Re: [wanita-muslimah] ketika para koki digusur tukang sayur dan tukang sayur pun menjadi koki

2008-06-13 Terurut Topik Dwi W. Soegardi
tulisan yang sangat menarik.
sayang sekali penulisnya kurang sering update blognya,
sempat vakum 3 tahun.

Sekedar memberi penekanan ulang,
bagian dialog berikut sangat menarik,
karena PERSIS dengan yang terjadi di milis ini :-)

On Thu, Jun 12, 2008 at 11:18 PM, Muhkito Afiff [EMAIL PROTECTED] wrote:
 http://idhamdeyas.blogspot.com/2005_03_16_archive.html

 ANDA MUSLIM KAN, ANDA SETUJU KALAU PEREMPUAN JADI PRESIDEN?

 setuju saja, asal dia mampu, memang kenapa?

 LHO, ANDA INI GIMANA, ISLAM MENGHARAMKAN PRESIDEN PEREMPUAN..

 kok Anda tahu Islam mengharamkan presiden perempuan?

 ADA HADISNYA. NABI MUHAMMAD MELARANG PEMIMPIN PEREMPUAN, KALAU
 PEREMPUAN JADI PEMIMPIN MAKA RUSAKLAH NEGARA.

 Oo.. begitu ya. Jadi menurut Bapak bagaimana cara kita menjalankan
 hadis Nabi secara benar?

 HARUS APA ADANYA, GIMANA DI DALAM HADIS YA YANG BEGITU ITU KITA
 JALANKAN, SAMI'NA WA ATHA'NA. SAYA DENGAR SAYA TAAT. GAK BOLEH DIUBAH-
 UBAH, JANGAN DI BOLAK-BALIK MAKNANYA!

 oo.. jadi harus apa adanya?

 IYALAH!

 Bapak pernah tau gak ada hadis yang sama sahihnya dengan hadis
 pelarangan pemimpin perempuan?

 APA TUH?

 al-aimmah minal Quraisy, pemimpin itu haruslah berasal dari Suku
 Quraisy. Kalau menurut hadis ini hanya orang Arab dari suku Quraisy
 yang boleh jadi presiden. Laki-laki pun kalau bukan Suku Quraisy gak
 boleh jadi presiden di Indonesia Pak.. Kita harus impor dari Arab.

 YAAH, SITUASINYA KAN UDAH BEDA, KITA HARUS LIHAT KEADAANNYA SEKARANG
 DONG..

 tapi tadi bapak bilang hadis harus dijalankan apa adanya, gak boleh
 dibolak-balik pemahamannya?

 ...?!?!


well, apalagi ya?
cecak? ular?
jilbab?
memukul istri?

salam,
DWS


Re: [wanita-muslimah] ketika para koki digusur tukang sayur dan tukang sayur pun menjadi koki

2006-03-11 Terurut Topik Riris Andono Ahmad




Pak Wida,

Pertanyaannya sekarang adalah: tidak mengerti ayat menurut tafsir  
siapa?  Kalau dari diskusi yang pak Wida saya melihat sekarang pak  
Wida cenderung setuju pendapat bahwa ada berbagai tafsir, dan  
perbedaan tafsir tersebut bukanlah sesuatu yang wajar terjadi.

Nah dengan pemahaman tafsir yang seperti itu, sangat mungkin mereka  
tidak memanfaatkan ayat tersebut, tetapi menganggap hal tersebut  
sebagai sesuatu yang wajar terjadi, dan culturally accepted.

Jadi IMHO gak sesederhana bahwa mereka memanfaatkan ayat tersebut,  
tetapi memang karna secara kultural hal tersebut diterima dan  
dikondisikan (berdasar informasi di milis ini bahwa perbudakan masih  
diajarkan di sekolah dan ulama menentang hal tersebut dihapuskan).

Analoginya mungkin sama dengan korupsi di Indonesia, semua orang akan  
bilang itu keliru, tetapi secara kultural hal itu sudah dikondisikan  
menjadi bagian dari kehidupan orang indonesia di semua level.  Jadi  
ingat kemaren ada dies FK UGM ke 60, dan pidato dies dari sekjen KPK  
(?) yang kebetulan dokter bicara tentang korupsi dilayanan  
kesehatan.  Satu hal yang juga telah dikategorikan sebagai korupsi,  
dan saya rasa banyak teman dokter yang tahu, adalah gratifikasi  
(pemberian fasilitas, ataupun kompensasi) dari perusahaan obat karena  
dokter berjasa memasarkan produk mereka, yang ujung2nya menambah  
biaya kesehatan.  banyak yang tersenyum kecut mendengar hal itu,  
karena hampir semua orang yang hadir disitu (termasuk dekannya saya  
pikir) juga melakukan hal yang sama... hehehe..
Tapi secara kultural itu diterima dan merasa tidak ada yang keliru  
dengan praktek tersebut.

Contoh lain mungkin pemakaian kekerasan di Indonesia.  Secara sadar  
hal itu tidak dibenarkan, tetapi secara kultural hal itu bisa  
diterima.  Itu kenapa banyak masalah di Indonesia yang diselesaikan  
menggunakan kekerasan, dan dalam some extent masyarakat bisa  
menerimanya (dengan berbagai alasan penjelasannya).  Misal seperti  
pak Wida, dan banyak pihak yang menerima FPI melakukan kekerasan.

Jadi??
Kembali ke budaya Arab.  memang ada orang arab yang baik dan buruk,  
tetapi tidak berarti arab yang baik tidak melakukan hal tersebut,   
karena secara kultural hal tersebut diterima, dan konsep baik buruk  
juga bukanlah sesuatu yang universal bulat tetapi terkait dengan  
konteks budaya setempat (local bound).

regards,
donnie





===
On 10 Mar 06, at 16:32, [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Saya rasa, yang melakukan hal itu tidak mengerti maksud dari ayat
 al-Qur'an ini. Tidak bisa melihat ayat ini secara kontekstual sosial
 budaya di zaman nabi. Jadi ia memanfaatkan ayat ini (jika benar
 demikian) untuk nafsu bejatnya itu.

 Tetapi saya tidak yakin juga bahwa pemahaman bahwa TKW itu = sahaya  
 dianut
 secara umum di Arab sana. Sekalipun pada beberapa kasus tampaknya
 demikian.

 Bisa juga kasus perkosaan itu memang murni kriminal tanpa landasan  
 agama,
 sekalipun dalam pemahaman yang salah. Anak majikan, atau tuan  
 majikan yang
 nafsunya besar, dan tertarik pada kecantikan wanita Indonesia. Lalu
 mendapat celah lemahnya perlindungan hukum terhadap TKW karena  
 posisinya
 yang lemah.

 Salam,




 Ari Condro [EMAIL PROTECTED]
 Sent by: wanita-muslimah@yahoogroups.com
 03/10/2006 04:14 PM
 Please respond to
 wanita-muslimah@yahoogroups.com


 To
 wanita-muslimah@yahoogroups.com
 cc

 Subject
 Re: [wanita-muslimah] ketika para koki digusur tukang sayur dan tukang
 sayur pun menjadi koki






 jika sudah clear demikian, apa sebabnya para TKW kita tetap banyak
 yang menjadi korban ?  apalagi menjadi korbannya karena disamakan
 dengan sahaya ini.

 salam,
 Ari Condro

 - Original Message -
 From: [EMAIL PROTECTED]
 Ini adalah usaha saya memberikan penafsiran atas ayat yang membolehkan
 menggauli sahaya yang engkau miliki. CMIIW.






 Milis Wanita Muslimah
 Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun  
 masyarakat.
 Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
 ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
 Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
 Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
 Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
 Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

 This mailing list has a special spell casted to reject any  
 attachment 

 Yahoo! Groups Links









 [Non-text portions of this message have been removed]



  Yahoo! Groups Sponsor  
 ~--
 Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope  
 and healing
 http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/aYWolB/TM
  
 ~-

 Milis Wanita Muslimah
 Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun  
 masyarakat.
 Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
 ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
 Kirim Posting mailto:wanita-muslimah

Re: [wanita-muslimah] ketika para koki digusur tukang sayur dan tukang sayur pun menjadi koki

2006-03-10 Terurut Topik Ary Setijadi Prihatmanto
Tambahan dalam menganalisa pertanyaan saya: 
Jika Nabi melarang perbudakan dan beliau dan sahabat-sahabatnya banyak 
membebaskan budak, mengapa ketika beliau diberi budak (Maria) oleh Raja Mesir, 
beliau tidak langsung membebaskannya malah dipake sbg budak? 

Apakah mungkin Nabi yang mulia ini, yang menganjurkan untuk membebaskan budak, 
beliau sendiri masih memiliki budak?

Berikut adalah salah satu hadits favoritnya Eyang HMNA:
Dari 'Amr bin al-Harits, saudara Juwairiyah Ummul Mu^minin, ia berkata: 
RasuluLlah SAW tidak meninggalkan waktu wafatnya satu dirham dan tiada dinar 
dan tidak ada budak
laki-laki, tidak ada budak perempuan dan tidak sesuatu, kecuali baghal beliau
yang putih dan senjata beliau dan sekeping tanah yang telah beliau 
mensedekahkannya (Diriwayatkan oleh Bukhari-1463-).

IMHO, ketika Nabi menganjurkan untuk membebaskan budak, beliau sendiri juga 
pasti melaksanakan apa yang beliau anjurkan. Beliau tidak mengharuskan yang 
lain melakukannya, tapi beliau sendiri pasti melakukannya. Bagaimana mungkin 
menganjurkan tanpa memberi contoh?

CMIIW, Maria memang beragama Nasrani tapi beretnik Yahudi bukan?

Salam
Ary






  - Original Message - 
  From: [EMAIL PROTECTED] 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Friday, March 10, 2006 8:16 AM
  Subject: Re: [wanita-muslimah] ketika para koki digusur tukang sayur dan 
tukang sayur pun menjadi koki


  Pada prinsipnya saya setuju mas Ary, 

  memang betullah bahwa sebuah Siroh atau catatan sejarah nabi hanyalah 
  merupakan pendekatan, karena penulis siroh yang paling dekat dengan 
  zaman nabi sekalipun tidak hidup sezaman dengan nabi dan mencatat 
  perjalanan hidupnya. 

  Nabi tidak melarang perbudakan secara frontal. Tetapi beliau melarangnya 
  secara bertahap. Karena beliau paham perubahan sosial budaya yang sedang 
  ia emban, tidak bisa dilakukan dalam sekejap, pastilah harus bertahap. 
  Umatnya yang sezaman dengan dia pastilah tidak akan tahan jika perubahan 
  sosial budaya yang nabi inginkan itu dilakukan sekaligus. Karena perubahan 
  sosial budaya itu haruslah mengikuti perubahan jiwa umat yang beliau 
  bimbing. 

  Mungkin saja Maria sudah dibebaskan dan diperistri oleh nabi. Saya pun 
  tidak bisa menyangkal kepada kemungkinan ini. Dan Maria Qibtiyah itu bukan 
  keturunan Yahudi lho. Setahu saya, setelah melahirkan Ibrahim, Maria 
  kemudian memang bergelar Ummul Mukminin. 

  Sedangkan memperistri mantan sahaya sebetulnya banyak terjadi di zaman 
  nabi. Banyak sahabat (orang yang hidup sezaman dengan nabi, bukan akrab) 
  yang mencari istri dari tawanan perang (sahaya). Budaya di zaman itu 
  kira-kira seperti itu. Kita agak kesulitan menilainya dengan standar zaman 
  kita. 

  Adakah yang bisa memberikan penjelasan lain, mengapa menggauli sahaya di 
  zaman nabi tidak terlarang? Atau tidak dikategorikan sebagai zina? 

  Salam, 




  Ary Setijadi Prihatmanto [EMAIL PROTECTED] 
  Sent by: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  03/10/2006 02:14 PM 
  Please respond to 
  wanita-muslimah@yahoogroups.com 


  To 
  wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  cc 

  Subject 
  Re: [wanita-muslimah] ketika para koki digusur tukang sayur dan tukang 
  sayur pun menjadi koki 






  Bang Wida, 

  Pada prinsipnya saya setuju. 
  Saya hanya ingin mengajukan pertanyaan (he he he he malah nambah mumet) 
  yang mungkin bisa menjadi pemicu kita untuk bisa memahami sejarah Nabi 
  dengan lebih baik. 
  Sejarah Nabi walaupun bercerita ttg Nabi tetap hanyalah berupa sejarah. 
  Sama dengan sejarah ttg Napoleon dll. 
  Bisa jadi ceritanya terdistorsi dengan banyak hal spt. mitos-mitos dll. 

  Yang kita bisa dijadikan asumsi awal hanyalah keyakinan kita akan 
  konsistensi akhlak Nabi yang mulia. 
  Pertanyaan saya adalah: Jika Nabi melarang perbudakan dan beliau dan 
  sahabat-sahabatnya banyak membebaskan budak, mengapa ketika beliau diberi 
  budak (Maria) oleh Raja Mesir, beliau tidak langsung membebaskannya malah 
  dipake sbg budak? 

  Saya menduga keras, Maria itu sudah dibebaskan oleh Rasul tanpa menunggu 
  Maria menghasilkan keturunan dan langsung diperistri, jadi Istri yang sah 
  juga. Mengapa sirah nabi tidak menyebutkan hal itu, bisa saja karena 
  berbagai sebab yang jamak terjadi dalam penulisan sejarah. Contohnya, 
  adalah hal yang nggak elok bagi orang Arab untuk mengakui bahwa 
  Rasulullah menikahi perempuan bekas BUDAK yang BUKAN KETURUNAN ARAB lagi, 
  bahkan KETURUNAN YAHUDI. Apalagi jika sampai mengakui bahwa MARIA juga 
  bisa disebut UMMUL MUKMININ dst. dst. 

  Ingat bahwa memperistri bekas budak itu akhlak yang luar biasa 
  revolusioner. 
  Dan tidak terbayangkan bagaimana impaknya dalam alam budaya spt jaman itu. 

  Salam 
  Ary 


- Original Message - 
From: [EMAIL PROTECTED] 
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
Sent: Friday, March 10, 2006 7:32 AM 
Subject: Re: [wanita-muslimah] ketika para koki digusur tukang sayur dan 
  tukang sayur pun menjadi koki 


Setuju mas

Re: [wanita-muslimah] ketika para koki digusur tukang sayur dan tukang sayur pun menjadi koki

2006-03-10 Terurut Topik Wida . Kusuma
 03:52 PM
Please respond to
wanita-muslimah@yahoogroups.com


To
wanita-muslimah@yahoogroups.com
cc

Subject
Re: [wanita-muslimah] ketika para koki digusur tukang sayur dan tukang 
sayur pun menjadi koki






Tambahan dalam menganalisa pertanyaan saya: 
Jika Nabi melarang perbudakan dan beliau dan sahabat-sahabatnya banyak 
membebaskan budak, mengapa ketika beliau diberi budak (Maria) oleh Raja 
Mesir, beliau tidak langsung membebaskannya malah dipake sbg budak? 

Apakah mungkin Nabi yang mulia ini, yang menganjurkan untuk membebaskan 
budak, beliau sendiri masih memiliki budak?

Berikut adalah salah satu hadits favoritnya Eyang HMNA:
Dari 'Amr bin al-Harits, saudara Juwairiyah Ummul Mu^minin, ia berkata: 
RasuluLlah SAW tidak meninggalkan waktu wafatnya satu dirham dan tiada 
dinar dan tidak ada budak
laki-laki, tidak ada budak perempuan dan tidak sesuatu, kecuali baghal 
beliau
yang putih dan senjata beliau dan sekeping tanah yang telah beliau 
mensedekahkannya (Diriwayatkan oleh Bukhari-1463-).

IMHO, ketika Nabi menganjurkan untuk membebaskan budak, beliau sendiri 
juga pasti melaksanakan apa yang beliau anjurkan. Beliau tidak 
mengharuskan yang lain melakukannya, tapi beliau sendiri pasti 
melakukannya. Bagaimana mungkin menganjurkan tanpa memberi contoh?

CMIIW, Maria memang beragama Nasrani tapi beretnik Yahudi bukan?

Salam
Ary






  - Original Message - 
  From: [EMAIL PROTECTED] 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Friday, March 10, 2006 8:16 AM
  Subject: Re: [wanita-muslimah] ketika para koki digusur tukang sayur dan 
tukang sayur pun menjadi koki


  Pada prinsipnya saya setuju mas Ary, 

  memang betullah bahwa sebuah Siroh atau catatan sejarah nabi hanyalah 
  merupakan pendekatan, karena penulis siroh yang paling dekat dengan 
  zaman nabi sekalipun tidak hidup sezaman dengan nabi dan mencatat 
  perjalanan hidupnya. 

  Nabi tidak melarang perbudakan secara frontal. Tetapi beliau melarangnya 

  secara bertahap. Karena beliau paham perubahan sosial budaya yang sedang 

  ia emban, tidak bisa dilakukan dalam sekejap, pastilah harus bertahap. 
  Umatnya yang sezaman dengan dia pastilah tidak akan tahan jika perubahan 

  sosial budaya yang nabi inginkan itu dilakukan sekaligus. Karena 
perubahan 
  sosial budaya itu haruslah mengikuti perubahan jiwa umat yang beliau 
  bimbing. 

  Mungkin saja Maria sudah dibebaskan dan diperistri oleh nabi. Saya pun 
  tidak bisa menyangkal kepada kemungkinan ini. Dan Maria Qibtiyah itu 
bukan 
  keturunan Yahudi lho. Setahu saya, setelah melahirkan Ibrahim, Maria 
  kemudian memang bergelar Ummul Mukminin. 

  Sedangkan memperistri mantan sahaya sebetulnya banyak terjadi di zaman 
  nabi. Banyak sahabat (orang yang hidup sezaman dengan nabi, bukan akrab) 

  yang mencari istri dari tawanan perang (sahaya). Budaya di zaman itu 
  kira-kira seperti itu. Kita agak kesulitan menilainya dengan standar 
zaman 
  kita. 

  Adakah yang bisa memberikan penjelasan lain, mengapa menggauli sahaya di 

  zaman nabi tidak terlarang? Atau tidak dikategorikan sebagai zina? 

