Re: [iagi-net-l] Re: [Geologi UGM] Cost Recovery = Investasi ?

2011-09-26 Terurut Topik kartiko samodro
maksud saya sudah berproduksi lebih dari 10 tahun

2011/9/27 kartiko samodro 

> Mas Vicky dan Pak Kusuma
>
> Saya kira paradigm untuk peningkatan produksi dan mengurangi cost recovery
> harus dipilah secara hati hati.
>
> Melihat kondisi lapangan produksi di Indonesia yang sebagian besar sudah
> berproduksi lebih dari 10, tentunya sudah melewati masa peak produksi dan
> mulai memasuki masa penurunan . Usaha usaha yang banyak dilakukan saat ini
> bukan lagi untuk meningkatkan produksi tapi lebih untuk menahan laju
> penurunan atau paling tidak membuat produksi stabil.
> Dan wajar bahwa biaya untuk menahan penurunan tentunya lebih mahal daripada
> pada masa awal produksi
>
> Sebagai contoh sederhana saja adalah pada saat kita hendak membor sumur
> dimana  sudah ada depleted reservoir.   Pada saat belum ada
> depleted reservoir kita cukup dengan 1 phase drilling, tapi dengan adanya
> depleted reservoir kita terpaksa merubah strategi dengan 2 phase drilling
> untuk menutup depleted reservoir dulu agar tidak terjadi loss , sebelum kita
> melanjutkan drilling formasi dengan mudweight yang lebih tinggi.
> Dengan contoh ini saja tentunya menunjukkan bahwa biaya untuk memproduksi
> jadi bertambah.
>
> Dan memang ada lapangan tua yang sudah kakek kakek bisa dibangkitkan jadi
> ABG dengan mengintensifkan G&G studies dan mengebor sumur baru, tapi saya
> kira jumlahnya hanya sedikit dan secara 2G&R cukup kompleks.
>
> Untuk itu saya setuju dengan pendapat bahwa memang peningkatan produksi
> hanya bisa dilakukan dengan mengintensifkan explorasi baik intensive dan
> extensive (menemukan stakes baru yang belum pernah diproduksi) atau new
> venture ( menemukan lapangan baru).
>
> Salam
>
> PS : sekalian mengobati kangennya Mas Iwan membaca tulisan saya yang  tanpa
> tanda tanya
>  2011/9/26 
>
>> **Paling gampang sih hilangkan saja cost recovery itu, tapi split
>> dinaikkan sesuai dg kesepakatan pemerintah dan PSC, akan banyak membebaskan
>> geologist dari pekerjaan administrasi, dan ikut berexplorasi. Juga akan
>> memangkas birokrasi. Semua untung lah. RPK
>>
>> Powered by Telkomsel BlackBerry®
>> ----------------------
>>  *From: *Rovicky Dwi Putrohari 
>> *Date: *Mon, 26 Sep 2011 09:50:50 +0700
>>  *To: *
>> *ReplyTo: *
>> *Subject: *Re: [iagi-net-l] Re: [Geologi UGM] Cost Recovery = Investasi ?
>>
>> 2011/9/26 kartiko samodro 
>>
>>> Mas Vicky
>>>  Apa lalu sebaiknya cost recovery hanya akan diberlakukan berdasarkan
>>> persentase kenaikan jumlah produksi ?
>>> Sementara semua usaha / biaya yang dikeluarkan tanpa kenaikan jumlah
>>> produksi dianggap sebagai resiko dari kontraktor migas ?
>>>
>>
>> Kalau di Malesa, CR diperhitungkan terhadap cost dikenal dengan ROC
>> (Recovery over Cost). JAdi jumlah yang boleh di cost recovery akan
>> ditentukan pada biaya. Malah mungkin lebih tepat kalau dibuat Split over
>> cost, artinya split akan lebih bagus untuk operator apabila costnya rendah.
>> Dalam hal ini maka operator akan sangat berkepentingan dalam mengoptimasi
>> biaya supaya perolehan keuntungannya optimum.
>> Tetapi tentunya arrangement2 baru seperti ini untuk PSC yang akan datang,
>> sedangkan PSC yang sudah berjalan tetap terikat pada kontrak yg sedang
>> berjalan.
>>
>> Ketika anda introduce "kenaikan" produksi, tentunya harus ada persetujuan
>> base-line. Ini mengundang diskusi sangat lama.
>>
>> btw, aku masih bertanya-tanyi ttg Hatta Radjasa yang punya paradigma rada
>> nyentrik spt disini : Hatta: Kemacetan Simbol Kemajuan Perekonomian
>>
>> http://economy.okezone.com/read/2011/08/07/20/489079/hatta-kemacetan-simbol-kemajuan-perekonomian
>>
>>
>> RDP
>>
>
>


Re: [iagi-net-l] Re: [Geologi UGM] Cost Recovery = Investasi ?

2011-09-26 Terurut Topik kartiko samodro
Mas Vicky dan Pak Kusuma

Saya kira paradigm untuk peningkatan produksi dan mengurangi cost recovery
harus dipilah secara hati hati.

Melihat kondisi lapangan produksi di Indonesia yang sebagian besar sudah
berproduksi lebih dari 10, tentunya sudah melewati masa peak produksi dan
mulai memasuki masa penurunan . Usaha usaha yang banyak dilakukan saat ini
bukan lagi untuk meningkatkan produksi tapi lebih untuk menahan laju
penurunan atau paling tidak membuat produksi stabil.
Dan wajar bahwa biaya untuk menahan penurunan tentunya lebih mahal daripada
pada masa awal produksi

Sebagai contoh sederhana saja adalah pada saat kita hendak membor sumur
dimana  sudah ada depleted reservoir.   Pada saat belum ada
depleted reservoir kita cukup dengan 1 phase drilling, tapi dengan adanya
depleted reservoir kita terpaksa merubah strategi dengan 2 phase drilling
untuk menutup depleted reservoir dulu agar tidak terjadi loss , sebelum kita
melanjutkan drilling formasi dengan mudweight yang lebih tinggi.
Dengan contoh ini saja tentunya menunjukkan bahwa biaya untuk memproduksi
jadi bertambah.

Dan memang ada lapangan tua yang sudah kakek kakek bisa dibangkitkan jadi
ABG dengan mengintensifkan G&G studies dan mengebor sumur baru, tapi saya
kira jumlahnya hanya sedikit dan secara 2G&R cukup kompleks.

Untuk itu saya setuju dengan pendapat bahwa memang peningkatan produksi
hanya bisa dilakukan dengan mengintensifkan explorasi baik intensive dan
extensive (menemukan stakes baru yang belum pernah diproduksi) atau new
venture ( menemukan lapangan baru).

