arcon,
 saya sudah baca blog yang direkomendasikan. saya setuju juga dengan pendapat 
arcon, bahwa itu "propaganda" poligami, tapi tetap bukan sosialisasi.
 
 sosialisasi, hemat saya, adalah upaya yang dilakukan dengan kesadaran penuh 
berdasarkan keyakinan atas nilai-nilai sesuatu yang disosialisasikan itu. dalam 
hal ini bisa juga berlaku reverse angle-nya, seperti arcon yang giat melakukan 
sosialisasi anti-poligami (tolak poligami).
 
 tapi apa yang dilakukan manoj dan hanung, saya kira melulu berdasarkan pada 
"sensasi" poligami itu sendiri yang ingin dijual. itulah mengapa ending film 
di-twist sedemikian rupa dari versi asli novelnya.
 
 tapi kini setelah "versi 1.0" dari  film ini laku keras  di pasaran,  manoj 
berencana membuat  "versi extended" yang katanya ingin bersetia pada versi 
novel yang ditulis kang abik.
 
 apakah itu karena semangat "sosialisasi " poligami? 
 
 tidak arcon. itu semata, dan hanya semata, pada daya tarik gemerincing fulus.
 
 salam,
 
 ~a~
  
Ari Condro <[EMAIL PROTECTED]> wrote:                             On 3/22/08, 
akmal n. basral <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
 
 > saya coba jawab satu persatu mbak herni,
 >  salam kenal lebih dulu.
 >
 >  1. film aac bukan soal sosialisasi poligami. ini murni pertimbangan
 > industri saja.
 
 ===
 
 kang akmal
 
 ada baiknya main ke blognya mas edy marwanta.  bossnya pks di jepun,
 dan eks ketua ppi jepang [atau masih ?]
 
 http://emarwanta.multiply.com/journal/item/18
 
 Kisah tentang Pak Hidayat Nurwahid dari KoranTempo.
 
 -----------------
 
 Sehari Bersama Ketua MPR Hidayat Nur Wahid
 Memimpin Minus Pengawal
 
 .....
 Pukul 15.40, Hidayat bersiap-siap kembali ke rumah dinasnya karena pukul
 16.30 ia akan menerima Hanung Bramantyo, sutradara film Ayat-ayat Cinta
 yang lagi populer.
 ....
 Pukul 16.25, Hidayat sampai di rumah dinasnya. Sepuluh menit berselang,
 tamu yang ditunggu, Hanung, datang. Hidayat menyambut Hanung di ruang
 tamu, mengenakan baju putih bermotif kotak-kotak pendek dan celana
 hitam. Hanung meminta pendapat Hidayat tentang film Ayat-ayat Cinta
 sekaligus saran untuk film Ahmad Dahlan--pendiri Muhammadiyah- -yang akan
 dibikinnya.
 
 Meski hanya tiga kali menonton film seumur hidupnya, Hidayat mengkritik
 beberapa lafal bahasa Arab dalam adegan Ayat-ayat Cinta yang grammar-nya
 tidak benar. Lokasi shooting yang tidak sesuai dengan kondisi Mesir
 dikritik. Hidayat juga mempertanyakan mengapa Hanung menonjolkan sisi
 poligami dalam film itu, padahal dalam novelnya tidak.
 
 ===
 
 mari kita lihat lagi kalimat terakhir kutipan itu.  Hidayat juga
 mempertanyakan mengapa Hanung menonjolkan sisi poligami dalam film
 itu, padahal dalam novelnya tidak.
 
 Jadi hidayat nur wahid sendiri "risih" ketika film AAC dijadikan
 propaganda poligami.
 
 salam,
 ari c
 
     
                                       


minds are like parachutes. they work best when open.
       
---------------------------------
Looking for last minute shopping deals?  Find them fast with Yahoo! Search.

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke