Re: [iagi-net-l] Apa Penyebab Semburan Lumpur Panas Sekitar Banjar Panji ? (was : RE: [iagi-net-l] LUSI lagi)
hehehe... wah kalau sudah 'ilmu klenik' ikut dalam penanganan LUSI gitu ya. saya juga bingung... AP On 9/14/06, Awang Harun Satyana <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Pak Sugeng, 27 Mei 2006 : Drilling 9277 - 9297 ft. Loss terjadi di TD sumur (9297 ft), pompa LCM pills. 28 Mei 2006 : Monitor sumur, statik. Cabut pipa rangkaian, overpull sampai 30 klbs, reaming dan sirkulasi di beberapa tempat tight hole dan bridging. Mud returns increased indicating well kick. Shut well in, observed H2S gas in shale shaker. Started evacuating personnel to Muster point. Killing well using 14.7 ppg mud, flared gas. Observed well, no more flow from annulus casing-drill string. Opened well, noticed that 300 bbls mud lost into the hole. Attempted to work pipe, stucked, pumped mud to clean hole, lost. No success to free pipe. 29 Mei 2006 : planned to run free pipe indicator. Observed H2S gas arouse to surface. Cancelled running free pipe indicator. Started observing gas bubbles came up to surface 150 meter from well location. Pumped down total 230 bbls 14.7 ppg mud to reduce gas bubbles, pumped 200 bbls kill mud 16 ppg with LCM material, gas bubble became smaller, inform officials of Desa Siring and Balong Kenongo about the gas bubble. 30 Mei 2006 : cement plug. Lapindo tak memasang casing 9 5/8" di kedalaman prediksi top karbonat objektif di 8500 ft karena top karbonat drop sampai di 9270 ft dan sebagai gantinya adalah batupasir volkanik. Riskan memasang shoe casing di batupasir. Menjawab pertanyaan Pak Sugeng : -terjadi kick saat cabut pipa dilakukan. -Gas bubbles (kemudian kita ketahui sebagai ekstruksi air,lumpur, dan sedikit gas) teramati pertama kali di lokasi 150 meter dari kepala sumur sebelum dilakukan semen sumbat. Jadi semburan itu tak mengalir ke luar wilayah sumur karena sumur disumbat semen, belum ada semen saat itu. -Goncangan gempa 27 Mei 2006 bisa saja merekahkan pola retakan yang sudah ada di sekitar BP-1, atau membuka retakan2 baru (fissures). Overpull pipa saat dicabut juga bisa menghasilkan efek yang sama, dan telah terbukti menarik gas H2S. Banyak kejadian menunjukkan erupsi mud volcano dipicu oleh gempa dengan cara membuka retakan di wilayah material lempung diapirik yang labil. -Akhir pekan kemarin saya menonton Metro TV tentang sayembara memadamkan semburan lumpur ini oleh seorang kepala desa di wilayah bencana itu. Yang melamar ada 70 orang paranormal. Tapi ada telepon dari Ki Gendeng Pamungkas, paranormal terkenal, jangan ikuti sayembara itu - percuma, sebab kejadian semburan lumpur Banjar Panji itu sudah tertulis di buku ramalan Joyoboyo - tak akan padam. Nah..! Kalau ada yang punya buku ramalan Joyoboyo, coba dicek, apakah benar. salam, awang -Original Message- From: sugeng.hartono [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, September 14, 2006 2:28 PM To: iagi-net@iagi.or.id Cc: [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [iagi-net-l] Apa Penyebab Semburan Lumpur Panas Sekitar Banjar Panji ? (was : RE: [iagi-net-l] LUSI lagi) Pak Awang dan kawan-2 Yth. Sebenarnya sudah lama saya ingin berkomentar, tetapi rasanya berat hati karena masalah sudah berkembang begitu kompleks. Ketika melihat foto-2 (luapan lumpur, gedung sekolah, rumah-2, pabrik dll yang hampir tenggelam) lewat email yang diterima kawan, hati saya menjadi miris. Sementara tanggul-2 mulai ditinggikan, aliran lumpur terus berlanjut; padahal di samping/di bawah tanggul nampak ada perumahan. Bagaimana kalau suatu saat nanti tanggul jebol? Mengapa belum ada tindakan cepat (dan berani) untuk menyelamatkan sekian banyak kehidupan manusia: Lumpur segera dibuang (dialirkan) ke kolam-2 penampungan atau ke laut (kalau mau diolah dulu ya bagus), sambil diupayakan: bagaimana cara menghentikan semburan lumpur. Sekarang sudah memasuki hari ke-lebih 100 hari. Sudah lebih dari 3 bulan! Ulasan Pak Awang sangat bagus (saya baca bbrp kali lho), banyak disajikan data-2 (ilmiah). Selain kepakarannya, Pak Awang memang mempuyai akses untuk mendapatkan banyak data. Namun di akhir ulasannya, Pak Awang juga meninggalkan pertanyaan untuk kita (walaupun beliau cenderung kombinasi 1 dan 2, karena gempa dan proses pemboran): Andaikan tidak ada pemboran BP-1, tetapi ada gempa, apakah erupsi lumpur tetap terjadi? Ini pelik untuk dijawab. Saya banyak mendapat masukan dari kawan-2 yang bekerja di Services (ada yang pernah bekekerja di daerah sana), lalu saya coba untuk di tuangkan (menjadi fakta di lapangan) sebagai berikut: -Pipa casing terakhir 13-3/8" di-set dan disemen di kedalaman 3500 ft, -Pemboran 12-1/4" open hole menggunakan lumpur 14.0 ppg (selama ini saya hanya menggunakan 9.0-10.2 ppg), -Pada kedalaman 9250' dideteksi ada H2S 4 ppm, -Ketika pemboran mencapai 9271' terjadi lost circulation problem (hilangnya lumpur pemboran ke dalam formasi), -Lalu dipompakan LCM (lost circulation material) berupa serbuk/serabut dll untuk menyumbat fractures (prosedur biasa), -Dirasa sudah aman, maka rangkaian pipa bor dan paha