Salam

PS : sekalian mengobati kangennya Mas Iwan membaca tulisan saya yang  tanpa
tanda tanya
2011/9/26 

> **Paling gampang sih hilangkan saja cost recovery itu, tapi split
> dinaikkan sesuai dg kesepakatan pemerintah dan PSC, akan banyak membebaskan
> geologist dari pekerjaan administrasi, dan ikut berexplorasi. Juga akan
> memangkas birokrasi. Semua untung lah. RPK
>
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
> --
>  *From: *Rovicky Dwi Putrohari 
> *Date: *Mon, 26 Sep 2011 09:50:50 +0700
>  *To: *
> *ReplyTo: *
> *Subject: *Re: [iagi-net-l] Re: [Geologi UGM] Cost Recovery = Investasi ?
>
> 2011/9/26 kartiko samodro 
>
>> Mas Vicky
>>  Apa lalu sebaiknya cost recovery hanya akan diberlakukan berdasarkan
>> persentase kenaikan jumlah produksi ?
>> Sementara semua usaha / biaya yang dikeluarkan tanpa kenaikan jumlah
>> produksi dianggap sebagai resiko dari kontraktor migas ?
>>
>
> Kalau di Malesa, CR diperhitungkan terhadap cost dikenal dengan ROC
> (Recovery over Cost). JAdi jumlah yang boleh di cost recovery akan
> ditentukan pada biaya. Malah mungkin lebih tepat kalau dibuat Split over
> cost, artinya split akan lebih bagus untuk operator apabila costnya rendah.
> Dalam hal ini maka operator akan sangat berkepentingan dalam mengoptimasi
> biaya supaya perolehan keuntungannya optimum.
> Tetapi tentunya arrangement2 baru seperti ini untuk PSC yang akan datang,
> sedangkan PSC yang sudah berjalan tetap terikat pada kontrak yg sedang
> berjalan.
>
> Ketika anda introduce "kenaikan" produksi, tentunya harus ada persetujuan
> base-line. Ini mengundang diskusi sangat lama.
>
> btw, aku masih bertanya-tanyi ttg Hatta Radjasa yang punya paradigma rada
> nyentrik spt disini : Hatta: Kemacetan Simbol Kemajuan Perekonomian
>
> http://economy.okezone.com/read/2011/08/07/20/489079/hatta-kemacetan-simbol-kemajuan-perekonomian
>
>
> RDP
>


Re: [iagi-net-l] Re: [Geologi UGM] Cost Recovery = Investasi ?

2011-09-26 Terurut Topik rakhmadi avianto
Enak ini bahasan pak DR K enteng dan tepat, tabik pak Koesoema as always,
memang CR ini di jadikan target untuk memperkecil Gov Take, kenapa ngga di
tentuin aja Gov Take sekian say 70% dari gross production, kontractor
tinggal itung sendiri dari 30% itu berapa yg akan dimasukkan ke kaya CRnya
dengan demikian akan me reduce kegiatan administrasi dg significant.

Perlu penguatan payung hukum, dimana yg boleh dan mana yg tidak boleh.
Katakan ada new Exploration Block, maka bisa di patok oke lo bisa
ngangkangin di sono 10th untuk exsplorasi dan 20th untuk produksi, lewat
masa itu ya harus pergi, untuk explorasi komitmen juga harus jelas dan di
kasi rambu2 kalau ga terpenuhi ya kluar gitu aja.

Kalau Royalty as such yg di momokin dan di hujjat sebagai yg tidak pro UU,
ya di bikin payung hukum yg arahnya ownership adalah GOI, jaman 45 yg pinter
seingat saya dari buku sejarah cuman ada 3 orang yaitu Bung Karno, Bung
Hatta dan Syahrir, lha sekarang yg kaya gitu khan se abreg2 masa kaga bisa
meng amandemen UU yg ada. Orang jaman nenek gue aja di Mulo (sekalah jaman
penjajahan) itu paling tinggi dapat ijazah SD kecuali keturunan bangsawan,
bisa di bayangkan bagai mana illeterasi di jaman sebelum 45. UGM sekolah gue
yg Geologi aja berdiri 59 kalau ga salah ITB lebih dulu jadi jelas, nah
jelas pre 45 to 50an knowledge kita di Royalti, PSC kontrak karya mestinya
terbatas toh, lha jaman segitu kita ngga ngerti apa itu back-arch apa lagi
ngomongin static dan dynamic model kaya sekarang ya jelas ga gableg,

Dalam menulis ini aku tidak bermaksud MURTAD dari NKRI lho tapi bagai mana
mengelola Negara ini lebih baik dan bagai mana agar Negara ini betul2 bisa
menggunakan MODAL ASING itu untuk membangun bangsa bukan sebaliknya, dan ini
saatnya pakar perminyakan untuk membantu memformulate hal ini.

Avi Alumus UGM sangat cinta Indonesia
NPA 0666


2011/9/26 

> Bedanya dg royalty adalah pemegang konsesi menguasainya seperti seorang
> raja dan membayar upeti (royalty) pada raja atasannya, biasanya kecil.
> Pemegang PSC tetap adalah kontraktor, dia dibayar oleh negara atas hasil
> jasanya dg sebahagian minyak yg diproduksikannya. Jadi ada perbedaan
> prinsip, siapa dibayar oleh siapa. Negara tetap menguasai konsesi itu. Ini
> yg disebut production sharing. Yang ada sekarang itu profit sharing, di mana
> pemerintah mengawasi supaya profitnya itu tetap besar tdk digerogoti oleh
> cost. Sama bedanya dg sawah yg diparoh dengan menyewakan tanah pada petani.
> RPK
>
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
> --
> *From: * RM Iman Argakoesoemah 
> *Date: *Mon, 26 Sep 2011 05:59:03 +
> *To: *iagi-net@iagi.or.id
> *ReplyTo: * 
> *Subject: *RE: [iagi-net-l] Re: [Geologi UGM] Cost Recovery = Investasi ?
>
>  Kalau begitu apa bedanya dengan sistim “royalty”?
>
>
>
> Thanks. Iman
>
>
>
> *From:* koeso...@melsa.net.id [mailto:koeso...@melsa.net.id]
> *Sent:* Monday, September 26, 2011 12:53 PM
> *To:* iagi-net@iagi.or.id
> *Subject:* Re: [iagi-net-l] Re: [Geologi UGM] Cost Recovery = Investasi ?
>
>
>
> Benar sekali yg jadi masalah adalah fungsi pengawasan, makin jelimet
> aturannya makin birokratis juga pengawasannya, makin harus banyak juga
> pengawasnya, belum pengawas itu harus diawasi. Dengan menghilangkan CR
> diganti dg split yg memadai maka pengawasan makin sedikit, birokrasi makin
> sedikit, bahkan hilang, cukup dg mengawasi kran produksi saja. Dan ini akan
> mempercepat aktivitas explorasi. Seperti tukang parkir saja di Bandung kalau
> berdasarkan karcis parkir saja akan banyak uang parkir masuk kantong tukang
> parkir, jadi harus diawasi lagi. Makanya biasanya diborongkan saja, 1
> kaveling tukang parkir berani stor berapa (istilahnya target), karcis parkir
> hanya formalitas saja.
>
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
>  --------------
>
> *From: *"Sugeng Hartono" 
>
> *Date: *Mon, 26 Sep 2011 10:56:21 +0700
>
> *To: *
>
> *ReplyTo: *
>
> *Subject: *Re: [iagi-net-l] Re: [Geologi UGM] Cost Recovery = Investasi ?
>
>
>
> Pak Koesoema Yth,
>
>
>
> Bagi saya (dan bbrp teman) yg banyak di lapangan, melihat PSC dan CR itu
> agak rumit dan jelimet, walaupun sebenarnya PSC itu spiritnya sangat bagus,
> buktinya diadopsi bbrp negara tetangga.
>
> Mungkin "fungsi pengawasan" yang perlu ditingkatkan. Kami mempunyai kesan
> bahwa bbrp investor (oil co.) seolah-olah kurang "berhemat" (efisien) karena
> merasa bahwa pengeluarannya akan masuk CR.
>
> Menurut seorang teman (Petroleum eng.) bahwa negara tetangga yg mengadopsi
> PSC kita perlu menerapkan "revenue over cost", artinya bahwa mereka para
> investor diberi "formula" , yaitu tadi revenue/cost. Ini ada hubungannya
> dengan "split" keuntungan; kalau angka revenue