  Salam, 




  Ary Setijadi Prihatmanto [EMAIL PROTECTED] 
  Sent by: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  03/10/2006 02:14 PM 
  Please respond to 
  wanita-muslimah@yahoogroups.com 


  To 
  wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  cc 

  Subject 
  Re: [wanita-muslimah] ketika para koki digusur tukang sayur dan tukang 
  sayur pun menjadi koki 






  Bang Wida, 

  Pada prinsipnya saya setuju. 
  Saya hanya ingin mengajukan pertanyaan (he he he he malah nambah mumet) 
  yang mungkin bisa menjadi pemicu kita untuk bisa memahami sejarah Nabi 
  dengan lebih baik. 
  Sejarah Nabi walaupun bercerita ttg Nabi tetap hanyalah berupa sejarah. 
  Sama dengan sejarah ttg Napoleon dll. 
  Bisa jadi ceritanya terdistorsi dengan banyak hal spt. mitos-mitos dll. 

  Yang kita bisa dijadikan asumsi awal hanyalah keyakinan kita akan 
  konsistensi akhlak Nabi yang mulia. 
  Pertanyaan saya adalah: Jika Nabi melarang perbudakan dan beliau dan 
  sahabat-sahabatnya banyak membebaskan budak, mengapa ketika beliau 
diberi 
  budak (Maria) oleh Raja Mesir, beliau tidak langsung membebaskannya 
malah 
  dipake sbg budak? 

  Saya menduga keras, Maria itu sudah dibebaskan oleh Rasul tanpa menunggu 

  Maria menghasilkan keturunan dan langsung diperistri, jadi Istri yang 
sah 
  juga. Mengapa sirah nabi tidak menyebutkan hal itu, bisa saja karena 
  berbagai sebab yang jamak terjadi dalam penulisan sejarah. Contohnya, 
  adalah hal yang nggak elok bagi orang Arab untuk mengakui bahwa 
  Rasulullah menikahi perempuan bekas BUDAK yang BUKAN KETURUNAN ARAB 
lagi, 
  bahkan KETURUNAN YAHUDI. Apalagi jika sampai mengakui bahwa MARIA juga 
  bisa disebut UMMUL MUKMININ dst. dst. 

  Ingat bahwa memperistri bekas budak itu akhlak yang luar biasa 
  revolusioner. 
  Dan tidak terbayangkan bagaimana impaknya dalam alam budaya spt jaman 
itu. 

  Salam 
  Ary 


- Original Message - 
From: [EMAIL

Re: [wanita-muslimah] ketika para koki digusur tukang sayur dan tukang sayur pun menjadi koki

2006-03-10 Terurut Topik Ari Condro
jika sudah clear demikian, apa sebabnya para TKW kita tetap banyak
yang menjadi korban ?  apalagi menjadi korbannya karena disamakan
dengan sahaya ini.

salam,
Ari Condro

- Original Message - 
From: [EMAIL PROTECTED]
Ini adalah usaha saya memberikan penafsiran atas ayat yang membolehkan 
menggauli sahaya yang engkau miliki. CMIIW.





 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing
http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/aYWolB/TM
~- 

Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment  
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




Re: [wanita-muslimah] ketika para koki digusur tukang sayur dan tukang sayur pun menjadi koki

2006-03-10 Terurut Topik Ari Condro
Maria Qibtiyah itu Kristen Koptik.  Yang Yahudi adalah Raihana dan
Safiyya/Sophia.

Raihana adalah salah seorang tawanan Banu Quraiza. Ia
jatuh menjadi bagian Muhammad. Kepadanya ditawarkan
kalau-kalau ia bersedia menjadi orang Islam. Tetapi ia
tetap bertahan dengan agama Yahudinya. Juga ditawarkan
kepadanya kalau-kalau ia mau di kawini. Tetapi dia
menjawab: Biar sajalah saya dibawah tuan. Ini akan
lebih ringan buat saya, juga buat tuan.

Barangkali juga, melekatnya ia kepada agama Yahudi
dan penolakannya akan dikawin, berpangkal pada
fanatisma kegolongan, serta sisa-sisa kebencian
yang masih tertanam dalam hatinya terhadap kaum
Muslimin dan terhadap Nabi. Tetapi tidak ada orang
yang bicara tentang kecantikan Raihana seperti yang
pernah disebut-sebut orang tentang Zainab bt. Jahsy,
sekalipun ada juga yang menyebutkan bahwa dia juga
cantik. Buku-buku sejarah dalam hal ini berbeda-beda
pendapat: Adakah ia juga menggunakan tabir seperti
terhadap isteri-isteri Nabi, atau masih seperti
wanita-wanita Arab umumnya pada waktu itu, yang memang
tidak menggunakan tutup muka. Sampai pada waktu
Raihana wafat di tempat Nabi, ia tetap sebagai
miliknya.

...

-
S E J A R A H H I D U P M U H A M M A D
oleh MUHAMMAD HUSAIN HAEKAL
diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Ali Audah
Penerbit PUSTAKA JAYA
Jln. Kramat II, No. 31 A, Jakarta Pusat
Cetakan Kelima, 1980
Seri PUSTAKA ISLAM No.1

===


Maria Qibtiyya


http://en.wikipedia.org/wiki/Maria_al-Qibtiyya

Maria al-Qibtiyya (Arabic: مارية القبطية) (alternatively, especially in
non-Arabic traditions, Maria Qupthiya), or Maria the Copt, was a Coptic
Christian slave who was sent as a gift from Muqawqis, a Byzantine official,
to the Islamic prophet Muhammad in 628 CE. According to most Islamic
accounts, she was Muhammad's wife. However, some scholars have claimed that
she stayed as a concubine. She was the mother of Muhammad's short-lived son
Ibrahim, who died in infancy. Maria never remarried, and died five years
after Muhammad, in 637 CE.

Maria and her sister sent from the Patriarch

Tabari does, however recount the story of Maria's arrival from Egypt:

In this year Hātib b. Abi Balta'ah came back from al-Muqawqis bringing
Māriyah and her sister Sīrīn, his female mule Duldul, his donkey Ya'fūr, and
sets of garments. With the two women al-Muqawqis had sent a eununch, and the
latter stayed with them. Hātib had invited them to become Muslims before he
arrived with them, and Māriyah and her sister did so. The Messenger of God
lodged them with Umm Sulaym bt. Milhān. Māriyah was beautiful. The Prophet
sent her sister Sīrīn to Hassān b. Thābit and she bore him 'Abd al-Rahmān b.
Hassān. (p. 131)

Many Muslim sources say that Muhammad later freed and married Maria, but it
is not clear if this is historical fact or historical apology. Some Muslim
traditions claim that Muhammmad offered to free Maria, but that she chose to
remain a slave. To further complicate matters, slaves were to be
automatically freed upon conversion to Islam, so it is not clear why Maria
would have to be explicitly freed if she had already converted.

The fact that Maria was not housed with Muhammad's other wives argues that
she may have been a concubine. Muhammad lived in a humble mud-brick dwelling
next to the Medina mosque, and each of his wives had her own mud-brick room,
built in a line next to his. Maria, however, was lodged in a house on the
edge of Medina. Maria is also not listed as a wife in some of the earliest
sources, such as Ibn Hisham's notes on Ibn Ishaq's Sira (Guillaume 691–798).
Muslim sources are unanimous in saying that she was accorded the same honor
and respect given Muhammad's wives, pointing out that she was given the same
title as Muhammad's wives — Mother of the Believers.

References

* Tabari. Vol. 8 of the Tarikh al-rusul wa'l-mulak, State University of New
York Press, 1997.
* Guillaume, A. The Life of Muhammad, Oxford University Press, 1955.
* Rodinson, Maxime Muhammad. Random House, Inc., New York, 2002.
* Gilchrist, John. Muhammad and the Religion of Islam. Benoni, Republic of
South Africa, 1986.


=

Safiyya
http://en.wikipedia.org/wiki/Safiyya_bint_Huyayy

Safiyya bint Huyayy (Arabic: صفية بنت حيي) was a Jewess who was married to
the Prophet Muhammad.


Life

She was married to Muhammad at the age of seventeen. The marriage occurred
after the battle of Khaybar. She was the daughter of Huyayy ibn Akhtab, the
chief of Jewish tribe Banu Nadir, who were earlier expelled from Medina for
allegedly plotting to kill Muhammad. She was married to Kinana ibn al-Rabi'a
before the Muslims attacked Khaybar. Her husband is said to have been killed
in the battle. Before that she was the wife of Sallam ibn Mishkam, who had
divorced her. She was with Muhammad for nearly four years before Muhammad
died. She lived as a widow for the next thirty-nine years, dying at the age
of sixty. According to Muslims, Muhammad married her to save her 

Re: [wanita-muslimah] ketika para koki digusur tukang sayur dan tukang sayur pun menjadi koki

2006-03-10 Terurut Topik Wida . Kusuma
Saya rasa, yang melakukan hal itu tidak mengerti maksud dari ayat 
al-Qur'an ini. Tidak bisa melihat ayat ini secara kontekstual sosial 
budaya di zaman nabi. Jadi ia memanfaatkan ayat ini (jika benar 
demikian) untuk nafsu bejatnya itu.

