. Bila terlampau banyak bentuk salah kaprah, terlalu
> banyak
penyimpangan dari kaidah bahasa yang berlaku, bahasa itu bukanlah
> bahasa yang baik, yang mantap. Kalau bentuk salah kaprah diterima
sebagai
> bentuk kecuali maka bahasa itu bukanlah bahasa yang
mantap. Bahasa yang
> baik ialah bahasa yang mantap, yang
bersistem, yang mudah dipelajari.
> Bahasa yang bersistem adalah
bahasa yang mudah dipelajari. Dalam
>

Re: [iagi-net-l] Mari Kita Terus Belajar Bahasa Indonesia

2008-11-13 Thread yanto R.Sumantri



Awang dan rekan rekan 

Apakah ke"salah kaprah"
-an yang sering rjadi dalam berbahasa Indonesia itu diakibtkan oleh sangat
sederhananya bahasa kita ?
Sehingga dengan se-mena2 kita (tanpa
terasa) mencampuradukan segala macam kata dalam bertutur maupun menulis
?

Terus terang saya juga sering merasa ragu agu dalam
berbahasa, saya ambil contoh "

Mana yang benar ?
1.
" Besok saya akan pergi ke Jakarta dengan berkendaraan bus.
atau:
2. Saya besok akan pergi berkendaraan bis ke Jakarta ,
3. Saya akan pergi ke Jakarta besok dengan berkendaran bis .

Kalau kita lihat Subyeknya : SAYA 
Predikat : PERGI > 
Obyek ; JAKARTA

Yang lain aalah keterangan waktu , dsb .

Nah  , baru kalimat ang sederhana  sudah susah kan .


Yanto R.Sumantri.

Berikut sebuah tulisan pendek
yang saya mulai menulisnya pada 28 Oktober
> lalu, tepat 80 tahun
setelah “Sumpah Pemuda” diikrarkan, yang saya tulis
>
di ujung selatan Afrika - di Capetown di antara kesibukan menghadiri
> pertemuan AAPG 26-29 Oktober 2008. Tulisan terputus di tengah,
terselingi
> oleh tulisan lain tentang kasus jajak pendapat Lusi
di pertemuan AAPG
> tersebut yang harus segera ditanggapi. 
Tulisan ini tentang sikap kita
> pada umumnya kepada bahasa
persatuan kita : bahasa Indonesia. 
>  
> Tanggal 28
Oktober yang lalu kita memperingati 80 tahun “Sumpah
Pemuda”
> (28 Oktober 1928). Semoga kita tetap mengingatnya
sebagai tonggak penting
> sejarah bangsa Indonesia, saat para
pemuda kita dari berbagai perkumpulan
> daerah bersatu bersumpah
“bertanah air satu : Tanah Air Indonesia,
> berbangsa satu :
Bangsa Indonesia, berbahasa satu : Bahasa Indonesia.
>  
>
Apakah kita telah berbahasa Indonesia dengan baik dan benar setelah
> belasan tahun bahasa nasional ini kita pelajari dari TK sampai
perguruan
> tinggi dan setelah puluhan tahun bahasa persatuan ini
kita gunakan
> sehari-hari dalam berbagai kesempatan resmi dan tak
resmi ? Banyak orang
> menganggap bahasa Indonesia itu mudah.
Benarkah ?
>  
> “Jangan menganggap bahasa Indonesia
itu mudah. Yang mudah ialah bahasa
> Indonesia tutur (lisan), yang
kita gunakan dalam pergaulan sehari-hari,
> tetapi bahasa
Indonesia ragam resmi yang baku tidak semudah yang
> disangkakan
orang”, demikian kutipan dari “Cakrawala Bahasa
Indonesia”
> (Badudu, 1988, PT Gramedia, hal. 11). Kalau
seorang guru besar bahasa
> Indonesia seperti Yus Badudu saja
mengatakan bahwa bahasa Indonesia ragam
> resmi tak mudah, maka
sebaiknya kita menghapus sangkaan itu.
>  
> Kapan bahasa
Indonesia terasa tidak semudah seperti yang kita sangka ?
> Yaitu,
ketika bahasa Indonesia digunakan dalam tulisan resmi. Seseorang
>
yang tidak biasa menggunakan bahasa Indonesia secara teratur dalam
> bertutur akan merasakan kesukarannya bila ia tiba-tiba diminta
berbicara
> di depan umum dalam suatu acara bersifat resmi.
Seseorang yang tidak biasa
> menulis akan merasa sukar bila ia
harus membuat karangan, misalnya surat
> resmi, kertas kerja,
laporan ilmiah. Memeriksa kemampuan sesungguhnya
> seseorang akan
suatu bahasa dapat segera terbaca melalui tulisan resminya.
>
Dalam setiap bahasa berlaku hal itu.
>  
> Sikap kita
terhadap bahasa Indonesia milik nasional sering negatif. Kita
>
yang sudah tidak wajib lagi mempelajari bahasa Indonesia karena telah
> lulus sekolah umumnya betapa kurang dan tidak adanya perhatian
kita
> terhadap bahasa Indonesia yang setiap hari kita gunakan
itu. Kita sering
> merasa tak ada kekurangan pada diri kita atas
kekurangsanggupan kita
> menggunakan bahasa Indonesia itu dengan
baik dan benar. Apakah kita telah
> yakin bahwa kita tidak membuat
kesalahan dalam bertatabahasa Indonesia :
> susunan kata dalam
kalimat, bentukan kata, maupun pemakaian kata dengan
> makna yang
tepat ?
>  
> Jika bangsa Indonesia sebagai pemilik dan
pemakai bahasa Indonesia terus
> bersikap negatif terhadap bahasa
nasionalnya, bahasa Indonesia akan
> berkembang secara kacau dan
tak pernah bahasa ini menjadi bahasa yang
> mantap. Walaupun kita
tidak lagi terikat secara pendidikan harus
> mempelajari bahasa
Indonesia, janganlah kita berhenti mempelajari bahasa
> Indonesia
sebab bahasa kita ini berkembang terus. Aturan bahasa atau
>
bentukan kata yang selama ini kita anggap benar, ternyata salah menurut
> aturan yang benar. Kita tidak akan pernah tahu bahwa itu salah
kalau kita
> tidak lagi belajar bahasa Indonesia. Kesalahan
berbahasa yang kita anggap
> benar itu disebut ”salah
kaprah”.
>  
> Salah kaprah adalah salah yang sudah
umum sehingga tidak lagi terasa
> kesalahannya. Bentuk salah
kaprah hendaknya dikembalikan kepada bentuknya
> yang benar dan
tepat. Bila terlampau banyak bentuk salah kaprah, terlalu
> banyak
penyimpangan dari kaidah bahasa yang berlaku, bahasa itu bukanlah
> bahasa yang baik, yang mantap. Kalau bentuk salah kaprah diterima
sebagai
> bentuk kecuali maka bahasa itu bukanlah bahasa yang
mantap. Bahasa yang
> baik ialah bahasa yang mantap, yang
bersistem, yang mudah dipelajari.
> Bahasa yang bersistem adalah
bahasa yang mudah dipelajari. Dalam
>

RE: [iagi-net-l] Mari Kita Terus Belajar Bahasa Indonesia

2008-11-13 Thread Semimbar, Habash (hbsemim)
Salut Pak Awang! Semoga kita semua cepat menyadarinya.

Habash 

-Original Message-
From: Awang Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Thursday, November 13, 2008 2:32 PM
To: iagi-net@iagi.or.id; Geo Unpad; Forum HAGI; Eksplorasi BPMIGAS
Subject: Re: [iagi-net-l] Mari Kita Terus Belajar Bahasa Indonesia

Pak Taufik,
 
"Tip atau tips" dalam bahasa Inggris bisa berarti dua : (1) uang persenan, (2) 
petunjuk praktis (kamus bahasa Inggris Echols dan Shadily). Dua kata itu dalam 
bahasa Indonesia baku tentu tidak dianjurkan, kita lebih aman dan lebih sesuai 
menggunakan "petunjuk praktis" sebagai padananannya (lihat Kamus Besar Bahasa 
Indonesia).
 
Berbahasa Indonesia dengan baik (sesuai ragamnya) dan benar (sesuai aturan dan 
kaidah kebahasaan) adalah wajib bagi seluruh pengguna bahasa Indonesia 
berkewarganegaraan Indonesia. Untuk itu, kita harus terus belajar bahasa kita 
sendiri. Jangan putus belajar bahasa Indonesia seusai kita lulus dari sekolah 
menengah. Bila semua orang Indonesia berbahasa Indonesia dengan baik dan benar, 
dapat dibayangkan betapa akan semakin majunya bahasa nasional kita. 
Dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya di dunia (Inggris, Arab, Cina, dll.), 
bahasa Indonesia masih sangat muda umurnya. Meskipun demikian, penuturnya 
banyak, sehingga di dunia pun bahasa kita cukup penting posisinya. Maka, 
pembinaan bahasa Indonesia jelas suatu kemutlakan.
 
Petunjuk praktis berbahasa Indonesia dengan baik dan benar hanya sesederhana 
membeli buku-bukunya, mempelajarinya dengan bersungguh-sungguh, dan 
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
 
Buku-buku wajib untuk dapat mempelajari bahasa Indonesia dengan baik dan benar 
: 
 
- Kamus Besar Bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan Nasional - Balai Pustaka, 
2007 - edisi ketiga) - 1387 halaman. Kamus ini akan membimbing kita akan makna 
tepat suatu kata dan menunjukkan mana kata-kata baku mana kata-kata nonbaku.
 
- Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Alwi dkk., Balai Pustaka, 2003,edisi 
ketiga) - 486 halaman. Buku ini walaupun bersifat akademik, masih cukup praktis 
untuk digunakan mempelaari semua aturan bahasa Indonesia.
 
- Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum 
Pembentukan Istilah (Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen 
Pendidikan Nasional Republik Indonesia, 1972, 1988, 1992, 2005). Kedua buku ini 
bersifat praktis untuk menuntun kita menulis kata-kata dalam bahasa Indonesia 
dan menerjemahkan istilah asing.
 
Itulah ketiga buku yang harus ada bila kita bersungguh-sungguh ingin 
mempelajari bahasa Indonesia yang baik dan benar. Sebagai tambahan atas 
buku-buku itu, banyak buku praktis yang dapat meningkatkan ketrampilan kita 
berbahasa Indonesia yang baik dan benar, misalnya seperti di bawah ini.
 
- Berbahasa Indonesialah dengan Benar : Petunjuk Praktis untuk Pelajar, 
Mahasiswa, dan Guru (Zaenal Arifin, 1986 - saya punya edisi pertamanya, buku 
ini mudah dipelajari sehingga banyak dicari orang, edisi terbarunya - 2005 
masih saya lihat ada di toko-toko buku).
 
- Buku-buku pembinaan bahasa Indonesia tulisan Yus Badudu (mungkin buku-buku 
ini sudah sulit dicari di toko-toko buku, kecuali karya-karya Pak Badudu yang 
terbaru). Beberapa seri bukunya yang banyak dicari orang : 
 
Membina Bahasa Indonesia Baku (Badudu, 1980, Pustaka Prima, Bandung) Inilah 
Bahasa Indonesia yang Benar (Badudu, PT Gramedia -banyak edisi dan cetakannya) 
Pelik-Pelik Bahasa Indonesia (Badudu, Pustaka Prima).
 
Masih banyak buku-buku pembinaan bahasa Indonesia yang lain dari berbagai 
penulis. Misalnya, "Masalah Bahasa yang Dapat Anda Atasi Sendiri" (Anton 
Moeliono, Sinar Harapan, 1990), dan "Problematika Bahasa Indonesia : Sebuah 
Analisis Praktis Bahasa Baku" (Kusno Santoso, PT Rineka Cipta, 1990).
 
Pak Taufik cukup mengunjungi toko buku yang lengkap dan memilih sendiri di sana 
buku-buku pembinaan bahasa Indonesia. Setelah itu, mempelajari dan 
menerapkannya secara disiplin, kita akan melihat bahwa meskipun kita pernah 
mempelajari bahasa Indonesia selama minimal 12 tahun, ternyata masih banyak 
kesalahan yang selama ini kita lakukan dalam berbahasa Indonesia.
 
Analisis Pak Badudu dalam Cakrawala Bahasa Indonesia (Badudu, 1988) mengatakan 
bahwa kita sering membuat kesalahan dalam berbahasa Indonesia karena kita 
selama ini suka menganggap bahasa Indonesia itu mudah dan kita kurang berlatih 
di sekolah melalui kegiatan menulis atau mengarang. 
 
Sebuah pengalaman pribadi, saya menentukan hari-hari tertentu dalam seminggu 
untuk mempelajari bahasa Indonesia, tetap menyempatkan untuk mempelajarinya di 
tengah berbagai kesibukan. Kita akan memperhatikan hukum-hukum dalam bahasa 
ketika kita harus menulis sebuah karangan dengan bahasa yang baik dan benar, 
maka semakin banyak kita menulis, akan semakin baik ketrampilan kita berbahasa.
 
Mari kita terus belajar bahasa Indonesia ! Beli buku-bukunya, pelajari, dan 
terapkan !
 
salam,
awang

--- On Thu, 11/13/08

Re: [iagi-net-l] Mari Kita Terus Belajar Bahasa Indonesia

2008-11-13 Thread Wayan Ismara Heru Young
Pak Awang, 

Kebetulan sedang membahas buku-buku Bahasa Indonesia, saya pernah diberi mandat 
untuk mencari kamus etimologi bahasa indonesia (kamus asal-usul kata), yang 
sampai sekarang belum pernah saya temukan. 
Pak Awang tau dimana kamus tersebut bisa ditemukan?

Mungkin bisa menjadi koleksi yang menarik juga untuk mendalami bahasa kita, Pak.


Salam,
wayan y.





From: Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]>
To: iagi-net@iagi.or.id; Geo Unpad <[EMAIL PROTECTED]>; Forum HAGI <[EMAIL 
PROTECTED]>; Eksplorasi BPMIGAS <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Thursday, November 13, 2008 3:32:18 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Mari Kita Terus Belajar Bahasa Indonesia

Pak Taufik,
 
"Tip atau tips" dalam bahasa Inggris bisa berarti dua : (1) uang persenan, (2) 
petunjuk praktis (kamus bahasa Inggris Echols dan Shadily). Dua kata itu dalam 
bahasa Indonesia baku tentu tidak dianjurkan, kita lebih aman dan lebih sesuai 
menggunakan "petunjuk praktis" sebagai padananannya (lihat Kamus Besar Bahasa 
Indonesia).
 
Berbahasa Indonesia dengan baik (sesuai ragamnya) dan benar (sesuai aturan dan 
kaidah kebahasaan) adalah wajib bagi seluruh pengguna bahasa Indonesia 
berkewarganegaraan Indonesia. Untuk itu, kita harus terus belajar bahasa kita 
sendiri. Jangan putus belajar bahasa Indonesia seusai kita lulus dari sekolah 
menengah. Bila semua orang Indonesia berbahasa Indonesia dengan baik dan benar, 
dapat dibayangkan betapa akan semakin majunya bahasa nasional kita. 
Dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya di dunia (Inggris, Arab, Cina, dll.), 
bahasa Indonesia masih sangat muda umurnya. Meskipun demikian, penuturnya 
banyak, sehingga di dunia pun bahasa kita cukup penting posisinya. Maka, 
pembinaan bahasa Indonesia jelas suatu kemutlakan.
 
Petunjuk praktis berbahasa Indonesia dengan baik dan benar hanya sesederhana 
membeli buku-bukunya, mempelajarinya dengan bersungguh-sungguh, dan 
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
 
Buku-buku wajib untuk dapat mempelajari bahasa Indonesia dengan baik dan benar 
: 
 
- Kamus Besar Bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan Nasional - Balai Pustaka, 
2007 - edisi ketiga) - 1387 halaman. Kamus ini akan membimbing kita akan makna 
tepat suatu kata dan menunjukkan mana kata-kata baku mana kata-kata nonbaku.
 
- Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Alwi dkk., Balai Pustaka, 2003,edisi 
ketiga) - 486 halaman. Buku ini walaupun bersifat akademik, masih cukup praktis 
untuk digunakan mempelaari semua aturan bahasa Indonesia.
 
- Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum 
Pembentukan Istilah (Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen 
Pendidikan Nasional Republik Indonesia, 1972, 1988, 1992, 2005). Kedua buku ini 
bersifat praktis untuk menuntun kita menulis kata-kata dalam bahasa Indonesia 
dan menerjemahkan istilah asing.
 
