Re: [wanita-muslimah] Re: Perkawinan Beda Agama

2009-08-27 Terurut Topik firman wiwaha
Berarti poinnya,
selain dengan hati dan fikiran yang jernih, ayat2 Al-qur'an ternyata juga hanya 
dapat di fahami dengan mempelajari sejarah-sejarah yang melatar belakangi 
turunnya ayat-ayat itu secara utuh :D

tx Pak Ustadz


--- On Fri, 8/28/09, achmad chodjim chod...@gmail.com wrote:

 From: achmad chodjim chod...@gmail.com
 Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Perkawinan Beda Agama
 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
 Date: Friday, August 28, 2009, 12:22 AM
 Mas Muiz,
 
 Dalil yang dikemukakan oleh Mas Muiz adalah larangan untuk
 menikahi orang-orang musyrik. Kalau ini yang dimaksud, baik
 laki-laki muslim maupun perempuan muslim dilarang menikah
 dengan mereka.
 
 Dan, ayat-ayat tersebut sangat kontekstual, yaitu larangan
 menikahi --khususnya-- musyrik Mekah yang melakukan
 perlawanan kepada Nabi Muhammad. Oleh karena itu, ada dalil
 jangan kamu kembalikan mereka kepada suami yang kafir.
 Historisnya, banyak istri-istri orang kafir itu ikut
 berhijrah bersama Nabi ke Madinah. Oleh karena para suami
 mereka yang tinggal di Mekah itu tetap kafir, maka para
 istri berhak menentukan pilihannya untuk cerai dan menikah
 dengan orang muslim di Madinah. Dalam hal inilah, para istri
 itu tidak boleh dikembalikan kepada suami mereka yang masih
 kafir.
 
 Suwun.
 
 Wassalam,
 chodjim
 
   - Original Message - 
   From: muizof 
   To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
 
   Sent: Tuesday, August 25, 2009 11:02 PM
   Subject: [wanita-muslimah] Re: Perkawinan Beda
 Agama
 
 
     ada pak :
   1) ...jangan kamu menikahi wanita musyrikat,
 sebelum mereka beriman (QS 2:221),
   2)  ...janganlah kamu kembalikan mereka (wanita
 mukminat) kepada (suami mereka) yang kafir... (Qs 60:10)
 
   Salam
   Abdul Mu'iz
 
   --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com,
 achmad chodjim chod...@... wrote:
   
    Yang jelas, tidak ada nash yang qath'i (tegas)
 dalam Alquran bahwa lelaki 
    agama A tidak boleh kawin dengan perempuan
 agama B, dan sebaliknya. 
    Larangan-larangan itu umumnya dari pendapat
 ulama --sekali lagi pendapat 
    ulama. Lebih bahaya lagi kalau dinyatakan
 berzina seumur hidup; wah yang 
    berani mengatakan begitu harus dijilid
 (dicambuk) kalau menurut Alquran 
    karena telah menuduh berzina tanpa mendatangkan
 4 saksi! Ngeri. 
    aaahh, hihihi
    
    Wassalam,
    
    chodjim
    
    
    - Original Message - 
    From: ... Maya Purnomo ...
 hayu.arta...@...
    To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
    Sent: Monday, August 24, 2009 2:45 PM
    Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Perkawinan
 Beda Agama
    
    
    Perkawinan beda agama memang mengandung resiko
 yg besar. Pria Muslim yg 
    menikahi wanita ahlul kitab (Nasrani) adalah
 pria Muslim yang punya basic 
    agama yg kuat. Pria yang mampu menjadi Imam
 bagi keluarganya. Jadi bukan 
    pria dengan keterbatasan ilmu akan agamanya
 sendiri dan dalam kesehariaannya 
    kurang taat dalam beribadah.
    
    Ketentuan ini tidak berlaku bagi wanita Muslim.
 Wanita Muslim tidak boleh 
    menikah dengan Pria ahlul kitab. Dia akan d
 anggap berzina sepanjang umur 
    pernikahannya.
    
    Sebaiknya pernikahan beda agama memang
 dihindari. Karna kondisi keimanan yg 
    seringkali turun naik.
    
    
    
    Regards,
    
    ... Maya Purnami ...
    
    
    
     Happiness is not having what you want. It is
 wanting what you have 
    
    
    
    Sent from my BoldBlackBerry®
    powered by INDOSAT
    
    -Original Message-
    From: Ari Condro masar...@...
    
    Date: Mon, 24 Aug 2009 23:55:55
    To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
    Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Perkawinan
 Beda Agama
    
    
    kalo kisah teman saya rada lucu tapi miris
 juga.
    
    cowok muslim married sama cewek kristen.
 awalnya si cewek mau ikutan
    agama misoa, convert jadi muslim. ndilalah, pas
 udah punya anak dua,
    jalan 3 tahun perkawinan, si cewek balik ke
 kristen. si cowok rada
    mendelu juga sih, tapi gimana lagi. huahahaha
 ... :))
    
    
    
    2009/8/24 ritajkt rita...@...:
    
    
     --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com,
 monyongsexy monyongsexy@
     wrote:
    
     Tadi pas sahur sambil mendengarkan
 Quraish Shihab di Metro. Beliau
     mengatakan kawin beda agama boleh
 hanya untuk Laki Muslim menikahi Wanita
     non-muslim alasannya Laki kadang
 memaksa bahkan mengancam, dikhawatirkan
     kalau Wanita muslim menikah dengan
 Laki Non-muslim nanti diancam untuk
     meninggalkan agamanya.
    
     Padahal saat ini banyak wanita ahli
 beladiri. Apakah kalau wanita seperti
     itu kalau non-muslim tidak boleh
 dinikahi atau kalau muslim boleh menikah
     dengan laki non-muslim? sebab dia
 jelas tidak akan takut diancam oleh 
     pihak
     laki.
    
     Bahkan saat ini banyak suami takut
 istri. Apakah itu menunjukkan bahwa
     kawin antara wanita Muslim dengan laki
 non-muslim bisa dipertimbangkan?
    
    
     saya juga nonton Pak, dan jg punya
 pertanyaan

Re: [wanita-muslimah] Re: Perkawinan Beda Agama

2009-08-26 Terurut Topik sunny
Love is blind, kata orang seberang lautan.

Kalau orang kaya punya peraturan tidak tertulis yaitu harus kawin dengan orang 
kaya.

  - Original Message - 
  From: muizof 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Wednesday, August 26, 2009 7:02 AM
  Subject: [wanita-muslimah] Re: Perkawinan Beda Agama


ada pak :
  1) ...jangan kamu menikahi wanita musyrikat, sebelum mereka beriman 
(QS 2:221),
  2)  ...janganlah kamu kembalikan mereka (wanita mukminat) kepada (suami 
mereka) yang kafir... (Qs 60:10)

  Salam
  Abdul Mu'iz

  --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, achmad chodjim chod...@... wrote:
  
   Yang jelas, tidak ada nash yang qath'i (tegas) dalam Alquran bahwa lelaki 
   agama A tidak boleh kawin dengan perempuan agama B, dan sebaliknya. 
   Larangan-larangan itu umumnya dari pendapat ulama --sekali lagi pendapat 
   ulama. Lebih bahaya lagi kalau dinyatakan berzina seumur hidup; wah yang 
   berani mengatakan begitu harus dijilid (dicambuk) kalau menurut Alquran 
   karena telah menuduh berzina tanpa mendatangkan 4 saksi! Ngeri. 
   aaahh, hihihi
   
   Wassalam,
   
   chodjim
   
   
   - Original Message - 
   From: ... Maya Purnomo ... hayu.arta...@...
   To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
   Sent: Monday, August 24, 2009 2:45 PM
   Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Perkawinan Beda Agama
   
   
   Perkawinan beda agama memang mengandung resiko yg besar. Pria Muslim yg 
   menikahi wanita ahlul kitab (Nasrani) adalah pria Muslim yang punya basic 
   agama yg kuat. Pria yang mampu menjadi Imam bagi keluarganya. Jadi bukan 
   pria dengan keterbatasan ilmu akan agamanya sendiri dan dalam 
kesehariaannya 
   kurang taat dalam beribadah.
   
   Ketentuan ini tidak berlaku bagi wanita Muslim. Wanita Muslim tidak boleh 
   menikah dengan Pria ahlul kitab. Dia akan d anggap berzina sepanjang umur 
   pernikahannya.
   
   Sebaiknya pernikahan beda agama memang dihindari. Karna kondisi keimanan yg 
   seringkali turun naik.
   
   
   
   Regards,
   
   ... Maya Purnami ...
   
   
   
Happiness is not having what you want. It is wanting what you have 
   
   
   
   Sent from my BoldBlackBerry®
   powered by INDOSAT
   
   -Original Message-
   From: Ari Condro masar...@...
   
   Date: Mon, 24 Aug 2009 23:55:55
   To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
   Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Perkawinan Beda Agama
   
   
   kalo kisah teman saya rada lucu tapi miris juga.
   
   cowok muslim married sama cewek kristen. awalnya si cewek mau ikutan
   agama misoa, convert jadi muslim. ndilalah, pas udah punya anak dua,
   jalan 3 tahun perkawinan, si cewek balik ke kristen. si cowok rada
   mendelu juga sih, tapi gimana lagi. huahahaha ... :))
   
   
   
   2009/8/24 ritajkt rita...@...:
   
   
--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, monyongsexy monyongsexy@
wrote:
   
Tadi pas sahur sambil mendengarkan Quraish Shihab di Metro. Beliau
mengatakan kawin beda agama boleh hanya untuk Laki Muslim menikahi Wanita
non-muslim alasannya Laki kadang memaksa bahkan mengancam, dikhawatirkan
kalau Wanita muslim menikah dengan Laki Non-muslim nanti diancam untuk
meninggalkan agamanya.
   
Padahal saat ini banyak wanita ahli beladiri. Apakah kalau wanita seperti
itu kalau non-muslim tidak boleh dinikahi atau kalau muslim boleh menikah
dengan laki non-muslim? sebab dia jelas tidak akan takut diancam oleh 
pihak
laki.
   
Bahkan saat ini banyak suami takut istri. Apakah itu menunjukkan bahwa
kawin antara wanita Muslim dengan laki non-muslim bisa dipertimbangkan?
   
   
saya juga nonton Pak, dan jg punya pertanyaan yang kurang lebih sejenis,
walau berbeda sedikit. Yakni alasan dibolehkannya pria Muslim menikahi 
wanta
ahli kitab karena memakai konsruk sosial di jaman dahulu dimana suami
menjadi pemimpin keluarga dalam segala segi sehingga agama suami akan
otomatis diikuti oleh istri dan anak-anaknya. Sedangkan di jaman sekarang,
perempuan sudah tidak se-dependen jaman dulu pada suaminya sehingga, 
menurut
pak Quraish, perkawinan pria Muslim dan nonMuslim jadi berbeda bobotnya 
(dan
sebaiknya dihindari, begitu kan tausiyahnya semalam ya Pak Mony yg seksi?)
   
Lha nonton itu saya langsung pengen nanya, kalo gitu, hal yg sebaliknya 
juga
terjadi dong sama perempuan Muslimah dan calon suami yang lelaki non 
Muslim?
Karena di jaman ini perempuan sudah tidak sedependen pd suaminya 
sebagaimana
ditakutkan sebagai alasan pelarangan itu, maka tentunya alasan pelarangan
perkawinan muslimah dan lelaki non Muslim otomatis bisa ditinjau ulang 
dong
yah?
   
eng ing enggg :))
   
   
   
   
   
   -- 
   salam,
   Ari
   
   
   
   [Non-text portions of this message have been removed]
   
   
   
   
   
   ===
   Milis Wanita Muslimah
   Membangun citra wanita muslimah

Re: [wanita-muslimah] Re: Perkawinan Beda Agama

2009-08-26 Terurut Topik desree Irma
Dan janganlah kamu nikahi perempuan musyrik, sebelum mereka beriman.Sungguh, 
hamba sahaya perempuan yang beriman lebih baik daripada perempuan musyrik 
meskipun dia menarik hatimu.  Dan janganlah kamu nikahkan orang (laki-laki) 
musyrik (dengan perempuan yang beriman) sebelum mereka beriman.  Sungguh, hamba 
sahaya laki-laki yang beriman lebih baik daripada laki-laki musyrik meskipun 
dia menarik hatimu.  Mereka mengajak ke neraka, sedangkan Allah mengajak ke 
surga dan ampunan dengan izin-Nya.  Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada 
manusia agar mereka mau mengambil pelajaran.  Qur'an Surat Al - Baqarah ayat 
221.





From: achmad chodjim chod...@gmail.com
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Sent: Wednesday, August 26, 2009 11:54:48 PM
Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Perkawinan Beda Agama

  
Yang jelas, tidak ada nash yang qath'i (tegas) dalam Alquran bahwa lelaki 
agama A tidak boleh kawin dengan perempuan agama B, dan sebaliknya. 
Larangan-larangan itu umumnya dari pendapat ulama --sekali lagi pendapat 
ulama. Lebih bahaya lagi kalau dinyatakan berzina seumur hidup; wah yang 
berani mengatakan begitu harus dijilid (dicambuk) kalau menurut Alquran 
karena telah menuduh berzina tanpa mendatangkan 4 saksi! Ngeri... .. 
aaahh, hihihi

Wassalam,

chodjim

- Original Message - 
From: ... Maya Purnomo ... hayu.artanty@ gmail.com
To: wanita-muslimah@ yahoogroups. com
Sent: Monday, August 24, 2009 2:45 PM
Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Perkawinan Beda Agama

Perkawinan beda agama memang mengandung resiko yg besar. Pria Muslim yg 
menikahi wanita ahlul kitab (Nasrani) adalah pria Muslim yang punya basic 
agama yg kuat. Pria yang mampu menjadi Imam bagi keluarganya. Jadi bukan 
pria dengan keterbatasan ilmu akan agamanya sendiri dan dalam kesehariaannya 
kurang taat dalam beribadah.

Ketentuan ini tidak berlaku bagi wanita Muslim. Wanita Muslim tidak boleh 
menikah dengan Pria ahlul kitab. Dia akan d anggap berzina sepanjang umur 
pernikahannya.

Sebaiknya pernikahan beda agama memang dihindari. Karna kondisi keimanan yg 
seringkali turun naik.

Regards,

... Maya Purnami ...

 Happiness is not having what you want. It is wanting what you have 

Sent from my BoldBlackBerry®
powered by INDOSAT

-Original Message-
From: Ari Condro masar...@gmail. com

Date: Mon, 24 Aug 2009 23:55:55
To: wanita-muslimah@ yahoogroups. com
Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Perkawinan Beda Agama

kalo kisah teman saya rada lucu tapi miris juga.

cowok muslim married sama cewek kristen.  awalnya si cewek mau ikutan
agama misoa, convert jadi muslim.  ndilalah, pas udah punya anak dua,
jalan 3 tahun perkawinan, si cewek balik ke kristen.  si cowok rada
mendelu juga sih, tapi gimana lagi.  huahahaha ... :))

2009/8/24 ritajkt rita...@yahoo. com:


 --- In wanita-muslimah@ yahoogroups. com, monyongsexy monyongsexy@ ...
 wrote:

 Tadi pas sahur sambil mendengarkan Quraish Shihab di Metro. Beliau
 mengatakan kawin beda agama boleh hanya untuk Laki Muslim menikahi Wanita
 non-muslim alasannya Laki kadang memaksa bahkan mengancam, dikhawatirkan
 kalau Wanita muslim menikah dengan Laki Non-muslim nanti diancam untuk
 meninggalkan agamanya.

 Padahal saat ini banyak wanita ahli beladiri. Apakah kalau wanita seperti
 itu kalau non-muslim tidak boleh dinikahi atau kalau muslim boleh menikah
 dengan laki non-muslim? sebab dia jelas tidak akan takut diancam oleh 
 pihak
 laki.

 Bahkan saat ini banyak suami takut istri. Apakah itu menunjukkan bahwa
 kawin antara wanita Muslim dengan laki non-muslim bisa dipertimbangkan?


 saya juga nonton Pak, dan jg punya pertanyaan yang kurang lebih sejenis,
 walau berbeda sedikit. Yakni alasan dibolehkannya pria Muslim menikahi 
 wanta
 ahli kitab karena memakai konsruk sosial di jaman dahulu dimana suami
 menjadi pemimpin keluarga dalam segala segi sehingga agama suami akan
 otomatis diikuti oleh istri dan anak-anaknya. Sedangkan di jaman sekarang,
 perempuan sudah tidak se-dependen jaman dulu pada suaminya sehingga, 
 menurut
 pak Quraish, perkawinan pria Muslim dan nonMuslim jadi berbeda bobotnya 
 (dan
 sebaiknya dihindari, begitu kan tausiyahnya semalam ya Pak Mony yg seksi?)

