Ole sio sayange, memangnya Allah Yang Mutakallim hanya berurusan dengan 
makhlukNya yang bernama manusia saja ? Ada malaikat-malaikat kepada mereka 
Allah tetap Mutakallim, walaupun telah berhenti bercakap-cakap dengan manusia 
setelah Nabi Muhammad SAW, yang Khatamun Nabiyyin(*). Begitu nyong. Sio, apa 
definisi Nabi dan Rasul menurut Al-Quran ?
Maka Allah membangkitkan nabi-nabi  untuk penggembira dan penggentar dan 
menurunkan Kitab bersama mereka itu di atas kebenaran untuk (menetapkan 
keputusan) hukum (siapa yang benar) di antara manusia tentang perkara yang 
mereka perselisihkan (S. al-Baqarah, 2:213)
Tiada Kami mengutus seorang Rasul sebelum engkau (hai Muhammad) melainkan Kami 
mewahyukan kepadanya bahwa sesungguhnya tiada Tuhan kecuali Aku, maka sembahlah 
Aku (S. al-Anbiyaa', 21:25).
Ayat (2:213) dan (21:25) menjadi dalil, bahwa wahyu hanya diturunkan Allah 
kepada Nabi dan Rasul, sehingga setelah Nabi Muhammad Rasulullah SAW yang 
Khatamun Nabiyyin, tidak ada lagi wahyu yang diturunkan Allah kepada manusia 
pilihan yang disebut Nabi dan Rasul. Begitu, bos

Salam
La Tando (MQ)
------------------------------
(*)
Silakan baca penjelasan Abah HMNA ttg Khatamun Nabiyyin

**********************************************************************************************

BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM

WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU
[Kolom Tetap Harian Fajar]
686 Khaatamun Nabiyyin

Kampus Mubarak di kawasan Parung Bogor yang diserbu massa pada Jumat (15/7-'05) 
merupakan sekretariat Pengurus Besar Jamaah Ahmadiyah Qadiyan Indonesia.(*) MUI 
sebagai penjaga gawang aqidah ummat memfatwakan Ahmadiyah Qadiyan itu sesat. 
Mengapa? Sebenarnya soal kesesatan Ahmadiyah Qadiyan pertama kali difatwakan 
oleh Rabitha al-'Alam al-Islamy (Liga Negara Muslim Sedunia). Adapun fatwa MUI 
yang telah dikeluarkan sejak Musyawarah Nasional MUI, 26 Mei-1 Juni 1980 itu 
sebenarnya hanya mengacu fatwa Liga Negara Muslim Sedunia. Dinyatakan sesat 
karena Ahmadiyah Qadiyan mengakui pendirinya Mirza Ghulam Ahmad, sebagai nabi 
baru setelah Nabi Muhammad SAW. Keyakinan ini bertentangan dengan dasar aqidah 
Islam.

Sebenarnya di samping Ahmadiyah Qadiyan, ada pula Ahmadiyah Lahore (Anjuman). 
Saya punya Kitab Tafsir dari Ahmadiyah Lahore, tafsir Mawlana Muhammad Ali. 
Adalah SANGAT berbeda dengan keyakinan Ahmadiyah Qadiyan. Saya kutip terjemahan 
ayat (33:40):
-- Moehammad is de vader van niemand uwer menschen, maar hij is de Apostel God 
en de laatste der profeten en God is met elk ding bekend. Para pembaca dapat 
membaca kata-kata "de laatste der profeten" yang dalam bahasa Indonesianya 
berarti: "Nabi yang paling akhir". Menurut Ahmadiyah Lahore, Ghulam Ahmad tidak 
pernah menyatakan dirinya Nabi, melainkan hanya sebagai Mujaddid (pembaharu) 
saja seperti misalnya Imam Al-Ghazali dan Imam Syafi'i.

***
Bahasa Al Quran adalah bahasa Arab yang dipakai dalam Al Quran. Bahasa Al Quran 
adalah bahasa baku, sehingga kalau mau mengerti betul makna Al Quran, 
jadikanlah Al Quran sebagai "kamus", yaitu prinsip ayat menjelaskan ayat. Di 
samping bahasa Arab yang dipakai dalam Al-Quran disingkat bahasa Arab Al-Quran, 
ada pula bahasa yang dipakai untuk berkomunikasi dalam komunitas, itu disebut 
bahasa Arab-budaya.

