On Sun, Jan 08, 2006 at 08:42:52PM +0700, Budi Rahardjo wrote:
> Sebetulnya, di Indonesia *LEBIH MURAH*, yaitu buku bajakan!
> Mengapa ini tidak dimanfaatkan?

piro Pak biaya cetaknya? sudah dihitung belum? setahu saya, membeli buku
aslinya bisa lebih murah, kecuali kalau sudah dipalakin eh.. dipajakin.

> Saya khawatir mau ada buku murah pun kalau nggak ada
> keinginan ya percuma saja. Sekarang toh sudah ada buku "murah"
> (alias bajalan). Kita lupakan dulu masalah legal atau ilegalnya.
> Pada kenyataannya mahasiswa sudah memiliki akses ke buku murah.

pada kenyataannya buku itu pun masih mahal. profile don't speculate :-)
buku untuk mahasiswa itu tugas perpustakaan. kalau itu kurang, biarlah
yang mampu saja yang membeli buku.

saya sebetulnya agak miris dengan thread ini, mestinya judulnya dosen
dan mahasiswa. dosen yang brengsek bukan karena mahasiswanya brengsek
dan sebaliknya. dua-duanya masalah (kalau ada) yang perlu diselesaikan
masing-masing.

mau yang pasti-pasti saja?
- kalau dosen brengsek, bisa dipecat? kalau jadi mentri/anggota MPR
  gimana? kalau duitnya habis dipakai buat beli buku sehingga terpaksa
  ngobyek di tempat lain gimana? hi..hi..
- mahasiswa brengsek mau tidak diluluskan?
  (standarisasi penilaian, itu masih pakai teori relativitas? :-)
- spp/uang gedung mau diturunkan? digratiskan?
- pajak buku mau dihilangkan? mau dicetak dengan murah? percetakan
  universitas mau?

kenyataannya: daya saing lulusan perguruan tinggi kita tidak tinggi di
dunia international (itu pun kalau masih diperhitungkan di dunia
international), alias ayam sayur bin jago kandang. salah siapa? sistem
pendidikan? sarana/prasarana (perguruan tinggi)? mahasiswa/masyarakat?

pilih jawaban dari pertanyaan di bawah yang anda anggap paling benar.

1) kalau A diajar B dan tidak berhasil, maka kemungkinannya:
A) A goblok
B) B goblok
C) A dan B goblok
D) bukan salah satu di atas (alias penampakan ponirah).

hayooh, mana akuntabilitasnya. hayooh diberesin dulu. mahasiswa yang
malas membaca? buanyaaaak. dosen yang males membaca? buanyaaak.

makanya turunin SPP/Uang gedung biar kesempatan orang yang gemar membaca
masuk PT lebih besar.

padahal, kalau saya ngomong soal akuntabilitas PT itu yang ada di kepala
saya cuman pendidikan setingkat strata 1. gimana kalau strata 2 ?
ho..ho..ho.. (ketawanya jin kartubi). gimana pendidikan magister
whatever? ho..ho..ho (ketawa bapaknya jin kartubi), gimana pendidikan
strata 3? hi..hi.. (yang ini tuyulnya mbak yul) karena pendidikan strata
3 produk anak bangsa belum bisa jadi komoditi.

Salam,

P.Y. Adi Prasaja

Kirim email ke