RE: [iagi-net-l] Apa Penyebab Semburan Lumpur Panas Sekitar Banjar Panji ? (was : RE: [iagi-net-l] LUSI lagi)
Pak Sugeng, 27 Mei 2006 : Drilling 9277 - 9297 ft. Loss terjadi di TD sumur (9297 ft), pompa LCM pills. 28 Mei 2006 : Monitor sumur, statik. Cabut pipa rangkaian, overpull sampai 30 klbs, reaming dan sirkulasi di beberapa tempat tight hole dan bridging. Mud returns increased indicating well kick. Shut well in, observed H2S gas in shale shaker. Started evacuating personnel to Muster point. Killing well using 14.7 ppg mud, flared gas. Observed well, no more flow from annulus casing-drill string. Opened well, noticed that 300 bbls mud lost into the hole. Attempted to work pipe, stucked, pumped mud to clean hole, lost. No success to free pipe. 29 Mei 2006 : planned to run free pipe indicator. Observed H2S gas arouse to surface. Cancelled running free pipe indicator. Started observing gas bubbles came up to surface 150 meter from well location. Pumped down total 230 bbls 14.7 ppg mud to reduce gas bubbles, pumped 200 bbls kill mud 16 ppg with LCM material, gas bubble became smaller, inform officials of Desa Siring and Balong Kenongo about the gas bubble. 30 Mei 2006 : cement plug. Lapindo tak memasang casing 9 5/8" di kedalaman prediksi top karbonat objektif di 8500 ft karena top karbonat drop sampai di 9270 ft dan sebagai gantinya adalah batupasir volkanik. Riskan memasang shoe casing di batupasir. Menjawab pertanyaan Pak Sugeng : -terjadi kick saat cabut pipa dilakukan. -Gas bubbles (kemudian kita ketahui sebagai ekstruksi air,lumpur, dan sedikit gas) teramati pertama kali di lokasi 150 meter dari kepala sumur sebelum dilakukan semen sumbat. Jadi semburan itu tak mengalir ke luar wilayah sumur karena sumur disumbat semen, belum ada semen saat itu. -Goncangan gempa 27 Mei 2006 bisa saja merekahkan pola retakan yang sudah ada di sekitar BP-1, atau membuka retakan2 baru (fissures). Overpull pipa saat dicabut juga bisa menghasilkan efek yang sama, dan telah terbukti menarik gas H2S. Banyak kejadian menunjukkan erupsi mud volcano dipicu oleh gempa dengan cara membuka retakan di wilayah material lempung diapirik yang labil. -Akhir pekan kemarin saya menonton Metro TV tentang sayembara memadamkan semburan lumpur ini oleh seorang kepala desa di wilayah bencana itu. Yang melamar ada 70 orang paranormal. Tapi ada telepon dari Ki Gendeng Pamungkas, paranormal terkenal, jangan ikuti sayembara itu - percuma, sebab kejadian semburan lumpur Banjar Panji itu sudah tertulis di buku ramalan Joyoboyo - tak akan padam. Nah..! Kalau ada yang punya buku ramalan Joyoboyo, coba dicek, apakah benar. salam, awang -Original Message- From: sugeng.hartono [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, September 14, 2006 2:28 PM To: iagi-net@iagi.or.id Cc: [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [iagi-net-l] Apa Penyebab Semburan Lumpur Panas Sekitar Banjar Panji ? (was : RE: [iagi-net-l] LUSI lagi) Pak Awang dan kawan-2 Yth. Sebenarnya sudah lama saya ingin berkomentar, tetapi rasanya berat hati karena masalah sudah berkembang begitu kompleks. Ketika melihat foto-2 (luapan lumpur, gedung sekolah, rumah-2, pabrik dll yang hampir tenggelam) lewat email yang diterima kawan, hati saya menjadi miris. Sementara tanggul-2 mulai ditinggikan, aliran lumpur terus berlanjut; padahal di samping/di bawah tanggul nampak ada perumahan. Bagaimana kalau suatu saat nanti tanggul jebol? Mengapa belum ada tindakan cepat (dan berani) untuk menyelamatkan sekian banyak kehidupan manusia: Lumpur segera dibuang (dialirkan) ke kolam-2 penampungan atau ke laut (kalau mau diolah dulu ya bagus), sambil diupayakan: bagaimana cara menghentikan semburan lumpur. Sekarang sudah memasuki hari ke-lebih 100 hari. Sudah lebih dari 3 bulan! Ulasan Pak Awang