[ppiindia] Obama Has the Power to Help Papua, the 'Weak Man' Under Indonesian Rule

2010-02-28 Terurut Topik sunny
 
http://www.hrw.org/en/news/2010/02/21/obama-has-power-help-papua-weak-man-under-indonesian-rule

Obama Has the Power to Help Papua, the 'Weak Man' Under Indonesian Rule 
by 
Andreas Harsono, Indonesia consultant for Human Rights Watch



Published in: 
The Jakarta Globe
February 21, 2010 
In Jakarta in the late 1960s, a young Barack Obama noticed his stepfather's 
great unease and silence about his one-year military service in New Guinea. 
Lolo Soetoro, his stepfather, did not like to talk about his time there. He did 
tell young Barack about how leeches got into his boots in New Guinea's jungles. 
They crawled inside your army boots while you're hiking through the swamps. At 
night, when you take off your socks, they're stuck there, fat with blood. You 
sprinkle salt on them and they die, but you still have to dig them out with a 
hot knife. The leeches created a series of indented scars on Lolo's legs. 

In his book Dreams From My Father, Obama asked Lolo, Have you ever seen a 
man killed?

Lolo was surprised by the question.

Have you? Obama asked again.

Yes.

Was it bloody?

Yes.

Obama thought for a moment. Why was the man killed?

Lolo answered, Because he was weak. That's usually enough. Men take advantage 
of weakness in other men. They're just like countries in that way. The strong 
man takes the weak man's land. He makes the weak man work in his field. If the 
weak man's woman is pretty, the strong man will take her. Lolo paused, then 
asked his young stepson, Which would you rather be?

Obama didn't answer the question.

Lolo finally remarked, Better to be strong.

Philosophers around the world could devote volumes to that simple question. But 
as Obama prepares to visit Indonesia in March, some facts are worth pondering.

Fact No. 1: Barack Obama, the little boy who used to live in Jakarta, is one of 
the most powerful men in the world. Obama now lives in the White House, not the 
little house in Menteng. And he is going to revisit the home of his youth to 
sign a strategic partnership with Indonesia.

Fact No. 2: New Guinea is now called Papua. Its western part is legally a part 
of Indonesia since the controversial UN-approved Act of Free Choice in 1969, in 
which 1,054 Papuans, hand-picked by Jakarta, voted unanimously to join 
Indonesia. Papua, to use Lolo's words, is still the weak man under Indonesian 
rule.

Human rights abuses by Indonesian security forces remain common. Peaceful 
protesters continue to receive long prison sentences. Papua is off-limits to 
most independent outside observers. And it remains poor and underdeveloped, 
despite the fact that it has abundant natural resources, including natural gas, 
minerals and timber. Papua has the worst poverty in Indonesia, with more than 
80 percent of households living below the poverty line. Papua has the biggest 
HIV problem in the country, with infection rates 15 times the national average.

Fact No. 3: Indonesia's president, Susilo Bambang Yudhoyono, also has a close 
connection to Papua. Indonesia's military commander in Papua in the late 1960s 
was Brig. Gen. Sarwo Edhie Wibowo, who had previously led a bloody military 
campaign against Indonesian communists in Java. He would later become the 
father-in-law of a young Army captain named Susilo Bambang Yudhoyono.

The human rights situation in Papua remains poor. Human Rights Watch has for 
many years urged the Indonesian government to stop prosecuting peaceful Papuan 
protesters. We have asked the government to open Papua to international 
journalists, human rights researchers and other independent observers. If all 
is well in Papua, as the government claims, why do the Indonesian police and 
military require a surat jalan, or walking permit, for any foreigner visiting 
Papua?

Since the 1970s, political tensions and abuses by the Indonesian security 
forces have helped create a climate of fear in Papua. This continues to the 
present. Impunity remains a huge problem. For example, in November 2001, the 
Indonesian Army's Special Forces (Kopassus) kidnapped and killed Papuan 
separatist leader Theys Eluay in Jayapura. The then-commander of Kopassus in 
Papua, Lt. Col. Hartomo, denied involvement in the murder. But international 
outrage prompted the Indonesian Military Police to investigate.

In 2003, a court in Surabaya found seven Kopassus soldiers and officers, 
including Lt. Col. Hartomo, guilty of mistreatment and battery leading to 
Eluay's death, but crucially not of murder. Sentences served by the seven 
ranged from two to three and a half years. But Hartomo was not discharged from 
the Army. Instead, he is now Col. Hartomo, the head of Kopassus Group 1 in 
Serang, just a three-hour drive from Jakarta.

More than 130 people are currently imprisoned throughout Indonesia for peaceful 
expression, particularly in Papua and the Moluccas. Some have been sentenced to 
lengthy prison terms, including Papuan activist Filep Karma, who is serving a 
15-year sentence for 

[ppiindia] Maestro Tari Perut Dunia Siap Guncang Indonesia

2010-02-28 Terurut Topik sunny
Refleksi : Wah, hebat juga ada  senam perut alias tari perut goyang-guncang  
NKRI. Semoga para petinggi MUI, FPI, MMI serta sobat-sobat kentalnya tidak akan 
mengabaikan kesempatan untuk meyaksikan serta menikmati indahnya kebudayaan 
gurun pasir Timur Tengah, dan insyaalloh semua gembira ria dan dikeluarkan 
dengan segara fatwa untuk dibuka klub-klub tari perut seperti halnya dengan 
klub poligami dan kawin siri yang tumbuh sebagai jamur dimusim hujan. Syukran!

http://regional.kompas.com/read/2010/02/26/21374232/Maestro.Tari.Perut.Dunia.Siap.Guncang.Indonesia


Maestro Tari Perut Dunia Siap Guncang Indonesia

Jumat, 26 Februari 2010 | 21:37 WIB

www.laylaisis.com
Maestro Tari Perut, Sonia, Layla dan Jillina 
DENPASAR, KOMPAS.com - Maestro tari perut kelas dunia asal Amerika Serikat 
Jillina mempromosikan tari perut dari satu negara ke negara lain, termasuk 
hadir dalam suatu kegiatan festival di Nusa Dua, Bali. 

Jillina baru datang dari Korea Selatan dan selesai dari festival di Bali akan 
langsung menuju ke Jerman dan beberapa negara Eropa untuk promosi tari perut, 
kata Direktur Festival Tari Perut Se-Asia Felix Rusli, Jumat (26/2/2010). 

Bali menjadi tuan rumah rangkaian festival tari perut bertajuk Asian Belly 
Dance Festival 2010, yang berlangsung 25-28 Februari, di Ayodya Resort, kawasan 
wisata Nusa Dua. 

Menurut Felix, orang Amerika Serikat serta Eropa terobsesi dengan perut kencang 
dan rata. Tarian itu segera menjadi trend dunia karena mereka mengetahui 
aktivitas itu membuat orang langsing. 

Festival tari perut di Nusa Dua itu, menurut dia, ternyata banyak peminatnya, 
yakni mencapai 230 dari berbagai negara. Mengingat antusiasnya peserta itu, 
festival tersebut kembali akan digelar di Bali di tahun-tahun mendatang. 

Ia mengemukakan bahwa komunitas tari perut yang asalnya dari Timur Tengah itu 
di dunia sudah mencapai hampir mendekari 40.000 orang. 

Sementara maestro tari perut Indonesia Suzanna Tibble mengatakan bahwa peminat 
tari perut di Indonesia sudah mulai banyak. Bahklan di Jakarta peminatnya 
semakin banyak dengan munculnya sejumlah sanggar. 

Menurut dia, tidak sedikit dari penari asuhannya yang pindah haluan dari tarian 
modern ke tari perut. Karena itu ia menegaskan bahwa tari perut sudah menjadi 
ikon kelas menengah di Indonesia.








[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Keuskupan di Papua Menyoroti Kerusakan Lingkungan + Freeport Diminta Memberi Perhatian SDM Papua

2010-02-28 Terurut Topik sunny
http://regional.kompas.com/read/2010/02/26/22410876/Keuskupan.di.Papua.Menyoroti.Kerusakan.Lingkungan


Keuskupan di Papua Menyoroti Kerusakan Lingkungan

Jumat, 26 Februari 2010 | 22:41 WIB

Ilustrasi Uskup Timika 
TIMIKA, KOMPAS.com - Masalah kerusakan lingkungan hidup menjadi sorotan utama 
Sekretariat Keadilan dan Perdamaian (SKP) lima keuskupan se-Papua saat 
menggelar kegiatan pelatihan advokasi lingkungan berbasis data dan HAM di Rumah 
Transit Bobaigo Timika, Jumat (26/2/2010). 

Selain masalah kerusakan lingkungan, persoalan lain yang mengemuka di antaranya 
pemekaran dan dampaknya terhadap implementasi Otonomi Khusus (Otsus), politik 
dan pemilu kepala daerah (pilkada) yang menyimpang. 

Kemudian dialog Papua (internal orang Papua sendiri) dan dialog Papua-Jakarta, 
pendidikan dan kesehatan yang terus-menerus menjadi problematis. 

Persoalan-persoalan tersebut masih akan terus terjadi dan melahirkan sejumlah 
masalah dan pelanggaran di bidang hukum dan HAM di Papua. 

Hal itu terjadi karena perangkat hukum dan kebijakan publik masih berorientasi 
pada kelanggengan kekuasaan, jabatan dan kepentingan pihak penguasa dan 
kroninya ketimbang memihak kepentingan rakyat, demikian pernyataan sikap 
bersama SKP lima keuskupan se-Papua. 

Surat pernyataan sikap bersama itu ditandatangani oleh Pastor Dicky Ogi MSC 
mewakili SKP Keuskupan Agung Merauke, Bruder Rudolf Kambayong OFM mewakili 
SKP-KC Fransiskan Papua di Jayapura, Robert Sakimin mewakili SKP Keuskupan 
Agats, Frater Rudy Renyaan Pr mewakili SKP Keuskupan Manokwari-Sorong dan 
Frater Saul Wanimbo Pr mewakili SKP Keuskupan Timika. 

SKP lima keuskupan se-Papua menilai kebijakan pemerintah dalam mendukung 
program pengembangan industri pertambangan serta program pangan dan energi di 
Papua bukan berorientasi pada kepentingan ekonomi kerakyatan masyarakat lokal 
namun lebih memilih penguatan ekonomi pasar. 

Pengembangan dan budidaya perkebunan sawit yang saat ini digalakkan oleh 
Gubernur Papua Barnabas Suebu dinilai hanya akan memarjinalkan masyarakat asli 
Papua. 

Kesenjangan dan kecemburuan sosial bukan lagi potensial tapi sudah lama 
berakumulasi dan menjadi fenomena menyeluruh di Papua. Akibatnya, protes dan 
refleksi kritis muncul dimana-mana bahkan dengan menggunakan cara-cara 
kekerasan yang ditanggapi pula dengan cara kekerasan oleh aparat, tulis SKP 
lima keuskupan di Papua. 

Menyikapi berbagai kasus tersebut, SKP lima keuskupan di Papua merekomendasikan 
kepada semua pihak berkepentingan agar memperhatikan dan memperjuangkan 
pemulihan hak hidup orang Papua sebagai acuan bersama dalam kebijakan 
pembangunan. 

Selanjutnya, menolak dan mengutuk setiap bentuk kekerasan apa pun yang 
dilakukan baik oleh warga sipil maupun aparat pemerintah dan keamanan terhadap 
setiap usaha untuk mempertahankan hak hidup orang Papua. 

SKP lima keuskupan di Papua juga menyarankan agar mengutamakan dialog dan 
musyawarah dalam setiap penyelesaian sengketa, meminta Pemda di Papua meninjau 
kembali semua kebijakan yang tidak berorientasi pada pengembangan ekonomi 
kerakyatan. 

Semua perusahaan yang ingin berinvestasi di Papua diminta mempertimbangkan 
kondisi warga lokal dalam setiap perencanaan, pelaksanaan dan pengembangan 
usaha. 

Bagi warga Papua sendiri diminta terus-menerus mengembangkan diri dan potensi 
di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi dan politik secara arif dan bijaksana 
tanpa kehilangan identitas dan budaya. 

Kegiatan pelatihan tersebut diikuti perwakilan SKP dari lima keuskupan di Papua 
yang difasilitasi oleh Komisi Keadilan dan Perdamaian (KKP) Konferensi Wali 
Gereja Indonesia (KWI).



http://regional.kompas.com/read/2010/02/26/22241230/Freeport.Diminta.Memberi.Perhatian.SDM.Papua

Freeport Diminta Memberi Perhatian SDM Papua

Jumat, 26 Februari 2010 | 22:24 WIB

SHUTTERSTOCK
Ilustrasi 
TIMIKA, KOMPAS.com - PT Freeport Indonesia diminta memberi perhatian khusus 
pada pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) orang Papua, terutama suku-suku 
yang ada di sekitar tambang. 

Saya minta Freeport tolong memperhatikan peningkatan kualitas SDM orang Papua 
sebab hampir semua suku asli yang ada di sekitar tambang belum terlalu 
merasakan hal ini, kata Anggota DPD Provinsi Papua Barat, Mervin Sadipun 
Komber, di Timika, Jumat (26/2/2010). 

Ia mengatakan, kehadiran Freeport selama lebih dari 40 tahun menambang mineral 
tembaga dan emas di Tembagapura, Mimika, Papua belum maksimal memberikan 
peningkatan SDM suku-suku yang ada di sekitar tambang. 

Saya mau tanya berapa banyak orang Amungme dan Kamoro yang jadi doktor, yang 
disekolahkan Freeport. Saya kira penting sekali Freeport memberdayakan 
pemuda-pemuda Papua agar mereka tidak menjadi penonton di negeri mereka 
sendiri, tutur Komber yang asli berasal dari Fakfak Papua Barat itu. 

Menurut dia, semua komponen di Papua terutama Mimika seperti Freeport, Pemda 
dan gereja harus bersama-sama serius memperhatikan pengembangan SDM mengingat 
kualitas hidup warga setempat masih tertinggal 

[ppiindia] 'Toa Pe Kong' Diusung Lewati Jalan Sarundajang

2010-02-28 Terurut Topik sunny
http://www.hariankomentar.com/hl001.html

  Esok, Bitung rayakan Cap Go Meh secara meriah 
  'Toa Pe Kong' Diusung Lewati Jalan Sarundajang
 


Bitung, KOMENTAR
Iven religius Umat Tridharma yang banyak dinanti masyarakat dan kalangan turis, 
yakni 'Toa Pe Kong' diusung melewati jalanan khalayak ramai, hanya akan terjadi 
di Kota Bitung. Se-dangkan di Kota Manado, tradisi menyambut Perayaan Cap Go 
Meh tersebut, tidak keluar jalan untuk tahun 2010 ini. 


Toa Pe Kong di Klenteng Seng Bo Kiong Bitung sendiri, akan digelar Minggu 
(28/02) besok, dengan mengambil rute melewati Jalan Sarundajang (eks jalan 46) 
dan jalan protokol di Kota Cakalang. Puluhan turis diketahui telah berada di 
Kota Bitung sejak kemarin, untuk menyaksikan iven ini. 


Gubernur Sulut Drs SH Sarundajang juga disebutkan akan menyaksikan langsung 
kegiatan umat Tridharma tersebut. Oleh sebab itu, Pemkot Bitung dan Panitia 
Perayaan Cap Go Meh telah menyediakan panggung utama untuk 'orang nomor satu' 
di Sulut ini. Kepala Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat 
(Kes-bang Pol dan Linmas) Drs Jeffry Sondakh mengatakan, pihaknya telah 
jauh-jauh hari memberikan undangan kepada Gubernur Sulut, untuk dapat berkenan 
hadir di acara yang dipastikan akan ditonton puluhan ribu orang serta turis 
asing yang sudah berada di Bitung.


Tak hanya itu saja, menurut Sondakh, bahwa arak-arakan yang dilalui rombongan 
Toa Pe Kong, telah disiapkan agar lancar Jalan yang akan dilalui mempunyai 
lebar enam meter dengan panjang 5 Km, rombongan akan berjalan leluasa tertib 
dan enjoy, tandas Sondakh. 



Namun begitu, mewakili Walikota Bitung, pihaknya me-minta maaf sebesar-besarnya 
kepada pengguna jalan di Bitung yang akan menjadi rute rombongan Cap Go Meh. 
Se-bab jalan tersebut akan ditutup sementara. Bahkan sebelum pelaksanaan dari 
Cap Go Meh ini, rute jalan itu akan disiram dengan air oleh petugas damkar, 
tukasnya. 


Sementara di Manado, bukannya tidak ada atraksi dalam menyambut Cap Go Meh. 
Sebab dua klenteng, yakni Klenteng Kwan Kong dan Klenteng Lo Cia di Liwas, juga 
akan menggelar tradisi Toa Pe Kong. Namun kegiatan religius tersebut tidak 
sampai keluar jalan, melainkan hanya dalam halaman klenteng tersebut. Klenteng 
be-sar di Manado, Ban Hing Kiong (BHK) yang biasanya menggelar tradisi ini 
secara meriah, untuk tahun ini tidak menggelar Toa Pe Kong di khalayak ramai 
seperti tahun sebelumnya.
Seperti diketahui, Cap Go Meh melambangkan hari ke-15 dan hari terakhir dari 
masa perayaan Imlek bagi komunitas kaum migran Tionghoa yang tinggal di luar 
Cina. Istilah ini berasal dari dialek Hokkian dan secara harafiah berarti hari 
kelima belas dari bulan pertama.(nan) 




[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] SBY special staffs meet Amien to discuss Century

2010-02-28 Terurut Topik sunny
Reflection:   Jangan ribut mengenai BC, damailah, kebisuan diingat dan berkat 
hadiah pasti datang!


http://www.thejakartapost.com/news/2010/02/27/sby-special-staffs-meet-amien-discuss-century.html

SBY special staffs meet Amien to discuss Century
Bagus BT Saragih ,  The Jakarta Post   |  Sat, 02/27/2010 7:03 PM  |  National 

Two special staffs of President Susilo Bambang Yudhoyono, Andi Arief and Velix 
Wanggai, met on Saturday with former People's Consultative Assembly chairman 
Amien Rais to discuss the Bank Century bailout inquiry.

The two met with Amien at the Executive Lounge of the Jakarta International 
Soekarno-Hatta Airport when the latter was waiting for his flight to return to 
his hometown, Yogyakarta.

Velix claimed to have 20 minutes of a warm discussion with Amien.

Pak Amien agreed that all figures allegedly committed crimes in Century case 
must be legally processed, he told the press.

Velix denied the meeting had succeeded to change Amien's stance. Pak Amien is 
a tough person. Who can influence him? he said.

Andi and Velix last week began seeking supports from prominent figures ahead of 
the House of Representatives plenary meeting on the Bank Century case on March 
2.

The two have met with noted Islam cleric Ahmad Syafii Maarif, and former House 
speaker Akbar Tandjung.

Velix said that he and Andi had also planned to meet with former vice president 
Jusuf Kalla.








[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Mencetak Anggota DPR Jadi 'Yes-Men'!

2010-02-28 Terurut Topik sunny
http://www.lampungpost.com/buras.php?id=2010022800082314

  Minggu, 28 Februari 2010 
 
  BURAS 
 
 
 
Mencetak Anggota DPR Jadi 'Yes-Men'! 

   
  H. Bambang Eka Wijaya



  APA mungkin mencetak mayoritas anggota DPR jadi yes men, seperti era 
Orde Baru? tanya Umar.

  Ada kesan, itu yang dengan usaha keras akan dibuktikan dalam sidang 
paripurna DPR awal Maret! jawab Amir. Jika itu bisa terwujud, layak dicatat 
dengan tinta emas sukses gemilang usaha reorientasi ke sistem politik Orde 
Baru! Sekaligus berarti, kembalinya legislatif sebagai cabang atau subordinat 
dari kekuasaan eksekutif! Dalam versi Orde Baru, posisi itu yang paling benar 
bagi DPR dalam sistem presidensial!

  Pertanyaannya, apakah itu mungkin? sela Umar.

  Sesuatu yang diusahakan sungguh-sungguh, tentu punya kemungkinan! tegas 
Amir. Apalagi secara matematis, sejak jauh hari telah diwujudkan koalisi 
mayoritas mutlak di DPR! Jadi, sesuai prinsip berkoalisi, jika itu yang 
diinginkan koalisi, seharusnya terwujud!

  Kalau hal yang matematis dan prinsip itu tak bisa diwujudkan, masalahnya 
apa? tanya Umar.

  Masalah utamanya soal mode! Anggota DPR yes men itu kuno, out of date! 
tegas Amir. Banyak anggota DPR yang malu menyandang sebutan itu, apalagi jadi 
stigma di jidatnya! Kesan itu mencolok di forum Pansus Skandal Bank Century, di 
mana meski partainya masuk koalisi untuk seia-sekata dan satu front perjuangan, 
banyak anggota DPR yang tak mengekspresikan kewajiban koalisi itu! Bahkan 
mengambil posisi di front berseberangan!

  Jadi karena keinginan mencetak mayoritas anggota DPR menjadi yes men itu 
memutar jarum sejarah ke belakang, menarik mundur waktu, kembali ke zaman yang 
ingin dilupakan? tukas Umar. Tapi itu karena ditampilkan di layar televisi 
dengan gaya orang per orang! Kalau di paripurna yang lebih menonjol 
ombyokan--fraksi--serta kuatnya kontrol partai pada fraksi, dalam prakteknya 
tak menonjol lagi gaya perorangan di televisi, kemungkinannya kan bisa berbeda!

  Apalagi kalau voting tertutup, tak ketahuan siapa memilih apa, profil 
yes men tak lagi mencolok di jidat perorangan! tegas Amir. Peluang mencetak 
yes men itu terbuka lebih lebar!

  Tapi tak semua anggota DPR secara sembunyi-sembunyi di balik voting 
tertutup itu mau menjadi yes men! timpal Umar. Mungkin karena merasa masih 
punya nurani, atau terikat komitmennya pada amanat rakyat yang tak pantas 
dikhianati!

  Sebaliknya, dengan voting tertutup juga orang lebih mudah menjaga 
idealismenya untuk tidak jadi yes men, karena tak bisa dibuktikan dan tak elok 
ditebak-tebak apa sebenarnya pilihan yang ia berikan saat voting! tegas Amir. 
Jadi, meski fraksi atau partainya telah terikat koalisi, jika dilakukan voting 
tertutup jumlah hasil dukungan pada koalisi bisa meleset dari hitungan 
matematis total jumlah anggota koalisi!

  Jadi, sejauh mana sukses mencetak anggota DPR jadi yes men tergantung 
voting skandal Century! tukas Umar. Kita doakan, semoga sukses! **
 


[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Ali just an ordinary man, lawyer claims

2010-02-28 Terurut Topik sunny
http://www.thejakartapost.com/news/2010/02/25/ali-just-ordinary-man-lawyer-claims.html


Ali just an ordinary man, lawyer claims
Dicky Christanto ,  The Jakarta Post ,  Jakarta   |  Thu, 02/25/2010 12:09 PM  
|  National 

Saudi citizen Al Khelaiw Ali Abdullah, who is facing terrorism charges, said 
through his lawyer in a hearing on Wednesday that he was an ordinary man 
planning to open a business venture in Indonesia. 

The prosecutors said in the hearing at South Jakarta District Court that Ali 
helped finance the simultaneous terrorist attacks on the Ritz-Carlton and JW 
Marriott hotels in Jakarta last year in July. 

Prosecutor Totok Bambang said Ali gave Rp 54 million to Iwan Herdiansyah, a 
friend of terror suspects the late Syaefudin Zuhri and Amir Abdillah. Iwan then 
gave part of the money to Zuhri through Amir. 

They said Ali transferred the money to Iwan for an investment to open a 
computer shop. From the sum, Ali alledgedly told Iwan to take Rp 2.8 million to 
Zuhri. 

We strongly suspect the money was used by the terrorists to commit their 
crime, Totok said. He said Ali was subject to a maximum of 20 years 
imprisonment. 

Ali's lawyer, Asludin Hatjani, said Ali's money, given to terrorist suspect 
Syaifudin Zuhri, was not a large enough amount for prosecutors to accuse him of 
terrorism. 

If he wanted to help those terrorists then I believe he would be more militant 
and have donated much more money, Asludin said. 

Before the session, Ali told reporters that he met Zuhri at Soekarno-Hatta 
airport by chance. 

He offered to be an interpreter for me during my stay in Indonesia, Ali, 
through an interpreter, was quoted by kompas.com. I found out he was a 
terrorist when I was arrested. Had I known before, I would have fled 
immediately. 

The prosecutor also said Ali violated the immigration law, by opening a 
business in Indonesia while on a tourist visa. 

The hearing was interrupted when lawyers from Muslim Lawyers Team (TPM) barged 
into the session. They said they were supposed to be the ones who defended Ali 
in the trial. 

Presiding Judge Ida Bagus Dwiantara had the TPM lawyers removed for insulting 
the court. 

We suspect Ali was forced to accept the legal representative *appointed for 
him*. He actually wants to be represented by us and not Asludin, his current 
lawyer, Muanaz Alaidin, one of the protesting lawyers, told journalists 
outside the court. 

In response, Asludin Hatjani, said he had been chosen by the Saudi Arabian 
Embassy to represent Ali in the legal process. I don't know what those TPM 
lawyers are up to, he said. 

Ali was arrested mid-last year in Kuningan, West Java. He was suspected to have 
been in contact with Zuhri and Syahrir, both shot dead during a police raid on 
a boarding house in Ciputat last year. 

Zuhri and Syahrir were Noordin M. Top's seconds in command. They were involved 
in the preparation meetings for the July 17 bombings. 

On the same day at a separate hearing, Amir Abdillah stood before the South 
Jakarta District Court. 

Three witnesses were summoned to give testimonies before the court. They were 
Tashadi, a taxi driver whose taxi was used by one of the suicide bombers, Dani 
Dwi Permana. Tini Harantina, Dani's mother and Cynthia Dewi, the owner of 
Cynthia's florist, who had hired Ibrohim, who was shot dead during a police 
raid in Temanggung last year.


[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Editorial: Can't speak English?

2010-02-28 Terurut Topik sunny

Reflection: Why should the Indonesian officials speak English,  anyhow without 
any help of using foreign language they can cheat their own people? Isn't it 
enough?



http://www.thejakartapost.com/news/2010/02/23/editorial-can%E2%80%99t-speak-english.html

Editorial: Can't speak English?
The Jakarta Post   |  Tue, 02/23/2010 11:08 AM  |  Opinion 

How can  Indonesian officials, assigned to an overseas post by the state, be 
effective in promoting or protecting the interests of our country when they 
fail to meet the very basic requirement of proficiency in English? Such an 
official not only wastes state money, but also humiliates Indonesia, as they 
become a source of jokes among their foreign counterparts.

Amid allegations that several Foreign Ministry officials marked up the prices 
of airline tickets, Foreign Ministry secretary-general Imron Cotan revealed 
that several Indonesian attaches stationed at Indonesian embassies had such a 
poor grasp of English that they often avoided meetings with foreign 
counterparts.

Every time their counterparts from the home government want to meet them, they 
freak out and seek ways to avoid the meetings, said Imron, who will soon take 
his new post as Indonesian ambassador to China.

Imron indicated clearly which government departments (not the Foreign Ministry) 
the officials he was referring to were from, namely the ministries of trade, 
labor and transmigration, the Indonesian Military (TNI) and the Immigration 
Office.

During a visit to The Jakarta Post on Friday, Foreign Minister Marty Natalegawa 
played down Imron's comments, arguing that we should avoid generalization. But 
the fact that the information came from a very senior diplomat could also mean 
that these problems are more complicated than just English speaking skills. 

The appointment of attaches is often not based on professional considerations, 
as much as good political connections. Thus it is also highly likely that their 
incompetence is not limited to language skills, but other substantial areas 
also. 

Unless the government undertakes comprehensive measures to ensure that only 
capable and professional officials are posted at our foreign offices, 
complaints similar to Imron's will emerge again and again.

Many of Indonesia's ambassadors also have trouble with English, but it is not 
just the monopoly of our own envoys. Not all foreign ambassadors here can speak 
English either, and they have the right to be flanked by interpreters.

In a meeting with about 200 diplomats from 119 Indonesian embassies and 
consulate generals around the globe, President Susilo Bambang Yudhoyono ordered 
diplomats to attract investors. 

This was apart from their other main duties, including to protect Indonesians 
abroad. 
However, there is little hope that the unqualified officials will meet this 
target.

What about our career diplomats? There is no doubt at all about their English 
proficiency, because the ministry has set high standards for diplomats. Many of 
them studied at top universities and have brilliant academic achievements 
behind them. Diplomats assigned to major United Nations offices are also 
supposed to have mastered other major languages, such as French.

By comparison, let us look for a moment at the skills of foreign diplomats 
here. It is not difficult to find diplomats in Jakarta who are fluent in 
Indonesian. Many of the diplomats from Japan, South Korea, Russia and China 
have mastered Indonesian as well as English. These extra capabilities are very 
helpful for them in communicating with Indonesian people.

The Foreign Ministry fully realizes the need for such an advantage, and has 
also recruited top young graduates from arts faculties including Chinese 
studies. However, such efforts are still in very preliminary stages.

What is worse, the problems faced by Indonesian officials abroad do not just 
revolve around their language abilities, but also in their capacities and 
willingness to act as representatives of our country.








[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Awas, Ribuan Petani Tembakau 'Serbu' Jakarta

2010-02-28 Terurut Topik sunny
 buruh tani bersatulah !
 

http://www.republika.co.id/berita/105156/awas-ribuan-petani-tembakau-serbu-jakarta

Awas, Ribuan Petani Tembakau 'Serbu' Jakarta
Ahad, 28 Februari 2010, 08:23 WIB
 
TEMANGGUNG--Empat ribu lebih petani tembakau berbagai daerah seperti 
Temanggung, Boyolali, Magelang. Kendal, Klaten dan Wonosobo hari ini (1/3) 
melakukan aksi unjuk rasa menolak Rancangan Peraturan Perundangan (RPP) Tentang 
Pengamanan Produk Tembakau Sebagai Zat Adiktif Bagi Kesehatan. Selain ke DPR 
RI, mereka melakukan aksi demo di Kemeterian Hukum dan HAM serta Kementerian 
Kesehatan. 

Ribuan petani tersebut bertolak dari Temanggung ahad (28/2) siang. Ketua 
Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Kabupaten Temanggung, Achmad Fuad, 
mengatakan, seluruh petani tembakau di Indonesia menolak RPP itu dan menuntut 
pemerintah untuk tidak menandatangani Frame Work Convention on Tobacco Control 
(FCTC). Ia mengemukakan, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2003 Tentang 
Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan masih relevan karena sudah mengatur pengamanan 
tembakau secara komprehensif. 

Peraturan pemerintah itu, katanya, mengakomodasi kepentingan aspek kesehatan 
dan kelangsungan komoditas tembakau secara lengkap dan seimbang. ''RPP yang 
sekarang ini tendensius, ekstrem, dan hanya mengakomodasi kepentingan pihak 
yang antitembakau tanpa mempertimbangkan dampaknya yang akan mematikan buruh 
dan petani tembakau,'' katanya.

Untuk berangkat ke Jakarta ini petani iuran antara Rp 200 ribu hingga Rp 850 
ribu per orang. Iuran tersebut, katanya, atas kesadaran para petani yang sudah 
bosan dengan sikap pemerintah RI yang tidak adil terhadap tembakau. Selain 
ribuan petani Temanggung, juga dari Klaten (7 bus), Wonosobo (6 bus), Magelang 
(4 bus), Kendal (4 bus), dan Boyolali (2 bus). Jadi total yang berangkat demo 
ke Jakarta sebanyak 71 bus. Kegiatan demo ini, kata Agus telah direstui pihak 
Pemerintah Daerah (Pemda) dan DPRD Temanggung, serta APTI nasional. 

Ketua APTI Jateng Nurtantio Wisnubroto, menambahkan, sebenarnya animo petani 
untuk ikut demo sangat tinggi. Ia mencatat, sedikitnya 120 bus yang telah 
mendaftar sebagai peserta demo. Namun, pihaknya hanya memberi izin 71 bus saja.








[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Bahaya Peranan Uang Dalam System Ekonomi Kapitalis

2010-02-28 Terurut Topik ali
By : alihozi

Kita semua mengetahui bahwa peran asli uang adalah sebagai skala nilai umum dan 
sebagai media pertukaran, sebagai pemecah kesulitan-kesulitan yang timbul dari 
system barter. Tapi sekarang ini dalam masyarakat kita uang sudah memainkan 
peran lain yang tidak terkait dengan peran aslinya yaitu peran menimbun dan 
mengakumulasi kekayaan dan bahkan mendorongnya dengan melegalisasi system bunga.

Dengan uang banyak orang tidak hanya bisa membeli komoditas apapun yang ia 
inginkan, namun juga bisa menyimpan uang selama yang ia kehendaki. Hal inilah 
yang dikemukakan baik oleh JM Keynes dan Milton Friedmen dalam teori-teori 
mereka tentang permintaan atas uang dalam masyarakat kapitalis.

Peran insidental uang sebagai instrument penumpukan dan akumulasi kekayaan, 
merupakan peranan yang terpenting dalam naungan system ekonomi kapitalis. Peran 
ini mendorong terjadinya penumpukan kekayaan, ini akan menggoncang keseimbangan 
antara permintaan total dan penawaran total dari keseluruhan komoditas, baik 
secara produktif maupun konsumtif.

Akibatnya banyak kekayaan yang dihasilkan yang tersimpan tak dibelanjakan. 
Pasar kapitalis akan sulit menariknya keluar dan mengalami krisis penumpukan 
kekayaan yang dihasilkan. Keadaan ini akan bisa mematikan pergerakan produksi 
dan pada gilirannya kehidupan ekonomi secara umum. Dalam rentang waktu yang 
panjang, kapitalisme tidak menyadari ancaman kesulitan-kesulitan yang muncul 
tsb dari penumpukan kekayaan akibat peran insendital uang ini.

Kekayaan akan terkosentrasi di tangan segelintir individu, kesengsaraan akan 
merata menimpa sebagian besar anggota masyarakat karena orang kebanyakan tidak 
bisa memenuhi kebutuhan berbagai komoditas untuk hidup mereka karena menurunnya 
daya beli mereka.

Dalam system ekonomi Islam tidak seperti system ekonomi kapitalis tsb, Islam 
sangat menentang penumpukan kekayaan dengan membebankan zakat atas harta yang 
ditumpuk, dan mendorong pembelanjaan uang dalam ranah-ranah produktif maupun 
konsumtif.

Firman Allah,SWT dalam Al-Qur'an : …..supaya harta itu jangan hanya beredar 
diantara orang-orang kaya saja diantara kalian. Qs 59:7

Dalam suatu riwayat Imam Ja'far Ash-Shadiq salah satu keturunan Rasulullah,SAAW 
yang terkenal menyatakaan,  Allah,SWT telah menganugerahi kalian kekayaan yang 
melimpah agar kalian membelanjakannya. Dia tidak menganugerahi kalian dengan 
semua itu untuk kalian timbun.

Oleh karena itu untuk mencegah bahaya peranan uang dalam system ekonomi 
kapitalis yang telah diuraikan diatas, kita semua harus mempunyai kesadaran 
penuh untuk melakukan introspeksi diri masing-masing apakah selama ini kita 
sudah menjalankan system ekonomi Islam dalam kehidupan kita sehari-hari yaitu :

1. Melaksanakan kewajiban membayar zakat , infaq dan sedekah dari harta 
kekayaan yang kita miliki.
2. Membelanjakannya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari – hari tanpa 
berperilaku boros dan berlebih-lebihan

3. Membelanjakannya untuk membantu orang-orang yang tidak mampu baik dari sanak 
family kita sendiri maupun orang lain, walaupun mungkin family kita tsb atau 
orang lain tidak meminta-minta kepada kita, tapi terlihat dari tanda-tanda 
mereka kalau mereka memang membutuhkan bantuan pertolongan kita.

4. Membantu kegiatan-kegiatan sosial di masyarakat.
5. Menginvestasikan harta kita di ranah-ranah produktif

Ya Allah Ya Tuhan Kami, kami berlindung kepadaMu dari Sifat Bakhil atau Kikir 
dan berilah petunjukMu kepada kami agar kami bisa menggunakan harta kami 
sebaik-baiknya di jalan yang Engkau ridhai...Amiin

Wallahua'lam

Salam
Al-Faqir


http://alihozi77.blogspot.com
Bagi Anda yang membutuhkan pembiayaan dengan konsep bank syariah untuk keluarga 
dan perusahaan Anda dapat menghubungi Ali via sms : 0812-1249-001 atau email 
ali.h...@yahoo.co.id




[ppiindia] Bekerja dari rumah..

2010-02-28 Terurut Topik Siti Khadijah Abdullah
Ingin menambahkan pendapatan tambahan??

Ingin melangsaikan bebanan hutang yang memeningkan kepala??

Ingin membuat part time job di rumah??

Sila Klik Disini


  

[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Hamas founder's son saved Peres from bomb attack

2010-02-28 Terurut Topik sunny
http://www.smh.com.au/world/hamas-founders-son-saved-peres-from-bomb-attack-20100228-pb78.html


Hamas founder's son saved Peres from bomb attack 
PHILIP SHERWELL IN NEW YORK AND NICK ALLEN IN SAN DIEGO 
March 1, 2010 
 
Mosab Hassan Yousef . saved countless lives. 



SHIMON PERES, the President of Israel, is among the many who owe their lives to 
the son of a founder of an extremist Palestinian group dedicated to destroying 
the Jewish state, according to a dramatic account to be published this week.

The full story of how Mosab Hassan Yousef, whose father was a founder of Hamas, 
became an informant for the Israeli domestic security service, Shin Bet, will 
reveal the huge risks he took during a decade as a spy for Israel - and the 
extraordinary impact he has had on the course of history in the Middle East.

He describes his double life as a top Israeli agent codenamed the ''Green 
Prince'' and his conversion to Christianity in his book, Son of Hamas.

The disclosure that his activities included thwarting a plot in 2001 to blow up 
Mr Peres, then foreign minister, will heighten the risk he faces from potential 
assassins.

According to Mr Yousef's account - confirmed by his Shin Bet handler to Haaretz 
newspaper - he was serving as aide and driver to his father, Sheikh Hassan 
Yousef, when he visited a Hamas bombmaker called Abdullah Barghouti.

The Hamas leader, a moderate, urged Barghouti to rein in his campaign of 
killing after two attacks in Tel Aviv and Jerusalem, because he feared Israel 
would invade the West Bank in retaliation.

But Barghouti said he had already dispatched four devices to blow up the car of 
Mr Peres. He agreed to call the men in charge of the bombs and the younger Mr 
Yousef was sent to buy a mobile phone that would be destroyed after the 
conversation.

The ''Green Prince'' passed the number to Shin Bet which eavesdropped on the 
call and foiled the operation.

It was one of dozens of suicide-bombing attempts and assassination plots that 
he helped prevent - including a plan to kill Rabbi Ovadia Yosef, one of 
Israel's most important religious figures.

He was also responsible for the capture of several top Islamist terrorists, 
including Barghouti. He even turned in his own father, who remains in an 
Israeli jail, in return for a promise that he would not be assassinated.

''The kid saved his dad,'' his handler, who used the codename Captain Loai, 
told Haaretz. The Shin Bet officer praised Mr Yousef for saving countless lives 
by supplying almost daily intelligence.Shin Bet went to extensive lengths to 
protect its prize asset. In 2002, it even arranged for him to be arrested and 
held in detention for several months - allowing him to meet his father in jail.

Mr Yousef said his motivation was ideological and religious. He grew up steeped 
in the violence of the West Bank and was jailed and badly beaten by Israeli 
forces aged 18 when he was an Islamic student leader.

In prison, he was appalled to see how Hamas tortured suspected collaborators 
and accepted a Shin Bet approach to become an informant.

He turned to Christianity in 1999 after a chance encounter with a British 
pilgrim who met him in Jerusalem and invited him to a Bible class.

He left for the US two years ago, applying for asylum and moving to San Diego, 
from where he had met some Christians while in Jerusalem.

Soon, he started attending an evangelical church, was given accommodation by 
fellow worshippers and baptised in the waters of the Pacific.

In the first public comments by any of Mr Yousef's new US friends, Matt Smith, 
the pastor, told The Sunday Telegraph: ''I was learning Hebrew and we talked 
about the language. He obviously had a secret on his mind.''

In 2008 Mr Smith became one of the first people Mr Yousef trusted with his life 
story.''I told him we would be behind him if he wanted to tell his story. It's 
a great demonstration to Americans that we don't need to fear terrorism.''

He added: ''We consider him family. He's someone who has done something very 
important and we are really proud of him.''

Mr Yousef, who is unmarried, no longer lives in San Diego. His whereabouts are 
being kept secret because of fears for his safety.

Telegraph, London


[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Protecting women

2010-02-28 Terurut Topik sunny
http://www.dawn.com/wps/wcm/connect/dawn-content-library/dawn/the-newspaper/editorial/protecting-women-720-ha-03

Protecting women 

Dawn Editorial 
Saturday, 27 Feb, 2010 
 
Members of Islamic parties have traditionally objected to legislation 
supporting women's rights. -File Photo 


THE Protection against Harassment of Women at the Workplace Bill has, after 
much dillydallying, been adopted by the Senate, making it just a step away from 
becoming law. It now has to be signed by the president. 


It was passed by the National Assembly in January. While this is a positive 
step, the flood of women-related legislation - a major achievement of women 
parliamentarians - in the two houses of parliament can leave one in a state of 
puzzlement. No doubt there has been some progress for women. The amendment bill 
pertaining to harassment that was signed into law by the president last month 
was important because it enhanced the punishment for offences the definition of 
which was expanded. The latest bill sets up a mechanism to address harassment 
cases at the workplace and would save women the hassle of going to the police. 
Inquiry committees set up by employers, the ombudsman appointed by the 
government and specified procedures for complaints and appeals institutionalise 
the process of protection against sexual harassment so far missing in Pakistan, 
although the number of women in the workforce has risen phenomenally.

However, there is another significant bill with far-reaching implications 
awaiting action and that must be addressed soon. That is the Domestic Violence 
Bill that went through the Assembly with great ease in August but was stalled 
thereafter because of opposition from the religious lobby. It was not even 
taken up in the Senate. It has now lapsed but there is no reason why it should 
not be revived and adopted by both houses. Members of Islamic parties have 
traditionally objected to legislation supporting women's rights. In the debate 
on the bill adopted on Thursday, their stance was no different. One legislator 
went so far as to declare that women were forbidden from working outside their 
homes, while another implied that women invited harassment by their conduct and 
appearance. Mercifully, the male majority did not share such bigoted and 
obscurantist views. It is therefore important that the domestic violence law be 
adopted so that the next phase of translating it into reality on the ground can 
be undertaken. 

[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Moshe Dayan's widow: Israel doesn't know how to make peace

2010-02-28 Terurut Topik sunny
http://www.haaretz.com/hasen/spages/1152801.html

Last update - 16:32 28/02/2010 
 
 
  Moshe Dayan's widow: Israel doesn't know how to make peace  
 
  By Gideon Levy  
 
  Tags: Israel news, Ruth Dayan   
 
 
 
 

  She turned 93 last Friday, according to the Hebrew calendar. On Thursday, 
Herzliya awarded her honorary citizenship. Ruth Dayan doesn't rest for a 
moment. In the Bedouin town of Segev Shalom and in the Palestinian village of 
Kharbata, she founded an arts and crafts workshop for women. Once every week or 
two she drives to these places by herself. She's also busy with countless 
humanitarian issues in the territories. A few months ago she flew to Malta to 
meet the daughter of Yasser Arafat, the granddaughter of her soulmate, Raymonda 
Tawil. 

  During the interview her son, the filmmaker Assi Dayan, emerges from his 
room in Ruth's apartment in north Tel Aviv. She sends him off to rest some 
more. The day before the interview, Maariv published a heartrending poem 
written by her. She greatly admires the book The End of Conflict by Avinadav 
Begin, the grandson of the former prime minister, and she is busy helping her 
biographer, Anthony David, get on with the job. (David also wrote a biography 
of Salman Schocken, who bought Haaretz back in the 1930s.) 

  She shows me the first picture ever taken of her; she's a baby in her 
mother's arms. On the back of the fading photo is scribbled: Ruth. Three 
months. 1917. 

   
  Ruth Dayan, are you proud to be an Israeli? Are you ashamed? 

  It depends. I'm proud to be an Israeli on a limited basis. Every person 
has his own inner Israeli. 

  What is your Israel? 

  My Israel is the country, the landscape I see when I travel from north to 
south. The mountains, the ocean - just like it was back then. For a moment I 
even enjoy myself. I remember when we would pick anemones of various colors in 
the hills that surround Nahalal. I'm from Jerusalem, and there they had red 
anemones. I miss the old Israel, when there were still ideals, when we settled 
the land. 

  And we expelled? 

  We didn't expel. During my childhood, we didn't expel. We bought those 
tracts of land. Since then, however, many things have happened and today Israel 
is not the same. It's cliche to talk about how we're in a state of occupation 
and we're trying to occupy more and more. I'm at that age where I don't even 
talk about peace anymore. We don't know how to make peace. We go from war to 
war and this will never end. 

  Whose fault is it? 

  Ours, mainly. Are we, with all our power, incapable of taking a step? 

  Moshe Dayan was there when this occupation started. 

  No. The occupation was the only remaining option. Nothing else could have 
been done. Moshe was the one who actually led the policy of building bridges. 

  Perhaps this perpetuated the occupation? 

  That could be. I don't think it did. Even Arafat, the man who would kiss 
me when we met, told me he admired Moshe. Even the Jordanian chief of staff 
told me in 1948: What a pleasure it is having your husband as an enemy. His 
behavior toward the Arabs was positive even after the Six-Day War. He would 
travel alone to Nablus; he liked being with them. He had a dialogue with them. 
Today, who talks with them? For the current government, peace is just a word. 

  Have you lost hope for peace? 

  I think Zionism has finished its work. I've endured many wars and I can't 
ignore the fact that they didn't want us. When I go to the territories, I don't 
even bother instilling hope in them. Out of courtesy, I tell them that I hope 
something will change, but the deterioration is just awful. Particularly the 
fence. This is something I can't tolerate. 

  People say it stopped terrorism. 

  Oh, please. It stopped terrorism. Nothing will be able to stop 
terrorism except dialogue. 

  Shimon Peres admired Dayan. What was Dayan's attitude toward Peres? 

  Moshe didn't admire anybody. Maybe Ben-Gurion. He was a lone wolf. 

  What is Peres' contribution to peace? 

  I think he can still contribute a lot. Though a president doesn't have to 
intervene, he must intervene. He must make an impact, even on the people. The 
people are dispersed across a number of different viewpoints and groups and 
even religions within our religion. My grandfather graduated from the Sorbonne, 
my mother was a secular woman, and it's not like I hear anybody speaking to me 
from behind the clouds. 

  Are you Jewish? 

  I'm just an Israeli. It was a great honor to be Israeli, even when I was 
still a Jewish Palestinian during my childhood in London. I'm the first 
daughter of graduates of the Herzliya Gymnasium after Yehudi Menuhin was the 
first son. In London, I went to pray with the gentile girls. 

  What did you think would be here? 

  We 

[ppiindia] Genetic property rights on trial as doubts linger

2010-02-28 Terurut Topik sunny
http://www.gulf-times.com/site/topics/printArticle.asp?cu_no=2item_no=345528version=1template_id=46parent_id=26


  Genetic property rights on trial as doubts linger 
Publish Date: Sunday,28 February, 2010, at 12:59 PM Doha Time 
 
 


  By Donna Dickenson/London

   

   

  In early February 2010, a United States federal district court in New 
York began deciding a landmark case as to whether individuals have a right to 
know about how their own genomes can dictate their future health. The case, 
American Civil Liberties Union v. Myriad Genetics, may have a tremendous impact 
on medicine and science.



  The questions on which the case turns are whether genetic patents help or 
hamper research, and whether patients should have to pay a licence fee to a 
biotechnology corporation to be tested for predisposition to disease.



  One of the plaintiffs is Lisbeth Ceriani, a 43-year-old woman with breast 
cancer whose doctors recommended that she be tested for two genetic mutations 
involved in some hereditary forms of the disease. Myriad Genetics, the sole 
test provider in the US - it holds a patent on the genes themselves, not just 
on the diagnostic test - did not accept her insurance, and Ceriani could not 
afford to pay for the test. So she remained ignorant, as did her physicians - 
with possible ramifications for her clinical care. Five other plaintiffs - 
along with major medical bodies - tell similar stories.



  Those who oppose genetic patents claim that they also deny US 
constitutional rights, making this the first time a genetic patent has been 
challenged on human rights grounds. As so often happens in biotechnology, what 
looks at first like an abstruse technical issue raises many questions that cut 
to the core of our humanity.



