[ppiindia] Obama Has the Power to Help Papua, the 'Weak Man' Under Indonesian Rule
http://www.hrw.org/en/news/2010/02/21/obama-has-power-help-papua-weak-man-under-indonesian-rule Obama Has the Power to Help Papua, the 'Weak Man' Under Indonesian Rule by Andreas Harsono, Indonesia consultant for Human Rights Watch Published in: The Jakarta Globe February 21, 2010 In Jakarta in the late 1960s, a young Barack Obama noticed his stepfather's great unease and silence about his one-year military service in New Guinea. Lolo Soetoro, his stepfather, did not like to talk about his time there. He did tell young Barack about how leeches got into his boots in New Guinea's jungles. They crawled inside your army boots while you're hiking through the swamps. At night, when you take off your socks, they're stuck there, fat with blood. You sprinkle salt on them and they die, but you still have to dig them out with a hot knife. The leeches created a series of indented scars on Lolo's legs. In his book Dreams From My Father, Obama asked Lolo, Have you ever seen a man killed? Lolo was surprised by the question. Have you? Obama asked again. Yes. Was it bloody? Yes. Obama thought for a moment. Why was the man killed? Lolo answered, Because he was weak. That's usually enough. Men take advantage of weakness in other men. They're just like countries in that way. The strong man takes the weak man's land. He makes the weak man work in his field. If the weak man's woman is pretty, the strong man will take her. Lolo paused, then asked his young stepson, Which would you rather be? Obama didn't answer the question. Lolo finally remarked, Better to be strong. Philosophers around the world could devote volumes to that simple question. But as Obama prepares to visit Indonesia in March, some facts are worth pondering. Fact No. 1: Barack Obama, the little boy who used to live in Jakarta, is one of the most powerful men in the world. Obama now lives in the White House, not the little house in Menteng. And he is going to revisit the home of his youth to sign a strategic partnership with Indonesia. Fact No. 2: New Guinea is now called Papua. Its western part is legally a part of Indonesia since the controversial UN-approved Act of Free Choice in 1969, in which 1,054 Papuans, hand-picked by Jakarta, voted unanimously to join Indonesia. Papua, to use Lolo's words, is still the weak man under Indonesian rule. Human rights abuses by Indonesian security forces remain common. Peaceful protesters continue to receive long prison sentences. Papua is off-limits to most independent outside observers. And it remains poor and underdeveloped, despite the fact that it has abundant natural resources, including natural gas, minerals and timber. Papua has the worst poverty in Indonesia, with more than 80 percent of households living below the poverty line. Papua has the biggest HIV problem in the country, with infection rates 15 times the national average. Fact No. 3: Indonesia's president, Susilo Bambang Yudhoyono, also has a close connection to Papua. Indonesia's military commander in Papua in the late 1960s was Brig. Gen. Sarwo Edhie Wibowo, who had previously led a bloody military campaign against Indonesian communists in Java. He would later become the father-in-law of a young Army captain named Susilo Bambang Yudhoyono. The human rights situation in Papua remains poor. Human Rights Watch has for many years urged the Indonesian government to stop prosecuting peaceful Papuan protesters. We have asked the government to open Papua to international journalists, human rights researchers and other independent observers. If all is well in Papua, as the government claims, why do the Indonesian police and military require a surat jalan, or walking permit, for any foreigner visiting Papua? Since the 1970s, political tensions and abuses by the Indonesian security forces have helped create a climate of fear in Papua. This continues to the present. Impunity remains a huge problem. For example, in November 2001, the Indonesian Army's Special Forces (Kopassus) kidnapped and killed Papuan separatist leader Theys Eluay in Jayapura. The then-commander of Kopassus in Papua, Lt. Col. Hartomo, denied involvement in the murder. But international outrage prompted the Indonesian Military Police to investigate. In 2003, a court in Surabaya found seven Kopassus soldiers and officers, including Lt. Col. Hartomo, guilty of mistreatment and battery leading to Eluay's death, but crucially not of murder. Sentences served by the seven ranged from two to three and a half years. But Hartomo was not discharged from the Army. Instead, he is now Col. Hartomo, the head of Kopassus Group 1 in Serang, just a three-hour drive from Jakarta. More than 130 people are currently imprisoned throughout Indonesia for peaceful expression, particularly in Papua and the Moluccas. Some have been sentenced to lengthy prison terms, including Papuan activist Filep Karma, who is serving a 15-year sentence for
[ppiindia] Maestro Tari Perut Dunia Siap Guncang Indonesia
Refleksi : Wah, hebat juga ada senam perut alias tari perut goyang-guncang NKRI. Semoga para petinggi MUI, FPI, MMI serta sobat-sobat kentalnya tidak akan mengabaikan kesempatan untuk meyaksikan serta menikmati indahnya kebudayaan gurun pasir Timur Tengah, dan insyaalloh semua gembira ria dan dikeluarkan dengan segara fatwa untuk dibuka klub-klub tari perut seperti halnya dengan klub poligami dan kawin siri yang tumbuh sebagai jamur dimusim hujan. Syukran! http://regional.kompas.com/read/2010/02/26/21374232/Maestro.Tari.Perut.Dunia.Siap.Guncang.Indonesia Maestro Tari Perut Dunia Siap Guncang Indonesia Jumat, 26 Februari 2010 | 21:37 WIB www.laylaisis.com Maestro Tari Perut, Sonia, Layla dan Jillina DENPASAR, KOMPAS.com - Maestro tari perut kelas dunia asal Amerika Serikat Jillina mempromosikan tari perut dari satu negara ke negara lain, termasuk hadir dalam suatu kegiatan festival di Nusa Dua, Bali. Jillina baru datang dari Korea Selatan dan selesai dari festival di Bali akan langsung menuju ke Jerman dan beberapa negara Eropa untuk promosi tari perut, kata Direktur Festival Tari Perut Se-Asia Felix Rusli, Jumat (26/2/2010). Bali menjadi tuan rumah rangkaian festival tari perut bertajuk Asian Belly Dance Festival 2010, yang berlangsung 25-28 Februari, di Ayodya Resort, kawasan wisata Nusa Dua. Menurut Felix, orang Amerika Serikat serta Eropa terobsesi dengan perut kencang dan rata. Tarian itu segera menjadi trend dunia karena mereka mengetahui aktivitas itu membuat orang langsing. Festival tari perut di Nusa Dua itu, menurut dia, ternyata banyak peminatnya, yakni mencapai 230 dari berbagai negara. Mengingat antusiasnya peserta itu, festival tersebut kembali akan digelar di Bali di tahun-tahun mendatang. Ia mengemukakan bahwa komunitas tari perut yang asalnya dari Timur Tengah itu di dunia sudah mencapai hampir mendekari 40.000 orang. Sementara maestro tari perut Indonesia Suzanna Tibble mengatakan bahwa peminat tari perut di Indonesia sudah mulai banyak. Bahklan di Jakarta peminatnya semakin banyak dengan munculnya sejumlah sanggar. Menurut dia, tidak sedikit dari penari asuhannya yang pindah haluan dari tarian modern ke tari perut. Karena itu ia menegaskan bahwa tari perut sudah menjadi ikon kelas menengah di Indonesia. [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Keuskupan di Papua Menyoroti Kerusakan Lingkungan + Freeport Diminta Memberi Perhatian SDM Papua
http://regional.kompas.com/read/2010/02/26/22410876/Keuskupan.di.Papua.Menyoroti.Kerusakan.Lingkungan Keuskupan di Papua Menyoroti Kerusakan Lingkungan Jumat, 26 Februari 2010 | 22:41 WIB Ilustrasi Uskup Timika TIMIKA, KOMPAS.com - Masalah kerusakan lingkungan hidup menjadi sorotan utama Sekretariat Keadilan dan Perdamaian (SKP) lima keuskupan se-Papua saat menggelar kegiatan pelatihan advokasi lingkungan berbasis data dan HAM di Rumah Transit Bobaigo Timika, Jumat (26/2/2010). Selain masalah kerusakan lingkungan, persoalan lain yang mengemuka di antaranya pemekaran dan dampaknya terhadap implementasi Otonomi Khusus (Otsus), politik dan pemilu kepala daerah (pilkada) yang menyimpang. Kemudian dialog Papua (internal orang Papua sendiri) dan dialog Papua-Jakarta, pendidikan dan kesehatan yang terus-menerus menjadi problematis. Persoalan-persoalan tersebut masih akan terus terjadi dan melahirkan sejumlah masalah dan pelanggaran di bidang hukum dan HAM di Papua. Hal itu terjadi karena perangkat hukum dan kebijakan publik masih berorientasi pada kelanggengan kekuasaan, jabatan dan kepentingan pihak penguasa dan kroninya ketimbang memihak kepentingan rakyat, demikian pernyataan sikap bersama SKP lima keuskupan se-Papua. Surat pernyataan sikap bersama itu ditandatangani oleh Pastor Dicky Ogi MSC mewakili SKP Keuskupan Agung Merauke, Bruder Rudolf Kambayong OFM mewakili SKP-KC Fransiskan Papua di Jayapura, Robert Sakimin mewakili SKP Keuskupan Agats, Frater Rudy Renyaan Pr mewakili SKP Keuskupan Manokwari-Sorong dan Frater Saul Wanimbo Pr mewakili SKP Keuskupan Timika. SKP lima keuskupan se-Papua menilai kebijakan pemerintah dalam mendukung program pengembangan industri pertambangan serta program pangan dan energi di Papua bukan berorientasi pada kepentingan ekonomi kerakyatan masyarakat lokal namun lebih memilih penguatan ekonomi pasar. Pengembangan dan budidaya perkebunan sawit yang saat ini digalakkan oleh Gubernur Papua Barnabas Suebu dinilai hanya akan memarjinalkan masyarakat asli Papua. Kesenjangan dan kecemburuan sosial bukan lagi potensial tapi sudah lama berakumulasi dan menjadi fenomena menyeluruh di Papua. Akibatnya, protes dan refleksi kritis muncul dimana-mana bahkan dengan menggunakan cara-cara kekerasan yang ditanggapi pula dengan cara kekerasan oleh aparat, tulis SKP lima keuskupan di Papua. Menyikapi berbagai kasus tersebut, SKP lima keuskupan di Papua merekomendasikan kepada semua pihak berkepentingan agar memperhatikan dan memperjuangkan pemulihan hak hidup orang Papua sebagai acuan bersama dalam kebijakan pembangunan. Selanjutnya, menolak dan mengutuk setiap bentuk kekerasan apa pun yang dilakukan baik oleh warga sipil maupun aparat pemerintah dan keamanan terhadap setiap usaha untuk mempertahankan hak hidup orang Papua. SKP lima keuskupan di Papua juga menyarankan agar mengutamakan dialog dan musyawarah dalam setiap penyelesaian sengketa, meminta Pemda di Papua meninjau kembali semua kebijakan yang tidak berorientasi pada pengembangan ekonomi kerakyatan. Semua perusahaan yang ingin berinvestasi di Papua diminta mempertimbangkan kondisi warga lokal dalam setiap perencanaan, pelaksanaan dan pengembangan usaha. Bagi warga Papua sendiri diminta terus-menerus mengembangkan diri dan potensi di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi dan politik secara arif dan bijaksana tanpa kehilangan identitas dan budaya. Kegiatan pelatihan tersebut diikuti perwakilan SKP dari lima keuskupan di Papua yang difasilitasi oleh Komisi Keadilan dan Perdamaian (KKP) Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI). http://regional.kompas.com/read/2010/02/26/22241230/Freeport.Diminta.Memberi.Perhatian.SDM.Papua Freeport Diminta Memberi Perhatian SDM Papua Jumat, 26 Februari 2010 | 22:24 WIB SHUTTERSTOCK Ilustrasi TIMIKA, KOMPAS.com - PT Freeport Indonesia diminta memberi perhatian khusus pada pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) orang Papua, terutama suku-suku yang ada di sekitar tambang. Saya minta Freeport tolong memperhatikan peningkatan kualitas SDM orang Papua sebab hampir semua suku asli yang ada di sekitar tambang belum terlalu merasakan hal ini, kata Anggota DPD Provinsi Papua Barat, Mervin Sadipun Komber, di Timika, Jumat (26/2/2010). Ia mengatakan, kehadiran Freeport selama lebih dari 40 tahun menambang mineral tembaga dan emas di Tembagapura, Mimika, Papua belum maksimal memberikan peningkatan SDM suku-suku yang ada di sekitar tambang. Saya mau tanya berapa banyak orang Amungme dan Kamoro yang jadi doktor, yang disekolahkan Freeport. Saya kira penting sekali Freeport memberdayakan pemuda-pemuda Papua agar mereka tidak menjadi penonton di negeri mereka sendiri, tutur Komber yang asli berasal dari Fakfak Papua Barat itu. Menurut dia, semua komponen di Papua terutama Mimika seperti Freeport, Pemda dan gereja harus bersama-sama serius memperhatikan pengembangan SDM mengingat kualitas hidup warga setempat masih tertinggal
[ppiindia] 'Toa Pe Kong' Diusung Lewati Jalan Sarundajang
http://www.hariankomentar.com/hl001.html Esok, Bitung rayakan Cap Go Meh secara meriah 'Toa Pe Kong' Diusung Lewati Jalan Sarundajang Bitung, KOMENTAR Iven religius Umat Tridharma yang banyak dinanti masyarakat dan kalangan turis, yakni 'Toa Pe Kong' diusung melewati jalanan khalayak ramai, hanya akan terjadi di Kota Bitung. Se-dangkan di Kota Manado, tradisi menyambut Perayaan Cap Go Meh tersebut, tidak keluar jalan untuk tahun 2010 ini. Toa Pe Kong di Klenteng Seng Bo Kiong Bitung sendiri, akan digelar Minggu (28/02) besok, dengan mengambil rute melewati Jalan Sarundajang (eks jalan 46) dan jalan protokol di Kota Cakalang. Puluhan turis diketahui telah berada di Kota Bitung sejak kemarin, untuk menyaksikan iven ini. Gubernur Sulut Drs SH Sarundajang juga disebutkan akan menyaksikan langsung kegiatan umat Tridharma tersebut. Oleh sebab itu, Pemkot Bitung dan Panitia Perayaan Cap Go Meh telah menyediakan panggung utama untuk 'orang nomor satu' di Sulut ini. Kepala Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat (Kes-bang Pol dan Linmas) Drs Jeffry Sondakh mengatakan, pihaknya telah jauh-jauh hari memberikan undangan kepada Gubernur Sulut, untuk dapat berkenan hadir di acara yang dipastikan akan ditonton puluhan ribu orang serta turis asing yang sudah berada di Bitung. Tak hanya itu saja, menurut Sondakh, bahwa arak-arakan yang dilalui rombongan Toa Pe Kong, telah disiapkan agar lancar Jalan yang akan dilalui mempunyai lebar enam meter dengan panjang 5 Km, rombongan akan berjalan leluasa tertib dan enjoy, tandas Sondakh. Namun begitu, mewakili Walikota Bitung, pihaknya me-minta maaf sebesar-besarnya kepada pengguna jalan di Bitung yang akan menjadi rute rombongan Cap Go Meh. Se-bab jalan tersebut akan ditutup sementara. Bahkan sebelum pelaksanaan dari Cap Go Meh ini, rute jalan itu akan disiram dengan air oleh petugas damkar, tukasnya. Sementara di Manado, bukannya tidak ada atraksi dalam menyambut Cap Go Meh. Sebab dua klenteng, yakni Klenteng Kwan Kong dan Klenteng Lo Cia di Liwas, juga akan menggelar tradisi Toa Pe Kong. Namun kegiatan religius tersebut tidak sampai keluar jalan, melainkan hanya dalam halaman klenteng tersebut. Klenteng be-sar di Manado, Ban Hing Kiong (BHK) yang biasanya menggelar tradisi ini secara meriah, untuk tahun ini tidak menggelar Toa Pe Kong di khalayak ramai seperti tahun sebelumnya. Seperti diketahui, Cap Go Meh melambangkan hari ke-15 dan hari terakhir dari masa perayaan Imlek bagi komunitas kaum migran Tionghoa yang tinggal di luar Cina. Istilah ini berasal dari dialek Hokkian dan secara harafiah berarti hari kelima belas dari bulan pertama.(nan) [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] SBY special staffs meet Amien to discuss Century
Reflection: Jangan ribut mengenai BC, damailah, kebisuan diingat dan berkat hadiah pasti datang! http://www.thejakartapost.com/news/2010/02/27/sby-special-staffs-meet-amien-discuss-century.html SBY special staffs meet Amien to discuss Century Bagus BT Saragih , The Jakarta Post | Sat, 02/27/2010 7:03 PM | National Two special staffs of President Susilo Bambang Yudhoyono, Andi Arief and Velix Wanggai, met on Saturday with former People's Consultative Assembly chairman Amien Rais to discuss the Bank Century bailout inquiry. The two met with Amien at the Executive Lounge of the Jakarta International Soekarno-Hatta Airport when the latter was waiting for his flight to return to his hometown, Yogyakarta. Velix claimed to have 20 minutes of a warm discussion with Amien. Pak Amien agreed that all figures allegedly committed crimes in Century case must be legally processed, he told the press. Velix denied the meeting had succeeded to change Amien's stance. Pak Amien is a tough person. Who can influence him? he said. Andi and Velix last week began seeking supports from prominent figures ahead of the House of Representatives plenary meeting on the Bank Century case on March 2. The two have met with noted Islam cleric Ahmad Syafii Maarif, and former House speaker Akbar Tandjung. Velix said that he and Andi had also planned to meet with former vice president Jusuf Kalla. [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Mencetak Anggota DPR Jadi 'Yes-Men'!
http://www.lampungpost.com/buras.php?id=2010022800082314 Minggu, 28 Februari 2010 BURAS Mencetak Anggota DPR Jadi 'Yes-Men'! H. Bambang Eka Wijaya APA mungkin mencetak mayoritas anggota DPR jadi yes men, seperti era Orde Baru? tanya Umar. Ada kesan, itu yang dengan usaha keras akan dibuktikan dalam sidang paripurna DPR awal Maret! jawab Amir. Jika itu bisa terwujud, layak dicatat dengan tinta emas sukses gemilang usaha reorientasi ke sistem politik Orde Baru! Sekaligus berarti, kembalinya legislatif sebagai cabang atau subordinat dari kekuasaan eksekutif! Dalam versi Orde Baru, posisi itu yang paling benar bagi DPR dalam sistem presidensial! Pertanyaannya, apakah itu mungkin? sela Umar. Sesuatu yang diusahakan sungguh-sungguh, tentu punya kemungkinan! tegas Amir. Apalagi secara matematis, sejak jauh hari telah diwujudkan koalisi mayoritas mutlak di DPR! Jadi, sesuai prinsip berkoalisi, jika itu yang diinginkan koalisi, seharusnya terwujud! Kalau hal yang matematis dan prinsip itu tak bisa diwujudkan, masalahnya apa? tanya Umar. Masalah utamanya soal mode! Anggota DPR yes men itu kuno, out of date! tegas Amir. Banyak anggota DPR yang malu menyandang sebutan itu, apalagi jadi stigma di jidatnya! Kesan itu mencolok di forum Pansus Skandal Bank Century, di mana meski partainya masuk koalisi untuk seia-sekata dan satu front perjuangan, banyak anggota DPR yang tak mengekspresikan kewajiban koalisi itu! Bahkan mengambil posisi di front berseberangan! Jadi karena keinginan mencetak mayoritas anggota DPR menjadi yes men itu memutar jarum sejarah ke belakang, menarik mundur waktu, kembali ke zaman yang ingin dilupakan? tukas Umar. Tapi itu karena ditampilkan di layar televisi dengan gaya orang per orang! Kalau di paripurna yang lebih menonjol ombyokan--fraksi--serta kuatnya kontrol partai pada fraksi, dalam prakteknya tak menonjol lagi gaya perorangan di televisi, kemungkinannya kan bisa berbeda! Apalagi kalau voting tertutup, tak ketahuan siapa memilih apa, profil yes men tak lagi mencolok di jidat perorangan! tegas Amir. Peluang mencetak yes men itu terbuka lebih lebar! Tapi tak semua anggota DPR secara sembunyi-sembunyi di balik voting tertutup itu mau menjadi yes men! timpal Umar. Mungkin karena merasa masih punya nurani, atau terikat komitmennya pada amanat rakyat yang tak pantas dikhianati! Sebaliknya, dengan voting tertutup juga orang lebih mudah menjaga idealismenya untuk tidak jadi yes men, karena tak bisa dibuktikan dan tak elok ditebak-tebak apa sebenarnya pilihan yang ia berikan saat voting! tegas Amir. Jadi, meski fraksi atau partainya telah terikat koalisi, jika dilakukan voting tertutup jumlah hasil dukungan pada koalisi bisa meleset dari hitungan matematis total jumlah anggota koalisi! Jadi, sejauh mana sukses mencetak anggota DPR jadi yes men tergantung voting skandal Century! tukas Umar. Kita doakan, semoga sukses! ** [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Ali just an ordinary man, lawyer claims
http://www.thejakartapost.com/news/2010/02/25/ali-just-ordinary-man-lawyer-claims.html Ali just an ordinary man, lawyer claims Dicky Christanto , The Jakarta Post , Jakarta | Thu, 02/25/2010 12:09 PM | National Saudi citizen Al Khelaiw Ali Abdullah, who is facing terrorism charges, said through his lawyer in a hearing on Wednesday that he was an ordinary man planning to open a business venture in Indonesia. The prosecutors said in the hearing at South Jakarta District Court that Ali helped finance the simultaneous terrorist attacks on the Ritz-Carlton and JW Marriott hotels in Jakarta last year in July. Prosecutor Totok Bambang said Ali gave Rp 54 million to Iwan Herdiansyah, a friend of terror suspects the late Syaefudin Zuhri and Amir Abdillah. Iwan then gave part of the money to Zuhri through Amir. They said Ali transferred the money to Iwan for an investment to open a computer shop. From the sum, Ali alledgedly told Iwan to take Rp 2.8 million to Zuhri. We strongly suspect the money was used by the terrorists to commit their crime, Totok said. He said Ali was subject to a maximum of 20 years imprisonment. Ali's lawyer, Asludin Hatjani, said Ali's money, given to terrorist suspect Syaifudin Zuhri, was not a large enough amount for prosecutors to accuse him of terrorism. If he wanted to help those terrorists then I believe he would be more militant and have donated much more money, Asludin said. Before the session, Ali told reporters that he met Zuhri at Soekarno-Hatta airport by chance. He offered to be an interpreter for me during my stay in Indonesia, Ali, through an interpreter, was quoted by kompas.com. I found out he was a terrorist when I was arrested. Had I known before, I would have fled immediately. The prosecutor also said Ali violated the immigration law, by opening a business in Indonesia while on a tourist visa. The hearing was interrupted when lawyers from Muslim Lawyers Team (TPM) barged into the session. They said they were supposed to be the ones who defended Ali in the trial. Presiding Judge Ida Bagus Dwiantara had the TPM lawyers removed for insulting the court. We suspect Ali was forced to accept the legal representative *appointed for him*. He actually wants to be represented by us and not Asludin, his current lawyer, Muanaz Alaidin, one of the protesting lawyers, told journalists outside the court. In response, Asludin Hatjani, said he had been chosen by the Saudi Arabian Embassy to represent Ali in the legal process. I don't know what those TPM lawyers are up to, he said. Ali was arrested mid-last year in Kuningan, West Java. He was suspected to have been in contact with Zuhri and Syahrir, both shot dead during a police raid on a boarding house in Ciputat last year. Zuhri and Syahrir were Noordin M. Top's seconds in command. They were involved in the preparation meetings for the July 17 bombings. On the same day at a separate hearing, Amir Abdillah stood before the South Jakarta District Court. Three witnesses were summoned to give testimonies before the court. They were Tashadi, a taxi driver whose taxi was used by one of the suicide bombers, Dani Dwi Permana. Tini Harantina, Dani's mother and Cynthia Dewi, the owner of Cynthia's florist, who had hired Ibrohim, who was shot dead during a police raid in Temanggung last year. [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Editorial: Can't speak English?
Reflection: Why should the Indonesian officials speak English, anyhow without any help of using foreign language they can cheat their own people? Isn't it enough? http://www.thejakartapost.com/news/2010/02/23/editorial-can%E2%80%99t-speak-english.html Editorial: Can't speak English? The Jakarta Post | Tue, 02/23/2010 11:08 AM | Opinion How can Indonesian officials, assigned to an overseas post by the state, be effective in promoting or protecting the interests of our country when they fail to meet the very basic requirement of proficiency in English? Such an official not only wastes state money, but also humiliates Indonesia, as they become a source of jokes among their foreign counterparts. Amid allegations that several Foreign Ministry officials marked up the prices of airline tickets, Foreign Ministry secretary-general Imron Cotan revealed that several Indonesian attaches stationed at Indonesian embassies had such a poor grasp of English that they often avoided meetings with foreign counterparts. Every time their counterparts from the home government want to meet them, they freak out and seek ways to avoid the meetings, said Imron, who will soon take his new post as Indonesian ambassador to China. Imron indicated clearly which government departments (not the Foreign Ministry) the officials he was referring to were from, namely the ministries of trade, labor and transmigration, the Indonesian Military (TNI) and the Immigration Office. During a visit to The Jakarta Post on Friday, Foreign Minister Marty Natalegawa played down Imron's comments, arguing that we should avoid generalization. But the fact that the information came from a very senior diplomat could also mean that these problems are more complicated than just English speaking skills. The appointment of attaches is often not based on professional considerations, as much as good political connections. Thus it is also highly likely that their incompetence is not limited to language skills, but other substantial areas also. Unless the government undertakes comprehensive measures to ensure that only capable and professional officials are posted at our foreign offices, complaints similar to Imron's will emerge again and again. Many of Indonesia's ambassadors also have trouble with English, but it is not just the monopoly of our own envoys. Not all foreign ambassadors here can speak English either, and they have the right to be flanked by interpreters. In a meeting with about 200 diplomats from 119 Indonesian embassies and consulate generals around the globe, President Susilo Bambang Yudhoyono ordered diplomats to attract investors. This was apart from their other main duties, including to protect Indonesians abroad. However, there is little hope that the unqualified officials will meet this target. What about our career diplomats? There is no doubt at all about their English proficiency, because the ministry has set high standards for diplomats. Many of them studied at top universities and have brilliant academic achievements behind them. Diplomats assigned to major United Nations offices are also supposed to have mastered other major languages, such as French. By comparison, let us look for a moment at the skills of foreign diplomats here. It is not difficult to find diplomats in Jakarta who are fluent in Indonesian. Many of the diplomats from Japan, South Korea, Russia and China have mastered Indonesian as well as English. These extra capabilities are very helpful for them in communicating with Indonesian people. The Foreign Ministry fully realizes the need for such an advantage, and has also recruited top young graduates from arts faculties including Chinese studies. However, such efforts are still in very preliminary stages. What is worse, the problems faced by Indonesian officials abroad do not just revolve around their language abilities, but also in their capacities and willingness to act as representatives of our country. [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Awas, Ribuan Petani Tembakau 'Serbu' Jakarta
buruh tani bersatulah ! http://www.republika.co.id/berita/105156/awas-ribuan-petani-tembakau-serbu-jakarta Awas, Ribuan Petani Tembakau 'Serbu' Jakarta Ahad, 28 Februari 2010, 08:23 WIB TEMANGGUNG--Empat ribu lebih petani tembakau berbagai daerah seperti Temanggung, Boyolali, Magelang. Kendal, Klaten dan Wonosobo hari ini (1/3) melakukan aksi unjuk rasa menolak Rancangan Peraturan Perundangan (RPP) Tentang Pengamanan Produk Tembakau Sebagai Zat Adiktif Bagi Kesehatan. Selain ke DPR RI, mereka melakukan aksi demo di Kemeterian Hukum dan HAM serta Kementerian Kesehatan. Ribuan petani tersebut bertolak dari Temanggung ahad (28/2) siang. Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Kabupaten Temanggung, Achmad Fuad, mengatakan, seluruh petani tembakau di Indonesia menolak RPP itu dan menuntut pemerintah untuk tidak menandatangani Frame Work Convention on Tobacco Control (FCTC). Ia mengemukakan, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan masih relevan karena sudah mengatur pengamanan tembakau secara komprehensif. Peraturan pemerintah itu, katanya, mengakomodasi kepentingan aspek kesehatan dan kelangsungan komoditas tembakau secara lengkap dan seimbang. ''RPP yang sekarang ini tendensius, ekstrem, dan hanya mengakomodasi kepentingan pihak yang antitembakau tanpa mempertimbangkan dampaknya yang akan mematikan buruh dan petani tembakau,'' katanya. Untuk berangkat ke Jakarta ini petani iuran antara Rp 200 ribu hingga Rp 850 ribu per orang. Iuran tersebut, katanya, atas kesadaran para petani yang sudah bosan dengan sikap pemerintah RI yang tidak adil terhadap tembakau. Selain ribuan petani Temanggung, juga dari Klaten (7 bus), Wonosobo (6 bus), Magelang (4 bus), Kendal (4 bus), dan Boyolali (2 bus). Jadi total yang berangkat demo ke Jakarta sebanyak 71 bus. Kegiatan demo ini, kata Agus telah direstui pihak Pemerintah Daerah (Pemda) dan DPRD Temanggung, serta APTI nasional. Ketua APTI Jateng Nurtantio Wisnubroto, menambahkan, sebenarnya animo petani untuk ikut demo sangat tinggi. Ia mencatat, sedikitnya 120 bus yang telah mendaftar sebagai peserta demo. Namun, pihaknya hanya memberi izin 71 bus saja. [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Bahaya Peranan Uang Dalam System Ekonomi Kapitalis
By : alihozi Kita semua mengetahui bahwa peran asli uang adalah sebagai skala nilai umum dan sebagai media pertukaran, sebagai pemecah kesulitan-kesulitan yang timbul dari system barter. Tapi sekarang ini dalam masyarakat kita uang sudah memainkan peran lain yang tidak terkait dengan peran aslinya yaitu peran menimbun dan mengakumulasi kekayaan dan bahkan mendorongnya dengan melegalisasi system bunga. Dengan uang banyak orang tidak hanya bisa membeli komoditas apapun yang ia inginkan, namun juga bisa menyimpan uang selama yang ia kehendaki. Hal inilah yang dikemukakan baik oleh JM Keynes dan Milton Friedmen dalam teori-teori mereka tentang permintaan atas uang dalam masyarakat kapitalis. Peran insidental uang sebagai instrument penumpukan dan akumulasi kekayaan, merupakan peranan yang terpenting dalam naungan system ekonomi kapitalis. Peran ini mendorong terjadinya penumpukan kekayaan, ini akan menggoncang keseimbangan antara permintaan total dan penawaran total dari keseluruhan komoditas, baik secara produktif maupun konsumtif. Akibatnya banyak kekayaan yang dihasilkan yang tersimpan tak dibelanjakan. Pasar kapitalis akan sulit menariknya keluar dan mengalami krisis penumpukan kekayaan yang dihasilkan. Keadaan ini akan bisa mematikan pergerakan produksi dan pada gilirannya kehidupan ekonomi secara umum. Dalam rentang waktu yang panjang, kapitalisme tidak menyadari ancaman kesulitan-kesulitan yang muncul tsb dari penumpukan kekayaan akibat peran insendital uang ini. Kekayaan akan terkosentrasi di tangan segelintir individu, kesengsaraan akan merata menimpa sebagian besar anggota masyarakat karena orang kebanyakan tidak bisa memenuhi kebutuhan berbagai komoditas untuk hidup mereka karena menurunnya daya beli mereka. Dalam system ekonomi Islam tidak seperti system ekonomi kapitalis tsb, Islam sangat menentang penumpukan kekayaan dengan membebankan zakat atas harta yang ditumpuk, dan mendorong pembelanjaan uang dalam ranah-ranah produktif maupun konsumtif. Firman Allah,SWT dalam Al-Qur'an : ..supaya harta itu jangan hanya beredar diantara orang-orang kaya saja diantara kalian. Qs 59:7 Dalam suatu riwayat Imam Ja'far Ash-Shadiq salah satu keturunan Rasulullah,SAAW yang terkenal menyatakaan, Allah,SWT telah menganugerahi kalian kekayaan yang melimpah agar kalian membelanjakannya. Dia tidak menganugerahi kalian dengan semua itu untuk kalian timbun. Oleh karena itu untuk mencegah bahaya peranan uang dalam system ekonomi kapitalis yang telah diuraikan diatas, kita semua harus mempunyai kesadaran penuh untuk melakukan introspeksi diri masing-masing apakah selama ini kita sudah menjalankan system ekonomi Islam dalam kehidupan kita sehari-hari yaitu : 1. Melaksanakan kewajiban membayar zakat , infaq dan sedekah dari harta kekayaan yang kita miliki. 2. Membelanjakannya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari hari tanpa berperilaku boros dan berlebih-lebihan 3. Membelanjakannya untuk membantu orang-orang yang tidak mampu baik dari sanak family kita sendiri maupun orang lain, walaupun mungkin family kita tsb atau orang lain tidak meminta-minta kepada kita, tapi terlihat dari tanda-tanda mereka kalau mereka memang membutuhkan bantuan pertolongan kita. 4. Membantu kegiatan-kegiatan sosial di masyarakat. 5. Menginvestasikan harta kita di ranah-ranah produktif Ya Allah Ya Tuhan Kami, kami berlindung kepadaMu dari Sifat Bakhil atau Kikir dan berilah petunjukMu kepada kami agar kami bisa menggunakan harta kami sebaik-baiknya di jalan yang Engkau ridhai...Amiin Wallahua'lam Salam Al-Faqir http://alihozi77.blogspot.com Bagi Anda yang membutuhkan pembiayaan dengan konsep bank syariah untuk keluarga dan perusahaan Anda dapat menghubungi Ali via sms : 0812-1249-001 atau email ali.h...@yahoo.co.id
[ppiindia] Bekerja dari rumah..
Ingin menambahkan pendapatan tambahan?? Ingin melangsaikan bebanan hutang yang memeningkan kepala?? Ingin membuat part time job di rumah?? Sila Klik Disini [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Hamas founder's son saved Peres from bomb attack
http://www.smh.com.au/world/hamas-founders-son-saved-peres-from-bomb-attack-20100228-pb78.html Hamas founder's son saved Peres from bomb attack PHILIP SHERWELL IN NEW YORK AND NICK ALLEN IN SAN DIEGO March 1, 2010 Mosab Hassan Yousef . saved countless lives. SHIMON PERES, the President of Israel, is among the many who owe their lives to the son of a founder of an extremist Palestinian group dedicated to destroying the Jewish state, according to a dramatic account to be published this week. The full story of how Mosab Hassan Yousef, whose father was a founder of Hamas, became an informant for the Israeli domestic security service, Shin Bet, will reveal the huge risks he took during a decade as a spy for Israel - and the extraordinary impact he has had on the course of history in the Middle East. He describes his double life as a top Israeli agent codenamed the ''Green Prince'' and his conversion to Christianity in his book, Son of Hamas. The disclosure that his activities included thwarting a plot in 2001 to blow up Mr Peres, then foreign minister, will heighten the risk he faces from potential assassins. According to Mr Yousef's account - confirmed by his Shin Bet handler to Haaretz newspaper - he was serving as aide and driver to his father, Sheikh Hassan Yousef, when he visited a Hamas bombmaker called Abdullah Barghouti. The Hamas leader, a moderate, urged Barghouti to rein in his campaign of killing after two attacks in Tel Aviv and Jerusalem, because he feared Israel would invade the West Bank in retaliation. But Barghouti said he had already dispatched four devices to blow up the car of Mr Peres. He agreed to call the men in charge of the bombs and the younger Mr Yousef was sent to buy a mobile phone that would be destroyed after the conversation. The ''Green Prince'' passed the number to Shin Bet which eavesdropped on the call and foiled the operation. It was one of dozens of suicide-bombing attempts and assassination plots that he helped prevent - including a plan to kill Rabbi Ovadia Yosef, one of Israel's most important religious figures. He was also responsible for the capture of several top Islamist terrorists, including Barghouti. He even turned in his own father, who remains in an Israeli jail, in return for a promise that he would not be assassinated. ''The kid saved his dad,'' his handler, who used the codename Captain Loai, told Haaretz. The Shin Bet officer praised Mr Yousef for saving countless lives by supplying almost daily intelligence.Shin Bet went to extensive lengths to protect its prize asset. In 2002, it even arranged for him to be arrested and held in detention for several months - allowing him to meet his father in jail. Mr Yousef said his motivation was ideological and religious. He grew up steeped in the violence of the West Bank and was jailed and badly beaten by Israeli forces aged 18 when he was an Islamic student leader. In prison, he was appalled to see how Hamas tortured suspected collaborators and accepted a Shin Bet approach to become an informant. He turned to Christianity in 1999 after a chance encounter with a British pilgrim who met him in Jerusalem and invited him to a Bible class. He left for the US two years ago, applying for asylum and moving to San Diego, from where he had met some Christians while in Jerusalem. Soon, he started attending an evangelical church, was given accommodation by fellow worshippers and baptised in the waters of the Pacific. In the first public comments by any of Mr Yousef's new US friends, Matt Smith, the pastor, told The Sunday Telegraph: ''I was learning Hebrew and we talked about the language. He obviously had a secret on his mind.'' In 2008 Mr Smith became one of the first people Mr Yousef trusted with his life story.''I told him we would be behind him if he wanted to tell his story. It's a great demonstration to Americans that we don't need to fear terrorism.'' He added: ''We consider him family. He's someone who has done something very important and we are really proud of him.'' Mr Yousef, who is unmarried, no longer lives in San Diego. His whereabouts are being kept secret because of fears for his safety. Telegraph, London [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Protecting women
http://www.dawn.com/wps/wcm/connect/dawn-content-library/dawn/the-newspaper/editorial/protecting-women-720-ha-03 Protecting women Dawn Editorial Saturday, 27 Feb, 2010 Members of Islamic parties have traditionally objected to legislation supporting women's rights. -File Photo THE Protection against Harassment of Women at the Workplace Bill has, after much dillydallying, been adopted by the Senate, making it just a step away from becoming law. It now has to be signed by the president. It was passed by the National Assembly in January. While this is a positive step, the flood of women-related legislation - a major achievement of women parliamentarians - in the two houses of parliament can leave one in a state of puzzlement. No doubt there has been some progress for women. The amendment bill pertaining to harassment that was signed into law by the president last month was important because it enhanced the punishment for offences the definition of which was expanded. The latest bill sets up a mechanism to address harassment cases at the workplace and would save women the hassle of going to the police. Inquiry committees set up by employers, the ombudsman appointed by the government and specified procedures for complaints and appeals institutionalise the process of protection against sexual harassment so far missing in Pakistan, although the number of women in the workforce has risen phenomenally. However, there is another significant bill with far-reaching implications awaiting action and that must be addressed soon. That is the Domestic Violence Bill that went through the Assembly with great ease in August but was stalled thereafter because of opposition from the religious lobby. It was not even taken up in the Senate. It has now lapsed but there is no reason why it should not be revived and adopted by both houses. Members of Islamic parties have traditionally objected to legislation supporting women's rights. In the debate on the bill adopted on Thursday, their stance was no different. One legislator went so far as to declare that women were forbidden from working outside their homes, while another implied that women invited harassment by their conduct and appearance. Mercifully, the male majority did not share such bigoted and obscurantist views. It is therefore important that the domestic violence law be adopted so that the next phase of translating it into reality on the ground can be undertaken. [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Moshe Dayan's widow: Israel doesn't know how to make peace
http://www.haaretz.com/hasen/spages/1152801.html Last update - 16:32 28/02/2010 Moshe Dayan's widow: Israel doesn't know how to make peace By Gideon Levy Tags: Israel news, Ruth Dayan She turned 93 last Friday, according to the Hebrew calendar. On Thursday, Herzliya awarded her honorary citizenship. Ruth Dayan doesn't rest for a moment. In the Bedouin town of Segev Shalom and in the Palestinian village of Kharbata, she founded an arts and crafts workshop for women. Once every week or two she drives to these places by herself. She's also busy with countless humanitarian issues in the territories. A few months ago she flew to Malta to meet the daughter of Yasser Arafat, the granddaughter of her soulmate, Raymonda Tawil. During the interview her son, the filmmaker Assi Dayan, emerges from his room in Ruth's apartment in north Tel Aviv. She sends him off to rest some more. The day before the interview, Maariv published a heartrending poem written by her. She greatly admires the book The End of Conflict by Avinadav Begin, the grandson of the former prime minister, and she is busy helping her biographer, Anthony David, get on with the job. (David also wrote a biography of Salman Schocken, who bought Haaretz back in the 1930s.) She shows me the first picture ever taken of her; she's a baby in her mother's arms. On the back of the fading photo is scribbled: Ruth. Three months. 1917. Ruth Dayan, are you proud to be an Israeli? Are you ashamed? It depends. I'm proud to be an Israeli on a limited basis. Every person has his own inner Israeli. What is your Israel? My Israel is the country, the landscape I see when I travel from north to south. The mountains, the ocean - just like it was back then. For a moment I even enjoy myself. I remember when we would pick anemones of various colors in the hills that surround Nahalal. I'm from Jerusalem, and there they had red anemones. I miss the old Israel, when there were still ideals, when we settled the land. And we expelled? We didn't expel. During my childhood, we didn't expel. We bought those tracts of land. Since then, however, many things have happened and today Israel is not the same. It's cliche to talk about how we're in a state of occupation and we're trying to occupy more and more. I'm at that age where I don't even talk about peace anymore. We don't know how to make peace. We go from war to war and this will never end. Whose fault is it? Ours, mainly. Are we, with all our power, incapable of taking a step? Moshe Dayan was there when this occupation started. No. The occupation was the only remaining option. Nothing else could have been done. Moshe was the one who actually led the policy of building bridges. Perhaps this perpetuated the occupation? That could be. I don't think it did. Even Arafat, the man who would kiss me when we met, told me he admired Moshe. Even the Jordanian chief of staff told me in 1948: What a pleasure it is having your husband as an enemy. His behavior toward the Arabs was positive even after the Six-Day War. He would travel alone to Nablus; he liked being with them. He had a dialogue with them. Today, who talks with them? For the current government, peace is just a word. Have you lost hope for peace? I think Zionism has finished its work. I've endured many wars and I can't ignore the fact that they didn't want us. When I go to the territories, I don't even bother instilling hope in them. Out of courtesy, I tell them that I hope something will change, but the deterioration is just awful. Particularly the fence. This is something I can't tolerate. People say it stopped terrorism. Oh, please. It stopped terrorism. Nothing will be able to stop terrorism except dialogue. Shimon Peres admired Dayan. What was Dayan's attitude toward Peres? Moshe didn't admire anybody. Maybe Ben-Gurion. He was a lone wolf. What is Peres' contribution to peace? I think he can still contribute a lot. Though a president doesn't have to intervene, he must intervene. He must make an impact, even on the people. The people are dispersed across a number of different viewpoints and groups and even religions within our religion. My grandfather graduated from the Sorbonne, my mother was a secular woman, and it's not like I hear anybody speaking to me from behind the clouds. Are you Jewish? I'm just an Israeli. It was a great honor to be Israeli, even when I was still a Jewish Palestinian during my childhood in London. I'm the first daughter of graduates of the Herzliya Gymnasium after Yehudi Menuhin was the first son. In London, I went to pray with the gentile girls. What did you think would be here? We
[ppiindia] Genetic property rights on trial as doubts linger
http://www.gulf-times.com/site/topics/printArticle.asp?cu_no=2item_no=345528version=1template_id=46parent_id=26 Genetic property rights on trial as doubts linger Publish Date: Sunday,28 February, 2010, at 12:59 PM Doha Time By Donna Dickenson/London In early February 2010, a United States federal district court in New York began deciding a landmark case as to whether individuals have a right to know about how their own genomes can dictate their future health. The case, American Civil Liberties Union v. Myriad Genetics, may have a tremendous impact on medicine and science. The questions on which the case turns are whether genetic patents help or hamper research, and whether patients should have to pay a licence fee to a biotechnology corporation to be tested for predisposition to disease. One of the plaintiffs is Lisbeth Ceriani, a 43-year-old woman with breast cancer whose doctors recommended that she be tested for two genetic mutations involved in some hereditary forms of the disease. Myriad Genetics, the sole test provider in the US - it holds a patent on the genes themselves, not just on the diagnostic test - did not accept her insurance, and Ceriani could not afford to pay for the test. So she remained ignorant, as did her physicians - with possible ramifications for her clinical care. Five other plaintiffs - along with major medical bodies - tell similar stories. Those who oppose genetic patents claim that they also deny US constitutional rights, making this the first time a genetic patent has been challenged on human rights grounds. As so often happens in biotechnology, what looks at first like an abstruse technical issue raises many questions that cut to the core of our humanity. One human gene out of approximately every five is now the subject of a patent, the majority of which are held by private firms. This case concerns two such genes, BRCA1 and BRCA2. Women with the wrong version of these genes have a heightened risk of developing breast cancer (up to 85%, against the normal 12%, although the genes account for only a minority of breast cancers). These women also run a greater risk of ovarian cancer. Myriad Genetics also has tried to pursue patent rights in Europe, but there its claims have been largely rejected. Although the gene's function in causing breast and ovarian cancer was uncovered by Cancer Research UK in 1995, Myriad, along with nearly 30 other defendants, argues that the patent is a necessary reward for its research costs. In fact, without patent protections, the firm and its allies claim, medical research would shudder to a halt. But, whatever the merits of the claim that genetic patents benefit research and treatment, that is a practical, rather than a legal, argument. In order to gain legal standing to sue Myriad Genetics, critics of genetic patents - including the American Medical Association, the American Society of Human Genetics, and the American Civil Liberties Union - had to find an issue that could be adjudicated on a constitutional basis. Their innovative strategy is to draw on the First Amendment, which protects freedoms such as speech and religion, to argue that patents restrict patients' freedom of access to information that might enable us to take action to protect our health. That is a clever argument, but is it really the source of people's profound disquiet about genetic patenting? In talking about similar issues raised in my recent book Body Shopping, I have heard many shocked reactions to the growing commodification of human tissue, but none more generally shared than this one: how can you take out a patent on life? Is a genetic variant a product of nature or a discovery? While the plaintiffs assert that genes are identified, not invented, the defendants claim that the basis of patent law is precisely the opposite. Their argument is that what is patented is not the gene as it occurs in our bodies, but rather a sort of cloned version produced in the laboratory. Rather than a patent on life, the companies say, they are patenting something more like a chemical. If that is true, how can Ceriani rightfully be kept in the dark about what form the gene takes in her body? This is not just a problem for people who think - wrongly, in legal terms - that they own their bodies, as most people do. With a few limited and recent exceptions, there is no such thing as property in tissue once it has left your body. We know that from such cases as that of John Moore, who tried unsuccessfully to claim property rights in a valuable cell line developed from his immune cells. But what about a gene that has not left my body? Don't I somehow still own it? Don't I have rights of control over my own body? How can a commercial firm not only deny me the right to know my
[ppiindia] Lula: there is no reason for the economic blockade against Cuba
http://www.granma.cu/ingles/2010/febrero/vier26/Lula.html Havana. February 26, 2010 Lula: there is no reason for the economic blockade against Cuba Juan Diego Nusa Peñalver LUIZ Inácio Lula da Silva, president of the Federative Republic of Brazil, this Thursday called on President Barack Obama to lift the economic, commercial, and financial blockade of Cuba because there is no reason for this measure to be in place. Like the Cubans, I do not think that there is any reason for the embargo (blockade); there is no political or economic reason; the Cold War is over, and that is enough for (the United States) to make a decision, affirmed the South American president, speaking to the press at the José Martí International Airport moments before concluding his visit. Cuban President Raúl Castro Ruz was at the airport to bid farewell to the Brazilian president. In this context, he called on Obama to use the same courage that the American people used to elect him president of the United States to solve the problem of the embargo (blockade) of Cuba. After expressing his pleasure with this, his third, visit to the island as president of Brazil, he emphasized that the meeting he had with Fidel Castro Ruz was very important. He commented that he was very satisfied, very happy to find the leader of the Cuban Revolution in good health and said that Fidel was discussing economics as if he were a young man, thinking of the future of Cuba and Latin American and the Caribbean, and, as might be expected, thinking of the future of the world. Likewise, he signaled the importance of his meeting with Cuban President Raúl Castro and the bilateral agreements signed on this occasion, which will contribute to Cuba's development. At another point, he said that his visit was very significant for examining in detail the policy of solidarity toward Haiti adopted by Cuba, Brazil, and other Latin American countries. He explained that he is taking with him a Cuban proposal for both countries to help the Haitians build a healthcare system. Lula stated that Cubans are probably the best solidarity specialists in the world. They are the most prepared and therefore we want to work together to return hope to Haitians. Lastly, the Brazilian president assured that his country will work with unfailing conviction Cuba's central ally in terms of the island's investment and development policy. He praised the island's potential and added that Brazil today has better conditions than 10 year ago, and so we are not going to fail at the point of discussing the most important projects for Cuba. Translated by Granma International [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Mahfud : Legislatif, Eksekutif, Yudikatif Sedang Sakit
Refleksi : Hanya Mafud yang sehat? http://www.analisadaily.com/index.php?option=com_contentview=articleid=45941:mahfud--legislatif-eksekutif-yudikatif-sedang-sakitcatid=3:nasionalItemid=128 28 February, 2010 Mahfud : Legislatif, Eksekutif, Yudikatif Sedang Sakit Mataram, (Analisa) Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) H. Moh. Mahfud MD mengatakan unsur legislatif, eksekutif dan yudikatif di Indonesia sedang sakit. Mahfud mengemukakan hal itu ketika berkunjung ke Gedung Graha Pena Lombok Post, di Mataram, Sabtu, sebelum bertolak ke Jakarta setelah melakukan kunjungan dua hari ke Kabupaten Bima, Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB). Kunjungannya di Gedung Graha Pena Lombok Post itu dilakukan setelah menjadi pembicara kunci pada Seminar Hukum dan Hukum Adat dalam Sistem Ketatanegaraan RI yang diselenggarakan di Bima terkait peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, Jumat (26/2). Mahfud pada Sabtu (27/2) sempat berpidato di hadapan warga Bima saat menghadiri acara seremonial peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang berlangsung di Museum Kerajaan Mbojo. Legislatif kita sedang 'sakit' karena proses rekrutmennya tidak sehat, misalnya selalu terjadi transaksi politik yang tidak kredibel. Terus terang kalau mengharapkan aspirasi kita disalurkan ke legislatif, maka aspirasi itu diduga akan digoreng dan dijual untuk kepentingan politik, ujarnya. Namun bagaimana pun sakitnya unsur legislatif itu tidak boleh dihilangkan, malah harus tetap dihormati, karena kalau legislatif tidak ada maka tidak akan bisa membangun demokrasi. Karena itu jangan sampai ada pikiran untuk menghapus legislatif sebagaimana pandangan masyarakat banyak dalam berbagai dialog interaktif, karena itu tidak benar atau bertentangan dengan konstitusi, katanya. Mahfud juga menggambarkan kondisi eksekutif yang juga sakit baik di tingkat pusat hingga daerah. Indikasinya, praktik KKN (korupsi kolusi dan nepotisme) yang masih sering terjadi, feodalisme atau sikap-sikap feodal juga masih ada, bahkan transaksi politik juga dilakukan kalangan eksekutif. Akibatnya kita tidak mampu bergerak untuk menjadi bersih atau lebih bersih atau bebas dari KKN yang masih banyak terjadi itu. Saya sering ke daerah dan mendapatkan pengakuan masyarakat bahwa sekarang masih sama seperti zaman Orde Baru, ujarnya. Menurut dia hal yang sama juga teradi di yudikatif, bahkan lebih gila lagi karena lembaga peradilan seperti tempat jual-beli perkara, meski telah ada upaya untuk memperbaikinya. Kalau kita lihat laporan ICW dan tindakan MA yang menjatuhkan sanksi kepada para hakim, itu membuktikan bahwa dalam 10 tahun terakhir ini yudikatif kita masih 'sakit', ujarnya. Mahfud kemudian menyatakan bahwa sesunguhnya terdapat empat pilar demokrasi yakni legislatif, eksekutif, yudikatif dan pers dalam perannya sebagai masyarakat madani. Namun dari empat pilar itu Mahfud mengaku meragukan kredibilitas ketiga pilar itu atau hanya memercayai pers, meskipun dirinya bagian dari lembaga yudikatif yakni Mahkamah Konstitusi. Pers di mata Mahfud MD masih sebagai lembaga publik yang tetap memegang teguh kebenaran, dan pers yang dapat diandalkan untuk mengobati ketiga pilar demokrasi yang sedang sakit itu. Itu sebabnya kalau kunjungan ke daerah-daerah, saya selalu menyempatkan diri ke media massa karena saya percaya pers masih bersih, meskipun ada sedikit yang nakal, tetapi masih bisa diperbaiki, ujarnya.(Ant) [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Bambank suka Mencontek.....
Mencontek secara sederhananya dapat diartikan sebagai suatu perbuatan yang bertujuan untuk mencapai suatu keberhasilan dengan jalan yang tidak sesuai dengan kaidah dan nilai moral yang berlaku umum di masyarakat. Kegiatan contek mencontek ini biasanya sering ditemui di dunianya anak-anak. Walau tak tertutup kemungkinan juga ditemui di dunianya orang dewasa. Banyak alasan dan dalih yang menjadi dasar pertimbangan dari seseorang yang melakukan perbuatan mencontek. Namun tujuan dari perbuatan mencontek itu hampir seragam, yaitu tujuan tunggal, bertujuan untuk mencapai keberhasilan. Mendapatkan nilai yang bagus atau nilai yang memenuhi passing grade untuk suatu kelulusan, adalah tujuan perbuatan mencontek dalam konteks perbuatan mencontek yang dilakukan sewaktu ujian sekolah. Mendapatkan nilai yang mampu menmgungguli para pesaingnya, adalah tujuan perbuatan mencontek dalam konteks perbuatan mencontek yang dilakukan sewaktu test saringan untuk memasuki suatu institusi pendidikan. Mencontek oleh hampir semua kaidah dan nilai moral yang berlaku umum di masyarakat, dikategorikan sebagai perbuatan curang. Namun anehnya, bukanlah rahasia umum jika mencontek sudah dianggap wajar dan sering dilakukan oleh banyak orang. Memang, godaan untuk mencontek ini terkadang memang sulit untuk dilawan. Apalagi disaat seseorang merasa dalam posisi kepepet, sedangkan ada suatu keberhasilan yang harus diraihnya ditengah persaingan kompetisi yang sedemikian ketat. Mencontek lalu menjadi pilihan cara yang paling masuk akal. Terkadang, perbuatan mencontek ini juga dilakukan secara berjamaah oleh suatu kelompok. Mereka saling melindungi antara satu dengan yang lainnya. Istilah kerennya, berkoalisi untuk bersama-sama melakukan perbuatan saling mencontek. Celakanya, jika mencontek ini tak terbatas hanya dilakukan secara berkoalisi dan berjamaah. Namun juga jika sudah dianggap sebagai hal yang sudah membudaya di masyarakat suatu negara. Keadaan dan situasi yang seperti itu bisa berakibat sangat fatal, bahkan dapat berdampak yang sistemik. Hasil akhirnya bisa merusak moral dan mental serta kejiwaan dari generasi muda sebagai penerus tongkat estafet kepemimpinan bangsa. Bagaimana tidak mengkhawatirkan, mengingat dalam dunia psikologi perkembangan anak, dikenal istilah proses imitasi. Imitasi dalam konteks ini, konon katanya berasal dari bahasa latin, imitari, yang artinya meniru atau mencontoh. Proses imitasi secara sederhanya dapat diartikan sebagai proses peniruan yang dilakukan anak terhadap suatu aksi yang berasal dari lingkungan sekitarnya. Jika proses imitasi itu disertai juga dengan proses memahami tujuan aksi dan pencapaian dengan target tujuan tertentu, maka akan membentuk teori pemikiran (Theory of Mind) yang melekat pada memori di benak anak yang melakukan proses imitasi tersebut. Proses imitasi ini juga erat kaitannya dengan proses identifikasi. Dimana dalam proses ini, anak atau orang secara tidak disadarinya akan berusaha menyamakan dirinya dengan lingkungan komunitasnya. Sehingga, boleh dikatakan bahwa fase dimana terjadi proses imitasi dan proses identifikasi itu merupakan fase yang paling penting dalam proses pembentukan intelektual dan kognisi serta karakter kepribadian dari seorang anak. Proses imitasi dan identifikasi, jika dilihat dari sisi sudut pandang yang positif, dapat mendorong anak untuk mematuhi kaidah dan nilai moral yang berlaku. Namun sebaliknya, jika dilihat dari sisi sudut pandang yang dari sisi negatif dapat juga berarti mendorong anak untuk meniru tindakan dan nilai moral yang menyimpang. Semua itu tergantung bagaimana situasi dan kondisi di komunitas lingkungan dimana si anak itu berada. Jika situasi dan kondisi di komunitas lingkungannya memberikan suri tauladan yang seringkali melanggar kaidah dan nilai moral yang berlaku umum di masyarakat, maka anak itupun akan tumbuh sesuai dengan suri tauladan yang dilihatnya itu. Jika budaya curang dan ketidakjujuran merajalela di tengah masyarakat, dimana paham ketidakjujuran telah mendarah daging dan menyatu dalam setiap aliran darah serta tarikan napas kehidupan para anggauta masyarakat disekelilingnya, maka hasil akhirnya adalah generasi penerus yang dikuasi oleh budaya budaya curang dan ketidakjujuran. Efek lanjutan dari budaya curang dan ketidakjujuran adalah budaya korupsi dan manipulasi. Suatu negeri sudah dipenuhi oleh suri tauladan yang demikian, mulai dari elit pimpinan tertingginya sampai ke kalangan rakyat jelata, maka hasilnya adalah perbuatan korupsi dan manipulasi akan dilakukan oleh semua anggauta masyarakat. Mereka yang tak melakukannya hanyalah mereka yang tak beruntung saja. Mereka yang tak mempunyai kesempatan untuk melakukan perbuatan korupsi dan manipulasi. Akhirulkalam, suri tauladan adalah hal yang paling penting dalam membentuk perilaku masyarakat suatu negeri. Terutama tentunya, suri tauladan dari elit pimpinan negerinya. Lalu, bagaimanakah suri tauladan
[ppiindia] Kampung-Kampung yang Penduduknya Banyak Menikah Siri (2-Habis)
http://www.cenderawasihpos.com/detail.php?ses=id=2355 27 Pebruari 2010 08:37:38 Kampung-Kampung yang Penduduknya Banyak Menikah Siri (2-Habis) Vivi 11 Kali Menikah, 9 Kali secara Siri Tradisi menikah siri juga banyak dilakukan warga di desa-desa di dua kabupaten: Indramayu dan Pasuruan. Benarkah hanya bermotif ekonomi? -- - KHOLIL IBRAHIM, Indramayu --- Kula rela najan beli dikawin. Asal sarate uripe dijamin. Tapi, yen bisa padu kawin kiai. Teka Pak Lebe wong tua melu nyakseni. (Saya rela meskipun tidak dikawin. Yang penting hidupnya dijamin. Tapi, kalau bisa dikawinkan Pak Kiai. Datang Pak Lebe (pamong desa) orang tua ikut menyaksikan). Kalimat di atas adalah potongan bait lagu dangdut tarling berjudul Kawin Kiai yang didendangkan penyanyi Itih S. Siang itu (22/2) lagu tersebut mengalun cukup keras dari salah satu rumah milik warga yang tinggal di tepi jalan raya pantura, Indramayu. Beberapa radio di Indramayu kerap memutar lagu berjudul Kawin Kiai itu. Bahkan, di toko-toko kaset semakin banyak saja yang memburunya. Dan, memang, lirik lagu itu klop dengan fenomena nikah siri yang saat ini menjadi polemik. Diceritakan dalam lagu itu, seorang wanita yang lebih memilih dikawin siri asalkan hidupnya terjamin. Momennya tepat saja. Memang banyak juga fans yang me-request lagu-lagu yang mengisahkan kawin siri, ungkap Public Relation dan Marketing Radio Prima FM Haurgeulis Raihan A.Z. Di Indramayu, fenomena nikah siri bukan hal baru. Menikah tak harus dicatatkan di instansi resmi terkait. Hal itu cukup hanya diketahui ketua RT sebagai pihak berwenang, atau warga di satu lokasi saja.Yang penting syarat dan rukun nikahnya terpenuhi, serta bertujuan membangun keluarga yang sakinah. Tidak dicatat di KUA, tapi hanya diketahui ketua RT atau warga satu RT, kata Drs Ghozali, salah seorang tokoh masyarakat di Desa Keretajaya Blok Sabrang Wetan, Kecamatan Bongas, Kabupaten Indramayu. Pria 53 tahun tersebut mengatakan, di wilayahnya kawin siri seperti itu disebut juga kawin RT. Hal itu sering dilakukan pasangan yang sudah berusia lanjut. Usianya 40-50 tahun, kata pria yang juga menjadi anggota Satgas Trafficking di Kecamatan Bongas ini. Dia menambahkan, kebanyakan pelaku nikah siri dilatarbelakangi keterbatasan biaya. Di sini, menyelenggarakan pernikahan secara resmi sesuai aturan negara, harus keluar duit antara Rp 700 ribu hingga Rp 1 juta, paparnya. Itu belum termasuk syarat lain, yakni memiliki KTP, KK (kartu keluarga), ijazah sekolah, foto, maupun surat-surat resmi lain. Bagi para manula, persyaratan itu sangat merepotkan. Jadi, cari yang murah dan praktisnya saja, tapi harus dengan niat yang baik, tutur bapak tiga anak itu. Faktor lain yang menjadi motif pelaku nikah siri adalah mahalnya biaya proses perceraian bila menikah dengan mencatatkan perkawinan ke lembaga yang berwenang. Sengaja dipatok biaya tinggi, guna menekan angka perceraian di Indramayu. Kalau kawin RT, mau cerai cukup lapor ke penghulu dan ke RT lagi, terangnya. Soal pertimbangan serbamudah sehingga lebih memilih menikah siri ini diakui pasangan Tarjo, 55, dan Ida, 48. Pasutri ini menikah secara siri tiga tahun lalu. Tarjo duda dan Ida janda. Pernikahan mereka dihadiri seorang ustad yang bertindak sebagai penghulu. Juga ada ketua RT dan beberapa kerabat dan tetangga satu RT. Oleh Pak RT sudah ditawari supaya dicatat pernikahannya. Tapi, kami terus terang tidak punya biaya. Jadi, kami menikah secara sederhana saja, tidak mendaftar ke KUA, ujar pria yang bekerja sebagai buruh tani itu. Kepala Urusan Agama Islam (Urais) Kantor Departemen Agama (Kandepag) Kabupaten Indramayu Drs H M. Amin Bay MAg tidak menampik bahwa fenomena nikah siri masih cukup banyak di wilayahnya. Hampir menyebar di seluruh kecamatan. Biasanya di daerah pelosok dan perbatasan dengan kabupaten lain, kata Amin. Dia mengatakan, sebagai petugas, dirinya sudah sering mengingatkan masyarakat tentang dampak negatif kawin sirri. Tapi, imbauan kami agar masyarakat menikah secara sah di mata negara, sulit mengalahkan faktor pengaruh dari luar dan faktor biaya, paparnya. Selain di Indramayu, desa yang warganya banyak menikah siri adalah di Desa Kalisat, Kecamatan Rembang, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Desa Kalisat terletak di kawasan paling selatan Rembang. Jika diukur dari Bangil, arahnya ke selatan sekitar 20 kilometer. Desa ini tergolong miskin. Ketika berkunjung ke desa itu, Radar Bromo (Cenderawasih Pos Group) sempat dikenalkan dengan Vivi (nama samaran). Umurnya baru 24 tahun. Tapi, dia sudah 11 kali menikah, 9 kali di antaranya menikah siri. Saya awalnya dinikahkan orang tua sejak usia saya 12 tahun, ucapnya. Saat itu Vivi masih sekolah di SD kelas IV. Di usianya yang masih belia, dia dijodohkan oleh orang tuanya. Kalangan orang tua di desa
[ppiindia] Kampung-Kampung yang Penduduknya Banyak Menikah Siri (1)
http://www.jpnn.com/index.php?mib=berita.detailid=58525 Rabu, 24 Februari 2010 , 00:41:00 Kampung-Kampung yang Penduduknya Banyak Menikah Siri (1) Jadi 'Pelaku', Pak RT Tak Takut Masuk Penjara KONSULTASI : Amir (kiri), yang menikah empat kali tanpa buku nikah, sedang berkonsultasi mengenai pengurusan pembuatan buku nikah kepada Somadi, Kaur Kesra Desa Setupatok, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon. Foto : JUNAEDI/RADAR CIREBON/JPNN Ada beberapa kampung atau desa yang sebagian besar penduduknya menikah siri hingga bertahun-tahun dan beranak-pinak. Bagaimana kelak jika RUU yang menghukum secara pidana pelaku nikah siri itu benar-benar menjadi undang-undang? - M. JUNAEDI, Cirebon - SALAH satu desa yang mayoritas penduduknya menikah secara siri alias tak tercatat di instansi resmi adalah Desa Sinarancang, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Desa yang tergolong miskin itu terletak di kawasan pegunungan. Mata pencaharian penduduk di sana beragam. Ada petani, buruh, dan ada yang bekerja sebagai perajin cobek dari batu. Bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi adalah Jawa Cerbonan dan Sunda. Sebab, desa tersebut merupakan daerah transisi antardua suku di Cirebon. Menuju Desa Sinarancang hanya butuh waktu sekitar 30 menit dari pusat Kota Cirebon. Di desa tersebut terdapat sekitar 2.000 pasangan suami-istri. Menariknya, 1.200 pasangan di antaranya tak mencatatkan pernikahannya ke instansi resmi. Berarti, sekitar 60 persen penduduk di desa tersebut boleh dibilang menjadi pelaku nikah siri. Umurnya kebanyakan lebih dari 35 tahun. Saya tidak takut dipenjara gara-gara tidak punya buku nikah, kata Kaya, ketua RT 07/RW 03, Desa Sinarancang. Pria 45 tahun tersebut tidak takut karena yang tidak punya buku nikah di wilayah RT-nya mencapai ratusan. Kalau nanti dipenjara, kami akan membentuk desa sendiri di dalam penjara, kelakarnya lantas tertawa lepas. Di Desa Sinarancang, menikah tanpa dicatatkan di instansi resmi seakan menjadi budaya. Jadi, hal itu sudah dianggap biasa. Bagi warga desa di sana, menikah adalah ibadah. Yang penting ada niat untuk membangun keluarga sakinah, mawadah, dan warahmah. Itu saja sudah cukup. Karena itu, banyak yang merasa tak perlu lagi akta nikah. Suhendi, 35, warga RT 05/RW 02, mengungkapkan, sejak menikah dengan istrinya, Kuniah, 32, hingga mempunyai tiga anak, dirinya tidak punya buku nikah. Bagi dia, punya atau tidak punya buku nikah tak ada pengaruhnya. Saya tidak ingat kapan persisnya saya menikah. Yang saya ingat ketika itu bayar penghulunya Rp 60 ribu. Yang menjadi penghulu seorang kiai. Sekarang sudah almarhum, ceritanya. Saat itu, lanjut dia, tidak ada pikiran bahwa menikah itu harus dicatat di catatan sipil. Yang penting saya menikah dengan sah. Gitu aja, ujarnya enteng. Lain halnya dengan Kaya, sang ketua RT. Sebenarnya saat menikah dirinya ingin dicatat di catatan sipil. Saya menikah pada 1981 ketika berumur 26 tahun. Saat itu, saya kira langsung dicatat di catatan sipil karena yang menikahkan saya adalah kiai. Ternyata tidak, ungkapnya. Karena tidak mengerti bagaimana harus mengurus persyaratan administrasi setelah menikah, Kaya tak mengurus lagi. Akhirnya saya biarkan begitu saja sampai sekarang, katanya. Berdasar pengamatan Radar Cirebon (gurp JPNN), kebanyakan warga yang menikah siri bukan untuk beristri lebih dari satu. Tapi, rata-rata mereka tidak tahu akan hukum negara. Menurut Kepala Desa Sinarancang Caca Efendi, banyak faktor yang membuat 60 persen warganya menikah siri. Di antaranya, faktor jarak dari desa dengan pusat administrasi di tingkat kecamatan. Dia menceritakan, sebelum menjadi desa sendiri, Sinarancang merupakan bagian dari Desa Nanggela, Kecamatan Beber. Baru pada 1983 Sinarancang resmi menjadi desa sendiri. Ketika belum menjadi desa sendiri, jika ingin ke ibu kota kecamatan di Beber, warga Sinarancang harus menempuh jarak 3?5 kilometer. Bukan hanya itu, warga harus melewati jalan yang berbukit-bukit karena terletak di kawasan pegunungan. Saat itu, akses masih sangat terbatas. Itulah yang membuat warga sangat malas mencatatkan pernikahannya di KUA Kecamatan Beber. Selain jarak yang jauh, faktor pendidikan juga berpengaruh. Warga kami merasa menikah itu hanya cukup dinikahkan kiai, lanjut dia. Faktor lain yang membuat banyak warga menikah siri di Desa Sinarancang adalah tidak adanya sosialisasi dari pihak terkait mengenai pentingnya menikah secara hukum negara. Anggapan tidak terlalu pentingnya catatan sipil waktu itu sangat tinggi. Karena itu, pengurusan buku nikah tidak terlalu dipikirkan mereka, jelas Caca. Dia mengakui, banyak warga yang baru merasakan akibat tidak mencatatkan pernikahannya sekarang. Itu terjadi ketika anak-anak mereka masuk sekolah. Ada beberapa sekolah yang mensyaratkan harus menyertakan akta kelahiran ketika mendaftar. Padahal, akta kelahiran dibuat berdasar buku
[ppiindia] Edward: Penangkapan 5 Orang di Tanah Merah Kasus 378
http://www.bangkapos.com/detail.php?section=1category=13subcat=14id=16164 Edward: Penangkapan 5 Orang di Tanah Merah Kasus 378 JAKARTA, BANGKAPOS.COM - Kadiv Humas Mabes Polri Edward Aritonang menegaskan bahwa penangkapan lima orang di Rawasengon, Tanah Merah, Jakarta Utara, kemarin, tidak ada kaitannya dalam kasus terorisme. Kelima orang yang ditangkap oleh tim Densus 88 tersebut ditangkap atas permintaan dari Polda Sumatera Barat (Sumbar). Lima orang yang ditangkap itu terlibat kasus 378 KUHP (penipuan) di Sumbar, kata Edward Aritonang di depan gedung PTIK Jakarta, Jumat (26/2/2010). Edward menjelaskan, pada Kamis kemarin, pihaknya menerima permintaan dari Polda Sumbar untuk menangkap kelima tersangka tersebut. Karena saat itu hanya ada tim Densus 88, lanjut Edward, maka tim tersebut yang diterjunkan ke tempat kejadian perkara (TKP) untuk membekuk tersangka. Kini mereka (tersangka) telah kami kirim kembali ke Polda Sumbar untuk menjalani pemeriksaan. Diduga kelima orang tersebut terlibat kasus penipuan SMS berhadiah yang telah meresahkan masyarakat Sumbar beberapa bulan belakangan ini, terang Edward.(*) [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Kadensus Bantah Ada Penangkapan Teroris di Tanah Merah
http://www.bangkapos.com/detail.php?section=1category=13subcat=20id=16121 Kadensus Bantah Ada Penangkapan Teroris di Tanah Merah JAKARTA,BANGKAPOS.COM -- Kepala Detasemen Khusus 88 Anti Teror Polri, Brigjen Pol Tito Karnavian menyangkal jajaran anak buahnya menangkap tiga orang yang diduga sebagai jaringan teroris di RT.02/06 Rawa Sengon, Tanah Merah, Kamis (25/2) sekitar pukul 12.00 WIB. Belum ada penangkapan, katanya dalam pesan singkat, di Jakarta, Kamis (25/2). Hal senada diungkapkan Kadiv Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Boy Raffli Amar. Hari ini Polda Metro Jaya belum ada melakukan penangkapan di Jakarta Utara, ujarnya. Sebelumnya diberitakan Densus 88 menangkap lima orang yang diduga teroris di tiga rumah kontrakan di di RT.02/06 Rawa Sengon, Tanah Merah, Kamis (25/2) sekitar pukul 12.00 WIB. Informasi yang didapat Persda Network penangkapan dilakukan oleh beberapa pria yang mengaku berasal dari Densus 88 polda Metro Jaya. Satu diantara lima orang yang dibekuk adalah warga negara asing berketurunan timur Tengah. KElimanya diangkut dengan menggunakan dua buah mobil, satu Kijang dan satu Xenia. (Persda Network Berita Terkait Kadensus Polri dan Polda Metro Jaya ... Densus 88 Tangkap Lima Orang Diduga ... Kadensus Bantah Ada Penangkapan ... Penumpang Mencoba Ledakan Pesawat ... Polri : Dua Jenazah Itu Syaifudin ... Zuhri dan Syahrir Dimakamkan di ... Warga Sampiran Tolak Jenazah ... Otopsi Baru Dilakukan Nanti Malam [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Tifatul Sembiring: Berpantun Hilangkan Stres
Refleksi : Tifatul berpantun, stress hilang. SBY menyanyi kasus Bank Century selesai. http://www.jawapos.co.id/halaman/index.php?act=detailnid=119751 [ Minggu, 28 Februari 2010 ] Tifatul Sembiring: Berpantun Hilangkan Stres KEBIASAAN Menkominfo Tifatul Sembiring berpantun dalam sejumlah kesempatan dilakukan jauh hari sebelum menjadi menteri. Mantan presiden PKS itu ingin menularkan kebiasaannya tersebut kepada para anggota Komisi I DPR. ''Berpantun ini bisa untuk hilangkan stres,'' ujar Tifatul di sela-sela rapat kerja dengan komisi I di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu lalu (24/2). Menurut dia, selain mengembangkan budaya sastra asli Indonesia, pantun bisa membuat orang yang menyampaikan dan yang mendengarkan tersenyum. ''Pengalaman saya, mengkritik dengan berpantun itu juga lebih jitu,'' tambah pria kelahiran Bukittinggi, 28 September 1961, itu. Pesan tetap tersampaikan, tanpa membuat marah orang yang dikritik. Saat rapat dengan para anggota dewan, sejumlah bait pantun sengaja disisipkan Tifatul. Salah satu pantun yang sempat menggelitik anggota dewan, yaitu ketika akan mengakhiri pemaparan awal. ''Mari Pangestu makan sirih, sudah segitu saja dan terima kasih,'' katanya, lantas tersenyum. (dyn/oki) [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] SBY: Demokrasi Beretika, Bukan Saling Menjatuhkan
http://www.jambiekspres.co.id/index.php/utama/10405-sby-demokrasi-beretika-bukan-saling-menjatuhkan.html Sabtu, 27 Februari 2010 10:04 SBY: Demokrasi Beretika, Bukan Saling Menjatuhkan MAULID NABI : Presiden SBY dan Wapres Boediono bersama ribuan umat islam dan jamaah Majelis Dzikir Rosulullah, melakukan dzikir akbar di silang Monas, kemarin. JAKARTA - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menghadiri zikir bersama puluhan ribu orang yang tergabung dalam jamaah Majelis Rasulullah di Lapangan Monumen Nasional, Jakarta, kemarin (26/2). Zikir bersama tersebut dilakukan dalam rangkaian peringatan Maulid Nabi Muhamad SAW. Selain Presiden, hadir pula Wapres Boediono, Menko Polhukam Djoko Suyanto, Menko Perekonomian Hatta Rajasa, Menko Kesra Agung Laksono, Menteri Agama Suryadharma Ali, dan Mensesneg Sudi Silalahi. Zikir dan ceramah disampaikan pimpinan Majelis Rasulullah Habib Munzir Al Musawa. Dalam sambutannya, Presiden mengatakan, untuk membawa masyarakat ke dalam perubahan yang lebih baik, Muhamad telah menemui banyak kesulitan dan cobaan. Namun dengan kesabaran dan ketegaran Muhamad, serta mengajak semua pihak untuk menjalankan tugas, semua tantangan bisa diatasi. Ternyata sejarah membuktikan bahwa seberat apapun persoalan, tantangan dan ujian itu dapat diatasi, dengan izin dan pertolongan Allah SWT, kata SBY. Presiden menambahkan, upaya membangun negara juga sarat ujian dan tantangan. Untuk itu, ia mengajak semua pihak meneladani kepemimpinan Muhamad untuk mengatasi persoalan bangsa. Selain menghadiri zikir bersama di Monas, Presiden juga menggelar peringatan Maulid Nabi Muhamad di Istana Negara, Kamis malam (25/2). Peringatan itu juga dihadiri Wapres dan hampir seluruh menteri Kabinet Indonesia Bersatu. Para Duta Besar negara berpenduduk muslim juga menghadiri peringatan kelahiran Muhamad pada 15 abad silam tersebut. Dalam pidatonya, SBY juga mengajak mencontoh Muhammad dalam berdemokrasi dan berpolitik. Perilaku Rasulullah yang santun dan penuh etika, haruslah menginspirasi kita dalam mewujudkan demokrasi di tanah air,kata SBY. SBY mengatakan, demokrasi harus disertai amanah dan penuh etika, kesantunan, dan akhlak yang baik. Bukan demokrasi yang sarat dengan dendam dan permusuhan, serta saling menjatuhkan, katanya. Demokrasi yang dibangun, lanjut presiden, harus menjauhkan diri dari tirani kekuasaan dan golongan kuat, serta bentuk-bentuk pemaksaan kehendak yang justru merusak rasa keadilan. Prinsip-prinsip dasar musyawarah untuk mufakat demi kebaikan rakyat dan negara, masih memiliki tempat di alam reformasi dewasa ini, kata SBY. Islam, demokrasi, dan modernitas, kata SBY, selaiknya dapat hidup seiring dan sejalan dengan damai. [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Undangan partisipasi penelitian Ph.D
Anggota diskusi HRD yang budiman, Nama saya Ponirin, mahasiswa PhD di School of Commerce Management Southern Cross University, Australia. Saat ini saya sedang melakukan pengumpulan data penelitian untuk penulisan tesis/disertasi. Untuk keperluan itu saya membuat sebuah survey berbasis web. Adapun topik penelitian ini adalah Loyalitas Konsumen Online (E-Loyalty) dan subyek penelitian ini adalah para pengguna internet yang pernah melakukan belanja secara online dalam 6 bulan terakhir. Jika Anda termasuk salah satu pelanggan suatu toko online atau pernah berbelanja secara online, dengan segala hormat saya mengundang partisipasi Anda untuk membantu menjadi salah satu responden penelitian ini. Untuk mengisi kuesioner silahkan klik link berikut ini. http://scuau.qualtrics.com/SE?SID=SV_9Y8OfI9xswSaTSQSVID=Prod Atas bantuan dan partisipasinya saya menghaturkan penghargaan setinggi-tingginya dan terima kasih yang tak terhingga atas sumbangsih Anda dalam penyelesaian pendidikan saya. Mohon maaf bila isi email ini mengganggu Anda. Salam, Ponirin Southern Cross University Lismore, NSW, Australia Skype: oryn0306 www.banuata.com [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Russia Suffers Its Worst-Ever Olympics
http://www.themoscowtimes.com/olympic_coverage/article/russia-suffers-its-worst-ever-olympics/400660.html Russia Suffers Its Worst-Ever Olympics 28 February 2010 By Alexander Bratersky One of Russia's three teams, piloted by Alexander Zubkov, crashing during heat one of the four-man bobsled competition at the Winter Olympics on Friday. Perhaps it's surprising that Russia managed to walk away with even three gold medals after giving its worst-ever performance at a Winter Olympics. ? Its luge team, for one, has to build its own sleds for lack of money and only got a track to practice on at home in 2008 - and even then it doesn't freeze properly. We make the equipment ourselves and almost from scratch, Valery Silakov, president of the Russian luge federation, told The Moscow Times. Silakov explained that it is hard to find people to produce luges within the country and even the Khrunichev space center cannot guarantee that its luges, which cost more than $100,000 each, will reach the needed speeds of about 130 kilometers per hour. The Russian luge team left the Vancouver Games medal-less after veteran Albert Demchenko, 38, placed fourth. ? ?Demchenko complained in Vancouver about the lack of financing for his sport, saying he has to repair his luge out of his own pocket. He and his fellow athletes only got a chance to train in Russia when a luge and bobsleigh stadium opened in Paramonovo, outside Moscow, in March 2008. The stadium, however, routinely faces problems with its freezing equipment, Silakov said. The stadium originally built for Soviet athletes is located in now-independent Latvia. Despite the difficulties, Demchenk said he would like to try his luck at the Sochi Games in 2014, when he will be 42. Russia might need him. With many athletes deserting during the turbulent 1990s, the younger generation who has replaced them remains amateurish. Many of them entered sports schools after the [training] system had already been destroyed, Silakov said. With only two events left Sunday, Russia looked set to place a dismal 11th in the gold medals table, well behind leader Canada (13) and even countries like South Korea (6) and China (5). Russia also won five silvers and seven bronzes for a total of 15 medals. Among the biggest setbacks were in ice hockey and skating, which the Soviet Union and Russia had dominated since the 1960s. An embarrassed President Dmitry Medvedev canceled a scheduled trip to Sunday's closing ceremony. Russia previously gave its poorest performance in the 2002 Salt Lake City Games, collecting five golds for a total of 13 medals. The luge team's woes are typical of the problems facing all athletes. While the government boosted financing for Winter Olympic teams to $25 million last year, up from $22 million in 2008, a lack of proper training facilities, rampant corruption and a small pool of eager athletes contributed to Russia's failure in Vancouver, sports officials and athletes said. ? Prime Minister Vladimir Putin has said Russia needed to learn the lessons offered by Vancouver, but no shakeups are expected in the sporting world that could improve Russia's chances for the Sochi Games. ?Russia's complete failure to win any golds in ice skating has prompted harsh criticism from champion Soviet ice skater Irina Rodnina. She accused the heads of Russian sports federations of running their organizations like family businesses and lashed out at Russian Olympic Committee head Leonid Tyagachev, a close friend of Putin and his personal ski coach. Do you think that those who are responsible for the results are upset? I saw Tyagachev in the Russian House restaurant yesterday. He had a good appetite, Rodnina told the Sovietsky Sport newspaper. Sports federations are independent, although most of their financial support comes from the state. The state allocations are disproportional, with the majority going to hockey, biathlon, ski racing and ice skating, while far less goes to short track, ski jumping and luge.? Of the three golds that Russia won, two were in biathlon and one was in ski racing. Former ice skating champion and State Duma Deputy Anton Sikharulidze described the situation inside the federations and the Olympic committee as wild, in an interview with Ekho Moskvy radio. Federation Council Speaker Sergei Mironov and other politicians have called on Tyagachev and Sports Minister Vitaly Mutko to resign, and 54 percent of Russians feel likewise, according to an Interfax poll last week. Tyagachev and Mutko have been summoned to give a briefing to the Duma in early April, but neither has given any indication that they might quit. Mutko said last week that Russia's problem in Vancouver was that it was trying to use simple methods and trying to find people to blame, RIA-Novosti reported. The Audit Chamber has promised to check to make sure that government funds earmarked for Olympic training were spent properly.
[ppiindia] Thousands rally in support of SBY, Boediono
http://www.thejakartapost.com/news/2010/02/28/thousands-rally-support-sby-boediono.html Thousands rally in support of SBY, Boediono The Jakarta Post , Jakarta | Sun, 02/28/2010 1:34 PM | National Thousands of people from various mass organizations are packing the Bung Karno Stadium in Central Jakarta in a rally to support President Susilo Bambang Yudhoyono and Vice President Boediono. The rally participants come from organizations affiliated to Yudhoyono's Democratic Party, including the Indonesian Front (Barindo), the National Committee for Indonesian Community (KNMI), the Betawi Children Communication Forum (Forkabi), Democratic Cadre Communication Forum (FKKD), the Democratic Young Generation (GMD) and the Indonesian Democratic Youth Front (AMDI). Wearing blue and white T-shirts bearing a motto Support SBY-Boediono until 2014, the crowd began to stream into the stadium at 9 a.m. They reached the venue of the rally on buses, truck and private cars. During the rally, the people unfurled banners, some of which read Guard and protect SBY-Boediono's pro-people programs for the sake of people's welfare and Forkabi across the Greater Jakarta supports SBY-Boediono government until 2014. As supporters of SBY-Boediono we have to remain solid. Certain groups that have criticized SBY-Boediono and demanded Boediono's replacement should not discourage us, one of the rally speakers told the audience. The rally comes in the face of a House of Representatives plenary session on Tuesday to respond to an inquiry into the Bank Century bailout in November 2008. Two Yudhoyono's coalition partners - the Golkar Party and the Prosperous Justice Party (PKS), and opposition sides have recommended a legal process against Boediono and Finance Minister Sri Mulyani Indrawati for their role in the controversial bailout. While other parties stop short of requesting Boediono's impeachment, the PKS has openly demanded a process to dismiss the Vice President. [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Can the Ulema Council respond to the real issues?
http://www.thejakartapost.com/news/2010/02/28/can-ulema-council-respond-real-issues.html Can the Ulema Council respond to the real issues? Al Makin , BOCHUM | Sun, 02/28/2010 3:09 PM | Opinion In the last few weeks, the attention of Indonesians has been drawn to the development of law enforcement in the country. They all wonder whether the recent turmoil will become a watershed in the history of law enforcement in the reform period, or whether all of these burning issues will turn to mere sour news. In terms of the latter, the people could be fed up with the unending mess, which the media would easily forget. On the other hand, rather than responding to the current debacle, the Indonesian Ulema Council (MUI) created controversy in its own world. A Hollywood film, 2012, which features an imaginative doomsday, seems to bother this council. The East Java MUI called on the umma (the Muslim community) not to watch this movie, which, according to their fatwa (edict), contradicts Islamic theology, according to which the knowledge of the doomsday belongs only to God. Ulil Abshar Abdalla, an activist from the Islamic Liberal Network (JIL) who plans to run for Nahdlatul Ulama (NU) chairman next year, argued the film had nothing to do with the prediction of the end of the day (kiamat), but that it portrayed a catastrophe that could befall this world. He believed the movie should be interpreted as a warning that our life on this earth is not always safe. In the same tone, Ulil's colleague, Luthfi Syaukanie, also wondered why the MUI viewed the movie from a theological perspective. In fact, looking at its recent track record, the MUI has often pronounced unnecessary edicts. Several ulemas in East Java declared Facebook as haram. Why is driving a car not pro-hibited? You can hit people with a car - so can you rob a bank with a car! Thus the MUI has overlooked the issues - corruption and law enforcement - that concern the Indonesian umma. This contradicts the MUI's own vision and mission, which states the formation of the council was for the sake of the nation and religion. This nation is now faced with uncertain law enforcement and corruption. The umma would have thanked the MUI if the council issued an edict that cursed corruption, which is part of thievery and robbery, whose prohibition can be found in many religious texts. It would be great to hear the MUI's explanation for the practices of corruption in all levels of Indonesian bureaucracy. However, the MUI's response to the true issues is usually late. This council finally denounced violence in the name of Islam, after all umma were disgusted by the atrocities committed by radicals. The MUI in South Kalimantan, however, deserves credit for proposing to ban the noisy calls for prayers and excessive Koranic recitals by using loudspeakers for the sake of religious tolerance. Indeed, the excessive loudspeakers have bothered non-Muslims and Muslims alike. The central and other provincial MUIs should follow this step if they are still committed to guarding this nation and umma. Now is up to the MUI's board, whether they want to guard this nation or to live in their own world and pursue their own agenda. Corruption and law enforcement in Indonesian society are serious matters and need serious treatment and commitment. The ulema council cannot pretend not to see this, instead of warning of the dangers of Hollywood movies or the use of the Facebook. Otherwise, the umma is mature enough, and do not need any guidance from the clumsy council, which does not stand on their side any longer. The writer is a lecturer at Sunan Kalijaga State Islamic University, Yogyakarta [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Pansus Bank Century tidak Akan Berikan Solusi
Refeleksi : Sendiwara Entah Kemana Uang BC akan berakhir dengan Happy End seperti apa diperkirakan. http://www.pikiran-rakyat.com/index.php?mib=news.detailid=129966 Pansus Bank Century tidak Akan Berikan Solusi Minggu, 28 Februari 2010 , 01:13:00 JAKARTA, (PRLM).- Hasil Panitia Khusus Hak Angket Kasus Bank Century diperkirakan tidak akan memberikan solusi apa-apa. Namun, posisi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sendiri akan berhadapan dengan opini publik yang secara umum tidak sepakat dengan kebijakan dana talangan itu. Beberapa hal itu disampaikan Direktur Indobarometer M. Qodari dalam suatu diskusi tentang Pansus Century di Jakarta, Sabtu (27/2). Hasil kemungkinan dari sidang paripurna, tidak akan memberikan solusi yang tuntas atau gambaran yang sifatnya final, kata dia. Dipaparkannya,solusi tuntas akan sulit diperoleh karena kata mufakat pun diperkirakan sulit diwujudkan. Agak sulit mendapatkan musyawarah mufakat dalam paripurna. Fraksi-fraksi akan kesulitan, ujarnya. Bila tidak ada mufakat, maka Qodari memperkirakan hasil akhir pansus akan diwarnai voting atau pengambilan suara terbanyak. Pengambilan suara terbanyak akan dilakukan untuk menyimpulkan beberapa hal yang memang menjadi pokok pendalaman pansus selama dua bulan terakhir.(A-160/A-50)*** [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Gus Dur: Prinsip NU, Tiongkok Melaksanakan
Prinsip NU, Tiongkok Melaksanakan Oleh: KH. Abdurrahman Wahid SEBELUMNYA penulis sampaikan Selamat Idul Fitri 1424 H, maaf lahir dan batin kepada seluruh pembaca harian ini. Dalam kunjungan ke Tiongkok baru-baru ini, penulis bertemu banyak orang dari berbagai lapisan. Dari pejabat pemerintah, aktivis PKT (Partai Komunis Tiongkok), pengusaha dan kaum profesionalisme, seperti guru dan sebagainya, hingga pegawai usaha angkutan penerbangan di Guangzhou (dahulu disebut Nanking) yang terletak di delta sungai Mutiara. Mereka semua menunjukkan prinsip yang sama: penghargaan pada yang lama dan keberanian mengambil yang baru (al muhatzatu a'la al qadimi al shalih wa al akhdzu bi al zadid al ashlah). Prinsip itu tampak ketika penulis bertanya kepada istri yang mengunjungi mausoleum/ kuburan kaca Mao Zedong (Mao Tze Tung). Ia mengatakan, tiap hari mausoleum itu dikunjungi oleh puluhan ribu rakyat Tiongkok. Fakta ini sejalan dengan ungkapan yang selalu penulis dengar dari rakyat Tiongkok, bahwa Mao telah membuat kita menjadi bangsa Tiongkok yang bersatu dalam sebuah negara, dan Deng Xiaoping (Teng Siauw Ping) yang membuat bangsa Tiongkok menjadi modern dan pragmatis. Di bawah Deng, Tiongkok melakukan reformasi besar-besaran dengan menyambut penanaman modal asing, membuka Tiongkok dari kungkungan ideologis yang diterapkan sebelumnya. Kini bangsa Tiongkok aktif dalam perdagangan internasional, melakukan industrialisasi ringan dan menengah, dengan menggunakan produksi domestik kotor (Gross Domestic Product GDP) sebagai ukuran meningkatnya kehidupan. Dengan kata lain, bangsa Tionghoa tetap berideologi komunis namun pelaksanaannya menjadi sangat lentur atau longgar, seperti pepatah yang Deng katakan, Saya tidak peduli apakah kucing itu berwarna hitam atau putih, yang penting kucing itu bisa menangkap tikus.. Setiap bertemu pejabat Tiongkok, mulai dari Cia Ling Ying (orang keempat paling berkuasa di negeri itu, yang memiliki jabatan tertinggi di partai namun tidak menjadi pejabat pemerintah) hingga para Gubernur dan Walikota, semuanya menggunakan GDP sebagai ukuran keberhasilannya. Tidak heranlah kita, jika seluruh Tiongkok dibuatkan sarana dan prasarana oleh pemerintah dalam bentuk; jalan raya, rel kereta api, lapangan terbang, pelabuhan dan pelayanan telekomunikasi mutakhir, bahkan di kota kecil Xiamen ada fasilitas pengiriman berita melalui internet. Harga-harga di seluruh negeri hampir sama, itu mencerminkan system distribusi barang yang baik dan dilaksanakan dengan tuntas. Ini dapat terlaksana karena kedaulatan hukum sangat dihormati dan ditegakkan oleh aparat pemerintah hingga ke dusun-dusun. Yang menarik ketika Zhu Rongji diangkat menjadi perdana menteri negeri itu. Ia mengatakan agar disediakan seratus peti mati. Sembilan puluh sembilan untuk para koruptor yang akan dibasmi dengan hukum mati, sedangkan satunya adalah untuk saya jika saya korupsi. Tidak ada yang percaya bahwa korupsi telah terbasmi sampai ke akar-akarnya di negeri itu, namun jelas dengan sistem hukum yang ada, sang perdana menteri telah melaksanakan ihtikadnya, dan secara berangsur-angsur menidak para koruptor dalam segenap lapisan pemerintahan. * Pada awal tulisan ini, penulis mengatakan bahwa prinsip NU lama justru dilaksanakan di Republik Rakyat Tiongkok pada saat ini. Mengapa demikian? Masalahnya sangat jelas, bahwa prinsip berpegang pada hal lama yang masih baik dan hanya menggunakan hal baru yang lebih besar keuntungannya telah disyahkan oleh Muktamar NU 1984 di Situbondo. Contoh yang sempurna dari prinsip itu adalah warga NU mencium tangan kiai. Karena itulah di balik cacian dan makian yang ditujukan orang ke alamat penulis, termasuk di dalamnya carcaan dari mereka dengan melakukan tindakan-tindakan politik, penulis telah melanggar ketentuan bahwa warga NU tidak ikut berpolitik. Namun itu dilakukan penulis sebagai warga NU, dalam hal ini justru menjadi orang pertama sebagai ketua umum Dewan Syura DPP PKB yang harus mengambil tindakan politik. Kalau penulis tidak mengambil tindakan-tindakan politik, berarti ia melanggar perintah PBNU yang dikeluarkan tahun 1998; untuk membentuk atau mendirikan sebuah partai politik yang merupakan wadah bagi warga NU untuk menyalurkan suara mereka dalam pemilu. Begitu juga warga NU yang ingin berkecimpung dalam dunia politik, tapi tidak mau disetir atau dikemudikan orang lain, memerlukan sebuah wadah berupa partai politik tersendiri dan itu adalah Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Bahwa ada warga NU yang merasa kerasan di partai lain, itu adalah hak mereka dalam sebuah negara demokratis. Tetapi ini tidak menghalangi berdirinya PKB sebagai parpolnya warga NU. * Dalam berpolitik, PKB haruslah belajar dari pengalaman bangsa-bangsa lain termasuk pengalaman bangsa Tiongkok. Dalam hal ini patut dipelajari dengan tuntas persamaan antara semboyan NU dengan semboyan Partai Komunis Tiongkok: menghargai apa yang lama, sambil terjun ke dunia baru yang lebih baik dan lebih berguna. Ini adalah sikap
[ppiindia] Pansus Bank Century tidak Akan Berikan Solusi (RALAT)
Refeleksi : Sendiwara Entah Kemana Uang BC akan berakhir dengan Happy End seperti apa yang diperkirakan semula. http://www.pikiran-rakyat.com/index.php?mib=news.detailid=129966 Pansus Bank Century tidak Akan Berikan Solusi Minggu, 28 Februari 2010 , 01:13:00 JAKARTA, (PRLM).- Hasil Panitia Khusus Hak Angket Kasus Bank Century diperkirakan tidak akan memberikan solusi apa-apa. Namun, posisi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sendiri akan berhadapan dengan opini publik yang secara umum tidak sepakat dengan kebijakan dana talangan itu. Beberapa hal itu disampaikan Direktur Indobarometer M. Qodari dalam suatu diskusi tentang Pansus Century di Jakarta, Sabtu (27/2). Hasil kemungkinan dari sidang paripurna, tidak akan memberikan solusi yang tuntas atau gambaran yang sifatnya final, kata dia. Dipaparkannya,solusi tuntas akan sulit diperoleh karena kata mufakat pun diperkirakan sulit diwujudkan. Agak sulit mendapatkan musyawarah mufakat dalam paripurna. Fraksi-fraksi akan kesulitan, ujarnya. Bila tidak ada mufakat, maka Qodari memperkirakan hasil akhir pansus akan diwarnai voting atau pengambilan suara terbanyak. Pengambilan suara terbanyak akan dilakukan untuk menyimpulkan beberapa hal yang memang menjadi pokok pendalaman pansus selama dua bulan terakhir.(A-160/A-50)*** [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Surat Utang RI Terus Diserbu Asing
http://www.lampungpost.com/aktual/berita.php?id=14951 Kamis, 25 Februari 2010 EKONOMI Surat Utang RI Terus Diserbu Asing JAKARTA (LampostOnline):Serbuan investor asing kepada Surat Utang Negara (SUN) pemerintah terus berlanjut, dalam 18 hari di bulan Februari 2010 ini jumlah kepemilikan asing di SUN meningkat Rp4 triliun dari Rp115,02 triliun di akhir Januari 2010 menjadi Rp119,13 triliun di 18 Februari 2010. Demikian data Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan yang dikutip detikFinance, Kamis (25-2). Jumlah SUN yang diperdagangkan di pasar sampai 21 Januari 2010 adalah sebesar Rp599,28 triliun, porsi terbesar dipegang oleh perbankan dengan jumlah sebesar Rp250,83 triliun. Bank Indonesia (BI) juga memegang instrumen SUN sebesar Rp19,32 triliun. Kemudian industri reksa dana memiliki SUN sebesar Rp48,19 triliun, industri asuransi memiliki SUN Rp76,62 triliun, dana pensiun memegang Rp38,04 triliun, perusahaan sekuritas Rp530 miliar, dan lainnya Rp46,62 triliun. Selain di SUN, serbuan dana di instrumen Sertifikat Bank Indonesia (SBI) juga cukup besar. Dalam lelang SBI yang dilakukan Bank Indonesia (BI) pada 24 Februari 2010 kemarin, jumlah likuiditas yang diserap oleh BI mencapai Rp52,16 triliun. DTC/L-1 [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Lima Warga Tapanuli Selatan Hilang Misterius
Refleksi : Disantap hantu? http://regional.kompas.com/read/2010/02/28/20382941/Lima.Warga.Tapanuli.Selatan.Hilang.Misterius Lima Warga Tapanuli Selatan Hilang Misterius Laporan wartawan KOMPAS Andy Riza Hidayat Minggu, 28 Februari 2010 | 20:38 WIB TAPANULI SELATAN, KOMPAS.com - Lima warga Dusun Binasari, Desa Persiapan Binasari, Kecamatan Angkola Selatan, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara hilang sejak Jumat, (26/2/2010) sore. Mereka hilang di sekitar tempat tinggalnya yang berada di area perkebunan kelapa sawit. Mereka hilang setelah pergi ke kampung lain untuk membeli bahan makanan. Semula dua orang yang pergi. Karena tidak kembali, kami menyuruh tiga orang warga mencari dua orang itu. Namun mereka malah tidak kembali semuanya, tutur Ketua Kelompok Tani Perjuangan, Desa Persiapan Binasari, Kecamatan Angkola Selatan, Tapanuli Selatan, M Nur Harahap (58), Minggu (28/2/2010) petang dihubungi dari Medan. Lima warga itu antara lain Rudi (22), Arifin (42), Samsiadi (41), Ahmad Afandi (25), dan Ramadan (20). Adapun Nur Harahap adalah orangtua kandung Rudi. Awalnya Rudi bersama Arifin pergi mencari bahan makanan pukul Jumat 16.00. Setelah tidak kembali sampai pukul 19.00, Samsiadi, Ahmad Afandi, dan Ramadan mencari keduanya. Mereka berlima kemudian tidak kembali ke rumahnya. Sebagian warga dusun tersebut mencari bersama di sekitar kawasan itu. Tidak ada orang yang mengetahui keberadaan lima warga tersebut. Pada saat pencarian lima orang itu berlangsung, puluhan orang berambut cepak, dua di antaranya berseragam aparat keamanan merusak rumah warga. Mereka mengusir keluarga kami dari rumah, kata Nur. Atas pengrusakan dan hilangnya lima warga tersebut, Nur melaporkannya ke Kepolisian Resor Tapanuli Selatan, Sabtu (27/2/2010) malam. [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [ppiindia] Fw: [Penulismuslim] Penggunaan Kata 'Allah' Tak Sekedar 'Politik
dagelan!, bahwa semua nabi bani israel adalah muslim, coba saja ngomong ke org israel!, jgn ngawur, agama islam itu ada setelah muhammad berusia 40 tahun, sebelumnya kata Allah sdh ada terbukti ada nama2 tokoh Abdullah (hamba Allah), bgmn ada kata2 Allah sdgkan blm ada AlQuran? kalau mmg kata Allah tdk bs dipakai agama lain, lebih baik mulai skrg diinventaris kata2 yg sdh ada sebelum agama Islam ada, spt kataamin, kmd nama2 nabi2 yg sdh ada pada kitab2 suci terdahulu , maka dilarang disebut2 oleh orang2 Islam, spt Adam sampai dgn Isa Al Masih. From: Heru sulistiyo kk_h...@yahoo.com To: kmnu2...@yahoogroups.com; daarut-tauh...@yahoogroups.com; nasional-l...@yahoogroups.com; ppiindia@yahoogroups.com; jarik_indone...@yahoogroups.com; forum-pembaca-kom...@yahoogroups.com Sent: Thursday, February 4, 2010 15:38:30 Subject: [ppiindia] Fw: [Penulismuslim] Penggunaan Kata 'Allah' Tak Sekedar 'Politik ikut melanjutkan dari milis lain :) - Forwarded Message From: cakilis caki...@yahoo. com To: kk_h...@yahoo. com Sent: Thu, February 4, 2010 3:36:23 PM Subject: Fw: [Penulismuslim] Penggunaan Kata 'Allah' Tak Sekedar 'Politik Semata' --- On Thu, 2/4/10, caklis cak...@yahoo. com wrote: From: caklis cak...@yahoo. com Subject: [Penulismuslim] Penggunaan Kata 'Allah' Tak Sekedar 'Politik Semata' To: Penulismuslim@ yahoogroups. com Date: Thursday, February 4, 2010, 3:23 PM http://www.hidayatu llah.com/ opini/pemikiran/ 10624-penggunaan -kata-allah- tak-sekedar- politik-semata. html Penggunaan Kata 'Allah' Tak Sekedar 'Politik Semata' Thursday, 04 February 2010 13:48 Masalah penggunaan kata Allah seharusnya dikembalikan ke ranah teologis, dan jangan terpancing untuk mengaitkannya dengan wacana politik semata Oleh: Asmu'i* Miris, kontroversi penggunaan kata Allah di Malaysia digembar-gemborkan sebagai wacana politik semata. Sejumlah tulisan di beberapa media massa ambil bagian dalam upaya ini. Tak ayal, masalah teologis ini menjadi seakan-akan tidak memiliki akar yang jelas dalam ranah agama. Tentu, upaya ini bukan tanpa alasan. Agaknya, pendukung keputusan Mahkamah Tinggi Kuala Lumpur pada 31 Desember 2009 yang membenarkan penggunaan kata ''Allah'' oleh surat kabar Katholik Herald-The Catholic Weekly terbitan Gereja Katolik Roma, Malaysia, berusaha menjegal upaya banding pemerintah Malaysia atas keputusan tersebut dengan mengait-ngaitkannya dengan isu politik. Yang mereka inginkan satu, semua orang melihat masalah tersebut hanya dilatarbelakangi oleh kepentingan politk belaka. Jika berhasil, tentu ini akan menjadi tekanan ke pemerintah, sebab wacana yang akan berkembang, bahwa keputusan pemerintah yang tidak mendasar itu telah memicu lahirnya kekerasan. Kita tahu, masalah penggunaan kata Allah menyita perhatian publik internasional, baik umat Islam secara khusus maupun non muslim. Karena itu, mengembalikan masalah tersebut ke akar masalahnya (ranah teologis) adalah satu keniscayaan. Sehingga, semua pihak dapat menilai dan bersikap secara proporsional dan tepat. Untuk itu, tulisan ini akan mengulas 'mengapa mengatur penggunaan kata Allah itu penting. Di sini juga akan dijelaskan 'posisi' pemerintah sebagai pihak pengemban amanah. 'Allah' Nama Tuhan Agama Tauhid (Islam) Dalam al-Qur'an, disebutkan bahwa mulai dari Nabi Yunus (QS. Yunus: 72), Nabi Ibrahim (Ali Imran: 67), dan semua Nabi dari Bani Israil (QS. Yunus: 84, QS An-Naml: 44, dan Ali Imran: 52) adalah muslim. Ini menunjukkan bahwa agama mereka adalah Islam, bukan Yahudi atau Kristen misalnya. Sebab, yang dibawa para Nabi itu adalah ajaran Tauhid, menyembah Allah Yang Esa. Rasulullah juga menegaskan ini, sebagaimana sabda beliau,Aku (Rasulullah SAW) orang paling dekat dengan Nabi Isa bin Maryam di dunia maupun di akhirat. Nabi-Nabi adalah bersaudara, agama mereka adalah satu meskipun ibu-ibu mereka berlainan. (HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud, dan Imam Ahmad). Semua ini dapat kita pahami dan yakini karena sumber kita (al-Qur'an dan al-Hadits) tidak bermasalah. Bagi kita, al-Qur'an dan al-Hadith itu sifatnya tetap dan final. Wahyu juga menjadi sumber final konsep Ketuhanan dalam Islam. Karena itu, tidak ada unsur-unsur praduga di dalamnya. Hatta, nama Allah telah termaktub secara jelas di dalamnya. Allah subhanawataala berfirman:Sesunggu hnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku. (QS. Taha: 14). Allah juga berfirman,Sesunggu hnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: Laa ilaaha illallah (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri (QS. 35). Secara implisit, kalimat La Ilaha Illallah dalam ayat tersebut menunjukkan bahwa Allah itu merupakan nama diri, bukan gelar atau penisbatan tertentu. Yang demikian ini disebut sebagai isim jamid, atau kata benda yang tidak berasal usul dari kata lain sebagaimana isim musytaq
[ppiindia] Hati Yang Berserah
Hati Yang Berserah By: agussyafii Malam temaram menyelimuti hari yang berserah kepada Allah Subhanahu Wa ta'ala. Seorang Ibu bersama Putranya dan juga suaminya yang dicintainya. Dulu Sang Ibu awalnya datang sendiri ke Rumah Amalia. Beliau banyak bercerita dan memohon doanya dari anak-anak Amalia agar keluarga bisa terselamatkan dari kehancuran. Beliau berjanji bila keluarga bisa berkumpul kembali akan mengajak anak dan suaminya berkunjung ke Rumah Amalia. Alhamdulillah malam itu kehadirannya menyiratkan kebahagiaan diwajahnya, anaknya terlihat mungil, suaminya tersenyum mengembangkan pertanda adanya kebahagiaan dilubuk hatinya yang paling dalam. 'Subhanallah, Allah masih sayang kepada kami sekeluarga..Hanya kepada Allahlah kami berserah diri dan memohon perlindungan.' Ucap Sang Ibu dengan untaian air mata yang bening, berkali-kali beliau mengucapkan puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Dulu Sang Ibu bercerita, waktu itu diawal tahun saya mengandung putra pertama. Kami bergembira, kami kabarkan kepada orang tua, kakak dan mertua. Mereka semua senang dan mereka ingin merayakan tujuh bulan kehamilan saya di kampung. Bertepatan pada tahun ajaran baru bapak mengantarkan adikku untuk melanjutkan kuliahnya. Mengingat susahnya cari kontrakan maka saya meminta adik perempuan saya untuk tinggal bersama kami sekeluarga. Jadilah rumah kami semakin ramai, ada saya, suami, adikku dan pembantu kami. Ditengah suami sedang sibuk dengan tugas kantornya, tidak tega rasanya saya mengganggunya. Meskipun begitu terkadang saya ingin mendampingi suami namun saya sering menahan diri,' tuturnya. Rumah tangga kami bahagia, penuh tawa dan keceriaan, banyak tetangga yang selalu mengatakan, 'jeng, aku ngiri loh ama keluarga kamu..bahagia banget...' Saya selalu menjawabnya dengan tersenyum. Suami mencukupi kebutuhan kami bahkan berlebih dan sisanya saya tabung untuk kebutuhan putra kami kelak. Ipah, pembantu kami sangat setia pada keluarga kami karena saya memperlakukannya seperti keluarga sendiri. Sementara adik saya juga nampak gembira, jika ada tugas yang tidak dimengerti, dia selalu bertanya pada kakak iparnya. Saya senang melihat kedekatan suami dan adik saya perempuan. Mereka terlihat akrab, terkadang saya merasa cemburu atas kedekatan mereka. perasaan seperti itu buru-buru saya menyingkirkannya. Tidaklah pantas cemburu dengan adik kandung sendiri, malu rasanya..! Putra kami pertama lahir, anaknya cakep seperti ayahnya. Namun disaat suami, bapak dan ibu membezuk adik saya tidak ikut. Katanya, 'adikmu sedang sakit.' Terlihat diwajah kedua orang tua saya seperti menyembunyikan sesuatu. Setelah seminggu kelahiran putra kami, kami mengadakan syukuran sekaligus aqeqahan dengan mengundang para tetangga sekitar rumah kami tinggal. Secara tidak sengaja saya melintas kamar adik perempuan saya yang tertutup, saya mendengar isak tangis, isak tangis ibu, isak tangis bapak disela-sela isak tangis adik perempuan saya. Terdengar suara adik perempuan saya yang mau muntah. 'Mengapa kau lakukan itu?' tanya bapak. 'Sudah pak..nanti terdengar orang,' jawab ibu. Tak kuasa saya mendengar percakapan itu. Dunia terasa kiamat. Saya kesal, menangis, kecewa, marah. Saya ini apa? saya perempuan yang malang. bodohnya saya, dan tidak bergunanya saya. Saya berlari ke kamar, tiba-tiba putra saya menangis, air mata saya mengalir. Sehari semalam saya tidak keluar kamar. 'Saya teringat status di FB Mas Agus...'Sayangilah mereka yang pernah menyakiti hatimu' Tutur Sang Ibu. Malam itu beliau mengendong putranya. Wajahnya terlihat bersedih, kemudian saya menyarankan untuk mengambil air wudhu dan memperbanyak istighfar. Tak lama kemudian, duka dihatinya terlihat berkurang. Beliau memohon doanya dari anak-anak Amalia agar keluarga bisa terselamatkan dari kehancuran dan dirinya mampu memaafkan orang-orang telah menyakiti hatinya. Beberapa malam kemudian Sang Ibu memenuhi janjinya bahwa dirinya telah memaafkan suami dan adiknya serta melupakan semua yang telah menyakitkan hatinya, hal terbukti kehadirannya bersama putra dan suaminya ke Rumah Amalia dengan senyum yang merekah. Subhanallah..Maha Suci Allah... --- Yaitu mereka yang bisa menahan emosi, memaafkan manusia dan Allah senang kepada mereka yang berbuat ihsan (QS. Ali-Imran:134). Wassalam, agussyafii - Tulisan ini dibuat dalam rangka kampanye program Kegiatan 'Munajat Amalia (MULIA)' Hari Ahad, Tanggal 7 Maret 2010 Di Rumah Amalia. Kirimkan dukungan dan partisipasi anda di http://www.facebook.com/agussyafii atau http://agussyafii.blogspot.com, http://www.twitter.com/agussyafii, atau sms di 087 8777 12 431 [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [ppiindia] Hati Yang Berserah
mungkin intelektual sy agak terlambat mencerna kisah ini, tapi cerita ini tentang apa ya..?? tentang suami amalia yg menghamili adik ipar ya.. trus hati yg berserah itu siapanya ya, kok sy agak kurang nyambung dari rentetan n kronologis cerita ini. --- On Sun, 2/28/10, muhamad agus syafii agussya...@yahoo.com wrote: From: muhamad agus syafii agussya...@yahoo.com Subject: [ppiindia] Hati Yang Berserah To: agussya...@yahoo.com Date: Sunday, February 28, 2010, 10:48 PM Hati Yang Berserah By: agussyafii Malam temaram menyelimuti hari yang berserah kepada Allah Subhanahu Wa ta'ala. Seorang Ibu bersama Putranya dan juga suaminya yang dicintainya. Dulu Sang Ibu awalnya datang sendiri ke Rumah Amalia. Beliau banyak bercerita dan memohon doanya dari anak-anak Amalia agar keluarga bisa terselamatkan dari kehancuran. Beliau berjanji bila keluarga bisa berkumpul kembali akan mengajak anak dan suaminya berkunjung ke Rumah Amalia. Alhamdulillah malam itu kehadirannya menyiratkan kebahagiaan diwajahnya, anaknya terlihat mungil, suaminya tersenyum mengembangkan pertanda adanya kebahagiaan dilubuk hatinya yang paling dalam. 'Subhanallah, Allah masih sayang kepada kami sekeluarga.. Hanya kepada Allahlah kami berserah diri dan memohon perlindungan. ' Ucap Sang Ibu dengan untaian air mata yang bening, berkali-kali beliau mengucapkan puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Dulu Sang Ibu bercerita, waktu itu diawal tahun saya mengandung putra pertama. Kami bergembira, kami kabarkan kepada orang tua, kakak dan mertua. Mereka semua senang dan mereka ingin merayakan tujuh bulan kehamilan saya di kampung. Bertepatan pada tahun ajaran baru bapak mengantarkan adikku untuk melanjutkan kuliahnya. Mengingat susahnya cari kontrakan maka saya meminta adik perempuan saya untuk tinggal bersama kami sekeluarga. Jadilah rumah kami semakin ramai, ada saya, suami, adikku dan pembantu kami. Ditengah suami sedang sibuk dengan tugas kantornya, tidak tega rasanya saya mengganggunya. Meskipun begitu terkadang saya ingin mendampingi suami namun saya sering menahan diri,' tuturnya. Rumah tangga kami bahagia, penuh tawa dan keceriaan, banyak tetangga yang selalu mengatakan, 'jeng, aku ngiri loh ama keluarga kamu..bahagia banget...' Saya selalu menjawabnya dengan tersenyum. Suami mencukupi kebutuhan kami bahkan berlebih dan sisanya saya tabung untuk kebutuhan putra kami kelak. Ipah, pembantu kami sangat setia pada keluarga kami karena saya memperlakukannya seperti keluarga sendiri. Sementara adik saya juga nampak gembira, jika ada tugas yang tidak dimengerti, dia selalu bertanya pada kakak iparnya. Saya senang melihat kedekatan suami dan adik saya perempuan. Mereka terlihat akrab, terkadang saya merasa cemburu atas kedekatan mereka. perasaan seperti itu buru-buru saya menyingkirkannya. Tidaklah pantas cemburu dengan adik kandung sendiri, malu rasanya..! Putra kami pertama lahir, anaknya cakep seperti ayahnya. Namun disaat suami, bapak dan ibu membezuk adik saya tidak ikut. Katanya, 'adikmu sedang sakit.' Terlihat diwajah kedua orang tua saya seperti menyembunyikan sesuatu. Setelah seminggu kelahiran putra kami, kami mengadakan syukuran sekaligus aqeqahan dengan mengundang para tetangga sekitar rumah kami tinggal. Secara tidak sengaja saya melintas kamar adik perempuan saya yang tertutup, saya mendengar isak tangis, isak tangis ibu, isak tangis bapak disela-sela isak tangis adik perempuan saya. Terdengar suara adik perempuan saya yang mau muntah. 'Mengapa kau lakukan itu?' tanya bapak. 'Sudah pak..nanti terdengar orang,' jawab ibu. Tak kuasa saya mendengar percakapan itu. Dunia terasa kiamat. Saya kesal, menangis, kecewa, marah. Saya ini apa? saya perempuan yang malang. bodohnya saya, dan tidak bergunanya saya. Saya berlari ke kamar, tiba-tiba putra saya menangis, air mata saya mengalir. Sehari semalam saya tidak keluar kamar. 'Saya teringat status di FB Mas Agus...'Sayangilah mereka yang pernah menyakiti hatimu' Tutur Sang Ibu. Malam itu beliau mengendong putranya. Wajahnya terlihat bersedih, kemudian saya menyarankan untuk mengambil air wudhu dan memperbanyak istighfar. Tak lama kemudian, duka dihatinya terlihat berkurang. Beliau memohon doanya dari anak-anak Amalia agar keluarga bisa terselamatkan dari kehancuran dan dirinya mampu memaafkan orang-orang telah menyakiti hatinya. Beberapa malam kemudian Sang Ibu memenuhi janjinya bahwa dirinya telah memaafkan suami dan adiknya serta melupakan semua yang telah menyakitkan hatinya, hal terbukti kehadirannya bersama putra dan suaminya ke Rumah Amalia dengan senyum yang merekah. Subhanallah. .Maha Suci Allah... --- Yaitu mereka yang bisa menahan emosi, memaafkan manusia dan Allah senang kepada mereka yang berbuat ihsan (QS. Ali-Imran:134) . Wassalam, agussyafii - Tulisan ini dibuat dalam rangka kampanye program Kegiatan 'Munajat Amalia (MULIA)' Hari Ahad,
[ppiindia] I just uploaded a photo that I want you to see!
Hello! I just uploaded a photo on shohibul's DailyFlog page that I want you to see. Please come and see: http://www.mydailyflog.com/go/invite_register/shohibul/49792884stc=18 Thanks! Shohibul Siregar Got a digital camera? MyDailyFlog is a personal photo-blogging space where you can easily post your latest and greatest photos, and share them with your friends and family. Create your own DailyFlog at www.MyDailyFlog.com ... Unsubscribe: to opt out of further invitations from your friends to see their DailyFlogs, please click below: http://www.mydailyflog.com/go/system/euns=ppiin...@yahoogroups.commd5=92c2b59713e84650dac0c7c37486aec5bl=18 Please do not reply directly to this email. Questions? Contact us - http://www.mydailyflog.com/go/contact_us MyDailyFlog, Refriendz Ltd. PO BOX 1184, Luton, Bedfordshire, LU1 9AT.
[ppiindia] I just uploaded a photo that I want you to see!
Hello! I just uploaded a photo on shohibul's DailyFlog page that I want you to see. Please come and see: http://www.mydailyflog.com/go/invite_register/shohibul/49792884stc=18 Thanks! Shohibul Siregar Got a digital camera? MyDailyFlog is a personal photo-blogging space where you can easily post your latest and greatest photos, and share them with your friends and family. Create your own DailyFlog at www.MyDailyFlog.com ... Unsubscribe: to opt out of further invitations from your friends to see their DailyFlogs, please click below: http://www.mydailyflog.com/go/system/euns=ppiin...@yahoogroups.commd5=92c2b59713e84650dac0c7c37486aec5bl=18 Please do not reply directly to this email. Questions? Contact us - http://www.mydailyflog.com/go/contact_us MyDailyFlog, Refriendz Ltd. PO BOX 1184, Luton, Bedfordshire, LU1 9AT.