Re: [iagi-net-l] Re: [Geologi UGM] Cost Recovery = Investasi ?

2011-09-25 Terurut Topik koesoema
Bedanya dg royalty adalah pemegang konsesi menguasainya seperti seorang raja 
dan membayar upeti (royalty) pada raja atasannya, biasanya kecil. Pemegang PSC 
tetap adalah kontraktor, dia dibayar oleh negara atas hasil jasanya dg 
sebahagian minyak yg diproduksikannya. Jadi ada perbedaan prinsip, siapa 
dibayar oleh siapa. Negara tetap menguasai konsesi itu. Ini yg disebut 
production sharing. Yang ada sekarang itu profit sharing, di mana pemerintah 
mengawasi supaya profitnya itu tetap besar tdk digerogoti oleh cost. Sama 
bedanya dg sawah yg diparoh dengan menyewakan tanah pada petani. RPK
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: RM Iman Argakoesoemah 
Date: Mon, 26 Sep 2011 05:59:03 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: 
Subject: RE: [iagi-net-l] Re: [Geologi UGM] Cost Recovery = Investasi ?

Kalau begitu apa bedanya dengan sistim “royalty”?

Thanks. Iman

From: koeso...@melsa.net.id [mailto:koeso...@melsa.net.id]
Sent: Monday, September 26, 2011 12:53 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: [Geologi UGM] Cost Recovery = Investasi ?

Benar sekali yg jadi masalah adalah fungsi pengawasan, makin jelimet aturannya 
makin birokratis juga pengawasannya, makin harus banyak juga pengawasnya, belum 
pengawas itu harus diawasi. Dengan menghilangkan CR diganti dg split yg memadai 
maka pengawasan makin sedikit, birokrasi makin sedikit, bahkan hilang, cukup dg 
mengawasi kran produksi saja. Dan ini akan mempercepat aktivitas explorasi. 
Seperti tukang parkir saja di Bandung kalau berdasarkan karcis parkir saja akan 
banyak uang parkir masuk kantong tukang parkir, jadi harus diawasi lagi. 
Makanya biasanya diborongkan saja, 1 kaveling tukang parkir berani stor berapa 
(istilahnya target), karcis parkir hanya formalitas saja.

Powered by Telkomsel BlackBerry®


From: "Sugeng Hartono" 
Date: Mon, 26 Sep 2011 10:56:21 +0700
To: 
ReplyTo: 
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: [Geologi UGM] Cost Recovery = Investasi ?

Pak Koesoema Yth,

Bagi saya (dan bbrp teman) yg banyak di lapangan, melihat PSC dan CR itu agak 
rumit dan jelimet, walaupun sebenarnya PSC itu spiritnya sangat bagus, buktinya 
diadopsi bbrp negara tetangga.
Mungkin "fungsi pengawasan" yang perlu ditingkatkan. Kami mempunyai kesan bahwa 
bbrp investor (oil co.) seolah-olah kurang "berhemat" (efisien) karena merasa 
bahwa pengeluarannya akan masuk CR.
Menurut seorang teman (Petroleum eng.) bahwa negara tetangga yg mengadopsi PSC 
kita perlu menerapkan "revenue over cost", artinya bahwa mereka para investor 
diberi "formula" , yaitu tadi revenue/cost. Ini ada hubungannya dengan "split" 
keuntungan; kalau angka revenue/costnya bagus, mungkin splitnya tidak 85%-15% 
tetapi bisa 80%-20%, tetapi kalau angkanya jeblok, bisa-2 hanya 90%-10%. Dengan 
demikian para investor akan melakukan self-efficiency atau penghematan.

Seorang teman yang lain, yang pernah mendapat penugasan "seberang lautan" 
(overseas assignment) ke negara tetangga (yg mengadopsi PSC kita) punya 
pengalaman lain. Walaupun perusahaan tempat dia bekerja masih dalam tarap 
eksplorasi (artinya belum ada CR) tetapi "BPMIGAS"-nya negara tersebut secara 
rutin akan melakukan audit yg ketat. Saya katakan ketat karena hanya biaya dua 
ratus USD untuk proses data seismik saja mereka tanyakan dengan detail. 
Misalnya kegunaannya untuk apa, barangnya di mana dll. dan bahkan ketika ada 
biaya untuk ikut IPA di Jakarta, ini pun juga sempat dipersoalkan karena mereka 
merasa tidak perlu untuk membiayai konvensi, namun ketika dijelaskan bahwa 
teman ini ikut kursus (penting) di Jkt yang waktunya beriringan dengan konvensi 
IPA, alasan ini bisa diterima.
Setelah mereka selesai mengaudit, maka giliran berikutnya audit oleh 
Pricewaterhouse (mungkin sbg second opinion?).
Katanya, mereka perlu audit sekarang, sebab kelak kalau perusahaan sudah 
berhasil, ada pengembangan dan POD, mereka sudah tidak perlu mengaudit lagi. 
Wah, ini ide yang bagus!

Selama ini saya sering mendengar kabar keberhasilan teman-2 di perusahaan lain 
bahwa mereka berhasil discovery, sementara itu saya bekerja di perusahaan yang 
cukup sukses, karena dalam waktu kurang dari 2-3 tahun berhasil menemukan +/- 
10 "new oil fields". Artinya bahwa para geosaintis kita sangat profesional dan 
mumpuni, namun kelihatannya kok kontribusi ke perekonomian nasional kurang 
begitu nampak ya?. Mungkin para akhli kita baik yang duduk di lembaga-2 
pemerintah maupun di perguruan tinggi perlu membicarakannya.

