Re: [wanita-muslimah] Re: Lagi-lagi soal Kristenisasi
lestarin wrote: Yth. Mba' Aisha, terimakasih atas tanggapannya, dan untuk Pak Satriyo juga terimakasih atas komentarnya (meski belum menjawan pertanyaan saya). Mba' Aisha, kondisi Aceh saat ini sudah sangat berubah di bandingkan 1 tahun pertama tsunami. Soal pembangunan rumah, sudah lebih dari 64 ribu rumah dibangun oleh berbagai pihak (donor dan pemerintah RI). Pada awal penyusunan blue print rehab rekon Aceh yang disusun oleh Bappenas tercatat rumah yang rusak sekitar 70 ribu-an (dan itu yang akan dibangun kembali), namun saat ini justru kebutuhan rumah dicanangkan sekitar 130 rb-an, hal ini untuk memenuhi kebutuhan para pengungsi yang dulunya renter (penyewa). Pengungsi di awal tsunami tercatat sekitar 500 ribu jiwa (200 ribu KK), dan saat ini dengan sudah dibangunnya sekitar 64 ribu rumah maka diperkirakan pengungsi pun berkurang 64 rb KK. Perlu diingat juga, bahwa pengungsi ini masih 40 rbu-an jiwa (12 ribu KK) yang tinggal di barak, lainnya menumpang pada keluarga, sewa rumah sendiri, ataupun membangun rumah sendiri. Jadi mba' Aisha, kalau hanya menghitung dari kepemilikan rumah sebelumnya ya 70 ribu rumah itulah yang menjadi tanggung jawab pihak pemerintah, namun karena ada kebijakan untuk memberikan tanah dan rumah bagi para penyewa maka akhirnya jumlahnya menjadi hampir 2 kali lipat. Hi All, saya sudah tidak terlalu mengikuti perkembangan pembangunan perumahan di Aceh ; karena banyak sekali persoalan yg muncul dan sedikit mess-up. Banyak data statistik tidak akurat; secara detil saya pernah mengikuti rembugan untuk wilayah kec Meuraxa, jumlah rumah yg hilang (secara teknis disebut hilang) ada perbedaan mencolok antara BRR dengan data lapangan. Selain itu, bila berpathok pada angka-angka; mustinya dengan sudah selesainya 64k rumah maka kurang 6k rumah (dengan pathokan yg ilang 70k). Banyak pemilik rumah yg sudah habis seluruh anggota keluarganya dan diklaim oleh kerabat dekat (definisi kerabat dekat di Aceh ternyata juga agak berbeda dengan definisi kerabat dekat di kampung saya -pekalongan). Muncul masalah tepat sasaran ada seseorang yg tiba memiliki 3-4 rumah bantuan dan ada keluarga (Hidup/survive) tidak kebagian rumah. Untuk wilayah banda aceh/aceh besar, penyewa/pengontrak agak kesulitan mendapatkan rumah karena mayoritas donor tidak menyediakan dana untuk pengadaan tanah; mayoritas donor membangun rumah di ex-rumah kena bencana. di wilayah aceh jaya, mungkin saja ex-pengontrak/penyewa mendapatkan rumah+tanah bila lokasi desa dipindahkan; tapi konon donor hanya menyewa tanah (tidak membelinya). Yang ini seperti rumah transit saja. Banyaknya Keluarga yg belum menerima rumah karena menolak spesifikasi rumah yg sudah dibangun. Yang saya tahu persis rumah buatan UN Habitat di aceh jaya banyak yg ditolak warga karena spesifikasi rumah memang terbilang rendah. Rumah cepat Jawa Pos juga lebih mirip bedeng proyek. Ketika saya bekerja sebagai Logistic Manager sebuah lembaga donor; saya jengkel karena lamanya diskusi antara donor-warga soal spesifikasi rumah. Sejujurnya, banyak warga aceh yg menuntut terlalu tinggi spek rumah, sebaliknya tidak sedikit lembaga donor yg melakukan korupsi dengan mendown-grade spek rumah; persoalan lain, banyak lembaga donor bertindak seperti kapitalis, dengan memaksa membangun rumah sebanyak mungkin dengan menafikan kualitas : UNTUK IKLAN !!! lembaganya sudah membangun sekian ribu rumah. Itu salah satu alasan saya tidak tahan bekerja di lembaga tsb; banyak pekerja lembaga donor tidak memiliki jiwa menolong tapi mereka bekerja mengharapkan gaji saja; kebetulan banyak lembaga donor menawarkan gaji cukup tinggi di aceh saat ini. Hingga falsafah humanitarian movement tidak sepenuhnya dipenuhi di Aceh. I can confirm this !!! saya sangat berharap saudara2 kita yg bekerja di lembaga kemanusiaan, sedikit melupakan imbalan finansial-nya, dengan demikian dana bantuan tidak habis untuk biaya operasi. Menurut aturan Internasional, maksimum persentase dana bantuan yg boleh dipergunakan untuk biaya operasi adalah 7% tapi pada audit th 2006 banyak yg mencapai 14% dari dana bantuan habis untuk biaya operasi. IFRC menggunakan 4% saja untuk biaya operasi dan paling sip Angkatan Bersenjata New Zealand memakan 0% dari dana bantuan untuk biaya operasi. Kalau tidak salah, lembaga pemakan biaya operasi tertinggi world vision dan islamic relief (??) coba cek dengan sumber yg lebih akurat, karena saya melihatnya dengan sedikir frustasi. -- Registered User : Linux # 421968 Ubuntu # 13604
