Re: [wanita-muslimah] Re: Lagi-lagi soal Kristenisasi

2007-05-08 Terurut Topik sir BATS
lestarin wrote:
 
 
 Yth. Mba' Aisha, terimakasih atas tanggapannya, dan untuk Pak
 Satriyo juga terimakasih atas komentarnya (meski belum menjawan
 pertanyaan saya).
 
 Mba' Aisha, kondisi Aceh saat ini sudah sangat berubah di bandingkan
 1 tahun pertama tsunami. Soal pembangunan rumah, sudah lebih dari 64
 ribu rumah dibangun oleh berbagai pihak (donor dan pemerintah RI).
 Pada awal penyusunan blue print rehab rekon Aceh yang disusun oleh
 Bappenas tercatat rumah yang rusak sekitar 70 ribu-an (dan itu yang
 akan dibangun kembali), namun saat ini justru kebutuhan rumah
 dicanangkan sekitar 130 rb-an, hal ini untuk memenuhi kebutuhan para
 pengungsi yang dulunya renter (penyewa). Pengungsi di awal tsunami
 tercatat sekitar 500 ribu jiwa (200 ribu KK), dan saat ini dengan
 sudah dibangunnya sekitar 64 ribu rumah maka diperkirakan pengungsi
 pun berkurang 64 rb KK. Perlu diingat juga, bahwa pengungsi ini
 masih 40 rbu-an jiwa (12 ribu KK) yang tinggal di barak, lainnya
 menumpang pada keluarga, sewa rumah sendiri, ataupun membangun rumah
 sendiri. Jadi mba' Aisha, kalau hanya menghitung dari kepemilikan
 rumah sebelumnya ya 70 ribu rumah itulah yang menjadi tanggung
 jawab pihak pemerintah, namun karena ada kebijakan untuk memberikan
 tanah dan rumah bagi para penyewa maka akhirnya jumlahnya menjadi
 hampir 2 kali lipat.

Hi All,
saya sudah tidak terlalu mengikuti perkembangan pembangunan perumahan di 
Aceh ; karena banyak sekali persoalan yg muncul dan sedikit mess-up.

Banyak data statistik tidak akurat; secara detil saya pernah mengikuti 
rembugan untuk wilayah kec Meuraxa, jumlah rumah yg hilang (secara 
teknis disebut hilang) ada perbedaan mencolok antara BRR dengan data 
lapangan. Selain itu, bila berpathok pada angka-angka; mustinya dengan 
sudah selesainya 64k rumah maka kurang 6k rumah (dengan pathokan yg 
ilang 70k). Banyak pemilik rumah yg sudah habis seluruh anggota 
keluarganya dan diklaim oleh kerabat dekat (definisi kerabat dekat di 
Aceh ternyata juga agak berbeda dengan definisi kerabat dekat di kampung 
saya -pekalongan). Muncul masalah tepat sasaran ada seseorang yg tiba 
memiliki 3-4 rumah bantuan dan ada keluarga (Hidup/survive) tidak 
kebagian rumah.

Untuk wilayah banda aceh/aceh besar, penyewa/pengontrak agak kesulitan 
mendapatkan rumah karena mayoritas donor tidak menyediakan dana untuk 
pengadaan tanah; mayoritas donor membangun rumah di ex-rumah kena 
bencana. di wilayah aceh jaya, mungkin saja ex-pengontrak/penyewa 
mendapatkan rumah+tanah bila lokasi desa dipindahkan; tapi konon donor 
hanya menyewa tanah (tidak membelinya). Yang ini seperti rumah 
transit saja.

Banyaknya Keluarga yg belum menerima rumah karena menolak spesifikasi 
rumah yg sudah dibangun. Yang saya tahu persis rumah buatan UN Habitat 
di aceh jaya banyak yg ditolak warga karena spesifikasi rumah memang 
terbilang rendah. Rumah cepat Jawa Pos juga lebih mirip bedeng 
proyek. Ketika saya bekerja sebagai Logistic Manager sebuah lembaga 
donor; saya jengkel karena lamanya diskusi antara donor-warga soal 
spesifikasi rumah. Sejujurnya, banyak warga aceh yg menuntut terlalu 
tinggi spek rumah, sebaliknya tidak sedikit lembaga donor yg melakukan 
korupsi dengan mendown-grade spek rumah; persoalan lain, banyak lembaga 
donor bertindak seperti kapitalis, dengan memaksa membangun rumah 
sebanyak mungkin dengan menafikan kualitas : UNTUK IKLAN !!! lembaganya 
sudah membangun sekian ribu rumah.

Itu salah satu alasan saya tidak tahan bekerja di lembaga tsb; banyak 
pekerja lembaga donor tidak memiliki jiwa menolong tapi mereka bekerja 
mengharapkan gaji saja; kebetulan banyak lembaga donor menawarkan gaji 
cukup tinggi di aceh saat ini. Hingga falsafah humanitarian movement 
tidak sepenuhnya dipenuhi di Aceh. I can confirm this !!!

saya sangat berharap saudara2 kita yg bekerja di lembaga kemanusiaan, 
sedikit melupakan imbalan finansial-nya, dengan demikian dana bantuan 
tidak habis untuk biaya operasi. Menurut aturan Internasional, 
maksimum persentase dana bantuan yg boleh dipergunakan untuk biaya 
operasi adalah 7% tapi pada audit th 2006 banyak yg mencapai 14% dari 
dana bantuan habis untuk biaya operasi. IFRC menggunakan 4% saja untuk 
biaya operasi dan paling sip Angkatan Bersenjata New Zealand memakan 0% 
dari dana bantuan untuk biaya operasi. Kalau tidak salah, lembaga 
pemakan biaya operasi tertinggi world vision dan islamic relief (??)

coba cek dengan sumber yg lebih akurat, karena saya melihatnya dengan 
sedikir frustasi.


