mas, Saya memang mengakui hak anda untuk berpendapat, tapi ternyata tidak sebaliknya kan?
Cobalah introspeksi ttg bagaimana anda berdiskusi. Anda itu sudah dikasih tahu baik-baik, tapi memang keras kepala dan arogan. (menurut standar keluaran dari anda mungkin santun, tapi ternyata buat standar inputan untuk anda ternyata juga arogan) Contoh yang sangat dekat: Mas Pei itu sudah jelas-jelas bilang dengan santun, mbok dibaca dulu sebelum komentar, karena komentar anda itu benar-benar ngawur nggak nyambung. Tapi dasar memang mentalitas victim, malah langsung meradang bicara ttg keadilan di milis, otoritas... seakan-akan anda korban dan malah mencaci maki... dikasih tahu malah nggigit... Perbedaan aqidah jaman rasul masih hidup itu tentu saja hampir tidak ada, karena kata putusnya ada di Rasulullah sendiri sebagai sumber utama. Yang sekarang itu kan hanya MENGACU pada yang katanya dari rasul. Musailamah Al-Kadzab itu mulai ngaku jadi nabi saat Rasulullah masih hidup. Tapi sampai wafatnya, Nabi TIDAK PERNAH memerintahkan untuk menumpas. Nabi memang marah, dan itu tercermin saat menerima utusan Musailamah: "Aku beriman kepada Allah dan para rasul-Nya! Kalau saja aku diperbolehkan untuk membunuh seorang utusan tentu akan aku bunuh kalian berdua!" Nabi yang mulia ini berbeda dengan kita yang sok suci, rasa marahnya tidak membutakan diri dari berbuat ADIL. Makanya silahkan cari rujukannya, bukan hanya hear-say... ----- Original Message ----- From: rsa To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Thursday, April 24, 2008 2:31 PM Subject: [wanita-muslimah] Peringatan : Re: Rasulullah Salallahi 'alaihi Wasalam VS Mirza Ghulam Ahmad Singkat saja kalo gitu, pendapat anda benar untuk anda, pendapat saya benar untuk saya. Sederhana kan? Jadi apa yang saya sampaikan selama ini, ya, tidak masalah jika bagi anda atau yg spt anda dipandang sesat atau sok benar sendiri, krn toh saya tidak sendirian, setidaknya saya merasa demikian. Dan memang demikianlah dunia ini. Masalahnya kan memang selama ini sudut pandang dan pola berpikir saya dan anda jelas beda. Apalagi ini milis yang sangat sesuai dengan ciri2 anda ini. Artinya, pada akhirnya, meski anda dengan 'adil' dan 'bijak' mau mengakui pendapat saya, toh akan ada dewan moderator yang memastikan hanya opini yang 'pantas' saja yang diluluskan. Tapi ya mau apa lagi, memang demikian 'perda' di milis ini. Tapi jujur saya jadi bingung, jika buat anda wajar, buat saya komentar anda dalam rangka 'mengingatkan' atau 'meluruskan' opini spt saya (meski dg tulisan dan grammar standar dan santun malah) itu bisa vulgar. Coba lihat mayoritas tanggapan anda. Apa ini memang ciri anda atau apa? Tapi tdk penting. Saya hanya heran saja. Mana bisa ada dialog sehat jika komentar pro milis saja yang selalu menang, apapun kadarnya? ;-) Anda bilang kuncinya di hati nurani? Tdk perlu pendidikan? Hmm ... padahal Al-Qur'an jelas bilang [1] 'bacalah' yang buat saya ini sinyal untuk berpendidikan (format formal atau tidak bukan persoalan) dan [2] 'kami turunkan kitab ini dalam bahasa Arab agar kamu mudah mengerti' yang artinya wajib kita tahu bahasa Arab! Jika hati nurani adalah kunci, bagaimana anda menjelaskan perbedaan yang ada dalam hal aqidah yang tidak terjadi di masa Rasulullah? Jika ada yang menyimpang, spt musailamah al-kadzab, ini langsung beliau tumpas. Datanya? Ya kitab sirah. Tuh si mod pak Pei kelihatannya sangat paham sirah, pasti dia tahu. Jika hati nurani adalah kunci, mana dalilnya dalam Al-Quran dan Hadis? Apa ini hasil olah logika anda yang konon terpelajar? Bukankah setan selalu siap sedia membujuk dan menggiring manusia pada kesesatan, yang adalah inti utama dari adanya serangkaian pewahyuan yang ujungnya adalah pada risalah Rasulullah Muhammad saw? Jadi selama ini anda pakai hatinurani saja? Rasa2nya saya ragu. Apa sih hati nurani itu? Hati suci bersih? nurani kan dari bhs Arab: nur=cahaya ani ('aini)=mata ... 'cahaya mata' ... apa itu? Mbo ya jangan asal comot istilah, yang jeli gitu. Baca lagi deh Al-Quran dan Hadis dengan cara yang benar yang sesuai kaidah yang selama ini membangun tradisi pilar iman dan ilmu dalam Islam, dan jangan melulu karena merasa ulama bisa salah jadi mudah menoleh dan mendengar celotehan non-muslim atau muslim yang mengacu pada sumber selain Islam (mis filsafat, dll) dalam menjelaskan Islam. Tidak ada yang relatif di dunia ini. Semua sudah jelas. Tapi ya kembali ke atas, tanpa ada 'nurani' dalam hati anda, apapun yang anda pandang tidak sesuai dengan anda tentu anda tolak. Siapa sih sebenarnya yang memaksa, yang anda maksud itu? Jika ada set of belief yang jelas beda, lalu tidak mau menerima bahwa dirinya beda, apakah wajar perbedaan ini dianggap tidak ada? Ibaratnya, ada orang lain yang datang kepada anda dan lalu tinggal bersama keluarga anda semata karena dia mengaku dirinya adalah anggota keluarga anda juga karena dia menggunakan denominator generik yaitu sama-sama manusia! Ya jelas beda. Silakan saja MGA atau siapapun mendeklarasikan agama baru, tapi jangan MEMAKSA ummat Islam menerima mereka sebagai ISLAM juga. Jelas? --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Ary Setijadi Prihatmanto" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > mas satriyo, > > berpendapat itu tidak jadi masalah. > yakin thd satu pendapat itu juga tidak masalah, malah harus spy orang punya pegangan. > pendapat yang anda teruskan itu boleh saja anda bilang bersumber dari Al-Quran dan Sunnah. > > Tapi sadarilah bahwa pendapat tersebut hanyalah satu dari banyak pendapat yang lain yang juga bersumber dari Al-Quran dan Sunnah. Islam itu HAK setiap manusia. Tidak seorangpun BERHAK menilai orang itu islam atau tidak selain Allah. > Setiap manusia itu sama dengan yang lain. yang membedakan adalah ketakwaan, dan ketakwaan itu urusan Allah. > > Begitu juga dari sisi generasi, generasi kita adalah generasi manusia yang sama dengan generasi-generasi sebelumnya. > Maha suci Allah dari memberikan petunjuk yang tidak dapat dipahami oleh sebarang manusia, sepanjang zaman, sebarang bangsa. Apakah berpendidikan atau tidak, pernah tahu bahasa Arab atau tidak dll. > Kuncinya di hati nurani yang jernih. Itulah Islam yang lurus. > > Jadi tidak boleh atas nama pendapat anda, anda paksakan pelaksanaannya ke orang lain. > apalagi sambil ancam-mengancam, mengganggu kehidupan keluarga, merusak harta benda, > itu semua sakral dan wajib dilindungi dalam pandangan Islam > > > > ----- Original Message ----- > From: rsa > To: wanita-muslimah@yahoogroups.com > Sent: Thursday, April 24, 2008 12:21 PM > Subject: [wanita-muslimah] Peringatan : Re: Rasulullah Salallahi 'alaihi Wasalam VS Mirza Ghulam Ahmad > > > Artinya andapun juga tidak jauh beda dari tuduhan anda sendiri pada > saya: anda menuduh saya mudah menyesatkan, anda pun juga demikian, > dan bahkan ditambah cap/label/stempel lain ... (silakan anda cek > sendiri komen2 anda ke saya atau lainnya yang beda pendapat selama > ini) ... > > Tapi baguslah kalo anda tidak mengkultuskan ulama, memang itu haram, > dan sadar semua juga manusia, kec manusia khusus, yaitu anbiya dan > mursalin. > > Jika fakta saya mengatakan ini dan itu sesat, itu bukan semata oleh > logika saya dalam berfatwa, tapi sekadar meneruskan informasi yang > benar yang saya yakini. Apakah anda akan selalu mencap demikian > kepada tiap orang yang spt saya yang saya kira lumayan banyak > jumlahnya di dunia ini di kalangan muslim? jika ya, silakan saja ... > toh tidak relevan dengan fakta bahwa memang yang sesat ya sesat, > meski HAM, gender, dst dll dsb 'berkata' sebaliknya ... toh opini > manusia berdasar olah logika manusia juga, bukan firman Allah atau > hadis Rasul! > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Ary Setijadi Prihatmanto" > <ary.setijadi@> wrote: > > ------------------------------------------------------------------------------ No virus found in this incoming message. Checked by AVG. Version: 7.5.524 / Virus Database: 269.23.4/1394 - Release Date: 23/04/2008 19:16 [Non-text portions of this message have been removed]