  One human gene out of approximately every five is now the subject of a 
patent, the majority of which are held by private firms. This case concerns two 
such genes, BRCA1 and BRCA2. Women with the wrong version of these genes have 
a heightened risk of developing breast cancer (up to 85%, against the normal 
12%, although the genes account for only a minority of breast cancers). These 
women also run a greater risk of ovarian cancer.



  Myriad Genetics also has tried to pursue patent rights in Europe, but 
there its claims have been largely rejected. Although the gene's function in 
causing breast and ovarian cancer was uncovered by Cancer Research UK in 1995, 
Myriad, along with nearly 30 other defendants, argues that the patent is a 
necessary reward for its research costs. In fact, without patent protections, 
the firm and its allies claim, medical research would shudder to a halt.



  But, whatever the merits of the claim that genetic patents benefit 
research and treatment, that is a practical, rather than a legal, argument. In 
order to gain legal standing to sue Myriad Genetics, critics of genetic 
patents - including the American Medical Association, the American Society of 
Human Genetics, and the American Civil Liberties Union - had to find an issue 
that could be adjudicated on a constitutional basis. 



  Their innovative strategy is to draw on the First Amendment, which 
protects freedoms such as speech and religion, to argue that patents restrict 
patients' freedom of access to information that might enable us to take action 
to protect our health.

  That is a clever argument, but is it really the source of people's 
profound disquiet about genetic patenting? In talking about similar issues 
raised in my recent book Body Shopping, I have heard many shocked reactions to 
the growing commodification of human tissue, but none more generally shared 
than this one: how can you take out a patent on life?



  Is a genetic variant a product of nature or a discovery? While the 
plaintiffs assert that genes are identified, not invented, the defendants 
claim that the basis of patent law is precisely the opposite. Their argument is 
that what is patented is not the gene as it occurs in our bodies, but rather a 
sort of cloned version produced in the laboratory. Rather than a patent on 
life, the companies say, they are patenting something more like a chemical.

   

  If that is true, how can Ceriani rightfully be kept in the dark about 
what form the gene takes in her body? This is not just a problem for people who 
think - wrongly, in legal terms - that they own their bodies, as most people 
do. With a few limited and recent exceptions, there is no such thing as 
property in tissue once it has left your body. We know that from such cases as 
that of John Moore, who tried unsuccessfully to claim property rights in a 
valuable cell line developed from his immune cells.

  But what about a gene that has not left my body? Don't I somehow still 
own it? Don't I have rights of control over my own body? How can a commercial 
firm not only deny me the right to know my 

[ppiindia] Lula: there is no reason for the economic blockade against Cuba

2010-02-28 Terurut Topik sunny
http://www.granma.cu/ingles/2010/febrero/vier26/Lula.html

  Havana.  February 26, 2010
 

 
  Lula: there is no reason for the economic blockade against Cuba

  Juan Diego Nusa Peñalver

  LUIZ Inácio Lula da Silva, president of the Federative Republic of 
Brazil, this Thursday called on President Barack Obama to lift the economic, 
commercial, and financial blockade of Cuba because there is no reason for this 
measure to be in place. 

  Like the Cubans, I do not think that there is any reason for the embargo 
(blockade); there is no political or economic reason; the Cold War is over, and 
that is enough for (the United States) to make a decision, affirmed the South 
American president, speaking to the press at the José Martí International 
Airport moments before concluding his visit. Cuban President Raúl Castro Ruz 
was at the airport to bid farewell to the Brazilian president.

  In this context, he called on Obama to use the same courage that the 
American people used to elect him president of the United States to solve the 
problem of the embargo (blockade) of Cuba. 

  After expressing his pleasure with this, his third, visit to the island 
as president of Brazil, he emphasized that the meeting he had with Fidel Castro 
Ruz was very important. 

  He commented that he was very satisfied, very happy to find the leader of 
the Cuban Revolution in good health and said that Fidel was discussing 
economics as if he were a young man, thinking of the future of Cuba and Latin 
American and the Caribbean, and, as might be expected, thinking of the future 
of the world. 

  Likewise, he signaled the importance of his meeting with Cuban President 
Raúl Castro and the bilateral agreements signed on this occasion, which will 
contribute to Cuba's development.

  At another point, he said that his visit was very significant for 
examining in detail the policy of solidarity toward Haiti adopted by Cuba, 
Brazil, and other Latin American countries.

  He explained that he is taking with him a Cuban proposal for both 
countries to help the Haitians build a healthcare system.

  Lula stated that Cubans are probably the best solidarity specialists in 
the world. They are the most prepared and therefore we want to work together 
to return hope to Haitians. 

  Lastly, the Brazilian president assured that his country will work with 
unfailing conviction Cuba's central ally in terms of the island's investment 
and development policy. 

  He praised the island's potential and added that Brazil today has better 
conditions than 10 year ago, and so we are not going to fail at the point of 
discussing the most important projects for Cuba.

  Translated by Granma International 

 


[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Mahfud : Legislatif, Eksekutif, Yudikatif Sedang Sakit

2010-02-28 Terurut Topik sunny
Refleksi :   Hanya Mafud yang sehat?

http://www.analisadaily.com/index.php?option=com_contentview=articleid=45941:mahfud--legislatif-eksekutif-yudikatif-sedang-sakitcatid=3:nasionalItemid=128

28 February, 2010

  Mahfud : Legislatif, Eksekutif, Yudikatif Sedang Sakit  
  Mataram, (Analisa)


  Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) H. Moh. Mahfud MD mengatakan unsur 
legislatif, eksekutif dan yudikatif di Indonesia sedang sakit.

  Mahfud mengemukakan hal itu ketika berkunjung ke Gedung Graha Pena Lombok 
Post, di Mataram, Sabtu, sebelum bertolak ke Jakarta setelah melakukan 
kunjungan dua hari ke Kabupaten Bima, Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB).

  Kunjungannya di Gedung Graha Pena Lombok Post itu dilakukan setelah 
menjadi pembicara kunci pada Seminar Hukum dan Hukum Adat dalam Sistem 
Ketatanegaraan RI yang diselenggarakan di Bima terkait peringatan Maulid Nabi 
Muhammad SAW, Jumat (26/2).

  Mahfud pada Sabtu (27/2) sempat berpidato di hadapan warga Bima saat 
menghadiri acara seremonial peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang 
berlangsung di Museum Kerajaan Mbojo.  Legislatif kita sedang 'sakit' karena 
proses rekrutmennya tidak sehat, misalnya selalu terjadi transaksi politik yang 
tidak kredibel. Terus terang kalau mengharapkan aspirasi kita disalurkan ke 
legislatif, maka aspirasi itu diduga akan digoreng dan dijual untuk kepentingan 
politik, ujarnya.

  Namun bagaimana pun sakitnya unsur legislatif itu tidak boleh 
dihilangkan, malah harus tetap dihormati, karena kalau legislatif tidak ada 
maka tidak akan bisa membangun demokrasi. Karena itu jangan sampai ada pikiran 
untuk menghapus legislatif sebagaimana pandangan masyarakat banyak dalam 
berbagai dialog interaktif, karena itu tidak benar atau bertentangan dengan 
konstitusi, katanya.

  Mahfud juga menggambarkan kondisi eksekutif yang juga sakit baik di 
tingkat pusat hingga daerah. Indikasinya, praktik KKN (korupsi kolusi dan 
nepotisme) yang masih sering terjadi, feodalisme atau sikap-sikap feodal juga 
masih ada, bahkan transaksi politik juga dilakukan kalangan eksekutif.

  Akibatnya kita  tidak mampu bergerak untuk menjadi bersih atau lebih 
bersih atau bebas dari KKN yang masih banyak terjadi itu. Saya sering ke daerah 
dan mendapatkan pengakuan masyarakat bahwa sekarang masih sama seperti zaman 
Orde Baru, ujarnya.

  Menurut dia hal yang sama juga teradi di yudikatif, bahkan lebih gila 
lagi karena lembaga peradilan seperti tempat jual-beli perkara, meski telah ada 
upaya untuk memperbaikinya. Kalau kita lihat laporan ICW dan tindakan MA yang 
menjatuhkan sanksi kepada para hakim, itu membuktikan bahwa dalam 10 tahun 
terakhir ini yudikatif kita masih 'sakit', ujarnya. Mahfud kemudian menyatakan 
bahwa sesunguhnya terdapat empat pilar demokrasi yakni legislatif, eksekutif, 
yudikatif dan pers dalam perannya sebagai masyarakat madani.

  Namun dari empat pilar itu Mahfud mengaku meragukan kredibilitas ketiga 
pilar itu atau hanya memercayai pers, meskipun dirinya bagian dari lembaga 
yudikatif yakni Mahkamah Konstitusi. Pers di mata Mahfud MD masih sebagai 
lembaga publik yang tetap memegang teguh kebenaran, dan pers yang dapat 
diandalkan untuk mengobati ketiga pilar demokrasi yang  sedang sakit itu. 

  Itu sebabnya kalau kunjungan ke daerah-daerah, saya selalu menyempatkan 
diri ke media massa karena saya percaya pers masih bersih, meskipun ada sedikit 
yang nakal, tetapi masih bisa diperbaiki, ujarnya.(Ant) 


[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Bambank suka Mencontek.....

2010-02-28 Terurut Topik rifky pradana
Mencontek secara
sederhananya dapat diartikan sebagai suatu perbuatan yang bertujuan untuk
mencapai suatu keberhasilan dengan jalan yang tidak sesuai dengan kaidah dan
nilai moral yang berlaku umum di masyarakat.
 
Kegiatan
contek mencontek ini biasanya sering ditemui di dunianya anak-anak. Walau tak
tertutup kemungkinan juga ditemui di dunianya orang dewasa. 
 
Banyak alasan
dan dalih yang menjadi dasar pertimbangan dari seseorang yang melakukan 
perbuatan
mencontek. Namun tujuan dari perbuatan mencontek itu hampir seragam, yaitu
tujuan tunggal, bertujuan untuk mencapai keberhasilan.
 
Mendapatkan
nilai yang bagus atau nilai yang memenuhi passing grade untuk suatu kelulusan,
adalah tujuan perbuatan mencontek dalam konteks perbuatan mencontek yang
dilakukan sewaktu ujian sekolah.
 
Mendapatkan
nilai yang mampu menmgungguli para pesaingnya, adalah tujuan perbuatan
mencontek dalam konteks perbuatan mencontek yang dilakukan sewaktu test
saringan untuk memasuki suatu institusi pendidikan.
 
 
Mencontek oleh
hampir semua kaidah dan nilai moral yang berlaku umum di masyarakat, 
dikategorikan
sebagai perbuatan curang. Namun anehnya, bukanlah rahasia umum jika mencontek 
sudah
dianggap wajar dan sering dilakukan oleh banyak orang.
 
Memang, godaan
untuk mencontek ini terkadang memang sulit untuk dilawan. Apalagi disaat 
seseorang
merasa dalam posisi kepepet, sedangkan ada suatu keberhasilan yang harus
diraihnya ditengah persaingan kompetisi yang sedemikian ketat. Mencontek lalu
menjadi pilihan cara yang paling masuk akal.
 
 
Terkadang, perbuatan
mencontek ini juga dilakukan secara berjamaah oleh suatu kelompok. Mereka
saling melindungi antara satu dengan yang lainnya. Istilah kerennya, berkoalisi
untuk bersama-sama melakukan perbuatan saling mencontek.
 
 
Celakanya,
jika mencontek ini tak terbatas hanya dilakukan secara berkoalisi dan
berjamaah. Namun juga jika sudah dianggap sebagai hal yang sudah membudaya di
masyarakat suatu negara.
 
Keadaan dan
situasi yang seperti itu bisa berakibat sangat fatal, bahkan dapat berdampak
yang sistemik. 
 
Hasil akhirnya
bisa merusak moral dan mental serta kejiwaan dari generasi muda sebagai penerus
tongkat estafet kepemimpinan bangsa. 
 
 
Bagaimana
tidak mengkhawatirkan, mengingat dalam dunia psikologi perkembangan anak,
dikenal istilah proses imitasi.
 
Imitasi dalam
konteks ini, konon katanya berasal dari bahasa latin, imitari, yang artinya
meniru atau mencontoh. 
 
Proses imitasi
secara sederhanya dapat diartikan sebagai proses peniruan yang dilakukan anak
terhadap suatu aksi yang berasal dari lingkungan sekitarnya.
 
Jika proses
imitasi itu disertai juga dengan proses memahami tujuan aksi dan pencapaian 
dengan
target tujuan tertentu, maka akan membentuk teori pemikiran (Theory of Mind)
yang melekat pada memori di benak anak yang melakukan proses imitasi tersebut.
 
 
Proses imitasi
ini juga erat kaitannya dengan proses identifikasi. Dimana dalam proses ini,
anak atau orang secara tidak disadarinya akan berusaha menyamakan dirinya
dengan lingkungan komunitasnya.
 
Sehingga,
boleh dikatakan bahwa fase dimana terjadi proses imitasi dan proses
identifikasi itu merupakan fase yang paling penting dalam proses pembentukan 
intelektual
dan kognisi serta karakter kepribadian dari seorang anak.
 
 
Proses imitasi
dan identifikasi, jika dilihat dari sisi sudut pandang yang positif, dapat
mendorong anak untuk mematuhi kaidah dan nilai moral yang berlaku. 
 
Namun sebaliknya,
jika dilihat dari sisi sudut pandang yang dari sisi negatif dapat juga berarti
mendorong anak untuk meniru tindakan dan nilai moral yang menyimpang.
 
Semua itu
tergantung bagaimana situasi dan kondisi di komunitas lingkungan dimana si anak
itu berada.
 
 
Jika situasi
dan kondisi di komunitas lingkungannya memberikan suri tauladan yang seringkali
melanggar kaidah dan nilai moral yang berlaku umum di masyarakat, maka anak
itupun akan tumbuh sesuai dengan suri tauladan yang dilihatnya itu.
 
Jika budaya
curang dan ketidakjujuran merajalela di tengah masyarakat, dimana paham
ketidakjujuran telah mendarah daging dan menyatu dalam setiap aliran darah serta
tarikan napas kehidupan para anggauta masyarakat disekelilingnya, maka hasil
akhirnya adalah generasi penerus yang dikuasi oleh budaya budaya curang dan
ketidakjujuran.
 
Efek lanjutan
dari budaya curang dan ketidakjujuran adalah budaya korupsi dan manipulasi. 
 
Suatu negeri
sudah dipenuhi oleh suri tauladan yang demikian, mulai dari elit pimpinan
tertingginya sampai ke kalangan rakyat jelata, maka hasilnya adalah perbuatan
korupsi dan manipulasi akan dilakukan oleh semua anggauta masyarakat. 
 
Mereka yang
tak melakukannya hanyalah mereka yang tak beruntung saja. Mereka yang tak 
mempunyai
kesempatan untuk melakukan perbuatan korupsi dan manipulasi.  
 
 
Akhirulkalam,
suri tauladan adalah hal yang paling penting dalam membentuk perilaku
masyarakat suatu negeri. Terutama tentunya, suri tauladan dari elit pimpinan
negerinya.
 
Lalu, bagaimanakah suri tauladan 

[ppiindia] Kampung-Kampung yang Penduduknya Banyak Menikah Siri (2-Habis)

2010-02-28 Terurut Topik sunny
http://www.cenderawasihpos.com/detail.php?ses=id=2355

27 Pebruari 2010 08:37:38

Kampung-Kampung yang Penduduknya Banyak Menikah Siri (2-Habis)







Vivi 11 Kali Menikah, 9 Kali secara Siri 
Tradisi menikah siri juga banyak dilakukan warga di desa-desa di dua kabupaten: 
Indramayu dan Pasuruan. Benarkah hanya bermotif ekonomi? 
-- -
KHOLIL IBRAHIM, Indramayu 
 ---


Kula rela najan beli dikawin. Asal sarate uripe dijamin.
Tapi, yen bisa padu kawin kiai. Teka Pak Lebe wong tua melu nyakseni.
(Saya rela meskipun tidak dikawin. Yang penting hidupnya dijamin.
Tapi, kalau bisa dikawinkan Pak Kiai. Datang Pak Lebe (pamong desa) orang tua 
ikut menyaksikan). 


Kalimat di atas adalah potongan bait lagu dangdut tarling berjudul Kawin Kiai 
yang didendangkan penyanyi Itih S. Siang itu (22/2) lagu tersebut mengalun 
cukup keras dari salah satu rumah milik warga yang tinggal di tepi jalan raya 
pantura, Indramayu. 