sangat bagus (saya baca bbrp kali lho), banyak disajikan data-2 (ilmiah). Selain kepakarannya, Pak Awang memang mempuyai akses untuk mendapatkan banyak data. Namun di akhir ulasannya, Pak Awang juga meninggalkan pertanyaan untuk kita (walaupun beliau cenderung kombinasi 1 dan 2, karena gempa dan proses pemboran): Andaikan tidak ada pemboran BP-1, tetapi ada gempa, apakah erupsi lumpur tetap terjadi? Ini pelik untuk dijawab. Saya banyak mendapat masukan dari kawan-2 yang bekerja di Services (ada yang pernah bekekerja di daerah sana), lalu saya coba untuk di tuangkan (menjadi fakta di lapangan) sebagai berikut: -Pipa casing terakhir 13-3/8" di-set dan disemen di kedalaman 3500 ft, -Pemboran 12-1/4" open hole menggunakan lumpur 14.0 ppg (selama ini saya hanya menggunakan 9.0-10.2 ppg), -Pada kedalaman 9250' dideteksi ada H2S 4 ppm, -Ketika pemboran mencapai 9271' terjadi lost circulation problem (hilangnya lumpur pemboran ke dalam formasi), -Lalu dipompakan LCM (lost circulation material) berupa serbuk/serabut dll untuk menyumbat fractures (prosedur biasa), -Dirasa sudah aman, maka rangkaian pipa bor dan pahat di cabut ke permukaan (pull out of hole), -Pada kedalaman 4251' pipa terjepit (stuck drill pipe), tidak bisa digerakkan dan sirkulasi (pack-off), -Lalu dilakukan back-off
Re: [iagi-net-l] Apa Penyebab Semburan Lumpur Panas Sekitar Banjar Panji ? (was : RE: [iagi-net-l] LUSI lagi)
Kalau tertarik untuk mengutik hitung2an matematikanya, berikut uraian kawan, beliau lulusan dari teknik fisika silahkan : Gambar lengkapnya ada disini : http://hotmudflow.wordpress.com/2006/07/05/gempa-yogya-bikin-mud-volcano-di-porong/ Gempa Yogya —> bikin mud volcano di Porong ? Assalamu'alaykum Saat nulis ini, volume mud volcano Porong sudah eningkat dari 5.000 meter kubik perhari menjadi 25.000 meter kubik perhari, menurut TV 7, alias lebih esar dari suplai magma Merapi ke puncak yang sekarang " tinggal " 15.000 meter kubik per hari. Saya tertarik dengan argumen pribadi Dr. Awang Harun (dari BP Migas) dan Dr. Andang Bachtiar (ex ketua IAGI), secara terpisah, yang " sepakat " (koreksi :P ak ADB justru lebih yakin dipicu pengeboran, koreksi rdp) merujuk gempa Yogya sebagai pemicu semburan lumpur di Porong. Disebutkan ada 5 titik semburan, terbentuk pada 29 Mei 1 Juni, dan jika dihubungkan dengan garis akan embentuk arah barat daya - timur laut. Orientasi ini earah dengan sesar regional di wilayah ini, dan kalo mau ditarik lagi lebih jauh juga searah dengan sesar Opak yang jadi penyebab gempa Yogya. Jika orientasi barat daya - timur laut ini diperpanjang, akan nampak aris imajiner yang menghubungkan sesar Opak - Sangiran Dome - Porong. Sehingga semburan ini ihipotesiskan sebagai likuifaksi, gejala biasa dalam uatu gempa, seperti yang ditemukan juga di Jetis Bantul) dan Prambanan (Klaten) dalam bentuk semburan air berlumpur " (menurut versi penduduk, seperti ikutip media lokal Kedaulatan Rakyat dan Wawasan). Gempa Yogya di sebut2 mereaktivasi sesar lokal di Porong, sehingga menghasilkan semburan lumpur, dan ini adalah murni musibah. *** Terkait itu, ada beberapa pertanyaan pak Rovicky : 1. Apakah likuifaksi bisa terjadi di tempat yang jaraknya > 200 km dari sumber gempa ? Sebab, dalam pendapat saya, intensitas di lokasi tersebut sudah kecil. Jika saya mencoba menghitung dengan menggunakan persamaan atenuasi intensitas ln I ln Io = k.x dengan koefisien atenuasi (k) = -0,00387 (berdasarkan titik acuan kota Yogya dan Semarang) erta intensitas hiposenter (Io) = 8,7 (untuk Mw = 6,3) pada jarak (x) = 200 km intensitasnya 4 MMI dengan percepatan maksimal 2,3 % G), sementara pada jarak (x) = 250 km intensitasnya menurun sedikit menjadi 3 MMI (dengan percepatan maksimal 1,4 % G). Catatan intensitas dari stasiun BMG Surabaya dan Karangkates (Malang) menunjukkan angka 2 - 3 MMI untuk Surabaya (jarak +/ - 250 km dari hiposenter) dan 3 - 4 MMI untuk Malang (jarak + / - 230 km dari hiposenter), artinya tidak berbeda jauh dengan perhitungan. Fokuskan ke sekitar Surabaya. Dengan intensitas 3 MMI itu, dimana getarannya setara dengan getaran akibat melintasnya sebuah truk besar bila kita berdiri di tepi jalan raya, apakah bisa gempa Yogya tadi menghasilkan likuifaksi disini ? Bila kita merujuk ada kasus gempa Loma Prieta 1989 (Mw = 6,9) di California, radius terjauh likuifaksi terjadi adalah sebesar 110 km dari episenter gempa. Kita logikakan saja, dengan Mw gempa Yogya lebih kecil (6,3) bukankah " seharusnya " radius terjauh likuifaksi < 110 km ? (catatan : dalam perhitungan saya, jika dianggap koefisien atenuasi gempa Loma Prieta sama dengan gempa Yogya, dengan kedalaman hiposentrum 17 km, pada jarak 110 km dari episentrum, intensitasnya sebesar 6 MMI dengan percepatan puncak 12,3 % G, jauh lebih besar dari intensitas di Porong). 