keluarga teman saya sih, kalau kehidupans ehari hari yah aman aman aja.
cuman sekarang beda agama gitu aja.

temenku cuman merasa aneh, sekarang puasa dan sholat sendiri.
tapi biasanya juga jarang jama'ah hahaha ....
tapi overal sih sebenarnya gak ada masalah.
kehidupan wajar, gak konflik atau apa.




2009/8/25 Dwi Soegardi <soega...@gmail.com>:
>
>
> 2009/8/24 ... Maya Purnomo ... <hayu.arta...@gmail.com>:
>
>> Perkawinan beda agama memang mengandung resiko yg besar. Pria Muslim yg
>> menikahi wanita ahlul kitab (Nasrani) adalah pria Muslim yang punya basic
>> agama yg kuat. Pria yang mampu menjadi Imam bagi keluarganya. Jadi bukan
>> pria dengan keterbatasan ilmu akan agamanya sendiri dan dalam kesehariaannya
>> kurang taat dalam beribadah.
>
> Saya kok meragukan asumsi ini.
> Prinsip laki-laki boleh menikahi perempuan dari "golongan" (agama,
> suku, ras, ...) lain itu,
> dan tidak sebaliknya,
> tidak hanya prinsip al-Maidah saja.
> Misalnya perempuan suku A seringkali dipersulit untuk menikah dengan
> laki-laki dari suku lainnya.
> Tidak selalu pula disyaratkan punya basic yang kuat.
> Survey membuktikan:
> - anak-anak dari pasangan suami-istri nikah antar agama, sebagian
> besar ikut agama ibunya.
>
> Kalau kalangan pemimpin agama dalam membuat aturan untuk umatnya
> hanya berdasarkan menjaga kuantitas, atau bertujuan agar melalui
> pernikahan calon suami/istri
> salah satu pindah agama, dan menambah jumlah pengikut belaka,
> serta melupakan tujuan pernikahan itu sendiri,
> siap-siap saja kecele.
>
>>
>> Ketentuan ini tidak berlaku bagi wanita Muslim. Wanita Muslim tidak boleh
>> menikah dengan Pria ahlul kitab. Dia akan d anggap berzina sepanjang umur
>> pernikahannya.
>>
>> Sebaiknya pernikahan beda agama memang dihindari. Karna kondisi keimanan
>> yg seringkali turun naik.
>>
>>
>>
>> Regards,
>>
>> ... Maya Purnami ...
>>
>
> 



-- 
salam,
Ari

Kirim email ke