-- 

Registered User :
Linux # 421968
Ubuntu # 13604



Re: [wanita-muslimah] Re: Lagi-lagi soal Kristenisasi

2007-05-08 Terurut Topik Donnie



Pak Sabri,

Memang sekarang jargonnya bukan humanitarian action atau movement,  
tapi humanitarian industry dimana prinsip-prinsip industrialisme juga  
berlaku dalam bisnis ini.  yang parah adalah konsumennya tidak  
mempunyai daya tawar yang cukup karena mereka tidak punya nilai tawar  
(kasus aceh jadi menarik menurut saya), karena mereka dihadapkan  
dengan bendera bantuan kemanusiaan.

regards,
Donnie



 Itu salah satu alasan saya tidak tahan bekerja di  
 lembaga tsb; banyak
 pekerja lembaga donor tidak memiliki jiwa menolong tapi mereka  
 bekerja
 mengharapkan gaji saja; kebetulan banyak lembaga donor menawarkan  
 gaji
 cukup tinggi di aceh saat ini. Hingga falsafah humanitarian movement
 tidak sepenuhnya dipenuhi di Aceh. I can confirm this !!!

 saya sangat berharap saudara2 kita yg bekerja di lembaga kemanusiaan,
 sedikit melupakan imbalan finansial-nya, dengan demikian dana bantuan
 tidak habis untuk biaya operasi. Menurut aturan Internasional,
 maksimum persentase dana bantuan yg boleh dipergunakan untuk biaya
 operasi adalah 7% tapi pada audit th 2006 banyak yg mencapai 14% dari
 dana bantuan habis untuk biaya operasi. IFRC menggunakan 4% saja untuk
 biaya operasi dan paling sip Angkatan Bersenjata New Zealand  
 memakan 0%
 dari dana bantuan untuk biaya operasi. Kalau tidak salah, lembaga
 pemakan biaya operasi tertinggi world vision dan islamic  
 relief (??)

 coba cek dengan sumber yg lebih akurat, karena saya melihatnya dengan
 sedikir frustasi.

 -- 

 Registered User :
 Linux # 421968
 Ubuntu # 13604


 



[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Re: Lagi-lagi soal Kristenisasi

2007-05-04 Terurut Topik satriyo
Ibu Aisha,
berikut saya copy paste apa yang saya tuliskan:
[1] yang saya tahu, yang pertama datang ke daerah bencana dan 
langsung mengupayakan pertolongan adalah dari Arab Saudi dan bukan 
negara barat (kafir) spt yang diekspos media massa dan diterima bgt 
saja tanpa selidik/cross-check. 

Coba deh bu, perhatikan apa yang saya sampaikan, #1 saya sebutkan 
dari Arab Saudi, dan bukan dari Arab saja yang bisa berarti salah 
satu negara atau beberapa negara Arab dan tidak harus Arab Saudi, dan 
juga bukan pemerintah Arab Saudi; #2 saya sebutkan bahwa kedatangan 
mereka itu sama sekali tidak diekspos dan mereka konon tidak mau ada 
peliputan (namanya juga hari pertama atau kedua musibah, belum 
sebijipun kaum peliput yang hadir), jadi mana bisa dilihat di TV.

salam,
satriyo


--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Wikan Danar Sunindyo 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 mbak aisha,
 kalau dalam ajaran islam kan dibilang kalau tangan kanan memberi,
 tangan kiri jangan tahu ...
 mungkin orang2 arab yang menyumbang itu nggak mau sampai ketauan 
nyumbang
 jadi sumbangannya sembunyi2, atau dititipkan atas nama orang2 dari
 negara non-muslim.
 ini kemungkinan saja, lho :)
 
 salam,
 --
 wikan
 http://wikan.multiply.com
 
 On 5/4/07, Aisha [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Masalah pakaian perempuan Aceh, mba Lestari yang tinggal di Aceh, 
bisa menceritakan busana perempuan Aceh yang dilihat secara langsung 
di sekelilingnya saat ini. Dan mempelajari atau melihat busana 
perempuan Aceh di waktu yang lalu dari buku sejarah dan foto-foto 
lama. Tapi jika pak Satriyo bisa menjelaskan secara detail, mungkin 
bapak ini pernah tinggal di Aceh di masa lalu atau ada generasi di 
atasnya yang tinggal di Aceh, silahkan pak Satriyo menjelaskan.
 
   Tentang pertolongan pertama setelah tsunami, saya ingat sekali 
waktu itu saya ada di satu pulau yang koran selalu terlambat, apalagi 
jika cuaca buruk dan pesawat tidak bisa mendarat di sana, bisa 
ketinggalan berita 2-3 hari. Akses internet juga sulit, jadi satu-
satunya sumber berita dari tv. Saya lihat hampir sepanjang waktu, 
Metro TV yang menurunkan banyak berita tentang Aceh, dan saya tidak 
melihat atau mendengar bahwa yang menolong pertama kali itu dari Arab 
Saudi, Metro TV dalam waktu singkat -1-2 hari setelah kejadian sudah 
mengirim reporter ke sana dan mereka membuat siaran langsung dari 
sana, termasuk Najwa Shihab yang menceritakan - dia masih melihat 
mayat dimana-mana, di atas tanah, di atas pohon, di atas reruntuhan, 
dll. Masih sangat sedikit sekali relawan, dan saat itu juga 
diberitakan yang menolong itu dari beberapa negara yang penduduknya 
mayoritas non muslim, termasuk Singapore. Negara-negara itu tidak 
hanya membantu dengan makanan, bantuan medis, dll tapi datang juga 
dengan pesawatnya mereka. Dan saya tidak pernah mendapat berita bahwa 
Saudi Arabia saat itu datang.





[wanita-muslimah] Re: Lagi-lagi soal Kristenisasi

2007-05-04 Terurut Topik satriyo
[1] Soal detail adat budaya aceh, saya memang punya koneksi langsung 
dengan aceh, yaitu keluarga besar dari ipar saya yang memang asli 
aceh, dan keluarga besar istri ust Arifin Ilham yang orang aceh asli. 
Saya masih berharap dan berdoa ada kesempatan ke Aceh.

[2] silakan lihat kapan pertama kali wartawan (apapun, dari manapun, 
sec official) tiba di aceh. yang saya tahu ini hanya berselang sehari 
dan bukan atas nama pemerintah resmi, jadi mungkin lsm atau ormas di 
Arab Saudi, dan selain belum ada peliput yg hadir mrk memang tidak 
mau publikasi. Nanti saya cek lagi detailnya, insyaallah

satriyo

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Aisha 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Masalah pakaian perempuan Aceh, mba Lestari yang tinggal di Aceh, 
bisa menceritakan busana perempuan Aceh yang dilihat secara langsung 
di sekelilingnya saat ini. Dan mempelajari atau melihat busana 
perempuan Aceh di waktu yang lalu dari buku sejarah dan foto-foto 
lama. Tapi jika pak Satriyo bisa menjelaskan secara detail, mungkin 
bapak ini pernah tinggal di Aceh di masa lalu atau ada generasi di 
atasnya yang tinggal di Aceh, silahkan pak Satriyo menjelaskan.
 
 Tentang pertolongan pertama setelah tsunami, saya ingat sekali 
waktu itu saya ada di satu pulau yang koran selalu terlambat, apalagi 
jika cuaca buruk dan pesawat tidak bisa mendarat di sana, bisa 
ketinggalan berita 2-3 hari. Akses internet juga sulit, jadi satu-
satunya sumber berita dari tv. Saya lihat hampir sepanjang waktu, 
Metro TV yang menurunkan banyak berita tentang Aceh, dan saya tidak 
melihat atau mendengar bahwa yang menolong pertama kali itu dari Arab 
Saudi, Metro TV dalam waktu singkat -1-2 hari setelah kejadian sudah 
mengirim reporter ke sana dan mereka membuat siaran langsung dari 
sana, termasuk Najwa Shihab yang menceritakan - dia masih melihat 
mayat dimana-mana, di atas tanah, di atas pohon, di atas reruntuhan, 
dll. Masih sangat sedikit sekali relawan, dan saat itu juga 
diberitakan yang menolong itu dari beberapa negara yang penduduknya 
mayoritas non muslim, termasuk Singapore. Negara-negara itu tidak 
hanya membantu dengan makanan, bantuan medis, dll tapi datang juga 
dengan pesawatnya mereka. Dan saya tidak pernah mendapat berita bahwa 
Saudi Arabia saat itu datang. 
 
 Mungkin pak Satriyo perlu check  recheck relawan Aceh ini, apakah 
dia datang setelah beberapa bulan di sana atau bersama-sama dengan 
reporter Metro TV sesaat setelah kejadian. Saya tidak melihat secara 
langsung, tapi rasanya Metro TV yang mengirim banyak reporter di sana 
jika memang betul yang pertama kali itu yang membantu dari Saudi 
Arabia, jadi aneh kalau sampai tidak diberitakan. Apa Metro TV 
membenci Saudi Arabia?..:) Saya rasa yang seperti ini harus kita 
luruskan, jangan karena kebencian terhadap negara non Islam lalu 
membuat berita yang tidak benar, apalagi menurut mba Lestari, pihak 
Saudia Arabia juga secara resmi sudah melalui keterangan persnya 
memang mengaku memberi bantuan medis itu 5 bulan setelah tsunami + 
keterangan relawan Saudi yang kenalan mba Lestari yang memberi 
bantuan sembako setelah 10 bulan tsunami. Tolong pak Satriyo, jika 
memungkinkan, bapak cek lagi ke relawan ini - kapan dia jadi relawan 
di Aceh dan apakah betul dia melihat sendiri bantuan dari Saudi 
Arabia ini? Apakah mungkin ada bantuan perorangan, misalnya bukan 
dari pemerintah SA tapi dari raja minyak dari sana yang berlimpah 
harta itu datang sendiri dengan pesawat pribadinya dan membantu semua 
korban sehingga korban tsunami itu tercukupi makanan dan obat-
obatannya juga tenda, dll. Tapi sekali lagi, kalau memang benar 
seperti itu, apa bisa ya bantuan hebat seperti ini sampai terlewatkan 
oleh kamera siaran langsung dari sana?
 