2. Apakah gempa Yogya bisa mereaktivasi sesar lokal di Porong ? Di sisi timur sesar Opak telah dideteksi ada 74 buah sesar minor dengan panjang bervariasi antara 1 km hingga 4 km, yang tersebar di wilayah Gunungkidul - Klaten. Sesar minor terjauh ada di wilayah kecamatan Bayat (Klaten). Sesar2 minor ini dipastikan merupakan sumber2 afershocks gempa Yogya. Kalo saya menghitung dengan persamaan empirisnya Ambrosey dan Zatopak (1968, saya kutip dari artikelnya Dr. George Pararas Carayannis) mengenai hubungan antara panjang sesar (L) dan magnitude gempa (M) : log L = 1,13 M + K, dimana untuk gempa Yogya K = - 5,34 (dengan Mw = 6,3 dan L = 60 km), maka jika sesar minor memiliki panjang (L) 1 - 4 km, gempanya memiliki magnitude (Mw) 4,7 - 5,3. Masalahnya sekarang, jika gempa Yogya memang mampu mereaktivasi sesar lokal di Porong, tidak bisa tidak sesar lokal itu harus bergeser bukan, meski nilai pergeserannya mungkin sangat kecil hingga tidak menimbulkan retakan di permukaan tanah. Mari kita berandai-andai, anggaplah pergeseran tersebut meliputi segmen sepanjang 1 km dalam sesar lokal itu, maka " seharusnya " sudah diiringi gempa dengan Mw = 4,7. Jika segmen yang bergeser hanya 200 m, gempa yang terjadi memiliki Mw = 4,1. Bukankah moment magnitude (Mw) sebesar ini masih bisa dideteksi dengan mudah oleh seismograf2nya BMG dan USGS. Apalagi USGS memberi batasan hanya gempa2 dengan Mw > 3,5 saja yang akan didokumentasikan. Sementara, sejauh yang saya tahu, stasiun2 BMG di Surabaya dan Karangkates hanya melaporkan adanya guncangan akibat gempa Yogya saja, namun tidak menyebutkan adanya gempa l
Re: [iagi-net-l] Apa Penyebab Semburan Lumpur Panas Sekitar Banjar Panji ? (was : RE: [iagi-net-l] LUSI lagi)
Pak Awang dan kawan-2 Yth. Sebenarnya sudah lama saya ingin berkomentar, tetapi rasanya berat hati karena masalah sudah berkembang begitu kompleks. Ketika melihat foto-2 (luapan lumpur, gedung sekolah, rumah-2, pabrik dll yang hampir tenggelam) lewat email yang diterima kawan, hati saya menjadi miris. Sementara tanggul-2 mulai ditinggikan, aliran lumpur terus berlanjut; padahal di samping/di bawah tanggul nampak ada perumahan. Bagaimana kalau suatu saat nanti tanggul jebol? Mengapa belum ada tindakan cepat (dan berani) untuk menyelamatkan sekian banyak kehidupan manusia: Lumpur segera dibuang (dialirkan) ke kolam-2 penampungan atau ke laut (kalau mau diolah dulu ya bagus), sambil diupayakan: bagaimana cara menghentikan semburan lumpur. Sekarang sudah memasuki hari ke-lebih 100 hari. Sudah lebih dari 3 bulan! Ulasan Pak Awang sangat bagus (saya baca bbrp kali lho), banyak disajikan data-2 (ilmiah). Selain kepakarannya, Pak Awang memang mempuyai akses untuk mendapatkan banyak data. Namun di akhir ulasannya, Pak Awang juga meninggalkan pertanyaan untuk kita (walaupun beliau cenderung kombinasi 1 dan 2, karena gempa dan proses pemboran): Andaikan tidak ada pemboran BP-1, tetapi ada gempa, apakah erupsi lumpur tetap terjadi? Ini pelik untuk dijawab. Saya banyak mendapat masukan dari kawan-2 yang bekerja di Services (ada yang pernah bekekerja di daerah sana), lalu saya coba untuk di tuangkan (menjadi fakta di lapangan) sebagai berikut: -Pipa casing terakhir 13-3/8" di-set dan disemen di kedalaman 3500 ft, -Pemboran 12-1/4" open hole menggunakan lumpur 14.0 ppg (selama ini saya hanya menggunakan 9.0-10.2 ppg), -Pada kedalaman 9250' dideteksi ada H2S 4 ppm, -Ketika pemboran mencapai 9271' terjadi lost circulation problem (hilangnya lumpur pemboran ke dalam formasi), -Lalu dipompakan LCM (lost circulation material) berupa serbuk/serabut dll untuk menyumbat fractures (prosedur biasa), -Dirasa sudah aman, maka rangkaian pipa bor dan pahat di cabut ke permukaan (pull out of hole), -Pada kedalaman 4251' pipa terjepit (stuck drill pipe), tidak bisa digerakkan dan sirkulasi (pack-off), -Lalu dilakukan back-off (memutus rangkaian pipa), sisa pipa dan drilling bit ditinggal, (bottom of fish @ 4251 ft), -Sumur ditutup sement (set cement plug), -Rig move, menara bor keluardari lokasi sumur, -Dari diagram sumur, ada 5770 ft open hole (9271 ft - 3500 ft). Memang