Sekian dulu, salah hormat.
Sugeng

- Original Message -
From: koeso...@melsa.net.id<mailto:koeso...@melsa.net.id>
To: iagi-net@iagi.or.id<mailto:iagi-net@iagi.or.id>
Sent: Monday, September 26, 2011 9:57 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: [Geologi UGM] Cost Recovery = Investasi ?

Paling gampang sih hilangkan saja cost recovery itu, tapi split dinaikkan 
sesuai dg kesepakatan pem

RE: [iagi-net-l] Re: [Geologi UGM] Cost Recovery = Investasi ?

2011-09-25 Terurut Topik RM Iman Argakoesoemah
Kalau begitu apa bedanya dengan sistim “royalty”?

Thanks. Iman

From: koeso...@melsa.net.id [mailto:koeso...@melsa.net.id]
Sent: Monday, September 26, 2011 12:53 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: [Geologi UGM] Cost Recovery = Investasi ?

Benar sekali yg jadi masalah adalah fungsi pengawasan, makin jelimet aturannya 
makin birokratis juga pengawasannya, makin harus banyak juga pengawasnya, belum 
pengawas itu harus diawasi. Dengan menghilangkan CR diganti dg split yg memadai 
maka pengawasan makin sedikit, birokrasi makin sedikit, bahkan hilang, cukup dg 
mengawasi kran produksi saja. Dan ini akan mempercepat aktivitas explorasi. 
Seperti tukang parkir saja di Bandung kalau berdasarkan karcis parkir saja akan 
banyak uang parkir masuk kantong tukang parkir, jadi harus diawasi lagi. 
Makanya biasanya diborongkan saja, 1 kaveling tukang parkir berani stor berapa 
(istilahnya target), karcis parkir hanya formalitas saja.

Powered by Telkomsel BlackBerry®


From: "Sugeng Hartono" 
Date: Mon, 26 Sep 2011 10:56:21 +0700
To: 
ReplyTo: 
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: [Geologi UGM] Cost Recovery = Investasi ?

Pak Koesoema Yth,

Bagi saya (dan bbrp teman) yg banyak di lapangan, melihat PSC dan CR itu agak 
rumit dan jelimet, walaupun sebenarnya PSC itu spiritnya sangat bagus, buktinya 
diadopsi bbrp negara tetangga.
Mungkin "fungsi pengawasan" yang perlu ditingkatkan. Kami mempunyai kesan bahwa 
bbrp investor (oil co.) seolah-olah kurang "berhemat" (efisien) karena merasa 
bahwa pengeluarannya akan masuk CR.
Menurut seorang teman (Petroleum eng.) bahwa negara tetangga yg mengadopsi PSC 
kita perlu menerapkan "revenue over cost", artinya bahwa mereka para investor 
diberi "formula" , yaitu tadi revenue/cost. Ini ada hubungannya dengan "split" 
keuntungan; kalau angka revenue/costnya bagus, mungkin splitnya tidak 85%-15% 
tetapi bisa 80%-20%, tetapi kalau angkanya jeblok, bisa-2 hanya 90%-10%. Dengan 
demikian para investor akan melakukan self-efficiency atau penghematan.

Seorang teman yang lain, yang pernah mendapat penugasan "seberang lautan" 
(overseas assignment) ke negara tetangga (yg mengadopsi PSC kita) punya 
pengalaman lain. Walaupun perusahaan tempat dia bekerja masih dalam tarap 
eksplorasi (artinya belum ada CR) tetapi "BPMIGAS"-nya negara tersebut secara 
rutin akan melakukan audit yg ketat. Saya katakan ketat karena hanya biaya dua 
ratus USD untuk proses data seismik saja mereka tanyakan dengan detail. 
Misalnya kegunaannya untuk apa, barangnya di mana dll. dan bahkan ketika ada 
biaya untuk ikut IPA di Jakarta, ini pun juga sempat dipersoalkan karena mereka 
merasa tidak perlu untuk membiayai konvensi, namun ketika dijelaskan bahwa 
teman ini ikut kursus (penting) di Jkt yang waktunya beriringan dengan konvensi 
IPA, alasan ini bisa diterima.
Setelah mereka selesai mengaudit, maka giliran berikutnya audit oleh 
Pricewaterhouse (mungkin sbg second opinion?).
Katanya, mereka perlu audit sekarang, sebab kelak kalau perusahaan sudah 
berhasil, ada pengembangan dan POD, mereka sudah tidak perlu mengaudit lagi. 
Wah, ini ide yang bagus!

Selama ini saya sering mendengar kabar keberhasilan teman-2 di perusahaan lain 
bahwa mereka berhasil discovery, sementara itu saya bekerja di perusahaan yang 
cukup sukses, karena dalam waktu kurang dari 2-3 tahun berhasil menemukan +/- 
10 "new oil fields". Artinya bahwa para geosaintis kita sangat profesional dan 
mumpuni, namun kelihatannya kok kontribusi ke perekonomian nasional kurang 
begitu nampak ya?. Mungkin para akhli kita baik yang duduk di lembaga-2 
pemerintah maupun di perguruan tinggi perlu membicarakannya.

Sekian dulu, salah hormat.
Sugeng

- Original Message -
From: koeso...@melsa.net.id<mailto:koeso...@melsa.net.id>
To: iagi-net@iagi.or.id<mailto:iagi-net@iagi.or.id>
Sent: Monday, September 26, 2011 9:57 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: [Geologi UGM] Cost Recovery = Investasi ?

Paling gampang sih hilangkan saja cost recovery itu, tapi split dinaikkan 
sesuai dg kesepakatan pemerintah dan PSC, akan banyak membebaskan geologist 
dari pekerjaan administrasi, dan ikut berexplorasi. Juga akan memangkas 
birokrasi. Semua untung lah. RPK

Powered by Telkomsel BlackBerry®


From: Rovicky Dwi Putrohari mailto:rovi...@gmail.com>>
Date: Mon, 26 Sep 2011 09:50:50 +0700
To: 
ReplyTo: 
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: [Geologi UGM] Cost Recovery = Investasi ?

2011/9/26 kartiko samodro 
mailto:kartiko.samo...@gmail.com>>
Mas Vicky
Apa lalu sebaiknya cost recovery hanya akan diberlakukan berdasarkan persentase 
kenaikan jumlah produksi ?
Sementara semua usaha / biaya yang dikeluarkan tanpa kenaikan jumlah produksi 
dianggap sebagai resiko dari kontraktor migas ?

Kalau di Malesa, CR diperhitungkan terhadap cost dikenal dengan ROC (Recovery 
over Cost). JAdi juml

Re: [iagi-net-l] Re: [Geologi UGM] Cost Recovery = Investasi ?