Re: [wanita-muslimah] Re: Lagi-lagi soal Kristenisasi
Pak Sabri, Memang sekarang jargonnya bukan humanitarian action atau movement, tapi humanitarian industry dimana prinsip-prinsip industrialisme juga berlaku dalam bisnis ini. yang parah adalah konsumennya tidak mempunyai daya tawar yang cukup karena mereka tidak punya nilai tawar (kasus aceh jadi menarik menurut saya), karena mereka dihadapkan dengan bendera bantuan kemanusiaan. regards, Donnie Itu salah satu alasan saya tidak tahan bekerja di lembaga tsb; banyak pekerja lembaga donor tidak memiliki jiwa menolong tapi mereka bekerja mengharapkan gaji saja; kebetulan banyak lembaga donor menawarkan gaji cukup tinggi di aceh saat ini. Hingga falsafah humanitarian movement tidak sepenuhnya dipenuhi di Aceh. I can confirm this !!! saya sangat berharap saudara2 kita yg bekerja di lembaga kemanusiaan, sedikit melupakan imbalan finansial-nya, dengan demikian dana bantuan tidak habis untuk biaya operasi. Menurut aturan Internasional, maksimum persentase dana bantuan yg boleh dipergunakan untuk biaya operasi adalah 7% tapi pada audit th 2006 banyak yg mencapai 14% dari dana bantuan habis untuk biaya operasi. IFRC menggunakan 4% saja untuk biaya operasi dan paling sip Angkatan Bersenjata New Zealand memakan 0% dari dana bantuan untuk biaya operasi. Kalau tidak salah, lembaga pemakan biaya operasi tertinggi world vision dan islamic relief (??) coba cek dengan sumber yg lebih akurat, karena saya melihatnya dengan sedikir frustasi. -- Registered User : Linux # 421968 Ubuntu # 13604 [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Re: Lagi-lagi soal Kristenisasi
Ibu Aisha, berikut saya copy paste apa yang saya tuliskan: [1] yang saya tahu, yang pertama datang ke daerah bencana dan langsung mengupayakan pertolongan adalah dari Arab Saudi dan bukan negara barat (kafir) spt yang diekspos media massa dan diterima bgt saja tanpa selidik/cross-check. Coba deh bu, perhatikan apa yang saya sampaikan, #1 saya sebutkan dari Arab Saudi, dan bukan dari Arab saja yang bisa berarti salah satu negara atau beberapa negara Arab dan tidak harus Arab Saudi, dan juga bukan pemerintah Arab Saudi; #2 saya sebutkan bahwa kedatangan mereka itu sama sekali tidak diekspos dan mereka konon tidak mau ada peliputan (namanya juga hari pertama atau kedua musibah, belum sebijipun kaum peliput yang hadir), jadi mana bisa dilihat di TV. salam, satriyo --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Wikan Danar Sunindyo [EMAIL PROTECTED] wrote: mbak aisha, kalau dalam ajaran islam kan dibilang kalau tangan kanan memberi, tangan kiri jangan tahu ... mungkin orang2 arab yang menyumbang itu nggak mau sampai ketauan nyumbang jadi sumbangannya sembunyi2, atau dititipkan atas nama orang2 dari negara non-muslim. ini kemungkinan saja, lho :) salam, -- wikan http://wikan.multiply.com On 5/4/07, Aisha [EMAIL PROTECTED] wrote: Masalah pakaian perempuan Aceh, mba Lestari yang tinggal di Aceh, bisa menceritakan busana perempuan Aceh yang dilihat secara langsung di sekelilingnya saat ini. Dan mempelajari atau melihat busana perempuan Aceh di waktu yang lalu dari buku sejarah dan foto-foto lama. Tapi jika pak Satriyo bisa menjelaskan secara detail, mungkin bapak ini pernah tinggal di Aceh di masa lalu atau ada generasi di atasnya yang tinggal di Aceh, silahkan pak Satriyo menjelaskan. Tentang pertolongan pertama setelah tsunami, saya ingat sekali waktu itu saya ada di satu pulau yang koran selalu terlambat, apalagi jika cuaca buruk dan pesawat tidak bisa mendarat di sana, bisa ketinggalan berita 2-3 hari. Akses internet juga sulit, jadi satu- satunya sumber berita dari tv. Saya lihat hampir sepanjang waktu, Metro TV yang menurunkan banyak berita tentang Aceh, dan saya tidak melihat atau mendengar bahwa yang menolong pertama kali itu dari Arab Saudi, Metro TV dalam waktu singkat -1-2 hari setelah kejadian sudah mengirim reporter ke sana dan mereka membuat siaran langsung dari sana, termasuk Najwa Shihab yang menceritakan - dia masih melihat mayat dimana-mana, di atas tanah, di atas pohon, di atas reruntuhan, dll. Masih sangat sedikit sekali relawan, dan saat itu juga diberitakan yang menolong itu dari beberapa negara yang penduduknya mayoritas non muslim, termasuk Singapore. Negara-negara itu tidak hanya membantu dengan makanan, bantuan medis, dll tapi datang juga dengan pesawatnya mereka. Dan saya tidak pernah mendapat berita bahwa Saudi Arabia saat itu datang.