Maka marilah kita telusuri/lacak kata-kata yang dibentuk oleh akar kata KHa, Ta 
dan Mim dalam Al Quran, yaitu KHA-Ta-Ma (dalam Seri ini tidak dipakai 
translitersi huruf demi huruf untuk menghemat ruangan):
 
     ==> 1. KHatama Lla-hu 'ala- Quluwbihim wa 'ala- Sam'ihim (s.Al Baqarah, 
2:7), artinya: Allah MENUTUP qalbu dan pendengaran mereka.
 
     ==> 2. Qul Ara.aytum in Akhadza Lla-hu Sam'akum wa Abshaarakum wa KHatama 
Quluwbikum (s. Al An'aam, 6:46), artinya: Katakanlah (hai Muhammad) kabarkanlah 
kepadaku, jika Allah melenyapkan pendengaran dan penglihatanmu dan MENUTUP 
qalbumu.
 
     ==> 3. Afara.ayta mani tTakhadza Ila-hahu- Hawa-hu wa Adhallahu Lla-hu 
'ala-'Ilmin wwa KHatama 'ala- sam'ihi- wa Qalbihi- (s. Al Jaatsiyah, 45:23), 
artinya: Adakah engkau lihat orang yang mengambil hawa-nafsunya menjadi 
tuhannya dan Allah menyesatkannya atas ilmu dan MENUTUP pendengaran dan 
qalbunya.
 
     ==> 4. Alyawma Nakhtimu 'ala- Afwaahihim (s. Ya-sin, 36:65), artinya: Pada 
hari (Pengadilan) Kami TUTUP mulut mereka.
 
     ==> 5. Fain Yasyai Lla-hu Yakhtimu (s.AsySyuwra-, 42:24), artinya: Jika 
Allah menghendaki diTUTUP-Nya qalbumu.
 
     ==> 6. Maa Kaana Muhammadun Abaa Ahadin mmin rRija-likum wa La-kin 
rRasuwla Lla-hi wa KHaatama nNabiyyi-na (s. Al Ahzab, 33:40), artinya: Muhammad 
itu bukanlah bapak salah seorang di antara laki-laki kamu, tetapi di Rasul 
Allah dan PENUTUP Nabi-Nabi.
 
     ==> 7. Yusqawna min rahiyqin Makhtuwm (s. Al Muthaffifin, 83:25), artinya: 
Mereka diberi minuman (dalam botol) yang DITUTUP.
 
     ==> 8. Khita-muhu- Miskun (s. Al Muthaffifin, 83:26), artinya: PENUTUPNYA 
(BERBAU) kesturi.
 
     Jadi arti bahasa Al Quran yang dibentuk oleh akar kata KHa, Ta, Mim, 
KHATAMA artinya  TUTUP.
 
Seperti kita lihat di atas, ada 8 ayat yang mengandung kata yang berakar dengan 
KHa, Ta, Mim
1. KHatama   2. KHatama  3. KHatama  4. Nakhtimu  5. Yakhtimu  6. KHaatama 7. 
Makhtuwm  8. Khita-mu 
 

***
 
Para pembaca, baik ummat Islam, maupun penganut Ahmadiyah Qadiyan (yang di 
Makassar ini ada juga), ikutilah tenang-tenang uraian tentang Khaatamun.
 
Khaatamun adalah isim (kata benda, noun) dengan penyisipan Alif di antara Kha 
dengan Ta dalam akar kata Kha-Ta-Mim, sehingga menjadi Kha-Alif-Ta-Mim. Ini 
mengikuti wazan (pola) Fa-Alif-'Ain-Lam. Ada dua qiraah pola: Faa'ilun dan 
Faa'alun, yaitu Khaatimun dan Khaatamun. Kata ber-wazan fâa'ilun yang bermakna 
pelaku dan bisa dibedakan dengan kata ber-wazan faa'âlun yang juga bermakna 
pelaku, tetapi mengandung ketekunan, sudah lengket menjadi atribut, dan 
kontiunitas.
 
Maka Ada dua qiraah untuk ayat dalam Surah al ahzab 33:40 itu.
 
1. Isim Faa'il (dalam bahasa Indonesia pakai awalan pe-) Khaatimun nabiyyin, 
artinya "penutup para nabi". Qiraah Khaatimun ini tidak mengandung makna 
kontinuitas, sehingga bisa menjadi celah bagi Ahmadiyah Qadiyan, yaitu penutup 
yang tidak kontinu, yakni setelah datangnya Ghulam Ahmad penutup itu tidak 
berfungsi lagi.
2.1 Khaatamun nabiyyin, artinya "cincin stempel para nabi". Maka inilah celah 
yang dimasuki Ahmadiyah Qadiyan. Rangkaian nabi dianggap seolah-olah jari-jari 
tangan. Nabi Muhammad SAW adalah "jari istimewa", yaitu mulia, karena memakai 
cincin stempel, sementara yang lain tidak. Jadi Nabi Muhammad SAW adalah Nabi 
yang termulia, bukanlah Nabi terakhir. Inilah pembenaran Ahmadiyah Qadiyan ada 
nabi sesudah Nabi Muhammad SAW, yaitu Ghulam Ahmad. 
 
Padahal cincin stempel itu fungsi utamanya sebagai zegel (seal). Allah SWT 
menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai zegel nabi-nabi, ibarat pintu yang disegel 
tidak boleh dibuka, berarti kembali kepada makna akar kata Kha-Ta-Ma, yaitu 
tutup. Nabi Muhammad SAW sebagai penutup para Nabi sekaligus adalah Nabi yang 
termulia.

2.2 DEngan wazan faa'âlun yaitu pelaku yang mengandung arti kontiunitas, maka 
khaatamun nabiyyin mengandung arti penutup nabi yang mengandung makna 
kontinuitas. Dengan qiraah ini Ahmadiyah Qadiyan tidak mendapatkan celah lagi.

***

Sebenarnya yang paling berhak memaknai Khaatamun Nabiyyin adalah Nabi Muhammad 
SAW sendiri.

-- Rasulullah SAW bersabda: "Bani Israel dipimpim oleh Nabi-nabi. Jika seorang 
Nabi meninggal dunia, seorang nabi lain meneruskannya. Tetapi tidak ada nabi 
yang akan datang sesudahku; hanya para khalifah yang akan menjadi penerusku." 
(HR Bukhari)

-- Rasulullah SAW bersabda: "Posisiku dalam hubungan dengan nabi-nabi yang 
datang sebelumku dapat dijelaskan dengan contoh berikut: Seorang laki-laki 
mendirikan sebuah bangunan dan menghiasinya dengan keindahan yang agung, tetapi 
dia menyisakan sebuah lubang di sudut untuk tempat sebuah batu yang belum 
dipasang. Orang-orang melihat sekeliling bangunan tersebut dan mengagumi 
keindahannya, tetapi bertanya-tanya, kenapa ada sebuah batu yang hilang dari 
lubang tersebut? Aku seperti batu yang hilang itu dan aku adalah yang terakhir 
dalam jajaran Nabi-nabi". (HR Bukhari)

 ==>4. Rasulullah SAW bersabda: "Saya Muhammad, Saya Ahmad, Saya Pembersih dan 
kekafiran harus dihapuskan melalui aku; Saya Pengumpul, Manusia harus berkumpul 
pada hari kiamat yang datang sesudahku; dan saya adalah yang terakhir dalam 
arti tidak ada nabi yang datang sesudahku". (HR Bukhari wa Muslim).