cukup panjang, -Ada surat yang mengingatkan agar di set casing 9-5/8" di 8500 ft (Majalah Tempo), to anticipate hole problem before entering Kujung Formation, -Ada Gempa Yogya (27 Mei), lalu semburan lumpur terjadi 29 Mei, jarak Yogya-BP-1 sekitar 286 kilometer), Pertanyaan: -Apakah BP-1 telah mengalami kick (aliran formation fluid dari formasi ke lubang bor) setelah terjadi lost circulation? -Karena bagian atas sumur sudah ditutup semen, maka aliran "formation fluid" mencari bagian formasi yang lebih rapuh dan rekahan-2 di sekitar lubang sumur; apakah kick sudah berkembang menjadi underground blowout (mengingat ada open-hole 5770 ft), -Apakah Gempa Yogya juga memicu terjadinya aliran "formation fluid" (termasuk lumpur panas), konon di sini ada Sesar Watukosek; mungkin karena kekuatan gempa, menyebabkan sesar menjadi lebih terbuka dan bisa dilewati aliran lumpur. Seperti pada akhir ulasan Pak Awang, kita tetap disodori pertanyaan pelik: Apa penyebab musibah ini? Waktu pulang ke Jateng, saya baca di Majalah Basa Jawi: Joyoboyo (terbitan Surabaya) bahwa sumur BP-1 ini terletak di situs Kerajaan Jenggolo! Salam hangat, Sugeng - Original Message - From: "Awang Harun Satyana" <[EMAIL PROTECTED]> To: Cc: <[EMAIL PROTECTED]> Sent: Thursday, September 14, 2006 10:45 AM Subject: [iagi-net-l] Apa Penyebab Semburan Lumpur Panas Sekitar Banjar Panji ? (was : RE: [iagi-net-l] LUSI lagi) Pak Dwi, "Apa penyebab semburan lumpur-air panas di sekitar titik sumur Banjar Panji ?" adalah pertanyaan "dalam hati" semua orang, sebuah pertanyaan yang sangat esensial, yang sangat penting. Tetapi, yang tetap dalam wilayah "abu-abu". Kalau persolannya berlarut-larut seperti sekarang ini, memang antara lain karena jawaban atas pertanyaan ini yang tetap di wilayah abu-abu, atau "diabu-abukan ?" Yang ditulis pak Sonny memang benar, andai jawabannya jelas mestinya persoalannya tak serumit sekarang. Diskusi-diskusi soal penyebab semburan lumpur ini sudah dilakukan sejak tiga bulan lalu, mungkin pak Dwi bisa cek ke arsip-arsip diskusi di IAGI-net, atau lebih gampangnya klik saja blogspotnya Pak Rovicky. Hanya, tetap saja tak ada jawaban tegas yang diterima oleh yang lain bahwa semburan lumpur ini diakibatkan oleh "X" Para ahli geologi, ahli reservoir, ahli pemboran pun punya pendapat sendiri-sendiri yang bisa berbeda-beda. Di kalangan ahli geologi pun pendapatnya bisa berbeda-beda. Kalau kita ringkaskan dari diskusi-diskusi yang lalu, rasanya ada 3 pendapat soal penyebab semburan ini : (1) karena gempa yang berhubungan dengan gempa Yogya 27 Mei 2006, (2) karena proses
Re: [iagi-net-l] Apa Penyebab Semburan Lumpur Panas Sekitar Banjar Panji ? (was : RE: [iagi-net-l] LUSI lagi)
just my 2c, please cmiiw. Relief well dan hal-hal teknis yng masih "related to drilling" merupakan syarat yg harus dipenuhi untuk dapat menggunakan penggantian pihak asuransi (insurance clause). Setahuku asuransi pemboran akan dibayarkan kalau sebuah kejadian termasuk BO dan UGBO disebabkan oleh aktifitas pemboran. Lah kalau yakin bahwa itu tdk ada hubungannya ya ndak bisa dibayar asuransinya. Nah yang saya tidak tahu adalah apakah "collateral damage", kerusakan yg diakibatkan oleh pemboran juga dibayarkan oleh asuransi ? ok ini PR ditaruh dulu. Dalam eksplorasi migas, rata-rata succes chance adalah 10% (1:10). Ini untuk mengejar nilai keuntungan yg mungkin bisa 15-30 kali harga pemboran. Artinya walaupun chancenya hanya 10% tetap dilakukan. Hal yang sama dengan relief well ini, walaupun chancenya 10%, tetap harus dilaksanakan karena kalau berhasil akan menyelamatkan jutaan dolar juga. Hanya saja eksplorasi mendapatkan resources, relief well meminimise lost. Apalagi "relief well" sudah dibayarkan atau dibiayai oleh klausul asuransi. Jadi relief well menurutku harus tetap dijalankan. Tidak hanya berpikir untuk menutup tetapi masukkan program-program scientific untuk tujuan pembuktian atau menggalai data-data bawah permukaan. Which is, this is part of investigations steps. Studi studi yg mungkin dilakukan dengan tiga lubang relief well ini misalnya : - Cross well tomography, Ya "Tomographic between three wells", great !!. Dengan tiga titik pengeboran maka akn lebih mudah dilakukan teknik-teknik tomografi utk mencari atau mengetahui "jalan" keluarnya lumpur. Darimana dan kemana saja lumpur-2 ini bermula dari bawah dan akhirnya muncrat. Kita tahu dari tiga titik akan diketahui satu titik, tentunya dengan geophone akan