Itulah ketiga buku yang harus ada bila kita bersungguh-sungguh ingin 
mempelajari bahasa Indonesia yang baik dan benar. Sebagai tambahan atas 
buku-buku itu, banyak buku praktis yang dapat meningkatkan ketrampilan kita 
berbahasa Indonesia yang baik dan benar, misalnya seperti di bawah ini.
 
- Berbahasa Indonesialah dengan Benar : Petunjuk Praktis untuk Pelajar, 
Mahasiswa, dan Guru (Zaenal Arifin, 1986 - saya punya edisi pertamanya, buku 
ini mudah dipelajari sehingga banyak dicari orang, edisi terbarunya - 2005 
masih saya lihat ada di toko-toko buku).
 
- Buku-buku pembinaan bahasa Indonesia tulisan Yus Badudu (mungkin buku-buku 
ini sudah sulit dicari di toko-toko buku, kecuali karya-karya Pak Badudu yang 
terbaru). Beberapa seri bukunya yang banyak dicari orang : 
 
Membina Bahasa Indonesia Baku (Badudu, 1980, Pustaka Prima, Bandung)
Inilah Bahasa Indonesia yang Benar (Badudu, PT Gramedia -banyak edisi dan 
cetakannya)
Pelik-Pelik Bahasa Indonesia (Badudu, Pustaka Prima).
 
Masih banyak buku-buku pembinaan bahasa Indonesia yang lain dari berbagai 
penulis. Misalnya, "Masalah Bahasa yang Dapat Anda Atasi Sendiri" (Anton 
Moeliono, Sinar Harapan, 1990), dan "Problematika Bahasa Indonesia : Sebuah 
Analisis Praktis Bahasa Baku" (Kusno Santoso, PT Rineka Cipta, 1990).
 
Pak Taufik cukup mengunjungi toko buku yang lengkap dan memilih sendiri di sana 
buku-buku pembinaan bahasa Indonesia. Setelah itu, mempelajari dan 
menerapkannya secara disiplin, kita akan melihat bahwa meskipun kita pernah 
mempelajari bahasa Indonesia selama minimal 12 tahun, ternyata masih banyak 
kesalahan yang selama ini kita lakukan dalam berbahasa Indonesia.
 
Analisis Pak Badudu dalam Cakrawala Bahasa Indonesia (Badudu, 1988) mengatakan 
bahwa kita sering membuat kesalahan dalam berbahasa Indonesia karena kita 
selama ini suka menganggap bahasa Indonesia itu mudah dan kita kurang berlatih 
di sekolah melalui kegiatan menulis atau mengarang. 
 
Sebuah pengalaman pribadi, saya menentukan hari-hari tertentu dalam seminggu 
untuk mempelajari bahasa Indonesia, tetap menye

Re: [iagi-net-l] Mari Kita Terus Belajar Bahasa Indonesia

2008-11-13 Thread Awang Satyana
Iya Pak Untung, terima kasih untuk mengingatkan. Tetapi dalam KBBI (Kamus Besar 
Bahasa Indonesia) itu pun, terdapat 24 orang ahli penyumbang istilah keilmuan. 
M.M. Purbo-Hadiwidjojo tercatat di dalam kamus tersebut sebagai penyumbang 
istilah-istilah geologi. 
 
Namun demikian, bila kita ingin tahu lebih banyak tentang peng-Indonesia-an 
istilah-istilah geologi, apa yang diingatkankan Pak Untung adalah tepat. Pak 
Purbo pernah menerbitkan dua buku tentang istilah-istilah geologi dalam bahasa 
Indonesia, baik sebagai padanan dari bahasa Inggris (diterbitkan ITB, 1981), 
maupun sebagai Kamus Ilmu Kebumian (Grasindo, 1994). Bagaimana perkembangan 
terbaru pengistilahan geologi dalam bahasa Indonesia setelah pertengahan tahun 
1990 ? Adakah yang meneruskan usaha yang telah dengan tekun dirintis oleh Pak 
Purbo tersebut ? Barangkali Pak Untung punya info ?
 
Mud volcano pernah diterjemahkan sebagai "poton" oleh Pak Purbo, megambil kata 
asli dari Pulau Timor yang banyak gununglumpurnya.  Tak ada seorang pun yang 
kini menggunakan "poton" tersebut untuk menamai Lusi di Jawa Timur, 
gununglumpur pun sedikit yang memakainya, lebih banyak yang memakai "Lusi mud 
volcano". Ini mencerminkan bahwa kebanyakan orang lebih senang berbahasa teknis 
dengan istilah aslinya. Adakah yang lebih senang memakai "selut" sebagai ganti 
"ooze","petabah" untuk monadnock", "bintil" untuk "nodule", "surutan cepat" 
untuk "rapid drawdown" ? Saya tak pernah mendengar seorang pun lebih senang 
memakainya. Maka, pengistilahan bahasa Indonesia jelas masih 
harus bersaing dengan kegemaran orang beristilah dengan bahasa aslinya.
 
Saya memperhatikan bahwa peristilahan yang dianggit Pak Purbo kebanyakan hanya 
dipakai oleh publikasi-publikasi keluaran P3G/PSG. Di luar itu, nampak 
keengganan menggunakannya. Entah mengapa. Paling mungkin adalah bahwa mereka 
tidak pernah tahu bahwa istilah-istilah bahasa Indonesia untuk banyak istilah 
teknis geologi itu telah ada. 
 
salam,
awang

--- On Thu, 11/13/08, [EMAIL PROTECTED] <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: [EMAIL PROTECTED] <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Re: [iagi-net-l] Mari Kita Terus Belajar Bahasa Indonesia
To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: "Geo Unpad" <[EMAIL PROTECTED]>, "Forum HAGI" <[EMAIL PROTECTED]>, 
"Eksplorasi BPMIGAS" <[EMAIL PROTECTED]>
Date: Thursday, November 13, 2008, 3:44 PM

> Pak Awang jangan lupa kamus istilah geologi karya MM Purbo-Hadiwidjojo,
banyak membantu peristilahan dalam geologi

Salam Untung Sudarsono
 Pak Taufik,
>  
> "Tip atau tips" dalam bahasa Inggris bisa berarti dua : (1) uang
persenan,
> (2) petunjuk praktis (kamus bahasa Inggris Echols dan Shadily). Dua kata
> itu dalam bahasa Indonesia baku tentu tidak dianjurkan, kita lebih aman
> dan lebih sesuai menggunakan "petunjuk praktis" sebagai
padananannya
> (lihat Kamus Besar Bahasa Indonesia).
>  
> Berbahasa Indonesia dengan baik (sesuai ragamnya) dan benar (sesuai aturan
> dan kaidah kebahasaan) adalah wajib bagi seluruh pengguna bahasa Indonesia
> berkewarganegaraan Indonesia. Untuk itu, kita harus terus belajar bahasa
> kita sendiri. Jangan putus belajar bahasa Indonesia seusai kita lulus dari
> sekolah menengah. Bila semua orang Indonesia berbahasa Indonesia dengan
> baik dan benar, dapat dibayangkan betapa akan semakin majunya bahasa
> nasional kita. Dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya di dunia
> (Inggris, Arab, Cina, dll.), bahasa Indonesia masih sangat muda umurnya.
> Meskipun demikian, penuturnya banyak, sehingga di dunia pun bahasa kita
> cukup penting posisinya. Maka, pembinaan bahasa Indonesia jelas suatu
> kemutlakan.
>  
> Petunjuk praktis berbahasa Indonesia dengan baik dan benar hanya
> sesederhana membeli buku-bukunya, mempelajarinya dengan
> bersungguh-sungguh, dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
>  
> Buku-buku wajib untuk dapat mempelajari bahasa Indonesia dengan baik dan
> benar :
>  
> - Kamus Besar Bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan Nasional - Balai
> Pustaka, 2007 - edisi ketiga) - 1387 halaman. Kamus ini akan membimbing
> kita akan makna tepat suatu kata dan menunjukkan mana kata-kata baku mana
> kata-kata nonbaku.
>  
> - Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Alwi dkk., Balai Pustaka, 2003,edisi
> ketiga) - 486 halaman. Buku ini walaupun bersifat akademik, masih cukup
> praktis untuk digunakan mempelaari semua aturan bahasa Indonesia.
>  
> - Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum
> Pembentukan Istilah (Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen
> Pendidikan Nasional Republik Indonesia, 1972, 1988, 1992, 2005). Kedua
> buku ini bersifat praktis untuk menuntun kita menulis kata-kata dalam
> bahasa Indonesia dan menerjemahkan is

Re: [iagi-net-l] Mari Kita Terus Belajar Bahasa Indonesia

2008-11-13 Thread Awang Satyana
Pak Wayan,
 
Kamus etimologi bahasa Indonesia termasuk buku yang sulit dicari. Buku semacam 
itu sudah lama tidak pernah saya temukan di toko-toko buku. Ada beberapa buku 
kamus etimologi bahasa Indonesia yang pernah diterbitkan, tetapi sudah sekian 
belas - puluh tahun yang lalu. Misalnya, buku tulisan Prijohutomo (1954 - 
Pusataka Rakjat), Notosudirjo (1981 -Tiga Serangkai), Ramli Harun (1984- Pusat 
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa), dan Mohamad Ngajenan (1992). 
 
Saya sudah mencoba mencari buku-buku kamus etimologi bahasa Indonesia 
menggunakan google, yang ada buku-buku antiknya saja, tak ada yang baru. Buku 
antik namanya, maka harganya pun mahal (di atas Rp 500 ribu).
 
Saya tidak memiliki keempat buku tersebut di atas, saya hanya mencatatnya dari 
daftar pustaka buku-buku bahasa Indonesia yang saya punya. Tetapi, buku kamus 
etimologi bahasa Indonesia karya Notosudirjo (1981) pernah saya pinjam dari 
perpustakaan saat saya masih siswa SMA dan karena begitu tertarik dengan buku 
tersebut, saya mencatat seluruh isinya. Buku ini tipis saja sekitar 100-an 
halaman, memuat asal-usul 209 kata dalam bahasa Indonesia. Buku catatan itu 
masih saya simpan sampai sekarang. 
 
Mempelajari asal kata bahasa Indonesia memberikan kesenangan tersendiri. 
Beberapa saya petikkan dari kamus Notosudirjo (1981) :
 
-jenggala : berasal dari kata Sanskerta "janggala" = belukar, hutan; bisa 
diartikan bahwa Kerajaan Jenggala di Jawa Timur pada abad ke-11/12 dibangun di 
wilayah yang sebelumnya merupakan hutan belukar.
 
-daha : berasal dari kata Sanskerta "daha" = panas; mungkin berhubungan dengan  
Kerajaan Daha di Jawa Timur yang didirikan di dekat Gunung Kelud yang berhawa 
panas karena aktivitas volkanismenya.
 
-gempa : berasal dari kata Sanskerta "kampa" = getaran
 
Bila Pak Wayan berminat dengan buku-buku etimologi bahasa Indonesia, saya pikir 
pertama kali bisa menghubungi Pusat Bahasa di Rawamangun, Jakarta. Mencarinya 
di toko-toko buku akan sulit.
 
salam,
awang
 


--- On Thu, 11/13/08, Wayan Ismara Heru Young <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: Wayan Ismara Heru Young <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Re: [iagi-net-l] Mari Kita Terus Belajar Bahasa Indonesia
To: iagi-net@iagi.or.id
Date: Thursday, November 13, 2008, 4:15 PM

Pak Awang, 

Kebetulan sedang membahas buku-buku Bahasa Indonesia, saya pernah diberi mandat
untuk mencari kamus etimologi bahasa indonesia (kamus asal-usul kata), yang
sampai sekarang belum pernah saya temukan. 
Pak Awang tau dimana kamus tersebut bisa ditemukan?

Mungkin bisa menjadi koleksi yang menarik juga untuk mendalami bahasa kita,
Pak.


Salam,
wayan y.





From: Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]>
To: iagi-net@iagi.or.id; Geo Unpad <[EMAIL PROTECTED]>; Forum
HAGI <[EMAIL PROTECTED]>; Eksplorasi BPMIGAS
<[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Thursday, November 13, 2008 3:32:18 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Mari Kita Terus Belajar Bahasa Indonesia

Pak Taufik,
 
"Tip atau tips" dalam bahasa Inggris bisa berarti dua : (1) uang
persenan, (2) petunjuk praktis (kamus bahasa Inggris Echols dan Shadily). Dua
kata itu dalam bahasa Indonesia baku tentu tidak dianjurkan, kita lebih aman dan
lebih sesuai menggunakan "petunjuk praktis" sebagai padananannya
(lihat Kamus Besar Bahasa Indonesia).
 
Berbahasa Indonesia dengan baik (sesuai ragamnya) dan benar (sesuai aturan dan
kaidah kebahasaan) adalah wajib bagi seluruh pengguna bahasa Indonesia
berkewarganegaraan Indonesia. Untuk itu, kita harus terus belajar bahasa kita
sendiri. Jangan putus belajar bahasa Indonesia seusai kita lulus dari sekolah
menengah. Bila semua orang Indonesia berbahasa Indonesia dengan baik dan benar,
dapat dibayangkan betapa akan semakin majunya bahasa nasional kita. Dibandingkan
dengan bahasa-bahasa lainnya di dunia (Inggris, Arab, Cina, dll.), bahasa
Indonesia masih sangat muda umurnya. Meskipun demikian, penuturnya banyak,
sehingga di dunia pun bahasa kita cukup penting posisinya. Maka, pembinaan
bahasa Indonesia jelas suatu kemutlakan.
 
Petunjuk praktis berbahasa Indonesia dengan baik dan benar hanya sesederhana
membeli buku-bukunya, mempelajarinya dengan bersungguh-sungguh, dan
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
 
Buku-buku wajib untuk dapat mempelajari bahasa Indonesia dengan baik dan benar
: 
 
- Kamus Besar Bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan Nasional - Balai Pustaka,
2007 - edisi ketiga) - 1387 halaman. Kamus ini akan membimbing kita akan makna
tepat suatu kata dan menunjukkan mana kata-kata baku mana kata-kata nonbaku.
 
- Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Alwi dkk., Balai Pustaka, 2003,edisi
ketiga) - 486 halaman. Buku ini walaupun bersifat akademik, masih cukup praktis
untuk digunakan mempelaari semua aturan bahasa Indonesia.
 
- Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum
Pembentukan Istilah (Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen
Pendidikan Nasio

Re: [iagi-net-l] Mari Kita Terus Belajar Bahasa Indonesia

2008-11-13 Thread Awang Satyana
Abah,
 
Salah kaprah banyak terjadi karena kekurangtelitian dan kekurangpedulian 
pemakai bahasa. Bahasa Indonesia adalah bahasa yang masih tumbuh, ia 
mendapatkan pengaruh baik atau buruk dari bahasa asing dan bahasa daerah dalam 
segenap aspeknya (tata kalimat, makna kata, dan sebagainya). Pemakai bahasa 
masih membawa bahasa ibunya (bahasa daerah) ke dalam bahasa Indonesia, sehingga 
terjadi kontaminasi atau kerancuan. Lalu, bentuk rancu itu digunakan umum 
sehingga seolah-olah benar karena banyak yang menggunakannya dengan cara itu, 
padahal salah. Bahasa Indonesia dalam beberapa hal lebih sederhana dibandingkan 
dengan bahasa asing, tetapi dalam aspek-aspek lain lebih kompleks. Salah kaprah 
justru banyak terjadi karena kompleksitas itu. Salah kaprah juga terjadi karena 
kita masih mempertahankan bentuk-bentuk salah sebagai kekecualian.
 
Mana yang benar di antara pemboran dan pengeboran, mentik dan mengetik, membom 
dan mengebom ? Kalau kita mau tepatasas (konsisten) dengan kaidah bahasa 
Indonesia, maka bentuk-bentuk yang benar adalah pengeboran, mengetik, dan 
mengebom. Selaras dengan aturan ini, maka bentuk yang benar adalah pengetikan 
dan pengeboman. Tetapi, bentuk pemboran diterima sebagai bentuk kekecualian 
(lihat Kamus Besar Bahasa Indonesia), meskipun menurut ilmu syaraf bahasa 
(grammar), bentuk itu tidak benar. Inilah contoh salah kaprah karena 
kekecualian.
 
Kalimat yang benar menurut kaidah bahasa Indonesia adalah : 
"Saya akan pergi ke Jakarta besok dengan berkendaran bis." Alasannya, tata 
kalimat yang baik dan benar adalah mengikuti urutan SPOK 
(subyek-predikat-obyek-keterangan). Kata "bis" juga tidak baku, yang baku 
adalah "bus". Mengapa tidak baku ? Sebab, kata aslinya adalah "bus". 
Penerjemahan istilah asing sedapat mungkin mendekati bentuk aslinya, begitu 
amanat Pedoman Pembentukan Istilah. Selaras dengan aturan ini, maka bentuk baku 
adalah analisis, hipotesis, metode; bukan analisa, hipotesa, metoda.
 
 
Contoh-contoh analisis (bukan analisa) di atas menunjukkan kepada kita bahwa 
masalah-masalah kebahasaan dalam bahasa Indonesia sebenarnya sederhana saja, 
tetapi akan terasa sulit bila kita tidak peduli kepada bahasa Indonesia.
 
salam,
awang

--- On Thu, 11/13/08, yanto R.Sumantri <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: yanto R.Sumantri <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Re: [iagi-net-l] Mari Kita Terus Belajar Bahasa Indonesia
To: iagi-net@iagi.or.id
Date: Thursday, November 13, 2008, 4:07 PM



Awang dan rekan rekan 

Apakah ke"salah kaprah"
-an yang sering rjadi dalam berbahasa Indonesia itu diakibtkan oleh sangat
sederhananya bahasa kita ?
Sehingga dengan se-mena2 kita (tanpa
terasa) mencampuradukan segala macam kata dalam bertutur maupun menulis
?

Terus terang saya juga sering merasa ragu agu dalam
berbahasa, saya ambil contoh "

Mana yang benar ?
1.
" Besok saya akan pergi ke Jakarta dengan berkendaraan bus.
atau:
2. Saya besok akan pergi berkendaraan bis ke Jakarta ,
3. Saya akan pergi ke Jakarta besok dengan berkendaran bis .

Kalau kita lihat Subyeknya : SAYA 
Predikat : PERGI > 
Obyek ; JAKARTA

Yang lain aalah keterangan waktu , dsb .

Nah  , baru kalimat ang sederhana  sudah susah kan .


Yanto R.Sumantri.

Berikut sebuah tulisan pendek
yang saya mulai menulisnya pada 28 Oktober
> lalu, tepat 80 tahun
setelah “Sumpah Pemuda” diikrarkan, yang saya tulis
>
di ujung selatan Afrika - di Capetown di antara kesibukan menghadiri
> pertemuan AAPG 26-29 Oktober 2008. Tulisan terputus di tengah,
terselingi
> oleh tulisan lain tentang kasus jajak pendapat Lusi
di pertemuan AAPG
> tersebut yang harus segera ditanggapi. 
Tulisan ini tentang sikap kita
> pada umumnya kepada bahasa
persatuan kita : bahasa Indonesia. 
>  
> Tanggal 28
Oktober yang lalu kita memperingati 80 tahun “Sumpah
Pemuda”
> (28 Oktober 1928). Semoga kita tetap mengingatnya
sebagai tonggak penting
> sejarah bangsa Indonesia, saat para
pemuda kita dari berbagai perkumpulan
> daerah bersatu bersumpah
“bertanah air satu : Tanah Air Indonesia,
> berbangsa satu :
Bangsa Indonesia, berbahasa satu : Bahasa Indonesia.
>  
>
Apakah kita telah berbahasa Indonesia dengan baik dan benar setelah
> belasan tahun bahasa nasional ini kita pelajari dari TK sampai
perguruan
> tinggi dan setelah puluhan tahun bahasa persatuan ini
kita gunakan
> sehari-hari dalam berbagai kesempatan resmi dan tak
resmi ? Banyak orang
> menganggap bahasa Indonesia itu mudah.
Benarkah ?
>  
> “Jangan menganggap bahasa Indonesia
itu mudah. Yang mudah ialah bahasa
> Indonesia tutur (lisan), yang
kita gunakan dalam pergaulan sehari-hari,
> tetapi bahasa
Indonesia ragam resmi yang baku tidak semudah yang
> disangkakan
orang”, demikian kutipan dari “Cakrawala Bahasa
Indonesia”
> (Badudu, 1988, PT Gramedia, hal. 11). Kalau
seorang guru besar bahasa
> Indonesia seperti Yus Badudu saja
mengatakan bahwa bah

Re: [iagi-net-l] Mari Kita Terus Belajar Bahasa Indonesia

2008-11-13 Thread R.P.Koesoemadinata
"Sedapat mungkin mendekati bentuk asli (aseli?)-nya" Aslinya dari bahasa 
Belanda (methode), dari Bahasa Inggris (method), atau dari bahasa Latin 
(methodus)?. Seperti Belanda 'universiteit', Inggris 'university', Latin 
'universitas'. Dulu tahun 50-han diperdebatkan antara Universitet Indonesia 
dan Universiti Indonesia, akhirnya oleh Bung Karno didekritkan 'Universitas 
Indonesia' (dari bahasa Latin). Kemudian fasiliteit jadi fasilitas, 
mobiliteit jadi mobilitas, tetapi akte (Belanda) atau act (Inggris) jadi 
akta dsb2nya security (saham) jadi sekuritas (kecuali jika dalam pengertian 
keselematan tetap jadi security). Jadi kelihatannya harus diambil dari 
bahasa akarnya, jadi Latin, bukan Belanda atau Inggris. Dalam bahasa 
Malaysia diambil dari bahasa Inggris (police jadi polis, university jadi 
universiti)
Tetapi dalam kenyataannya tidak selalu diambil dari bahasa Latin-nya, 
kadang2 dari Bahasa Belanda, adakalanya dari Bahasa Inggris. Akumulasi dari 
bahasa Belanda Accumulatie, Polisi dari dari Bahasa Belanda Politie, banyak 
lagi masalah apa yang disebut bahasa aselinya itu.

RPK
- Original Message - 
From: "Awang Satyana" <[EMAIL PROTECTED]>
To: ; "Geo Unpad" <[EMAIL PROTECTED]>; "Forum 
HAGI" <[EMAIL PROTECTED]>; "Eksplorasi BPMIGAS" 
<[EMAIL PROTECTED]>

Sent: Thursday, November 13, 2008 5:10 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Mari Kita Terus Belajar Bahasa Indonesia


Abah,

Salah kaprah banyak terjadi karena kekurangtelitian dan kekurangpedulian 
pemakai bahasa. Bahasa Indonesia adalah bahasa yang masih tumbuh, ia 
mendapatkan pengaruh baik atau buruk dari bahasa asing dan bahasa daerah 
dalam segenap aspeknya (tata kalimat, makna kata, dan sebagainya). Pemakai 
bahasa masih membawa bahasa ibunya (bahasa daerah) ke dalam bahasa 
Indonesia, sehingga terjadi kontaminasi atau kerancuan. Lalu, bentuk rancu 
itu digunakan umum sehingga seolah-olah benar karena banyak yang 
menggunakannya dengan cara itu, padahal salah. Bahasa Indonesia dalam 
beberapa hal lebih sederhana dibandingkan dengan bahasa asing, tetapi dalam 
aspek-aspek lain lebih kompleks. Salah kaprah justru banyak terjadi karena 
kompleksitas itu. Salah kaprah juga terjadi karena kita masih mempertahankan 
bentuk-bentuk salah sebagai kekecualian.


Mana yang benar di antara pemboran dan pengeboran, mentik dan mengetik, 
membom dan mengebom ? Kalau kita mau tepatasas (konsisten) dengan kaidah 
bahasa Indonesia, maka bentuk-bentuk yang benar adalah pengeboran, mengetik, 
dan mengebom. Selaras dengan aturan ini, maka bentuk yang benar adalah 
pengetikan dan pengeboman. Tetapi, bentuk pemboran diterima sebagai bentuk 
kekecualian (lihat Kamus Besar Bahasa Indonesia), meskipun menurut ilmu 
syaraf bahasa (grammar), bentuk itu tidak benar. Inilah contoh salah kaprah 
karena kekecualian.


Kalimat yang benar menurut kaidah bahasa Indonesia adalah :
"Saya akan pergi ke Jakarta besok dengan berkendaran bis." Alasannya, tata 
kalimat yang baik dan benar adalah mengikuti urutan SPOK 
(subyek-predikat-obyek-keterangan). Kata "bis" juga tidak baku, yang baku 
adalah "bus". Mengapa tidak baku ? Sebab, kata aslinya adalah "bus". 
Penerjemahan istilah asing sedapat mungkin mendekati bentuk aslinya, begitu 
amanat Pedoman Pembentukan Istilah. Selaras dengan aturan ini, maka bentuk 
baku adalah analisis, hipotesis, metode; bukan analisa, hipotesa, metoda.



Contoh-contoh analisis (bukan analisa) di atas menunjukkan kepada kita bahwa 
masalah-masalah kebahasaan dalam bahasa Indonesia sebenarnya sederhana saja, 
tetapi akan terasa sulit bila kita tidak peduli kepada bahasa Indonesia.


salam,
awang

--- On Thu, 11/13/08, yanto R.Sumantri <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: yanto R.Sumantri <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Re: [iagi-net-l] Mari Kita Terus Belajar Bahasa Indonesia
To: iagi-net@iagi.or.id
Date: Thursday, November 13, 2008, 4:07 PM



Awang dan rekan rekan

Apakah ke"salah kaprah"
-an yang sering rjadi dalam berbahasa Indonesia itu diakibtkan oleh sangat
sederhananya bahasa kita ?
Sehingga dengan se-mena2 kita (tanpa
terasa) mencampuradukan segala macam kata dalam bertutur maupun menulis
?

Terus terang saya juga sering merasa ragu agu dalam
berbahasa, saya ambil contoh "

Mana yang benar ?
1.
" Besok saya akan pergi ke Jakarta dengan berkendaraan bus.
atau:
2. Saya besok akan pergi berkendaraan bis ke Jakarta ,
3. Saya akan pergi ke Jakarta besok dengan berkendaran bis .

Kalau kita lihat Subyeknya : SAYA
Predikat : PERGI >
Obyek ; JAKARTA

Yang lain aalah keterangan waktu , dsb .

Nah , baru kalimat ang sederhana sudah susah kan .


Yanto R.Sumantri.

Berikut sebuah tulisan pendek
yang saya mulai menulisnya pada 28 Oktober

lalu, tepat 80 tahun

setelah “Sumpah Pemuda” diikrarkan, yang saya tulis



di ujung selatan Afrika - di Capetown di antara kesibuk

Re: [iagi-net-l] Mari Kita Terus Belajar Bahasa Indonesia

2008-11-13 Thread R.P.Koesoemadinata
Saya yang kurang setuju dengan istilah2 geologi yang diciptakan Pak Mulyono 
Purbo, karena akan mempersulit untuk menghafalnya, bahkan dapat menyesatkan. 
Contoh tuff diterjemahkan menjadi tufa, menyesatkan. Dalam bahasa Malaysia 
yang ingin memelayukan istilah2 geologi bisa terjadi lucu: graben 
diterjemahkan 'lurah tergelincir', padahal graben sendiri adalah berasal 
dari bahasa Jerman, orang Inggris saja tidak menterjemahkannya. Sebaiknya 
istilah-istilah geologi dicari dari bahasa Latin yang diindonesiakan, karena 
lafal bahasa Latin tidak terlalu jauh berbeda dengan bahasa Indonesia. 
Istilah geologi bahasa Inggris banyak menggunakan istilah Latin yang 
diinggriskan, apalagi dalam bahasa Perancis. Beruntunglah ilmu biologi yang 
secara konsisten menggunakan istilah2 Latin, walapun di'italic'kan.

RPK
- Original Message - 
From: "Awang Satyana" <[EMAIL PROTECTED]>

To: 
Cc: "Geo Unpad" <[EMAIL PROTECTED]>; "Forum HAGI" 
<[EMAIL PROTECTED]>; "Eksplorasi BPMIGAS" 
<[EMAIL PROTECTED]>

Sent: Thursday, November 13, 2008 4:34 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Mari Kita Terus Belajar Bahasa Indonesia


Iya Pak Untung, terima kasih untuk mengingatkan. Tetapi dalam KBBI (Kamus 
Besar Bahasa Indonesia) itu pun, terdapat 24 orang ahli penyumbang istilah 
keilmuan. M.M. Purbo-Hadiwidjojo tercatat di dalam kamus tersebut sebagai 
penyumbang istilah-istilah geologi.


Namun demikian, bila kita ingin tahu lebih banyak tentang peng-Indonesia-an 
istilah-istilah geologi, apa yang diingatkankan Pak Untung adalah tepat. Pak 
Purbo pernah menerbitkan dua buku tentang istilah-istilah geologi dalam 
bahasa Indonesia, baik sebagai padanan dari bahasa Inggris (diterbitkan ITB, 
1981), maupun sebagai Kamus Ilmu Kebumian (Grasindo, 1994). Bagaimana 
perkembangan terbaru pengistilahan geologi dalam bahasa Indonesia setelah 
pertengahan tahun 1990 ? Adakah yang meneruskan usaha yang telah dengan 
tekun dirintis oleh Pak Purbo tersebut ? Barangkali Pak Untung punya info ?


Mud volcano pernah diterjemahkan sebagai "poton" oleh Pak Purbo, megambil 
kata asli dari Pulau Timor yang banyak gununglumpurnya. Tak ada seorang pun 
yang kini menggunakan "poton" tersebut untuk menamai Lusi di Jawa Timur, 
gununglumpur pun sedikit yang memakainya, lebih banyak yang memakai "Lusi 
mud volcano". Ini mencerminkan bahwa kebanyakan orang lebih senang berbahasa 
teknis dengan istilah aslinya. Adakah yang lebih senang memakai "selut" 
sebagai ganti "ooze","petabah" untuk monadnock", "bintil" untuk "nodule", 
"surutan cepat" untuk "rapid drawdown" ? Saya tak pernah mendengar seorang 
pun lebih senang memakainya. Maka, pengistilahan bahasa Indonesia jelas 
masih harus bersaing dengan kegemaran orang beristilah dengan bahasa 
aslinya.


Saya memperhatikan bahwa peristilahan yang dianggit Pak Purbo kebanyakan 
hanya dipakai oleh publikasi-publikasi keluaran P3G/PSG. Di luar itu, nampak 
keengganan menggunakannya. Entah mengapa. Paling mungkin adalah bahwa mereka 
tidak pernah tahu bahwa istilah-istilah bahasa Indonesia untuk banyak 
istilah teknis geologi itu telah ada.


salam,
awang

--- On Thu, 11/13/08, [EMAIL PROTECTED] <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: [EMAIL PROTECTED] <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Re: [iagi-net-l] Mari Kita Terus Belajar Bahasa Indonesia
To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: "Geo Unpad" <[EMAIL PROTECTED]>, "Forum HAGI" 
<[EMAIL PROTECTED]>, "Eksplorasi BPMIGAS" 
<[EMAIL PROTECTED]>

Date: Thursday, November 13, 2008, 3:44 PM


Pak Awang jangan lupa kamus istilah geologi karya MM Purbo-Hadiwidjojo,

banyak membantu peristilahan dalam geologi

Salam Untung Sudarsono
Pak Taufik,


"Tip atau tips" dalam bahasa Inggris bisa berarti dua : (1) uang

persenan,

(2) petunjuk praktis (kamus bahasa Inggris Echols dan Shadily). Dua kata
itu dalam bahasa Indonesia baku tentu tidak dianjurkan, kita lebih aman
dan lebih sesuai menggunakan "petunjuk praktis" sebagai

padananannya

(lihat Kamus Besar Bahasa Indonesia).

Berbahasa Indonesia dengan baik (sesuai ragamnya) dan benar (sesuai aturan
dan kaidah kebahasaan) adalah wajib bagi seluruh pengguna bahasa Indonesia
berkewarganegaraan Indonesia. Untuk itu, kita harus terus belajar bahasa
kita sendiri. Jangan putus belajar bahasa Indonesia seusai kita lulus dari
sekolah menengah. Bila semua orang Indonesia berbahasa Indonesia dengan
baik dan benar, dapat dibayangkan betapa akan semakin majunya bahasa
nasional kita. Dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya di dunia
(Inggris, Arab, Cina, dll.), bahasa Indonesia masih sangat muda umurnya.
Meskipun demikian, penuturnya banyak, sehingga di dunia pun bahasa kita
cukup penting posisinya. Maka, pembinaan bahasa Indonesia jelas suatu
kemutlakan.

Petunjuk praktis berbahasa Indonesia dengan 

Re: [iagi-net-l] Mari Kita Terus Belajar Bahasa Indonesia

2008-11-13 Thread R.P.Koesoemadinata

Lanjutan:
Saya tetap menggunakan porositas daripada kesarangan, permeabilitas daripada 
kelulusan, probabilitas daripada kebolehjadian, angularitas daripada 
kesudutan, sferisitas, stratum, volkanisma dari pada kegunung-apian, 
seismisitas daripada kegempaan, survey seismik daripada survai kegempaan. 
survey seismik refleksi daripada survai gempa pantul, survey gravitasi 
daripada survai gaya berat dsb.
Namun pengaruh Pak Mulyono ini sangat kuat di Pusat Survey Geologi ex P3G, 
sehingga pada umumnya sulit bagi saya untuk mengerti makalah-makalah dalam 
bahasa Indonesia terbitan PSG (ex-P3G) dan memerlukan kamus dari Pak Mulyono 
untuk membacanya.Wassalam

RPK
- Original Message - 
From: "Awang Satyana" <[EMAIL PROTECTED]>

To: 
Sent: Thursday, November 13, 2008 7:46 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Mari Kita Terus Belajar Bahasa Indonesia


Pak Wayan,

Kamus etimologi bahasa Indonesia termasuk buku yang sulit dicari. Buku 
semacam itu sudah lama tidak pernah saya temukan di toko-toko buku. Ada 
beberapa buku kamus etimologi bahasa Indonesia yang pernah diterbitkan, 
tetapi sudah sekian belas - puluh tahun yang lalu. Misalnya, buku tulisan 
Prijohutomo (1954 - Pusataka Rakjat), Notosudirjo (1981 -Tiga Serangkai), 
Ramli Harun (1984- Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa), dan Mohamad 
Ngajenan (1992).


Saya sudah mencoba mencari buku-buku kamus etimologi bahasa Indonesia 
menggunakan google, yang ada buku-buku antiknya saja, tak ada yang baru. 
Buku antik namanya, maka harganya pun mahal (di atas Rp 500 ribu).


Saya tidak memiliki keempat buku tersebut di atas, saya hanya mencatatnya 
dari daftar pustaka buku-buku bahasa Indonesia yang saya punya. Tetapi, buku 
kamus etimologi bahasa Indonesia karya Notosudirjo (1981) pernah saya pinjam 
dari perpustakaan saat saya masih siswa SMA dan karena begitu tertarik 
dengan buku tersebut, saya mencatat seluruh isinya. Buku ini tipis saja 
sekitar 100-an halaman, memuat asal-usul 209 kata dalam bahasa Indonesia. 
Buku catatan itu masih saya simpan sampai sekarang.


Mempelajari asal kata bahasa Indonesia memberikan kesenangan tersendiri. 
Beberapa saya petikkan dari kamus Notosudirjo (1981) :


-jenggala : berasal dari kata Sanskerta "janggala" = belukar, hutan; bisa 
diartikan bahwa Kerajaan Jenggala di Jawa Timur pada abad ke-11/12 dibangun 
di wilayah yang sebelumnya merupakan hutan belukar.


-daha : berasal dari kata Sanskerta "daha" = panas; mungkin berhubungan 
dengan Kerajaan Daha di Jawa Timur yang didirikan di dekat Gunung Kelud yang 
berhawa panas karena aktivitas volkanismenya.


-gempa : berasal dari kata Sanskerta "kampa" = getaran

Bila Pak Wayan berminat dengan buku-buku etimologi bahasa Indonesia, saya 
pikir pertama kali bisa menghubungi Pusat Bahasa di Rawamangun, Jakarta. 
Mencarinya di toko-toko buku akan sulit.


salam,
awang



--- On Thu, 11/13/08, Wayan Ismara Heru Young <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: Wayan Ismara Heru Young <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Re: [iagi-net-l] Mari Kita Terus Belajar Bahasa Indonesia
To: iagi-net@iagi.or.id
Date: Thursday, November 13, 2008, 4:15 PM

Pak Awang,

Kebetulan sedang membahas buku-buku Bahasa Indonesia, saya pernah diberi 
mandat

untuk mencari kamus etimologi bahasa indonesia (kamus asal-usul kata), yang
sampai sekarang belum pernah saya temukan.
Pak Awang tau dimana kamus tersebut bisa ditemukan?

Mungkin bisa menjadi koleksi yang menarik juga untuk mendalami bahasa kita,
Pak.


Salam,
wayan y.





From: Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]>
To: iagi-net@iagi.or.id; Geo Unpad <[EMAIL PROTECTED]>; Forum
HAGI <[EMAIL PROTECTED]>; Eksplorasi BPMIGAS
<[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Thursday, November 13, 2008 3:32:18 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Mari Kita Terus Belajar Bahasa Indonesia

Pak Taufik,

"Tip atau tips" dalam bahasa Inggris bisa berarti dua : (1) uang
persenan, (2) petunjuk praktis (kamus bahasa Inggris Echols dan Shadily). 
Dua
kata itu dalam bahasa Indonesia baku tentu tidak dianjurkan, kita lebih aman 
dan

lebih sesuai menggunakan "petunjuk praktis" sebagai padananannya
(lihat Kamus Besar Bahasa Indonesia).

Berbahasa Indonesia dengan baik (sesuai ragamnya) dan benar (sesuai aturan 
dan

kaidah kebahasaan) adalah wajib bagi seluruh pengguna bahasa Indonesia
berkewarganegaraan Indonesia. Untuk itu, kita harus terus belajar bahasa 
kita
sendiri. Jangan putus belajar bahasa Indonesia seusai kita lulus dari 
sekolah
menengah. Bila semua orang Indonesia berbahasa Indonesia dengan baik dan 
benar,
dapat dibayangkan betapa akan semakin majunya bahasa nasional kita. 
Dibandingkan

dengan bahasa-bahasa lainnya di dunia (Inggris, Arab, Cina, dll.), bahasa
Indonesia masih sangat muda umurnya. Meskipun demikian, penuturnya banyak,
sehingga di dunia pun bahasa kita cukup penting posisinya. Maka, pembinaan
bahasa Indonesia jelas suatu kemutlakan.

Petunjuk praktis b

Re: [iagi-net-l] Mari Kita Terus Belajar Bahasa Indonesia

2008-11-13 Thread mohammad syaiful
Terus-terang, dalam beberapa hal, saya sependapat dengan pak Koesoema.
Mohon penjelasan, mengapa terjemahan 'tufa' dari 'tuff' dianggap
menyesatkan?

Terimakasih dan salam,
syaiful

2008/11/13 R.P.Koesoemadinata <[EMAIL PROTECTED]>:
> Saya yang kurang setuju dengan istilah2 geologi yang diciptakan Pak Mulyono
> Purbo, karena akan mempersulit untuk menghafalnya, bahkan dapat menyesatkan.
> Contoh tuff diterjemahkan menjadi tufa, menyesatkan. Dalam bahasa Malaysia
> yang ingin memelayukan istilah2 geologi bisa terjadi lucu: graben
> diterjemahkan 'lurah tergelincir', padahal graben sendiri adalah berasal
> dari bahasa Jerman, orang Inggris saja tidak menterjemahkannya. Sebaiknya
> istilah-istilah geologi dicari dari bahasa Latin yang diindonesiakan, karena
> lafal bahasa Latin tidak terlalu jauh berbeda dengan bahasa Indonesia.
> Istilah geologi bahasa Inggris banyak menggunakan istilah Latin yang
> diinggriskan, apalagi dalam bahasa Perancis. Beruntunglah ilmu biologi yang
> secara konsisten menggunakan istilah2 Latin, walapun di'italic'kan.
> RPK
> - Original Message - From: "Awang Satyana" <[EMAIL PROTECTED]>
> To: 
> Cc: "Geo Unpad" <[EMAIL PROTECTED]>; "Forum HAGI"
> <[EMAIL PROTECTED]>; "Eksplorasi BPMIGAS"
> <[EMAIL PROTECTED]>
> Sent: Thursday, November 13, 2008 4:34 PM
> Subject: Re: [iagi-net-l] Mari Kita Terus Belajar Bahasa Indonesia
>
>
> Iya Pak Untung, terima kasih untuk mengingatkan. Tetapi dalam KBBI (Kamus
> Besar Bahasa Indonesia) itu pun, terdapat 24 orang ahli penyumbang istilah
> keilmuan. M.M. Purbo-Hadiwidjojo tercatat di dalam kamus tersebut sebagai
> penyumbang istilah-istilah geologi.
>
> Namun demikian, bila kita ingin tahu lebih banyak tentang peng-Indonesia-an
> istilah-istilah geologi, apa yang diingatkankan Pak Untung adalah tepat. Pak
> Purbo pernah menerbitkan dua buku tentang istilah-istilah geologi dalam
> bahasa Indonesia, baik sebagai padanan dari bahasa Inggris (diterbitkan ITB,
> 1981), maupun sebagai Kamus Ilmu Kebumian (Grasindo, 1994). Bagaimana
> perkembangan terbaru pengistilahan geologi dalam bahasa Indonesia setelah
> pertengahan tahun 1990 ? Adakah yang meneruskan usaha yang telah dengan
> tekun dirintis oleh Pak Purbo tersebut ? Barangkali Pak Untung punya info ?
>
> Mud volcano pernah diterjemahkan sebagai "poton" oleh Pak Purbo, megambil
> kata asli dari Pulau Timor yang banyak gununglumpurnya. Tak ada seorang pun
> yang kini menggunakan "poton" tersebut untuk menamai Lusi di Jawa Timur,
> gununglumpur pun sedikit yang memakainya, lebih banyak yang memakai "Lusi
> mud volcano". Ini mencerminkan bahwa kebanyakan orang lebih senang berbahasa
> teknis dengan istilah aslinya. Adakah yang lebih senang memakai "selut"
> sebagai ganti "ooze","petabah" untuk monadnock", "bintil" untuk "nodule",
> "surutan cepat" untuk "rapid drawdown" ? Saya tak pernah mendengar seorang
> pun lebih senang memakainya. Maka, pengistilahan bahasa Indonesia jelas
> masih harus bersaing dengan kegemaran orang beristilah dengan bahasa
> aslinya.
>
> Saya memperhatikan bahwa peristilahan yang dianggit Pak Purbo kebanyakan
> hanya dipakai oleh publikasi-publikasi keluaran P3G/PSG. Di luar itu, nampak
> keengganan menggunakannya. Entah mengapa. Paling mungkin adalah bahwa mereka
> tidak pernah tahu bahwa istilah-istilah bahasa Indonesia untuk banyak
> istilah teknis geologi itu telah ada.
>
> salam,
> awang
>
> --- On Thu, 11/13/08, [EMAIL PROTECTED] <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> From: [EMAIL PROTECTED] <[EMAIL PROTECTED]>
> Subject: Re: [iagi-net-l] Mari Kita Terus Belajar Bahasa Indonesia
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Cc: "Geo Unpad" <[EMAIL PROTECTED]>, "Forum HAGI"
> <[EMAIL PROTECTED]>, "Eksplorasi BPMIGAS"
> <[EMAIL PROTECTED]>
> Date: Thursday, November 13, 2008, 3:44 PM
>
>> Pak Awang jangan lupa kamus istilah geologi karya MM Purbo-Hadiwidjojo,
>
> banyak membantu peristilahan dalam geologi
>
> Salam Untung Sudarsono
> Pak Taufik,
>>
>> "Tip atau tips" dalam bahasa Inggris bisa berarti dua : (1) uang
>
> persenan,
>>
>> (2) petunjuk praktis (kamus bahasa Inggris Echols dan Shadily). Dua kata
>> itu dalam bahasa Indonesia baku tentu tidak dianjurkan, kita lebih aman
>> dan lebih sesuai menggunakan "petunjuk praktis" sebagai
>
> padananannya
>>
>> (lihat Kamus Besar Bahasa Indonesia).
>>
>> Berbahasa Indonesia dengan baik (sesuai ragamnya) dan benar (sesuai aturan
>> dan kaidah kebahasaa

Re: [iagi-net-l] Mari Kita Terus Belajar Bahasa Indonesia

2008-11-13 Thread R.P.Koesoemadinata

Karena istilah 'tufa' itu dalam bahasa Inggris berarti endapan 'travertine'
- Original Message - 
From: "mohammad syaiful" <[EMAIL PROTECTED]>

To: 
Sent: Friday, November 14, 2008 5:45 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Mari Kita Terus Belajar Bahasa Indonesia



Terus-terang, dalam beberapa hal, saya sependapat dengan pak Koesoema.
Mohon penjelasan, mengapa terjemahan 'tufa' dari 'tuff' dianggap
menyesatkan?

Terimakasih dan salam,
syaiful

2008/11/13 R.P.Koesoemadinata <[EMAIL PROTECTED]>:
Saya yang kurang setuju dengan istilah2 geologi yang diciptakan Pak 
Mulyono
Purbo, karena akan mempersulit untuk menghafalnya, bahkan dapat 
menyesatkan.
Contoh tuff diterjemahkan menjadi tufa, menyesatkan. Dalam bahasa 
Malaysia

yang ingin memelayukan istilah2 geologi bisa terjadi lucu: graben
diterjemahkan 'lurah tergelincir', padahal graben sendiri adalah berasal
dari bahasa Jerman, orang Inggris saja tidak menterjemahkannya. Sebaiknya
istilah-istilah geologi dicari dari bahasa Latin yang diindonesiakan, 
karena

lafal bahasa Latin tidak terlalu jauh berbeda dengan bahasa Indonesia.
Istilah geologi bahasa Inggris banyak menggunakan istilah Latin yang
diinggriskan, apalagi dalam bahasa Perancis. Beruntunglah ilmu biologi 
yang

secara konsisten menggunakan istilah2 Latin, walapun di'italic'kan.
RPK
- Original Message - From: "Awang Satyana" 
<[EMAIL PROTECTED]>

To: 
Cc: "Geo Unpad" <[EMAIL PROTECTED]>; "Forum HAGI"
<[EMAIL PROTECTED]>; "Eksplorasi BPMIGAS"
<[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Thursday, November 13, 2008 4:34 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Mari Kita Terus Belajar Bahasa Indonesia


Iya Pak Untung, terima kasih untuk mengingatkan. Tetapi dalam KBBI (Kamus
Besar Bahasa Indonesia) itu pun, terdapat 24 orang ahli penyumbang 
istilah

keilmuan. M.M. Purbo-Hadiwidjojo tercatat di dalam kamus tersebut sebagai
penyumbang istilah-istilah geologi.

Namun demikian, bila kita ingin tahu lebih banyak tentang 
peng-Indonesia-an
istilah-istilah geologi, apa yang diingatkankan Pak Untung adalah tepat. 
Pak

Purbo pernah menerbitkan dua buku tentang istilah-istilah geologi dalam
bahasa Indonesia, baik sebagai padanan dari bahasa Inggris (diterbitkan 
ITB,

1981), maupun sebagai Kamus Ilmu Kebumian (Grasindo, 1994). Bagaimana
perkembangan terbaru pengistilahan geologi dalam bahasa Indonesia setelah
pertengahan tahun 1990 ? Adakah yang meneruskan usaha yang telah dengan
tekun dirintis oleh Pak Purbo tersebut ? Barangkali Pak Untung punya info 
?


Mud volcano pernah diterjemahkan sebagai "poton" oleh Pak Purbo, megambil
kata asli dari Pulau Timor yang banyak gununglumpurnya. Tak ada seorang 
pun

yang kini menggunakan "poton" tersebut untuk menamai Lusi di Jawa Timur,
gununglumpur pun sedikit yang memakainya, lebih banyak yang memakai "Lusi
mud volcano". Ini mencerminkan bahwa kebanyakan orang lebih senang 
berbahasa

teknis dengan istilah aslinya. Adakah yang lebih senang memakai "selut"
sebagai ganti "ooze","petabah" untuk monadnock", "bintil" untuk "nodule",
"surutan cepat" untuk "rapid drawdown" ? Saya tak pernah mendengar 
seorang

pun lebih senang memakainya. Maka, pengistilahan bahasa Indonesia jelas
masih harus bersaing dengan kegemaran orang beristilah dengan bahasa
aslinya.

Saya memperhatikan bahwa peristilahan yang dianggit Pak Purbo kebanyakan
hanya dipakai oleh publikasi-publikasi keluaran P3G/PSG. Di luar itu, 
nampak
keengganan menggunakannya. Entah mengapa. Paling mungkin adalah bahwa 
mereka

tidak pernah tahu bahwa istilah-istilah bahasa Indonesia untuk banyak
istilah teknis geologi itu telah ada.

salam,
awang

--- On Thu, 11/13/08, [EMAIL PROTECTED] <[EMAIL PROTECTED]> 
wrote:


From: [EMAIL PROTECTED] <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Re: [iagi-net-l] Mari Kita Terus Belajar Bahasa Indonesia
To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: "Geo Unpad" <[EMAIL PROTECTED]>, "Forum HAGI"
<[EMAIL PROTECTED]>, "Eksplorasi BPMIGAS"
<[EMAIL PROTECTED]>
Date: Thursday, November 13, 2008, 3:44 PM


Pak Awang jangan lupa kamus istilah geologi karya MM Purbo-Hadiwidjojo,


banyak membantu peristilahan dalam geologi

Salam Untung Sudarsono
Pak Taufik,


"Tip atau tips" dalam bahasa Inggris bisa berarti dua : (1) uang


persenan,


(2) petunjuk praktis (kamus bahasa Inggris Echols dan Shadily). Dua kata
itu dalam bahasa Indonesia baku tentu tidak dianjurkan, kita lebih aman
dan lebih sesuai menggunakan "petunjuk praktis" sebagai


padananannya


(lihat Kamus Besar Bahasa Indonesia).

Berbahasa Indonesia dengan baik (sesuai ragamnya) dan benar (sesuai 
aturan
dan kaidah kebahasaan) adalah wajib bagi seluruh pengguna bahasa 
Indonesia

berkewarganegaraan Indonesia. Untuk itu, kita harus terus belajar bahas

RE: [iagi-net-l] Mari Kita Terus Belajar Bahasa Indonesia

2008-11-13 Thread Semimbar, Habash (hbsemim)
Wah, jangan2 Bahasa Inggrispun mengambil kata dari Bahasa Sansekerta:  Janggala 
= "jungle"

-Original Message-
From: Awang Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Thursday, November 13, 2008 7:46 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Mari Kita Terus Belajar Bahasa Indonesia

Pak Wayan,
 
Kamus etimologi bahasa Indonesia termasuk buku yang sulit dicari. Buku semacam 
itu sudah lama tidak pernah saya temukan di toko-toko buku. Ada beberapa buku 
kamus etimologi bahasa Indonesia yang pernah diterbitkan, tetapi sudah sekian 
belas - puluh tahun yang lalu. Misalnya, buku tulisan Prijohutomo (1954 - 
Pusataka Rakjat), Notosudirjo (1981 -Tiga Serangkai), Ramli Harun (1984- Pusat 
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa), dan Mohamad Ngajenan (1992). 
 
Saya sudah mencoba mencari buku-buku kamus etimologi bahasa Indonesia 
menggunakan google, yang ada buku-buku antiknya saja, tak ada yang baru. Buku 
antik namanya, maka harganya pun mahal (di atas Rp 500 ribu).
 
Saya tidak memiliki keempat buku tersebut di atas, saya hanya mencatatnya dari 
daftar pustaka buku-buku bahasa Indonesia yang saya punya. Tetapi, buku kamus 
etimologi bahasa Indonesia karya Notosudirjo (1981) pernah saya pinjam dari 
perpustakaan saat saya masih siswa SMA dan karena begitu tertarik dengan buku 
tersebut, saya mencatat seluruh isinya. Buku ini tipis saja sekitar 100-an 
halaman, memuat asal-usul 209 kata dalam bahasa Indonesia. Buku catatan itu 
masih saya simpan sampai sekarang. 
 
Mempelajari asal kata bahasa Indonesia memberikan kesenangan tersendiri. 
Beberapa saya petikkan dari kamus Notosudirjo (1981) :
 
-jenggala : berasal dari kata Sanskerta "janggala" = belukar, hutan; bisa 
diartikan bahwa Kerajaan Jenggala di Jawa Timur pada abad ke-11/12 dibangun di 
wilayah yang sebelumnya merupakan hutan belukar.
 
-daha : berasal dari kata Sanskerta "daha" = panas; mungkin berhubungan dengan  
Kerajaan Daha di Jawa Timur yang didirikan di dekat Gunung Kelud yang berhawa 
panas karena aktivitas volkanismenya.
 
-gempa : berasal dari kata Sanskerta "kampa" = getaran
 
Bila Pak Wayan berminat dengan buku-buku etimologi bahasa Indonesia, saya pikir 
pertama kali bisa menghubungi Pusat Bahasa di Rawamangun, Jakarta. Mencarinya 
di toko-toko buku akan sulit.
 
salam,
awang
 


--- On Thu, 11/13/08, Wayan Ismara Heru Young <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: Wayan Ismara Heru Young <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Re: [iagi-net-l] Mari Kita Terus Belajar Bahasa Indonesia
To: iagi-net@iagi.or.id
Date: Thursday, November 13, 2008, 4:15 PM

Pak Awang, 

Kebetulan sedang membahas buku-buku Bahasa Indonesia, saya pernah diberi mandat 
untuk mencari kamus etimologi bahasa indonesia (kamus asal-usul kata), yang 
sampai sekarang belum pernah saya temukan. 
Pak Awang tau dimana kamus tersebut bisa ditemukan?

Mungkin bisa menjadi koleksi yang menarik juga untuk mendalami bahasa kita, Pak.


Salam,
wayan y.





From: Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]>
To: iagi-net@iagi.or.id; Geo Unpad <[EMAIL PROTECTED]>; Forum HAGI <[EMAIL 
PROTECTED]>; Eksplorasi BPMIGAS <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Thursday, November 13, 2008 3:32:18 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Mari Kita Terus Belajar Bahasa Indonesia

Pak Taufik,
 
"Tip atau tips" dalam bahasa Inggris bisa berarti dua : (1) uang persenan, (2) 
petunjuk praktis (kamus bahasa Inggris Echols dan Shadily). Dua kata itu dalam 
bahasa Indonesia baku tentu tidak dianjurkan, kita lebih aman dan lebih sesuai 
menggunakan "petunjuk praktis" sebagai padananannya (lihat Kamus Besar Bahasa 
Indonesia).
 
Berbahasa Indonesia dengan baik (sesuai ragamnya) dan benar (sesuai aturan dan 
kaidah kebahasaan) adalah wajib bagi seluruh pengguna bahasa Indonesia 
berkewarganegaraan Indonesia. Untuk itu, kita harus terus belajar bahasa kita 
sendiri. Jangan putus belajar bahasa Indonesia seusai kita lulus dari sekolah 
menengah. Bila semua orang Indonesia berbahasa Indonesia dengan baik dan benar, 
dapat dibayangkan betapa akan semakin majunya bahasa nasional kita. 
Dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya di dunia (Inggris, Arab, Cina, dll.), 
bahasa Indonesia masih sangat muda umurnya. Meskipun demikian, penuturnya 
banyak, sehingga di dunia pun bahasa kita cukup penting posisinya. Maka, 
pembinaan bahasa Indonesia jelas suatu kemutlakan.
 
Petunjuk praktis berbahasa Indonesia dengan baik dan benar hanya sesederhana 
membeli buku-bukunya, mempelajarinya dengan bersungguh-sungguh, dan 
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
 
Buku-buku wajib untuk dapat mempelajari bahasa Indonesia dengan baik dan benar
: 
 
- Kamus Besar Bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan Nasional - Balai Pustaka,
2007 - edisi ketiga) - 1387 halaman. Kamus ini akan membimbing kita akan makna 
tepat suatu kata dan menunjukkan mana kata-kata baku mana kata-kata nonbaku.
 
- Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Alwi dkk., B

Re: [iagi-net-l] Mari Kita Terus Belajar Bahasa Indonesia

2008-11-13 Thread yanto R.Sumantri



Setuju Awang.

Kalau say tambahkan keterangan lain "
untuk mengikuti ujian S 3".

Apakah menjadi :

1.Saya akan pergi ke Jakarta untuk mengikuti ujian S2 dengan dengan
berkendaraan  bus besok .
2. Saya akan pergi ke Jakarta dengan
berkendaraan bus untuk mengikuti ujian S3 besok.
3. Saya akan pergi
ke Jakarta  untuk megikuti ujian S3  dengan berkendaraan bus
besok.

Apakah  aturan meletekan keterangan ada 
pemmbakuaan ?

Saya pribadi kok merasa
""srek"" kalau ""besok" diletakan
didepan kalimat : jadi "Besok .dst", apa ini salah satu
salah kaprah lagi ya !

 Si Abah


Abah,
>  
> Salah kaprah banyak terjadi karena kekurangtelitian dan
kekurangpedulian
> pemakai bahasa. Bahasa Indonesia adalah bahasa
yang masih tumbuh, ia
> mendapatkan pengaruh baik atau buruk dari
bahasa asing dan bahasa daerah
> dalam segenap aspeknya (tata
kalimat, makna kata, dan sebagainya). Pemakai
> bahasa masih
membawa bahasa ibunya (bahasa daerah) ke dalam bahasa
> Indonesia,
sehingga terjadi kontaminasi atau kerancuan. Lalu, bentuk rancu
>
itu digunakan umum sehingga seolah-olah benar karena banyak yang
>
menggunakannya dengan cara itu, padahal salah. Bahasa Indonesia dalam
> beberapa hal lebih sederhana dibandingkan dengan bahasa asing,
tetapi
> dalam aspek-aspek lain lebih kompleks. Salah kaprah
justru banyak terjadi
> karena kompleksitas itu. Salah kaprah juga
terjadi karena kita masih
> mempertahankan bentuk-bentuk salah
sebagai kekecualian.
>  
> Mana yang benar di antara
pemboran dan pengeboran, mentik dan mengetik,
> membom dan
mengebom ? Kalau kita mau tepatasas (konsisten) dengan kaidah
>
bahasa Indonesia, maka bentuk-bentuk yang benar adalah pengeboran,
> mengetik, dan mengebom. Selaras dengan aturan ini, maka bentuk yang
benar
> adalah pengetikan dan pengeboman. Tetapi, bentuk pemboran
diterima sebagai
> bentuk kekecualian (lihat Kamus Besar Bahasa
Indonesia), meskipun menurut
> ilmu syaraf bahasa (grammar),
bentuk itu tidak benar. Inilah contoh salah
> kaprah karena
kekecualian.
>  
> Kalimat yang benar menurut kaidah
bahasa Indonesia adalah :
> "Saya akan pergi ke Jakarta besok
dengan berkendaran bis." Alasannya, tata
> kalimat yang baik
dan benar adalah mengikuti urutan SPOK
>
(subyek-predikat-obyek-keterangan). Kata "bis" juga tidak baku,
yang baku
> adalah "bus". Mengapa tidak baku ? Sebab,
kata aslinya adalah "bus".
> Penerjemahan istilah asing
sedapat mungkin mendekati bentuk aslinya,
> begitu amanat Pedoman
Pembentukan Istilah. Selaras dengan aturan ini, maka
> bentuk baku
adalah analisis, hipotesis, metode; bukan analisa, hipotesa,
>
metoda.
>  
>  
> Contoh-contoh analisis (bukan
analisa) di atas menunjukkan kepada kita
> bahwa masalah-masalah
kebahasaan dalam bahasa Indonesia sebenarnya
> sederhana saja,
tetapi akan terasa sulit bila kita tidak peduli kepada
> bahasa
Indonesia.
>  
> salam,
> awang
> 
> --- On Thu, 11/13/08, yanto R.Sumantri <[EMAIL PROTECTED]>
wrote:
> 
>
From: yanto R.Sumantri
<[EMAIL PROTECTED]>
> Subject: Re: [iagi-net-l] Mari Kita
Terus Belajar Bahasa Indonesia
> To: iagi-net@iagi.or.id
>
Date: Thursday, November 13, 2008, 4:07 PM
> 
> 
>

> Awang dan rekan rekan
> 
> Apakah ke"salah
kaprah"
> -an yang sering rjadi dalam berbahasa Indonesia itu
diakibtkan oleh sangat
> sederhananya bahasa kita ?
>
Sehingga dengan se-mena2 kita (tanpa
> terasa) mencampuradukan
segala macam kata dalam bertutur maupun menulis
> ?
> 
> Terus terang saya juga sering merasa ragu agu dalam
>
berbahasa, saya ambil contoh "
> 
> Mana yang benar
?
> 1.
> " Besok saya akan pergi ke Jakarta dengan
berkendaraan bus.
> atau:
> 2. Saya besok akan pergi
berkendaraan bis ke Jakarta ,
> 3. Saya akan pergi ke Jakarta
besok dengan berkendaran bis .
> 
> Kalau kita lihat
Subyeknya : SAYA
> Predikat : PERGI >
> Obyek ;
JAKARTA
> 
> Yang lain aalah keterangan waktu , dsb .
> 
> Nah  , baru kalimat ang sederhana  sudah susah kan .
> 
> 
> Yanto R.Sumantri.
> 
>
Berikut sebuah tulisan pendek
> yang saya mulai menulisnya pada 28
Oktober
>> lalu, tepat 80 tahun
> setelah
“Sumpah Pemuda” diikrarkan, yang saya tulis
>>
> di ujung selatan Afrika - di Capetown di antara
kesibukan menghadiri
>> pertemuan AAPG 26-29 Oktober 2008.
Tulisan terputus di tengah,
> terselingi
>> oleh
tulisan lain tentang kasus jajak pendapat Lusi
> di pertemuan
AAPG
>> tersebut yang harus segera ditanggapi.
>
Tulisan ini tentang sikap kita
>> pada umumnya kepada bahasa
> persatuan kita : bahasa Indonesia.
>>
>>
Tanggal 28
> Oktober yang lalu kita memperingati 80 tahun
“Sumpah
> Pemuda”
>> (28 Oktober

RE: [iagi-net-l] Mari Kita Terus Belajar Bahasa Indonesia

2008-11-13 Thread Awang Satyana
Abah,
 
"untuk mengikuti ujian S-3" adalah juga kata-kata keterangan. Kalimat yang Abah 
tulis mengandung banyak kata keterangan. Susunan urutan antara kata-kata 
keterangan di dalam sebuah kalimat bergantung kepada kedekatan hubungan di 
antara kata-kata itu. Dalam kasus yang Abah tulis, kalimatnya menjadi, "Saya 
akan pergi ke Jakarta besok untuk mengikuti ujian S-3 dengan berkendaraan bus." 
Bila kedekatan antara kata-kata keterangan bisa dipertukarkan, maka urutan itu 
bisa pula dipertukarkan, misalnya, "Saya akan pergi ke Jakarta besok dengan 
berkendaraan bus untuk mengikuti ujian S-3."
 
Urutan kata yang normal di dalam kalimat mengikuti urutan SPOK. Urutan ini 
dapat diubah bila diperlukan penekanan atas unsur kalimat tertentu, misalnya 
atas keterangan waktu. Dalam kasus di atas, misalnya, "Besok, saya akan pergi 
ke Jakarta dengan berkendaraan bus untuk mengikuti ujian S-3." Penggunaan tanda 
baca koma sesudah "besok" adalah keharusan sebab urutan kalimat diawali dengan 
keterangan waktu yang mestinya ditaruh di urutan setelah obyek. Mengapa saya 
menempatkan "dengan berkendaraan bus" sesudah "Jakarta" ? Sebab, "dengan 
berkendaraan bus" adalah keterangan kata kerja (semacam adverb) setelah "pergi 
ke Jakarta". Karena hubungan mereka dekat, maka diurutkan.
 
Salam,
awang
 
-Original Message-
From: yanto R.Sumantri [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Friday, November 14, 2008 12:50 C++
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Mari Kita Terus Belajar Bahasa Indonesia
 
 
 
 
Setuju Awang.
 
Kalau say tambahkan keterangan lain "
untuk mengikuti ujian S 3".
 
Apakah menjadi :
 
1.Saya akan pergi ke Jakarta untuk mengikuti ujian S2 dengan dengan
berkendaraan  bus besok .
2. Saya akan pergi ke Jakarta dengan
berkendaraan bus untuk mengikuti ujian S3 besok.
3. Saya akan pergi
ke Jakarta  untuk megikuti ujian S3  dengan berkendaraan bus
besok.
 
Apakah  aturan meletekan keterangan ada
pemmbakuaan ?
 
Saya pribadi kok merasa
""srek"" kalau ""besok" diletakan
didepan kalimat : jadi "Besok .dst", apa ini salah satu
salah kaprah lagi ya !
 
 Si Abah


  

Re: [iagi-net-l] Mari Kita Terus Belajar Bahasa Indonesia

2008-11-13 Thread mohammad syaiful
abah,

tentu saja ada urutan bakunya, tetapi lebih penting adalah mana yg
dipentingkan. makanya dikenal adanya kalimata aktif, kalimat pasif,
dll.

kalau abah suka meletakkan kata 'besok' di depan, artinya abah selalu
mementingkan keterangan waktu. 'time is money', 'kan? he.. he..

salam,
syaiful

On Fri, Nov 14, 2008 at 12:50 PM, yanto R.Sumantri <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
>
>
> Setuju Awang.
>
> Kalau say tambahkan keterangan lain "
> untuk mengikuti ujian S 3".
>
> Apakah menjadi :
>
> 1.Saya akan pergi ke Jakarta untuk mengikuti ujian S2 dengan dengan
> berkendaraan  bus besok .
> 2. Saya akan pergi ke Jakarta dengan
> berkendaraan bus untuk mengikuti ujian S3 besok.
> 3. Saya akan pergi
> ke Jakarta  untuk megikuti ujian S3  dengan berkendaraan bus
> besok.
>
> Apakah  aturan meletekan keterangan ada
> pemmbakuaan ?
>
> Saya pribadi kok merasa
> ""srek"" kalau ""besok" diletakan
> didepan kalimat : jadi "Besok .dst", apa ini salah satu
> salah kaprah lagi ya !
>
>  Si Abah
>
>
> Abah,
>>
>> Salah kaprah banyak terjadi karena kekurangtelitian dan
> kekurangpedulian
>> pemakai bahasa. Bahasa Indonesia adalah bahasa
> yang masih tumbuh, ia
>> mendapatkan pengaruh baik atau buruk dari
> bahasa asing dan bahasa daerah
>> dalam segenap aspeknya (tata
> kalimat, makna kata, dan sebagainya). Pemakai
>> bahasa masih
> membawa bahasa ibunya (bahasa daerah) ke dalam bahasa
>> Indonesia,
> sehingga terjadi kontaminasi atau kerancuan. Lalu, bentuk rancu
>>
> itu digunakan umum sehingga seolah-olah benar karena banyak yang
>>
> menggunakannya dengan cara itu, padahal salah. Bahasa Indonesia dalam
>> beberapa hal lebih sederhana dibandingkan dengan bahasa asing,
> tetapi
>> dalam aspek-aspek lain lebih kompleks. Salah kaprah
> justru banyak terjadi
>> karena kompleksitas itu. Salah kaprah juga
> terjadi karena kita masih
>> mempertahankan bentuk-bentuk salah
> sebagai kekecualian.
>>
>> Mana yang benar di antara
> pemboran dan pengeboran, mentik dan mengetik,
>> membom dan
> mengebom ? Kalau kita mau tepatasas (konsisten) dengan kaidah
>>
> bahasa Indonesia, maka bentuk-bentuk yang benar adalah pengeboran,
>> mengetik, dan mengebom. Selaras dengan aturan ini, maka bentuk yang
> benar
>> adalah pengetikan dan pengeboman. Tetapi, bentuk pemboran
> diterima sebagai
>> bentuk kekecualian (lihat Kamus Besar Bahasa
> Indonesia), meskipun menurut
>> ilmu syaraf bahasa (grammar),
> bentuk itu tidak benar. Inilah contoh salah
>> kaprah karena
> kekecualian.
>>
>> Kalimat yang benar menurut kaidah
> bahasa Indonesia adalah :
>> "Saya akan pergi ke Jakarta besok
> dengan berkendaran bis." Alasannya, tata
>> kalimat yang baik
> dan benar adalah mengikuti urutan SPOK
>>
> (subyek-predikat-obyek-keterangan). Kata "bis" juga tidak baku,
> yang baku
>> adalah "bus". Mengapa tidak baku ? Sebab,
> kata aslinya adalah "bus".
>> Penerjemahan istilah asing
> sedapat mungkin mendekati bentuk aslinya,
>> begitu amanat Pedoman
> Pembentukan Istilah. Selaras dengan aturan ini, maka
>> bentuk baku
> adalah analisis, hipotesis, metode; bukan analisa, hipotesa,
>>
> metoda.
>>
>>
>> Contoh-contoh analisis (bukan
> analisa) di atas menunjukkan kepada kita
>> bahwa masalah-masalah
> kebahasaan dalam bahasa Indonesia sebenarnya
>> sederhana saja,
> tetapi akan terasa sulit bila kita tidak peduli kepada
>> bahasa
> Indonesia.
>>
>> salam,
>> awang
>>
>> --- On Thu, 11/13/08, yanto R.Sumantri <[EMAIL PROTECTED]>
> wrote:
>>
>>
> From: yanto R.Sumantri
> <[EMAIL PROTECTED]>
>> Subject: Re: [iagi-net-l] Mari Kita
> Terus Belajar Bahasa Indonesia
>> To: iagi-net@iagi.or.id
>>
> Date: Thursday, November 13, 2008, 4:07 PM
>>
>>
>>
>
>> Awang dan rekan rekan
>>
>> Apakah ke"salah
> kaprah"
>> -an yang sering rjadi dalam berbahasa Indonesia itu
> diakibtkan oleh sangat
>> sederhananya bahasa kita ?
>>
> Sehingga dengan se-mena2 kita (tanpa
>> terasa) mencampuradukan
> segala macam kata dalam bertutur maupun menulis
>> ?
>>
>> Terus terang saya juga sering merasa ragu agu dalam
>>
> berbahasa, saya ambil contoh "
>>
>> Mana yang benar
> ?
>> 1.
>> " Besok saya akan pergi ke Jakarta dengan
> berkendaraan bus.
>> atau:
>> 2. Saya besok akan pergi
> berkendaraa

RE: [iagi-net-l] Mari Kita Terus Belajar Bahasa Indonesia

2008-11-13 Thread Semimbar, Habash (hbsemim)
Ada kecenderungan, orang Indonesia (katanya) lebih senag menggunakan "Passive 
Voice" daripada "Active Voice" dalam bahasa tulisan berbahasa Inggris. Mungkin 
ini karena pengaruh Bahasa Indonesia?

Habash 

-Original Message-
From: yanto R.Sumantri [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Friday, November 14, 2008 12:50 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Mari Kita Terus Belajar Bahasa Indonesia




Setuju Awang.

Kalau say tambahkan keterangan lain "
untuk mengikuti ujian S 3".

Apakah menjadi :

1.Saya akan pergi ke Jakarta untuk mengikuti ujian S2 dengan dengan 
berkendaraan  bus besok .
2. Saya akan pergi ke Jakarta dengan
berkendaraan bus untuk mengikuti ujian S3 besok.
3. Saya akan pergi
ke Jakarta  untuk megikuti ujian S3  dengan berkendaraan bus besok.

Apakah  aturan meletekan keterangan ada pemmbakuaan ?

Saya pribadi kok merasa
""srek"" kalau ""besok" diletakan
didepan kalimat : jadi "Besok .dst", apa ini salah satu salah kaprah lagi 
ya !

 Si Abah


Abah,
>  
> Salah kaprah banyak terjadi karena kekurangtelitian dan
kekurangpedulian
> pemakai bahasa. Bahasa Indonesia adalah bahasa
yang masih tumbuh, ia
> mendapatkan pengaruh baik atau buruk dari
bahasa asing dan bahasa daerah
> dalam segenap aspeknya (tata
kalimat, makna kata, dan sebagainya). Pemakai
> bahasa masih
membawa bahasa ibunya (bahasa daerah) ke dalam bahasa
> Indonesia,
sehingga terjadi kontaminasi atau kerancuan. Lalu, bentuk rancu
>
itu digunakan umum sehingga seolah-olah benar karena banyak yang
>
menggunakannya dengan cara itu, padahal salah. Bahasa Indonesia dalam
> beberapa hal lebih sederhana dibandingkan dengan bahasa asing,
tetapi
> dalam aspek-aspek lain lebih kompleks. Salah kaprah
justru banyak terjadi
> karena kompleksitas itu. Salah kaprah juga
terjadi karena kita masih
> mempertahankan bentuk-bentuk salah
sebagai kekecualian.
>  
> Mana yang benar di antara
pemboran dan pengeboran, mentik dan mengetik,
> membom dan
mengebom ? Kalau kita mau tepatasas (konsisten) dengan kaidah
>
bahasa Indonesia, maka bentuk-bentuk yang benar adalah pengeboran,
> mengetik, dan mengebom. Selaras dengan aturan ini, maka bentuk yang
benar
> adalah pengetikan dan pengeboman. Tetapi, bentuk pemboran
diterima sebagai
> bentuk kekecualian (lihat Kamus Besar Bahasa
Indonesia), meskipun menurut
> ilmu syaraf bahasa (grammar),
bentuk itu tidak benar. Inilah contoh salah
> kaprah karena
kekecualian.
>  
> Kalimat yang benar menurut kaidah
bahasa Indonesia adalah :
> "Saya akan pergi ke Jakarta besok
dengan berkendaran bis." Alasannya, tata
> kalimat yang baik
dan benar adalah mengikuti urutan SPOK
>
(subyek-predikat-obyek-keterangan). Kata "bis" juga tidak baku, yang baku
> adalah "bus". Mengapa tidak baku ? Sebab,
kata aslinya adalah "bus".
> Penerjemahan istilah asing
sedapat mungkin mendekati bentuk aslinya,
> begitu amanat Pedoman
Pembentukan Istilah. Selaras dengan aturan ini, maka
> bentuk baku
adalah analisis, hipotesis, metode; bukan analisa, hipotesa,
>
metoda.
>  
>  
> Contoh-contoh analisis (bukan
analisa) di atas menunjukkan kepada kita
> bahwa masalah-masalah
kebahasaan dalam bahasa Indonesia sebenarnya
> sederhana saja,
tetapi akan terasa sulit bila kita tidak peduli kepada
> bahasa
Indonesia.
>  
> salam,
> awang
> 
> --- On Thu, 11/13/08, yanto R.Sumantri <[EMAIL PROTECTED]>
wrote:
> 
>
From: yanto R.Sumantri
<[EMAIL PROTECTED]>
> Subject: Re: [iagi-net-l] Mari Kita
Terus Belajar Bahasa Indonesia
> To: iagi-net@iagi.or.id
>
Date: Thursday, November 13, 2008, 4:07 PM
> 
> 
>

> Awang dan rekan rekan
> 
> Apakah ke"salah
kaprah"
> -an yang sering rjadi dalam berbahasa Indonesia itu
diakibtkan oleh sangat
> sederhananya bahasa kita ?
>
Sehingga dengan se-mena2 kita (tanpa
> terasa) mencampuradukan
segala macam kata dalam bertutur maupun menulis
> ?
> 
> Terus terang saya juga sering merasa ragu agu dalam
>
berbahasa, saya ambil contoh "
> 
> Mana yang benar
?
> 1.
> " Besok saya akan pergi ke Jakarta dengan
berkendaraan bus.
> atau:
> 2. Saya besok akan pergi
berkendaraan bis ke Jakarta ,
> 3. Saya akan pergi ke Jakarta
besok dengan berkendaran bis .
> 
> Kalau kita lihat
Subyeknya : SAYA
> Predikat : PERGI >
> Obyek ;
JAKARTA
> 
> Yang lain aalah keterangan waktu , dsb .
> 
> Nah  , baru kalimat ang sederhana  sudah susah kan .
> 
> 
> Yanto R.Sumantri.
> 
>
Berikut sebuah tulisan pendek
> yang saya mulai menulisnya pada 28
Oktober
>> lalu, tepat 80 tahun
> setelah
“Sumpah Pemuda” diikrarkan, yang saya tulis
>>
> di ujung selatan Afrika - di Capetown di antara
kesibukan menghadiri
>> pert

Re: [iagi-net-l] Mari Kita Terus Belajar Bahasa Indonesia

2008-11-16 Thread taufik anwar
Sekali lagi terima kasih banyak Pak Awang.

On Thu, Nov 13, 2008 at 3:32 PM, Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]>wrote:

> Pak Taufik,
>
> "Tip atau tips" dalam bahasa Inggris bisa berarti dua : (1) uang persenan,
> (2) petunjuk praktis (kamus bahasa Inggris Echols dan Shadily). Dua kata itu
> dalam bahasa Indonesia baku tentu tidak dianjurkan, kita lebih aman dan
> lebih sesuai menggunakan "petunjuk praktis" sebagai padananannya (lihat
> Kamus Besar Bahasa Indonesia).
>
> Berbahasa Indonesia dengan baik (sesuai ragamnya) dan benar (sesuai aturan
> dan kaidah kebahasaan) adalah wajib bagi seluruh pengguna bahasa Indonesia
> berkewarganegaraan Indonesia. Untuk itu, kita harus terus belajar bahasa
> kita sendiri. Jangan putus belajar bahasa Indonesia seusai kita lulus dari
> sekolah menengah. Bila semua orang Indonesia berbahasa Indonesia dengan baik
> dan benar, dapat dibayangkan betapa akan semakin majunya bahasa nasional
> kita. Dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya di dunia (Inggris, Arab,
> Cina, dll.), bahasa Indonesia masih sangat muda umurnya. Meskipun demikian,
> penuturnya banyak, sehingga di dunia pun bahasa kita cukup penting
> posisinya. Maka, pembinaan bahasa Indonesia jelas suatu kemutlakan.
>
> Petunjuk praktis berbahasa Indonesia dengan baik dan benar hanya
> sesederhana membeli buku-bukunya, mempelajarinya dengan bersungguh-sungguh,
> dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
>
> Buku-buku wajib untuk dapat mempelajari bahasa Indonesia dengan baik dan
> benar :
>
> - Kamus Besar Bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan Nasional - Balai
> Pustaka, 2007 - edisi ketiga) - 1387 halaman. Kamus ini akan membimbing kita
> akan makna tepat suatu kata dan menunjukkan mana kata-kata baku mana
> kata-kata nonbaku.
>
> - Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Alwi dkk., Balai Pustaka, 2003,edisi
> ketiga) - 486 halaman. Buku ini walaupun bersifat akademik, masih cukup
> praktis untuk digunakan mempelaari semua aturan bahasa Indonesia.
>
> - Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum
> Pembentukan Istilah (Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen
> Pendidikan Nasional Republik Indonesia, 1972, 1988, 1992, 2005). Kedua buku
> ini bersifat praktis untuk menuntun kita menulis kata-kata dalam bahasa
> Indonesia dan menerjemahkan istilah asing.
>
> Itulah ketiga buku yang harus ada bila kita bersungguh-sungguh ingin
> mempelajari bahasa Indonesia yang baik dan benar. Sebagai tambahan atas
> buku-buku itu, banyak buku praktis yang dapat meningkatkan ketrampilan kita
> berbahasa Indonesia yang baik dan benar, misalnya seperti di bawah ini.
>
> - Berbahasa Indonesialah dengan Benar : Petunjuk Praktis untuk Pelajar,
> Mahasiswa, dan Guru (Zaenal Arifin, 1986 - saya punya edisi pertamanya, buku
> ini mudah dipelajari sehingga banyak dicari orang, edisi terbarunya - 2005
> masih saya lihat ada di toko-toko buku).
>
> - Buku-buku pembinaan bahasa Indonesia tulisan Yus Badudu (mungkin
> buku-buku ini sudah sulit dicari di toko-toko buku, kecuali karya-karya Pak
> Badudu yang terbaru). Beberapa seri bukunya yang banyak dicari orang :
>
> Membina Bahasa Indonesia Baku (Badudu, 1980, Pustaka Prima, Bandung)
> Inilah Bahasa Indonesia yang Benar (Badudu, PT Gramedia -banyak edisi dan
> cetakannya)
> Pelik-Pelik Bahasa Indonesia (Badudu, Pustaka Prima).
>
> Masih banyak buku-buku pembinaan bahasa Indonesia yang lain dari berbagai
> penulis. Misalnya, "Masalah Bahasa yang Dapat Anda Atasi Sendiri" (Anton
> Moeliono, Sinar Harapan, 1990), dan "Problematika Bahasa Indonesia : Sebuah
> Analisis Praktis Bahasa Baku" (Kusno Santoso, PT Rineka Cipta, 1990).
>
> Pak Taufik cukup mengunjungi toko buku yang lengkap dan memilih sendiri di
> sana buku-buku pembinaan bahasa Indonesia. Setelah itu, mempelajari dan
> menerapkannya secara disiplin, kita akan melihat bahwa meskipun kita pernah
> mempelajari bahasa Indonesia selama minimal 12 tahun, ternyata masih banyak
> kesalahan yang selama ini kita lakukan dalam berbahasa Indonesia.
>
> Analisis Pak Badudu dalam Cakrawala Bahasa Indonesia (Badudu, 1988)
> mengatakan bahwa kita sering membuat kesalahan dalam berbahasa Indonesia
> karena kita selama ini suka menganggap bahasa Indonesia itu mudah dan kita
> kurang berlatih di sekolah melalui kegiatan menulis atau mengarang.
>
> Sebuah pengalaman pribadi, saya menentukan hari-hari tertentu dalam
> seminggu untuk mempelajari bahasa Indonesia, tetap menyempatkan untuk
> mempelajarinya di tengah berbagai kesibukan. Kita akan memperhatikan
> hukum-hukum dalam bahasa ketika kita harus menulis sebuah karangan dengan
> bahasa yang baik dan benar, maka semakin banyak kita menulis, akan semakin
> baik ketrampilan kit

RE: [iagi-net-l] Mari Kita Terus Belajar Bahasa Indonesia

2008-11-19 Thread yanto R.Sumantri


Betul , ini mungkin karena kemampuan bhs Inggris  yang terbtas ,
terutama dalam idiom.

Si Abah 


  Ada
kecenderungan, orang Indonesia (katanya) lebih senag menggunakan
>
"Passive Voice" daripada "Active Voice" dalam bahasa
tulisan berbahasa
> Inggris. Mungkin ini karena pengaruh Bahasa
Indonesia?
> 
> Habash
> 
> -Original
Message-
>
From: yanto R.Sumantri
[mailto:[EMAIL PROTECTED]
> Sent: Friday, November 14, 2008 12:50
PM
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: Re: [iagi-net-l]
Mari Kita Terus Belajar Bahasa Indonesia
> 
> 
>

> 
> Setuju Awang.
> 
> Kalau say
tambahkan keterangan lain "
> untuk mengikuti ujian S
3".
> 
> Apakah menjadi :
> 
> 1.Saya
akan pergi ke Jakarta untuk mengikuti ujian S2 dengan dengan
>
berkendaraan  bus besok .
> 2. Saya akan pergi ke Jakarta
dengan
> berkendaraan bus untuk mengikuti ujian S3 besok.
> 3. Saya akan pergi
> ke Jakarta  untuk megikuti ujian S3 
dengan berkendaraan bus besok.
> 
> Apakah  aturan
meletekan keterangan ada pemmbakuaan ?
> 
> Saya pribadi
kok merasa
> ""srek"" kalau
""besok" diletakan
> didepan kalimat : jadi
"Besok .dst", apa ini salah satu salah kaprah
> lagi
ya !
> 
>  Si Abah
> 
> 
>
Abah,
>>
>> Salah kaprah banyak terjadi karena
kekurangtelitian dan
> kekurangpedulian
>> pemakai
bahasa. Bahasa Indonesia adalah bahasa
> yang masih tumbuh, ia
>> mendapatkan pengaruh baik atau buruk dari
> bahasa
asing dan bahasa daerah
>> dalam segenap aspeknya (tata
> kalimat, makna kata, dan sebagainya). Pemakai
>> bahasa
masih
> membawa bahasa ibunya (bahasa daerah) ke dalam bahasa
>> Indonesia,
> sehingga terjadi kontaminasi atau
kerancuan. Lalu, bentuk rancu
>>
> itu digunakan umum
sehingga seolah-olah benar karena banyak yang
>>
>
menggunakannya dengan cara itu, padahal salah. Bahasa Indonesia dalam
>> beberapa hal lebih sederhana dibandingkan dengan bahasa
asing,
> tetapi
>> dalam aspek-aspek lain lebih
kompleks. Salah kaprah
> justru banyak terjadi
>>
karena kompleksitas itu. Salah kaprah juga
> terjadi karena kita
masih
>> mempertahankan bentuk-bentuk salah
> sebagai
kekecualian.
>>
>> Mana yang benar di antara
> pemboran dan pengeboran, mentik dan mengetik,
>> membom
dan
> mengebom ? Kalau kita mau tepatasas (konsisten) dengan
kaidah
>>
> bahasa Indonesia, maka bentuk-bentuk yang
benar adalah pengeboran,
>> mengetik, dan mengebom. Selaras
dengan aturan ini, maka bentuk yang
> benar
>> adalah
pengetikan dan pengeboman. Tetapi, bentuk pemboran
> diterima
sebagai
>> bentuk kekecualian (lihat Kamus Besar Bahasa
> Indonesia), meskipun menurut
>> ilmu syaraf bahasa
(grammar),
> bentuk itu tidak benar. Inilah contoh salah
>> kaprah karena
> kekecualian.
>>
>> Kalimat yang benar menurut kaidah
> bahasa Indonesia
adalah :
>> "Saya akan pergi ke Jakarta besok
>
dengan berkendaran bis." Alasannya, tata
>> kalimat yang
baik
> dan benar adalah mengikuti urutan SPOK
>>
> (subyek-predikat-obyek-keterangan). Kata "bis" juga tidak
baku, yang baku
>> adalah "bus". Mengapa tidak baku ?
Sebab,
> kata aslinya adalah "bus".
>>
Penerjemahan istilah asing
> sedapat mungkin mendekati bentuk
aslinya,
>> begitu amanat Pedoman
> Pembentukan
Istilah. Selaras dengan aturan ini, maka
>> bentuk baku
> adalah analisis, hipotesis, metode; bukan analisa, hipotesa,
>>
> metoda.
>>
>>
>>
Contoh-contoh analisis (bukan
> analisa) di atas menunjukkan
kepada kita
>> bahwa masalah-masalah
> kebahasaan dalam
bahasa Indonesia sebenarnya
>> sederhana saja,
> tetapi
akan terasa sulit bila kita tidak peduli kepada
>> bahasa
> Indonesia.
>>
>> salam,
>>
awang
>>
>> --- On Thu, 11/13/08, yanto R.Sumantri
<[EMAIL PROTECTED]>
> wrote:
>>
>>
>
From: yanto R.Sumantri
> <[EMAIL PROTECTED]>
>> Subject: Re: [iagi-net-l] Mari Kita
> Terus Belajar
Bahasa Indonesia
>> To: iagi-net@iagi.or.id
>>
> Date: Thursday, November 13, 2008, 4:07 PM
>>
>>
>>
> 
>> Awang dan rekan rekan
>>
>> Apakah ke"salah
> kaprah"
>> -an yang sering rjadi dalam berbahasa Indonesia itu
>
diakibtkan oleh sangat
>> sederhananya bahasa kita ?
>>
> Sehingga dengan se-mena2 kita (tanpa
>>
terasa) mencampuradukan
> segala macam kata dalam bertutur maupun
menulis
>> ?
>>
>> Terus terang saya juga
sering merasa ragu agu dalam
>>
> berbahasa, saya ambil
contoh "
>>
>> Mana y

[iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] [iagi-net-l] Mari Kita Terus Belajar Bahasa Indonesia

2008-11-13 Thread Awang Satyana
Pak Muharram,
 
Keinginan menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa wajib investasi migas di 
Indonesia (misalnya menggunakannya sebagai bahasa resmi dan tunggal kontrak 
migas) selalu bersinggungan secara tajam dengan keinginan lain menarik investor 
mancanegara yang berbahasa Inggris. Akhirnya, bahasa wajib investasi migas di 
Indonesia menggunakan dwibahasa : bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Bila 
terjadi multitafsir atas bahasa kontrak, maka prioritas diberikan kepada 
pengkalimatan dalam bahasa Indonesia. Namun, sayang sekali sampai saat ini 
bahasa Indonesia belum berdaulat dalam bahasa kontrak, masih dikalahkan bahasa 
Inggris.
 
Dalam surat-menyurat kepada BPMIGAS, para Kontraktor wajib menggunakan dua 
bahasa dalam surat-suratnya. BPMIGAS akan menjawab surat-surat tersebut dalam 
bahasa Indonesia saja. Kontraktor yang hanya menggunakan bahasa Inggris dalam 
suratnya kepada BPMIGAS akan diminta mengubahnya menggunakan dua bahasa.
 
Kemampuan berbahasa Indonesia para pejabat asing di bidang migas masih minimal, 
sebagian dapat memahami pembicaraan dalam bahasa Indonesia, terutama yang punya 
istri/suami orang Indonesia. Memang kepada mereka tidak diwajibkan mampu 
berbahasa Indonesia saat mereka datang ke Indonesia. Beberapa dari antara 
mereka mengambil kursus bahasa Indonesia. Semacam TOEFL tetapi untuk bahasa 
Indonesia mestinya dilakukan kepada para mahasiswa asing yang mengambil seolah 
pascasarjana di Indonesia. Tetapi untuk bekerja, setahu saya belum ada aturan 
tersebut.
 
"Cost recovery" dapat dipadankan dengan "penggantian biaya" atau "pengembalian 
biaya"
 
salam,
awang

--- On Thu, 11/13/08, Muharram J. Panguriseng <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: Muharram J. Panguriseng <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Re: [Forum-HAGI] [iagi-net-l] Mari Kita Terus Belajar Bahasa Indonesia
To: "'Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia'" <[EMAIL PROTECTED]>, 
iagi-net@iagi.or.id, "'Geo Unpad'" <[EMAIL PROTECTED]>, "'Eksplorasi BPMIGAS'" 
<[EMAIL PROTECTED]>
Date: Thursday, November 13, 2008, 4:01 PM








Saya sangat tertarik dengan ungkapan Pak Awang, “Bila semua orang Indonesia 
berbahasa Indonesia dengan baik dan benar, dapat dibayangkan betapa akan 
semakin majunya bahasa nasional kita”. Sayangnya sebagian besar komunitas 
geoscientist kurang “PD” berbahasa Indonesia atas nama “go international”, 
bahkan dalam kondisi mayoritas disuatu forum. Ketika ada orang “bule” datang 
presentasi ke kantor kita, walau pesertanya 100% Warga Negara Indonesia 
terpaksa forum diskusi itu terlaksana dengan bahasa pengantar bahasa Inggris. 
Harusnya kita paksa mereka berbahasa Indonesia ketika mau cari makan di 
Indonesia (?).
 
Apa yang harus kita lakukan sebagai anak bangsa (meminjam istilah Pak Amin 
Rais) untuk menyiasati kondisi ini? 
Sekedar jadi provokator, ketika kita melamar kerja keluar negeri tentu kita 
harus mempunyai skor TOEFL tertentu. Barangkali BPMIGAS dapat menerapkan aturan 
yang sama bagi pekerja asing yang akan bekerja di PSC dalam wilayah kedaulatan 
Republik Indonesia, yang notabene gajinya dibayar dengan cost recovery. Untuk 
istilah cost recovery yang dikeluarkan BPMIGAS padanan katanya dalam bahasa 
Indonesia apa ya ? He he he …
 
 
Terima kasih & Salam,
 
--mjp--
 
 

From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Awang Satyana
Sent: Thursday, November 13, 2008 2:32 PM
To: iagi-net@iagi.or.id; Geo Unpad; Forum HAGI; Eksplorasi BPMIGAS
Subject: Re: [Forum-HAGI] [iagi-net-l] Mari Kita Terus Belajar Bahasa Indonesia
 





Pak Taufik,

 

"Tip atau tips" dalam bahasa Inggris bisa berarti dua : (1) uang persenan, (2) 
petunjuk praktis (kamus bahasa Inggris Echols dan Shadily). Dua kata itu dalam 
bahasa Indonesia baku tentu tidak dianjurkan, kita lebih aman dan lebih sesuai 
menggunakan "petunjuk praktis" sebagai padananannya (lihat Kamus Besar Bahasa 
Indonesia).

 

Berbahasa Indonesia dengan baik (sesuai ragamnya) dan benar (sesuai aturan dan 
kaidah kebahasaan) adalah wajib bagi seluruh pengguna bahasa Indonesia 
berkewarganegaraan Indonesia. Untuk itu, kita harus terus belajar bahasa kita 
sendiri. Jangan putus belajar bahasa Indonesia seusai kita lulus dari sekolah 
menengah. Bila semua orang Indonesia berbahasa Indonesia dengan baik dan benar, 
dapat dibayangkan betapa akan semakin majunya bahasa nasional kita. 
Dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya di dunia (Inggris, Arab, Cina, dll.), 
bahasa Indonesia masih sangat muda umurnya. Meskipun demikian, penuturnya 
banyak, sehingga di dunia pun bahasa kita cukup penting posisinya. Maka, 
pembinaan bahasa Indonesia jelas suatu kemutlakan.

 

Petunjuk praktis berbahasa Indonesia dengan baik dan benar hanya sesederhana 
membeli buku-bukunya, mempelajarinya dengan bersungguh-sungguh, dan 
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

 

Buku-buku wajib untuk dapat mempelajari bah

Re: [iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] [iagi-net-l] Mari Kita Terus Belajar Bahasa Indonesia

2008-11-13 Thread R.P.Koesoemadinata

Cost recovery lebih tepat diterjemahkan menjadi "pemulihan biaya"
RPK
- Original Message - 
From: "Awang Satyana" <[EMAIL PROTECTED]>
To: "Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia" <[EMAIL PROTECTED]>; 
; "'Geo Unpad'" <[EMAIL PROTECTED]>; 
"'Eksplorasi BPMIGAS'" <[EMAIL PROTECTED]>

Sent: Thursday, November 13, 2008 5:26 PM
Subject: [iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] [iagi-net-l] Mari Kita Terus Belajar 
Bahasa Indonesia



Pak Muharram,

Keinginan menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa wajib investasi migas 
di Indonesia (misalnya menggunakannya sebagai bahasa resmi dan tunggal 
kontrak migas) selalu bersinggungan secara tajam dengan keinginan lain 
menarik investor mancanegara yang berbahasa Inggris. Akhirnya, bahasa wajib 
investasi migas di Indonesia menggunakan dwibahasa : bahasa Indonesia dan 
bahasa Inggris. Bila terjadi multitafsir atas bahasa kontrak, maka prioritas 
diberikan kepada pengkalimatan dalam bahasa Indonesia. Namun, sayang sekali 
sampai saat ini bahasa Indonesia belum berdaulat dalam bahasa kontrak, masih 
dikalahkan bahasa Inggris.


Dalam surat-menyurat kepada BPMIGAS, para Kontraktor wajib menggunakan dua 
bahasa dalam surat-suratnya. BPMIGAS akan menjawab surat-surat tersebut 
dalam bahasa Indonesia saja. Kontraktor yang hanya menggunakan bahasa 
Inggris dalam suratnya kepada BPMIGAS akan diminta mengubahnya menggunakan 
dua bahasa.


Kemampuan berbahasa Indonesia para pejabat asing di bidang migas masih 
minimal, sebagian dapat memahami pembicaraan dalam bahasa Indonesia, 
terutama yang punya istri/suami orang Indonesia. Memang kepada mereka tidak 
diwajibkan mampu berbahasa Indonesia saat mereka datang ke Indonesia. 
Beberapa dari antara mereka mengambil kursus bahasa Indonesia. Semacam TOEFL 
tetapi untuk bahasa Indonesia mestinya dilakukan kepada para mahasiswa asing 
yang mengambil seolah pascasarjana di Indonesia. Tetapi untuk bekerja, 
setahu saya belum ada aturan tersebut.