2011-09-25 Terurut Topik koesoema
Benar sekali yg jadi masalah adalah fungsi pengawasan, makin jelimet aturannya 
makin birokratis juga pengawasannya, makin harus banyak juga pengawasnya, belum 
pengawas itu harus diawasi. Dengan menghilangkan CR diganti dg split yg memadai 
maka pengawasan makin sedikit, birokrasi makin sedikit, bahkan hilang, cukup dg 
mengawasi kran produksi saja. Dan ini akan mempercepat aktivitas explorasi. 
Seperti tukang parkir saja di Bandung kalau berdasarkan karcis parkir saja akan 
banyak uang parkir masuk kantong tukang parkir, jadi harus diawasi lagi. 
Makanya biasanya diborongkan saja, 1 kaveling tukang parkir berani stor berapa 
(istilahnya target), karcis parkir hanya formalitas saja.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: "Sugeng Hartono" 
Date: Mon, 26 Sep 2011 10:56:21 
To: 
Reply-To: 
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: [Geologi UGM] Cost Recovery = Investasi ?

Pak Koesoema Yth,

Bagi saya (dan bbrp teman) yg banyak di lapangan, melihat PSC dan CR itu agak 
rumit dan jelimet, walaupun sebenarnya PSC itu spiritnya sangat bagus, buktinya 
diadopsi bbrp negara tetangga. 
Mungkin "fungsi pengawasan" yang perlu ditingkatkan. Kami mempunyai kesan bahwa 
bbrp investor (oil co.) seolah-olah kurang "berhemat" (efisien) karena merasa 
bahwa pengeluarannya akan masuk CR.
Menurut seorang teman (Petroleum eng.) bahwa negara tetangga yg mengadopsi PSC 
kita perlu menerapkan "revenue over cost", artinya bahwa mereka para investor 
diberi "formula" , yaitu tadi revenue/cost. Ini ada hubungannya dengan "split" 
keuntungan; kalau angka revenue/costnya bagus, mungkin splitnya tidak 85%-15% 
tetapi bisa 80%-20%, tetapi kalau angkanya jeblok, bisa-2 hanya 90%-10%. Dengan 
demikian para investor akan melakukan self-efficiency atau penghematan.

Seorang teman yang lain, yang pernah mendapat penugasan "seberang lautan" 
(overseas assignment) ke negara tetangga (yg mengadopsi PSC kita) punya 
pengalaman lain. Walaupun perusahaan tempat dia bekerja masih dalam tarap 
eksplorasi (artinya belum ada CR) tetapi "BPMIGAS"-nya negara tersebut secara 
rutin akan melakukan audit yg ketat. Saya katakan ketat karena hanya biaya dua 
ratus USD untuk proses data seismik saja mereka tanyakan dengan detail. 
Misalnya kegunaannya untuk apa, barangnya di mana dll. dan bahkan ketika ada 
biaya untuk ikut IPA di Jakarta, ini pun juga sempat dipersoalkan karena mereka 
merasa tidak perlu untuk membiayai konvensi, namun ketika dijelaskan bahwa 
teman ini ikut kursus (penting) di Jkt yang waktunya beriringan dengan konvensi 
IPA, alasan ini bisa diterima.
Setelah mereka selesai mengaudit, maka giliran berikutnya audit oleh 
Pricewaterhouse (mungkin sbg second opinion?).
Katanya, mereka perlu audit sekarang, sebab kelak kalau perusahaan sudah 
berhasil, ada pengembangan dan POD, mereka sudah tidak perlu mengaudit lagi. 
Wah, ini ide yang bagus!

Selama ini saya sering mendengar kabar keberhasilan teman-2 di perusahaan lain 
bahwa mereka berhasil discovery, sementara itu saya bekerja di perusahaan yang 
cukup sukses, karena dalam waktu kurang dari 2-3 tahun berhasil menemukan +/- 
10 "new oil fields". Artinya bahwa para geosaintis kita sangat profesional dan 
mumpuni, namun kelihatannya kok kontribusi ke perekonomian nasional kurang 
begitu nampak ya?. Mungkin para akhli kita baik yang duduk di lembaga-2 
pemerintah maupun di perguruan tinggi perlu membicarakannya.

Sekian dulu, salah hormat.
Sugeng
 
  - Original Message - 
  From: koeso...@melsa.net.id 
  To: iagi-net@iagi.or.id 
  Sent: Monday, September 26, 2011 9:57 AM
  Subject: Re: [iagi-net-l] Re: [Geologi UGM] Cost Recovery = Investasi ?


  Paling gampang sih hilangkan saja cost recovery itu, tapi split dinaikkan 
sesuai dg kesepakatan pemerintah dan PSC, akan banyak membebaskan geologist 
dari pekerjaan administrasi, dan ikut berexplorasi. Juga akan memangkas 
birokrasi. Semua untung lah. RPK
  Powered by Telkomsel BlackBerry®


--

  From: Rovicky Dwi Putrohari  
  Date: Mon, 26 Sep 2011 09:50:50 +0700
  To: 
  ReplyTo:  
  Subject: Re: [iagi-net-l] Re: [Geologi UGM] Cost Recovery = Investasi ?


  2011/9/26 kartiko samodro 

Mas Vicky
Apa lalu sebaiknya cost recovery hanya akan diberlakukan berdasarkan 
persentase kenaikan jumlah produksi ?
Sementara semua usaha / biaya yang dikeluarkan tanpa kenaikan jumlah 
produksi dianggap sebagai resiko dari kontraktor migas ? 

  Kalau di Malesa, CR diperhitungkan terhadap cost dikenal dengan ROC (Recovery 
over Cost). JAdi jumlah yang boleh di cost recovery akan ditentukan pada biaya. 
Malah mungkin lebih tepat kalau dibuat Split over cost, artinya split akan 
lebih bagus untuk operator apabila costnya rendah. Dalam hal ini maka operator 
akan sangat berkepentingan dalam mengoptimasi biaya supaya perolehan 
keuntungannya optimum. 
  Tetapi te

Re: [iagi-net-l] Re: [Geologi UGM] Cost Recovery = Investasi ?

2011-09-25 Terurut Topik Sugeng Hartono
Pak Koesoema Yth,

Bagi saya (dan bbrp teman) yg banyak di lapangan, melihat PSC dan CR itu agak 
rumit dan jelimet, walaupun sebenarnya PSC itu spiritnya sangat bagus, buktinya 
diadopsi bbrp negara tetangga. 
Mungkin "fungsi pengawasan" yang perlu ditingkatkan. Kami mempunyai kesan bahwa 
bbrp investor (oil co.) seolah-olah kurang "berhemat" (efisien) karena merasa 
bahwa pengeluarannya akan masuk CR.
Menurut seorang teman (Petroleum eng.) bahwa negara tetangga yg mengadopsi PSC 
kita perlu menerapkan "revenue over cost", artinya bahwa mereka para investor 
diberi "formula" , yaitu tadi revenue/cost. Ini ada hubungannya dengan "split" 
keuntungan; kalau angka revenue/costnya bagus, mungkin splitnya tidak 85%-15% 
tetapi bisa 80%-20%, tetapi kalau angkanya jeblok, bisa-2 hanya 90%-10%. Dengan 
demikian para investor akan melakukan self-efficiency atau penghematan.

Seorang teman yang lain, yang pernah mendapat penugasan "seberang lautan" 
(overseas assignment) ke negara tetangga (yg mengadopsi PSC kita) punya 
pengalaman lain. Walaupun perusahaan tempat dia bekerja masih dalam tarap 
eksplorasi (artinya belum ada CR) tetapi "BPMIGAS"-nya negara tersebut secara 
rutin akan melakukan audit yg ketat. Saya katakan ketat karena hanya biaya dua 
ratus USD untuk proses data seismik saja mereka tanyakan dengan detail. 
Misalnya kegunaannya untuk apa, barangnya di mana dll. dan bahkan ketika ada 
biaya untuk ikut IPA di Jakarta, ini pun juga sempat dipersoalkan karena mereka 
merasa tidak perlu untuk membiayai konvensi, namun ketika dijelaskan bahwa 
teman ini ikut kursus (penting) di Jkt yang waktunya beriringan dengan konvensi 
IPA, alasan ini bisa diterima.
Setelah mereka selesai mengaudit, maka giliran berikutnya audit oleh 
Pricewaterhouse (mungkin sbg second opinion?).
Katanya, mereka perlu audit sekarang, sebab kelak kalau perusahaan sudah 
berhasil, ada pengembangan dan POD, mereka sudah tidak perlu mengaudit lagi. 
Wah, ini ide yang bagus!

Selama ini saya sering mendengar kabar keberhasilan teman-2 di perusahaan lain 
bahwa mereka berhasil discovery, sementara itu saya bekerja di perusahaan yang 
cukup sukses, karena dalam waktu kurang dari 2-3 tahun berhasil menemukan +/- 
10 "new oil fields". Artinya bahwa para geosaintis kita sangat profesional dan 
mumpuni, namun kelihatannya kok kontribusi ke perekonomian nasional kurang 
begitu nampak ya?. Mungkin para akhli kita baik yang duduk di lembaga-2 
pemerintah maupun di perguruan tinggi perlu membicarakannya.

Sekian dulu, salah hormat.
Sugeng
 
  - Original Message - 
  From: koeso...@melsa.net.id 
  To: iagi-net@iagi.or.id 
  Sent: Monday, September 26, 2011 9:57 AM
  Subject: Re: [iagi-net-l] Re: [Geologi UGM] Cost Recovery = Investasi ?


  Paling gampang sih hilangkan saja cost recovery itu, tapi split dinaikkan 
sesuai dg kesepakatan pemerintah dan PSC, akan banyak membebaskan geologist 
dari pekerjaan administrasi, dan ikut berexplorasi. Juga akan memangkas 
birokrasi. Semua untung lah. RPK
  Powered by Telkomsel BlackBerry®


--

  From: Rovicky Dwi Putrohari  
  Date: Mon, 26 Sep 2011 09:50:50 +0700
  To: 
  ReplyTo:  
  Subject: Re: [iagi-net-l] Re: [Geologi UGM] Cost Recovery = Investasi ?


  2011/9/26 kartiko samodro 

Mas Vicky
Apa lalu sebaiknya cost recovery hanya akan diberlakukan berdasarkan 
persentase kenaikan jumlah produksi ?
Sementara semua usaha / biaya yang dikeluarkan tanpa kenaikan jumlah 
produksi dianggap sebagai resiko dari kontraktor migas ? 

  Kalau di Malesa, CR diperhitungkan terhadap cost dikenal dengan ROC (Recovery 
over Cost). JAdi jumlah yang boleh di cost recovery akan ditentukan pada biaya. 
Malah mungkin lebih tepat kalau dibuat Split over cost, artinya split akan 
lebih bagus untuk operator apabila costnya rendah. Dalam hal ini maka operator 
akan sangat berkepentingan dalam mengoptimasi biaya supaya perolehan 
keuntungannya optimum. 
  Tetapi tentunya arrangement2 baru seperti ini untuk PSC yang akan datang, 
sedangkan PSC yang sudah berjalan tetap terikat pada kontrak yg sedang 
berjalan. 

  Ketika anda introduce "kenaikan" produksi, tentunya harus ada persetujuan 
base-line. Ini mengundang diskusi sangat lama.

  btw, aku masih bertanya-tanyi ttg Hatta Radjasa yang punya paradigma rada 
nyentrik spt disini : Hatta: Kemacetan Simbol Kemajuan Perekonomian 
  
http://economy.okezone.com/read/2011/08/07/20/489079/hatta-kemacetan-simbol-kemajuan-perekonomian


  RDP



--

  “Save a Tree” – Please consider the environment before printing this email.



“Save a Tree” – Please consider the environment before printing this email.


Re: [iagi-net-l] Re: [Geologi UGM] Cost Recovery = Investasi ?

2011-09-25 Terurut Topik Iwan B
sekali-kali pengen baca tulisan Mas Kartiko yang tidak pakai tanda tanya


2011/9/26 kartiko samodro :
> Mas Vicky
>
> Apa lalu sebaiknya cost recovery hanya akan diberlakukan berdasarkan
> persentase kenaikan jumlah produksi ?
> Sementara semua usaha / biaya yang dikeluarkan tanpa kenaikan jumlah
> produksi dianggap sebagai resiko dari kontraktor migas ?
>
>
> 2011/9/26 Rovicky Dwi Putrohari 
>>
>> 2011/9/26 
>>>
>>> Fakta tentang BPMigas:
>>> Sejak dibentuknya BPMigas dg Pak Rahmat Sudibyo (2005 ?) hingga sekarang
>>> R.Priyono, Janji BPMigas yg diucapkan kepala2nya dihadapan DPR:
>>> 1. Menaikan Produksi Migas Nasional
>>> 2. Mungarangi Cost Recovery.
>>>
>>> Semua janji tsb belum pernah berhasil... Apa yang salah dg BPMigas...
>>>
>>> Ini juga perlu kita evaluasi dan diskusi bersama, kalau mau.
>>
>> Saya melihatnya penurunan produksi ini by design sebagai konsekuensi logis
>> sebuah PSC period yang 30 tahun. Pasca UU22/.2001 (BPMIGAS) hanya kebagian
>> apes saja pada periode decline.
>> Gambar terlampir menunjukkan bahwa "plateu" produksi selama 30 tahun
>> adalah hasil optimasi exploitasi lapangan dalam satu blok PSC yang masa
>> berlakuknya juga 30 tahun.
>> Akan saya coba ulas di JC Makassar !
>>
>> RDP
>> "cu @JCM"
>>
>>
>> 
>> PP-IAGI 2008-2011:
>> ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
>> sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
>> * 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro...
>>
>> 
>> Ayo siapkan diri!
>> Hadirilah Joint Convention Makassar (JCM), HAGI-IAGI, Sulawesi, 26-29
>> September 2011
>>
>> -
>> To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
>> To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
>>
>> For topics not directly related to Geology, users are advised to post the
>> email to: o...@iagi.or.id
>>
>> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
>> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
>> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
>> No. Rek: 123 0085005314
>> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
>> Bank BCA KCP. Manara Mulia
>> No. Rekening: 255-1088580
>> A/n: Shinta Damayanti
>> IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
>> IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
>> -
>> DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information
>> posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event
>> shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to
>> direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting
>> from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the
>> use of any information posted on IAGI mailing list.
>> -
>
>


PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro...