sangat mungkin didengan kebisingan yang dibuat oleh lumpur ini ketika berjalan keluar. Yaah murup kalau melihat - Studi 3D stratigraphic model - dll Aku yakin akan sangat banyak data yg dapat diperoleh dan digali dengan tiga lubang ini. Pengetahuan ini tentunya akan sangat bermanfaat buat Pak Basuki (KaBag LitBang PU seorang geolog yg menjadi ketua timnas ini. Pengetahuan bawah permukaan merupakan basis data beliau untuk menangani dan mengantisipasi pembuatan konstruksi permukaan nantinya. Jadi saya sepakat pengeboran relief well ini dilanjutkan dan jangan terburu-buru untuk mematikan atau dipompakan semen untuk menutup sebelum kita mendapatkan data-data teknis ini yg aku rasa "harga"nya sangat mahal. Toh "sudah ada" surface team akan tetap melaksanakan tugas penanganannya. Salam RDP On 9/14/06, Dwiyatno Rumlan <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Pak Awang, terimakasih atas keteranganya yang sangat detail. Saya hanya melihatnya, kalau sumber permasalahan itu tidak diketahui dengan pasti, bagaimana kita mau menyelesaikanya dengan baik. Option2 yang dilaksanakan selama ini, ie: snubbing, sidetrack dan relief well ini seakan-akan meyakini bahwa sumur Banjar Panji-1 lah satu-satunya yang menyebabkan terjadi mud-eruption. Lha kalau ternyata keyakinan ini tidak betul, apa ya gak buang2 waktu dan dana saja Satu lagi pertanyaan saya pak, gas yang keluar bersama lumpur tersebut, apa ya memang gas yang dari formasi Tuban Eq. ?! Kalau melihat data2 gempa yang terekord dalam seismic, benar bahwa juga setuju dengan pak Awang dengan pilihan yang ketiga bahwa kombinasi antara gempa dan pemboran sumur Banjar panji-1 lah yang telah menyebabkan terjadinya mud-eruption. Salam Dwiyatno - Original Message - From: "Awang Harun Satyana" <[EMAIL PROTECTED]> To: Cc: <[EMAIL PROTECTED]> Sent: Thursday, September 14, 2006 10:45 AM Subject: [iagi-net-l] Apa Penyebab Semburan Lumpur Panas Sekitar Banjar Panji ? (was : RE: [iagi-net-l] LUSI lagi) Pak Dwi, "Apa penyebab semburan lumpur-air panas di sekitar titik sumur Banjar Panji ?" adalah pertanyaan "dalam hati" semua orang, sebuah pertanyaan yang sangat esensial, yang sangat penting. Tetapi, yang tetap dalam wilayah "abu-abu". Kalau persolannya berlarut-larut seperti sekarang ini, memang antara lain karena jawaban atas pertanyaan ini yang tetap di wilayah abu-abu, atau "diabu-abukan ?" Yang ditulis pak Sonny memang benar, andai jawabannya jelas mestinya persoalannya tak serumit sekarang. Diskusi-diskusi soal penyebab semburan lumpur ini sudah dilakukan sejak tiga bulan lalu, mungkin pak Dwi bisa cek ke arsip-arsip diskusi di IAGI-net, atau lebih gampangnya klik saja blogspotnya Pak Rovicky. Hanya, tetap saja tak ada jawaban tegas yang diterima oleh yang lain bahwa semburan lumpur ini diakibatkan oleh "X" Para ahli geologi, ahli reservoir, ahli pemboran pun punya pendapat sendiri-sendiri yang bisa berbeda-beda. Di kalangan ahli geologi pun pendapatnya bisa berbeda-beda. Kalau kita ringkaskan dari diskusi-diskusi yang lalu, rasanya ada 3 pendapat soal penyebab semburan ini : (1) karena gempa yang berhubungan dengan gempa Yogya 27 Mei 2006, (2) karena proses pemboran, termasuk kelalaian mengikuti prosedur operasi standar (kalau ada), (3) kombinasi nomo
RE: [iagi-net-l] Apa Penyebab Semburan Lumpur Panas Sekitar Banjar Panji ? (was : RE: [iagi-net-l] LUSI lagi)
Pak Dwi, Gas H2S di wilayah ini rutin terjumpai di batugamping, itu pernah ada di wilayah PetroChina, Pertamina, maupun Exxon-Mobil. Di sekitar Banjar Panji, gas H2S muncul juga secara fluktuatif, bisa juga tak muncul sama sekali. Orang-orang meyakini itu gas H2S dari Kujung I (Prupuh) yang memang jadi target utama sumur ini. Prupuh lebih tua dari Tuban limestone di Mudi/Sukowati. Katakanlah gas H2S itu dari batugamping yang ditembus di TD Banjar Panji yang menimbulkan loss. Orang2 mengatakan Kujung di Banjar Panji telah tertembus, memang jauh drop dibandingkan yang diprediksikan. Tetapi, data fosil yang di semburan lumpur menunjukkan semuanya umur Pliosen. Lalu, mengacu ke sumur sebelahnya (Porong-1), karbonat di TD sumur itu bukanlah Kujung I/Prupuh, tapi lebih muda (umur absolutnya sudah diukur dengan isotop strontium 16 Ma - late early Miocene) - ekivalen dengan Tuban carbonate di Sukowati/Mudi. Gamping di Banjar Panji berdasarkan seismik stratigrafi lintasan seismik Banjar-Panji dan Porong, memang sedikit lebih tua, tetapi tak akan setua Kujung I/Prupuh, tetapi