Beberapa radio di Indramayu kerap memutar lagu berjudul Kawin Kiai itu. Bahkan, 
di toko-toko kaset semakin banyak saja yang memburunya. Dan, memang, lirik lagu 
itu klop dengan fenomena nikah siri yang saat ini menjadi polemik. Diceritakan 
dalam lagu itu, seorang wanita yang lebih memilih dikawin siri asalkan hidupnya 
terjamin. 
Momennya tepat saja. Memang banyak juga fans yang me-request lagu-lagu yang 
mengisahkan kawin siri, ungkap Public Relation dan Marketing Radio Prima FM 
Haurgeulis Raihan A.Z. 


Di Indramayu, fenomena nikah siri bukan hal baru. Menikah tak harus dicatatkan 
di instansi resmi terkait. Hal itu cukup hanya diketahui ketua RT sebagai pihak 
berwenang, atau warga di satu lokasi saja.Yang penting syarat dan rukun 
nikahnya terpenuhi, serta bertujuan membangun keluarga yang sakinah. Tidak 
dicatat di KUA, tapi hanya diketahui ketua RT atau warga satu RT, kata Drs 
Ghozali, salah seorang tokoh masyarakat di Desa Keretajaya 



Blok Sabrang Wetan, Kecamatan Bongas, Kabupaten Indramayu. 
Pria 53 tahun tersebut mengatakan, di wilayahnya kawin siri seperti itu disebut 
juga kawin RT. Hal itu sering dilakukan pasangan yang sudah berusia lanjut. 
Usianya 40-50 tahun, kata pria yang juga menjadi anggota Satgas Trafficking 
di Kecamatan Bongas ini. 


Dia menambahkan, kebanyakan pelaku nikah siri dilatarbelakangi keterbatasan 
biaya. Di sini, menyelenggarakan pernikahan secara resmi sesuai aturan negara, 
harus keluar duit antara Rp 700 ribu hingga Rp 1 juta, paparnya. 
Itu belum termasuk syarat lain, yakni memiliki KTP, KK (kartu keluarga), ijazah 
sekolah, foto, maupun surat-surat resmi lain. Bagi para manula, persyaratan 
itu sangat merepotkan. Jadi, cari yang murah dan praktisnya saja, tapi harus 
dengan niat yang baik, tutur bapak tiga anak itu.
Faktor lain yang menjadi motif pelaku nikah siri adalah mahalnya biaya proses 
perceraian bila menikah dengan mencatatkan perkawinan ke lembaga yang 
berwenang. Sengaja dipatok biaya tinggi, guna menekan angka perceraian di 
Indramayu. Kalau kawin RT, mau cerai cukup lapor ke penghulu dan ke RT lagi, 
terangnya.


Soal pertimbangan serbamudah sehingga lebih memilih menikah siri ini diakui 
pasangan Tarjo, 55, dan Ida, 48. Pasutri ini menikah secara siri tiga tahun 
lalu. Tarjo duda dan Ida janda. Pernikahan mereka dihadiri seorang ustad yang 
bertindak sebagai penghulu. Juga ada ketua RT dan beberapa kerabat dan tetangga 
satu RT. Oleh Pak RT sudah ditawari supaya dicatat pernikahannya. Tapi, kami 
terus terang tidak punya biaya. Jadi, kami menikah secara sederhana saja, tidak 
mendaftar ke KUA, ujar pria yang bekerja sebagai buruh tani itu. 
Kepala Urusan Agama Islam (Urais) Kantor Departemen Agama (Kandepag) Kabupaten 
Indramayu Drs H M. Amin Bay MAg tidak menampik bahwa fenomena nikah siri masih 
cukup banyak di wilayahnya. Hampir menyebar di seluruh kecamatan. Biasanya di 
daerah pelosok dan perbatasan dengan kabupaten lain, kata Amin. 


Dia mengatakan, sebagai petugas, dirinya sudah sering mengingatkan masyarakat 
tentang dampak negatif kawin sirri. Tapi, imbauan kami agar masyarakat menikah 
secara sah di mata negara, sulit mengalahkan faktor pengaruh dari luar dan 
faktor biaya, paparnya. 
Selain di Indramayu, desa yang warganya banyak menikah siri adalah di Desa 
Kalisat, Kecamatan Rembang, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Desa Kalisat 
terletak di kawasan paling selatan Rembang. Jika diukur dari Bangil, arahnya ke 
selatan sekitar 20 kilometer. Desa ini tergolong miskin. 


Ketika berkunjung ke desa itu, Radar Bromo (Cenderawasih Pos Group) sempat 
dikenalkan dengan Vivi (nama samaran). Umurnya baru 24 tahun. Tapi, dia sudah 
11 kali menikah, 9 kali di antaranya menikah siri. Saya awalnya dinikahkan 
orang tua sejak usia saya 12 tahun, ucapnya. 


Saat itu Vivi masih sekolah di SD kelas IV. Di usianya yang masih belia, dia 
dijodohkan oleh orang tuanya. Kalangan orang tua di desa 

[ppiindia] Kampung-Kampung yang Penduduknya Banyak Menikah Siri (1)

2010-02-28 Terurut Topik sunny

   

http://www.jpnn.com/index.php?mib=berita.detailid=58525

Rabu, 24 Februari 2010 , 00:41:00

Kampung-Kampung yang Penduduknya Banyak Menikah Siri (1)

Jadi 'Pelaku', Pak RT Tak Takut Masuk Penjara

  
 
KONSULTASI : Amir (kiri), yang menikah empat kali tanpa buku nikah, sedang 
berkonsultasi mengenai pengurusan pembuatan buku nikah kepada Somadi, Kaur 
Kesra Desa Setupatok, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon. Foto : JUNAEDI/RADAR 
CIREBON/JPNN
Ada beberapa kampung atau desa yang sebagian besar penduduknya menikah siri 
hingga bertahun-tahun dan beranak-pinak. Bagaimana kelak jika RUU yang 
menghukum secara pidana pelaku nikah siri itu benar-benar menjadi undang-undang?
 
- 
 M. JUNAEDI, Cirebon
-
 
SALAH satu desa yang mayoritas penduduknya menikah secara siri alias tak 
tercatat di instansi resmi adalah Desa Sinarancang, Kecamatan Mundu, Kabupaten 
Cirebon, Jawa Barat. Desa yang tergolong miskin itu terletak di kawasan 
pegunungan. Mata pencaharian penduduk di sana beragam. Ada petani, buruh, dan 
ada yang bekerja sebagai perajin cobek dari batu. Bahasa yang digunakan untuk 
berkomunikasi adalah Jawa Cerbonan dan Sunda. Sebab, desa tersebut merupakan 
daerah transisi antardua suku di Cirebon.
 
Menuju Desa Sinarancang hanya butuh waktu sekitar 30 menit dari pusat Kota 
Cirebon. Di desa tersebut terdapat sekitar 2.000 pasangan suami-istri. 
Menariknya, 1.200 pasangan di antaranya tak mencatatkan pernikahannya ke 
instansi resmi. Berarti, sekitar 60 persen penduduk di desa tersebut boleh 
dibilang menjadi pelaku nikah siri. Umurnya kebanyakan lebih dari 35 tahun. 
Saya tidak takut dipenjara gara-gara tidak punya buku nikah, kata Kaya, ketua 
RT 07/RW 03, Desa Sinarancang.
 
Pria 45 tahun tersebut tidak takut karena yang tidak punya buku nikah di 
wilayah RT-nya mencapai ratusan. Kalau nanti dipenjara, kami akan membentuk 
desa sendiri di dalam penjara, kelakarnya lantas tertawa lepas. Di Desa 
Sinarancang, menikah tanpa dicatatkan di instansi resmi seakan menjadi budaya. 
Jadi, hal itu sudah dianggap biasa. 
 
Bagi warga desa di sana, menikah adalah ibadah. Yang penting ada niat untuk 
membangun keluarga sakinah, mawadah, dan warahmah. Itu saja sudah cukup. Karena 
itu, banyak yang merasa tak perlu lagi akta nikah. Suhendi, 35, warga RT 05/RW 
02, mengungkapkan, sejak menikah dengan istrinya, Kuniah, 32, hingga mempunyai 
tiga anak, dirinya tidak punya buku nikah. Bagi dia, punya atau tidak punya 
buku nikah tak ada pengaruhnya. 
 
Saya tidak ingat kapan persisnya saya menikah. Yang saya ingat ketika itu 
bayar penghulunya Rp 60 ribu. Yang menjadi penghulu seorang kiai. Sekarang 
sudah almarhum, ceritanya. Saat itu, lanjut dia, tidak ada pikiran bahwa 
menikah itu harus dicatat di catatan sipil. Yang penting saya menikah dengan 
sah. Gitu aja, ujarnya enteng.
 
Lain halnya dengan Kaya, sang ketua RT. Sebenarnya saat menikah dirinya ingin 
dicatat di catatan sipil. Saya menikah pada 1981 ketika berumur 26 tahun. Saat 
itu, saya kira langsung dicatat di catatan sipil karena yang menikahkan saya 
adalah kiai. Ternyata tidak, ungkapnya. 
 
Karena tidak mengerti bagaimana harus mengurus persyaratan administrasi setelah 
menikah, Kaya tak mengurus lagi. Akhirnya saya biarkan begitu saja sampai 
sekarang, katanya.
 
Berdasar pengamatan Radar Cirebon (gurp JPNN), kebanyakan warga yang menikah 
siri bukan untuk beristri lebih dari satu. Tapi, rata-rata mereka tidak tahu 
akan hukum negara. Menurut Kepala Desa Sinarancang Caca Efendi, banyak faktor 
yang membuat 60 persen warganya menikah siri. Di antaranya, faktor jarak dari 
desa dengan pusat administrasi di tingkat kecamatan. Dia menceritakan, sebelum 
menjadi desa sendiri, Sinarancang merupakan bagian dari Desa Nanggela, 
Kecamatan Beber. Baru pada 1983 Sinarancang resmi menjadi desa sendiri.
 
Ketika belum menjadi desa sendiri, jika ingin ke ibu kota kecamatan di Beber, 
warga Sinarancang harus menempuh jarak 3?5 kilometer. Bukan hanya itu, warga 
harus melewati jalan yang berbukit-bukit karena terletak di kawasan pegunungan. 
Saat itu, akses masih sangat terbatas. Itulah yang membuat warga sangat malas 
mencatatkan pernikahannya di KUA Kecamatan Beber. Selain jarak yang jauh, 
faktor pendidikan juga berpengaruh. Warga kami merasa menikah itu hanya cukup 
dinikahkan kiai, lanjut dia.
 
Faktor lain yang membuat banyak warga menikah siri di Desa Sinarancang adalah 
tidak adanya sosialisasi dari pihak terkait mengenai pentingnya menikah secara 
hukum negara. Anggapan tidak terlalu pentingnya catatan sipil waktu itu sangat 
tinggi. Karena itu, pengurusan buku nikah tidak terlalu dipikirkan mereka, 
jelas Caca.
 
Dia mengakui, banyak warga yang baru merasakan akibat tidak mencatatkan 
pernikahannya sekarang. Itu terjadi ketika anak-anak mereka masuk sekolah. Ada 
beberapa sekolah yang mensyaratkan harus menyertakan akta kelahiran ketika 
mendaftar. Padahal, akta kelahiran dibuat berdasar buku 

[ppiindia] Edward: Penangkapan 5 Orang di Tanah Merah Kasus 378

2010-02-28 Terurut Topik sunny


http://www.bangkapos.com/detail.php?section=1category=13subcat=14id=16164

Edward: Penangkapan 5 Orang di Tanah Merah Kasus 378 


JAKARTA, BANGKAPOS.COM - Kadiv Humas Mabes Polri Edward Aritonang menegaskan 
bahwa penangkapan lima orang di Rawasengon, Tanah Merah, Jakarta Utara, 
kemarin, tidak ada kaitannya dalam kasus terorisme. Kelima orang yang ditangkap 
oleh tim Densus 88 tersebut ditangkap atas permintaan dari Polda Sumatera Barat 
(Sumbar).

Lima orang yang ditangkap itu terlibat kasus 378 KUHP (penipuan) di Sumbar, 
kata Edward Aritonang di depan gedung PTIK Jakarta, Jumat (26/2/2010).

Edward menjelaskan, pada Kamis kemarin, pihaknya menerima permintaan dari Polda 
Sumbar untuk menangkap kelima tersangka tersebut. Karena saat itu hanya ada tim 
Densus 88, lanjut Edward, maka tim tersebut yang diterjunkan ke tempat kejadian 
perkara (TKP) untuk membekuk tersangka.

Kini mereka (tersangka) telah kami kirim kembali ke Polda Sumbar untuk 
menjalani pemeriksaan. Diduga kelima orang tersebut terlibat kasus penipuan SMS 
berhadiah yang telah meresahkan masyarakat Sumbar beberapa bulan belakangan 
ini, terang Edward.(*)


[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Kadensus Bantah Ada Penangkapan Teroris di Tanah Merah

2010-02-28 Terurut Topik sunny
http://www.bangkapos.com/detail.php?section=1category=13subcat=20id=16121

Kadensus Bantah Ada Penangkapan Teroris di Tanah Merah 


JAKARTA,BANGKAPOS.COM -- Kepala Detasemen Khusus 88 Anti Teror Polri, Brigjen 
Pol Tito Karnavian menyangkal jajaran anak buahnya menangkap tiga orang yang 
diduga sebagai jaringan teroris di RT.02/06 Rawa Sengon, Tanah Merah, Kamis 
(25/2) sekitar pukul 12.00 WIB.

Belum ada penangkapan, katanya dalam pesan singkat, di Jakarta, Kamis (25/2).

Hal senada diungkapkan Kadiv Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Boy Raffli 
Amar. Hari ini Polda Metro Jaya belum ada melakukan penangkapan di Jakarta 
Utara, ujarnya.

Sebelumnya diberitakan Densus 88 menangkap lima orang yang diduga teroris di 
tiga rumah kontrakan di di RT.02/06 Rawa Sengon, Tanah Merah, Kamis (25/2) 
sekitar pukul 12.00 WIB. Informasi yang didapat Persda Network penangkapan 
dilakukan oleh beberapa pria yang mengaku berasal dari Densus 88 polda Metro 
Jaya. Satu diantara lima orang yang dibekuk adalah warga negara asing 
berketurunan timur Tengah.

KElimanya diangkut dengan menggunakan dua buah mobil, satu Kijang dan satu 
Xenia. (Persda Network

Berita Terkait 
Kadensus Polri dan Polda Metro Jaya ...
Densus 88 Tangkap Lima Orang Diduga ...
Kadensus Bantah Ada Penangkapan ...
Penumpang Mencoba Ledakan Pesawat ...
Polri : Dua Jenazah Itu Syaifudin ...
Zuhri dan Syahrir Dimakamkan di ...
Warga Sampiran Tolak Jenazah ...
Otopsi Baru Dilakukan Nanti Malam

[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Tifatul Sembiring: Berpantun Hilangkan Stres

2010-02-28 Terurut Topik sunny
Refleksi : Tifatul berpantun, stress hilang. SBY menyanyi  kasus Bank Century 
selesai.

  
http://www.jawapos.co.id/halaman/index.php?act=detailnid=119751

[ Minggu, 28 Februari 2010 ] 


Tifatul Sembiring: Berpantun Hilangkan Stres 


KEBIASAAN Menkominfo Tifatul Sembiring berpantun dalam sejumlah kesempatan 
dilakukan jauh hari sebelum menjadi menteri. Mantan presiden PKS itu ingin 
menularkan kebiasaannya tersebut kepada para anggota Komisi I DPR.

''Berpantun ini bisa untuk hilangkan stres,'' ujar Tifatul di sela-sela rapat 
kerja dengan komisi I di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu lalu (24/2). 
Menurut dia, selain mengembangkan budaya sastra asli Indonesia, pantun bisa 
membuat orang yang menyampaikan dan yang mendengarkan tersenyum. 

''Pengalaman saya, mengkritik dengan berpantun itu juga lebih jitu,'' tambah 
pria kelahiran Bukittinggi, 28 September 1961, itu. Pesan tetap tersampaikan, 
tanpa membuat marah orang yang dikritik. 