[wanita-muslimah] Re: Lagi-lagi soal Kristenisasi
[1] Soal detail adat budaya aceh, saya memang punya koneksi langsung dengan aceh, yaitu keluarga besar dari ipar saya yang memang asli aceh, dan keluarga besar istri ust Arifin Ilham yang orang aceh asli. Saya masih berharap dan berdoa ada kesempatan ke Aceh. [2] silakan lihat kapan pertama kali wartawan (apapun, dari manapun, sec official) tiba di aceh. yang saya tahu ini hanya berselang sehari dan bukan atas nama pemerintah resmi, jadi mungkin lsm atau ormas di Arab Saudi, dan selain belum ada peliput yg hadir mrk memang tidak mau publikasi. Nanti saya cek lagi detailnya, insyaallah satriyo --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Aisha [EMAIL PROTECTED] wrote: Masalah pakaian perempuan Aceh, mba Lestari yang tinggal di Aceh, bisa menceritakan busana perempuan Aceh yang dilihat secara langsung di sekelilingnya saat ini. Dan mempelajari atau melihat busana perempuan Aceh di waktu yang lalu dari buku sejarah dan foto-foto lama. Tapi jika pak Satriyo bisa menjelaskan secara detail, mungkin bapak ini pernah tinggal di Aceh di masa lalu atau ada generasi di atasnya yang tinggal di Aceh, silahkan pak Satriyo menjelaskan. Tentang pertolongan pertama setelah tsunami, saya ingat sekali waktu itu saya ada di satu pulau yang koran selalu terlambat, apalagi jika cuaca buruk dan pesawat tidak bisa mendarat di sana, bisa ketinggalan berita 2-3 hari. Akses internet juga sulit, jadi satu- satunya sumber berita dari tv. Saya lihat hampir sepanjang waktu, Metro TV yang menurunkan banyak berita tentang Aceh, dan saya tidak melihat atau mendengar bahwa yang menolong pertama kali itu dari Arab Saudi, Metro TV dalam waktu singkat -1-2 hari setelah kejadian sudah mengirim reporter ke sana dan mereka membuat siaran langsung dari sana, termasuk Najwa Shihab yang menceritakan - dia masih melihat mayat dimana-mana, di atas tanah, di atas pohon, di atas reruntuhan, dll. Masih sangat sedikit sekali relawan, dan saat itu juga diberitakan yang menolong itu dari beberapa negara yang penduduknya mayoritas non muslim, termasuk Singapore. Negara-negara itu tidak hanya membantu dengan makanan, bantuan medis, dll tapi datang juga dengan pesawatnya mereka. Dan saya tidak pernah mendapat berita bahwa Saudi Arabia saat itu datang. Mungkin pak Satriyo perlu check recheck relawan Aceh ini, apakah dia datang setelah beberapa bulan di sana atau bersama-sama dengan reporter Metro TV sesaat setelah kejadian. Saya tidak melihat secara langsung, tapi rasanya Metro TV yang mengirim banyak reporter di sana jika memang betul yang pertama kali itu yang membantu dari Saudi Arabia, jadi aneh kalau sampai tidak diberitakan. Apa Metro TV membenci Saudi Arabia?..:) Saya rasa yang seperti ini harus kita luruskan, jangan karena kebencian terhadap negara non Islam lalu membuat berita yang tidak benar, apalagi menurut mba Lestari, pihak Saudia Arabia juga secara resmi sudah melalui keterangan persnya memang mengaku memberi bantuan medis itu 5 bulan setelah tsunami + keterangan relawan Saudi yang kenalan mba Lestari yang memberi bantuan sembako setelah 10 bulan tsunami. Tolong pak Satriyo, jika memungkinkan, bapak cek lagi ke relawan ini - kapan dia jadi relawan di Aceh dan apakah betul dia melihat sendiri bantuan dari Saudi Arabia ini? Apakah mungkin ada bantuan perorangan, misalnya bukan dari pemerintah SA tapi dari raja minyak dari sana yang berlimpah harta itu datang sendiri dengan pesawat pribadinya dan membantu semua korban sehingga korban tsunami itu tercukupi makanan dan obat- obatannya juga tenda, dll. Tapi sekali lagi, kalau memang benar seperti itu, apa bisa ya bantuan hebat seperti ini sampai terlewatkan oleh kamera siaran langsung dari sana? Tentang point 2 itu, kondisi di sana bagaimana mba Lestari? Apa betul rumah-rumah yang dibangun sekarang ini masih jauh dari cukup untuk menampung pengungsi? bantuan dari Saudi Arabia dan negara- negara kaya di Timur Tengah memangnya hanya paket sembako dan bantuan medis dari Saudi Arabia itu saja? Saat ini bantuan yang datang apakah kondisinya masih juga yang lebih banyak dari negara-negara non muslim? Sebenarnya negara-negara Islam yang kaya dan mayoritas berpenduduk muslim itu di dunia membantu siapa saja ya? Kok bantuannya tidak banyak terdengar di Aceh, padahal mereka tahu donk kalau korban tsunami itu mayoritas muslim ya? salam Aisha -- From : Lestari Yth. Pak Satriyo, Terimakasih sudah memberi masukan, soal hubungan, karena waktu itu bapak pernah mengomentari tulisan saya tentang pakaian perempuan aceh yang berhubungan dengan budaya dan sejarahnya. Dalam komentar itu bapak seolah-olah lebih tahu sejarah Aceh daripada saya, dan mempertanyakan apakah acuan saya tentang busana perempuan Aceh hanya berdasarkan lukisan (setelah itu saya sudah menjelaskan lebih detil bahwa acuan saya buku-buku sejarah dan foto-fotonya). Nah karena barangkali pengetahuan Pak Satriyo memang lebih luas tentang Aceh dan budayanya, maka