tetap akan berkisar di 16-17 Ma. Kujung I harus lebih tua dari 20 Ma. Maka betul pak Dwi, gamping di TD banjar Panji itu yang mungkin menjadi asal H2S adalah ekivalen Tuban/Rancak, dan bukan Kujung I/Prupuh. Sebelum menyerah, teman2 drilling ingin berusaha dulu mematikan semburan lumpur ini, walaupun memang kelihatannya buang2 waktu, tenaga, pikiran, dan dana. Tak bisa melakukan usaha mematikan semburan lumpur ini kalau mengacu ke kejadian blow out biasa. Seorang teman anggota tim peneliti semburan lumpur ini kemarin malah menginfokan berita yang lebih buruk : terdapat 22 titik semburan baru (kecil) dan terdapat penurunan 1.2 cm per hari di wilayah ini (!). Benar atau tidak berita ini, harus dicek lagi. Salam, awang -Original Message- From: Dwiyatno Rumlan [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, September 14, 2006 12:56 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Apa Penyebab Semburan Lumpur Panas Sekitar Banjar Panji ? (was : RE: [iagi-net-l] LUSI lagi) Pak Awang, terimakasih atas keteranganya yang sangat detail. Saya hanya melihatnya, kalau sumber permasalahan itu tidak diketahui dengan pasti, bagaimana kita mau menyelesaikanya dengan baik. Option2 yang dilaksanakan selama ini, ie: snubbing, sidetrack dan relief well ini seakan-akan meyakini bahwa sumur Banjar Panji-1 lah satu-satunya yang menyebabkan terjadi mud-eruption. Lha kalau ternyata keyakinan ini tidak betul, apa ya gak buang2 waktu dan dana saja Satu lagi pertanyaan saya pak, gas yang keluar bersama lumpur tersebut, apa ya memang gas yang dari formasi Tuban Eq. ?! Kalau melihat data2 gempa yang terekord dalam seismic, benar bahwa juga setuju dengan pak Awang dengan pilihan yang ketiga bahwa kombinasi antara gempa dan pemboran sumur Banjar panji-1 lah yang telah menyebabkan terjadinya mud-eruption. Salam Dwiyatno - Original Message - From: "Awang Harun Satyana" <[EMAIL PROTECTED]> To: Cc: <[EMAIL PROTECTED]> Sent: Thursday, September 14, 2006 10:45 AM Subject: [iagi-net-l] Apa Penyebab Semburan Lumpur Panas Sekitar Banjar Panji ? (was : RE: [iagi-net-l] LUSI lagi) Pak Dwi, "Apa penyebab semburan lumpur-air panas di sekitar titik sumur Banjar Panji ?" adalah pertanyaan "dalam hati" semua orang, sebuah pertanyaan yang sangat esensial, yang sangat penting. Tetapi, yang tetap dalam wilayah "abu-abu". Kalau persolannya berlarut-larut seperti sekarang ini, memang antara lain karena jawaban atas pertanyaan ini yang tetap di wilayah abu-abu, atau "diabu-abukan ?" Yang ditulis pak Sonny memang benar, andai jawabannya jelas mestinya persoalannya tak serumit sekarang. Diskusi-diskusi soal penyebab semburan lumpur ini sudah dilakukan sejak tiga bulan lalu, mungkin pak Dwi bisa cek ke arsip-arsip diskusi di IAGI-net, atau lebih gampangnya klik saja blogspotnya Pak Rovicky. Hanya, tetap saja tak ada jawaban tegas yang diterima oleh yang lain bahwa semburan lumpur ini diakibatkan oleh "X" Para ahli geologi, ahli reservoir, ahli pemboran pun punya pendapat sendiri-sendiri yang bisa berbeda-beda. Di kalangan ahli geologi pun pendapatnya bisa berbeda-beda. Kalau kita ringkaskan dari diskusi-diskusi yang lalu, rasanya ada 3 pendapat soal penyebab semburan ini : (1) karena gempa yang berhubungan dengan gempa Yogya 27 Mei 2006, (2) karena proses pemboran, termasuk kelalaian mengikuti prosedur operasi standar (kalau ada), (3) kombinasi nomor 1 dan 2, (4) hidrotermal yang berhubungan dengan sistem panas bumi Kompleks Gunung Anjasmoro. Saya kebetulan punya akses kepada semua data baik yang dipublikasi maupun yang tidak dipublikasi, baik yang bisa untuk konsumsi umum maupun yang rahasia, termasuk data kegempaan maupun data pemboran. Saya pernah ulas pendapat saya soal asal semburan lumpur ini baik yang berhubungan dengan kegempaan maupun proses pemboran. Dan, saya ada di nomor
Re: [iagi-net-l] Apa Penyebab Semburan Lumpur Panas Sekitar Banjar Panji ? (was : RE: [iagi-net-l] LUSI lagi)