Tetapi saya tidak yakin juga bahwa pemahaman bahwa TKW itu = sahaya dianut 
secara umum di Arab sana. Sekalipun pada beberapa kasus tampaknya 
demikian.

Bisa juga kasus perkosaan itu memang murni kriminal tanpa landasan agama, 
sekalipun dalam pemahaman yang salah. Anak majikan, atau tuan majikan yang 
nafsunya besar, dan tertarik pada kecantikan wanita Indonesia. Lalu 
mendapat celah lemahnya perlindungan hukum terhadap TKW karena posisinya 
yang lemah.

Salam,




Ari Condro [EMAIL PROTECTED] 
Sent by: wanita-muslimah@yahoogroups.com
03/10/2006 04:14 PM
Please respond to
wanita-muslimah@yahoogroups.com


To
wanita-muslimah@yahoogroups.com
cc

Subject
Re: [wanita-muslimah] ketika para koki digusur tukang sayur dan tukang 
sayur pun menjadi koki






jika sudah clear demikian, apa sebabnya para TKW kita tetap banyak
yang menjadi korban ?  apalagi menjadi korbannya karena disamakan
dengan sahaya ini.

salam,
Ari Condro

- Original Message - 
From: [EMAIL PROTECTED]
Ini adalah usaha saya memberikan penafsiran atas ayat yang membolehkan 
menggauli sahaya yang engkau miliki. CMIIW.






Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment  

Yahoo! Groups Links



 





[Non-text portions of this message have been removed]



 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing
http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/aYWolB/TM
~- 

Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment  
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




Re: [wanita-muslimah] ketika para koki digusur tukang sayur dan tukang sayur pun menjadi koki

2006-03-10 Terurut Topik Ari Condro
Coba lihat 3 point di bawah ini.  Terutama fakta bahwa Maria Qibtiyyah tidak
berada dalam rumah yg berdekatan dengan para istri nabi lainnya.

salam,
Ari Condro


1. According to most Islamic accounts, she was Muhammad's wife.
However, some scholars have claimed that she stayed as a concubine.

2. Many Muslim sources say that Muhammad later freed and married Maria, but
it
is not clear if this is historical fact or historical apology. Some Muslim
traditions claim that Muhammmad offered to free Maria, but that she chose to
remain a slave. To further complicate matters, slaves were to be
automatically freed upon conversion to Islam, so it is not clear why Maria
would have to be explicitly freed if she had already converted.

3. The fact that Maria was not housed with Muhammad's other wives argues
that
she may have been a concubine.

Muhammad lived in a humble mud-brick dwelling
next to the Medina mosque, and each of his wives had her own mud-brick room,
built in a line next to his. Maria, however, was lodged in a house on the
edge of Medina. Maria is also not listed as a wife in some of the earliest
sources, such as Ibn Hisham's notes on Ibn Ishaq's Sira (Guillaume 691–798).

Muslim sources are unanimous in saying that she was accorded the same honor
and respect given Muhammad's wives, pointing out that she was given the same
title as Muhammad's wives — Mother of the Believers.

References

* Tabari. Vol. 8 of the Tarikh al-rusul wa'l-mulak, State University of New
York Press, 1997.
* Guillaume, A. The Life of Muhammad, Oxford University Press, 1955.
* Rodinson, Maxime Muhammad. Random House, Inc., New York, 2002.
* Gilchrist, John. Muhammad and the Religion of Islam. Benoni, Republic of
South Africa, 1986.



- Original Message -
From: [EMAIL PROTECTED]
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Sent: Friday, March 10, 2006 3:42 PM
Subject: Re: [wanita-muslimah] ketika para koki digusur tukang sayur dan
tukang sayur pun menjadi koki


Maria orang Mesir asli. Dia adalah pemberian raja Muqawqis setelah
mendapat surat ajakan masuk Islam dari nabi. Ini ada sedikit tulisan saya
tentang Maria Qibtiyah, istri nabi.

11. Maria al-Qibtiyah

‘Kelak kalian akan memasuki Mesir. Aku wasiatkan pada kalian agar berbuat
baik kepada orang-orang Mesir. Sebab antara mereka dan kita ada pertalian
darah dan rahim’. (hadits)

Tidak jauh dari rumah-rumah para istri nabi terdapat sebuah rumah yang
dkhususkan bagi sahaya nabi. Mereka tidak memperoleh kehormatan sebagai
Ummul Mukminin, kecuali satu orang. Dialah Maria al-Qibityah, ibu dari
putra nabi, Ibrahim bin Muhammad.

Maria adalah hadiah bagi nabi Muhammad dari raja Muqauqis, penguasa Mesir.
Sebelumnya nabi berkirim surat kepada raja itu dan mengajaknya untuk masuk
Islam. Muqauqis berkata kepada utusan nabi: Aku tahu akan datangnya nabi
terakhir. Aku mengira nabi itu akan datang di Syam, sebab dari sanalah
biasanya bermunculan para nabi. Tapi ini benar-benar tak kusangka bahwa
nabi itu muncul di Arab. Kelak kaum Qibtiyah tidak akan menuruti
kehendakku.’ Lalu raja Muqauqis menjawab surat nabi: ‘Aku telah membaca
isi suratmu. Aku telah memahami dan mengerti ajakanmu. Aku juga tahu bahwa
kaulah nabi terakhir yang akan muncul, yang sebelumnya aku kira akan
datang dari Syam. Aku menghormati utusanmu. Dan aku kirimkan dua budak
yang terhormat dari istana kami disertai beberapa hadiah dariku dan satu
ekor unta untuk dirimu. Sekian jawabanku dan salam untukmu.’ Demikianlah
kedatangan Maria dan Sirin kakaknya ke Madinah. Lalu nabi mengambil Maria
untuk dirinya dan Sirin dihadiahkan untuk penulisnya, Hasan bin Tsabit.

Tidak diragukan lagi, bahwa nabi mencampuri Maria sebagaimana hal itu
diperbolehkan oleh al-Qur’an. Namun nabi dalam hal sahaya ini pernah
menegaskan kepada sahabat, jika ia ingin mencampurinya adalah dengan niat
untuk dijadikan istri jika kelak sahaya itu hamil. Maka demikianlah yang
terjadi pada Maria, dan hanya pada Maria tidak pada istri-istri nabi yang
lain. Maria hamil benih dari nabi. Betapa gembiranya hati nabi. Maria
dimerdekakan dari statusnya sebagai sahaya. Dia dibebaskan dari urusan
membantu rumah tangga nabi. Diangkat statusnya menjadi Ummul Mukminin.

Akan halnya Maria sangat bergembira sekali dengan kejadian dirinya. Dia
sangat membanggakan kisah Hagar dan Ibrahim. Dia mendapatkan kenyataan
yang sangat mirip sekali antara dirinya dan Hagar. Sama-sama hadiah dari
penguasa Mesir. Sama-sama bisa memberikan anak kepada seorang nabi
suaminya. Dan dimuliakan statusnya menjadi seorang istri. Terlebih lagi,
nabi Muhammad mempunyai hubungan darah dari Mesir melalui bundanya Ismail,
Hagar. Atas semua kemiripan ini, mereka namakan putera mereka sebagai
Ibrahim. Nenek moyang yang sangat mereka kagumi itu.

Akan halnya istri-istri nabi yang lain, kepedihan mendera mereka atas
kehamilan Maria ini. Bagaimana mungkin, Maria yang baru tinggal setahun
bisa langsung hamil? Padahal mereka telah selama ini menjadi istri nabi?
Kecemburuan ini terkadang tidak bisa ditutup

Re: [wanita-muslimah] ketika para koki digusur tukang sayur dan tukang sayur pun menjadi koki

2006-03-10 Terurut Topik Ary Setijadi Prihatmanto
Mas Ari,

Ada riwayat bahwa pindahnya Ibu Maria kepinggiran kota Medinah terkait dengan 
Asbabun Nuzul QS  66:1-5. Setelah Rasul memarahi istri-istrinya karena 
berkomplot, Rasul pisah ranjang gitu sama mereka lalu Maria dipindahkan ke 
pinggir kota Madinah. Walaupun memang ada riwayat lain yang menyatakan 
ayat-ayat itu terkait dengan Ibu Hafsah ra.

Walaupun Rasul melakukan rekayasa sosial masyarakat untuk menghilangkan 
perbudakan secara bertahap, dalam hemat saya tidak lah mungkin Rasul 
menganjurkan kebaikan sedangkan beliau tidak memberi contoh. Spt-nya hal ini 
pas dan sesuai dengan isyarat dari hadits harta peniggalan rasul saat meninggal 
yang tidak termasuk di dalamnya adanya budak.

Kalau para sahabat masih ada yang punya hal itu wajar saja.

Salam
Ary


  - Original Message - 
  From: Ari Condro 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Friday, March 10, 2006 10:35 AM
  Subject: Re: [wanita-muslimah] ketika para koki digusur tukang sayur dan 
tukang sayur pun menjadi koki


  Coba lihat 3 point di bawah ini.  Terutama fakta bahwa Maria Qibtiyyah tidak
  berada dalam rumah yg berdekatan dengan para istri nabi lainnya.

  salam,
  Ari Condro


  1. According to most Islamic accounts, she was Muhammad's wife.
  However, some scholars have claimed that she stayed as a concubine.

  2. Many Muslim sources say that Muhammad later freed and married Maria, but
  it
  is not clear if this is historical fact or historical apology. Some Muslim
  traditions claim that Muhammmad offered to free Maria, but that she chose to
  remain a slave. To further complicate matters, slaves were to be
  automatically freed upon conversion to Islam, so it is not clear why Maria
  would have to be explicitly freed if she had already converted.

  3. The fact that Maria was not housed with Muhammad's other wives argues
  that
  she may have been a concubine.

  Muhammad lived in a humble mud-brick dwelling
  next to the Medina mosque, and each of his wives had her own mud-brick room,
  built in a line next to his. Maria, however, was lodged in a house on the
  edge of Medina. Maria is also not listed as a wife in some of the earliest
  sources, such as Ibn Hisham's notes on Ibn Ishaq's Sira (Guillaume 691–798).

  Muslim sources are unanimous in saying that she was accorded the same honor
  and respect given Muhammad's wives, pointing out that she was given the same
  title as Muhammad's wives — Mother of the Believers.

  References

  * Tabari. Vol. 8 of the Tarikh al-rusul wa'l-mulak, State University of New
  York Press, 1997.
  * Guillaume, A. The Life of Muhammad, Oxford University Press, 1955.
  * Rodinson, Maxime Muhammad. Random House, Inc., New York, 2002.
  * Gilchrist, John. Muhammad and the Religion of Islam. Benoni, Republic of
  South Africa, 1986.



  - Original Message -
  From: [EMAIL PROTECTED]
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
  Sent: Friday, March 10, 2006 3:42 PM
  Subject: Re: [wanita-muslimah] ketika para koki digusur tukang sayur dan
  tukang sayur pun menjadi koki


  Maria orang Mesir asli. Dia adalah pemberian raja Muqawqis setelah
  mendapat surat ajakan masuk Islam dari nabi. Ini ada sedikit tulisan saya
  tentang Maria Qibtiyah, istri nabi.

  11. Maria al-Qibtiyah

  ‘Kelak kalian akan memasuki Mesir. Aku wasiatkan pada kalian agar berbuat
  baik kepada orang-orang Mesir. Sebab antara mereka dan kita ada pertalian
  darah dan rahim’. (hadits)

  Tidak jauh dari rumah-rumah para istri nabi terdapat sebuah rumah yang
  dkhususkan bagi sahaya nabi. Mereka tidak memperoleh kehormatan sebagai
  Ummul Mukminin, kecuali satu orang. Dialah Maria al-Qibityah, ibu dari
  putra nabi, Ibrahim bin Muhammad.

  Maria adalah hadiah bagi nabi Muhammad dari raja Muqauqis, penguasa Mesir.
  Sebelumnya nabi berkirim surat kepada raja itu dan mengajaknya untuk masuk
  Islam. Muqauqis berkata kepada utusan nabi: Aku tahu akan datangnya nabi
  terakhir. Aku mengira nabi itu akan datang di Syam, sebab dari sanalah
  biasanya bermunculan para nabi. Tapi ini benar-benar tak kusangka bahwa
  nabi itu muncul di Arab. Kelak kaum Qibtiyah tidak akan menuruti
  kehendakku.’ Lalu raja Muqauqis menjawab surat nabi: ‘Aku telah membaca
  isi suratmu. Aku telah memahami dan mengerti ajakanmu. Aku juga tahu bahwa
  kaulah nabi terakhir yang akan muncul, yang sebelumnya aku kira akan
  datang dari Syam. Aku menghormati utusanmu. Dan aku kirimkan dua budak
  yang terhormat dari istana kami disertai beberapa hadiah dariku dan satu
  ekor unta untuk dirimu. Sekian jawabanku dan salam untukmu.’ Demikianlah
  kedatangan Maria dan Sirin kakaknya ke Madinah. Lalu nabi mengambil Maria
  untuk dirinya dan Sirin dihadiahkan untuk penulisnya, Hasan bin Tsabit.

  Tidak diragukan lagi, bahwa nabi mencampuri Maria sebagaimana hal itu
  diperbolehkan oleh al-Qur’an. Namun nabi dalam hal sahaya ini pernah
  menegaskan kepada sahabat, jika ia ingin mencampurinya adalah dengan niat
  untuk dijadikan istri jika kelak

Re: [wanita-muslimah] ketika para koki digusur tukang sayur dan tukang sayur pun menjadi koki

2006-03-09 Terurut Topik Wida . Kusuma
Terimakasih mas PREND, artikelnya bagus sekali dan banyak yang perlu untuk 
direnungkan. Tetapi saya ingin menkomentari satu saja. Tentang budak.

Saya salinkan keterangan di bawah:
[Karena perbudakan sekarang menjadi sesuatu yang emoh untuk difikirkan, 
saya akan menjelaskan sedikit: di dalam fiqih Islam hubungan seksual 
antara laki-laki pemilik budak dengan budak perempuan tidak dilarang. 
Tidak ada akad nikah, pemberian mas kawin, atau prosesi apa pun sebelum 
hubungan seksual itu berlangsung. Jika budak perempuan itu hamil dan 
melahirkan anak, maka anak itu statusnya tetap budak, tetapi ibunya naik 
status sedikit menjadi ummu walad, tetapi masih tetap budak. ]

Sekarang fikirkanlah kasus ini. Nabi Muhammad mempunyai sahaya (budak 
perempuan) pemberian dari raja Mesir bernama Maria Qibtiyah. Dan memang 
nabi mencampurinya. Status Maria memang budak karena ia tidak menempati 
kamar bagi Ummul Mukminin. Kemudian Maria hamil dan melahirkan anak bagi 
nabi, Ibrahim yang kemudian wafat ketika berumur 1 tahun. Nah, apakah 
Ibrahim, putera nabi, statusnya masih menjadi budak? Apakah Maria ibu 
Ibrahim statusnya hanya sebagai Ibunya Ibrahim? Bukan menjadi istri nabi?

Begitulah jika agama hanya dipahami tanpa kasih sayang.

Sama kasusnya dengan nabi Ibrahim dan Hagar (Siti Hajar). Saya yakin bahwa 
setelah melahirkan Ismail, Hagar telah diangkat statusnya menjadi istri 
nabi Ibrahim. Sedangkan umat Yahudi masih ingin mengatakan Hagar masih 
tetap sebagai budak. Dan Ismail statusnya adalah tetap anak budak, bukan 
anak sah dari Ibrahim.

Kisah nabi Ibrahim dan Hagar ini adalah kisah favoritnya Maria Qibtiyah. 
Karena banyak sekali kemiripannya dengan jalan hidupnya. Sama-sama dari 
Mesir. Sama-sama diberikan kepada seorang nabi. Sama-sama dapat memberikan 
anak. Sama-sama diangkat derajatnya menjadi istri.

Inilah pemahaman saya tentang status sahaya setelah melahirkan anak bagi 
tuannya. Lebih jauh, ketika seorang tuan berniat menggauli sahayanya, maka 
ia harus berniat untuk menjadikannya seorang istri. Oleh karenanya nabi 
melarang seorang tuan melakukan azl kepada sahayanya. Agar si sahaya bisa 
terangkat martabatnya ketika memberikan anak bagi tuannya.

Salam,




P|R|E|N|D|69 [EMAIL PROTECTED] 
Sent by: wanita-muslimah@yahoogroups.com
03/10/2006 10:48 AM
Please respond to
wanita-muslimah@yahoogroups.com


To
wanita-muslimah@yahoogroups.com
cc

Subject
[wanita-muslimah] ketika para koki digusur tukang sayur dan tukang sayur 
pun menjadi koki






ketika para koki digusur tukang sayur dan tukang sayur pun menjadi koki  
Sewaktu menghadiri shalat Jumat, saya sering mendengar khatib berkata: 
“sebagai umat Islam kita harus menuruti dan menjalankan apa-apa yang 
diperintahkan dalam Alquran, dan menjauhi apa-apa yang dilarang di dalam 
Alquran agar kita menjadi orang-orang yang bertakwa…” Ucapan ini memang 
mudah diucapkan, dan terkesan mudah pula dilakukan (bagi yang mau 
melakukan). Ketika kesekian kalinya saya mendengar ucapan ini, saya 
menjadi teringat satu problema dalam ilmu fiqih yang diangkat pertama kali 
oleh Imam Al-Syafi’i (w. 204 H/820 M) dalam kitabnya Al-Risalah. Berikut 
ini adalah kisahnya (biar menarik dibaca, kisah ini tidak lagi seharfiah 
redaksi aslinya) :

“Suatu ketika seorang laki-laki berangkat ke pasar. Ia berniat membeli 
budak. Ia kemudian membeli budak perempuan. Setelah budak itu menjadi 
miliknya, dan tinggal di rumahnya, ia pun berkali-kali melakukan hubungan 
seksual dengan budak perempuan itu. 

[Karena perbudakan sekarang menjadi sesuatu yang emoh untuk difikirkan, 
saya akan menjelaskan sedikit: di dalam fiqih Islam hubungan seksual 
antara laki-laki pemilik budak dengan budak perempuan tidak dilarang. 
Tidak ada akad nikah, pemberian mas kawin, atau prosesi apa pun sebelum 
hubungan seksual itu berlangsung. Jika budak perempuan itu hamil dan 
melahirkan anak, maka anak itu statusnya tetap budak, tetapi ibunya naik 
status sedikit menjadi ummu walad, tetapi masih tetap budak. ]

Setelah beberapa lama, si laki-laki menjadi tahu bahwa budak yang 
dibelinya ini adalah saudara perempuannya. Nah lho... Besar kemungkinan si 
laki-laki adalah mantan budak yang kini merdeka dan menjadi berkecukupan, 
dulu orangtuanya juga budak, saudara-saudarinya pun budak. Atau bisa jadi, 
budak perempuan ini seayah dengannya tapi lain ibu, dan karena berbagai 
hal yang tragis, si adik perempuan pun akhirnya menjadi budak dan 
diperjualbelikan. Terus jadi gimana masalah ini?
Kita lihat pokok masalahnya .

Si laki-laki membeli budak perempuan dan kemudian melakukan hubungan 
seksual dengan budaknya itu. Keadaan ini dibolehkan oleh Alquran, malah 
dianggap baik-baik saja. Hasanah bi dzatiha. Alquran di dalam Surah Al 
Mukminun ayat 5 membolehkan perilaku seperti ini:

qad aflaha’l mu’minun
alladzina hum fi shalatihim khasyi’un
walladzinahum ’ani’l laghwi mu’ridhun
walladzinahum lizzakati fa’ilun
walladzinahum li furujihim hafizhun
illa ’ala ajwazihim aw ma malakat aymanuhum, fainnahum 

Re: [wanita-muslimah] ketika para koki digusur tukang sayur dan tukang sayur pun menjadi koki

2006-03-09 Terurut Topik Ary Setijadi Prihatmanto
Jadinya bagaimana menurut Anda nih Bang Wida,

1. Apakah perbudakan itu dibolehkan dalam Islam?
2. Baru ketika perbudakan menurut Anda dibolehkan, dalam konteks kekinian kita 
perlu bicara terlebih dahulu apa syarat-syarat seorang budak itu
3. Ketika pertanyaan2 di atas bisa dijawab dg baik, baru kita bisa bicara ttg 
apakah menggauli budak juga dibolehkan dalam Islam asal ada niat mengangkat 
jadi Istri?

Jika sudah ada jawaban TIDAK di pertanyaan pertama, pertanyaan selanjutnya 
tidak perlu lagi dijawab.
Konteks sejarah Nabi bisa kita interpretasi dg. berbagai jalan mis.
1. Maria itu bisa jadi istri sah Rasulullah, bukan budak. 
Sama sahnya dengan Hajar yang dinikahi oleh Ibrahim dengan ijin Istrinya.
2. Pelarangan perbudakan di jaman Rasul dilakukan secara berangsur-angsur. 
dst. dst.

Salam
Ary

  - Original Message - 
  From: [EMAIL PROTECTED] 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Friday, March 10, 2006 5:11 AM
  Subject: Re: [wanita-muslimah] ketika para koki digusur tukang sayur dan 
tukang sayur pun menjadi koki


  Terimakasih mas PREND, artikelnya bagus sekali dan banyak yang perlu untuk 
  direnungkan. Tetapi saya ingin menkomentari satu saja. Tentang budak. 

  Saya salinkan keterangan di bawah: 
  [Karena perbudakan sekarang menjadi sesuatu yang emoh untuk difikirkan, 
  saya akan menjelaskan sedikit: di dalam fiqih Islam hubungan seksual 
  antara laki-laki pemilik budak dengan budak perempuan tidak dilarang. 
  Tidak ada akad nikah, pemberian mas kawin, atau prosesi apa pun sebelum 
  hubungan seksual itu berlangsung. Jika budak perempuan itu hamil dan 
  melahirkan anak, maka anak itu statusnya tetap budak, tetapi ibunya naik 
  status sedikit menjadi ummu walad, tetapi masih tetap budak. ] 

  Sekarang fikirkanlah kasus ini. Nabi Muhammad mempunyai sahaya (budak 
  perempuan) pemberian dari raja Mesir bernama Maria Qibtiyah. Dan memang 
  nabi mencampurinya. Status Maria memang budak karena ia tidak menempati 
  kamar bagi Ummul Mukminin. Kemudian Maria hamil dan melahirkan anak bagi 
  nabi, Ibrahim yang kemudian wafat ketika berumur 1 tahun. Nah, apakah 
  Ibrahim, putera nabi, statusnya masih menjadi budak? Apakah Maria ibu 
  Ibrahim statusnya hanya sebagai Ibunya Ibrahim? Bukan menjadi istri nabi? 

  Begitulah jika agama hanya dipahami tanpa kasih sayang. 

  Sama kasusnya dengan nabi Ibrahim dan Hagar (Siti Hajar). Saya yakin bahwa 
  setelah melahirkan Ismail, Hagar telah diangkat statusnya menjadi istri 
  nabi Ibrahim. Sedangkan umat Yahudi masih ingin mengatakan Hagar masih 
  tetap sebagai budak. Dan Ismail statusnya adalah tetap anak budak, bukan 
  anak sah dari Ibrahim. 

  Kisah nabi Ibrahim dan Hagar ini adalah kisah favoritnya Maria Qibtiyah. 
  Karena banyak sekali kemiripannya dengan jalan hidupnya. Sama-sama dari 
  Mesir. Sama-sama diberikan kepada seorang nabi. Sama-sama dapat memberikan 
  anak. Sama-sama diangkat derajatnya menjadi istri. 

  Inilah pemahaman saya tentang status sahaya setelah melahirkan anak bagi 
  tuannya. Lebih jauh, ketika seorang tuan berniat menggauli sahayanya, maka 
  ia harus berniat untuk menjadikannya seorang istri. Oleh karenanya nabi 
  melarang seorang tuan melakukan azl kepada sahayanya. Agar si sahaya bisa 
  terangkat martabatnya ketika memberikan anak bagi tuannya. 

  Salam, 




  P|R|E|N|D|69 [EMAIL PROTECTED] 
  Sent by: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  03/10/2006 10:48 AM 
  Please respond to 
  wanita-muslimah@yahoogroups.com 


  To 
  wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  cc 

  Subject 
  [wanita-muslimah] ketika para koki digusur tukang sayur dan tukang sayur 
  pun menjadi koki 






  ketika para koki digusur tukang sayur dan tukang sayur pun menjadi koki  
  Sewaktu menghadiri shalat Jumat, saya sering mendengar khatib berkata: 
  “sebagai umat Islam kita harus menuruti dan menjalankan apa-apa yang 
  diperintahkan dalam Alquran, dan menjauhi apa-apa yang dilarang di dalam 
  Alquran agar kita menjadi orang-orang yang bertakwa…” Ucapan ini memang 
  mudah diucapkan, dan terkesan mudah pula dilakukan (bagi yang mau 
  melakukan). Ketika kesekian kalinya saya mendengar ucapan ini, saya 
  menjadi teringat satu problema dalam ilmu fiqih yang diangkat pertama kali 
  oleh Imam Al-Syafi’i (w. 204 H/820 M) dalam kitabnya Al-Risalah. Berikut 
  ini adalah kisahnya (biar menarik dibaca, kisah ini tidak lagi seharfiah 
  redaksi aslinya) : 

  “Suatu ketika seorang laki-laki berangkat ke pasar. Ia berniat membeli 
  budak. Ia kemudian membeli budak perempuan. Setelah budak itu menjadi 
  miliknya, dan tinggal di rumahnya, ia pun berkali-kali melakukan hubungan 
  seksual dengan budak perempuan itu. 

  [Karena perbudakan sekarang menjadi sesuatu yang emoh untuk difikirkan, 
  saya akan menjelaskan sedikit: di dalam fiqih Islam hubungan seksual 
  antara laki-laki pemilik budak dengan budak perempuan tidak dilarang. 
  Tidak ada akad nikah, pemberian mas kawin, atau prosesi apa pun sebelum 
  hubungan

Re: [wanita-muslimah] ketika para koki digusur tukang sayur dan tukang sayur pun menjadi koki

2006-03-09 Terurut Topik Wida . Kusuma
Setuju mas Ary,

1. perbudakan adalah budaya pra Islam yang timbul akibat peperangan, 
tawanan perang pihak yang kalah, yang kemudian dibawa ke kota dan 
diamankan dalam status budak. Al-Qur'an membolehkan mencampuri sahaya 
karena hal itu tidak dikategorikan sebagai zina. Zina terlarang karena 
akan merusak jalur nasab dan menghancurkan rumah tangga. Sedangkan kepada 
sahaya, jika sahaya itu hamil maka statusnya akan dimerdekakan dan 
dijadikan istri. Jadi status anaknya jelas, pasti milik tuannya. Tidak 
akan ada kekacauan nasab. Tidak akan ada gejolak sosial atas kasus 
kehamilan seorang sahaya oleh tuannya. Oleh sebab itulah mencampuri sahaya 
tidak dilarang.
2. Untuk masa kini tentu saja tidak boleh ada lagi perbudakan / sahaya. 
Sekalipun prt di rumah kita. Sebab tidak ada lagi budaya peperangan 
sebagaimana di zaman nabi. Sehingga tidak akan ada lagi tawanan perang 
yang bisa dibawa ke rumah dan dijadikan budak / sahaya. 
3. saya sudah jawab di atas.

1. Maria memang sahaya nabi sebelum ia memberikan anak Ibrahim. Setidaknya 
hal ini karena ia tidak menempati apartemen yang biasa disediakan bagi 
ummul mukminin. Tetapi ia menempati apartemen (rumah) lain bagi sahaya 
bersama kakaknya. Dan karena asal muasalnya adalah pemberian dari raja 
Mesir atas ajakan nabi masuk Islam. Setidaknya begitu yang saya baca dari 
Siroh selama ini. CMIIW.
2. Budaya budak memang berangsur-angsur dihapuskan oleh nabi Muhammad 
dengan berbagai cara yang mudah untuk membebaskannya. Kalau melanggar 
syariat kafaratnya membebaskan budak, kalau menampar muka budak maka harus 
dibebaskan, kalau memukul sampai berbekas harus dibebaskan, kalau masuk 
Islam harus dibebaskan, dll. Juga perlakuan baik kepada budak seperti 
harus memberikan papan, sandang, pangan sebagaimana yang dipakai / dimakan 
oleh tuannya.

Perbudakan adalah budaya pra-Islam akibat peperangan yang khas di zaman 
nabi / abad 7 H. Budaya ini menurut saya bukan hanya di Arabia saja, 
bahkan masih umum di seluruh dunia pada abad itu. Karena model 
peperangannya masih sama. Islam memberikan kebaikan pada budaya itu karena 
memang tidak bisa menghilangkannya di zaman itu, karena budaya peperangan 
terbuka masih berlangsung. Tetapi sedikit demi sedikit berusaha 
menghapuskannya. Tentu saja tidak berlaku lagi di zaman sekarang, karena 
penyebabnya sudah hilang.

Ini adalah usaha saya memberikan penafsiran atas ayat yang membolehkan 
menggauli sahaya yang engkau miliki. CMIIW.

Salam,




Ary Setijadi Prihatmanto [EMAIL PROTECTED] 
Sent by: wanita-muslimah@yahoogroups.com
03/10/2006 01:23 PM
Please respond to
wanita-muslimah@yahoogroups.com


To
wanita-muslimah@yahoogroups.com
cc

Subject
Re: [wanita-muslimah] ketika para koki digusur tukang sayur dan tukang 
sayur pun menjadi koki






Jadinya bagaimana menurut Anda nih Bang Wida,

1. Apakah perbudakan itu dibolehkan dalam Islam?
2. Baru ketika perbudakan menurut Anda dibolehkan, dalam konteks kekinian 
kita perlu bicara terlebih dahulu apa syarat-syarat seorang budak itu
3. Ketika pertanyaan2 di atas bisa dijawab dg baik, baru kita bisa bicara 
ttg apakah menggauli budak juga dibolehkan dalam Islam asal ada niat 
mengangkat jadi Istri?

Jika sudah ada jawaban TIDAK di pertanyaan pertama, pertanyaan selanjutnya 
tidak perlu lagi dijawab.
Konteks sejarah Nabi bisa kita interpretasi dg. berbagai jalan mis.
1. Maria itu bisa jadi istri sah Rasulullah, bukan budak. 
Sama sahnya dengan Hajar yang dinikahi oleh Ibrahim dengan ijin Istrinya.
2. Pelarangan perbudakan di jaman Rasul dilakukan secara berangsur-angsur. 

dst. dst.

Salam
Ary

  - Original Message - 
  From: [EMAIL PROTECTED] 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Friday, March 10, 2006 5:11 AM
  Subject: Re: [wanita-muslimah] ketika para koki digusur tukang sayur dan 
tukang sayur pun menjadi koki


  Terimakasih mas PREND, artikelnya bagus sekali dan banyak yang perlu 
untuk 
  direnungkan. Tetapi saya ingin menkomentari satu saja. Tentang budak. 

  Saya salinkan keterangan di bawah: 
  [Karena perbudakan sekarang menjadi sesuatu yang emoh untuk difikirkan, 
  saya akan menjelaskan sedikit: di dalam fiqih Islam hubungan seksual 
  antara laki-laki pemilik budak dengan budak perempuan tidak dilarang. 
  Tidak ada akad nikah, pemberian mas kawin, atau prosesi apa pun sebelum 
  hubungan seksual itu berlangsung. Jika budak perempuan itu hamil dan 
  melahirkan anak, maka anak itu statusnya tetap budak, tetapi ibunya naik 

  status sedikit menjadi ummu walad, tetapi masih tetap budak. ] 

  Sekarang fikirkanlah kasus ini. Nabi Muhammad mempunyai sahaya (budak 
  perempuan) pemberian dari raja Mesir bernama Maria Qibtiyah. Dan memang 
  nabi mencampurinya. Status Maria memang budak karena ia tidak menempati 
  kamar bagi Ummul Mukminin. Kemudian Maria hamil dan melahirkan anak bagi 

  nabi, Ibrahim yang kemudian wafat ketika berumur 1 tahun. Nah, apakah 
  Ibrahim, putera nabi, statusnya masih menjadi budak? Apakah Maria ibu 
  Ibrahim

Re: [wanita-muslimah] ketika para koki digusur tukang sayur dan tukang sayur pun menjadi koki

2006-03-09 Terurut Topik Ary Setijadi Prihatmanto
Bang Wida,

Pada prinsipnya saya setuju.
Saya hanya ingin mengajukan pertanyaan (he he he he malah nambah mumet) yang 
mungkin bisa menjadi pemicu kita untuk bisa memahami sejarah Nabi dengan lebih 
baik. 
Sejarah Nabi walaupun bercerita ttg Nabi tetap hanyalah berupa sejarah. Sama 
dengan sejarah ttg Napoleon dll.
Bisa jadi ceritanya terdistorsi dengan banyak hal spt. mitos-mitos dll.

Yang kita bisa dijadikan asumsi awal hanyalah keyakinan kita akan konsistensi 
akhlak Nabi yang mulia.
Pertanyaan saya adalah: Jika Nabi melarang perbudakan dan beliau dan 
sahabat-sahabatnya banyak membebaskan budak, mengapa ketika beliau diberi budak 
(Maria) oleh Raja Mesir, beliau tidak langsung membebaskannya malah dipake sbg 
budak?

Saya menduga keras, Maria itu sudah dibebaskan oleh Rasul tanpa menunggu Maria 
menghasilkan keturunan dan langsung diperistri, jadi Istri yang sah juga. 
Mengapa sirah nabi tidak menyebutkan hal itu, bisa saja karena berbagai sebab 
yang jamak terjadi dalam penulisan sejarah. Contohnya, adalah hal yang nggak 
elok bagi orang Arab untuk mengakui bahwa Rasulullah menikahi perempuan bekas 
BUDAK yang BUKAN KETURUNAN ARAB lagi, bahkan KETURUNAN YAHUDI. Apalagi jika 
sampai mengakui bahwa MARIA juga bisa disebut UMMUL MUKMININ dst. dst.

Ingat bahwa memperistri bekas budak itu akhlak yang luar biasa revolusioner. 
Dan tidak terbayangkan bagaimana impaknya dalam alam budaya spt jaman itu.

Salam
Ary


  - Original Message - 
  From: [EMAIL PROTECTED] 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Friday, March 10, 2006 7:32 AM
  Subject: Re: [wanita-muslimah] ketika para koki digusur tukang sayur dan 
tukang sayur pun menjadi koki


  Setuju mas Ary, 

  1. perbudakan adalah budaya pra Islam yang timbul akibat peperangan, 
  tawanan perang pihak yang kalah, yang kemudian dibawa ke kota dan 
  diamankan dalam status budak. Al-Qur'an membolehkan mencampuri sahaya 
  karena hal itu tidak dikategorikan sebagai zina. Zina terlarang karena 
  akan merusak jalur nasab dan menghancurkan rumah tangga. Sedangkan kepada 
  sahaya, jika sahaya itu hamil maka statusnya akan dimerdekakan dan 
  dijadikan istri. Jadi status anaknya jelas, pasti milik tuannya. Tidak 
  akan ada kekacauan nasab. Tidak akan ada gejolak sosial atas kasus 
  kehamilan seorang sahaya oleh tuannya. Oleh sebab itulah mencampuri sahaya 
  tidak dilarang. 
  2. Untuk masa kini tentu saja tidak boleh ada lagi perbudakan / sahaya. 
  Sekalipun prt di rumah kita. Sebab tidak ada lagi budaya peperangan 
  sebagaimana di zaman nabi. Sehingga tidak akan ada lagi tawanan perang 
  yang bisa dibawa ke rumah dan dijadikan budak / sahaya. 
  3. saya sudah jawab di atas. 