Seperti dikemukakan di atas Ahmadiyah Qadiyan justru mempergunakan ayat yang 
mengandung "Khaatamun Nabiyyin" (33:40), sebagai pembenaran adanya nabi sesudah 
Nabi Muhammad SAW dan dengan demikian Ahmadiyah Qadiyan berkilah tetap Islam 
harena kenabian Ghulam Ahmad tidak bertentangan dengan Al Quran. Sedangkan 
seperti dituliskan di atas mengenai Hadits di mana RasuluLlah SAW bersabda: 
"tidak ada nabi yang akan datang sesudahku", Ahmadiyah Qadiyan berkilah dengan 
memplintir "nabi" menjadi "nabi yang membawa syari'at", sehingga Hadits itu 
berubah maknanya menjadi: "tidak ada nabi yang membawa syari'at yang akan 
datang sesudahku." Ghulam Ahmad katanya adalah nabi yang tidak membawa 
syari'at. Sebenarnya inilah akar penyebab kegusaran ummat Islam, seperti api 
dalam sekam. Ditambah pula para missionaris Ahmadiyah Qadiyan di mana-mana 
sangat "agresif", baik di dunia nyata maupun di cyber space, maka api dalam 
sekam itu mudah sekali menyala oleh hembusan angin. Nyala api berupa kekerasan 
itu tidak dapat dibenarkan, tetapi menyalanya api itu dapat difahami. WaLlahu 
a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 24 Juli 2005
   [H.Muh.Nur Abdurrahman]
http://waii-hmna.blogspot.com/2005/07/686-khaatamun-nabiyyin.html
--------------------------------
(*)
Jauh sebelum kejadian di Parung 1986 dan 2005 kemaren, Lembaga Pengkajian dan 
Penelitian Islam (LPPI) pada tahun 2000 telah mengundang pimpinan pusat 
Ahmadiyah untuk berdialog di muka umum tetapi sampai saat ini tidak pernah ada 
keberanian mereka untuk berdialog secara Islami dan terbuka, karena itu akan 
membuka borok2 Ahmadiyah saja.

++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++


  ----- Original Message ----- 
  From: achmad chodjim 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Thursday, May 01, 2008 3:21 AM
  Subject: Re: [wanita-muslimah] Peringatan : Re: Rasulullah Salallahi 'alaihi 
Wasalam VS Mirza Ghulam Ahmad


  Kelemahan bagi kebanyakan orang Islam adalah tidak mendapatkan pengajaran 
agama langsung dari Alquran. Sejak kecil orang Islam langsung diajari barang 
jadi seperti fikih, tauhid, tasawuf dan lain-lainnya. Akibatnya, argumen yang 
dikemukakan oleh orang Islam adalah pengeyelan tanpa dalil naqli maupun aqli. 
Misalnya saja, menganggap wahyu sudah berhenti pasca Kanjeng Nabi Muhammad saw. 
Mereka lupa bahwa Allah itu al-mutakallim yang senantiasa bersifat kalam. Dalam 
QS 55:29 dinyatakan bahwa "Allah setiap saat dalam urusan (kesibukan)". Tentu 
saja, termasuk kesibukan dalam mengirimkan wahyu kepada hamba-hamba-Nya yang 
dipilih-Nya.

  Dalam QS 42:51 dijelaskan bahwa tak ada seorang pun yang bercakap-cakap 
dengan Allah (seperti bercakap-cakap dengan temannya atau antar manusia), 
kecuali dengan cara wahyu, di balik tabir dan dikirim utusan kepada orang itu 
untuk dibacakan wahyu kepadanya.

  Tanpa ada wahyu, ya dunia ini mandek, ndak ada kemajuan dalam hidup ini, 
apalagi ingin meningkatkan derajat spiritualnya. Tanpa ada wahyu kita tak akan 
mampu meneladani Rasulullah. Harus terjadi proses "tune" antara wahyu yang kita 
terima dengan wahyu yang diterima Kanjeng Nabi Muhammad saw. Dan, dalam QS 
29:49 dinyatakan dengan tegas bahwa ALQURAN yang sebenarnya itu berada di dalam 
kesadaran orang-orang yang dilimpahi ilmu.

  Oleh karena itu, bacalah dengan saksama Alquran dan usahakan memahami 
maksudnya agar kita tidak membuat pernyataan yang justru MENUTUPI Alquran itu 
sendiri.

  Wassalam,
  chodjim 

  ----- Original Message ----- 
  From: waskita adijarto 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Monday, April 28, 2008 2:18 PM
  Subject: Re: [wanita-muslimah] Peringatan : Re: Rasulullah Salallahi 'alaihi 
Wasalam VS Mirza Ghulam Ahmad

  Wahyu sudah tidak ada lagi sejak Nabi Muhammad wafat. Yang ada setelah 
  itu hanyalah ilham. Demikianlah keyakinan ahlusunnah wal jamaah (Sunni). 
  Ini juga bukannya tajuk klasik Ahmadiyah vs Islam ? Mustinya Pak MAS 
  lebih faham daripada saya.

  -waskita-
  . 
   

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke