Vick, balas pantunku yang warna biru
Rovicky <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Pembahasan menarik dari kampung sebelah
RDP
--- In [EMAIL PROTECTED], "awesomedong_2005"
wrote:
--- In [EMAIL PROTECTED], "Amir" wrote:
>
Buang Lumpur Lapindo ke Laut!
Oleh Prof. Dr. R. KOESOEMADINATA
jadi saja sem
sejak kapan ikan air tawar bisa hidup di air asin?
tapiada catatan juga, kalau dibuang ke sungai porong, bagaimana
perubahan salinitasnya, ?
dari presentasinya Pak Bambang sih, debit lumpurnya kurang dari 1%
dari debit sungai porong.
Atau sengaja nunggu musim hujan supaya salinitasnya jadi le
Nah kalau 'Dokter' sudah angkat tangan gantian Pak Dukun yg bekerja :)
upst !!
Jumatan dul
RDP
On 9/8/06, soegiri <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Kamis, 07 September 2006 20:58:00
Andang Bachtiar: Luapan Lumpur Panas Lapindo tak Bisa Dihentikan
Surabaya-RoL-- Geolog yang mantan Ketua Umum IA
>
Pak Is,
Tolong dong diposting beritanya.
Si-Abah
__
Republika hari ini Jumat , ada Berita di hal 16 , dengan Judul " Bisakah
> Blok Cepu Berproduksi 2008 ? " ada kata kata yang kurang mengenakan IAGI ,
> disitu kok
IAGI HAGI ... ada lowongan voluntir
Silahkan kontak langsung ke beliau ya
suwun
RDP
-- Forwarded message --
From: Budi Raya <[EMAIL PROTECTED]>
Date: Sep 7, 2006 10:13 PM
Subject: Mohon Info
To: [EMAIL PROTECTED]
DH,
Apakah bpk punya informasi mengenai institusi yg menyelengga
Memang aneh 'basic agreement' (begitu namanya) Natuna D alpha ini. Split
nya 0% vs 100% (0% buat pemerintah), gak ada bonus produksi buat
pemerintah (diganti dengan yang namanya FTS buat Pertamina), pajaknya juga
ada batas atasnya! jadi gak bisa melebihi jumlah agregat tertentu.
Bisa masuk MURI n
Pak Ismail,
Saya sudah telpon ke Republika, belum disambungkan ke
penanggungjawab rubrik tsb., sekarang sedang tunggu mereka
menghubungi saya. Maksudnya mau tanya siapa 'oknum' yang
dimaksud, supaya kita bisa klarifikasi ke anggota.
Tenkyu, R i d w a n
On Fri, 8 Sep 2006 09:09:47 +0700
"I
Kamis, 07 September 2006 20:58:00
Andang Bachtiar: Luapan Lumpur Panas Lapindo tak Bisa Dihentikan
Surabaya-RoL-- Geolog yang mantan Ketua Umum IAGI (Ikatan Ahli Geologi
Indonesia), Dr Ir Andang Bachtiar MSc berpendapat bahwa luapan lumpur panas
Lapindo di Porong, Sidoarjo sejak 29 Mei 2006 itu,
Maaf lewat jalur umum.
Ada kawan yang punya email address nya rekan Bambang Istadi - Lapindo ?
Saya dan beberapa kawan eks geothermal ingin ngobrol dgn beliau. terima kasih
batara
> Ini hanya soal waktu saja, yang berasal dari alam yang dikembalikan kealam
> akan mencapai kesetimbangan kembali. M
Pembahasan menarik dari kampung sebelah
RDP
--- In [EMAIL PROTECTED], "awesomedong_2005"
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
--- In [EMAIL PROTECTED], "Amir" wrote:
>
> Buang Lumpur Lapindo ke Laut!
> Oleh Prof. Dr. R. KOESOEMADINATA
>
> jadi saja semburan liar ini disebabka atau dipicu oleh kelalaian
>
Republika hari ini Jumat , ada Berita di hal 16 , dengan Judul " Bisakah
Blok Cepu Berproduksi 2008 ? " ada kata kata yang kurang mengenakan IAGI ,
disitu kok disebut sebut IAGI sebagai Oknum , Ada yang dapat
mengklarifikasinya atau pencerahannya ? monggo
ISM
-
Ya jangan dibikin batu-bata tetapi dibuat untuk closet, tile (keramik).
Nanti KIA atau Asia Tile yg "menambangnya"
Asalkan diumumkan apa saja mineraloginya. Sifat fisik dll.
Saya selalu mendapatkan informasi kalimat atau kata-kata saja,
"ini aman kok bukan toxic" ...
"eh ada Hg-nya looh" ...
"Lah
Pak Wahyu,
Sebenarnya pertanyaan bapak lebih sahih kalau dijawab oleh ahli ekonomi atau
ahli yang berkaitan dengan bidang keilmuannya. Saya, pada dasarnya, hanya
berusaha berpandangan bahwa LUMPUR LAPINDO ADALAH 'BLESSING IN DISGUISE.'
Pasti, dari satu pemikiran akan memiliki berbagai konsekue
Ini hanya soal waktu saja, yang berasal dari alam yang dikembalikan kealam
akan mencapai kesetimbangan kembali. Malahan lumpur ini jauh lebih baik
dari pada material2 yang dibuang pabrik2 disekitar Surabaya-Sidoarjo.
Dengan waktu air akan menjadi jernih juga Yang masalah adalah
pendangkalan. Oleh
Memang benar, secara substansial, lumpur bukan
polutan. Bila tidak mengandung material yang beracun
dan berbahaya, lumpur tidak berbahaya. Yang menjadi
persoalan adalah, volume lumpur yang sangat besar dan
kita juga tidak tahu sampai kapan akan bertambah terus
volumenya itu.
Bila lumpur dalam juml
HESS merupakan perusahaan yg dimiliki terutama oleh satu orang
(keluarga) oleh seseorang bernama John Hess, walaupun sudah publik
listing juga. Namun akan lebih bagus kalau perusahaan yg murni public
seperti Exxon (Chevron), atau mungkin perusahaan yg ada unsur
negaranya misalnya Royal Dutch Shell
Kalau kemudian ternyata benar mereka sanggup membuat
batubata dengan kecepatan yang dapat mengimbangi
keluarnya lumpur, lalu:
1. berapa banyak batubata yang akan dihasilkan?
2. siapa yang akan memakai?
3. kalau dipakai untuk daerah yang jauh, biaya
angguknya tinggi, harga bata jadi tinggi, (diba
Lho relief well kan untuk menyetop lumpur keluar , itupun masih berminggu
minggu lagi hasilnya , Bagaimana dg lumpur yang sudah ada dan telah menyebar
kemana mana itu, apakah dibuang semua shg daerah tsb kembali normal seperti
dulu, atau didiamkan saja dan penduduk direlokasi ( mana ya yang leb
masalahnya dulu kita ngga tahu bakalan begini.
wektu itu smua ndak yakin bakal begini.
dan sama saja akan pada komplain juga kalau ditangani PU tapi kalao
ternyata relief well berhasil, trus komplen lagi ?
rdp
On 9/7/06, Ismail Zaini <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Sepertinya semua prosedur sud
analisa begini ini hasilnya rahasia bukan kang Ar ?
kalau dibuka saja hasilnya tgentunya akan banyak berguna, tapekno
nantinya apa malah pada rebutan ya ?
bisa konflik lagi ndak ya ?
On 9/7/06, Ariadi Subandrio <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
dengan volume lumpur saat ini yang sudah jutaan m3 plus t
Sepertinya semua prosedur sudah dilakukan secara Normal , Tapi tindakan yang
Abnormal.
Baru setelah genap 100 hari dibentuk Tim Penanganan yang diketahui Oleh
Departemen PU .( koran pagi ini )
Padahal kalau dulu setelah 7 hari sudah dilakukan tindakan , Kemudian
setelah 40 hari penelitian selesa
Saya sepakat dengan Pak Rovicky: MENGANGGAP LUMPUR SEBAGAI BAHAN SUATU
PRODUCT. Dalam beberapa tayangan Metro TV beberapa minggu lalu, sudah ada
beberapa pengusaha setempat yang membuat batubata dari lumpur lapindo
menurutnya hasilnya lebih bagus dari bahan lempung yang biasanya mereka
dapatk
>
Pak Koesoema
Sangat stright forward dan mengena ke jantung persoalan .
Sejak awal saya sudah berpendapat bahwa "siapa yang bersalah" HANYA
dapat ditentukan oleh Pengadilan , dan tentunya proses sebelum , saat ini
sesudah semburan lumpur selesai akan merupakan bahan bagi pengadilan
da
dengan volume lumpur saat ini yang sudah jutaan m3 plus tambahan terus menerus
puluhan meter kubik setiap hari, saya rasa prioritynya adalah cleaning first.
Kalau udah bersih, kondisi tenang, perkara dimanfaatkan jadi ini jadi itu
adalah belakangan lagian kayak2nya Lapindo juga sudah bikin k
saya stuju lumpur itu bukan polutan, namun akan lebih bagus seandainya
lumpur itu dijadikan komoditi, ini "first priority".
membuang itu jelas ada masalah lain, yang masih belum terlihat saat
ini adalah menganggap lumpur sbg bahan galian. ini harus digali dan
diciptakan. lebih banyak yg menganggap
25 matches
Mail list logo