"Cost recovery" dapat dipadankan dengan "penggantian biaya" atau 
"pengembalian biaya"


salam,
awang

--- On Thu, 11/13/08, Muharram J. Panguriseng <[EMAIL PROTECTED]> 
wrote:


From: Muharram J. Panguriseng <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Re: [Forum-HAGI] [iagi-net-l] Mari Kita Terus Belajar Bahasa 
Indonesia
To: "'Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia'" <[EMAIL PROTECTED]>, 
iagi-net@iagi.or.id, "'Geo Unpad'" <[EMAIL PROTECTED]>, "'Eksplorasi 
BPMIGAS'" <[EMAIL PROTECTED]>

Date: Thursday, November 13, 2008, 4:01 PM








Saya sangat tertarik dengan ungkapan Pak Awang, “Bila semua orang Indonesia 
berbahasa Indonesia dengan baik dan benar, dapat dibayangkan betapa akan 
semakin majunya bahasa nasional kita”. Sayangnya sebagian besar komunitas 
geoscientist kurang “PD” berbahasa Indonesia atas nama “go international”, 
bahkan dalam kondisi mayoritas disuatu forum. Ketika ada orang “bule” datang 
presentasi ke kantor kita, walau pesertanya 100% Warga Negara Indonesia 
terpaksa forum diskusi itu terlaksana dengan bahasa pengantar bahasa 
Inggris. Harusnya kita paksa mereka berbahasa Indonesia ketika mau cari 
makan di Indonesia (?).


Apa yang harus kita lakukan sebagai anak bangsa (meminjam istilah Pak Amin 
Rais) untuk menyiasati kondisi ini?
Sekedar jadi provokator, ketika kita melamar kerja keluar negeri tentu kita 
harus mempunyai skor TOEFL tertentu. Barangkali BPMIGAS dapat menerapkan 
aturan yang sama bagi pekerja asing yang akan bekerja di PSC dalam wilayah 
kedaulatan Republik Indonesia, yang notabene gajinya dibayar dengan cost 
recovery. Untuk istilah cost recovery yang dikeluarkan BPMIGAS padanan 
katanya dalam bahasa Indonesia apa ya ? He he he …



Terima kasih & Salam,

--mjp--



From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf 
Of Awang Satyana

Sent: Thursday, November 13, 2008 2:32 PM
To: iagi-net@iagi.or.id; Geo Unpad; Forum HAGI; Eksplorasi BPMIGAS
Subject: Re: [Forum-HAGI] [iagi-net-l] Mari Kita Terus Belajar Bahasa 
Indonesia







Pak Taufik,



"Tip atau tips" dalam bahasa Inggris bisa berarti dua : (1) uang persenan, 
(2) petunjuk praktis (kamus bahasa Inggris Echols dan Shadily). Dua kata itu 
dalam bahasa Indonesia baku tentu tidak dianjurkan, kita lebih aman dan 
lebih sesuai menggunakan "petunjuk praktis" sebagai padananannya (lihat 
Kamus Besar Bahasa Indonesia).




Berbahasa Indonesia dengan baik (sesuai ragamnya) dan benar (sesuai aturan 
dan kaidah kebahasaan) adalah wajib bagi seluruh pengguna bahasa Indonesia 
berkewarganegaraan Indonesia. Untuk itu, kita harus terus belajar bahasa 
kita sendiri. Jangan putus belajar bahasa Indonesia seusai kita lulus dari 
sekolah menengah. Bila semua orang Indonesia berbahasa Indonesia dengan baik 
dan benar, dapat dibayangkan betapa akan semakin majunya bahasa nasion

Re: [iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] [iagi-net-l] Mari Kita Terus Belajar Bahasa Indonesia

2008-11-13 Thread Awang Satyana
Pak Koesoema,
 
"recovery" sebagai "pemulihan" lebih sesuai dalam bidang kesehatan, bila 
diterjemahkan sebagai "pemulihan biaya" terkesan harafiah. Kalau mengenai 
keuangan, tentu kita akan melihat lingkungan katanya (konteks), maka 
"pengembalian biaya" atau "penggantian biaya" saya pikir lebih mengena sebab 
penggantian dan pengembalian berada dalam konteks keuangan. Penerjemahan "cost 
recovery" sebagai "penggantian/pengembalian biaya" telah umum digunakan.
 
salam,
awang

--- On Thu, 11/13/08, R.P.Koesoemadinata <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: R.P.Koesoemadinata <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] [iagi-net-l] Mari Kita Terus Belajar 
Bahasa Indonesia
To: iagi-net@iagi.or.id
Date: Thursday, November 13, 2008, 10:17 PM

Cost recovery lebih tepat diterjemahkan menjadi "pemulihan biaya"
RPK
- Original Message - From: "Awang Satyana"
<[EMAIL PROTECTED]>
To: "Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia"
<[EMAIL PROTECTED]>; ; "'Geo
Unpad'" <[EMAIL PROTECTED]>; "'Eksplorasi
BPMIGAS'" <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Thursday, November 13, 2008 5:26 PM
Subject: [iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] [iagi-net-l] Mari Kita Terus Belajar
Bahasa Indonesia


Pak Muharram,

Keinginan menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa wajib investasi migas di
Indonesia (misalnya menggunakannya sebagai bahasa resmi dan tunggal kontrak
migas) selalu bersinggungan secara tajam dengan keinginan lain menarik investor
mancanegara yang berbahasa Inggris. Akhirnya, bahasa wajib investasi migas di
Indonesia menggunakan dwibahasa : bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Bila
terjadi multitafsir atas bahasa kontrak, maka prioritas diberikan kepada
pengkalimatan dalam bahasa Indonesia. Namun, sayang sekali sampai saat ini
bahasa Indonesia belum berdaulat dalam bahasa kontrak, masih dikalahkan bahasa
Inggris.

Dalam surat-menyurat kepada BPMIGAS, para Kontraktor wajib menggunakan dua
bahasa dalam surat-suratnya. BPMIGAS akan menjawab surat-surat tersebut dalam
bahasa Indonesia saja. Kontraktor yang hanya menggunakan bahasa Inggris dalam
suratnya kepada BPMIGAS akan diminta mengubahnya menggunakan dua bahasa.

Kemampuan berbahasa Indonesia para pejabat asing di bidang migas masih minimal,
sebagian dapat memahami pembicaraan dalam bahasa Indonesia, terutama yang punya
istri/suami orang Indonesia. Memang kepada mereka tidak diwajibkan mampu
berbahasa Indonesia saat mereka datang ke Indonesia. Beberapa dari antara mereka
mengambil kursus bahasa Indonesia. Semacam TOEFL tetapi untuk bahasa Indonesia
mestinya dilakukan kepada para mahasiswa asing yang mengambil seolah
pascasarjana di Indonesia. Tetapi untuk bekerja, setahu saya belum ada aturan
tersebut.

"Cost recovery" dapat dipadankan dengan "penggantian biaya"
atau "pengembalian biaya"

salam,
awang

--- On Thu, 11/13/08, Muharram J. Panguriseng <[EMAIL PROTECTED]>
wrote:

From: Muharram J. Panguriseng <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Re: [Forum-HAGI] [iagi-net-l] Mari Kita Terus Belajar Bahasa Indonesia
To: "'Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia'"
<[EMAIL PROTECTED]>, iagi-net@iagi.or.id, "'Geo Unpad'"
<[EMAIL PROTECTED]>, "'Eksplorasi BPMIGAS'"
<[EMAIL PROTECTED]>
Date: Thursday, November 13, 2008, 4:01 PM








Saya sangat tertarik dengan ungkapan Pak Awang, “Bila semua orang Indonesia
berbahasa Indonesia dengan baik dan benar, dapat dibayangkan betapa akan semakin
majunya bahasa nasional kita”. Sayangnya sebagian besar komunitas geoscientist
kurang “PD” berbahasa Indonesia atas nama “go international”, bahkan
dalam kondisi mayoritas disuatu forum. Ketika ada orang “bule” datang
presentasi ke kantor kita, walau pesertanya 100% Warga Negara Indonesia terpaksa
forum diskusi itu terlaksana dengan bahasa pengantar bahasa Inggris. Harusnya
kita paksa mereka berbahasa Indonesia ketika mau cari makan di Indonesia (?).

Apa yang harus kita lakukan sebagai anak bangsa (meminjam istilah Pak Amin
Rais) untuk menyiasati kondisi ini?
Sekedar jadi provokator, ketika kita melamar kerja keluar negeri tentu kita
harus mempunyai skor TOEFL tertentu. Barangkali BPMIGAS dapat menerapkan aturan
yang sama bagi pekerja asing yang akan bekerja di PSC dalam wilayah kedaulatan
Republik Indonesia, yang notabene gajinya dibayar dengan cost recovery. Untuk
istilah cost recovery yang dikeluarkan BPMIGAS padanan katanya dalam bahasa
Indonesia apa ya ? He he he …


Terima kasih & Salam,

--mjp--



From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of
Awang Satyana
Sent: Thursday, November 13, 2008 2:32 PM
To: iagi-net@iagi.or.id; Geo Unpad; Forum HAGI; Eksplorasi BPMIGAS
Subject: Re: [Forum-HAGI] [iagi-net-l] Mari Kita Terus Belajar Bahasa Indonesia






Pak Taufik,



"Tip atau

Re: [iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] [iagi-net-l] Mari Kita Terus Belajar Bahasa Indonesia

2008-11-14 Thread R.P.Koesoemadinata
Kalau 'reimbursement' diternjemahkan jadi apa? Saya kira ada perbedaan 
pengertian antara 'reimbursement' dengan 'cost recovery'

RPK
- Original Message - 
From: "Awang Satyana" <[EMAIL PROTECTED]>

To: ; "Forum HAGI" <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Friday, November 14, 2008 8:04 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] [iagi-net-l] Mari Kita Terus 
Belajar Bahasa Indonesia



Pak Koesoema,

"recovery" sebagai "pemulihan" lebih sesuai dalam bidang kesehatan, bila 
diterjemahkan sebagai "pemulihan biaya" terkesan harafiah. Kalau mengenai 
keuangan, tentu kita akan melihat lingkungan katanya (konteks), maka 
"pengembalian biaya" atau "penggantian biaya" saya pikir lebih mengena sebab 
penggantian dan pengembalian berada dalam konteks keuangan. Penerjemahan 
"cost recovery" sebagai "penggantian/pengembalian biaya" telah umum 
digunakan.


salam,
awang

--- On Thu, 11/13/08, R.P.Koesoemadinata <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: R.P.Koesoemadinata <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] [iagi-net-l] Mari Kita Terus 
Belajar Bahasa Indonesia

To: iagi-net@iagi.or.id
Date: Thursday, November 13, 2008, 10:17 PM

Cost recovery lebih tepat diterjemahkan menjadi "pemulihan biaya"
RPK
- Original Message - From: "Awang Satyana"
<[EMAIL PROTECTED]>
To: "Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia"
<[EMAIL PROTECTED]>; ; "'Geo
Unpad'" <[EMAIL PROTECTED]>; "'Eksplorasi
BPMIGAS'" <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Thursday, November 13, 2008 5:26 PM
Subject: [iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] [iagi-net-l] Mari Kita Terus Belajar
Bahasa Indonesia


Pak Muharram,

Keinginan menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa wajib investasi migas 
di

Indonesia (misalnya menggunakannya sebagai bahasa resmi dan tunggal kontrak
migas) selalu bersinggungan secara tajam dengan keinginan lain menarik 
investor
mancanegara yang berbahasa Inggris. Akhirnya, bahasa wajib investasi migas 
di

Indonesia menggunakan dwibahasa : bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Bila
terjadi multitafsir atas bahasa kontrak, maka prioritas diberikan kepada
pengkalimatan dalam bahasa Indonesia. Namun, sayang sekali sampai saat ini
bahasa Indonesia belum berdaulat dalam bahasa kontrak, masih dikalahkan 
bahasa

Inggris.

Dalam surat-menyurat kepada BPMIGAS, para Kontraktor wajib menggunakan dua
bahasa dalam surat-suratnya. BPMIGAS akan menjawab surat-surat tersebut 
dalam
bahasa Indonesia saja. Kontraktor yang hanya menggunakan bahasa Inggris 
dalam

suratnya kepada BPMIGAS akan diminta mengubahnya menggunakan dua bahasa.

Kemampuan berbahasa Indonesia para pejabat asing di bidang migas masih 
minimal,
sebagian dapat memahami pembicaraan dalam bahasa Indonesia, terutama yang 
punya

istri/suami orang Indonesia. Memang kepada mereka tidak diwajibkan mampu
berbahasa Indonesia saat mereka datang ke Indonesia. Beberapa dari antara 
mereka
mengambil kursus bahasa Indonesia. Semacam TOEFL tetapi untuk bahasa 
Indonesia

mestinya dilakukan kepada para mahasiswa asing yang mengambil seolah
pascasarjana di Indonesia. Tetapi untuk bekerja, setahu saya belum ada 
aturan

tersebut.

"Cost recovery" dapat dipadankan dengan "penggantian biaya"
atau "pengembalian biaya"

salam,
awang

--- On Thu, 11/13/08, Muharram J. Panguriseng <[EMAIL PROTECTED]>
wrote:

From: Muharram J. Panguriseng <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Re: [Forum-HAGI] [iagi-net-l] Mari Kita Terus Belajar Bahasa 
Indonesia

To: "'Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia'"
<[EMAIL PROTECTED]>, iagi-net@iagi.or.id, "'Geo Unpad'"
<[EMAIL PROTECTED]>, "'Eksplorasi BPMIGAS'"
<[EMAIL PROTECTED]>
Date: Thursday, November 13, 2008, 4:01 PM








Saya sangat tertarik dengan ungkapan Pak Awang, “Bila semua orang Indonesia
berbahasa Indonesia dengan baik dan benar, dapat dibayangkan betapa akan 
semakin
majunya bahasa nasional kita”. Sayangnya sebagian besar komunitas 
geoscientist

kurang “PD” berbahasa Indonesia atas nama “go international”, bahkan
dalam kondisi mayoritas disuatu forum. Ketika ada orang “bule” datang
presentasi ke kantor kita, walau pesertanya 100% Warga Negara Indonesia 
terpaksa
forum diskusi itu terlaksana dengan bahasa pengantar bahasa Inggris. 
Harusnya
kita paksa mereka berbahasa Indonesia ketika mau cari makan di Indonesia 
(?).


Apa yang harus kita lakukan sebagai anak bangsa (meminjam istilah Pak Amin
Rais) untuk menyiasati kondisi ini?
Sekedar jadi provokator, ketika kita melamar kerja keluar negeri tentu kita
harus mempunyai skor TOEFL tertentu. Barangkali BPMIGAS dapat menerapkan 
aturan
yang sama bagi pekerja asing yang akan bekerja di PSC dalam wilayah 
kedaulatan
Republik Indonesia, yang notabene gajinya dibayar d

RE: [iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] [iagi-net-l] Mari Kita Terus Belajar Bahasa Indonesia

2008-11-14 Thread Awang Satyana
Pak Koesoema,
 
Baik "cost recovery" maupun "cost reimbursement" keduanya diterjemahkan sebagai 
"penggantian biaya" atau "pengembalian biaya" di dalam praktis migas. Di dalam 
kontrak migas, kata reimbursement dipakai dalam pengembalian pajak yang telah 
dibayarkan. 
 
Persoalannya bukan pada bahasa Indonesia, tetapi pada bahasa Inggris. Recovery 
bersifat umum, sedangkan reimbursement lebih berfokus kepada finansial yaitu 
pembayaran kembali  atau penggantian untuk pengeluaran uang. Cost recovery 
dalam hal ini berarti "didapatnya kembali biaya yang telah dikeluarkan". 
Didapatnya kembali = recovery. Agak janggal bila diterjemahkan "pemulihan 
biaya" sebab pada praktiknya adalah penggantian atau pengembalian biaya.
 
Salam,
awang
 
-Original Message-
From: R.P.Koesoemadinata [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Friday, November 14, 2008 4:16 C++
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] [iagi-net-l] Mari Kita Terus Belajar 
Bahasa Indonesia
 
Kalau 'reimbursement' diternjemahkan jadi apa? Saya kira ada perbedaan
pengertian antara 'reimbursement' dengan 'cost recovery'
RPK
- Original Message -
From: "Awang Satyana" <[EMAIL PROTECTED]>
To: ; "Forum HAGI" <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Friday, November 14, 2008 8:04 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] [iagi-net-l] Mari Kita Terus
Belajar Bahasa Indonesia
 
 
Pak Koesoema,
 
"recovery" sebagai "pemulihan" lebih sesuai dalam bidang kesehatan, bila
diterjemahkan sebagai "pemulihan biaya" terkesan harafiah. Kalau mengenai
keuangan, tentu kita akan melihat lingkungan katanya (konteks), maka
"pengembalian biaya" atau "penggantian biaya" saya pikir lebih mengena sebab
penggantian dan pengembalian berada dalam konteks keuangan. Penerjemahan
"cost recovery" sebagai "penggantian/pengembalian biaya" telah umum
digunakan.
 
salam,
awang