  1. Maria memang sahaya nabi sebelum ia memberikan anak Ibrahim. Setidaknya 
  hal ini karena ia tidak menempati apartemen yang biasa disediakan bagi 
  ummul mukminin. Tetapi ia menempati apartemen (rumah) lain bagi sahaya 
  bersama kakaknya. Dan karena asal muasalnya adalah pemberian dari raja 
  Mesir atas ajakan nabi masuk Islam. Setidaknya begitu yang saya baca dari 
  Siroh selama ini. CMIIW. 
  2. Budaya budak memang berangsur-angsur dihapuskan oleh nabi Muhammad 
  dengan berbagai cara yang mudah untuk membebaskannya. Kalau melanggar 
  syariat kafaratnya membebaskan budak, kalau menampar muka budak maka harus 
  dibebaskan, kalau memukul sampai berbekas harus dibebaskan, kalau masuk 
  Islam harus dibebaskan, dll. Juga perlakuan baik kepada budak seperti 
  harus memberikan papan, sandang, pangan sebagaimana yang dipakai / dimakan 
  oleh tuannya. 

  Perbudakan adalah budaya pra-Islam akibat peperangan yang khas di zaman 
  nabi / abad 7 H. Budaya ini menurut saya bukan hanya di Arabia saja, 
  bahkan masih umum di seluruh dunia pada abad itu. Karena model 
  peperangannya masih sama. Islam memberikan kebaikan pada budaya itu karena 
  memang tidak bisa menghilangkannya di zaman itu, karena budaya peperangan 
  terbuka masih berlangsung. Tetapi sedikit demi sedikit berusaha 
  menghapuskannya. Tentu saja tidak berlaku lagi di zaman sekarang, karena 
  penyebabnya sudah hilang. 

  Ini adalah usaha saya memberikan penafsiran atas ayat yang membolehkan 
  menggauli sahaya yang engkau miliki. CMIIW. 

  Salam, 




  Ary Setijadi Prihatmanto [EMAIL PROTECTED] 
  Sent by: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  03/10/2006 01:23 PM 
  Please respond to 
  wanita-muslimah@yahoogroups.com 


  To 
  wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  cc 

  Subject 
  Re: [wanita-muslimah] ketika para koki digusur tukang sayur dan tukang 
  sayur pun menjadi koki 






  Jadinya bagaimana menurut Anda nih Bang Wida, 

  1. Apakah perbudakan itu dibolehkan dalam Islam? 
  2. Baru ketika perbudakan menurut Anda dibolehkan, dalam konteks kekinian 
  kita perlu bicara terlebih dahulu apa syarat-syarat seorang budak itu 
  3. Ketika pertanyaan2 di atas bisa dijawab dg baik, baru kita bisa bicara 
  ttg apakah menggauli budak juga dibolehkan dalam Islam asal ada niat 
  mengangkat jadi

Re: [wanita-muslimah] ketika para koki digusur tukang sayur dan tukang sayur pun menjadi koki

2006-03-09 Terurut Topik Wida . Kusuma
Pada prinsipnya saya setuju mas Ary,

memang betullah bahwa sebuah Siroh atau catatan sejarah nabi hanyalah 
merupakan pendekatan, karena penulis siroh yang paling dekat dengan 
zaman nabi sekalipun tidak hidup sezaman dengan nabi dan mencatat 
perjalanan hidupnya.

Nabi tidak melarang perbudakan secara frontal. Tetapi beliau melarangnya 
secara bertahap. Karena beliau paham perubahan sosial budaya yang sedang 
ia emban, tidak bisa dilakukan dalam sekejap, pastilah harus bertahap. 
Umatnya yang sezaman dengan dia pastilah tidak akan tahan jika perubahan 
sosial budaya yang nabi inginkan itu dilakukan sekaligus. Karena perubahan 
sosial budaya itu haruslah mengikuti perubahan jiwa umat yang beliau 
bimbing.

Mungkin saja Maria sudah dibebaskan dan diperistri oleh nabi. Saya pun 
tidak bisa menyangkal kepada kemungkinan ini. Dan Maria Qibtiyah itu bukan 
keturunan Yahudi lho. Setahu saya, setelah melahirkan Ibrahim, Maria 
kemudian memang bergelar Ummul Mukminin.

Sedangkan memperistri mantan sahaya sebetulnya banyak terjadi di zaman 
nabi. Banyak sahabat (orang yang hidup sezaman dengan nabi, bukan akrab) 
yang mencari istri dari tawanan perang (sahaya). Budaya di zaman itu 
kira-kira seperti itu. Kita agak kesulitan menilainya dengan standar zaman 
kita.

Adakah yang bisa memberikan penjelasan lain, mengapa menggauli sahaya di 
zaman nabi tidak terlarang? Atau tidak dikategorikan sebagai zina?

Salam,




Ary Setijadi Prihatmanto [EMAIL PROTECTED] 
Sent by: wanita-muslimah@yahoogroups.com
03/10/2006 02:14 PM
Please respond to
wanita-muslimah@yahoogroups.com


To
wanita-muslimah@yahoogroups.com
cc

Subject
Re: [wanita-muslimah] ketika para koki digusur tukang sayur dan tukang 
sayur pun menjadi koki






Bang Wida,

Pada prinsipnya saya setuju.
Saya hanya ingin mengajukan pertanyaan (he he he he malah nambah mumet) 
yang mungkin bisa menjadi pemicu kita untuk bisa memahami sejarah Nabi 
dengan lebih baik. 
Sejarah Nabi walaupun bercerita ttg Nabi tetap hanyalah berupa sejarah. 
Sama dengan sejarah ttg Napoleon dll.
Bisa jadi ceritanya terdistorsi dengan banyak hal spt. mitos-mitos dll.

Yang kita bisa dijadikan asumsi awal hanyalah keyakinan kita akan 
konsistensi akhlak Nabi yang mulia.
Pertanyaan saya adalah: Jika Nabi melarang perbudakan dan beliau dan 
sahabat-sahabatnya banyak membebaskan budak, mengapa ketika beliau diberi 
budak (Maria) oleh Raja Mesir, beliau tidak langsung membebaskannya malah 
dipake sbg budak?

Saya menduga keras, Maria itu sudah dibebaskan oleh Rasul tanpa menunggu 
Maria menghasilkan keturunan dan langsung diperistri, jadi Istri yang sah 
juga. Mengapa sirah nabi tidak menyebutkan hal itu, bisa saja karena 
berbagai sebab yang jamak terjadi dalam penulisan sejarah. Contohnya, 
adalah hal yang nggak elok bagi orang Arab untuk mengakui bahwa 
Rasulullah menikahi perempuan bekas BUDAK yang BUKAN KETURUNAN ARAB lagi, 
bahkan KETURUNAN YAHUDI. Apalagi jika sampai mengakui bahwa MARIA juga 
bisa disebut UMMUL MUKMININ dst. dst.

Ingat bahwa memperistri bekas budak itu akhlak yang luar biasa 
revolusioner. 
Dan tidak terbayangkan bagaimana impaknya dalam alam budaya spt jaman itu.

Salam
Ary


  - Original Message - 
  From: [EMAIL PROTECTED] 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Friday, March 10, 2006 7:32 AM
  Subject: Re: [wanita-muslimah] ketika para koki digusur tukang sayur dan 
tukang sayur pun menjadi koki


  Setuju mas Ary, 

  1. perbudakan adalah budaya pra Islam yang timbul akibat peperangan, 
  tawanan perang pihak yang kalah, yang kemudian dibawa ke kota dan 
  diamankan dalam status budak. Al-Qur'an membolehkan mencampuri sahaya 
  karena hal itu tidak dikategorikan sebagai zina. Zina terlarang karena 
  akan merusak jalur nasab dan menghancurkan rumah tangga. Sedangkan 
kepada 
  sahaya, jika sahaya itu hamil maka statusnya akan dimerdekakan dan 
  dijadikan istri. Jadi status anaknya jelas, pasti milik tuannya. Tidak 
  akan ada kekacauan nasab. Tidak akan ada gejolak sosial atas kasus 
  kehamilan seorang sahaya oleh tuannya. Oleh sebab itulah mencampuri 
sahaya 
  tidak dilarang. 
  2. Untuk masa kini tentu saja tidak boleh ada lagi perbudakan / sahaya. 
  Sekalipun prt di rumah kita. Sebab tidak ada lagi budaya peperangan 
  sebagaimana di zaman nabi. Sehingga tidak akan ada lagi tawanan perang 
  yang bisa dibawa ke rumah dan dijadikan budak / sahaya. 
  3. saya sudah jawab di atas. 

  1. Maria memang sahaya nabi sebelum ia memberikan anak Ibrahim. 
Setidaknya 
  hal ini karena ia tidak menempati apartemen yang biasa disediakan bagi 
  ummul mukminin. Tetapi ia menempati apartemen (rumah) lain bagi sahaya 
  bersama kakaknya. Dan karena asal muasalnya adalah pemberian dari raja 
  Mesir atas ajakan nabi masuk Islam. Setidaknya begitu yang saya baca 
dari 
  Siroh selama ini. CMIIW. 
  2. Budaya budak memang berangsur-angsur dihapuskan oleh nabi Muhammad 
  dengan berbagai cara yang mudah untuk membebaskannya. Kalau melanggar 
  syariat