Saat rapat dengan para anggota dewan, sejumlah bait pantun sengaja disisipkan 
Tifatul. Salah satu pantun yang sempat menggelitik anggota dewan, yaitu ketika 
akan mengakhiri pemaparan awal. ''Mari Pangestu makan sirih, sudah segitu saja 
dan terima kasih,'' katanya, lantas tersenyum. (dyn/oki) 










[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] SBY: Demokrasi Beretika, Bukan Saling Menjatuhkan

2010-02-28 Terurut Topik sunny


http://www.jambiekspres.co.id/index.php/utama/10405-sby-demokrasi-beretika-bukan-saling-menjatuhkan.html


  Sabtu, 27 Februari 2010 10:04 
 
  SBY: Demokrasi Beretika, Bukan Saling Menjatuhkan  



   
  MAULID NABI : Presiden SBY dan Wapres Boediono bersama ribuan umat islam 
dan jamaah Majelis Dzikir Rosulullah, melakukan dzikir akbar di silang Monas, 
kemarin.
  JAKARTA - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menghadiri zikir 
bersama puluhan ribu orang yang tergabung dalam jamaah Majelis Rasulullah di 
Lapangan Monumen Nasional, Jakarta, kemarin (26/2). 

  Zikir bersama tersebut dilakukan dalam rangkaian peringatan Maulid Nabi 
Muhamad SAW.

  Selain Presiden, hadir pula Wapres Boediono, Menko Polhukam Djoko 
Suyanto, Menko Perekonomian Hatta Rajasa, Menko Kesra Agung Laksono, Menteri 
Agama Suryadharma Ali, dan Mensesneg Sudi Silalahi. Zikir dan ceramah 
disampaikan pimpinan Majelis Rasulullah Habib Munzir Al Musawa.

  Dalam sambutannya, Presiden mengatakan, untuk membawa masyarakat ke dalam 
perubahan yang lebih baik, Muhamad telah menemui banyak kesulitan dan cobaan. 
Namun dengan kesabaran dan ketegaran Muhamad, serta mengajak semua pihak untuk 
menjalankan tugas, semua tantangan bisa diatasi. 

  Ternyata sejarah membuktikan bahwa seberat apapun persoalan, tantangan 
dan ujian itu dapat diatasi, dengan izin dan pertolongan Allah SWT, kata SBY. 
Presiden menambahkan, upaya membangun negara juga sarat ujian dan tantangan. 
Untuk itu, ia mengajak semua pihak meneladani kepemimpinan Muhamad untuk 
mengatasi persoalan bangsa. 

   Selain menghadiri zikir bersama di Monas, Presiden juga menggelar 
peringatan Maulid Nabi Muhamad di Istana Negara, Kamis malam (25/2). Peringatan 
itu juga dihadiri Wapres dan hampir seluruh menteri Kabinet Indonesia Bersatu. 
Para Duta Besar negara berpenduduk muslim juga menghadiri peringatan kelahiran 
Muhamad pada 15 abad silam tersebut.

   Dalam pidatonya, SBY juga mengajak mencontoh Muhammad dalam 
berdemokrasi dan berpolitik. Perilaku Rasulullah yang santun dan penuh etika, 
haruslah menginspirasi kita dalam mewujudkan demokrasi di tanah air,kata SBY.

   SBY mengatakan, demokrasi harus disertai amanah dan penuh etika, 
kesantunan, dan akhlak yang baik. Bukan demokrasi yang sarat dengan dendam dan 
permusuhan, serta saling menjatuhkan, katanya.

   Demokrasi yang dibangun, lanjut presiden, harus menjauhkan diri dari 
tirani kekuasaan dan golongan kuat, serta bentuk-bentuk pemaksaan kehendak yang 
justru merusak rasa keadilan.

   Prinsip-prinsip dasar musyawarah untuk mufakat demi kebaikan rakyat dan 
negara, masih memiliki tempat di alam reformasi dewasa ini, kata SBY. Islam, 
demokrasi, dan modernitas, kata SBY, selaiknya dapat hidup seiring dan sejalan 
dengan damai. 
 



[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Undangan partisipasi penelitian Ph.D

2010-02-28 Terurut Topik Oryn
Anggota diskusi HRD yang budiman,

Nama saya Ponirin, mahasiswa 
PhD di School of Commerce  Management Southern Cross University, 
Australia. Saat ini saya sedang melakukan pengumpulan data penelitian 
untuk penulisan tesis/disertasi. Untuk keperluan itu saya membuat sebuah
 survey berbasis web. Adapun topik penelitian ini adalah Loyalitas Konsumen 
Online (E-Loyalty) dan subyek penelitian ini adalah para pengguna 
internet yang pernah melakukan belanja secara online dalam 6 bulan 
terakhir.

Jika Anda termasuk salah satu pelanggan suatu toko 
online atau pernah berbelanja secara online, dengan segala hormat saya 
mengundang partisipasi Anda untuk membantu menjadi salah satu responden 
penelitian ini. Untuk mengisi kuesioner silahkan klik link berikut ini.  
 

http://scuau.qualtrics.com/SE?SID=SV_9Y8OfI9xswSaTSQSVID=Prod

Atas
 bantuan dan partisipasinya saya menghaturkan penghargaan 
setinggi-tingginya dan terima kasih yang tak terhingga atas sumbangsih 
Anda dalam penyelesaian pendidikan saya. Mohon maaf bila isi email ini 
mengganggu Anda. 

Salam,


Ponirin
Southern Cross University
Lismore, NSW, Australia

Skype: oryn0306
www.banuata.com



  

[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Russia Suffers Its Worst-Ever Olympics

2010-02-28 Terurut Topik sunny
http://www.themoscowtimes.com/olympic_coverage/article/russia-suffers-its-worst-ever-olympics/400660.html

Russia Suffers Its Worst-Ever Olympics 
28 February 2010
By Alexander Bratersky



One of Russia's three teams, piloted by Alexander Zubkov, crashing during heat 
one of the four-man bobsled competition at the Winter Olympics on Friday. 


Perhaps it's surprising that Russia managed to walk away with even three gold 
medals after giving its worst-ever performance at a Winter Olympics. ?

Its luge team, for one, has to build its own sleds for lack of money and only 
got a track to practice on at home in 2008 - and even then it doesn't freeze 
properly.

We make the equipment ourselves and almost from scratch, Valery Silakov, 
president of the Russian luge federation, told The Moscow Times.

Silakov explained that it is hard to find people to produce luges within the 
country and even the Khrunichev space center cannot guarantee that its luges, 
which cost more than $100,000 each, will reach the needed speeds of about 130 
kilometers per hour.

The Russian luge team left the Vancouver Games medal-less after veteran Albert 
Demchenko, 38, placed fourth. ? ?Demchenko complained in Vancouver about the 
lack of financing for his sport, saying he has to repair his luge out of his 
own pocket.

He and his fellow athletes only got a chance to train in Russia when a luge and 
bobsleigh stadium opened in Paramonovo, outside Moscow, in March 2008. The 
stadium, however, routinely faces problems with its freezing equipment, Silakov 
said. The stadium originally built for Soviet athletes is located in 
now-independent Latvia.

Despite the difficulties, Demchenk said he would like to try his luck at the 
Sochi Games in 2014, when he will be 42.

Russia might need him. With many athletes deserting during the turbulent 1990s, 
the younger generation who has replaced them remains amateurish. Many of them 
entered sports schools after the [training] system had already been destroyed, 
Silakov said.

With only two events left Sunday, Russia looked set to place a dismal 11th in 
the gold medals table, well behind leader Canada (13) and even countries like 
South Korea (6) and China (5). Russia also won five silvers and seven bronzes 
for a total of 15 medals.

Among the biggest setbacks were in ice hockey and skating, which the Soviet 
Union and Russia had dominated since the 1960s. An embarrassed President Dmitry 
Medvedev canceled a scheduled trip to Sunday's closing ceremony.

Russia previously gave its poorest performance in the 2002 Salt Lake City 
Games, collecting five golds for a total of 13 medals.

The luge team's woes are typical of the problems facing all athletes. While the 
government boosted financing for Winter Olympic teams to $25 million last year, 
up from $22 million in 2008, a lack of proper training facilities, rampant 
corruption and a small pool of eager athletes contributed to Russia's failure 
in Vancouver, sports officials and athletes said. ?

Prime Minister Vladimir Putin has said Russia needed to learn the lessons 
offered by Vancouver, but no shakeups are expected in the sporting world that 
could improve Russia's chances for the Sochi Games.

?Russia's complete failure to win any golds in ice skating has prompted harsh 
criticism from champion Soviet ice skater Irina Rodnina.

She accused the heads of Russian sports federations of running their 
organizations like family businesses and lashed out at Russian Olympic 
Committee head Leonid Tyagachev, a close friend of Putin and his personal ski 
coach.

Do you think that those who are responsible for the results are upset? I saw 
Tyagachev in the Russian House restaurant yesterday. He had a good appetite, 
Rodnina told the Sovietsky Sport newspaper.

Sports federations are independent, although most of their financial support 
comes from the state. The state allocations are disproportional, with the 
majority going to hockey, biathlon, ski racing and ice skating, while far less 
goes to short track, ski jumping and luge.?

Of the three golds that Russia won, two were in biathlon and one was in ski 
racing.

Former ice skating champion and State Duma Deputy Anton Sikharulidze described 
the situation inside the federations and the Olympic committee as wild, in an 
interview with Ekho Moskvy radio.

Federation Council Speaker Sergei Mironov and other politicians have called on 
Tyagachev and Sports Minister Vitaly Mutko to resign, and 54 percent of 
Russians feel likewise, according to an Interfax poll last week.

Tyagachev and Mutko have been summoned to give a briefing to the Duma in early 
April, but neither has given any indication that they might quit.

Mutko said last week that Russia's problem in Vancouver was that it was trying 
to use simple methods and trying to find people to blame, RIA-Novosti reported.

The Audit Chamber has promised to check to make sure that government funds 
earmarked for Olympic training were spent properly.


[ppiindia] Thousands rally in support of SBY, Boediono

2010-02-28 Terurut Topik sunny
  

http://www.thejakartapost.com/news/2010/02/28/thousands-rally-support-sby-boediono.html

Thousands rally in support of SBY, Boediono
The Jakarta Post ,  Jakarta   |  Sun, 02/28/2010 1:34 PM  |  National 

Thousands of people from various mass organizations are packing the Bung Karno 
Stadium in Central Jakarta in a rally to support President Susilo Bambang 
Yudhoyono and Vice President Boediono.

The rally participants come from organizations affiliated to Yudhoyono's 
Democratic Party, including the Indonesian Front (Barindo), the National 
Committee for Indonesian Community (KNMI), the Betawi Children Communication 
Forum (Forkabi), Democratic Cadre Communication Forum (FKKD), the Democratic 
Young Generation (GMD) and the Indonesian Democratic Youth Front (AMDI).
 
Wearing blue and white T-shirts bearing a motto Support SBY-Boediono until 
2014, the crowd began to stream into the stadium at 9 a.m. They reached the 
venue of the rally on buses, truck and private cars.

During the rally, the people unfurled banners, some of which read Guard and 
protect SBY-Boediono's pro-people programs for the sake of people's welfare 
and Forkabi across the Greater Jakarta supports SBY-Boediono government until 
2014.

As supporters of SBY-Boediono we have to remain solid. Certain groups that 
have criticized SBY-Boediono and demanded Boediono's replacement should not 
discourage us, one of the rally speakers told the audience.
 
The rally comes in the face of a House of Representatives plenary session on 
Tuesday to respond to an inquiry into the Bank Century bailout in November 
2008. Two Yudhoyono's coalition partners - the Golkar Party and the Prosperous 
Justice Party (PKS), and opposition sides have recommended a legal process 
against Boediono and Finance Minister Sri Mulyani Indrawati for their role in 
the controversial bailout.

While other parties stop short of requesting Boediono's impeachment, the PKS 
has openly demanded a process to dismiss the Vice President.








[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Can the Ulema Council respond to the real issues?

2010-02-28 Terurut Topik sunny
http://www.thejakartapost.com/news/2010/02/28/can-ulema-council-respond-real-issues.html

Can the Ulema Council respond to the real issues?
Al Makin ,  BOCHUM   |  Sun, 02/28/2010 3:09 PM  |  Opinion 



In the last few weeks, the attention of Indonesians has been drawn to the 
development of law enforcement in the country. 

They all wonder whether the recent turmoil will become a watershed in the 
history of law enforcement in the reform period, or whether all of these 
burning issues will turn to mere sour news. 

In terms of the latter, the people could be fed up with the unending mess, 
which the media would easily forget. 

On the other hand, rather than responding to the current debacle, the 
Indonesian Ulema Council (MUI) created controversy in its own world. 

A Hollywood film, 2012, which features an imaginative doomsday, seems to bother 
this council. 

The East Java MUI called on the umma (the Muslim community) not to watch this 
movie, which, according to their fatwa (edict), contradicts Islamic theology, 
according to which the knowledge of the doomsday belongs only to God. 

Ulil Abshar Abdalla, an activist from the Islamic Liberal Network (JIL) who 
plans to run for Nahdlatul Ulama (NU) chairman next year, argued the film had 
nothing to do with the prediction of the end of the day (kiamat), but that it 
portrayed a catastrophe that could befall this world. 

He believed the movie should be interpreted as a warning that our life on this 
earth is not always safe. 

In the same tone, Ulil's colleague, Luthfi Syaukanie, also wondered why the MUI 
viewed the movie from a theological perspective. 

In fact, looking at its recent track record, the MUI has often pronounced 
unnecessary edicts. Several ulemas in East Java declared Facebook as haram. 

Why is driving a car not pro-hibited? You can hit people with a car - so can 
you rob a bank with a car! 

Thus the MUI has overlooked the issues - corruption and law enforcement - that 
concern the Indonesian umma. 

This contradicts the MUI's own vision and mission, which states the formation 
of the council was for the sake of the nation and religion. 

This nation is now faced with uncertain law enforcement and corruption. 

The umma would have thanked the MUI if the council issued an edict that cursed 
corruption, which is part of thievery and robbery, whose prohibition can be 
found in many religious texts. 

It would be great to hear the MUI's explanation for the practices of corruption 
in all levels of Indonesian bureaucracy. 

However, the MUI's response to the true issues is usually late. This council 
finally denounced violence in the name of Islam, after all umma were disgusted 
by the atrocities committed by radicals. 

The MUI in South Kalimantan, however, deserves credit for proposing to ban the 
noisy calls for prayers and excessive Koranic recitals by using loudspeakers 
for the sake of religious tolerance. 

Indeed, the excessive loudspeakers have bothered non-Muslims and Muslims alike. 
The central and other provincial MUIs should follow this step if they are still 
committed to guarding this nation and umma. 

Now is up to the MUI's board, whether they want to guard this nation or to live 
in their own world and pursue their own agenda. Corruption and law enforcement 
in Indonesian society are serious matters and need serious treatment and 
commitment. 

The ulema council cannot pretend not to see this, instead of warning of the 
dangers of Hollywood movies or the use of the Facebook. Otherwise, the umma is 
mature enough, and do not need any guidance from the clumsy council, which does 
not stand on their side any longer. 

The writer is a lecturer at Sunan Kalijaga State Islamic University, Yogyakarta


[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Pansus Bank Century tidak Akan Berikan Solusi

2010-02-28 Terurut Topik sunny
Refeleksi : Sendiwara  Entah Kemana  Uang BC akan berakhir dengan Happy End 
seperti apa diperkirakan.

   

http://www.pikiran-rakyat.com/index.php?mib=news.detailid=129966


Pansus Bank Century tidak Akan Berikan Solusi
Minggu, 28 Februari 2010 , 01:13:00
JAKARTA, (PRLM).- Hasil Panitia Khusus Hak Angket Kasus Bank Century 
diperkirakan tidak akan memberikan solusi apa-apa. Namun, posisi Presiden 
Susilo Bambang Yudhoyono sendiri akan berhadapan dengan opini publik yang 
secara umum tidak sepakat dengan kebijakan dana talangan itu.

Beberapa hal itu disampaikan Direktur Indobarometer M. Qodari dalam suatu 
diskusi tentang Pansus Century di Jakarta, Sabtu (27/2). Hasil kemungkinan 
dari sidang paripurna, tidak akan memberikan solusi yang tuntas atau gambaran 
yang sifatnya final, kata dia.

Dipaparkannya,solusi tuntas akan sulit diperoleh karena kata mufakat pun 
diperkirakan sulit diwujudkan. Agak sulit mendapatkan musyawarah mufakat dalam 
paripurna. Fraksi-fraksi akan kesulitan, ujarnya.