Ayo siapkan diri!
Hadirilah Joint Convention Makassar (JCM), HAGI-IAGI, Sulawesi, 26-29
September 2011
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id

For topics not directly related to Geology, users are advised to post the email 
to: o...@iagi.or.id

Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
-



Re: [iagi-net-l] Re: [Geologi UGM] Cost Recovery = Investasi ?

2011-09-25 Terurut Topik wahyu aji
Ini mungkin simbol, kalo pikiran pejabat negara macet juga ;)
saya jadi inget omongan temen kantor yang kebetulan orang lokal sini, kalo 
masalah kontrak2 oil&gas dia bilang gini: " Lu mau kerjain kagak? Lu itung2 
dulu, kalo lu mau ya kerjain dah, kalo kagak mau, gue juga bisa kerjain 
sendiri, negara gue masih mampu "
mantaap boii !
piss
 
salam dr utara,
seno / 3958

--- On Mon, 9/26/11, Rovicky Dwi Putrohari  wrote:


From: Rovicky Dwi Putrohari 
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: [Geologi UGM] Cost Recovery = Investasi ?
To: iagi-net@iagi.or.id
Date: Monday, September 26, 2011, 9:50 AM



2011/9/26 kartiko samodro 


Mas Vicky

Apa lalu sebaiknya cost recovery hanya akan diberlakukan berdasarkan persentase 
kenaikan jumlah produksi ?
Sementara semua usaha / biaya yang dikeluarkan tanpa kenaikan jumlah produksi 
dianggap sebagai resiko dari kontraktor migas ? 
Kalau di Malesa, CR diperhitungkan terhadap cost dikenal dengan ROC (Recovery 
over Cost). JAdi jumlah yang boleh di cost recovery akan ditentukan pada biaya. 
Malah mungkin lebih tepat kalau dibuat Split over cost, artinya split akan 
lebih bagus untuk operator apabila costnya rendah. Dalam hal ini maka operator 
akan sangat berkepentingan dalam mengoptimasi biaya supaya perolehan 
keuntungannya optimum. 
Tetapi tentunya arrangement2 baru seperti ini untuk PSC yang akan datang, 
sedangkan PSC yang sudah berjalan tetap terikat pada kontrak yg sedang 
berjalan. 

Ketika anda introduce "kenaikan" produksi, tentunya harus ada persetujuan 
base-line. Ini mengundang diskusi sangat lama.

btw, aku masih bertanya-tanyi ttg Hatta Radjasa yang punya paradigma rada 
nyentrik spt disini : Hatta: Kemacetan Simbol Kemajuan Perekonomian 
http://economy.okezone.com/read/2011/08/07/20/489079/hatta-kemacetan-simbol-kemajuan-perekonomian


RDP


Re: [iagi-net-l] Re: [Geologi UGM] Cost Recovery = Investasi ?

2011-09-25 Terurut Topik Eko Prasetyo
itu karena Oom Hatta masih berparadigma makelar:

macet = banyak mobil = dealer untung = perusahan mobil untung = kickback
buat kementrian (?)

btw, aku masih bertanya-tanyi ttg Hatta Radjasa yang punya paradigma rada
> nyentrik spt disini : Hatta: Kemacetan Simbol Kemajuan Perekonomian
>
> http://economy.okezone.com/read/2011/08/07/20/489079/hatta-kemacetan-simbol-kemajuan-perekonomian
>
>
> RDP
>



-- 
Visit http://www.strivearth.com and be entertained


Re: [iagi-net-l] Re: [Geologi UGM] Cost Recovery = Investasi ?

2011-09-25 Terurut Topik koesoema
Paling gampang sih hilangkan saja cost recovery itu, tapi split dinaikkan 
sesuai dg kesepakatan pemerintah dan PSC, akan banyak membebaskan geologist 
dari pekerjaan administrasi, dan ikut berexplorasi. Juga akan memangkas 
birokrasi. Semua untung lah. RPK
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Rovicky Dwi Putrohari 
Date: Mon, 26 Sep 2011 09:50:50 
To: 
Reply-To: 
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: [Geologi UGM] Cost Recovery = Investasi ?

2011/9/26 kartiko samodro 

> Mas Vicky
>  Apa lalu sebaiknya cost recovery hanya akan diberlakukan berdasarkan
> persentase kenaikan jumlah produksi ?
> Sementara semua usaha / biaya yang dikeluarkan tanpa kenaikan jumlah
> produksi dianggap sebagai resiko dari kontraktor migas ?
>

Kalau di Malesa, CR diperhitungkan terhadap cost dikenal dengan ROC
(Recovery over Cost). JAdi jumlah yang boleh di cost recovery akan
ditentukan pada biaya. Malah mungkin lebih tepat kalau dibuat Split over
cost, artinya split akan lebih bagus untuk operator apabila costnya rendah.
Dalam hal ini maka operator akan sangat berkepentingan dalam mengoptimasi
biaya supaya perolehan keuntungannya optimum.
Tetapi tentunya arrangement2 baru seperti ini untuk PSC yang akan datang,
sedangkan PSC yang sudah berjalan tetap terikat pada kontrak yg sedang
berjalan.

Ketika anda introduce "kenaikan" produksi, tentunya harus ada persetujuan
base-line. Ini mengundang diskusi sangat lama.

btw, aku masih bertanya-tanyi ttg Hatta Radjasa yang punya paradigma rada
nyentrik spt disini : Hatta: Kemacetan Simbol Kemajuan Perekonomian
http://economy.okezone.com/read/2011/08/07/20/489079/hatta-kemacetan-simbol-kemajuan-perekonomian


RDP



Re: [iagi-net-l] Re: [Geologi UGM] Cost Recovery = Investasi ?

2011-09-25 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari
2011/9/26 kartiko samodro 

> Mas Vicky
>  Apa lalu sebaiknya cost recovery hanya akan diberlakukan berdasarkan
> persentase kenaikan jumlah produksi ?
> Sementara semua usaha / biaya yang dikeluarkan tanpa kenaikan jumlah
> produksi dianggap sebagai resiko dari kontraktor migas ?
>

Kalau di Malesa, CR diperhitungkan terhadap cost dikenal dengan ROC
(Recovery over Cost). JAdi jumlah yang boleh di cost recovery akan
ditentukan pada biaya. Malah mungkin lebih tepat kalau dibuat Split over
cost, artinya split akan lebih bagus untuk operator apabila costnya rendah.
Dalam hal ini maka operator akan sangat berkepentingan dalam mengoptimasi
biaya supaya perolehan keuntungannya optimum.
Tetapi tentunya arrangement2 baru seperti ini untuk PSC yang akan datang,
sedangkan PSC yang sudah berjalan tetap terikat pada kontrak yg sedang
berjalan.