Re: [wanita-muslimah] Re: Lagi-lagi soal Kristenisasi
mas satriyo, kalau memang orang arab yang bersangkutan yang nyumbang ke aceh benar-benar tidak mau dipublikasikan, ya sudah lah. tidak usah ngotot-ngotot bilang ada orang arab yang nyumbang. kasian, tar pahalanya berkurang, lha wong dia benar2 shodaqoh Lillahi Ta'ala buat nyumbang korban tsunami, bukan buat masuk teve atau diliput wartawan. Kalau mas satriyo ngasih tahu siapa orangnya, kan jadi terbongkar usaha baiknya tersebut. Nanti gak sesuai dengan niatnya yang tulus ikhlas. Jadi ya biarkanlah orang menilai apa, toh Allah Yang Maha Tahu orang itu udah nyumbang apa. wassalam, -- wikan http://wikan.multiply.com On 5/4/07, satriyo [EMAIL PROTECTED] wrote: [1] Soal detail adat budaya aceh, saya memang punya koneksi langsung dengan aceh, yaitu keluarga besar dari ipar saya yang memang asli aceh, dan keluarga besar istri ust Arifin Ilham yang orang aceh asli. Saya masih berharap dan berdoa ada kesempatan ke Aceh. [2] silakan lihat kapan pertama kali wartawan (apapun, dari manapun, sec official) tiba di aceh. yang saya tahu ini hanya berselang sehari dan bukan atas nama pemerintah resmi, jadi mungkin lsm atau ormas di Arab Saudi, dan selain belum ada peliput yg hadir mrk memang tidak mau publikasi. Nanti saya cek lagi detailnya, insyaallah
[wanita-muslimah] Re: Lagi-lagi soal Kristenisasi
Terima kasih masukannya, sayang saya tidak ada niat mengekspos siapapun itu krn memang bukan itu yang saya sampaikan ... coba baca lagi, dan lihat apa hanya itu yang bisa Wikan tangkap. satriyo --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Wikan Danar Sunindyo [EMAIL PROTECTED] wrote: mas satriyo, kalau memang orang arab yang bersangkutan yang nyumbang ke aceh benar-benar tidak mau dipublikasikan, ya sudah lah. tidak usah ngotot-ngotot bilang ada orang arab yang nyumbang. kasian, tar pahalanya berkurang, lha wong dia benar2 shodaqoh Lillahi Ta'ala buat nyumbang korban tsunami, bukan buat masuk teve atau diliput wartawan. Kalau mas satriyo ngasih tahu siapa orangnya, kan jadi terbongkar usaha baiknya tersebut. Nanti gak sesuai dengan niatnya yang tulus ikhlas. Jadi ya biarkanlah orang menilai apa, toh Allah Yang Maha Tahu orang itu udah nyumbang apa. wassalam, -- wikan http://wikan.multiply.com On 5/4/07, satriyo [EMAIL PROTECTED] wrote: [1] Soal detail adat budaya aceh, saya memang punya koneksi langsung dengan aceh, yaitu keluarga besar dari ipar saya yang memang asli aceh, dan keluarga besar istri ust Arifin Ilham yang orang aceh asli. Saya masih berharap dan berdoa ada kesempatan ke Aceh. [2] silakan lihat kapan pertama kali wartawan (apapun, dari manapun, sec official) tiba di aceh. yang saya tahu ini hanya berselang sehari dan bukan atas nama pemerintah resmi, jadi mungkin lsm atau ormas di Arab Saudi, dan selain belum ada peliput yg hadir mrk memang tidak mau publikasi. Nanti saya cek lagi detailnya, insyaallah
[wanita-muslimah] Re: Lagi-lagi soal Kristenisasi
Bantuan masyarakat Saudi itu dikumpulin oleh badan pemerintahannya, dan sampe sekarang seret banget realisasinya, kurang dari 6%. padahal itu amanat masyarakat, yang terkumpul segera setelah tsunami. Bukannya mereka sengaja nahan-nahan bantuan itu, tapi jalur keputusan luar biasa mandeg. bayangin saja, pelaksana di Aceh nggak punya hubungan langsung ke bossnya pemegang keputusan yang pangeran anu bin itu loh. Pelaksananya aja kesel dengan seretnya dana sumbangan itu, apalagi yang lain. Ceritanya mau bangunan ribuan rumah untuk korban tsunami, sampe sekarang satu pun nggak ada yang jadi. Udah gitu jalur keluar central bank Saudi diawasin langsung sama Amrik (mungkin takut nyasar ke teroris spt AlQaida). Ya emang Saudi itu temennya Bush Amrik kalo soal bisnis fulus. Urusan antara Amrik Saudi ini lancar, tapi kalo urusan ke Indonesia jangan harap lancar deh. Kepercayaan timbal balik antara pemerintah Saudi (dan TimTeng) dan RI tipis. Di antara negara2 Islam TimTeng Saudi itu paling parah dengan bantuannya, justru karena sistem birokrasi kerajaan yang nggak berfungsi untuk ini. Negara Islam yang paling bener impplemetasinya itu Turkey. Dan juga Bosnia yang nyumbang tapi nggak pake cerewet, padahal negaranya miskin banget. Yang laen:-(( Trus bantuan tsunami dari TimTeng itu sering dikaitkan dengan pinjaman. Jadi misalnya ngasih USD 3 juta dengan proyek yang nggak jelas skemanya, tapi pake syarat ratusan juta dollar pinjaman...tuman deh yang begini...:-( salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, satriyo [EMAIL PROTECTED] wrote: [1] Soal detail adat budaya aceh, saya memang punya koneksi langsung dengan aceh, yaitu keluarga besar dari ipar saya yang memang asli aceh, dan keluarga besar istri ust Arifin Ilham yang orang aceh asli. Saya masih berharap dan berdoa ada kesempatan ke Aceh. [2] silakan lihat kapan pertama kali wartawan (apapun, dari manapun, sec official) tiba di aceh. yang saya tahu ini hanya berselang sehari dan bukan atas nama pemerintah resmi, jadi mungkin lsm atau ormas di Arab Saudi, dan selain belum ada peliput yg hadir mrk memang tidak mau publikasi. Nanti saya cek lagi detailnya, insyaallah satriyo --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Aisha aishayasmina2002@ wrote: Masalah pakaian perempuan Aceh, mba Lestari yang tinggal di Aceh, bisa menceritakan busana perempuan Aceh yang dilihat secara langsung di sekelilingnya saat ini. Dan mempelajari atau melihat busana perempuan Aceh di waktu yang lalu dari buku sejarah dan foto-foto lama. Tapi jika pak Satriyo bisa menjelaskan secara detail, mungkin bapak ini pernah tinggal di Aceh di masa lalu atau ada generasi di atasnya yang tinggal di Aceh, silahkan pak Satriyo menjelaskan. Tentang pertolongan pertama setelah tsunami, saya ingat sekali waktu itu saya ada di satu pulau yang koran selalu terlambat, apalagi jika cuaca buruk dan pesawat tidak bisa mendarat di sana, bisa ketinggalan berita 2-3 hari. Akses internet juga sulit, jadi satu- satunya sumber berita dari tv. Saya lihat hampir sepanjang waktu, Metro TV yang menurunkan banyak berita tentang Aceh, dan saya tidak melihat atau mendengar bahwa yang menolong pertama kali itu dari Arab Saudi, Metro TV dalam waktu singkat -1-2 hari setelah kejadian sudah mengirim reporter ke sana dan mereka membuat siaran langsung dari sana, termasuk Najwa Shihab yang menceritakan - dia masih melihat mayat dimana-mana, di atas tanah, di atas pohon, di atas reruntuhan, dll. Masih sangat sedikit sekali relawan, dan saat itu juga diberitakan yang menolong itu dari beberapa negara yang penduduknya mayoritas non muslim, termasuk Singapore. Negara-negara itu tidak hanya membantu dengan makanan, bantuan medis, dll tapi datang juga dengan pesawatnya mereka. Dan saya tidak pernah mendapat berita bahwa Saudi Arabia saat itu datang. Mungkin pak Satriyo perlu check recheck relawan Aceh ini, apakah dia datang setelah beberapa bulan di sana atau bersama-sama dengan reporter Metro TV sesaat setelah kejadian. Saya tidak melihat secara langsung, tapi rasanya Metro TV yang mengirim banyak reporter di sana jika memang betul yang pertama kali itu yang membantu dari Saudi Arabia, jadi aneh kalau sampai tidak diberitakan. Apa Metro TV membenci Saudi Arabia?..:) Saya rasa yang seperti ini harus kita luruskan, jangan karena kebencian terhadap negara non Islam lalu membuat berita yang tidak benar, apalagi menurut mba Lestari, pihak Saudia Arabia juga secara resmi sudah melalui keterangan persnya memang mengaku memberi bantuan medis itu 5 bulan setelah tsunami + keterangan relawan Saudi yang kenalan mba Lestari yang memberi bantuan sembako setelah 10 bulan tsunami. Tolong pak Satriyo, jika memungkinkan, bapak cek lagi ke relawan ini - kapan dia jadi relawan di Aceh dan apakah betul dia melihat sendiri bantuan dari Saudi Arabia ini? Apakah mungkin ada bantuan
[wanita-muslimah] Re: Lagi-lagi soal Kristenisasi
Negara2 TimTeng seperti negara2 lainnya yang nggak termasuk EU, Australia dan Amrik/Canada - memberikan bantuan sumbangan tanggap darurat biasanya melalui UN, dan UN biasanya pake namanya sendiri. Namun demikian total bantuan negara TimTeng yang kaya raya itu masih sedikit sekali realisasinya, dibandingkan dengan negara2 maju lain. Di Saudi hibah dari masyarakatnya masih mandeg. Sistem birokrasi otoritarian kerajaan lah yang menyebabkan mandegnya ini. salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Wikan Danar Sunindyo [EMAIL PROTECTED] wrote: mbak aisha, kalau dalam ajaran islam kan dibilang kalau tangan kanan memberi, tangan kiri jangan tahu ... mungkin orang2 arab yang menyumbang itu nggak mau sampai ketauan nyumbang jadi sumbangannya sembunyi2, atau dititipkan atas nama orang2 dari negara non-muslim. ini kemungkinan saja, lho :) salam, -- wikan
Re: [wanita-muslimah] Re: Lagi-lagi soal Kristenisasi
Mas Wikan : jadi sumbangannya sembunyi2, atau dititipkan atas nama orang2 dari negara non-muslim. ini kemungkinan saja, lho :) -- Jano - ko : Analisa yang tajam, betul mas, silahkan melihat statistik jumlah muslim dan muslimah di Eropa, jutaan mas, mereka pada membayar pajak kepada negara eropa dimana mereka bertempat tinggal, nah teman-teman kita yang kulit putih eropa itu yang kemudian menyalurkan bantuannya ke Aceh misalnya. Mia, berapa rupiah uang orang-orang Arab yang disimpan di bank-bank Amerika yang bunganya tidak pernah mereka ambil ? pasti mia tahu dong. Malem --oo0oo-- Mia [EMAIL PROTECTED] wrote: Negara2 TimTeng seperti negara2 lainnya yang nggak termasuk EU, Australia dan Amrik/Canada - memberikan bantuan sumbangan tanggap darurat biasanya melalui UN, dan UN biasanya pake namanya sendiri. Namun demikian total bantuan negara TimTeng yang kaya raya itu masih sedikit sekali realisasinya, dibandingkan dengan negara2 maju lain. Di Saudi hibah dari masyarakatnya masih mandeg. Sistem birokrasi otoritarian kerajaan lah yang menyebabkan mandegnya ini. salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Wikan Danar Sunindyo [EMAIL PROTECTED] wrote: mbak aisha, kalau dalam ajaran islam kan dibilang kalau tangan kanan memberi, tangan kiri jangan tahu ... mungkin orang2 arab yang menyumbang itu nggak mau sampai ketauan nyumbang jadi sumbangannya sembunyi2, atau dititipkan atas nama orang2 dari negara non-muslim. ini kemungkinan saja, lho :) salam, -- wikan Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Re: Lagi-lagi soal Kristenisasi
Pak Wikan dan Mba Lestari, Kalau menurut saya sih, Rasul melakukan Islamisasi itu dengan akhlakul kharimah (hihihihih kayaknya nulisnya salah...;) artinya kita memberikan teladan yang baik sehingga terjadi Islamisasi yang damai, yang muncul karena hidayah... Untuk itu jangan lah kita kebakaran jenggot jika ada kristenisasi yang dilakukan dengan mencontoh cara Rasul, justru ini bisa menjadi media untuk kita umat muslim melakukan dengan cara-cara yang sama. Kalau dalam bahasa Qur'an sih MARI BERLOMBA-LOMBA DALAM KEBAIKAN:)) --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Wikan Danar Sunindyo [EMAIL PROTECTED] wrote: makasih mbak lestarin, 1. setahu saya orang aceh itu kuat2 imannya, sehingga mereka gak gampang goyah berganti agama meskipun mendapat penderitaan atau kesengsaraan yang bertubi-tubi. 2. saya kadang heran dengan tanggapan orang islam terhadap kristenisasi. jika memang benar ajaran islam itu logis, kokoh dan kuat, tentu kita tidak perlu susah-susah buat meng-counter ajaran2 kristenisasi. jelas2 doktrinnya beda kok. saya pernah coba dengar acara mimbar agama lain di teve-teve, kok gak nyambung dengan saya sebagai pemeluk islam. saya coba nyambung2-in, cari hikmahnya, tetep aja nggak nyambung. malah suka ketawa sendiri, kok bisa ya ... orang2 ini pada ngedengerin penceramah yang kayak gini. tapi itu kan soal keimanan/kepercayaan ya ... kalau dari kecilnya udah didoktrin untuk percaya tuhan anu atau melaksanakan ajaran agama itu susah buat menerima ajaran dari agama lain. makanya orang yang pindah agama (apalagi bukan karena mau nikah sama orang agama lain) itu berat banget dan biasanya mengalami pergolakan batin. 3. kalau bantuan asing di aceh memang gila-gilaan. di jerman aja, selain mereka menyumbang duit, mereka juga nyumbang pembangunan infrastruktur. kalau gak ada insinyur, mereka kirimkan dari jerman buat mbangun infrastruktur di aceh. dosen-dosen di aceh pada meninggal, jerman ngasih beasiswa buat mahasiswa aceh yang mau melanjutkan sekolah di jerman. gak cuman duit thok. Ini yang saya pikir luar biasa komprehensifnya. Saya sendiri kebayang, kalau misalnya korban tsunami itu dikasih duit masing2 1 juta, terus bisa apa. Kan pasarnya juga musnah. Jalan hancur, jembatan hancur. Mau beli makanan di mana. Lha kalau ada infrastruktur, bikin jembatan dan jalan ke kota lain, bisa mempermudah penyaluran bantuan dari kota-kota lain yang terdekat, jadi duitnya juga bisa dipakai untuk membeli barang2 kebutuhan sehari2. salam, -- wikan http://wikan.multiply.com On 5/3/07, lestarin [EMAIL PROTECTED] wrote: Sebetulnya saya cuma mau melanjutkan bagian diskusi dari Pak Wikan dan Mba' Chae, tapi karena judulnya sudah tidak sinkron, maka saya buat judul baru:) Isu kristenisasi kalau saya amati dari pengalaman di lapangan, di Aceh ini ya rata-rata berhubungan dengan pemberian bantuan/ekonomi. Meski memang belum ada laporan resmi berapa orang Aceh yang berpindah agama dari Islam ke agama lain dalam proses rehabilitasi dan rekonstruksi di Tanah Rencong ini, namun dari dulu banyak sekali kekhawatiran soal Kristenisasi, sampai-sampai sempat beredar kecurigaan yang tinggi terhadap lembaga asing yang banyak berkarya di Aceh. Media di aceh pun sempat mem-blow up- isu ini, bahkan ada juga media dari luar aceh yang menerbitkan sebuah buku khusus membahas masalah ini. Saking semangatnya menghajar pihak lain yang dianggap melakukan Kristenisasi, maka relawan asing yang berkalung salib atau memakai kaos organisasinya dalam bekerja (kebetulan dari organisasi bergambar salib, atau mengandung kata-kata Christian), pun dianggap upaya Kristenisasi. Sepertinya jadi berlebihan dan menimbulkan upaya permusuhan antar agama. Padahal seperti yang kita ketahui, saat bencana Tsunami melanda Aceh, justru orang-orang asing inilah (yang disebut oleh orang aceh dengan istilah Orang Kafir...), yang pertamakali turun tangan dan membantu dengan keihklasan luar biasa, dan ini diakui oleh masyarakat Aceh sendiri. Meski setelah itu memang tidak bisa dipungkiri, gelombang kedua bantuan (Pasca emergency), pasti ada juga organisasi asing yang memiliki niat untuk menyebarkan ajarannya,Kristenisasi - yang saya kira pun tidak jauh berbeda dengan upaya beberapa kaum muslim di Indonesia yang melakukan Islamisasi di berbagai pelosok Papua. Artinya dilakukan dengan cara damai, melalui kegiatan sehari-hari secara umum, termasuk dengan pemberian bantuan, namun tidak ada intimidasi/ancaman. Soal kemiskinan mendekatkan diri pada kekhufuran, itu juga saya setuju. Ini yang justru menjadi concern saya pribadi sampai saat ini, betapa masih banyak pengungsi di barak-barak di Aceh yang sampai saat ini masih bergantung pada bantuan dari pihak lain, dan lembaga-lembaga non muslim pun masih setia memberikan dukungan dan bantuannya, sementara bantuan dari lembaga-lembaga Islam sangat sedikit. Kalau sudah begini,
Re: [wanita-muslimah] Re: Lagi-lagi soal Kristenisasi
benar Mbak Chae, kalau hasil diskusi dengan temen saya, dia bilang ... kalau secara akidah dan doktrin ketuhanan, agama Islam itu nomor satu, gak ada yang bisa ngalahin deh. mau dijungkirbalik gimanapun, ajaran islam yang paling logis, karena tuhannya islam cuman satu dan maha segalanya. tapi ... kalau soal muamalah dan fastabiqul khoirot, ini yang masih kurang. bagaimana umat islam bisa bersaing dengan umat agama2 lain dalam penyediaan prasarana pendidikan dan kesehatan, ini hanya salah satu contohnya. terus jaman dulu saja orang bisa beralih ke agama islam hanya karena melihat perilaku Rasulullah. salam, -- wikan http://wikan.multiply.com On 5/3/07, Chae [EMAIL PROTECTED] wrote: Pak Wikan dan Mba Lestari, Kalau menurut saya sih, Rasul melakukan Islamisasi itu dengan akhlakul kharimah (hihihihih kayaknya nulisnya salah...;) artinya kita memberikan teladan yang baik sehingga terjadi Islamisasi yang damai, yang muncul karena hidayah... Untuk itu jangan lah kita kebakaran jenggot jika ada kristenisasi yang dilakukan dengan mencontoh cara Rasul, justru ini bisa menjadi media untuk kita umat muslim melakukan dengan cara-cara yang sama. Kalau dalam bahasa Qur'an sih MARI BERLOMBA-LOMBA DALAM KEBAIKAN:))
[wanita-muslimah] Re: Lagi-lagi soal Kristenisasi