Pak Awang, terimakasih atas keteranganya yang sangat detail. Saya hanya melihatnya, kalau sumber permasalahan itu tidak diketahui dengan pasti, bagaimana kita mau menyelesaikanya dengan baik. Option2 yang dilaksanakan selama ini, ie: snubbing, sidetrack dan relief well ini seakan-akan meyakini bahwa sumur Banjar Panji-1 lah satu-satunya yang menyebabkan terjadi mud-eruption. Lha kalau ternyata keyakinan ini tidak betul, apa ya gak buang2 waktu dan dana saja Satu lagi pertanyaan saya pak, gas yang keluar bersama lumpur tersebut, apa ya memang gas yang dari formasi Tuban Eq. ?! Kalau melihat data2 gempa yang terekord dalam seismic, benar bahwa juga setuju dengan pak Awang dengan pilihan yang ketiga bahwa kombinasi antara gempa dan pemboran sumur Banjar panji-1 lah yang telah menyebabkan terjadinya mud-eruption. Salam Dwiyatno - Original Message - From: "Awang Harun Satyana" <[EMAIL PROTECTED]> To: Cc: <[EMAIL PROTECTED]> Sent: Thursday, September 14, 2006 10:45 AM Subject: [iagi-net-l] Apa Penyebab Semburan Lumpur Panas Sekitar Banjar Panji ? (was : RE: [iagi-net-l] LUSI lagi) Pak Dwi, "Apa penyebab semburan lumpur-air panas di sekitar titik sumur Banjar Panji ?" adalah pertanyaan "dalam hati" semua orang, sebuah pertanyaan yang sangat esensial, yang sangat penting. Tetapi, yang tetap dalam wilayah "abu-abu". Kalau persolannya berlarut-larut seperti sekarang ini, memang antara lain karena jawaban atas pertanyaan ini yang tetap di wilayah abu-abu, atau "diabu-abukan ?" Yang ditulis pak Sonny memang benar, andai jawabannya jelas mestinya persoalannya tak serumit sekarang. Diskusi-diskusi soal penyebab semburan lumpur ini sudah dilakukan sejak tiga bulan lalu, mungkin pak Dwi bisa cek ke arsip-arsip diskusi di IAGI-net, atau lebih gampangnya klik saja blogspotnya Pak Rovicky. Hanya, tetap saja tak ada jawaban tegas yang diterima oleh yang lain bahwa semburan lumpur ini diakibatkan oleh "X" Para ahli geologi, ahli reservoir, ahli pemboran pun punya pendapat sendiri-sendiri yang bisa berbeda-beda. Di kalangan ahli geologi pun pendapatnya bisa berbeda-beda. Kalau kita ringkaskan dari diskusi-diskusi yang lalu, rasanya ada 3 pendapat soal penyebab semburan ini : (1) karena gempa yang berhubungan dengan gempa Yogya 27 Mei 2006, (2) karena proses pemboran, termasuk kelalaian mengikuti prosedur operasi standar (kalau ada), (3) kombinasi nomor 1 dan 2, (4) hidrotermal yang berhubungan dengan sistem panas bumi Kompleks Gunung Anjasmoro. Saya kebetulan punya akses kepada semua data baik yang dipublikasi maupun yang tidak dipublikasi, baik yang bisa untuk konsumsi umum maupun yang rahasia, termasuk data kegempaan maupun data pemboran. Saya pernah ulas pendapat saya soal asal semburan lumpur ini baik yang berhubungan dengan kegempaan maupun proses pemboran. Dan, saya ada di nomor (3). IAGI, melalui Pak Edy Sunardi - ketua komisi pengembangan keilmuan IAGI - telah mengeluarkan pendapat resmi bahwa kasus semburan lumpur di sekitar sumur Banjarpanji itu adalah berhubungan dengan erupsi mud volcano. Tetapi, IAGI pun tak mengeluarkan pendapat soal apa penyebab semburan lumpur tersebut. Atau, mengapa erupsi mud volcano itu terjadi. Sebuah data baru dibagi kepada saya dua hari lalu dari seorang kawan di oil company sekitar Jawa Timur (offshore East Java Sea, utara Gresik). Oil company ini sedang merekam data seismik di wilayahnya pada pagi hari gempa berkekuatan 5,9 SR menggoncang Yogyakarta dan sekitarnya (Sabtu 27 Mei 2006 pukul 05:54:02 WIB). Di wilayah Lapindo, saat itu sumur Banjar Panji-1 sedang dalam proses pengeboran. Rekaman seismik di suatu SP (shot point) di wilayah offshore East Java Sea ini pada pukul 05:54:31 WIB sampai 05:54:36 WIB menghasilkan tampilan first arrival gelombang seismik yang wajar. Namun, berselang beberapa detik kemudian, saat merekam pada SP berikutnya, tepat pada pukul 05:54:51, tampilan first arrival gelombang seismik di SP tersebut di samping menampilkan gelombang seismik hasil perekaman, juga terkombinasi secara dominan oleh gelombang seismik lain dengan frekuensi yang relatif jauh lebih rendah dibandingkan gelombang seismik hasil perekaman. Gelombang lain apa itu ? Diyakini, itu bukan surface effect di sekitar wilayah perekaman seismik yang menimbulkan noise. Tetapi, ini gelombang gempa yang berpropagasi dari episentrum sekitar Yogyakarta. Runtunan waktunya tepat antara kejadian gempa dan masuknya gelombang gempa ke perekaman seismik. Dihitung-hitung, lokasi perekaman seismik adalah di 286 km timurlaut episentrum Yogyakarta, gelombang gempa mengganggu rekaman seismik setelah 34 - 39 detik kejadian pertama gempa menggoncang Yogyakarta. Maka, kecepatan propagasi gelombang gempa ke wilayah ini antara 7333 m/detik dan 8412 m/detik. Saya pernah menulis, propagasi gelombang gempa Yogyakarta 27 Mei 2006 ke arah timur dan timurlaut dari Yogyakarta; ternyata tercatat juga oleh kru seismik di wilayah offshore East Java Sea itu, tercatat di beberapa stasiun BMG di wilayah