Ketika anda introduce "kenaikan" produksi, tentunya harus ada persetujuan
base-line. Ini mengundang diskusi sangat lama.

btw, aku masih bertanya-tanyi ttg Hatta Radjasa yang punya paradigma rada
nyentrik spt disini : Hatta: Kemacetan Simbol Kemajuan Perekonomian
http://economy.okezone.com/read/2011/08/07/20/489079/hatta-kemacetan-simbol-kemajuan-perekonomian


RDP


Re: [iagi-net-l] Re: [Geologi UGM] Cost Recovery = Investasi ?

2011-09-25 Terurut Topik kartiko samodro
Mas Vicky

Apa lalu sebaiknya cost recovery hanya akan diberlakukan berdasarkan
persentase kenaikan jumlah produksi ?
Sementara semua usaha / biaya yang dikeluarkan tanpa kenaikan jumlah
produksi dianggap sebagai resiko dari kontraktor migas ?


2011/9/26 Rovicky Dwi Putrohari 

> 2011/9/26 
>
>> **Fakta tentang BPMigas:
>> Sejak dibentuknya BPMigas dg Pak Rahmat Sudibyo (2005 ?) hingga sekarang
>> R.Priyono, Janji BPMigas yg diucapkan kepala2nya dihadapan DPR:
>> 1. Menaikan Produksi Migas Nasional
>> 2. Mungarangi Cost Recovery.
>>
>> Semua janji tsb belum pernah berhasil... Apa yang salah dg BPMigas...
>>
>> Ini juga perlu kita evaluasi dan diskusi bersama, kalau mau.
>>
>
> Saya melihatnya penurunan produksi ini *by design *sebagai konsekuensi
> logis sebuah PSC period yang 30 tahun. Pasca UU22/.2001 (BPMIGAS) hanya
> kebagian apes saja pada periode decline.
> Gambar terlampir menunjukkan bahwa "plateu" produksi selama 30 tahun adalah
> hasil optimasi exploitasi lapangan dalam satu blok PSC yang masa berlakuknya
> juga 30 tahun.
> Akan saya coba ulas di JC Makassar !
>
> RDP
> "cu @JCM"
>
>
>
> 
> PP-IAGI 2008-2011:
> ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
> sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
> * 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro...
>
> 
> Ayo siapkan diri!
> Hadirilah Joint Convention Makassar (JCM), HAGI-IAGI, Sulawesi, 26-29
> September 2011
>
> -
> To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
> To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
>
> For topics not directly related to Geology, users are advised to post the
> email to: o...@iagi.or.id
>
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
> No. Rek: 123 0085005314
> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
> Bank BCA KCP. Manara Mulia
> No. Rekening: 255-1088580
> A/n: Shinta Damayanti
> IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
> IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
> -
> DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted
> on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall
> IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct
> or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss
> of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any
> information posted on IAGI mailing list.
> -
>


Re: [iagi-net-l] Re: [Geologi UGM] Cost Recovery = Investasi ?

2011-09-25 Terurut Topik andangbachtiar
Rasanya tidak sabar menunggu sampai pembicaraan RDP di JCM. Issue yg 
dilempar-kembangkan RDP "Vicky" dg menghitamkan tulisan by design untuk 
penurunan prod migas dan kenaikan cost-recovery itu menjadi sangat sensitif, 
krn musti diklarifikasi; kalau memang benar, maka kita hrs berbondong2 
menggugat siapa yg mendisain dan apa maksudnya mendisain krisis energi itu.

Terus terang sejak pertama kali th 2006 (5th yl) saya di informasikan oleh 
kelompok tertentu  ttg adanya disain tertentu oleh kelompok tertentu lainnya 
untuk terus menerus menerpurukkan produksi migas Indonesia, saya kaget dan 
reaksi pertama saya adalah: "ah, mosok sih!??". Tetapi dg berjalannya waktu, 
mau gak mau saya mulai melihat kebenaran dari informasi - prediktif itu. Dari 
tahun ke tahun segalam macam sebab dijadikan alasan knp produksi migas kita gak 
naik2 dan cost recovery terus2an meningkat. Saya mulai skeptis dg segala macam 
pidato pejabat di migas maupun bpmigas ttg janji2 mereka menaikkan produksi 
migas Indonesia. Kalau belum waktunya, kalau kelompok2 itu blm mau migas kita 
naik produksinya, maka jangan harapkan produksi migas kita naik. Segala macam 
cara sdh dilakukan, tim2 percepatan produksi dibentuk di bbrp lini, 
administrasi yg katanya jadi biang kerok kelambatan (POD, WPB, AFE dsb) diatas 
kertas dan bibir sdh berkali2 juga diefisienkan. Tapi apa yg terjadi?

Nah, kalau memang RDP tahu siapa yg mendisain itu semua, saya sarankan dg 
sangat kita semua di forum IAGI-HAGI nanti bersama-sama menyuarakan pentingnya 
pihak2 yg mendisain itu secara transparan membuka maksud tujuannya dan 
mendiskusikannya bersama komponen2 bangsa lainnya termasuk professional 
kebumian, spy kebenaran perencanaan dan aksi tdk hanya dikuasai oleh sebagian 
golongan kecil saja. Sementara golongan sebagian besar lainnya harus menerima 
apa adanya. Demokrasi??!

ADB
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Rovicky Dwi Putrohari 
Date: Mon, 26 Sep 2011 07:52:05 
To: ; IAGI
Reply-To: 
Subject: [iagi-net-l] Re: [Geologi UGM] Cost Recovery = Investasi ?


PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro...

Ayo siapkan diri!
Hadirilah Joint Convention Makassar (JCM), HAGI-IAGI, Sulawesi, 26-29
September 2011
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id

For topics not directly related to Geology, users are advised to post the email 
to: o...@iagi.or.id

Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
-


Re: [iagi-net-l] Re: [Geologi UGM] Cost Recovery = Investasi ?

2011-09-25 Terurut Topik taufik . manan
Selamat dibahas di Makassar namun kalau bisa intisarinya diposting di milis 
ini. Kami yang tidak ikut ke Makassar juga berharap dapat informasi hasil 
diskusi masalah ini.

Terima kasih dan Salam

TAM


Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Rovicky Dwi Putrohari 
Date: Mon, 26 Sep 2011 07:52:05 
To: ; IAGI
Reply-To: 
Subject: [iagi-net-l] Re: [Geologi UGM] Cost Recovery = Investasi ?

PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro...

Ayo siapkan diri!
Hadirilah Joint Convention Makassar (JCM), HAGI-IAGI, Sulawesi, 26-29
September 2011
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id

For topics not directly related to Geology, users are advised to post the email 
to: o...@iagi.or.id

Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
-