khabarnya di S'pore, adzan dilarang ya pake speaker keras di luar ruangan sehingga suaranya sampe ke mana-mana? kayaknya bagus tuh diterapkan di Indo.. saya sering terganggu suara Adzan. Seharusnya Adzan pelan saja. Toh di tepatku dimana-mana ada masjid. di dekat rumah juga ada masjid. cukup Adzan lirih saja dan tiap orang khaan sudah tahu jadual shalat sehingga gak perlu dipanggil dgn suara menggelegar. trus pengajian pake pengeras juga mengganggu tuh. --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Chae [EMAIL PROTECTED] wrote: Pak Wikan dan Mba Lestari, Kalau menurut saya sih, Rasul melakukan Islamisasi itu dengan akhlakul kharimah (hihihihih kayaknya nulisnya salah...;) artinya kita memberikan teladan yang baik sehingga terjadi Islamisasi yang damai, yang muncul karena hidayah... Untuk itu jangan lah kita kebakaran jenggot jika ada kristenisasi yang dilakukan dengan mencontoh cara Rasul, justru ini bisa menjadi media untuk kita umat muslim melakukan dengan cara-cara yang sama. Kalau dalam bahasa Qur'an sih MARI BERLOMBA-LOMBA DALAM KEBAIKAN:))
[wanita-muslimah] Re: Lagi-lagi soal Kristenisasi
Yth. Pak Satriyo, Terimakasih sudah memberi masukan, soal hubungan, karena waktu itu bapak pernah mengomentari tulisan saya tentang pakaian perempuan aceh yang berhubungan dengan budaya dan sejarahnya. Dalam komentar itu bapak seolah-olah lebih tahu sejarah Aceh daripada saya, dan mempertanyakan apakah acuan saya tentang busana perempuan Aceh hanya berdasarkan lukisan (setelah itu saya sudah menjelaskan lebih detil bahwa acuan saya buku-buku sejarah dan foto-fotonya). Nah karena barangkali pengetahuan Pak Satriyo memang lebih luas tentang Aceh dan budayanya, maka saya menanyakan solusi dari sebuah kasus di Aceh yang lain. Untuk komentar bapak point satu, barangkali memang bisa saya koreksi, bahwa setelah setahun lebih saya berada di Aceh dan berdiskusi dengan lebih dari 100 orang korban Tsunami secara terpisah, saya mendapatkan informasi akurat dari para korban bahwa yang terjun menolong pertamakali setelah beberapa hari setelah tsunami adalah tentara dari Spanyol, Amerika, dan juga Australia, dengan bantuan medis, kebutuhan makanan, dan lainnya. Inilah yang menurut saya menyebabkan fenomena benci tapi cinta dari masyarakat Aceh terhadap orang-orang asing ini, bagaimana tidak, sejak dulu ada anggapan orang asing = orang kaphe (yang di stereotype kurang baik di Aceh), namun ternyata ketika bencana melanda, mereka inilah yang sangat besar jasanya menolong masyarakat Aceh. Sekali lagi ini langsung dari saksi hidup lho Pak, dan bukan ekspose dari media massa semata. Pihak Saudi Arabia sendiri secara resmi, melalui keterangan pers-nya, mengungkapkan bantuan yang berkaitan dengan medis, dan sebagainya diturunkan pada bulan Mei 2005 (5 bulan setelah tsunami). Saya pribadi kebetulan juga mengenal baik salah seorang relawan dari Saudi Charity yang memberikan bantuan pemberian sembako 10 ribu paket (9 ribu paket di Aceh, dan 1000 paket di Nias) saat bulan puasa, Oktober 2005 (10 bulan setelah tsunami). Untuk point kedua, soal kemiskinan menuju kekufuran, sejak awal kita semua sepakat, yang menjadi pertanyaan saya, bagaimana solusinya? Bagaimana mengangkat masyarakat Islam keluar dari kemiskinan? bagaimana pula masyarakat Islam yang lebih kaya/mampu mau tetap peduli dengan masyarakat Aceh yang masih tinggal di barak-barak? Karena tampaknya yang menjadi trend di Aceh ini, semua pihak meyalahkan pihak lain/pihak asing dengan isu kristenisasi, tetapi tidak ada solusi dari dalam untuk mengatasi masalah ini:( Wassalam Lestari --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, satriyo [EMAIL PROTECTED] wrote: Kaitan saya dulu pernah mengomentari jilbab dengan solusi (yang mana?) itu apa ya? Ga ada alasan lain ...? ;-] Sementara ini komentar saya adalah: [1] yang saya tahu, yang pertama datang ke daerah bencana dan langsung mengupayakan pertolongan adalah dari Arab Saudi dan bukan negara barat (kafir) spt yang diekspos media massa dan diterima bgt saja tanpa selidik/cross-check. Mereka dengan warga setempat langsung menolong mereka yang selamat dan membagi-bagikan bantuan baik makanan maupun uang. Maaf jika saya salah tapi ini dari relawan Aceh yang tiba di sejumlah daerah bencana di aceh. [2] soal kristenisasi dan kemiskinan, memang benar bahwa dari dulu hingga sekarang, dengan cara halus dan 'kasar' (walau ketika dikonfirmasi tidak ada yang mengaku) kalangan kristiani lokal dan manca negara rajin mengupayakan ummat islam masuk kristen. Banyaklah data akurat dan konkrit kalau sudi mempercayai. Sementara sekian. Maaf jika oot atau off track. salam, satriyo ;-]