 Lha nonton itu saya langsung pengen nanya, kalo gitu, hal yg sebaliknya 
 juga
 terjadi dong sama perempuan Muslimah dan calon suami yang lelaki non 
 Muslim?
 Karena di jaman ini perempuan sudah tidak sedependen pd suaminya 
 sebagaimana
 ditakutkan sebagai alasan pelarangan itu, maka tentunya alasan pelarangan
 perkawinan muslimah dan lelaki non Muslim otomatis bisa ditinjau ulang 
 dong
 yah?

 eng ing enggg :))



-- 
salam,
Ari

[Non-text portions of this message have been removed]

 - - --

 = ==
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter. com/wanita_ muslimah
Situs Web: http://www.wanita- muslimah. com
ARSIP DISKUSI : http://groups

Re: [wanita-muslimah] Re: Perkawinan Beda Agama

2009-08-26 Terurut Topik achmad chodjim
Mas Muiz,

Dalil yang dikemukakan oleh Mas Muiz adalah larangan untuk menikahi orang-orang 
musyrik. Kalau ini yang dimaksud, baik laki-laki muslim maupun perempuan muslim 
dilarang menikah dengan mereka.

Dan, ayat-ayat tersebut sangat kontekstual, yaitu larangan menikahi 
--khususnya-- musyrik Mekah yang melakukan perlawanan kepada Nabi Muhammad. 
Oleh karena itu, ada dalil jangan kamu kembalikan mereka kepada suami yang 
kafir. Historisnya, banyak istri-istri orang kafir itu ikut berhijrah bersama 
Nabi ke Madinah. Oleh karena para suami mereka yang tinggal di Mekah itu tetap 
kafir, maka para istri berhak menentukan pilihannya untuk cerai dan menikah 
dengan orang muslim di Madinah. Dalam hal inilah, para istri itu tidak boleh 
dikembalikan kepada suami mereka yang masih kafir.

Suwun.

Wassalam,
chodjim

  - Original Message - 
  From: muizof 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Tuesday, August 25, 2009 11:02 PM
  Subject: [wanita-muslimah] Re: Perkawinan Beda Agama


ada pak :
  1) ...jangan kamu menikahi wanita musyrikat, sebelum mereka beriman 
(QS 2:221),
  2)  ...janganlah kamu kembalikan mereka (wanita mukminat) kepada (suami 
mereka) yang kafir... (Qs 60:10)

  Salam
  Abdul Mu'iz

  --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, achmad chodjim chod...@... wrote:
  
   Yang jelas, tidak ada nash yang qath'i (tegas) dalam Alquran bahwa lelaki 
   agama A tidak boleh kawin dengan perempuan agama B, dan sebaliknya. 
   Larangan-larangan itu umumnya dari pendapat ulama --sekali lagi pendapat 
   ulama. Lebih bahaya lagi kalau dinyatakan berzina seumur hidup; wah yang 
   berani mengatakan begitu harus dijilid (dicambuk) kalau menurut Alquran 
   karena telah menuduh berzina tanpa mendatangkan 4 saksi! Ngeri. 
   aaahh, hihihi
   
   Wassalam,
   
   chodjim
   
   
   - Original Message - 
   From: ... Maya Purnomo ... hayu.arta...@...
   To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
   Sent: Monday, August 24, 2009 2:45 PM
   Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Perkawinan Beda Agama
   
   
   Perkawinan beda agama memang mengandung resiko yg besar. Pria Muslim yg 
   menikahi wanita ahlul kitab (Nasrani) adalah pria Muslim yang punya basic 
   agama yg kuat. Pria yang mampu menjadi Imam bagi keluarganya. Jadi bukan 
   pria dengan keterbatasan ilmu akan agamanya sendiri dan dalam 
kesehariaannya 
   kurang taat dalam beribadah.
   
   Ketentuan ini tidak berlaku bagi wanita Muslim. Wanita Muslim tidak boleh 
   menikah dengan Pria ahlul kitab. Dia akan d anggap berzina sepanjang umur 
   pernikahannya.
   
   Sebaiknya pernikahan beda agama memang dihindari. Karna kondisi keimanan yg 
   seringkali turun naik.
   
   
   
   Regards,
   
   ... Maya Purnami ...
   
   
   
Happiness is not having what you want. It is wanting what you have 
   
   
   
   Sent from my BoldBlackBerry®
   powered by INDOSAT
   
   -Original Message-
   From: Ari Condro masar...@...
   
   Date: Mon, 24 Aug 2009 23:55:55
   To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
   Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Perkawinan Beda Agama
   
   
   kalo kisah teman saya rada lucu tapi miris juga.
   
   cowok muslim married sama cewek kristen. awalnya si cewek mau ikutan
   agama misoa, convert jadi muslim. ndilalah, pas udah punya anak dua,
   jalan 3 tahun perkawinan, si cewek balik ke kristen. si cowok rada
   mendelu juga sih, tapi gimana lagi. huahahaha ... :))
   
   
   
   2009/8/24 ritajkt rita...@...:
   
   
--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, monyongsexy monyongsexy@
wrote:
   
Tadi pas sahur sambil mendengarkan Quraish Shihab di Metro. Beliau
mengatakan kawin beda agama boleh hanya untuk Laki Muslim menikahi Wanita
non-muslim alasannya Laki kadang memaksa bahkan mengancam, dikhawatirkan
kalau Wanita muslim menikah dengan Laki Non-muslim nanti diancam untuk
meninggalkan agamanya.
   
Padahal saat ini banyak wanita ahli beladiri. Apakah kalau wanita seperti
itu kalau non-muslim tidak boleh dinikahi atau kalau muslim boleh menikah
dengan laki non-muslim? sebab dia jelas tidak akan takut diancam oleh 
pihak
laki.
   
Bahkan saat ini banyak suami takut istri. Apakah itu menunjukkan bahwa
kawin antara wanita Muslim dengan laki non-muslim bisa dipertimbangkan?
   
   
saya juga nonton Pak, dan jg punya pertanyaan yang kurang lebih sejenis,
walau berbeda sedikit. Yakni alasan dibolehkannya pria Muslim menikahi 
wanta
ahli kitab karena memakai konsruk sosial di jaman dahulu dimana suami
menjadi pemimpin keluarga dalam segala segi sehingga agama suami akan
otomatis diikuti oleh istri dan anak-anaknya. Sedangkan di jaman sekarang,
perempuan sudah tidak se-dependen jaman dulu pada suaminya sehingga, 
menurut
pak Quraish, perkawinan pria Muslim dan nonMuslim jadi berbeda bobotnya 
(dan
sebaiknya dihindari, begitu kan tausiyahnya semalam ya Pak Mony yg seksi?)
   
Lha nonton itu saya

Re: [wanita-muslimah] Re: Perkawinan Beda Agama

2009-08-25 Terurut Topik Ari Condro
lha kok jadi nyuruh nyuruh gitu.
malah resisten, jadi males nih, hahaha  :))





2009/8/25 linadahlan linadah...@yahoo.com:


 Ya sama aje. Cari tau kenape tuh bini kembali ke asal.

 --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Ari Condro masar...@... wrote:

 yg mualaf tuh ceweknya.
 kalo yg cowok asli muslim dari sononya,
 namanya aja pake muhammad.



 2009/8/25 linadahlan linadah...@...:
 
 
  Bergantung gimana si istri mikirnya/sanggupnya deh.
 
  Kalo gw seh, gw cari tau knp neh laki gw yang mualaf balik ke agama
  asal.
 
  wassalam,
 
  --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Ari Condro masarcon@ wrote:
 
  nah, terus solusinya gimana buat yg nikah sama mualaf. tapi si mualaf
  belakangan balik ke agama asal. padahal udah punya anak dua. masa
  ditinggal gitu ajah. orang kan butuh kedamaian dan butuh bertanggung
  jawab. ayah yang baik gitu lho.
 
 
 
  2009/8/25 linadahlan linadahlan@:
  
  
  
  
   http://epaper.republika.co.id/berita/18566/Prof_Dr_Muhammad_Quraish_Shihab_Menikahlah_dengan_Mempertimbangkan_Agama
  
   Lantas, bagaimana pandangannya terhadap masalah khilafiyah seperti
   menikah
   beda agama?
  
   Pria yang hapal Alquran ini mengimbau agar melihat konteks suatu ayat
   saat
   diturunkan. ''Dalam ayat yang membolehkan dan melarang nikah beda
   agama,
   kita harus jeli membaca latar belakang ayat tersebut turun. Bila
   tidak,
   kita
   akan terjerumus dalam perdebatan masalah-masalah sepele yang hanya
   menghabiskan energi saja,'' jelas Quraish.
  
   Selain aktif menulis dan berceramah, sejumlah jabatan penting juga
   pernah ia
   jalani, antara lain Menteri Agama, Duta Besar RI untuk Mesir, dan
   Rektor
   IAIN Jakarta kini Universitas Islam Negeri (UIN). Di tengah
   kesibukannya
   yang padat, doktor dari Universitas Al-Azhar Mesir ini tetap
   menyempatkan
   menjawab berbagai pertanyaan dari pembaca Republika secara ajeg.
   Kini,
   pria
   kelahiran Rappang, Sulawesi Selatan, 16 Februari 1946 ini sedang
   menyelesaikan Tafsir Al Misbah sebanyak 30 juz yang sekarang telah
   terbit 13
   volume. Dalam waktu dekat juga segera terbit dua bukunya, Bekal
   Perjalanan
   dan 40 Hadis Qudsi Pilihan. Berikut petikan wawancara dengannya
   seputar
   pernikahan beda agama.
  
   Pernyataan Nabi SAW menyebutkan ada tiga kriteria untuk melangsungkan
   pernikahan. Yaitu pilih materi, kecantikan, dan agama, maka pilihlah
   agamanya. Bisa Anda jelaskan hal ini?
   Hadis itu menggambarkan ada orang yang dorongan kawinnya itu harta,
   ada
   pula
   dorongan karena kecantikannya. Kalau yang mengatakannya itu penganjur
   agama,
   maka dia akan berkata, fazfar bizaati diniha (pilih agamanya). Tapi
   kalau
   hal itu diucapkan oleh bukan penganjur agama, maka dia akan
   mengatakan,
   pilih saja hartanya atau kecantikannya. Saya dapat mengatakan bahwa
   hampir
   semua yang kawin beda agama itu tidak menempatkan faktor dan nilai
   agama
   dalam pertimbangan utama tingkatan yang tinggi. Islam sudah demikian
   jelas,
   menempatkan pertimbangan agama pada tingkatan tertinggi, melebihi
   faktor-faktor lainnya.
  
   Anda tadi menegaskan, Islam tidak membolehkan nikah beda agama, bila
   pertimbangannya agama. Lantas bagaimana dengan ayat Alquran yang
   membolehkan
   pria Muslim menikahi wanita non-Islam?
   Ayat itu harus dilihat dalam konteks ajaran agama ketika itu. Kondisi
   masyarakat saat itu yang dominan adalah lelaki Muslim bisa
   mentoleransi
   istrinya melaksanakan tuntunan agamanya yang Yahudi atau Nasrani.
   Tetapi
   lelaki yang non-Muslim, karena dia dominan, bisa jadi memaksanakan
   istrinya
   untuk keluar dari agamanya.
  
   Mengapa?
   Antara lain karena non-Muslim tidak percaya Muhammad SAW itu nabi.
   Akan
   tetapi, seorang Muslim meskipun dia dominan, tetap percaya bahwa Isa
   AS
   adalah nabi, Musa AS itu nabi, dan dia percaya bahwa Islam itu
   mentoleransi
   setiap orang menjalankan agamanya masing-masing. Jadi Islam
   membenarkan
   Muslim (pria) menikahi non-Muslim (wanitanya). Sekarang ini,
   seandainya
   yang
   lebih dominan itu Muslimahnya, laki-laki non-Muslimnya yang
   minoritas,
   bisa
   nggak laki-laki itu dalam pertimbangan agamanya membenarkan Muslimah
   menjalankan agamanya yang dianut tersebut?
   Menurut agama si laki-laki itu kan tidak dibenarkan. Itu yang
   pertama.
   Sebaliknya, seandainya perempuan itu non-Muslim, dan laki-lakinya
   Muslim,
   tetapi kondisi sekarang ini menunjukkan bahwa perempuan bisa lebih
   dominan,
   maka hal itu terlarang secara syar'i (secara hukum Islam).
  
   Alasannya?
   Ya, dia (kaum perempuan itu) bisa mempengaruhi suaminya, bisa
   mempengaruhi
   anak-anaknya, dan akan menjadi penentu yang kuat dalam kehidupan
   mereka.
  
   Apa bedanya bila yang dominan itu kaum laki-laki, toh dia (laki-laki)
   itu
   juga akan mempengaruhi, seperti yang dilakukan wanita bila mereka
   mayoritas?
   Inilah yang saya katakan tadi, pertimbangannya adalah pertimbangan
   agama.
   Iya 

Re: [wanita-muslimah] Re: Perkawinan Beda Agama

2009-08-25 Terurut Topik sunny
Kawin sama agama belum tentu damai, tidak ada jaminan bahwa rumahtangga akan 
rukun, aman dan hidup sentosa. Tidak tipu-tipu isteri dan sebaliknya. 

Masalahnya sama denga kawain berbeda agama.

Unsur utama tergantung pada kesadaran mereka untuk hidup sebagai manusia 
beradab nan rukun damai penuh kasih. 

Lain dari pada kibulan belaka!

.

  - Original Message - 
  From: monyongsexy 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Tuesday, August 25, 2009 7:37 AM
  Subject: [wanita-muslimah] Re: Perkawinan Beda Agama


Menurut saya, perkawinan beda agama yg sekarang sebaiknya dilarang.

  Perkawinan beda agama boleh dengan wanita ahli kitab. Artinya mereka tetap 
beriman pada Allah Swt dan mengikuti ajaran para Nabi terdahulu. Sedangkan 
agama-agama di luar Islam saat ini sulit untuk mencari ahli kitab, yg ada 
adalah kaum musyriq sebab mereka menyekutukan Allah. Menikah dgn orang musriq 
hukumnya haram.

  --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Ari Condro masar...@... wrote:
  
   kalo kisah teman saya rada lucu tapi miris juga.
   
   cowok muslim married sama cewek kristen. awalnya si cewek mau ikutan
   agama misoa, convert jadi muslim. ndilalah, pas udah punya anak dua,
   jalan 3 tahun perkawinan, si cewek balik ke kristen. si cowok rada
   mendelu juga sih, tapi gimana lagi. huahahaha ... :))
   
   
   
   2009/8/24 ritajkt rita...@...:
   
   
--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, monyongsexy monyongsexy@
wrote:
   
Tadi pas sahur sambil mendengarkan Quraish Shihab di Metro. Beliau
mengatakan kawin beda agama boleh hanya untuk Laki Muslim menikahi Wanita
non-muslim alasannya Laki kadang memaksa bahkan mengancam, dikhawatirkan
kalau Wanita muslim menikah dengan Laki Non-muslim nanti diancam untuk
meninggalkan agamanya.
   
Padahal saat ini banyak wanita ahli beladiri. Apakah kalau wanita seperti
itu kalau non-muslim tidak boleh dinikahi atau kalau muslim boleh menikah
dengan laki non-muslim? sebab dia jelas tidak akan takut diancam oleh 
pihak
laki.
   
Bahkan saat ini banyak suami takut istri. Apakah itu menunjukkan bahwa
kawin antara wanita Muslim dengan laki non-muslim bisa dipertimbangkan?
   
   
saya juga nonton Pak, dan jg punya pertanyaan yang kurang lebih sejenis,
walau berbeda sedikit. Yakni alasan dibolehkannya pria Muslim menikahi 
wanta
ahli kitab karena memakai konsruk sosial di jaman dahulu dimana suami
menjadi pemimpin keluarga dalam segala segi sehingga agama suami akan
otomatis diikuti oleh istri dan anak-anaknya. Sedangkan di jaman sekarang,
perempuan sudah tidak se-dependen jaman dulu pada suaminya sehingga, 
menurut
pak Quraish, perkawinan pria Muslim dan nonMuslim jadi berbeda bobotnya 
(dan
sebaiknya dihindari, begitu kan tausiyahnya semalam ya Pak Mony yg seksi?)
   
Lha nonton itu saya langsung pengen nanya, kalo gitu, hal yg sebaliknya 
juga
terjadi dong sama perempuan Muslimah dan calon suami yang lelaki non 
Muslim?
Karena di jaman ini perempuan sudah tidak sedependen pd suaminya 
sebagaimana
ditakutkan sebagai alasan pelarangan itu, maka tentunya alasan pelarangan
perkawinan muslimah dan lelaki non Muslim otomatis bisa ditinjau ulang 
dong
yah?
   
eng ing enggg :))
   

   
   
   
   -- 
   salam,
   Ari
  



  

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [wanita-muslimah] Re: Perkawinan Beda Agama

2009-08-25 Terurut Topik Ari Condro
gimana yah, rumah tangga orang gitu lho.
lagian mereka di jogja.  susah kali ketemunya :))

makanya kalo pake acara dipaksa paksa
kan ane malah yg bete.  halah  !


2009/8/25 linadahlan linadah...@yahoo.com:


 Pan katanye mo cari solusi? yaaa..kudu di cari tau dulu kenapa
 kenapanya...:-))

 --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Ari Condro masar...@... wrote:

 lha kok jadi nyuruh nyuruh gitu.
 malah resisten, jadi males nih, hahaha  :))





 2009/8/25 linadahlan linadah...@...:
 
 
  Ya sama aje. Cari tau kenape tuh bini kembali ke asal.
 
  --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Ari Condro masarcon@ wrote:
 
  yg mualaf tuh ceweknya.
  kalo yg cowok asli muslim dari sononya,
  namanya aja pake muhammad.
 
 
 
  2009/8/25 linadahlan linadahlan@:
  
  
   Bergantung gimana si istri mikirnya/sanggupnya deh.
  
   Kalo gw seh, gw cari tau knp neh laki gw yang mualaf balik ke agama
   asal.
  
   wassalam,
  
   --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Ari Condro masarcon@ wrote:
  
   nah, terus solusinya gimana buat yg nikah sama mualaf. tapi si
   mualaf
   belakangan balik ke agama asal. padahal udah punya anak dua. masa
   ditinggal gitu ajah. orang kan butuh kedamaian dan butuh bertanggung
   jawab. ayah yang baik gitu lho.
  
  
  
   2009/8/25 linadahlan linadahlan@:
   
   
   
   
   
http://epaper.republika.co.id/berita/18566/Prof_Dr_Muhammad_Quraish_Shihab_Menikahlah_dengan_Mempertimbangkan_Agama
   
Lantas, bagaimana pandangannya terhadap masalah khilafiyah seperti
menikah
beda agama?
   
Pria yang hapal Alquran ini mengimbau agar melihat konteks suatu
ayat
saat
diturunkan. ''Dalam ayat yang membolehkan dan melarang nikah beda
agama,
kita harus jeli membaca latar belakang ayat tersebut turun. Bila
tidak,
kita
akan terjerumus dalam perdebatan masalah-masalah sepele yang hanya
menghabiskan energi saja,'' jelas Quraish.
   
Selain aktif menulis dan berceramah, sejumlah jabatan penting juga
pernah ia
jalani, antara lain Menteri Agama, Duta Besar RI untuk Mesir, dan
Rektor
IAIN Jakarta kini Universitas Islam Negeri (UIN). Di tengah
kesibukannya
yang padat, doktor dari Universitas Al-Azhar Mesir ini tetap
menyempatkan
menjawab berbagai pertanyaan dari pembaca Republika secara ajeg.
Kini,
pria
kelahiran Rappang, Sulawesi Selatan, 16 Februari 1946 ini sedang
menyelesaikan Tafsir Al Misbah sebanyak 30 juz yang sekarang telah
terbit 13
volume. Dalam waktu dekat juga segera terbit dua bukunya, Bekal
Perjalanan
dan 40 Hadis Qudsi Pilihan. Berikut petikan wawancara dengannya
seputar
pernikahan beda agama.
   
Pernyataan Nabi SAW menyebutkan ada tiga kriteria untuk
melangsungkan
pernikahan. Yaitu pilih materi, kecantikan, dan agama, maka
pilihlah
agamanya. Bisa Anda jelaskan hal ini?
Hadis itu menggambarkan ada orang yang dorongan kawinnya itu
harta,
ada
pula
dorongan karena kecantikannya. Kalau yang mengatakannya itu
penganjur
agama,
maka dia akan berkata, fazfar bizaati diniha (pilih agamanya).
Tapi
kalau
hal itu diucapkan oleh bukan penganjur agama, maka dia akan
mengatakan,
pilih saja hartanya atau kecantikannya. Saya dapat mengatakan
bahwa
hampir
semua yang kawin beda agama itu tidak menempatkan faktor dan nilai
agama
dalam pertimbangan utama tingkatan yang tinggi. Islam sudah
demikian
jelas,
menempatkan pertimbangan agama pada tingkatan tertinggi, melebihi
faktor-faktor lainnya.
   
Anda tadi menegaskan, Islam tidak membolehkan nikah beda agama,
bila
pertimbangannya agama. Lantas bagaimana dengan ayat Alquran yang
membolehkan
pria Muslim menikahi wanita non-Islam?
Ayat itu harus dilihat dalam konteks ajaran agama ketika itu.
Kondisi
masyarakat saat itu yang dominan adalah lelaki Muslim bisa
mentoleransi
istrinya melaksanakan tuntunan agamanya yang Yahudi atau Nasrani.
Tetapi
lelaki yang non-Muslim, karena dia dominan, bisa jadi memaksanakan
istrinya
untuk keluar dari agamanya.
   
Mengapa?
Antara lain karena non-Muslim tidak percaya Muhammad SAW itu nabi.
Akan
tetapi, seorang Muslim meskipun dia dominan, tetap percaya bahwa
Isa
AS
adalah nabi, Musa AS itu nabi, dan dia percaya bahwa Islam itu
mentoleransi
setiap orang menjalankan agamanya masing-masing. Jadi Islam
membenarkan
Muslim (pria) menikahi non-Muslim (wanitanya). Sekarang ini,
seandainya
yang
lebih dominan itu Muslimahnya, laki-laki non-Muslimnya yang
minoritas,
bisa
nggak laki-laki itu dalam pertimbangan agamanya membenarkan
Muslimah
menjalankan agamanya yang dianut tersebut?
Menurut agama si laki-laki itu kan tidak dibenarkan. Itu yang
pertama.
Sebaliknya, seandainya perempuan itu non-Muslim, dan laki-lakinya
Muslim,
tetapi kondisi sekarang ini 

Re: [wanita-muslimah] Re: Perkawinan Beda Agama

2009-08-25 Terurut Topik sunny
Benar, isteri Yasser Arafat beragama Kristen.

  - Original Message - 
  From: firman wiwaha 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Tuesday, August 25, 2009 3:52 AM
  Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Perkawinan Beda Agama


Kalo kayak Yasser Arafat dengan istrinya itu gossip atau kenyataan? 

   From: Ari Condro masar...@gmail.com
   Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Perkawinan Beda Agama
   To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
   Date: Tuesday, August 25, 2009, 9:43 AM
   lho awalnya agamanya sama. kan
   istrinya jadi mualaf, udah seiman dong.
   cuman di tengah jalan, setelah 5 tahun kawin, istrinya
   pindah agama.
   
   
   
   2009/8/25 Abdul Muiz mui...@yahoo.com:
   
   
1. yang ideal tentulah menikah seagama atau seiman.
2. karena sesuatu hal seseorang mengambil keputusan
   menikah beda agama, maka
tinggal menimbang dan memprediksi dampak positif dan
   negatifnya. Termasuk
dampak emosi dan spiritualnya.
3. setiap keputusan pasti mengandung resiko, Sedih
   terus kalau dipertahankan
sementara kalau berpisah masih cinta dan berat
   berpisah. Sebaiknya menempuh
jalur shalat istkharah berkali-kali agar decision yang
   dihasilkan mantab.
   
Salam
Abdul Mu'iz
   
--- Pada Sel, 25/8/09, Ari Condro masar...@gmail.com
   menulis:
   
Dari: Ari Condro masar...@gmail.com
Judul: Re: [wanita-muslimah] Re: Perkawinan Beda
   Agama
Kepada: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Tanggal: Selasa, 25 Agustus, 2009, 8:25 AM
   
   
   
kalau udah terlanjur, gimana ?
   
cerai ? udah ada anak dua lho, jie hehehe :))
   
2009/8/25 muizof mui...@yahoo. com:
   
   
   
   
   
Bagi yang bingung menyikapi fenomena pernikahan
   beda agama, berikut ada
   
tulisan menarik semoga bisa menjadi bahan renungan
   :
   
   
   
Salam
   
Abdul Mu'iz
   
   
   
Pernikahan Beda Agama
   
Ditulis oleh Komaruddin Hidayat
   
Jumat, 01 Mei 2009 14:46
   
   
   
TULISAN ini tidak hendak memasuki perdebatan
   teologis, apakah pernikahan
   
beda agama diperbolehkan ataukah tidak, melainkan
   sekadar menyajikan
catatan
   
psikologis problem yang muncul dari pasangan
   suami-istri yang berbeda
agama.
   
   
   
Berulang kali saya kedatangan tamu yang sekadar
   berkonsultasi mengenai
   
kehidupan rumah tangga mereka yang menghadapi
   problem akibat perbedaan
   
keyakinan agama,yang kemudian berimbas kepada
   anak-anak mereka. Ada juga
   
yang datang dengan status masih berpacaran dan
   bersiap memasuki jenjang
   
pernikahan.
   
   
   
Di antara kasus itu adalah memudarnya rumah tangga
   yang telah dibina
belasan
   
tahun, namun semakin hari serasa semakin kering,
   akibat perbedaan agama.
   
Pada mulanya, terutama sewaktu masih pacaran,
   
perbedaan itu dianggap sepele, bisa diatasi oleh
   cinta. Tetapi
lama-kelamaan
   
ternyata jarak itu tetap saja menganga.
   
   
   
Bayangkan saja, ketika seorang suami (yang
   beragama Islam) pergi umrah
atau
   
haji, adalah suatu kebahagiaan jika istri dan
   anak-anaknya bisa ikut
   
bersamanya. Tetapi alangkah sedihnya ketika istri
   dan
   
anak-anaknya lebih memilih pergi ke gereja. Salah
   satu kebahagiaan seorang
   
ayah muslim adalah menjadi imam salat berjamaah
   bersama anak istri.
   
   
   
Begitu pun ketika Ramadhan tiba, suasana ibadah
   puasa menjadi perekat
batin
   
kehidupan keluarga. Tetapi keinginan itu sulit
   terpenuhi ketika
pasangannya
   
berbeda agama. Di sisi istrinya, yang kebetulan
   beragama Kristen misalnya,
   
pasti akan merasakan hal yang sama, betapa
   indahnya melakukan kebaktikan
di
   
gereja bersanding dengan suami. Namun itu hanya
   keinginan belaka.
   
   
   
Ada seorang ibu yang merasa beruntung karena
   anak-anaknya ikut agama
ibunya.
   
Kondisi ini membuat ayahnya merasa kesepian ketika
   ingin berbagi
pengetahuan
   
dan pengalaman beragama. Di zaman yang semakin
   plural ini pernikahan beda
   
agama kelihatannya semakin bertambah. Terlepas
   dari persoalan teologis dan
   
keyakinan agama, perlu diingat bahwa tujuan
   berumah tangga itu untuk
meraih
   
kebahagiaan. Untuk itu kecocokan dan saling
   pengertian sangat penting
   
terpelihara dan tumbuh.
   
   
   
Bahwa karakter suami dan istri masing-masing
   berbeda, itu suatu
keniscayaan.
   
Misalnya saja perbedaan usia, perbedaan kelas
   sosial, perbedaan
pendidikan,
   
semuanya itu hal yang wajar selama keduanya
   
saling menerima dan saling melengkapi.
   
   
   
Namun, untuk kehidupan keluarga di Indonesia,
   perbedaan agama menjadi
   
krusial karena peristiwa akad nikah tidak saja
   mempertemukan suami-istri,
   
melainkan juga keluarga besarnya. Jadi perlu
   dipikirkan matangmatang
ketika
   
perbedaan itu mengenai

Re: [wanita-muslimah] Re: Perkawinan Beda Agama

2009-08-25 Terurut Topik Ari Condro
istri nabi juga ada yang kristen,
ada juga yang yahudi.


2009/8/26 sunny am...@tele2.se:


 Benar, isteri Yasser Arafat beragama Kristen.

 - Original Message -
 From: firman wiwaha
 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
 Sent: Tuesday, August 25, 2009 3:52 AM
 Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Perkawinan Beda Agama

 Kalo kayak Yasser Arafat dengan istrinya itu gossip atau kenyataan?

 From: Ari Condro masar...@gmail.com
 Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Perkawinan Beda Agama
 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
 Date: Tuesday, August 25, 2009, 9:43 AM
 lho awalnya agamanya sama. kan
 istrinya jadi mualaf, udah seiman dong.
 cuman di tengah jalan, setelah 5 tahun kawin, istrinya
 pindah agama.



 2009/8/25 Abdul Muiz mui...@yahoo.com:
 
 
  1. yang ideal tentulah menikah seagama atau seiman.
  2. karena sesuatu hal seseorang mengambil keputusan
 menikah beda agama, maka
  tinggal menimbang dan memprediksi dampak positif dan
 negatifnya. Termasuk
  dampak emosi dan spiritualnya.
  3. setiap keputusan pasti mengandung resiko, Sedih
 terus kalau dipertahankan
  sementara kalau berpisah masih cinta dan berat
 berpisah. Sebaiknya menempuh
  jalur shalat istkharah berkali-kali agar decision yang
 dihasilkan mantab.
 
  Salam
  Abdul Mu'iz
 
  --- Pada Sel, 25/8/09, Ari Condro masar...@gmail.com
 menulis:
 
  Dari: Ari Condro masar...@gmail.com
  Judul: Re: [wanita-muslimah] Re: Perkawinan Beda
 Agama
  Kepada: wanita-muslimah@yahoogroups.com
  Tanggal: Selasa, 25 Agustus, 2009, 8:25 AM
 
 
 
  kalau udah terlanjur, gimana ?
 
  cerai ? udah ada anak dua lho, jie hehehe :))
 
  2009/8/25 muizof mui...@yahoo. com:
 
 
 
 
 
  Bagi yang bingung menyikapi fenomena pernikahan
 beda agama, berikut ada
 
  tulisan menarik semoga bisa menjadi bahan renungan
 :
 
 
 
  Salam
 
  Abdul Mu'iz
 
 
 
  Pernikahan Beda Agama
 
  Ditulis oleh Komaruddin Hidayat
 
  Jumat, 01 Mei 2009 14:46
 
 
 
  TULISAN ini tidak hendak memasuki perdebatan
 teologis, apakah pernikahan
 
  beda agama diperbolehkan ataukah tidak, melainkan
 sekadar menyajikan
  catatan
 
  psikologis problem yang muncul dari pasangan
 suami-istri yang berbeda
  agama.
 
 
 
  Berulang kali saya kedatangan tamu yang sekadar
 berkonsultasi mengenai
 
  kehidupan rumah tangga mereka yang menghadapi
 problem akibat perbedaan
 
  keyakinan agama,yang kemudian berimbas kepada
 anak-anak mereka. Ada juga
 
  yang datang dengan status masih berpacaran dan
 bersiap memasuki jenjang
 
  pernikahan.
 
 
 
  Di antara kasus itu adalah memudarnya rumah tangga
 yang telah dibina
  belasan
 
  tahun, namun semakin hari serasa semakin kering,
 akibat perbedaan agama.
 
  Pada mulanya, terutama sewaktu masih pacaran,
 
  perbedaan itu dianggap sepele, bisa diatasi oleh
 cinta. Tetapi
  lama-kelamaan
 
  ternyata jarak itu tetap saja menganga.
 
 
 
  Bayangkan saja, ketika seorang suami (yang
 beragama Islam) pergi umrah
  atau
 
  haji, adalah suatu kebahagiaan jika istri dan
 anak-anaknya bisa ikut
 
  bersamanya. Tetapi alangkah sedihnya ketika istri
 dan
 
  anak-anaknya lebih memilih pergi ke gereja. Salah
 satu kebahagiaan seorang
 
  ayah muslim adalah menjadi imam salat berjamaah
 bersama anak istri.
 
 
 
  Begitu pun ketika Ramadhan tiba, suasana ibadah
 puasa menjadi perekat
  batin
 
  kehidupan keluarga. Tetapi keinginan itu sulit
 terpenuhi ketika
  pasangannya
 
  berbeda agama. Di sisi istrinya, yang kebetulan
 beragama Kristen misalnya,
 
  pasti akan merasakan hal yang sama, betapa
 indahnya melakukan kebaktikan
  di
 
  gereja bersanding dengan suami. Namun itu hanya
 keinginan belaka.
 
 
 
  Ada seorang ibu yang merasa beruntung karena
 anak-anaknya ikut agama
  ibunya.
 
  Kondisi ini membuat ayahnya merasa kesepian ketika
 ingin berbagi
  pengetahuan
 
  dan pengalaman beragama. Di zaman yang semakin
 plural ini pernikahan beda
 
  agama kelihatannya semakin bertambah. Terlepas
 dari persoalan teologis dan
 
  keyakinan agama, perlu diingat bahwa tujuan
 berumah tangga itu untuk
  meraih
 
  kebahagiaan. Untuk itu kecocokan dan saling
 pengertian sangat penting
 
  terpelihara dan tumbuh.
 
 
 
  Bahwa karakter suami dan istri masing-masing
 berbeda, itu suatu
  keniscayaan.
 
  Misalnya saja perbedaan usia, perbedaan kelas
 sosial, perbedaan
  pendidikan,
 
  semuanya itu hal yang wajar selama keduanya
 
  saling menerima dan saling melengkapi.
 
 
 
  Namun, untuk kehidupan keluarga di Indonesia,
 perbedaan agama menjadi
 
  krusial karena peristiwa akad nikah tidak saja
 mempertemukan suami-istri,
 
  melainkan juga keluarga besarnya. Jadi perlu
 dipikirkan matangmatang
  ketika
 
  perbedaan itu mengenai keyakinan agama.Problem itu
 semakin terasa terutama
 
  ketika sebuah pasangan beda agama telah memiliki
 anak.
 
 
 
  Orang tua biasanya berebut pengaruh agar anaknya
 mengikuti agama yang
 
  diyakininya. Kalau ayahnya Islam, dia ingin
 anaknya menjadi muslim. Kalau
 
  ibunya Kristen dia ingin anaknya memeluk Kristen.
 Anak yang

Re: [wanita-muslimah] Re: Perkawinan Beda Agama

2009-08-25 Terurut Topik Ari Condro
wah, iya yah, kemarin aku nanya solusi. :))
gimana bisa kasih solusi, kalau penyebabnya
gak tahu, dan gak ada masalah.

so, dibiarkan saja ? percaya pada aktor pelakunya
sendiri adalah jalan terbaik ?  kalau memang mbak lina
berpendapat seperti itu, yah, sama seperti yang
saya lakukan sekarang donk.

cuman saya khawatir salah aja. ntar dianggap
membiarkan teman.  hehehe ... :))




2009/8/26 linadahlan linadah...@yahoo.com:


 Ya udah kalo gitu gak usah nanya solusi dah. Biar mereka sendiri yang nemuin
 solusinya yak. Semoga.

 Wassalam,


Re: [wanita-muslimah] Re: Perkawinan Beda Agama

2009-08-25 Terurut Topik achmad chodjim
Nailah (silakan cek namanya mungkin saya salah) istri Sahabat Utsman bin Affan 
juga tetap Nasrani hingga Utsman yang sebagai khalifah terbunuh.

Doakan saja mereka yang sudah menjadi suami istri itu tetap berbahagia, 
harmonis, meski terjadi perbedaan agama --baik berbeda sebelum menikah maupun 
setelah terjadi pernikahan.

Wassalam,

chodjim


- Original Message - 
  From: Ari Condro 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Monday, August 24, 2009 7:54 PM
  Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Perkawinan Beda Agama


yasernya keburu dut sih.
  kalo enggak kita bisa belajar dari
  apa yg bakalan terjadi di antara mereka.

  suha tawil masih kristen kan sampai sekarang ?

  2009/8/25 firman wiwaha fwiw...@yahoo.com:
  
  
   Kalo kayak Yasser Arafat dengan istrinya itu gossip atau kenyataan?
  
   From: Ari Condro masar...@gmail.com
   Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Perkawinan Beda Agama
   To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
   Date: Tuesday, August 25, 2009, 9:43 AM
  
   lho awalnya agamanya sama. kan
   istrinya jadi mualaf, udah seiman dong.
   cuman di tengah jalan, setelah 5 tahun kawin, istrinya
   pindah agama.
  
  
  
   2009/8/25 Abdul Muiz mui...@yahoo.com:
   
   
1. yang ideal tentulah menikah seagama atau seiman.
2. karena sesuatu hal seseorang mengambil keputusan
   menikah beda agama, maka
tinggal menimbang dan memprediksi dampak positif dan
   negatifnya. Termasuk
dampak emosi dan spiritualnya.
3. setiap keputusan pasti mengandung resiko, Sedih
   terus kalau dipertahankan
sementara kalau berpisah masih cinta dan berat
   berpisah. Sebaiknya menempuh
jalur shalat istkharah berkali-kali agar decision yang
   dihasilkan mantab.
   
Salam
Abdul Mu'iz
   
--- Pada Sel, 25/8/09, Ari Condro masar...@gmail.com
   menulis:
   
Dari: Ari Condro masar...@gmail.com
Judul: Re: [wanita-muslimah] Re: Perkawinan Beda
   Agama
Kepada: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Tanggal: Selasa, 25 Agustus, 2009, 8:25 AM
   
   
   
kalau udah terlanjur, gimana ?
   
cerai ? udah ada anak dua lho, jie hehehe :))
   
2009/8/25 muizof mui...@yahoo. com:
   
   
   
   
   
Bagi yang bingung menyikapi fenomena pernikahan
   beda agama, berikut ada
   
tulisan menarik semoga bisa menjadi bahan renungan
   :
   
   
   
Salam
   
Abdul Mu'iz
   
   
   
Pernikahan Beda Agama
   
Ditulis oleh Komaruddin Hidayat
   
Jumat, 01 Mei 2009 14:46
   
   
   
TULISAN ini tidak hendak memasuki perdebatan
   teologis, apakah pernikahan
   
beda agama diperbolehkan ataukah tidak, melainkan
   sekadar menyajikan
catatan
   
psikologis problem yang muncul dari pasangan
   suami-istri yang berbeda
agama.
   
   
   
Berulang kali saya kedatangan tamu yang sekadar
   berkonsultasi mengenai
   
kehidupan rumah tangga mereka yang menghadapi
   problem akibat perbedaan
   
keyakinan agama,yang kemudian berimbas kepada
   anak-anak mereka. Ada juga
   
yang datang dengan status masih berpacaran dan
   bersiap memasuki jenjang
   
pernikahan.
   
   
   
Di antara kasus itu adalah memudarnya rumah tangga
   yang telah dibina
belasan
   
tahun, namun semakin hari serasa semakin kering,
   akibat perbedaan agama.
   
Pada mulanya, terutama sewaktu masih pacaran,
   
perbedaan itu dianggap sepele, bisa diatasi oleh
   cinta. Tetapi
lama-kelamaan
   
ternyata jarak itu tetap saja menganga.
   
   
   
Bayangkan saja, ketika seorang suami (yang
   beragama Islam) pergi umrah
atau
   
haji, adalah suatu kebahagiaan jika istri dan
   anak-anaknya bisa ikut
   
bersamanya. Tetapi alangkah sedihnya ketika istri
   dan
   
anak-anaknya lebih memilih pergi ke gereja. Salah
   satu kebahagiaan seorang
   
ayah muslim adalah menjadi imam salat berjamaah
   bersama anak istri.
   
   
   
Begitu pun ketika Ramadhan tiba, suasana ibadah
   puasa menjadi perekat
batin
   
kehidupan keluarga. Tetapi keinginan itu sulit
   terpenuhi ketika
pasangannya
   
berbeda agama. Di sisi istrinya, yang kebetulan
   beragama Kristen misalnya,
   
pasti akan merasakan hal yang sama, betapa
   indahnya melakukan kebaktikan
di
   
gereja bersanding dengan suami. Namun itu hanya
   keinginan belaka.
   
   
   
Ada seorang ibu yang merasa beruntung karena
   anak-anaknya ikut agama
ibunya.
   
Kondisi ini membuat ayahnya merasa kesepian ketika
   ingin berbagi
pengetahuan
   
dan pengalaman beragama. Di zaman yang semakin
   plural ini pernikahan beda
   
agama kelihatannya semakin bertambah. Terlepas
   dari persoalan teologis dan
   
keyakinan agama, perlu diingat bahwa tujuan
   berumah tangga itu untuk
meraih
   
kebahagiaan. Untuk itu kecocokan dan saling
   pengertian sangat penting
   
terpelihara dan tumbuh.
   
   
   
Bahwa karakter suami dan istri masing-masing
   berbeda, itu suatu

Re: [wanita-muslimah] Re: Perkawinan Beda Agama

2009-08-25 Terurut Topik achmad chodjim
Yang jelas, tidak ada nash yang qath'i (tegas) dalam Alquran bahwa lelaki 
agama A tidak boleh kawin dengan perempuan agama B, dan sebaliknya. 
Larangan-larangan itu umumnya dari pendapat ulama --sekali lagi pendapat 
ulama. Lebih bahaya lagi kalau dinyatakan berzina seumur hidup; wah yang 
berani mengatakan begitu harus dijilid (dicambuk) kalau menurut Alquran 
karena telah menuduh berzina tanpa mendatangkan 4 saksi! Ngeri. 
aaahh, hihihi

Wassalam,

chodjim


- Original Message - 
From: ... Maya Purnomo ... hayu.arta...@gmail.com
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Sent: Monday, August 24, 2009 2:45 PM
Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Perkawinan Beda Agama


Perkawinan beda agama memang mengandung resiko yg besar. Pria Muslim yg 
menikahi wanita ahlul kitab (Nasrani) adalah pria Muslim yang punya basic 
agama yg kuat. Pria yang mampu menjadi Imam bagi keluarganya. Jadi bukan 
pria dengan keterbatasan ilmu akan agamanya sendiri dan dalam kesehariaannya 
kurang taat dalam beribadah.

Ketentuan ini tidak berlaku bagi wanita Muslim. Wanita Muslim tidak boleh 
menikah dengan Pria ahlul kitab. Dia akan d anggap berzina sepanjang umur 
pernikahannya.

Sebaiknya pernikahan beda agama memang dihindari. Karna kondisi keimanan yg 
seringkali turun naik.



Regards,

... Maya Purnami ...



 Happiness is not having what you want. It is wanting what you have 



Sent from my BoldBlackBerry®
powered by INDOSAT

-Original Message-
From: Ari Condro masar...@gmail.com

Date: Mon, 24 Aug 2009 23:55:55
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Perkawinan Beda Agama


kalo kisah teman saya rada lucu tapi miris juga.

cowok muslim married sama cewek kristen.  awalnya si cewek mau ikutan
agama misoa, convert jadi muslim.  ndilalah, pas udah punya anak dua,
jalan 3 tahun perkawinan, si cewek balik ke kristen.  si cowok rada
mendelu juga sih, tapi gimana lagi.  huahahaha ... :))



2009/8/24 ritajkt rita...@yahoo.com:


 --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, monyongsexy monyongs...@...
 wrote:

 Tadi pas sahur sambil mendengarkan Quraish Shihab di Metro. Beliau
 mengatakan kawin beda agama boleh hanya untuk Laki Muslim menikahi Wanita
 non-muslim alasannya Laki kadang memaksa bahkan mengancam, dikhawatirkan
 kalau Wanita muslim menikah dengan Laki Non-muslim nanti diancam untuk
 meninggalkan agamanya.

 Padahal saat ini banyak wanita ahli beladiri. Apakah kalau wanita seperti
 itu kalau non-muslim tidak boleh dinikahi atau kalau muslim boleh menikah
 dengan laki non-muslim? sebab dia jelas tidak akan takut diancam oleh 
 pihak
 laki.

 Bahkan saat ini banyak suami takut istri. Apakah itu menunjukkan bahwa
 kawin antara wanita Muslim dengan laki non-muslim bisa dipertimbangkan?


 saya juga nonton Pak, dan jg punya pertanyaan yang kurang lebih sejenis,
 walau berbeda sedikit. Yakni alasan dibolehkannya pria Muslim menikahi 
 wanta
 ahli kitab karena memakai konsruk sosial di jaman dahulu dimana suami
 menjadi pemimpin keluarga dalam segala segi sehingga agama suami akan
 otomatis diikuti oleh istri dan anak-anaknya. Sedangkan di jaman sekarang,
 perempuan sudah tidak se-dependen jaman dulu pada suaminya sehingga, 
 menurut
 pak Quraish, perkawinan pria Muslim dan nonMuslim jadi berbeda bobotnya 
 (dan
 sebaiknya dihindari, begitu kan tausiyahnya semalam ya Pak Mony yg seksi?)

 Lha nonton itu saya langsung pengen nanya, kalo gitu, hal yg sebaliknya 
 juga
 terjadi dong sama perempuan Muslimah dan calon suami yang lelaki non 
 Muslim?
 Karena di jaman ini perempuan sudah tidak sedependen pd suaminya 
 sebagaimana
 ditakutkan sebagai alasan pelarangan itu, maka tentunya alasan pelarangan
 perkawinan muslimah dan lelaki non Muslim otomatis bisa ditinjau ulang 
 dong
 yah?

 eng ing enggg :))





-- 
salam,
Ari



[Non-text portions of this message have been removed]





===
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscr...@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejaht...@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelism...@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.Yahoo! Groups Links





Re: [wanita-muslimah] Re: Perkawinan Beda Agama

2009-08-25 Terurut Topik Ari Condro
yah, pas ke rumahnya sih, dia sempat kelepasan omong, nyeletuk gitu,
kalo dia sekarang di rumah jadi muslim sendirian, soalnya istrinya
convert balik ke kristen.

tapi abis itu dia ngeluarin poster, foto foto keluarganya buat
nunjukin kalo dia hepi.  nah lho.  btw, gak sempat curhat curhatan
lama, soalnya rumah dia lagi penuh soale ada mertua, jadi abis itu
acara dilanjut nonton serial HEROES yg terbaru, abis itu pulang deh.
:))




2009/8/26 linadahlan linadah...@yahoo.com:


 Ya iya lah. Yang jalanin aje gak merasa bermasalah, ngapa juga kita jadiin
 itu masalah kite. Kecuali kalo ntu orang dateng ke Masarcon trus curhat
 masalahnye and minta solusi, lah..pastinya masarcon juga akan tanya in
 detail awalnya gimana, penyebabnya apa.

 Kemaren ade temen pere yg curhat ke daku...he..he..masalahnye sih cucok
 dengan masalah yang rame kemaren diobrolin disini soal seks pasutri. Karena
 die yang udah buka masalahnye and lagi pusing die ama hadist yang katanye
 'malaikat akan melaknat istri yang menolak burhub intim sama suaminya, bila
 suaminya marah'. Soal seksnya, daku sih hanya suruh die curhat ke ahlinya
 deh. Kalo soal hadistnye, daku cuma bilang yak udah berdo'a aja agar
 suamimu sabar dan gak marah, jadi malaikat gak melaknat... Padahal karena
 daku jg gak tau status hadist ini...:-))

 wassalam,

 --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Ari Condro masar...@... wrote:

 wah, iya yah, kemarin aku nanya solusi. :))
 gimana bisa kasih solusi, kalau penyebabnya
 gak tahu, dan gak ada masalah.

 so, dibiarkan saja ? percaya pada aktor pelakunya
 sendiri adalah jalan terbaik ? kalau memang mbak lina
 berpendapat seperti itu, yah, sama seperti yang
 saya lakukan sekarang donk.

 cuman saya khawatir salah aja. ntar dianggap
 membiarkan teman. hehehe ... :))




 2009/8/26 linadahlan linadah...@...:
 
 
  Ya udah kalo gitu gak usah nanya solusi dah. Biar mereka sendiri yang
  nemuin
  solusinya yak. Semoga.
 
  Wassalam,


 



-- 
salam,
Ari


Re: [wanita-muslimah] Re: Perkawinan Beda Agama

2009-08-24 Terurut Topik Ari Condro
kalo kisah teman saya rada lucu tapi miris juga.

cowok muslim married sama cewek kristen.  awalnya si cewek mau ikutan
agama misoa, convert jadi muslim.  ndilalah, pas udah punya anak dua,
jalan 3 tahun perkawinan, si cewek balik ke kristen.  si cowok rada
mendelu juga sih, tapi gimana lagi.  huahahaha ... :))



2009/8/24 ritajkt rita...@yahoo.com:


 --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, monyongsexy monyongs...@...
 wrote:

 Tadi pas sahur sambil mendengarkan Quraish Shihab di Metro. Beliau
 mengatakan kawin beda agama boleh hanya untuk Laki Muslim menikahi Wanita
 non-muslim alasannya Laki kadang memaksa bahkan mengancam, dikhawatirkan
 kalau Wanita muslim menikah dengan Laki Non-muslim nanti diancam untuk
 meninggalkan agamanya.

 Padahal saat ini banyak wanita ahli beladiri. Apakah kalau wanita seperti
 itu kalau non-muslim tidak boleh dinikahi atau kalau muslim boleh menikah
 dengan laki non-muslim? sebab dia jelas tidak akan takut diancam oleh pihak
 laki.

 Bahkan saat ini banyak suami takut istri. Apakah itu menunjukkan bahwa
 kawin antara wanita Muslim dengan laki non-muslim bisa dipertimbangkan?


 saya juga nonton Pak, dan jg punya pertanyaan yang kurang lebih sejenis,
 walau berbeda sedikit. Yakni alasan dibolehkannya pria Muslim menikahi wanta
 ahli kitab karena memakai konsruk sosial di jaman dahulu dimana suami
 menjadi pemimpin keluarga dalam segala segi sehingga agama suami akan
 otomatis diikuti oleh istri dan anak-anaknya. Sedangkan di jaman sekarang,
 perempuan sudah tidak se-dependen jaman dulu pada suaminya sehingga, menurut
 pak Quraish, perkawinan pria Muslim dan nonMuslim jadi berbeda bobotnya (dan
 sebaiknya dihindari, begitu kan tausiyahnya semalam ya Pak Mony yg seksi?)

 Lha nonton itu saya langsung pengen nanya, kalo gitu, hal yg sebaliknya juga
 terjadi dong sama perempuan Muslimah dan calon suami yang lelaki non Muslim?
 Karena di jaman ini perempuan sudah tidak sedependen pd suaminya sebagaimana
 ditakutkan sebagai alasan pelarangan itu, maka tentunya alasan pelarangan
 perkawinan muslimah dan lelaki non Muslim otomatis bisa ditinjau ulang dong
 yah?

 eng ing enggg :))

 



-- 
salam,
Ari


Re: [wanita-muslimah] Re: Perkawinan Beda Agama

2009-08-24 Terurut Topik Ari Condro
kalau udah terlanjur, gimana ?
cerai ? udah ada anak dua lho, jie hehehe :))




2009/8/25 muizof mui...@yahoo.com:


 Bagi yang bingung menyikapi fenomena pernikahan beda agama, berikut ada
 tulisan menarik semoga bisa menjadi bahan renungan :

 Salam
 Abdul Mu'iz

 Pernikahan Beda Agama
 Ditulis oleh Komaruddin Hidayat
 Jumat, 01 Mei 2009 14:46

 TULISAN ini tidak hendak memasuki perdebatan teologis, apakah pernikahan
 beda agama diperbolehkan ataukah tidak, melainkan sekadar menyajikan catatan
 psikologis problem yang muncul dari pasangan suami-istri yang berbeda agama.

 Berulang kali saya kedatangan tamu yang sekadar berkonsultasi mengenai
 kehidupan rumah tangga mereka yang menghadapi problem akibat perbedaan
 keyakinan agama,yang kemudian berimbas kepada anak-anak mereka. Ada juga
 yang datang dengan status masih berpacaran dan bersiap memasuki jenjang
 pernikahan.

 Di antara kasus itu adalah memudarnya rumah tangga yang telah dibina belasan
 tahun, namun semakin hari serasa semakin kering, akibat perbedaan agama.
 Pada mulanya, terutama sewaktu masih pacaran,
 perbedaan itu dianggap sepele, bisa diatasi oleh cinta. Tetapi lama-kelamaan
 ternyata jarak itu tetap saja menganga.

 Bayangkan saja, ketika seorang suami (yang beragama Islam) pergi umrah atau
 haji, adalah suatu kebahagiaan jika istri dan anak-anaknya bisa ikut
 bersamanya. Tetapi alangkah sedihnya ketika istri dan
 anak-anaknya lebih memilih pergi ke gereja. Salah satu kebahagiaan seorang
 ayah muslim adalah menjadi imam salat berjamaah bersama anak istri.

 Begitu pun ketika Ramadhan tiba, suasana ibadah puasa menjadi perekat batin
 kehidupan keluarga. Tetapi keinginan itu sulit terpenuhi ketika pasangannya
 berbeda agama. Di sisi istrinya, yang kebetulan beragama Kristen misalnya,
 pasti akan merasakan hal yang sama, betapa indahnya melakukan kebaktikan di
 gereja bersanding dengan suami. Namun itu hanya keinginan belaka.

 Ada seorang ibu yang merasa beruntung karena anak-anaknya ikut agama ibunya.
 Kondisi ini membuat ayahnya merasa kesepian ketika ingin berbagi pengetahuan
 dan pengalaman beragama. Di zaman yang semakin plural ini pernikahan beda
 agama kelihatannya semakin bertambah. Terlepas dari persoalan teologis dan
 keyakinan agama, perlu diingat bahwa tujuan berumah tangga itu untuk meraih
 kebahagiaan. Untuk itu kecocokan dan saling pengertian sangat penting
 terpelihara dan tumbuh.

 Bahwa karakter suami dan istri masing-masing berbeda, itu suatu keniscayaan.
 Misalnya saja perbedaan usia, perbedaan kelas sosial, perbedaan pendidikan,
 semuanya itu hal yang wajar selama keduanya
 saling menerima dan saling melengkapi.

 Namun, untuk kehidupan keluarga di Indonesia, perbedaan agama menjadi
 krusial karena peristiwa akad nikah tidak saja mempertemukan suami-istri,
 melainkan juga keluarga besarnya. Jadi perlu dipikirkan matangmatang ketika
 perbedaan itu mengenai keyakinan agama.Problem itu semakin terasa terutama
 ketika sebuah pasangan beda agama telah memiliki anak.

 Orang tua biasanya berebut pengaruh agar anaknya mengikuti agama yang
 diyakininya. Kalau ayahnya Islam, dia ingin anaknya menjadi muslim. Kalau
 ibunya Kristen dia ingin anaknya memeluk Kristen. Anak yang mestinya menjadi
 perekat orang tua sebagai suami-isteri, kadang kala menjadi sumber
 perselisihan. Orang tua saling berebut menanamkan pengaruh masing-masing.
 Mengapa agama menjadi persoalan?

 Karena agama ibarat pakaian yang digunakan seumur hidup. Spirit, keyakinan,
 dan tradisi agama senantiasa melekat pada setiap individu yang
 beragama,termasuk dalam kehidupan rumah tangga. Di sana terdapat
 ritual-ritual keagamaan yang idealnya dijaga dan dilaksanakan secara
 kolektif dalam kehidupan rumah tangga. Contohnya pelaksanaan salat berjamaah
 dalam keluarga muslim, atau ritual berpuasa. Semua ini akan terasa indah dan
 nyaman ketika dilakukan secara kompak oleh
 seluruh keluarga.

 Setelah salat berjamaah, seorang ayah yang bertindak sebagai imam lalu
 menyampaikan kultum dan dialog, tukar-menukar pengalaman untuk memaknai
 hidup. Suasana yang begitu indah dan religius itu sulit diwujudkan ketika
 pasangan hidupnya berbeda agama. Kenikmatan berkeluarga ada yang hilang.
 Jadi, sepanjang pengamatan saya, secara psikologis pernikahan beda agama
 menyimpan masalah yang bisa menggerogoti kebahagiaan. Ini tidak berarti
 pernikahan satu agama akan terbebas dari masalah.

 Namun perbedaan agama bagi kehidupan rumah tangga di Indonesia selalu
 dipandang serius. Ada suatu kompetisi antara ayah dan ibu untuk memengaruhi
 anak-anak sehingga anak jadi bingung. Namun ada juga yang malah menjadi
 lebih dewasa dan kritis.

 Pasangan yang berbeda agama masing-masing akan berharap dan yakin suatu saat
 pasangannya akan berpindah agama. Seorang teman bercerita, ada seorang suami
 yang rajin salat, puasa, dan senantiasa berdoa agar istrinya yang beragama
 Katolik mendapat hidayah sehingga menjadi muslimah.

 Dengan segala kesabarannya sampai dikaruniai dua anak, istrinya 

Re: [wanita-muslimah] Re: Perkawinan Beda Agama

2009-08-24 Terurut Topik Abdul Muiz
1. yang ideal tentulah menikah seagama atau seiman.
2. karena sesuatu hal seseorang mengambil keputusan menikah beda agama, maka 
tinggal menimbang dan memprediksi dampak positif dan negatifnya. Termasuk 
dampak emosi dan spiritualnya.
3. setiap keputusan pasti mengandung resiko, Sedih terus kalau dipertahankan 
sementara kalau berpisah masih cinta dan berat berpisah. Sebaiknya menempuh 
jalur shalat istkharah berkali-kali agar decision yang dihasilkan mantab.

Salam
Abdul Mu'iz

--- Pada Sel, 25/8/09, Ari Condro masar...@gmail.com menulis:

Dari: Ari Condro masar...@gmail.com
Judul: Re: [wanita-muslimah] Re: Perkawinan Beda Agama
Kepada: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Tanggal: Selasa, 25 Agustus, 2009, 8:25 AM






 





  kalau udah terlanjur, gimana ?

cerai ? udah ada anak dua lho, jie hehehe :))



2009/8/25 muizof mui...@yahoo. com:





 Bagi yang bingung menyikapi fenomena pernikahan beda agama, berikut ada

 tulisan menarik semoga bisa menjadi bahan renungan :



 Salam

 Abdul Mu'iz



 Pernikahan Beda Agama

 Ditulis oleh Komaruddin Hidayat

 Jumat, 01 Mei 2009 14:46



 TULISAN ini tidak hendak memasuki perdebatan teologis, apakah pernikahan

 beda agama diperbolehkan ataukah tidak, melainkan sekadar menyajikan catatan

 psikologis problem yang muncul dari pasangan suami-istri yang berbeda agama.



 Berulang kali saya kedatangan tamu yang sekadar berkonsultasi mengenai

 kehidupan rumah tangga mereka yang menghadapi problem akibat perbedaan

 keyakinan agama,yang kemudian berimbas kepada anak-anak mereka. Ada juga

 yang datang dengan status masih berpacaran dan bersiap memasuki jenjang

 pernikahan.



 Di antara kasus itu adalah memudarnya rumah tangga yang telah dibina belasan

 tahun, namun semakin hari serasa semakin kering, akibat perbedaan agama.

 Pada mulanya, terutama sewaktu masih pacaran,

 perbedaan itu dianggap sepele, bisa diatasi oleh cinta. Tetapi lama-kelamaan

 ternyata jarak itu tetap saja menganga.



 Bayangkan saja, ketika seorang suami (yang beragama Islam) pergi umrah atau

 haji, adalah suatu kebahagiaan jika istri dan anak-anaknya bisa ikut

 bersamanya. Tetapi alangkah sedihnya ketika istri dan

 anak-anaknya lebih memilih pergi ke gereja. Salah satu kebahagiaan seorang

 ayah muslim adalah menjadi imam salat berjamaah bersama anak istri.



 Begitu pun ketika Ramadhan tiba, suasana ibadah puasa menjadi perekat batin

 kehidupan keluarga. Tetapi keinginan itu sulit terpenuhi ketika pasangannya

 berbeda agama. Di sisi istrinya, yang kebetulan beragama Kristen misalnya,

 pasti akan merasakan hal yang sama, betapa indahnya melakukan kebaktikan di

 gereja bersanding dengan suami. Namun itu hanya keinginan belaka.



 Ada seorang ibu yang merasa beruntung karena anak-anaknya ikut agama ibunya.

 Kondisi ini membuat ayahnya merasa kesepian ketika ingin berbagi pengetahuan

 dan pengalaman beragama. Di zaman yang semakin plural ini pernikahan beda

 agama kelihatannya semakin bertambah. Terlepas dari persoalan teologis dan

 keyakinan agama, perlu diingat bahwa tujuan berumah tangga itu untuk meraih

 kebahagiaan. Untuk itu kecocokan dan saling pengertian sangat penting

 terpelihara dan tumbuh.



 Bahwa karakter suami dan istri masing-masing berbeda, itu suatu keniscayaan.

 Misalnya saja perbedaan usia, perbedaan kelas sosial, perbedaan pendidikan,

 semuanya itu hal yang wajar selama keduanya

 saling menerima dan saling melengkapi.



 Namun, untuk kehidupan keluarga di Indonesia, perbedaan agama menjadi

 krusial karena peristiwa akad nikah tidak saja mempertemukan suami-istri,

 melainkan juga keluarga besarnya. Jadi perlu dipikirkan matangmatang ketika

 perbedaan itu mengenai keyakinan agama.Problem itu semakin terasa terutama

 ketika sebuah pasangan beda agama telah memiliki anak.



 Orang tua biasanya berebut pengaruh agar anaknya mengikuti agama yang

 diyakininya. Kalau ayahnya Islam, dia ingin anaknya menjadi muslim. Kalau

 ibunya Kristen dia ingin anaknya memeluk Kristen. Anak yang mestinya menjadi

 perekat orang tua sebagai suami-isteri, kadang kala menjadi sumber

 perselisihan. Orang tua saling berebut menanamkan pengaruh masing-masing.

 Mengapa agama menjadi persoalan?



 Karena agama ibarat pakaian yang digunakan seumur hidup. Spirit, keyakinan,

 dan tradisi agama senantiasa melekat pada setiap individu yang

 beragama,termasuk dalam kehidupan rumah tangga. Di sana terdapat

 ritual-ritual keagamaan yang idealnya dijaga dan dilaksanakan secara

 kolektif dalam kehidupan rumah tangga. Contohnya pelaksanaan salat berjamaah

 dalam keluarga muslim, atau ritual berpuasa. Semua ini akan terasa indah dan

 nyaman ketika dilakukan secara kompak oleh

 seluruh keluarga.



 Setelah salat berjamaah, seorang ayah yang bertindak sebagai imam lalu

 menyampaikan kultum dan dialog, tukar-menukar pengalaman untuk memaknai

 hidup. Suasana yang begitu indah dan religius itu sulit diwujudkan ketika

 pasangan hidupnya berbeda agama

Re: [wanita-muslimah] Re: Perkawinan Beda Agama

2009-08-24 Terurut Topik firman wiwaha
Kalo kayak Yasser Arafat dengan istrinya itu gossip atau kenyataan? 

 From: Ari Condro masar...@gmail.com
 Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Perkawinan Beda Agama
 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
 Date: Tuesday, August 25, 2009, 9:43 AM
 lho awalnya agamanya sama. kan
 istrinya jadi mualaf, udah seiman dong.
 cuman di tengah jalan, setelah 5 tahun kawin, istrinya
 pindah agama.
 
 
 
 2009/8/25 Abdul Muiz mui...@yahoo.com:
 
 
  1. yang ideal tentulah menikah seagama atau seiman.
  2. karena sesuatu hal seseorang mengambil keputusan
 menikah beda agama, maka
  tinggal menimbang dan memprediksi dampak positif dan
 negatifnya. Termasuk
  dampak emosi dan spiritualnya.
  3. setiap keputusan pasti mengandung resiko, Sedih
 terus kalau dipertahankan
  sementara kalau berpisah masih cinta dan berat
 berpisah. Sebaiknya menempuh
  jalur shalat istkharah berkali-kali agar decision yang
 dihasilkan mantab.
 
  Salam
  Abdul Mu'iz
 
  --- Pada Sel, 25/8/09, Ari Condro masar...@gmail.com
 menulis:
 
  Dari: Ari Condro masar...@gmail.com
  Judul: Re: [wanita-muslimah] Re: Perkawinan Beda
 Agama
  Kepada: wanita-muslimah@yahoogroups.com
  Tanggal: Selasa, 25 Agustus, 2009, 8:25 AM
 
 
 
  kalau udah terlanjur, gimana ?
 
  cerai ? udah ada anak dua lho, jie hehehe :))
 
  2009/8/25 muizof mui...@yahoo. com:
 
 
 
 
 
  Bagi yang bingung menyikapi fenomena pernikahan
 beda agama, berikut ada
 
  tulisan menarik semoga bisa menjadi bahan renungan
 :
 
 
 
  Salam
 
  Abdul Mu'iz
 
 
 
  Pernikahan Beda Agama
 
  Ditulis oleh Komaruddin Hidayat
 
  Jumat, 01 Mei 2009 14:46
 
 
 
  TULISAN ini tidak hendak memasuki perdebatan
 teologis, apakah pernikahan
 
  beda agama diperbolehkan ataukah tidak, melainkan
 sekadar menyajikan
  catatan
 
  psikologis problem yang muncul dari pasangan
 suami-istri yang berbeda
  agama.
 
 
 
  Berulang kali saya kedatangan tamu yang sekadar
 berkonsultasi mengenai
 
  kehidupan rumah tangga mereka yang menghadapi
 problem akibat perbedaan
 
  keyakinan agama,yang kemudian berimbas kepada
 anak-anak mereka. Ada juga
 
  yang datang dengan status masih berpacaran dan
 bersiap memasuki jenjang
 
  pernikahan.
 
 
 
  Di antara kasus itu adalah memudarnya rumah tangga
 yang telah dibina
  belasan
 
  tahun, namun semakin hari serasa semakin kering,
 akibat perbedaan agama.
 
  Pada mulanya, terutama sewaktu masih pacaran,
 
  perbedaan itu dianggap sepele, bisa diatasi oleh
 cinta. Tetapi
  lama-kelamaan
 
  ternyata jarak itu tetap saja menganga.
 
 
 
  Bayangkan saja, ketika seorang suami (yang
 beragama Islam) pergi umrah
  atau
 
  haji, adalah suatu kebahagiaan jika istri dan
 anak-anaknya bisa ikut
 
  bersamanya. Tetapi alangkah sedihnya ketika istri
 dan
 
  anak-anaknya lebih memilih pergi ke gereja. Salah
 satu kebahagiaan seorang
 
  ayah muslim adalah menjadi imam salat berjamaah
 bersama anak istri.
 
 
 
  Begitu pun ketika Ramadhan tiba, suasana ibadah
 puasa menjadi perekat
  batin
 
  kehidupan keluarga. Tetapi keinginan itu sulit
 terpenuhi ketika
  pasangannya
 
  berbeda agama. Di sisi istrinya, yang kebetulan
 beragama Kristen misalnya,
 
  pasti akan merasakan hal yang sama, betapa
 indahnya melakukan kebaktikan
  di
 
  gereja bersanding dengan suami. Namun itu hanya
 keinginan belaka.
 
 
 
  Ada seorang ibu yang merasa beruntung karena
 anak-anaknya ikut agama
  ibunya.
 
  Kondisi ini membuat ayahnya merasa kesepian ketika
 ingin berbagi
  pengetahuan
 
  dan pengalaman beragama. Di zaman yang semakin
 plural ini pernikahan beda
 
  agama kelihatannya semakin bertambah. Terlepas
 dari persoalan teologis dan
 
  keyakinan agama, perlu diingat bahwa tujuan
 berumah tangga itu untuk
  meraih
 
  kebahagiaan. Untuk itu kecocokan dan saling
 pengertian sangat penting
 
  terpelihara dan tumbuh.
 
 
 
  Bahwa karakter suami dan istri masing-masing
 berbeda, itu suatu
  keniscayaan.
 
  Misalnya saja perbedaan usia, perbedaan kelas
 sosial, perbedaan
  pendidikan,
 
  semuanya itu hal yang wajar selama keduanya
 
  saling menerima dan saling melengkapi.
 
 
 
  Namun, untuk kehidupan keluarga di Indonesia,
 perbedaan agama menjadi
 
  krusial karena peristiwa akad nikah tidak saja
 mempertemukan suami-istri,
 
  melainkan juga keluarga besarnya. Jadi perlu
 dipikirkan matangmatang
  ketika
 
  perbedaan itu mengenai keyakinan agama.Problem itu
 semakin terasa terutama
 
  ketika sebuah pasangan beda agama telah memiliki
 anak.
 
 
 
  Orang tua biasanya berebut pengaruh agar anaknya
 mengikuti agama yang
 
  diyakininya. Kalau ayahnya Islam, dia ingin
 anaknya menjadi muslim. Kalau
 
  ibunya Kristen dia ingin anaknya memeluk Kristen.
 Anak yang mestinya
  menjadi
 
  perekat orang tua sebagai suami-isteri, kadang
 kala menjadi sumber
 
  perselisihan. Orang tua saling berebut menanamkan
 pengaruh masing-masing.
 
  Mengapa agama menjadi persoalan?
 
 
 
  Karena agama ibarat pakaian yang digunakan seumur
 hidup. Spirit,
  keyakinan,
 
  dan tradisi agama senantiasa

Re: [wanita-muslimah] Re: Perkawinan Beda Agama

2009-08-24 Terurut Topik Ari Condro
yasernya keburu dut sih.
kalo enggak kita bisa belajar dari
apa yg bakalan terjadi di antara mereka.

suha tawil masih kristen kan sampai sekarang ?



2009/8/25 firman wiwaha fwiw...@yahoo.com:


 Kalo kayak Yasser Arafat dengan istrinya itu gossip atau kenyataan?

 From: Ari Condro masar...@gmail.com
 Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Perkawinan Beda Agama
 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
 Date: Tuesday, August 25, 2009, 9:43 AM

 lho awalnya agamanya sama. kan
 istrinya jadi mualaf, udah seiman dong.
 cuman di tengah jalan, setelah 5 tahun kawin, istrinya
 pindah agama.



 2009/8/25 Abdul Muiz mui...@yahoo.com:
 
 
  1. yang ideal tentulah menikah seagama atau seiman.
  2. karena sesuatu hal seseorang mengambil keputusan
 menikah beda agama, maka
  tinggal menimbang dan memprediksi dampak positif dan
 negatifnya. Termasuk
  dampak emosi dan spiritualnya.
  3. setiap keputusan pasti mengandung resiko, Sedih
 terus kalau dipertahankan
  sementara kalau berpisah masih cinta dan berat
 berpisah. Sebaiknya menempuh
  jalur shalat istkharah berkali-kali agar decision yang
 dihasilkan mantab.
 
  Salam
  Abdul Mu'iz
 
  --- Pada Sel, 25/8/09, Ari Condro masar...@gmail.com
 menulis:
 
  Dari: Ari Condro masar...@gmail.com
  Judul: Re: [wanita-muslimah] Re: Perkawinan Beda
 Agama
  Kepada: wanita-muslimah@yahoogroups.com
  Tanggal: Selasa, 25 Agustus, 2009, 8:25 AM
 
 
 
  kalau udah terlanjur, gimana ?
 
  cerai ? udah ada anak dua lho, jie hehehe :))
 
  2009/8/25 muizof mui...@yahoo. com:
 
 
 
 
 
  Bagi yang bingung menyikapi fenomena pernikahan
 beda agama, berikut ada
 
  tulisan menarik semoga bisa menjadi bahan renungan
 :
 
 
 
  Salam
 
  Abdul Mu'iz
 
 
 
  Pernikahan Beda Agama
 
  Ditulis oleh Komaruddin Hidayat
 
  Jumat, 01 Mei 2009 14:46
 
 
 
  TULISAN ini tidak hendak memasuki perdebatan
 teologis, apakah pernikahan
 
  beda agama diperbolehkan ataukah tidak, melainkan
 sekadar menyajikan
  catatan
 
  psikologis problem yang muncul dari pasangan
 suami-istri yang berbeda
  agama.
 
 
 
  Berulang kali saya kedatangan tamu yang sekadar
 berkonsultasi mengenai
 
  kehidupan rumah tangga mereka yang menghadapi
 problem akibat perbedaan
 
  keyakinan agama,yang kemudian berimbas kepada
 anak-anak mereka. Ada juga
 
  yang datang dengan status masih berpacaran dan
 bersiap memasuki jenjang
 
  pernikahan.
 
 
 
  Di antara kasus itu adalah memudarnya rumah tangga
 yang telah dibina
  belasan
 
  tahun, namun semakin hari serasa semakin kering,
 akibat perbedaan agama.
 
  Pada mulanya, terutama sewaktu masih pacaran,
 
  perbedaan itu dianggap sepele, bisa diatasi oleh
 cinta. Tetapi
  lama-kelamaan
 
  ternyata jarak itu tetap saja menganga.
 
 
 
  Bayangkan saja, ketika seorang suami (yang
 beragama Islam) pergi umrah
  atau
 
  haji, adalah suatu kebahagiaan jika istri dan
 anak-anaknya bisa ikut
 
  bersamanya. Tetapi alangkah sedihnya ketika istri
 dan
 
  anak-anaknya lebih memilih pergi ke gereja. Salah
 satu kebahagiaan seorang
 
  ayah muslim adalah menjadi imam salat berjamaah
 bersama anak istri.
 
 
 
  Begitu pun ketika Ramadhan tiba, suasana ibadah
 puasa menjadi perekat
  batin
 
  kehidupan keluarga. Tetapi keinginan itu sulit
 terpenuhi ketika
  pasangannya
 
  berbeda agama. Di sisi istrinya, yang kebetulan
 beragama Kristen misalnya,
 
  pasti akan merasakan hal yang sama, betapa
 indahnya melakukan kebaktikan
  di
 
  gereja bersanding dengan suami. Namun itu hanya
 keinginan belaka.
 
 
 
  Ada seorang ibu yang merasa beruntung karena
 anak-anaknya ikut agama
  ibunya.
 
  Kondisi ini membuat ayahnya merasa kesepian ketika
 ingin berbagi
  pengetahuan
 
  dan pengalaman beragama. Di zaman yang semakin
 plural ini pernikahan beda
 
  agama kelihatannya semakin bertambah. Terlepas
 dari persoalan teologis dan
 
  keyakinan agama, perlu diingat bahwa tujuan
 berumah tangga itu untuk
  meraih
 
  kebahagiaan. Untuk itu kecocokan dan saling
 pengertian sangat penting
 
  terpelihara dan tumbuh.
 
 
 
  Bahwa karakter suami dan istri masing-masing
 berbeda, itu suatu
  keniscayaan.
 
  Misalnya saja perbedaan usia, perbedaan kelas
 sosial, perbedaan
  pendidikan,
 
  semuanya itu hal yang wajar selama keduanya
 
  saling menerima dan saling melengkapi.
 
 
 
  Namun, untuk kehidupan keluarga di Indonesia,
 perbedaan agama menjadi
 
  krusial karena peristiwa akad nikah tidak saja
 mempertemukan suami-istri,
 
  melainkan juga keluarga besarnya. Jadi perlu
 dipikirkan matangmatang
  ketika
 
  perbedaan itu mengenai keyakinan agama.Problem itu
 semakin terasa terutama
 
  ketika sebuah pasangan beda agama telah memiliki
 anak.
 
 
 
  Orang tua biasanya berebut pengaruh agar anaknya
 mengikuti agama yang
 
  diyakininya. Kalau ayahnya Islam, dia ingin
 anaknya menjadi muslim. Kalau
 
  ibunya Kristen dia ingin anaknya memeluk Kristen.
 Anak yang mestinya
  menjadi
 
  perekat orang tua sebagai suami-isteri, kadang
 kala menjadi sumber
 
  perselisihan. Orang tua saling

Re: [wanita-muslimah] Re: Perkawinan Beda Agama

2009-08-24 Terurut Topik Ari Condro
lho awalnya agamanya sama. kan istrinya jadi mualaf, udah seiman dong.
cuman di tengah jalan, setelah 5 tahun kawin, istrinya pindah agama.



2009/8/25 Abdul Muiz mui...@yahoo.com:


 1. yang ideal tentulah menikah seagama atau seiman.
 2. karena sesuatu hal seseorang mengambil keputusan menikah beda agama, maka
 tinggal menimbang dan memprediksi dampak positif dan negatifnya. Termasuk
 dampak emosi dan spiritualnya.
 3. setiap keputusan pasti mengandung resiko, Sedih terus kalau dipertahankan
 sementara kalau berpisah masih cinta dan berat berpisah. Sebaiknya menempuh
 jalur shalat istkharah berkali-kali agar decision yang dihasilkan mantab.

 Salam
 Abdul Mu'iz

 --- Pada Sel, 25/8/09, Ari Condro masar...@gmail.com menulis:

 Dari: Ari Condro masar...@gmail.com
 Judul: Re: [wanita-muslimah] Re: Perkawinan Beda Agama
 Kepada: wanita-muslimah@yahoogroups.com
 Tanggal: Selasa, 25 Agustus, 2009, 8:25 AM



 kalau udah terlanjur, gimana ?

 cerai ? udah ada anak dua lho, jie hehehe :))

 2009/8/25 muizof mui...@yahoo. com:





 Bagi yang bingung menyikapi fenomena pernikahan beda agama, berikut ada

 tulisan menarik semoga bisa menjadi bahan renungan :



 Salam

 Abdul Mu'iz



 Pernikahan Beda Agama

 Ditulis oleh Komaruddin Hidayat

 Jumat, 01 Mei 2009 14:46



 TULISAN ini tidak hendak memasuki perdebatan teologis, apakah pernikahan

 beda agama diperbolehkan ataukah tidak, melainkan sekadar menyajikan
 catatan

 psikologis problem yang muncul dari pasangan suami-istri yang berbeda
 agama.



 Berulang kali saya kedatangan tamu yang sekadar berkonsultasi mengenai

 kehidupan rumah tangga mereka yang menghadapi problem akibat perbedaan

 keyakinan agama,yang kemudian berimbas kepada anak-anak mereka. Ada juga

 yang datang dengan status masih berpacaran dan bersiap memasuki jenjang

 pernikahan.



 Di antara kasus itu adalah memudarnya rumah tangga yang telah dibina
 belasan

 tahun, namun semakin hari serasa semakin kering, akibat perbedaan agama.

 Pada mulanya, terutama sewaktu masih pacaran,

 perbedaan itu dianggap sepele, bisa diatasi oleh cinta. Tetapi
 lama-kelamaan

 ternyata jarak itu tetap saja menganga.



 Bayangkan saja, ketika seorang suami (yang beragama Islam) pergi umrah
 atau

 haji, adalah suatu kebahagiaan jika istri dan anak-anaknya bisa ikut

 bersamanya. Tetapi alangkah sedihnya ketika istri dan

 anak-anaknya lebih memilih pergi ke gereja. Salah satu kebahagiaan seorang

 ayah muslim adalah menjadi imam salat berjamaah bersama anak istri.



 Begitu pun ketika Ramadhan tiba, suasana ibadah puasa menjadi perekat
 batin

 kehidupan keluarga. Tetapi keinginan itu sulit terpenuhi ketika
 pasangannya

 berbeda agama. Di sisi istrinya, yang kebetulan beragama Kristen misalnya,

 pasti akan merasakan hal yang sama, betapa indahnya melakukan kebaktikan
 di

 gereja bersanding dengan suami. Namun itu hanya keinginan belaka.



 Ada seorang ibu yang merasa beruntung karena anak-anaknya ikut agama
 ibunya.

 Kondisi ini membuat ayahnya merasa kesepian ketika ingin berbagi
 pengetahuan

 dan pengalaman beragama. Di zaman yang semakin plural ini pernikahan beda

 agama kelihatannya semakin bertambah. Terlepas dari persoalan teologis dan

 keyakinan agama, perlu diingat bahwa tujuan berumah tangga itu untuk
 meraih

 kebahagiaan. Untuk itu kecocokan dan saling pengertian sangat penting

 terpelihara dan tumbuh.



 Bahwa karakter suami dan istri masing-masing berbeda, itu suatu
 keniscayaan.

 Misalnya saja perbedaan usia, perbedaan kelas sosial, perbedaan
 pendidikan,

 semuanya itu hal yang wajar selama keduanya

 saling menerima dan saling melengkapi.



 Namun, untuk kehidupan keluarga di Indonesia, perbedaan agama menjadi

 krusial karena peristiwa akad nikah tidak saja mempertemukan suami-istri,

 melainkan juga keluarga besarnya. Jadi perlu dipikirkan matangmatang
 ketika

 perbedaan itu mengenai keyakinan agama.Problem itu semakin terasa terutama

 ketika sebuah pasangan beda agama telah memiliki anak.



 Orang tua biasanya berebut pengaruh agar anaknya mengikuti agama yang

 diyakininya. Kalau ayahnya Islam, dia ingin anaknya menjadi muslim. Kalau

 ibunya Kristen dia ingin anaknya memeluk Kristen. Anak yang mestinya
 menjadi

 perekat orang tua sebagai suami-isteri, kadang kala menjadi sumber

 perselisihan. Orang tua saling berebut menanamkan pengaruh masing-masing.

 Mengapa agama menjadi persoalan?



 Karena agama ibarat pakaian yang digunakan seumur hidup. Spirit,
 keyakinan,

 dan tradisi agama senantiasa melekat pada setiap individu yang

 beragama,termasuk dalam kehidupan rumah tangga. Di sana terdapat

 ritual-ritual keagamaan yang idealnya dijaga dan dilaksanakan secara

 kolektif dalam kehidupan rumah tangga. Contohnya pelaksanaan salat
 berjamaah

 dalam keluarga muslim, atau ritual berpuasa. Semua ini akan terasa indah
 dan

 nyaman ketika dilakukan secara kompak oleh

 seluruh keluarga.



 Setelah salat berjamaah, seorang ayah yang bertindak sebagai imam lalu

Re: [wanita-muslimah] Re: Perkawinan Beda Agama

2009-08-24 Terurut Topik ... Maya Purnomo ...
Perkawinan beda agama memang mengandung resiko yg besar. Pria Muslim yg 
menikahi wanita ahlul kitab (Nasrani) adalah pria Muslim yang punya basic agama 
yg kuat. Pria yang mampu menjadi Imam bagi keluarganya. Jadi bukan pria dengan 
keterbatasan ilmu akan agamanya sendiri dan dalam kesehariaannya kurang taat 
dalam beribadah.

Ketentuan ini tidak berlaku bagi wanita Muslim. Wanita Muslim tidak boleh 
menikah dengan Pria ahlul kitab. Dia akan d anggap berzina sepanjang umur 
pernikahannya.
 
Sebaiknya pernikahan beda agama memang dihindari. Karna kondisi keimanan yg 
seringkali turun naik. 



Regards,

... Maya Purnami ...



 Happiness is not having what you want. It is wanting what you have 



Sent from my BoldBlackBerry®
powered by INDOSAT

-Original Message-
From: Ari Condro masar...@gmail.com

Date: Mon, 24 Aug 2009 23:55:55 
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Perkawinan Beda Agama


kalo kisah teman saya rada lucu tapi miris juga.

cowok muslim married sama cewek kristen.  awalnya si cewek mau ikutan
agama misoa, convert jadi muslim.  ndilalah, pas udah punya anak dua,
jalan 3 tahun perkawinan, si cewek balik ke kristen.  si cowok rada
mendelu juga sih, tapi gimana lagi.  huahahaha ... :))



2009/8/24 ritajkt rita...@yahoo.com:


 --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, monyongsexy monyongs...@...
 wrote:

 Tadi pas sahur sambil mendengarkan Quraish Shihab di Metro. Beliau
 mengatakan kawin beda agama boleh hanya untuk Laki Muslim menikahi Wanita
 non-muslim alasannya Laki kadang memaksa bahkan mengancam, dikhawatirkan
 kalau Wanita muslim menikah dengan Laki Non-muslim nanti diancam untuk
 meninggalkan agamanya.

 Padahal saat ini banyak wanita ahli beladiri. Apakah kalau wanita seperti
 itu kalau non-muslim tidak boleh dinikahi atau kalau muslim boleh menikah
 dengan laki non-muslim? sebab dia jelas tidak akan takut diancam oleh pihak
 laki.

 Bahkan saat ini banyak suami takut istri. Apakah itu menunjukkan bahwa
 kawin antara wanita Muslim dengan laki non-muslim bisa dipertimbangkan?


 saya juga nonton Pak, dan jg punya pertanyaan yang kurang lebih sejenis,
 walau berbeda sedikit. Yakni alasan dibolehkannya pria Muslim menikahi wanta
 ahli kitab karena memakai konsruk sosial di jaman dahulu dimana suami
 menjadi pemimpin keluarga dalam segala segi sehingga agama suami akan
 otomatis diikuti oleh istri dan anak-anaknya. Sedangkan di jaman sekarang,
 perempuan sudah tidak se-dependen jaman dulu pada suaminya sehingga, menurut
 pak Quraish, perkawinan pria Muslim dan nonMuslim jadi berbeda bobotnya (dan
 sebaiknya dihindari, begitu kan tausiyahnya semalam ya Pak Mony yg seksi?)