 Tentang point 2 itu, kondisi di sana bagaimana mba Lestari? Apa 
betul rumah-rumah yang dibangun sekarang ini masih jauh dari cukup 
untuk menampung pengungsi? bantuan dari Saudi Arabia dan negara-
negara kaya di Timur Tengah memangnya hanya paket sembako dan bantuan 
medis dari Saudi Arabia itu saja? Saat ini bantuan yang datang apakah 
kondisinya masih juga yang lebih banyak dari negara-negara non 
muslim? Sebenarnya negara-negara Islam yang kaya dan mayoritas 
berpenduduk muslim itu di dunia membantu siapa saja ya? Kok 
bantuannya tidak banyak terdengar di Aceh, padahal mereka tahu donk 
kalau korban tsunami itu mayoritas muslim ya?
 
 salam
 Aisha
 --
 From : Lestari
 Yth. Pak Satriyo,
 Terimakasih sudah memberi masukan, soal hubungan, karena waktu itu 
bapak pernah mengomentari tulisan saya tentang pakaian perempuan  
aceh yang berhubungan dengan budaya dan sejarahnya. Dalam komentar 
itu bapak seolah-olah lebih tahu sejarah Aceh daripada saya, dan 
mempertanyakan apakah acuan saya tentang busana perempuan Aceh hanya 
berdasarkan lukisan (setelah itu saya sudah menjelaskan lebih detil 
bahwa acuan saya buku-buku sejarah dan foto-fotonya). Nah karena 
barangkali pengetahuan Pak Satriyo memang lebih luas tentang Aceh dan 
budayanya, maka 

Re: [wanita-muslimah] Re: Lagi-lagi soal Kristenisasi

2007-05-04 Terurut Topik Wikan Danar Sunindyo
mas satriyo, kalau memang orang arab yang bersangkutan yang nyumbang
ke aceh benar-benar tidak mau dipublikasikan, ya sudah lah. tidak usah
ngotot-ngotot bilang ada orang arab yang nyumbang. kasian, tar
pahalanya berkurang, lha wong dia benar2 shodaqoh Lillahi Ta'ala buat
nyumbang korban tsunami, bukan buat masuk teve atau diliput wartawan.
Kalau mas satriyo ngasih tahu siapa orangnya, kan jadi terbongkar
usaha baiknya tersebut. Nanti gak sesuai dengan niatnya yang tulus
ikhlas. Jadi ya biarkanlah orang menilai apa, toh Allah Yang Maha Tahu
orang itu udah nyumbang apa.

wassalam,
--
wikan
http://wikan.multiply.com

On 5/4/07, satriyo [EMAIL PROTECTED] wrote:


 [1] Soal detail adat budaya aceh, saya memang punya koneksi langsung
  dengan aceh, yaitu keluarga besar dari ipar saya yang memang asli
  aceh, dan keluarga besar istri ust Arifin Ilham yang orang aceh asli.
  Saya masih berharap dan berdoa ada kesempatan ke Aceh.

  [2] silakan lihat kapan pertama kali wartawan (apapun, dari manapun,
  sec official) tiba di aceh. yang saya tahu ini hanya berselang sehari
  dan bukan atas nama pemerintah resmi, jadi mungkin lsm atau ormas di
  Arab Saudi, dan selain belum ada peliput yg hadir mrk memang tidak
  mau publikasi. Nanti saya cek lagi detailnya, insyaallah


[wanita-muslimah] Re: Lagi-lagi soal Kristenisasi

2007-05-04 Terurut Topik satriyo
Terima kasih masukannya, sayang saya tidak ada niat mengekspos 
siapapun itu krn memang bukan itu yang saya sampaikan ...

coba baca lagi, dan lihat apa hanya itu yang bisa Wikan tangkap.

satriyo

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Wikan Danar Sunindyo 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 mas satriyo, kalau memang orang arab yang bersangkutan yang nyumbang
 ke aceh benar-benar tidak mau dipublikasikan, ya sudah lah. tidak 
usah
 ngotot-ngotot bilang ada orang arab yang nyumbang. kasian, tar
 pahalanya berkurang, lha wong dia benar2 shodaqoh Lillahi Ta'ala 
buat
 nyumbang korban tsunami, bukan buat masuk teve atau diliput 
wartawan.
 Kalau mas satriyo ngasih tahu siapa orangnya, kan jadi terbongkar
 usaha baiknya tersebut. Nanti gak sesuai dengan niatnya yang tulus
 ikhlas. Jadi ya biarkanlah orang menilai apa, toh Allah Yang Maha 
Tahu
 orang itu udah nyumbang apa.
 
 wassalam,
 --
 wikan
 http://wikan.multiply.com
 
 On 5/4/07, satriyo [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
 
  [1] Soal detail adat budaya aceh, saya memang punya koneksi 
langsung
   dengan aceh, yaitu keluarga besar dari ipar saya yang memang asli
   aceh, dan keluarga besar istri ust Arifin Ilham yang orang aceh 
asli.
   Saya masih berharap dan berdoa ada kesempatan ke Aceh.
 
   [2] silakan lihat kapan pertama kali wartawan (apapun, dari 
manapun,
   sec official) tiba di aceh. yang saya tahu ini hanya berselang 
sehari
   dan bukan atas nama pemerintah resmi, jadi mungkin lsm atau 
ormas di
   Arab Saudi, dan selain belum ada peliput yg hadir mrk memang 
tidak
   mau publikasi. Nanti saya cek lagi detailnya, insyaallah





[wanita-muslimah] Re: Lagi-lagi soal Kristenisasi

2007-05-04 Terurut Topik Mia
Bantuan masyarakat Saudi itu dikumpulin oleh badan pemerintahannya, 
dan sampe sekarang seret banget realisasinya, kurang dari 6%. 
padahal itu amanat masyarakat, yang terkumpul segera setelah 
tsunami. Bukannya mereka sengaja nahan-nahan bantuan itu, tapi jalur 
keputusan luar biasa mandeg. bayangin saja, pelaksana di Aceh nggak 
punya hubungan langsung ke bossnya pemegang keputusan yang pangeran 
anu bin itu loh. Pelaksananya aja kesel dengan seretnya dana 
sumbangan itu, apalagi yang lain.  Ceritanya mau bangunan ribuan 
rumah untuk korban tsunami, sampe sekarang satu pun nggak ada yang 
jadi.

Udah gitu jalur keluar central bank Saudi diawasin langsung sama 
Amrik (mungkin takut nyasar ke teroris spt AlQaida). Ya emang Saudi 
itu temennya Bush Amrik kalo soal bisnis fulus. Urusan antara Amrik 
Saudi ini lancar, tapi kalo urusan ke Indonesia jangan harap lancar 
deh. Kepercayaan timbal balik antara pemerintah Saudi (dan TimTeng) 
dan RI tipis.  

Di antara negara2 Islam TimTeng Saudi itu paling parah dengan 
bantuannya, justru karena sistem birokrasi kerajaan yang nggak 
berfungsi untuk ini.  Negara Islam yang paling bener impplemetasinya 
itu Turkey.  Dan juga Bosnia yang nyumbang tapi nggak pake cerewet, 
padahal negaranya miskin banget. Yang laen:-((

Trus bantuan tsunami dari TimTeng itu  sering dikaitkan dengan 
pinjaman. Jadi misalnya ngasih USD 3 juta dengan proyek yang nggak 
jelas skemanya, tapi pake syarat ratusan juta dollar 
pinjaman...tuman deh yang begini...:-(

salam
Mia

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, satriyo [EMAIL PROTECTED] wrote:

 [1] Soal detail adat budaya aceh, saya memang punya koneksi 
langsung 
 dengan aceh, yaitu keluarga besar dari ipar saya yang memang asli 
 aceh, dan keluarga besar istri ust Arifin Ilham yang orang aceh 
asli. 
 Saya masih berharap dan berdoa ada kesempatan ke Aceh.
 
 [2] silakan lihat kapan pertama kali wartawan (apapun, dari 
manapun, 
 sec official) tiba di aceh. yang saya tahu ini hanya berselang 
sehari 
 dan bukan atas nama pemerintah resmi, jadi mungkin lsm atau ormas 
di 
 Arab Saudi, dan selain belum ada peliput yg hadir mrk memang tidak 
 mau publikasi. Nanti saya cek lagi detailnya, insyaallah
 
 satriyo
 
 --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Aisha 
 aishayasmina2002@ wrote:
 
  Masalah pakaian perempuan Aceh, mba Lestari yang tinggal di 
Aceh, 
 bisa menceritakan busana perempuan Aceh yang dilihat secara 
langsung 
 di sekelilingnya saat ini. Dan mempelajari atau melihat busana 
 perempuan Aceh di waktu yang lalu dari buku sejarah dan foto-foto 
 lama. Tapi jika pak Satriyo bisa menjelaskan secara detail, 
mungkin 
 bapak ini pernah tinggal di Aceh di masa lalu atau ada generasi di 
 atasnya yang tinggal di Aceh, silahkan pak Satriyo menjelaskan.
  
  Tentang pertolongan pertama setelah tsunami, saya ingat sekali 
 waktu itu saya ada di satu pulau yang koran selalu terlambat, 
apalagi 
 jika cuaca buruk dan pesawat tidak bisa mendarat di sana, bisa 
 ketinggalan berita 2-3 hari. Akses internet juga sulit, jadi satu-
 satunya sumber berita dari tv. Saya lihat hampir sepanjang waktu, 
 Metro TV yang menurunkan banyak berita tentang Aceh, dan saya 
tidak 
 melihat atau mendengar bahwa yang menolong pertama kali itu dari 
Arab 
 Saudi, Metro TV dalam waktu singkat -1-2 hari setelah kejadian 
sudah 
 mengirim reporter ke sana dan mereka membuat siaran langsung dari 
 sana, termasuk Najwa Shihab yang menceritakan - dia masih melihat 
 mayat dimana-mana, di atas tanah, di atas pohon, di atas 
reruntuhan, 
 dll. Masih sangat sedikit sekali relawan, dan saat itu juga 
 diberitakan yang menolong itu dari beberapa negara yang 
penduduknya 
 mayoritas non muslim, termasuk Singapore. Negara-negara itu tidak 
 hanya membantu dengan makanan, bantuan medis, dll tapi datang juga 
 dengan pesawatnya mereka. Dan saya tidak pernah mendapat berita 
bahwa 
 Saudi Arabia saat itu datang. 
  
  Mungkin pak Satriyo perlu check  recheck relawan Aceh ini, 
apakah 
 dia datang setelah beberapa bulan di sana atau bersama-sama dengan 
 reporter Metro TV sesaat setelah kejadian. Saya tidak melihat 
secara 
 langsung, tapi rasanya Metro TV yang mengirim banyak reporter di 
sana 
 jika memang betul yang pertama kali itu yang membantu dari Saudi 
 Arabia, jadi aneh kalau sampai tidak diberitakan. Apa Metro TV 
 membenci Saudi Arabia?..:) Saya rasa yang seperti ini harus kita 
 luruskan, jangan karena kebencian terhadap negara non Islam lalu 
 membuat berita yang tidak benar, apalagi menurut mba Lestari, 
pihak 
 Saudia Arabia juga secara resmi sudah melalui keterangan persnya 
 memang mengaku memberi bantuan medis itu 5 bulan setelah tsunami + 
 keterangan relawan Saudi yang kenalan mba Lestari yang memberi 
 bantuan sembako setelah 10 bulan tsunami. Tolong pak Satriyo, jika 
 memungkinkan, bapak cek lagi ke relawan ini - kapan dia jadi 
relawan 
 di Aceh dan apakah betul dia melihat sendiri bantuan dari Saudi 
 Arabia ini? Apakah mungkin ada bantuan 

[wanita-muslimah] Re: Lagi-lagi soal Kristenisasi

2007-05-04 Terurut Topik Mia
Negara2 TimTeng seperti negara2 lainnya yang nggak termasuk EU, 
Australia dan Amrik/Canada - memberikan bantuan sumbangan tanggap 
darurat biasanya melalui UN, dan UN biasanya pake namanya sendiri.  
Namun demikian total bantuan negara TimTeng yang kaya raya itu masih 
sedikit sekali realisasinya, dibandingkan dengan negara2 maju 
lain.   Di Saudi hibah dari masyarakatnya masih mandeg. Sistem 
birokrasi otoritarian kerajaan lah yang menyebabkan mandegnya ini.

salam
Mia

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Wikan Danar Sunindyo 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 mbak aisha,
 kalau dalam ajaran islam kan dibilang kalau tangan kanan memberi,
 tangan kiri jangan tahu ...
 mungkin orang2 arab yang menyumbang itu nggak mau sampai ketauan 
nyumbang
 jadi sumbangannya sembunyi2, atau dititipkan atas nama orang2 dari
 negara non-muslim.
 ini kemungkinan saja, lho :)
 
 salam,
 --
 wikan




Re: [wanita-muslimah] Re: Lagi-lagi soal Kristenisasi

2007-05-04 Terurut Topik jano ko
Mas Wikan :
   
  jadi sumbangannya sembunyi2, atau dititipkan atas nama orang2 dari
 negara non-muslim.
 ini kemungkinan saja, lho :)

  --
   
  Jano - ko :
   
  Analisa yang tajam, betul mas, silahkan melihat statistik jumlah muslim dan 
muslimah di Eropa, jutaan mas, mereka pada membayar pajak kepada negara eropa 
dimana mereka bertempat tinggal, nah teman-teman kita yang kulit putih eropa 
itu yang kemudian menyalurkan bantuannya ke Aceh misalnya.
   
  Mia, berapa rupiah uang orang-orang Arab yang disimpan di bank-bank Amerika 
yang bunganya tidak pernah mereka ambil ? pasti mia tahu dong.
   
  Malem
   
  --oo0oo--
  

Mia [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Negara2 TimTeng seperti negara2 lainnya yang nggak termasuk EU, 
Australia dan Amrik/Canada - memberikan bantuan sumbangan tanggap 
darurat biasanya melalui UN, dan UN biasanya pake namanya sendiri. 
Namun demikian total bantuan negara TimTeng yang kaya raya itu masih 
sedikit sekali realisasinya, dibandingkan dengan negara2 maju 
lain. Di Saudi hibah dari masyarakatnya masih mandeg. Sistem 
birokrasi otoritarian kerajaan lah yang menyebabkan mandegnya ini.

salam
Mia

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Wikan Danar Sunindyo 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 mbak aisha,
 kalau dalam ajaran islam kan dibilang kalau tangan kanan memberi,
 tangan kiri jangan tahu ...
 mungkin orang2 arab yang menyumbang itu nggak mau sampai ketauan 
nyumbang
 jadi sumbangannya sembunyi2, atau dititipkan atas nama orang2 dari
 negara non-muslim.
 ini kemungkinan saja, lho :)
 
 salam,
 --
 wikan



 

 Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Re: Lagi-lagi soal Kristenisasi

2007-05-03 Terurut Topik Chae
Pak Wikan dan Mba Lestari,

Kalau menurut saya sih, Rasul melakukan Islamisasi itu dengan akhlakul
kharimah (hihihihih kayaknya nulisnya salah...;) artinya kita
memberikan teladan yang baik sehingga terjadi Islamisasi yang damai,
yang muncul karena hidayah...

Untuk itu jangan lah kita kebakaran jenggot jika ada kristenisasi yang
 dilakukan dengan mencontoh cara Rasul, justru ini bisa menjadi media
untuk kita umat muslim melakukan dengan cara-cara yang sama. Kalau
dalam bahasa Qur'an sih MARI BERLOMBA-LOMBA DALAM KEBAIKAN:))
 

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Wikan Danar Sunindyo
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 makasih mbak lestarin,
 1. setahu saya orang aceh itu kuat2 imannya, sehingga mereka gak
 gampang goyah berganti agama meskipun mendapat penderitaan atau
 kesengsaraan yang bertubi-tubi.
 2. saya kadang heran dengan tanggapan orang islam terhadap
 kristenisasi. jika memang benar ajaran islam itu logis, kokoh dan
 kuat, tentu kita tidak perlu susah-susah buat meng-counter ajaran2
 kristenisasi. jelas2 doktrinnya beda kok. saya pernah coba dengar
 acara mimbar agama lain di teve-teve, kok gak nyambung dengan saya
 sebagai pemeluk islam. saya coba nyambung2-in, cari hikmahnya, tetep
 aja nggak nyambung. malah suka ketawa sendiri, kok bisa ya ... orang2
 ini pada ngedengerin penceramah yang kayak gini. tapi itu kan soal
 keimanan/kepercayaan ya ... kalau dari kecilnya udah didoktrin untuk
 percaya tuhan anu atau melaksanakan ajaran agama itu susah buat
 menerima ajaran dari agama lain. makanya orang yang pindah agama
 (apalagi bukan karena mau nikah sama orang agama lain) itu berat
 banget dan biasanya mengalami pergolakan batin.
 3. kalau bantuan asing di aceh memang gila-gilaan. di jerman aja,
 selain mereka menyumbang duit, mereka juga nyumbang pembangunan
 infrastruktur. kalau gak ada insinyur, mereka kirimkan dari jerman
 buat mbangun infrastruktur di aceh. dosen-dosen di aceh pada
 meninggal, jerman ngasih beasiswa buat mahasiswa aceh yang mau
 melanjutkan sekolah di jerman. gak cuman duit thok. Ini yang saya
 pikir luar biasa komprehensifnya. Saya sendiri kebayang, kalau
 misalnya korban tsunami itu dikasih duit masing2 1 juta, terus bisa
 apa. Kan pasarnya juga musnah. Jalan hancur, jembatan hancur. Mau beli
 makanan di mana. Lha kalau ada infrastruktur, bikin jembatan dan jalan
 ke kota lain, bisa mempermudah penyaluran bantuan dari kota-kota lain
 yang terdekat, jadi duitnya juga bisa dipakai untuk membeli barang2
 kebutuhan sehari2.
 
 salam,
 --
 wikan
 http://wikan.multiply.com
 
 On 5/3/07, lestarin [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  Sebetulnya saya cuma mau melanjutkan bagian diskusi dari Pak Wikan
   dan Mba' Chae, tapi karena judulnya sudah tidak sinkron, maka saya
   buat judul baru:)
 
   Isu kristenisasi kalau saya amati dari pengalaman di lapangan, di
   Aceh ini ya rata-rata berhubungan dengan pemberian bantuan/ekonomi.
   Meski memang belum ada laporan resmi berapa orang Aceh yang
   berpindah agama dari Islam ke agama lain dalam proses rehabilitasi
   dan rekonstruksi di Tanah Rencong ini, namun dari dulu banyak sekali
   kekhawatiran soal Kristenisasi, sampai-sampai sempat beredar
   kecurigaan yang tinggi terhadap lembaga asing yang banyak berkarya
   di Aceh. Media di aceh pun sempat mem-blow up- isu ini, bahkan ada
   juga media dari luar aceh yang menerbitkan sebuah buku khusus
   membahas masalah ini. Saking semangatnya menghajar pihak lain yang
   dianggap melakukan Kristenisasi, maka relawan asing yang berkalung
   salib atau memakai kaos organisasinya dalam bekerja (kebetulan dari
   organisasi bergambar salib, atau mengandung kata-kata Christian),
   pun dianggap upaya Kristenisasi. Sepertinya jadi berlebihan dan
   menimbulkan upaya permusuhan antar agama.
 
   Padahal seperti yang kita ketahui, saat bencana Tsunami melanda
   Aceh, justru orang-orang asing inilah (yang disebut oleh orang aceh
   dengan istilah Orang Kafir...), yang pertamakali turun tangan dan
   membantu dengan keihklasan luar biasa, dan ini diakui oleh
   masyarakat Aceh sendiri. Meski setelah itu memang tidak bisa
   dipungkiri, gelombang kedua bantuan (Pasca emergency), pasti ada
   juga organisasi asing yang memiliki niat untuk menyebarkan
   ajarannya,Kristenisasi - yang saya kira pun tidak jauh berbeda
   dengan upaya beberapa kaum muslim di Indonesia yang
   melakukan Islamisasi di berbagai pelosok Papua. Artinya dilakukan
   dengan cara damai, melalui kegiatan sehari-hari secara umum,
   termasuk dengan pemberian bantuan, namun tidak ada
   intimidasi/ancaman.
 
   Soal kemiskinan mendekatkan diri pada kekhufuran, itu juga saya
   setuju. Ini yang justru menjadi concern saya pribadi sampai saat
   ini, betapa masih banyak pengungsi di barak-barak di Aceh yang
   sampai saat ini masih bergantung pada bantuan dari pihak lain, dan
   lembaga-lembaga non muslim pun masih setia memberikan dukungan dan
   bantuannya, sementara bantuan dari lembaga-lembaga Islam sangat
   sedikit. Kalau sudah begini, 

Re: [wanita-muslimah] Re: Lagi-lagi soal Kristenisasi

2007-05-03 Terurut Topik Wikan Danar Sunindyo
benar Mbak Chae,
kalau hasil diskusi dengan temen saya, dia bilang ... kalau secara
akidah dan doktrin ketuhanan, agama Islam itu nomor satu, gak ada yang
bisa ngalahin deh. mau dijungkirbalik gimanapun, ajaran islam yang
paling logis, karena tuhannya islam cuman satu dan maha segalanya.
tapi ... kalau soal muamalah dan fastabiqul khoirot, ini yang masih
kurang. bagaimana umat islam bisa bersaing dengan umat agama2 lain
dalam penyediaan prasarana pendidikan dan kesehatan, ini hanya salah
satu contohnya. terus jaman dulu saja orang bisa beralih ke agama
islam hanya karena melihat perilaku Rasulullah.

salam,
--
wikan
http://wikan.multiply.com

On 5/3/07, Chae [EMAIL PROTECTED] wrote:






 Pak Wikan dan Mba Lestari,

  Kalau menurut saya sih, Rasul melakukan Islamisasi itu dengan akhlakul
  kharimah (hihihihih kayaknya nulisnya salah...;) artinya kita
  memberikan teladan yang baik sehingga terjadi Islamisasi yang damai,
  yang muncul karena hidayah...

  Untuk itu jangan lah kita kebakaran jenggot jika ada kristenisasi yang
   dilakukan dengan mencontoh cara Rasul, justru ini bisa menjadi media
  untuk kita umat muslim melakukan dengan cara-cara yang sama. Kalau
  dalam bahasa Qur'an sih MARI BERLOMBA-LOMBA DALAM KEBAIKAN:))


[wanita-muslimah] Re: Lagi-lagi soal Kristenisasi

2007-05-03 Terurut Topik total_sacrifice
khabarnya di S'pore, adzan dilarang ya pake speaker keras di luar
ruangan sehingga suaranya sampe ke mana-mana? kayaknya bagus tuh
diterapkan di Indo.. saya sering terganggu suara Adzan. Seharusnya
Adzan pelan saja. Toh di tepatku dimana-mana ada masjid. di dekat
rumah juga ada masjid. cukup Adzan lirih saja dan tiap orang khaan
sudah tahu jadual shalat sehingga gak perlu dipanggil dgn suara
menggelegar.

trus pengajian pake pengeras juga mengganggu tuh.

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Chae
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Pak Wikan dan Mba Lestari,
 
 Kalau menurut saya sih, Rasul melakukan Islamisasi itu dengan akhlakul
 kharimah (hihihihih kayaknya nulisnya salah...;) artinya kita
 memberikan teladan yang baik sehingga terjadi Islamisasi yang damai,
 yang muncul karena hidayah...
 
 Untuk itu jangan lah kita kebakaran jenggot jika ada kristenisasi yang
  dilakukan dengan mencontoh cara Rasul, justru ini bisa menjadi media
 untuk kita umat muslim melakukan dengan cara-cara yang sama. Kalau
 dalam bahasa Qur'an sih MARI BERLOMBA-LOMBA DALAM KEBAIKAN:))
  




[wanita-muslimah] Re: Lagi-lagi soal Kristenisasi

2007-05-03 Terurut Topik lestarin
Yth. Pak Satriyo,

Terimakasih sudah memberi masukan, soal hubungan, karena waktu itu 
bapak pernah mengomentari tulisan saya tentang pakaian perempuan 
aceh yang berhubungan dengan budaya dan sejarahnya. Dalam komentar 
itu bapak seolah-olah lebih tahu sejarah Aceh daripada saya, dan 
mempertanyakan apakah acuan saya tentang busana perempuan Aceh hanya 
berdasarkan lukisan (setelah itu saya sudah menjelaskan lebih detil 
bahwa acuan saya buku-buku sejarah dan foto-fotonya). Nah karena 
barangkali pengetahuan Pak Satriyo memang lebih luas tentang Aceh 
dan budayanya, maka saya menanyakan solusi dari sebuah kasus di Aceh 
yang lain.

Untuk komentar bapak point satu, barangkali memang bisa saya 
koreksi, bahwa setelah setahun lebih saya berada di Aceh dan 
berdiskusi dengan lebih dari 100 orang korban Tsunami secara 
terpisah, saya mendapatkan informasi akurat dari para korban bahwa 
yang terjun menolong pertamakali setelah beberapa hari setelah 
tsunami adalah tentara dari Spanyol, Amerika, dan juga Australia, 
dengan bantuan medis, kebutuhan makanan, dan lainnya. Inilah yang 
menurut saya menyebabkan fenomena benci tapi cinta dari masyarakat 
Aceh terhadap orang-orang asing ini, bagaimana tidak, sejak dulu ada 
anggapan orang asing = orang kaphe (yang di stereotype kurang baik 
di Aceh), namun ternyata ketika bencana melanda, mereka inilah yang 
sangat besar jasanya menolong masyarakat Aceh.  Sekali lagi ini 
langsung dari saksi hidup lho Pak, dan bukan ekspose dari media 
massa semata. Pihak Saudi Arabia sendiri secara resmi, melalui 
keterangan pers-nya, mengungkapkan bantuan yang berkaitan dengan 
medis, dan sebagainya diturunkan pada bulan Mei 2005 (5 bulan 
setelah tsunami). Saya pribadi kebetulan juga mengenal baik salah 
seorang relawan dari Saudi Charity yang memberikan bantuan pemberian 
sembako 10 ribu paket (9 ribu paket di Aceh, dan 1000 paket di Nias) 
saat bulan puasa, Oktober 2005 (10 bulan setelah tsunami).

Untuk point kedua, soal kemiskinan menuju kekufuran, sejak awal kita 
semua sepakat, yang menjadi pertanyaan saya, bagaimana solusinya? 
Bagaimana mengangkat masyarakat Islam keluar dari kemiskinan? 
bagaimana pula masyarakat Islam yang lebih kaya/mampu mau tetap 
peduli dengan masyarakat Aceh yang masih tinggal di barak-barak?
Karena tampaknya yang menjadi trend di Aceh ini, semua pihak 
meyalahkan pihak lain/pihak asing dengan isu kristenisasi, tetapi 
tidak ada solusi dari dalam untuk mengatasi masalah ini:(


Wassalam


Lestari 


--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, satriyo [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Kaitan saya dulu pernah mengomentari jilbab dengan solusi (yang 
 mana?) itu apa ya? Ga ada alasan lain ...?
 ;-]
 
 Sementara ini komentar saya adalah:
 [1] yang saya tahu, yang pertama datang ke daerah bencana dan 
 langsung mengupayakan pertolongan adalah dari Arab Saudi dan bukan 
 negara barat (kafir) spt yang diekspos media massa dan diterima 
bgt 
 saja tanpa selidik/cross-check. Mereka dengan warga setempat 
langsung 
 menolong mereka yang selamat dan membagi-bagikan bantuan baik 
makanan 
 maupun uang. Maaf jika saya salah tapi ini dari relawan Aceh yang 
 tiba di sejumlah daerah bencana di aceh.
 [2] soal kristenisasi dan kemiskinan, memang benar bahwa dari dulu 
 hingga sekarang, dengan cara halus dan 'kasar' (walau ketika 
 dikonfirmasi tidak ada yang mengaku) kalangan kristiani lokal dan 
 manca negara rajin mengupayakan ummat islam masuk kristen. 
Banyaklah 
 data akurat dan konkrit kalau sudi mempercayai.
 
 Sementara sekian. Maaf jika oot atau off track.
 
 salam,
 satriyo
 ;-]