Mohon maaf, biar tidak membingungkan, tanggapan saya adalah yang berwarna
biru dan saya awali dengan tanda panah (email sebelumnya saya edit,
takaja-kaja se)
.Saya juga tidak punya angka persis mengenai besaran biaya untuk
"menunjang kegiatan ilmiah dan semacamnya" tsb. Tetapi buat perusahaa
rahyussalim <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Kenyataannya
bagaimana?? Dimanakah uang itu sekarang berada?? Siapakah yang menikmatinya??
Pemerintah?? Pengusaha?? Praktisi kedokteran??? Saya kira hal ini menarik untuk
ditelusuri.
Saya sangat sepakat dengan rekomendasi sanak Rah
Dalam posting saya sebelumnya saya pernah menulis: biaya promosi dan "biaya
promosi" (pakai tanda kutip). Waktu ditugaskan mengaudit dulu saya memang
tidak pernah menemukan satu barispun catatan perusahaan tentang adanya
pengeluaran biaya untuk Tuan X agar ybs menggunakan obat kita"
Saya juga tida
rahyussalim <[EMAIL PROTECTED]> wrote:... Saya yakin harga obat
tidak berpengaruh significant akibat perilaku dokter macam ini (karena jumlah
dokter mapan seperti ini tidak banyak, mungkin hanya 1% dari jumlah dokter
Indonesia saya gak punya datanya). ...
... [deleted]
Duga
..
Ambo salamo bakarajo dan berkenalan jo bisnis di industri dan
marketing-marketing ubek farmasi tageleang geleang sajo mandanga carito mrk.
karano bisa bisa mereka menargetkan penjualan obat sampai milyaran rupiah
untuk 1 dokter per periode. dan untuk itupun mereka berani memberikan
investas
Sanak Rahyussalim.
Saya sangat mendukung pendapat Sanak tentang hak masyarakat tentang
kesehatan, dan bahwa satu-satunya cara yang sangat Sanak rekomendasikan bahwa
pemerintah harus membuat regulasi ttg ini.
Bukan hanya saya tampaknya yang sependapat, UUD 45 pun memuat 2 ayat untuk
Saya sangat setuju pendapat anda, Depkes harus jelas dan tegas dulu, seperti
apa desain upaya peningkatan kesehatan masyarakat (artinya, keputusan/
peraturan menkes tentang Standar Pelayanan Minimal juga harus "membumi")
===> Pendapat saya adalah bahwa setiap individu masyarakat Indonesia be
Sanak Fikri dan dunsanak sadonyo.
Memang batua, kalau nan ambo caliak waktu ambo masih jadi auditor, komponen
biaya promosi dan "promosi" (paka tanda kutip) kalau dijumlahkan bisa jadi
jauah labiah tinggi dibandiangkan biaya produksi itu sendiri (dari kapatang
ambo ka manyabuik iko agak sa
Banyak suduik pandang tantu makin langkok pak yo...
Kiniko ambo akan cubo pulo jo sudut pandang nan babeda pulo lai yaitu dari
sisi promosi bisnis ubek.
Pak riri khan alah manyabuik bahwa adoh komponen-komponen biaya yang
menyebabkan suatu obat menjadi mahal, dan salah satunya adalah promosi.
Am
Sanak Rahyussalim,
Saya sangat setuju pendapat anda, Depkes harus jelas dan tegas dulu, seperti
apa desain upaya peningkatan kesehatan masyarakat (artinya, keputusan/
peraturan menkes tentang Standar Pelayanan Minimal juga harus "membumi")
Nah, "Program Obat Rakyat Murah dan Berk
Kalau mau ideal, tentu memang harus dari A sampai Z nya. Cuma, sebagaimana
tercantum di subject posting, program ini adalah untuk obat saja. Mungkin
(mudah2an) suatu saat nanti Pemerintah (dan seluruh pihak terkait) juga akan
meluncurkan program untuk menekan unsur2 biaya pengobatan lain, seperti
d
Banyak fiqh Islam yang membutuhkan orang-orang yang ahli
dalam bidang kimia untuk ikut terlibat menentukan suatu
hukum sehigga tidak terjadi kesalah fahaman.
Semisal ada larangan bagi ummat Islam meminum khamar, karena
masyarakat mengi
Mak Parapatiah nan dianjuang tinggi diamba gadang
Kok dibuang ambo jauah mak, kok digantuang ambo tinggi mak. Kalau masalah ubek
iyo sangaik jauah dari spesialisasi ambo mak, ambo bukan doto bukan apoteker.
Di mato urang Kimia sagalo material tu tasusun dari dari zat kimia jadi kalau
ado nan mamp
From: RantauNet@googlegroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Riri
- Mairizal Chaidir
Sent: Wednesday, May 09, 2007 10:01 AM
To: RantauNet@googlegroups.com
Subject: [EMAIL PROTECTED] Re: Depkes Luncurkan Obat Serba Rp1.000
Saya bukan dokter, apoteker, ataupun pengu
Sent: Wednesday, May 09, 2007 10:01 AM
To: RantauNet@googlegroups.com
Subject: [EMAIL PROTECTED] Re: Depkes Luncurkan Obat Serba Rp1.000
Saya bukan dokter, apoteker, ataupun pengusaha yang berkaitan dengan
obat2an.
Cuma, rasanya terlalu sumir kalau ada simpulan bahwa "obat murah tidak
m
Walaikumussalam,
Ambo lai manyilau palanta juo mak.
Pernyataan dokterko bararti, malawan pernyataan nan manyatokan bahaso "ubek
generik tu sabanano samo jo ubek nan maha".
===> Betul. Subananyo indak malawan tapi babeda pandapek. Ambo bapandapaek
ubek generik tu babeda jo ubek non generik. Pan
Assalamu'alaikum wr. wb.
Dunsanak di palanta Yth
Ado joke tentang ubek generik dan ubek patent. Duo urang pai ka dokter untuak
mamintak ubek penurun barek badan nabn surang mintak ubek paten dek sakuno taba
dan nan lain mintak ubek generik karano tongpes.
Sasudah sabulan makan ubek mareka konsu
Assalamu'alaykum wr.wb
Selain faktor biaya promosi ,yang membuat mahal adalah kemasan, biaya
kemasan kadang sama dengan bahan baku obat. Biasanya obat generik itu
kemasannya lebih sederhana, namaun isinya tetap sama.
Ini ada artikel yang mungkin membantu,
---
Mutu Obat Generik
===
Pertanya
egroups.com
To
cc
Subject
[EMAIL PROTECTED] Re: Depkes Luncurkan Obat Serba Rp1.000
Kalau saya sakit misalnya demam berdarah yang masih stadium awal... maukah
saya diobati dengan obat2 dan fasilitas obat serba 1000 tersebut?
Kalau saya pribadi yang sakit jawabnya tidak mau. Lantas obat in
Saya bukan dokter, apoteker, ataupun pengusaha yang berkaitan dengan obat2an.
Cuma, rasanya terlalu sumir kalau ada simpulan bahwa "obat murah tidak
manjur", sebaliknya "obat mahal pasti top"
Saya pernah ngaudit 2-3 perusahaan yang ada kaitannya dengan produksi dan
penyaluran obat. Saya d
Kalau saya sakit misalnya demam berdarah yang masih stadium awal... maukah
saya diobati dengan obat2 dan fasilitas obat serba 1000 tersebut?
Kalau saya pribadi yang sakit jawabnya tidak mau. Lantas obat ini buat siapa
ya?
Ehm perlu renungan...
-Original Message-
From: RantauNet@googleg
21 matches
Mail list logo