 Lha nonton itu saya langsung pengen nanya, kalo gitu, hal yg sebaliknya juga
 terjadi dong sama perempuan Muslimah dan calon suami yang lelaki non Muslim?
 Karena di jaman ini perempuan sudah tidak sedependen pd suaminya sebagaimana
 ditakutkan sebagai alasan pelarangan itu, maka tentunya alasan pelarangan
 perkawinan muslimah dan lelaki non Muslim otomatis bisa ditinjau ulang dong
 yah?

 eng ing enggg :))

 



-- 
salam,
Ari



[Non-text portions of this message have been removed]





===
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscr...@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejaht...@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelism...@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

* Your email settings:
Individual Email | Traditional

* To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/join
(Yahoo! ID required)

* To change settings via email:
mailto:wanita-muslimah-dig...@yahoogroups.com 
mailto:wanita-muslimah-fullfeatu...@yahoogroups.com

* To unsubscribe from this group, send an email to:
wanita-muslimah-unsubscr...@yahoogroups.com

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/



Re: [wanita-muslimah] Re: Perkawinan Beda Agama

2009-08-24 Terurut Topik Ari Condro
cowoknya keluarga santri
ceweknya juga baik baik, terdidik, dan mau ngikut masuk islam.
buktinya dia bertahun tahun jadi mualaf, jadi muslimah yang baik.
tapi suatu ketika ada panggilan, dan sang istri kembali ke agama
sebelumnya.  sementara mereka sudah punya anak.

jadi ini konteksnya peda sama mbak maya purnomo.  karena dua duanya
muslim ketika menikah.
bukan perkawinan beda agama.

lagian nikah beda agama kan ilegal di indonesia.




2009/8/25 ... Maya Purnomo ... hayu.arta...@gmail.com:
 Perkawinan beda agama memang mengandung resiko yg besar. Pria Muslim yg 
 menikahi wanita ahlul kitab (Nasrani) adalah pria Muslim yang punya basic 
 agama yg kuat. Pria yang mampu menjadi Imam bagi keluarganya. Jadi bukan pria 
 dengan keterbatasan ilmu akan agamanya sendiri dan dalam kesehariaannya 
 kurang taat dalam beribadah.

 Ketentuan ini tidak berlaku bagi wanita Muslim. Wanita Muslim tidak boleh 
 menikah dengan Pria ahlul kitab. Dia akan d anggap berzina sepanjang umur 
 pernikahannya.

 Sebaiknya pernikahan beda agama memang dihindari. Karna kondisi keimanan yg 
 seringkali turun naik.



 Regards,

 ... Maya Purnami ...



  Happiness is not having what you want. It is wanting what you have 



 Sent from my BoldBlackBerryŽ
 powered by INDOSAT

 -Original Message-
 From: Ari Condro masar...@gmail.com

 Date: Mon, 24 Aug 2009 23:55:55
 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
 Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Perkawinan Beda Agama


 kalo kisah teman saya rada lucu tapi miris juga.

 cowok muslim married sama cewek kristen.  awalnya si cewek mau ikutan
 agama misoa, convert jadi muslim.  ndilalah, pas udah punya anak dua,
 jalan 3 tahun perkawinan, si cewek balik ke kristen.  si cowok rada
 mendelu juga sih, tapi gimana lagi.  huahahaha ... :))



 2009/8/24 ritajkt rita...@yahoo.com:


 --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, monyongsexy monyongs...@...
 wrote:

 Tadi pas sahur sambil mendengarkan Quraish Shihab di Metro. Beliau
 mengatakan kawin beda agama boleh hanya untuk Laki Muslim menikahi Wanita
 non-muslim alasannya Laki kadang memaksa bahkan mengancam, dikhawatirkan
 kalau Wanita muslim menikah dengan Laki Non-muslim nanti diancam untuk
 meninggalkan agamanya.

 Padahal saat ini banyak wanita ahli beladiri. Apakah kalau wanita seperti
 itu kalau non-muslim tidak boleh dinikahi atau kalau muslim boleh menikah
 dengan laki non-muslim? sebab dia jelas tidak akan takut diancam oleh pihak
 laki.

 Bahkan saat ini banyak suami takut istri. Apakah itu menunjukkan bahwa
 kawin antara wanita Muslim dengan laki non-muslim bisa dipertimbangkan?


 saya juga nonton Pak, dan jg punya pertanyaan yang kurang lebih sejenis,
 walau berbeda sedikit. Yakni alasan dibolehkannya pria Muslim menikahi wanta
 ahli kitab karena memakai konsruk sosial di jaman dahulu dimana suami
 menjadi pemimpin keluarga dalam segala segi sehingga agama suami akan
 otomatis diikuti oleh istri dan anak-anaknya. Sedangkan di jaman sekarang,
 perempuan sudah tidak se-dependen jaman dulu pada suaminya sehingga, menurut
 pak Quraish, perkawinan pria Muslim dan nonMuslim jadi berbeda bobotnya (dan
 sebaiknya dihindari, begitu kan tausiyahnya semalam ya Pak Mony yg seksi?)

 Lha nonton itu saya langsung pengen nanya, kalo gitu, hal yg sebaliknya juga
 terjadi dong sama perempuan Muslimah dan calon suami yang lelaki non Muslim?
 Karena di jaman ini perempuan sudah tidak sedependen pd suaminya sebagaimana
 ditakutkan sebagai alasan pelarangan itu, maka tentunya alasan pelarangan
 perkawinan muslimah dan lelaki non Muslim otomatis bisa ditinjau ulang dong
 yah?

 eng ing enggg :))





 --
 salam,
 Ari



 [Non-text portions of this message have been removed]



 

 ===
 Milis Wanita Muslimah
 Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
 Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
 Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
 ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
 Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
 Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscr...@yahoogroups.com
 Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejaht...@yahoogroups.com
 Milis Anak Muda Islam mailto:majelism...@yahoogroups.com

 Milis ini tidak menerima attachment.Yahoo! Groups Links







-- 
salam,
Ari




===
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscr...@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejaht...@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelism...@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http

Re: [wanita-muslimah] Re: Perkawinan Beda Agama

2009-08-24 Terurut Topik Dwi Soegardi
2009/8/24 ... Maya Purnomo ... hayu.arta...@gmail.com:
 Perkawinan beda agama memang mengandung resiko yg besar. Pria Muslim yg 
 menikahi wanita ahlul kitab (Nasrani) adalah pria Muslim yang punya basic 
 agama yg kuat. Pria yang mampu menjadi Imam bagi keluarganya. Jadi bukan pria 
 dengan keterbatasan ilmu akan agamanya sendiri dan dalam kesehariaannya 
 kurang taat dalam beribadah.

Saya kok meragukan asumsi ini.
Prinsip laki-laki boleh menikahi perempuan dari golongan (agama,
suku, ras, ...) lain itu,
dan tidak sebaliknya,
tidak hanya prinsip al-Maidah saja.
Misalnya perempuan suku A seringkali dipersulit untuk menikah dengan
laki-laki dari suku lainnya.
Tidak selalu pula disyaratkan punya basic yang kuat.
Survey membuktikan:
- anak-anak dari pasangan suami-istri nikah antar agama, sebagian
besar ikut agama ibunya.

Kalau kalangan pemimpin agama dalam membuat aturan untuk umatnya
hanya berdasarkan menjaga kuantitas, atau bertujuan agar melalui
pernikahan calon suami/istri
salah satu pindah agama, dan menambah jumlah pengikut belaka,
serta melupakan tujuan pernikahan itu sendiri,
siap-siap saja kecele.




 Ketentuan ini tidak berlaku bagi wanita Muslim. Wanita Muslim tidak boleh 
 menikah dengan Pria ahlul kitab. Dia akan d anggap berzina sepanjang umur 
 pernikahannya.

 Sebaiknya pernikahan beda agama memang dihindari. Karna kondisi keimanan yg 
 seringkali turun naik.



 Regards,

 ... Maya Purnami ...



Re: [wanita-muslimah] Re: Perkawinan Beda Agama

2009-08-24 Terurut Topik Ari Condro
yg mualaf tuh ceweknya.
kalo yg cowok asli muslim dari sononya,
namanya aja pake muhammad.



2009/8/25 linadahlan linadah...@yahoo.com:


 Bergantung gimana si istri mikirnya/sanggupnya deh.

 Kalo gw seh, gw cari tau knp neh laki gw yang mualaf balik ke agama asal.

 wassalam,

 --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Ari Condro masar...@... wrote:

 nah, terus solusinya gimana buat yg nikah sama mualaf. tapi si mualaf
 belakangan balik ke agama asal. padahal udah punya anak dua. masa
 ditinggal gitu ajah. orang kan butuh kedamaian dan butuh bertanggung
 jawab. ayah yang baik gitu lho.



 2009/8/25 linadahlan linadah...@...:
 
 
 
  http://epaper.republika.co.id/berita/18566/Prof_Dr_Muhammad_Quraish_Shihab_Menikahlah_dengan_Mempertimbangkan_Agama
 
  Lantas, bagaimana pandangannya terhadap masalah khilafiyah seperti
  menikah
  beda agama?
 
  Pria yang hapal Alquran ini mengimbau agar melihat konteks suatu ayat
  saat
  diturunkan. ''Dalam ayat yang membolehkan dan melarang nikah beda agama,
  kita harus jeli membaca latar belakang ayat tersebut turun. Bila tidak,
  kita
  akan terjerumus dalam perdebatan masalah-masalah sepele yang hanya
  menghabiskan energi saja,'' jelas Quraish.
 
  Selain aktif menulis dan berceramah, sejumlah jabatan penting juga
  pernah ia
  jalani, antara lain Menteri Agama, Duta Besar RI untuk Mesir, dan Rektor
  IAIN Jakarta kini Universitas Islam Negeri (UIN). Di tengah kesibukannya
  yang padat, doktor dari Universitas Al-Azhar Mesir ini tetap
  menyempatkan
  menjawab berbagai pertanyaan dari pembaca Republika secara ajeg. Kini,
  pria
  kelahiran Rappang, Sulawesi Selatan, 16 Februari 1946 ini sedang
  menyelesaikan Tafsir Al Misbah sebanyak 30 juz yang sekarang telah
  terbit 13
  volume. Dalam waktu dekat juga segera terbit dua bukunya, Bekal
  Perjalanan
  dan 40 Hadis Qudsi Pilihan. Berikut petikan wawancara dengannya seputar
  pernikahan beda agama.
 
  Pernyataan Nabi SAW menyebutkan ada tiga kriteria untuk melangsungkan
  pernikahan. Yaitu pilih materi, kecantikan, dan agama, maka pilihlah
  agamanya. Bisa Anda jelaskan hal ini?
  Hadis itu menggambarkan ada orang yang dorongan kawinnya itu harta, ada
  pula
  dorongan karena kecantikannya. Kalau yang mengatakannya itu penganjur
  agama,
  maka dia akan berkata, fazfar bizaati diniha (pilih agamanya). Tapi
  kalau
  hal itu diucapkan oleh bukan penganjur agama, maka dia akan mengatakan,
  pilih saja hartanya atau kecantikannya. Saya dapat mengatakan bahwa
  hampir
  semua yang kawin beda agama itu tidak menempatkan faktor dan nilai agama
  dalam pertimbangan utama tingkatan yang tinggi. Islam sudah demikian
  jelas,
  menempatkan pertimbangan agama pada tingkatan tertinggi, melebihi
  faktor-faktor lainnya.
 
  Anda tadi menegaskan, Islam tidak membolehkan nikah beda agama, bila
  pertimbangannya agama. Lantas bagaimana dengan ayat Alquran yang
  membolehkan
  pria Muslim menikahi wanita non-Islam?
  Ayat itu harus dilihat dalam konteks ajaran agama ketika itu. Kondisi
  masyarakat saat itu yang dominan adalah lelaki Muslim bisa mentoleransi
  istrinya melaksanakan tuntunan agamanya yang Yahudi atau Nasrani. Tetapi
  lelaki yang non-Muslim, karena dia dominan, bisa jadi memaksanakan
  istrinya
  untuk keluar dari agamanya.
 
  Mengapa?
  Antara lain karena non-Muslim tidak percaya Muhammad SAW itu nabi. Akan
  tetapi, seorang Muslim meskipun dia dominan, tetap percaya bahwa Isa AS
  adalah nabi, Musa AS itu nabi, dan dia percaya bahwa Islam itu
  mentoleransi
  setiap orang menjalankan agamanya masing-masing. Jadi Islam membenarkan
  Muslim (pria) menikahi non-Muslim (wanitanya). Sekarang ini, seandainya
  yang
  lebih dominan itu Muslimahnya, laki-laki non-Muslimnya yang minoritas,
  bisa
  nggak laki-laki itu dalam pertimbangan agamanya membenarkan Muslimah
  menjalankan agamanya yang dianut tersebut?
  Menurut agama si laki-laki itu kan tidak dibenarkan. Itu yang pertama.
  Sebaliknya, seandainya perempuan itu non-Muslim, dan laki-lakinya
  Muslim,
  tetapi kondisi sekarang ini menunjukkan bahwa perempuan bisa lebih
  dominan,
  maka hal itu terlarang secara syar'i (secara hukum Islam).
 
  Alasannya?
  Ya, dia (kaum perempuan itu) bisa mempengaruhi suaminya, bisa
  mempengaruhi
  anak-anaknya, dan akan menjadi penentu yang kuat dalam kehidupan mereka.
 
  Apa bedanya bila yang dominan itu kaum laki-laki, toh dia (laki-laki)
  itu
  juga akan mempengaruhi, seperti yang dilakukan wanita bila mereka
  mayoritas?
  Inilah yang saya katakan tadi, pertimbangannya adalah pertimbangan
  agama.
  Iya toh? Saya ingin melangkah lebih jauh lagi. Bahwa hampir semua orang
  yang
  menikah beda agama dan budaya (agama apapun yang dianutnya) pada saat
  anak-anaknya lahir dan dewasa mengalami kebingungan yang luar biasa. Itu
  anak mau dididik dan dibimbing dalam agama apa, serba dilematis.
  Jangan-jangan, sudahlah tidak usah beragama saja.
 
  Pada posisi seperti inilah, mereka mengalami semacam split personality,
  

Re: [wanita-muslimah] Re: Perkawinan Beda Agama

2009-08-24 Terurut Topik Ari Condro
nah, terus solusinya gimana buat yg nikah sama mualaf.  tapi si mualaf
belakangan balik ke agama asal.  padahal udah punya anak dua.  masa
ditinggal gitu ajah.  orang kan butuh kedamaian dan butuh bertanggung
jawab.  ayah yang baik gitu lho.



2009/8/25 linadahlan linadah...@yahoo.com:


 http://epaper.republika.co.id/berita/18566/Prof_Dr_Muhammad_Quraish_Shihab_Menikahlah_dengan_Mempertimbangkan_Agama

 Lantas, bagaimana pandangannya terhadap masalah khilafiyah seperti menikah
 beda agama?

 Pria yang hapal Alquran ini mengimbau agar melihat konteks suatu ayat saat
 diturunkan. ''Dalam ayat yang membolehkan dan melarang nikah beda agama,
 kita harus jeli membaca latar belakang ayat tersebut turun. Bila tidak, kita
 akan terjerumus dalam perdebatan masalah-masalah sepele yang hanya
 menghabiskan energi saja,'' jelas Quraish.

 Selain aktif menulis dan berceramah, sejumlah jabatan penting juga pernah ia
 jalani, antara lain Menteri Agama, Duta Besar RI untuk Mesir, dan Rektor
 IAIN Jakarta kini Universitas Islam Negeri (UIN). Di tengah kesibukannya
 yang padat, doktor dari Universitas Al-Azhar Mesir ini tetap menyempatkan
 menjawab berbagai pertanyaan dari pembaca Republika secara ajeg. Kini, pria
 kelahiran Rappang, Sulawesi Selatan, 16 Februari 1946 ini sedang
 menyelesaikan Tafsir Al Misbah sebanyak 30 juz yang sekarang telah terbit 13
 volume. Dalam waktu dekat juga segera terbit dua bukunya, Bekal Perjalanan
 dan 40 Hadis Qudsi Pilihan. Berikut petikan wawancara dengannya seputar
 pernikahan beda agama.

 Pernyataan Nabi SAW menyebutkan ada tiga kriteria untuk melangsungkan
 pernikahan. Yaitu pilih materi, kecantikan, dan agama, maka pilihlah
 agamanya. Bisa Anda jelaskan hal ini?
 Hadis itu menggambarkan ada orang yang dorongan kawinnya itu harta, ada pula
 dorongan karena kecantikannya. Kalau yang mengatakannya itu penganjur agama,
 maka dia akan berkata, fazfar bizaati diniha (pilih agamanya). Tapi kalau
 hal itu diucapkan oleh bukan penganjur agama, maka dia akan mengatakan,
 pilih saja hartanya atau kecantikannya. Saya dapat mengatakan bahwa hampir
 semua yang kawin beda agama itu tidak menempatkan faktor dan nilai agama
 dalam pertimbangan utama tingkatan yang tinggi. Islam sudah demikian jelas,
 menempatkan pertimbangan agama pada tingkatan tertinggi, melebihi
 faktor-faktor lainnya.

 Anda tadi menegaskan, Islam tidak membolehkan nikah beda agama, bila
 pertimbangannya agama. Lantas bagaimana dengan ayat Alquran yang membolehkan
 pria Muslim menikahi wanita non-Islam?
 Ayat itu harus dilihat dalam konteks ajaran agama ketika itu. Kondisi
 masyarakat saat itu yang dominan adalah lelaki Muslim bisa mentoleransi
 istrinya melaksanakan tuntunan agamanya yang Yahudi atau Nasrani. Tetapi
 lelaki yang non-Muslim, karena dia dominan, bisa jadi memaksanakan istrinya
 untuk keluar dari agamanya.

 Mengapa?
 Antara lain karena non-Muslim tidak percaya Muhammad SAW itu nabi. Akan
 tetapi, seorang Muslim meskipun dia dominan, tetap percaya bahwa Isa AS
 adalah nabi, Musa AS itu nabi, dan dia percaya bahwa Islam itu mentoleransi
 setiap orang menjalankan agamanya masing-masing. Jadi Islam membenarkan
 Muslim (pria) menikahi non-Muslim (wanitanya). Sekarang ini, seandainya yang
 lebih dominan itu Muslimahnya, laki-laki non-Muslimnya yang minoritas, bisa
 nggak laki-laki itu dalam pertimbangan agamanya membenarkan Muslimah
 menjalankan agamanya yang dianut tersebut?
 Menurut agama si laki-laki itu kan tidak dibenarkan. Itu yang pertama.
 Sebaliknya, seandainya perempuan itu non-Muslim, dan laki-lakinya Muslim,
 tetapi kondisi sekarang ini menunjukkan bahwa perempuan bisa lebih dominan,
 maka hal itu terlarang secara syar'i (secara hukum Islam).

 Alasannya?
 Ya, dia (kaum perempuan itu) bisa mempengaruhi suaminya, bisa mempengaruhi
 anak-anaknya, dan akan menjadi penentu yang kuat dalam kehidupan mereka.

 Apa bedanya bila yang dominan itu kaum laki-laki, toh dia (laki-laki) itu
 juga akan mempengaruhi, seperti yang dilakukan wanita bila mereka mayoritas?
 Inilah yang saya katakan tadi, pertimbangannya adalah pertimbangan agama.
 Iya toh? Saya ingin melangkah lebih jauh lagi. Bahwa hampir semua orang yang
 menikah beda agama dan budaya (agama apapun yang dianutnya) pada saat
 anak-anaknya lahir dan dewasa mengalami kebingungan yang luar biasa. Itu
 anak mau dididik dan dibimbing dalam agama apa, serba dilematis.
 Jangan-jangan, sudahlah tidak usah beragama saja.

 Pada posisi seperti inilah, mereka mengalami semacam split personality,
 keterbelahan jiwa. Ini amat berbahaya bagi masa depan anak-anak tersebut.
 Karena itu, kalau orang yang mau menikah itu menjadikan nilai agama sebagai
 pertimbangan yang pertama dan utama, maka orang itu tak akan kawin. Orang
 Kristen tidak akan nikah dengan Muslimah, sebaliknya orang Islam tak akan
 menikah dengan non-Islam.

 Ada persoalan lain. Sebagian kalangan berpendapat, nikah beda agama untuk
 menjaga dan melestarikan sikap keberagamaan yang pluralis dan inklusiv.
 

Re: [wanita-muslimah] Re: Perkawinan Beda Agama

2009-08-24 Terurut Topik Abdul Muiz
ternyata motive menikah seagama itu tidak selalu tulus, start awalnya mau 
pindah agama, namun di tengah jalah balik lagi alias murtad. Ini kan jadi 
kecele :). Yang saya maksud menikah seagama dan seiman itu yang bebas dari 
motive lain bukan karena bersedia muallaf karena ada maksud tertentu. Namun 
itulah dinamika manusia, kadang ada yang muallaf beneran alias tidak murtad 
lagi ini tidak masalah.

Salam
Abdul Mu'iz

--- Pada Sel, 25/8/09, Ari Condro masar...@gmail.com menulis:

Dari: Ari Condro masar...@gmail.com
Judul: Re: [wanita-muslimah] Re: Perkawinan Beda Agama
Kepada: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Tanggal: Selasa, 25 Agustus, 2009, 9:43 AM






 





  lho awalnya agamanya sama. kan istrinya jadi mualaf, udah 
seiman dong.

cuman di tengah jalan, setelah 5 tahun kawin, istrinya pindah agama.



2009/8/25 Abdul Muiz mui...@yahoo. com:





 1. yang ideal tentulah menikah seagama atau seiman.

 2. karena sesuatu hal seseorang mengambil keputusan menikah beda agama, maka

 tinggal menimbang dan memprediksi dampak positif dan negatifnya. Termasuk

 dampak emosi dan spiritualnya.

 3. setiap keputusan pasti mengandung resiko, Sedih terus kalau dipertahankan

 sementara kalau berpisah masih cinta dan berat berpisah. Sebaiknya menempuh

 jalur shalat istkharah berkali-kali agar decision yang dihasilkan mantab.



 Salam

 Abdul Mu'iz



 --- Pada Sel, 25/8/09, Ari Condro masar...@gmail. com menulis:



 Dari: Ari Condro masar...@gmail. com

 Judul: Re: [wanita-muslimah] Re: Perkawinan Beda Agama

 Kepada: wanita-muslimah@ yahoogroups. com

 Tanggal: Selasa, 25 Agustus, 2009, 8:25 AM







 kalau udah terlanjur, gimana ?



 cerai ? udah ada anak dua lho, jie hehehe :))



 2009/8/25 muizof mui...@yahoo. com:











 Bagi yang bingung menyikapi fenomena pernikahan beda agama, berikut ada



 tulisan menarik semoga bisa menjadi bahan renungan :







 Salam



 Abdul Mu'iz







 Pernikahan Beda Agama



 Ditulis oleh Komaruddin Hidayat



 Jumat, 01 Mei 2009 14:46







 TULISAN ini tidak hendak memasuki perdebatan teologis, apakah pernikahan



 beda agama diperbolehkan ataukah tidak, melainkan sekadar menyajikan

 catatan



 psikologis problem yang muncul dari pasangan suami-istri yang berbeda

 agama.







 Berulang kali saya kedatangan tamu yang sekadar berkonsultasi mengenai



 kehidupan rumah tangga mereka yang menghadapi problem akibat perbedaan



 keyakinan agama,yang kemudian berimbas kepada anak-anak mereka. Ada juga



 yang datang dengan status masih berpacaran dan bersiap memasuki jenjang



 pernikahan.







 Di antara kasus itu adalah memudarnya rumah tangga yang telah dibina

 belasan



 tahun, namun semakin hari serasa semakin kering, akibat perbedaan agama.



 Pada mulanya, terutama sewaktu masih pacaran,



 perbedaan itu dianggap sepele, bisa diatasi oleh cinta. Tetapi

 lama-kelamaan



 ternyata jarak itu tetap saja menganga.







 Bayangkan saja, ketika seorang suami (yang beragama Islam) pergi umrah

 atau



 haji, adalah suatu kebahagiaan jika istri dan anak-anaknya bisa ikut



 bersamanya. Tetapi alangkah sedihnya ketika istri dan



 anak-anaknya lebih memilih pergi ke gereja. Salah satu kebahagiaan seorang



 ayah muslim adalah menjadi imam salat berjamaah bersama anak istri.







 Begitu pun ketika Ramadhan tiba, suasana ibadah puasa menjadi perekat

 batin



 kehidupan keluarga. Tetapi keinginan itu sulit terpenuhi ketika

 pasangannya



 berbeda agama. Di sisi istrinya, yang kebetulan beragama Kristen misalnya,



 pasti akan merasakan hal yang sama, betapa indahnya melakukan kebaktikan

 di



 gereja bersanding dengan suami. Namun itu hanya keinginan belaka.







 Ada seorang ibu yang merasa beruntung karena anak-anaknya ikut agama

 ibunya.



 Kondisi ini membuat ayahnya merasa kesepian ketika ingin berbagi

 pengetahuan



 dan pengalaman beragama. Di zaman yang semakin plural ini pernikahan beda



 agama kelihatannya semakin bertambah. Terlepas dari persoalan teologis dan



 keyakinan agama, perlu diingat bahwa tujuan berumah tangga itu untuk

 meraih



 kebahagiaan. Untuk itu kecocokan dan saling pengertian sangat penting



 terpelihara dan tumbuh.







 Bahwa karakter suami dan istri masing-masing berbeda, itu suatu

 keniscayaan.



 Misalnya saja perbedaan usia, perbedaan kelas sosial, perbedaan

 pendidikan,



 semuanya itu hal yang wajar selama keduanya



 saling menerima dan saling melengkapi.







 Namun, untuk kehidupan keluarga di Indonesia, perbedaan agama menjadi



 krusial karena peristiwa akad nikah tidak saja mempertemukan suami-istri,



 melainkan juga keluarga besarnya. Jadi perlu dipikirkan matangmatang

 ketika



 perbedaan itu mengenai keyakinan agama.Problem itu semakin terasa terutama



 ketika sebuah pasangan beda agama telah memiliki anak.







 Orang tua biasanya berebut pengaruh agar anaknya mengikuti agama yang



 diyakininya. Kalau ayahnya Islam, dia ingin anaknya

Re: [wanita-muslimah] Re: Perkawinan Beda Agama

2009-08-24 Terurut Topik Ari Condro
keluarga teman saya sih, kalau kehidupans ehari hari yah aman aman aja.
cuman sekarang beda agama gitu aja.

temenku cuman merasa aneh, sekarang puasa dan sholat sendiri.
tapi biasanya juga jarang jama'ah hahaha 
tapi overal sih sebenarnya gak ada masalah.
kehidupan wajar, gak konflik atau apa.




2009/8/25 Dwi Soegardi soega...@gmail.com:


 2009/8/24 ... Maya Purnomo ... hayu.arta...@gmail.com:

 Perkawinan beda agama memang mengandung resiko yg besar. Pria Muslim yg
 menikahi wanita ahlul kitab (Nasrani) adalah pria Muslim yang punya basic
 agama yg kuat. Pria yang mampu menjadi Imam bagi keluarganya. Jadi bukan
 pria dengan keterbatasan ilmu akan agamanya sendiri dan dalam kesehariaannya
 kurang taat dalam beribadah.

 Saya kok meragukan asumsi ini.
 Prinsip laki-laki boleh menikahi perempuan dari golongan (agama,
 suku, ras, ...) lain itu,
 dan tidak sebaliknya,
 tidak hanya prinsip al-Maidah saja.
 Misalnya perempuan suku A seringkali dipersulit untuk menikah dengan
 laki-laki dari suku lainnya.
 Tidak selalu pula disyaratkan punya basic yang kuat.
 Survey membuktikan:
 - anak-anak dari pasangan suami-istri nikah antar agama, sebagian
 besar ikut agama ibunya.

 Kalau kalangan pemimpin agama dalam membuat aturan untuk umatnya
 hanya berdasarkan menjaga kuantitas, atau bertujuan agar melalui
 pernikahan calon suami/istri
 salah satu pindah agama, dan menambah jumlah pengikut belaka,
 serta melupakan tujuan pernikahan itu sendiri,
 siap-siap saja kecele.


 Ketentuan ini tidak berlaku bagi wanita Muslim. Wanita Muslim tidak boleh
 menikah dengan Pria ahlul kitab. Dia akan d anggap berzina sepanjang umur
 pernikahannya.

 Sebaiknya pernikahan beda agama memang dihindari. Karna kondisi keimanan
 yg seringkali turun naik.



 Regards,

 ... Maya Purnami ...


 



-- 
salam,
Ari


Re: [wanita-muslimah] Re: Perkawinan Beda Agama

2009-08-24 Terurut Topik Ari Condro
wah, kalau motif di depan siapa yang bisa menilai.
secara waktu mau menikah ndak pakai dipaksa
paksa buat pindah agama kok.  dan gak ada maksud tertentu
juga buat nantinya bakalan balik kucing.

cuman yah, setelah punya anak dua, udah kawin 5 tahunan,
si istri yang mualaf itu merasa ada panggilan dan lebih
penuju ke agama sebelumnya.

* jangan jangan karena sumpek liat banyak berita teroris,
maklum tinggalnya di jogja *


bberapa teman lain, mostly yg dari tni atau polri ada juga
yg ketika kawin istrinya dulu bukan muslim. ada yg katolik,
ada yg hindu.  tapi ketika dah convert, jadi mualaf,
yah ikut agama suami.

dan sampai sekarang istri mereka masih muslim.

yah, kalo teman saya yg istrinya terus balik ke agama asal,
perkecualian atau kewajaran aja kali yah.  soale gak isa dibikin
statisktiknya.  secara ada yg tetap stay di agama baru (malah saya
tahu ada tiga),
tapi ada juga (satu doang yg saya tahu) balik ke agama asal.

dan balik ke agama asal itu murni karena pertimbangan pribadi.
setelah melalui pemikiran mendalam.  dan gak ujug ujug secara temperamental.



2009/8/25 Abdul Muiz mui...@yahoo.com:


 ternyata motive menikah seagama itu tidak selalu tulus, start awalnya mau
 pindah agama, namun di tengah jalah balik lagi alias murtad. Ini kan jadi
 kecele :). Yang saya maksud menikah seagama dan seiman itu yang bebas dari
 motive lain bukan karena bersedia muallaf karena ada maksud tertentu. Namun
 itulah dinamika manusia, kadang ada yang muallaf beneran alias tidak murtad
 lagi ini tidak masalah.

 Salam
 Abdul Mu'iz

 --- Pada Sel, 25/8/09, Ari Condro masar...@gmail.com menulis:

 Dari: Ari Condro masar...@gmail.com
 Judul: Re: [wanita-muslimah] Re: Perkawinan Beda Agama
 Kepada: wanita-muslimah@yahoogroups.com
 Tanggal: Selasa, 25 Agustus, 2009, 9:43 AM



 lho awalnya agamanya sama. kan istrinya jadi mualaf, udah seiman dong.

 cuman di tengah jalan, setelah 5 tahun kawin, istrinya pindah agama.

 2009/8/25 Abdul Muiz mui...@yahoo. com:





 1. yang ideal tentulah menikah seagama atau seiman.

 2. karena sesuatu hal seseorang mengambil keputusan menikah beda agama,
 maka

 tinggal menimbang dan memprediksi dampak positif dan negatifnya. Termasuk

 dampak emosi dan spiritualnya.

 3. setiap keputusan pasti mengandung resiko, Sedih terus kalau
 dipertahankan

 sementara kalau berpisah masih cinta dan berat berpisah. Sebaiknya
 menempuh

 jalur shalat istkharah berkali-kali agar decision yang dihasilkan mantab.



 Salam

 Abdul Mu'iz



 --- Pada Sel, 25/8/09, Ari Condro masar...@gmail. com menulis:



 Dari: Ari Condro masar...@gmail. com

 Judul: Re: [wanita-muslimah] Re: Perkawinan Beda Agama

 Kepada: wanita-muslimah@ yahoogroups. com

 Tanggal: Selasa, 25 Agustus, 2009, 8:25 AM







 kalau udah terlanjur, gimana ?



 cerai ? udah ada anak dua lho, jie hehehe :))



 2009/8/25 muizof mui...@yahoo. com:











 Bagi yang bingung menyikapi fenomena pernikahan beda agama, berikut ada



 tulisan menarik semoga bisa menjadi bahan renungan :







 Salam



 Abdul Mu'iz







 Pernikahan Beda Agama



 Ditulis oleh Komaruddin Hidayat



 Jumat, 01 Mei 2009 14:46







 TULISAN ini tidak hendak memasuki perdebatan teologis, apakah pernikahan



 beda agama diperbolehkan ataukah tidak, melainkan sekadar menyajikan

 catatan



 psikologis problem yang muncul dari pasangan suami-istri yang berbeda

 agama.







 Berulang kali saya kedatangan tamu yang sekadar berkonsultasi mengenai



 kehidupan rumah tangga mereka yang menghadapi problem akibat perbedaan



 keyakinan agama,yang kemudian berimbas kepada anak-anak mereka. Ada juga



 yang datang dengan status masih berpacaran dan bersiap memasuki jenjang



 pernikahan.







 Di antara kasus itu adalah memudarnya rumah tangga yang telah dibina

 belasan



 tahun, namun semakin hari serasa semakin kering, akibat perbedaan agama.



 Pada mulanya, terutama sewaktu masih pacaran,



 perbedaan itu dianggap sepele, bisa diatasi oleh cinta. Tetapi

 lama-kelamaan



 ternyata jarak itu tetap saja menganga.







 Bayangkan saja, ketika seorang suami (yang beragama Islam) pergi umrah

 atau



 haji, adalah suatu kebahagiaan jika istri dan anak-anaknya bisa ikut



 bersamanya. Tetapi alangkah sedihnya ketika istri dan



 anak-anaknya lebih memilih pergi ke gereja. Salah satu kebahagiaan
 seorang



 ayah muslim adalah menjadi imam salat berjamaah bersama anak istri.







 Begitu pun ketika Ramadhan tiba, suasana ibadah puasa menjadi perekat

 batin



 kehidupan keluarga. Tetapi keinginan itu sulit terpenuhi ketika

 pasangannya



 berbeda agama. Di sisi istrinya, yang kebetulan beragama Kristen
 misalnya,



 pasti akan merasakan hal yang sama, betapa indahnya melakukan kebaktikan

 di



 gereja bersanding dengan suami. Namun itu hanya keinginan belaka.







 Ada seorang ibu yang merasa beruntung karena anak-anaknya ikut agama

 ibunya.



 Kondisi ini membuat ayahnya merasa kesepian ketika ingin berbagi

 pengetahuan



 dan