Bila tidak ada mufakat, maka Qodari memperkirakan hasil akhir pansus akan 
diwarnai voting atau pengambilan suara terbanyak. Pengambilan suara terbanyak 
akan dilakukan untuk menyimpulkan beberapa hal yang memang menjadi pokok 
pendalaman pansus selama dua bulan terakhir.(A-160/A-50)***






[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Gus Dur: Prinsip NU, Tiongkok Melaksanakan

2010-02-28 Terurut Topik Ananto
Prinsip NU, Tiongkok Melaksanakan

Oleh: KH. Abdurrahman Wahid


SEBELUMNYA penulis sampaikan Selamat Idul Fitri 1424 H, maaf lahir dan batin
kepada seluruh pembaca harian ini. Dalam kunjungan ke Tiongkok baru-baru
ini, penulis bertemu banyak orang dari berbagai lapisan. Dari pejabat
pemerintah, aktivis PKT (Partai Komunis Tiongkok), pengusaha dan kaum
profesionalisme, seperti guru dan sebagainya, hingga pegawai usaha angkutan
penerbangan di Guangzhou (dahulu disebut Nanking) yang terletak di delta
sungai Mutiara. Mereka semua menunjukkan prinsip yang sama: penghargaan
pada yang lama dan keberanian mengambil yang baru (al muhatzatu a'la al
qadimi al shalih wa al akhdzu bi al zadid al ashlah). Prinsip itu tampak
ketika penulis bertanya kepada istri yang mengunjungi mausoleum/ kuburan
kaca Mao Zedong (Mao Tze Tung). Ia mengatakan, tiap hari mausoleum itu
dikunjungi oleh puluhan ribu rakyat Tiongkok. Fakta ini sejalan dengan
ungkapan yang selalu penulis dengar dari rakyat Tiongkok, bahwa Mao telah
membuat kita menjadi bangsa Tiongkok yang bersatu dalam sebuah negara, dan
Deng Xiaoping (Teng Siauw Ping) yang membuat bangsa Tiongkok menjadi modern
dan pragmatis.


Di bawah Deng, Tiongkok melakukan reformasi besar-besaran dengan menyambut
penanaman modal asing, membuka Tiongkok dari kungkungan ideologis yang
diterapkan sebelumnya. Kini bangsa Tiongkok aktif dalam perdagangan
internasional, melakukan industrialisasi ringan dan menengah, dengan
menggunakan produksi domestik kotor (Gross Domestic Product – GDP) sebagai
ukuran meningkatnya kehidupan. Dengan kata lain, bangsa Tionghoa tetap
berideologi komunis namun pelaksanaannya menjadi sangat lentur atau longgar,
seperti pepatah yang Deng katakan, Saya tidak peduli apakah kucing itu
berwarna hitam atau putih, yang penting kucing itu bisa menangkap tikus..
Setiap bertemu pejabat Tiongkok, mulai dari Cia Ling Ying (orang keempat
paling berkuasa di negeri itu, yang memiliki jabatan tertinggi di partai
namun tidak menjadi pejabat pemerintah) hingga para Gubernur dan Walikota,
semuanya menggunakan GDP sebagai ukuran keberhasilannya. Tidak heranlah
kita, jika seluruh Tiongkok dibuatkan sarana dan prasarana oleh pemerintah
dalam bentuk; jalan raya, rel kereta api, lapangan terbang, pelabuhan dan
pelayanan telekomunikasi mutakhir, bahkan di kota kecil Xiamen ada fasilitas
pengiriman berita melalui internet.


Harga-harga di seluruh negeri hampir sama, itu mencerminkan system
distribusi barang yang baik dan dilaksanakan dengan tuntas. Ini dapat
terlaksana karena kedaulatan hukum sangat dihormati dan ditegakkan oleh
aparat pemerintah hingga ke dusun-dusun. Yang menarik ketika Zhu Rongji
diangkat menjadi perdana menteri negeri itu. Ia mengatakan agar disediakan
seratus peti mati. Sembilan puluh sembilan untuk para koruptor yang akan
dibasmi dengan hukum mati, sedangkan satunya adalah untuk saya jika saya
korupsi. Tidak ada yang percaya bahwa korupsi telah terbasmi sampai ke
akar-akarnya di negeri itu, namun jelas dengan sistem hukum yang ada, sang
perdana menteri telah melaksanakan ihtikadnya, dan secara berangsur-angsur
menidak para koruptor dalam segenap lapisan pemerintahan.


*


Pada awal tulisan ini, penulis mengatakan bahwa prinsip NU lama justru
dilaksanakan di Republik Rakyat Tiongkok pada saat ini. Mengapa demikian?
Masalahnya sangat jelas, bahwa prinsip berpegang pada hal lama yang masih
baik dan hanya menggunakan hal baru yang lebih besar keuntungannya telah
disyahkan oleh Muktamar NU 1984 di Situbondo. Contoh yang sempurna dari
prinsip itu adalah warga NU mencium tangan kiai. Karena itulah di balik
cacian dan makian yang ditujukan orang ke alamat penulis, termasuk di
dalamnya carcaan dari mereka dengan melakukan tindakan-tindakan politik,
penulis telah melanggar ketentuan bahwa warga NU tidak ikut berpolitik.
Namun itu dilakukan penulis sebagai warga NU, dalam hal ini justru menjadi
orang pertama –sebagai ketua umum Dewan Syura DPP PKB yang harus mengambil
tindakan politik. Kalau penulis tidak mengambil tindakan-tindakan politik,
berarti ia melanggar perintah PBNU yang dikeluarkan tahun 1998; untuk
membentuk atau mendirikan sebuah partai politik yang merupakan wadah bagi
warga NU untuk menyalurkan suara mereka dalam pemilu. Begitu juga warga NU
yang ingin berkecimpung dalam dunia politik, tapi tidak mau disetir atau
dikemudikan orang lain, memerlukan sebuah wadah berupa partai politik
tersendiri dan itu adalah Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Bahwa ada warga
NU yang merasa kerasan di partai lain, itu adalah hak mereka dalam sebuah
negara demokratis. Tetapi ini tidak menghalangi berdirinya PKB sebagai
parpolnya warga NU.


*


Dalam berpolitik, PKB haruslah belajar dari pengalaman bangsa-bangsa lain
termasuk pengalaman bangsa Tiongkok. Dalam hal ini patut dipelajari dengan
tuntas persamaan antara semboyan NU dengan semboyan Partai Komunis Tiongkok:
menghargai apa yang lama, sambil terjun ke dunia baru yang lebih baik dan
lebih berguna. Ini adalah sikap 

[ppiindia] Pansus Bank Century tidak Akan Berikan Solusi (RALAT)

2010-02-28 Terurut Topik sunny
Refeleksi : Sendiwara  Entah Kemana  Uang BC akan berakhir dengan Happy End 
seperti apa  yang diperkirakan semula.

   

http://www.pikiran-rakyat.com/index.php?mib=news.detailid=129966


Pansus Bank Century tidak Akan Berikan Solusi
Minggu, 28 Februari 2010 , 01:13:00
JAKARTA, (PRLM).- Hasil Panitia Khusus Hak Angket Kasus Bank Century 
diperkirakan tidak akan memberikan solusi apa-apa. Namun, posisi Presiden 
Susilo Bambang Yudhoyono sendiri akan berhadapan dengan opini publik yang 
secara umum tidak sepakat dengan kebijakan dana talangan itu.

Beberapa hal itu disampaikan Direktur Indobarometer M. Qodari dalam suatu 
diskusi tentang Pansus Century di Jakarta, Sabtu (27/2). Hasil kemungkinan 
dari sidang paripurna, tidak akan memberikan solusi yang tuntas atau gambaran 
yang sifatnya final, kata dia.

Dipaparkannya,solusi tuntas akan sulit diperoleh karena kata mufakat pun 
diperkirakan sulit diwujudkan. Agak sulit mendapatkan musyawarah mufakat dalam 
paripurna. Fraksi-fraksi akan kesulitan, ujarnya.

Bila tidak ada mufakat, maka Qodari memperkirakan hasil akhir pansus akan 
diwarnai voting atau pengambilan suara terbanyak. Pengambilan suara terbanyak 
akan dilakukan untuk menyimpulkan beberapa hal yang memang menjadi pokok 
pendalaman pansus selama dua bulan terakhir.(A-160/A-50)***






[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Surat Utang RI Terus Diserbu Asing

2010-02-28 Terurut Topik sunny


http://www.lampungpost.com/aktual/berita.php?id=14951

  Kamis, 25 Februari 2010 
 

  EKONOMI 
 
 
 

Surat Utang RI Terus Diserbu Asing 


  JAKARTA (LampostOnline):Serbuan investor asing kepada Surat Utang Negara 
(SUN) pemerintah terus berlanjut, dalam 18 hari di bulan Februari 2010 ini 
jumlah kepemilikan asing di SUN meningkat Rp4 triliun dari Rp115,02 triliun di 
akhir Januari 2010 menjadi Rp119,13 triliun di 18 Februari 2010.

  Demikian data Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan 
yang dikutip detikFinance, Kamis (25-2).

  Jumlah SUN yang diperdagangkan di pasar sampai 21 Januari 2010 adalah 
sebesar Rp599,28 triliun, porsi terbesar dipegang oleh perbankan dengan jumlah 
sebesar Rp250,83 triliun.

  Bank Indonesia (BI) juga memegang instrumen SUN sebesar Rp19,32 triliun. 
Kemudian industri reksa dana memiliki SUN sebesar Rp48,19 triliun, industri 
asuransi memiliki SUN Rp76,62 triliun, dana pensiun memegang Rp38,04 triliun, 
perusahaan sekuritas Rp530 miliar, dan lainnya Rp46,62 triliun.

  Selain di SUN, serbuan dana di instrumen Sertifikat Bank Indonesia (SBI) 
juga cukup besar. Dalam lelang SBI yang dilakukan Bank Indonesia (BI) pada 24 
Februari 2010 kemarin, jumlah likuiditas yang diserap oleh BI mencapai Rp52,16 
triliun. DTC/L-1
 



[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Lima Warga Tapanuli Selatan Hilang Misterius

2010-02-28 Terurut Topik sunny
Refleksi : Disantap hantu?

http://regional.kompas.com/read/2010/02/28/20382941/Lima.Warga.Tapanuli.Selatan.Hilang.Misterius



Lima Warga Tapanuli Selatan Hilang Misterius
Laporan wartawan KOMPAS Andy Riza Hidayat
Minggu, 28 Februari 2010 | 20:38 WIB

TAPANULI SELATAN, KOMPAS.com - Lima warga Dusun Binasari, Desa Persiapan 
Binasari, Kecamatan Angkola Selatan, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara 
hilang sejak Jumat, (26/2/2010) sore. Mereka hilang di sekitar tempat 
tinggalnya yang berada di area perkebunan kelapa sawit. 

Mereka hilang setelah pergi ke kampung lain untuk membeli bahan makanan. 
Semula dua orang yang pergi. Karena tidak kembali, kami menyuruh tiga orang 
warga mencari dua orang itu. Namun mereka malah tidak kembali semuanya, tutur 
Ketua Kelompok Tani Perjuangan, Desa Persiapan Binasari, Kecamatan Angkola 
Selatan, Tapanuli Selatan, M Nur Harahap (58), Minggu (28/2/2010) petang 
dihubungi dari Medan. 

Lima warga itu antara lain Rudi (22), Arifin (42), Samsiadi (41), Ahmad Afandi 
(25), dan Ramadan (20). Adapun Nur Harahap adalah orangtua kandung Rudi. 
Awalnya Rudi bersama Arifin pergi mencari bahan makanan pukul Jumat 16.00. 
Setelah tidak kembali sampai pukul 19.00, Samsiadi, Ahmad Afandi, dan Ramadan 
mencari keduanya. 

Mereka berlima kemudian tidak kembali ke rumahnya. Sebagian warga dusun 
tersebut mencari bersama di sekitar kawasan itu. Tidak ada orang yang 
mengetahui keberadaan lima warga tersebut. Pada saat pencarian lima orang itu 
berlangsung, puluhan orang berambut cepak, dua di antaranya berseragam aparat 
keamanan merusak rumah warga. 

Mereka mengusir keluarga kami dari rumah, kata Nur. Atas pengrusakan dan 
hilangnya lima warga tersebut, Nur melaporkannya ke Kepolisian Resor Tapanuli 
Selatan, Sabtu (27/2/2010) malam.


[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [ppiindia] Fw: [Penulismuslim] Penggunaan Kata 'Allah' Tak Sekedar 'Politik

2010-02-28 Terurut Topik Sleman P
dagelan!, bahwa semua nabi bani israel adalah muslim, coba saja ngomong ke org 
israel!, jgn ngawur, 

agama islam itu ada setelah muhammad berusia 40 tahun, sebelumnya kata Allah 
sdh ada terbukti ada nama2 tokoh Abdullah (hamba Allah), bgmn ada kata2 Allah 
sdgkan blm ada AlQuran?

kalau mmg kata Allah tdk bs dipakai agama lain, lebih baik mulai skrg 
diinventaris kata2 yg sdh ada sebelum agama Islam ada, spt kataamin, kmd 
nama2 nabi2 yg sdh ada pada kitab2 suci terdahulu , maka dilarang disebut2 oleh 
orang2 Islam, spt Adam sampai dgn Isa Al Masih.

 




From: Heru sulistiyo kk_h...@yahoo.com
To: kmnu2...@yahoogroups.com; daarut-tauh...@yahoogroups.com; 
nasional-l...@yahoogroups.com; ppiindia@yahoogroups.com; 
jarik_indone...@yahoogroups.com; forum-pembaca-kom...@yahoogroups.com
Sent: Thursday, February 4, 2010 15:38:30
Subject: [ppiindia] Fw: [Penulismuslim] Penggunaan Kata 'Allah' Tak Sekedar 
'Politik

  
ikut melanjutkan dari milis lain :)

 

- Forwarded Message 
From: cakilis caki...@yahoo. com
To: kk_h...@yahoo. com
Sent: Thu, February 4, 2010 3:36:23 PM
Subject: Fw: [Penulismuslim] Penggunaan Kata 'Allah' Tak Sekedar 'Politik 
Semata'

--- On Thu, 2/4/10, caklis cak...@yahoo. com wrote:

From: caklis cak...@yahoo. com
Subject: [Penulismuslim] Penggunaan Kata 'Allah' Tak Sekedar 'Politik Semata'
To: Penulismuslim@ yahoogroups. com
Date: Thursday, February 4, 2010, 3:23 PM


  
http://www.hidayatu llah.com/ opini/pemikiran/ 10624-penggunaan -kata-allah- 
tak-sekedar- politik-semata. html


Penggunaan Kata 'Allah' Tak Sekedar 'Politik Semata' 
Thursday, 04 February 2010 13:48 
 
Masalah penggunaan kata Allah seharusnya dikembalikan ke ranah teologis, dan 
jangan terpancing untuk mengaitkannya dengan wacana politik semata
 

Oleh: Asmu'i*


Miris, kontroversi penggunaan kata Allah di Malaysia digembar-gemborkan 
sebagai wacana politik semata. Sejumlah tulisan di beberapa media massa ambil 
bagian dalam upaya ini. Tak ayal, masalah teologis ini menjadi seakan-akan 
tidak memiliki akar yang jelas dalam ranah agama.

Tentu, upaya ini bukan tanpa alasan. Agaknya, pendukung keputusan Mahkamah 
Tinggi Kuala Lumpur pada 31 Desember 2009 yang membenarkan penggunaan kata 
''Allah'' oleh surat kabar Katholik Herald-The Catholic Weekly terbitan Gereja 
Katolik Roma, Malaysia, berusaha menjegal upaya banding pemerintah Malaysia 
atas keputusan tersebut dengan mengait-ngaitkannya dengan isu politik. Yang 
mereka inginkan satu, semua orang melihat masalah tersebut hanya 
dilatarbelakangi oleh kepentingan politk belaka. Jika berhasil, tentu ini akan 
menjadi tekanan ke pemerintah, sebab wacana yang akan berkembang, bahwa 
keputusan pemerintah yang tidak mendasar itu telah memicu lahirnya kekerasan.

Kita tahu, masalah penggunaan kata Allah menyita perhatian publik 
internasional, baik umat Islam secara khusus maupun non muslim. Karena itu, 
mengembalikan masalah tersebut ke akar masalahnya (ranah teologis) adalah satu 
keniscayaan. Sehingga, semua pihak dapat menilai dan bersikap secara 
proporsional dan tepat. Untuk itu, tulisan ini akan mengulas 'mengapa mengatur 
penggunaan kata Allah itu penting. Di sini juga akan dijelaskan 'posisi' 
pemerintah sebagai pihak pengemban amanah.

'Allah' Nama Tuhan Agama Tauhid (Islam)

Dalam al-Qur'an, disebutkan bahwa mulai dari Nabi Yunus (QS. Yunus: 72), Nabi 
Ibrahim (Ali Imran: 67), dan semua Nabi dari Bani Israil (QS. Yunus: 84, QS 
An-Naml: 44, dan Ali Imran: 52) adalah muslim. Ini menunjukkan bahwa agama 
mereka adalah Islam, bukan Yahudi atau Kristen misalnya. Sebab, yang dibawa 
para Nabi itu adalah ajaran Tauhid, menyembah Allah Yang Esa. Rasulullah juga 
menegaskan ini, sebagaimana sabda beliau,Aku (Rasulullah SAW) orang paling 
dekat dengan Nabi Isa bin Maryam di dunia maupun di akhirat. Nabi-Nabi adalah 
bersaudara, agama mereka adalah satu meskipun ibu-ibu mereka berlainan. (HR. 
Bukhari, Muslim, Abu Daud, dan Imam Ahmad). Semua ini dapat kita pahami dan 
yakini karena sumber kita (al-Qur'an dan al-Hadits) tidak bermasalah. Bagi 
kita, al-Qur'an dan al-Hadith itu sifatnya tetap dan final.

Wahyu juga menjadi sumber final konsep Ketuhanan dalam Islam. Karena itu, 
tidak ada unsur-unsur praduga di dalamnya. Hatta, nama Allah telah termaktub 
secara jelas di dalamnya. Allah subhanawataala   berfirman:Sesunggu hnya Aku 
ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku 
dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku. (QS. Taha: 14). Allah  juga 
berfirman,Sesunggu hnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: Laa 
ilaaha illallah (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka 
menyombongkan diri (QS. 35). Secara implisit, kalimat La Ilaha Illallah  dalam 
ayat tersebut menunjukkan bahwa Allah itu merupakan nama diri, bukan gelar 
atau penisbatan tertentu. Yang demikian ini disebut sebagai isim jamid, atau 
kata benda yang tidak berasal usul dari kata lain sebagaimana isim musytaq 

[ppiindia] Hati Yang Berserah

2010-02-28 Terurut Topik muhamad agus syafii
Hati Yang Berserah

By: agussyafii 

Malam temaram menyelimuti hari yang berserah kepada Allah Subhanahu Wa ta'ala. 
Seorang Ibu bersama Putranya dan juga suaminya yang dicintainya. Dulu Sang Ibu 
awalnya datang sendiri ke Rumah Amalia. Beliau banyak bercerita dan memohon 
doanya dari anak-anak Amalia agar keluarga bisa terselamatkan dari kehancuran. 
Beliau berjanji bila keluarga bisa berkumpul kembali akan mengajak anak dan 
suaminya berkunjung ke Rumah Amalia. 

Alhamdulillah malam itu kehadirannya menyiratkan kebahagiaan diwajahnya, 
anaknya terlihat mungil, suaminya tersenyum mengembangkan pertanda adanya 
kebahagiaan dilubuk hatinya yang paling dalam. 'Subhanallah, Allah masih sayang 
kepada kami sekeluarga..Hanya kepada Allahlah kami berserah diri dan memohon 
perlindungan.' Ucap Sang Ibu dengan untaian air mata yang bening, berkali-kali 
beliau mengucapkan puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Dulu Sang Ibu bercerita, waktu itu diawal tahun saya mengandung putra pertama. 
Kami bergembira, kami kabarkan kepada orang tua, kakak dan mertua. Mereka semua 
senang dan mereka ingin merayakan tujuh bulan kehamilan saya di kampung. 
Bertepatan pada tahun ajaran baru bapak mengantarkan adikku untuk melanjutkan 
kuliahnya. Mengingat susahnya cari kontrakan maka saya meminta adik perempuan 
saya untuk tinggal bersama kami sekeluarga. Jadilah rumah kami semakin ramai, 
ada saya, suami, adikku dan pembantu kami.

Ditengah suami sedang sibuk dengan tugas kantornya, tidak tega rasanya saya 
mengganggunya. Meskipun begitu terkadang saya ingin mendampingi suami namun 
saya sering menahan diri,' tuturnya.

Rumah tangga kami bahagia, penuh tawa dan keceriaan, banyak tetangga yang 
selalu mengatakan, 'jeng, aku ngiri loh ama keluarga kamu..bahagia banget...' 
Saya selalu menjawabnya dengan tersenyum. Suami mencukupi kebutuhan kami bahkan 
berlebih dan sisanya saya tabung untuk kebutuhan putra kami kelak. Ipah, 
pembantu kami sangat setia pada keluarga kami karena saya memperlakukannya 
seperti keluarga sendiri. Sementara adik saya juga nampak gembira, jika ada 
tugas yang tidak dimengerti, dia selalu bertanya pada kakak iparnya. Saya 
senang melihat kedekatan suami dan adik saya perempuan.  Mereka terlihat akrab, 
terkadang saya merasa cemburu atas kedekatan mereka. perasaan seperti itu 
buru-buru saya menyingkirkannya. Tidaklah pantas cemburu dengan adik kandung 
sendiri, malu rasanya..!

Putra kami pertama lahir, anaknya cakep seperti ayahnya. Namun disaat suami, 
bapak dan ibu membezuk adik saya tidak ikut. Katanya, 'adikmu sedang sakit.'  
Terlihat diwajah kedua orang tua saya seperti menyembunyikan sesuatu. Setelah 
seminggu kelahiran putra kami, kami mengadakan syukuran sekaligus aqeqahan 
dengan mengundang para tetangga sekitar rumah kami tinggal. Secara tidak 
sengaja saya melintas kamar adik perempuan saya yang tertutup, saya mendengar 
isak tangis, isak tangis ibu, isak tangis bapak disela-sela isak tangis adik 
perempuan saya. Terdengar suara adik perempuan saya yang mau muntah.

'Mengapa kau lakukan itu?' tanya bapak. 'Sudah pak..nanti terdengar orang,' 
jawab ibu. Tak kuasa saya mendengar percakapan itu. Dunia terasa kiamat. Saya 
kesal, menangis, kecewa, marah. Saya ini apa? saya perempuan yang malang. 
bodohnya saya, dan tidak bergunanya saya. Saya berlari ke kamar, tiba-tiba 
putra saya menangis, air mata saya mengalir. Sehari semalam saya tidak keluar 
kamar. 

'Saya teringat status di FB Mas Agus...'Sayangilah mereka yang pernah menyakiti 
hatimu' Tutur Sang Ibu. Malam itu beliau mengendong putranya. Wajahnya terlihat 
bersedih, kemudian saya menyarankan untuk mengambil air wudhu dan memperbanyak 
istighfar. Tak lama kemudian, duka dihatinya terlihat berkurang. Beliau memohon 
doanya dari anak-anak Amalia agar keluarga bisa terselamatkan dari kehancuran 
dan dirinya mampu memaafkan orang-orang telah menyakiti hatinya. Beberapa malam 
kemudian Sang Ibu memenuhi janjinya bahwa dirinya telah memaafkan suami dan 
adiknya serta melupakan semua yang telah menyakitkan hatinya, hal terbukti 
kehadirannya bersama putra dan suaminya ke Rumah Amalia dengan senyum yang 
merekah. Subhanallah..Maha Suci Allah...

---
Yaitu mereka yang bisa menahan emosi, memaafkan manusia dan Allah senang kepada 
mereka yang berbuat ihsan (QS. Ali-Imran:134).


Wassalam,
agussyafii
-
Tulisan ini dibuat dalam rangka kampanye program Kegiatan 'Munajat Amalia 
(MULIA)' Hari Ahad, Tanggal 7 Maret 2010 Di Rumah Amalia. Kirimkan dukungan dan 
partisipasi anda di http://www.facebook.com/agussyafii atau 
http://agussyafii.blogspot.com, http://www.twitter.com/agussyafii, atau sms di 
087 8777 12 431




  

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [ppiindia] Hati Yang Berserah

2010-02-28 Terurut Topik fishbed warlord
mungkin intelektual sy agak terlambat mencerna kisah ini, tapi cerita ini 
tentang apa ya..?? tentang suami amalia yg menghamili adik ipar ya.. trus hati 
yg berserah itu siapanya ya, kok sy agak kurang nyambung dari rentetan n 
kronologis cerita ini.

--- On Sun, 2/28/10, muhamad agus syafii agussya...@yahoo.com wrote:

From: muhamad agus syafii agussya...@yahoo.com
Subject: [ppiindia] Hati Yang Berserah
To: agussya...@yahoo.com
Date: Sunday, February 28, 2010, 10:48 PM







 



  



  
  
  Hati Yang Berserah



By: agussyafii 



Malam temaram menyelimuti hari yang berserah kepada Allah Subhanahu Wa ta'ala. 
Seorang Ibu bersama Putranya dan juga suaminya yang dicintainya. Dulu Sang Ibu 
awalnya datang sendiri ke Rumah Amalia. Beliau banyak bercerita dan memohon 
doanya dari anak-anak Amalia agar keluarga bisa terselamatkan dari kehancuran. 
Beliau berjanji bila keluarga bisa berkumpul kembali akan mengajak anak dan 
suaminya berkunjung ke Rumah Amalia. 



Alhamdulillah malam itu kehadirannya menyiratkan kebahagiaan diwajahnya, 
anaknya terlihat mungil, suaminya tersenyum mengembangkan pertanda adanya 
kebahagiaan dilubuk hatinya yang paling dalam. 'Subhanallah, Allah masih sayang 
kepada kami sekeluarga.. Hanya kepada Allahlah kami berserah diri dan memohon 
perlindungan. ' Ucap Sang Ibu dengan untaian air mata yang bening, berkali-kali 
beliau mengucapkan puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta'ala.



Dulu Sang Ibu bercerita, waktu itu diawal tahun saya mengandung putra pertama. 
Kami bergembira, kami kabarkan kepada orang tua, kakak dan mertua. Mereka semua 
senang dan mereka ingin merayakan tujuh bulan kehamilan saya di kampung. 
Bertepatan pada tahun ajaran baru bapak mengantarkan adikku untuk melanjutkan 
kuliahnya. Mengingat susahnya cari kontrakan maka saya meminta adik perempuan 
saya untuk tinggal bersama kami sekeluarga. Jadilah rumah kami semakin ramai, 
ada saya, suami, adikku dan pembantu kami.



Ditengah suami sedang sibuk dengan tugas kantornya, tidak tega rasanya saya 
mengganggunya. Meskipun begitu terkadang saya ingin mendampingi suami namun 
saya sering menahan diri,' tuturnya.



Rumah tangga kami bahagia, penuh tawa dan keceriaan, banyak tetangga yang 
selalu mengatakan, 'jeng, aku ngiri loh ama keluarga kamu..bahagia banget...' 
Saya selalu menjawabnya dengan tersenyum. Suami mencukupi kebutuhan kami bahkan 
berlebih dan sisanya saya tabung untuk kebutuhan putra kami kelak. Ipah, 
pembantu kami sangat setia pada keluarga kami karena saya memperlakukannya 
seperti keluarga sendiri. Sementara adik saya juga nampak gembira, jika ada 
tugas yang tidak dimengerti, dia selalu bertanya pada kakak iparnya. Saya 
senang melihat kedekatan suami dan adik saya perempuan.  Mereka terlihat akrab, 
terkadang saya merasa cemburu atas kedekatan mereka. perasaan seperti itu 
buru-buru saya menyingkirkannya. Tidaklah pantas cemburu dengan adik kandung 
sendiri, malu rasanya..!



Putra kami pertama lahir, anaknya cakep seperti ayahnya. Namun disaat suami, 
bapak dan ibu membezuk adik saya tidak ikut. Katanya, 'adikmu sedang sakit.'  
Terlihat diwajah kedua orang tua saya seperti menyembunyikan sesuatu. Setelah 
seminggu kelahiran putra kami, kami mengadakan syukuran sekaligus aqeqahan 
dengan mengundang para tetangga sekitar rumah kami tinggal. Secara tidak 
sengaja saya melintas kamar adik perempuan saya yang tertutup, saya mendengar 
isak tangis, isak tangis ibu, isak tangis bapak disela-sela isak tangis adik 
perempuan saya. Terdengar suara adik perempuan saya yang mau muntah.



'Mengapa kau lakukan itu?' tanya bapak. 'Sudah pak..nanti terdengar orang,' 
jawab ibu. Tak kuasa saya mendengar percakapan itu. Dunia terasa kiamat. Saya 
kesal, menangis, kecewa, marah. Saya ini apa? saya perempuan yang malang. 
bodohnya saya, dan tidak bergunanya saya. Saya berlari ke kamar, tiba-tiba 
putra saya menangis, air mata saya mengalir. Sehari semalam saya tidak keluar 
kamar. 



'Saya teringat status di FB Mas Agus...'Sayangilah mereka yang pernah menyakiti 
hatimu' Tutur Sang Ibu. Malam itu beliau mengendong putranya. Wajahnya terlihat 
bersedih, kemudian saya menyarankan untuk mengambil air wudhu dan memperbanyak 
istighfar. Tak lama kemudian, duka dihatinya terlihat berkurang. Beliau memohon 
doanya dari anak-anak Amalia agar keluarga bisa terselamatkan dari kehancuran 
dan dirinya mampu memaafkan orang-orang telah menyakiti hatinya. Beberapa malam 
kemudian Sang Ibu memenuhi janjinya bahwa dirinya telah memaafkan suami dan 
adiknya serta melupakan semua yang telah menyakitkan hatinya, hal terbukti 
kehadirannya bersama putra dan suaminya ke Rumah Amalia dengan senyum yang 
merekah. Subhanallah. .Maha Suci Allah...



---

Yaitu mereka yang bisa menahan emosi, memaafkan manusia dan Allah senang kepada 
mereka yang berbuat ihsan (QS. Ali-Imran:134) .



Wassalam,

agussyafii

-

Tulisan ini dibuat dalam rangka kampanye program Kegiatan 'Munajat Amalia 
(MULIA)' Hari Ahad, 

[ppiindia] I just uploaded a photo that I want you to see!

2010-02-28 Terurut Topik Shohibul Siregar
Hello!

I just uploaded a photo on shohibul's DailyFlog page that I want you to see.

Please come and see: 
http://www.mydailyflog.com/go/invite_register/shohibul/49792884stc=18


Thanks!

Shohibul Siregar



Got a digital camera?

MyDailyFlog is a personal photo-blogging space where you can easily post
your latest and greatest photos, and share them with your friends and family.

Create your own DailyFlog at www.MyDailyFlog.com





...
Unsubscribe: to opt out of further invitations from your friends to see their 
DailyFlogs, please click below:

http://www.mydailyflog.com/go/system/euns=ppiin...@yahoogroups.commd5=92c2b59713e84650dac0c7c37486aec5bl=18

Please do not reply directly to this email. Questions? Contact us - 
http://www.mydailyflog.com/go/contact_us

MyDailyFlog, Refriendz Ltd. PO BOX 1184, Luton, Bedfordshire, LU1 9AT.




[ppiindia] I just uploaded a photo that I want you to see!

2010-02-28 Terurut Topik Shohibul Siregar
Hello!

I just uploaded a photo on shohibul's DailyFlog page that I want you to see.

Please come and see: 
http://www.mydailyflog.com/go/invite_register/shohibul/49792884stc=18


Thanks!

Shohibul Siregar



Got a digital camera?

MyDailyFlog is a personal photo-blogging space where you can easily post
your latest and greatest photos, and share them with your friends and family.

Create your own DailyFlog at www.MyDailyFlog.com





...
Unsubscribe: to opt out of further invitations from your friends to see their 
DailyFlogs, please click below:

http://www.mydailyflog.com/go/system/euns=ppiin...@yahoogroups.commd5=92c2b59713e84650dac0c7c37486aec5bl=18

Please do not reply directly to this email. Questions? Contact us - 
http://www.mydailyflog.com/go/contact_us

MyDailyFlog, Refriendz Ltd. PO BOX 1184, Luton, Bedfordshire, LU1 9AT.