Mbak Lina Meilany...:-) maksain namanya tuuuh, Tentu saja tafsiran kebenaran manusia ya banyak sebanyak manusia didunia ini...:-). Namun tafsiran kebenaran untuk kita sendiri kan ya cuma satu. Tentu saja ini setelah kita memilah-milah (yang saya sebut dikotomis) alias kontekstual.
Saya jadi ikut2an mikir: Iseng amat sih orang yang nyuruh orang buta mendiskripsikan gajah? Tapi, saya berusaha mengambil hikmah dari kisah tsb bahwa kita jangan menjadi spt orang buta yang menilai/mendeskripsikan sesuatu hanya sepotong-sepotong. Kita harus kaffah...:-). Harus pinjem 'kaca mata' Allah. wassalam, --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "L.Meilany" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Yg tepat adalah contoh yg diberikan Pak Dwi, tentang sekelompok orang buta > [ benar2 buta bukan sekedar ditutup matanya] yg harus mendiskripsikan > tentang gimana bentuk gajah. > Contoh gajah dan orang2 buta ini juga sering dikisahkan oleh Aa Gym. > > Kebenaran sejati hanyalah milik Allah SWT. > Jadi kalo tafsiran kebenaran versi manusia ya bisa banyak sekali, gak cuma ganda. > :-)) > > > Salam, > l.meilany > ----- Original Message ----- > From: Lina Dahlan > To: wanita-muslimah@yahoogroups.com > Sent: Wednesday, April 23, 2008 9:27 AM > Subject: [wanita-muslimah] Re: Heran > > > Lalu bagaimana membedakan orang gila dan orang waras, serta orang > jujur dan tidak jujur dalam hal menafsirkan suatu agama? > > Sebetulnya kalau pertanyaannya,"ini APA?". Seharusnya jawabannya > adalah "kertas". Bukan "warna putih, bentuk persegi empat". > > Ini perlunya berpikir dikotomis. Tidak mungkin ada Kebenaran ganda. > > wassalam, > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "total_sacrifice" > <total_sacrifice@> wrote: > > > > ketika saya memegang kertas HVS lalu menanyakan pada para > siswa, "ini > > apa?" > > dijawab, > > murid 1, "kertas pak".... betul > > murid 2, "warna putih pak" ... betul > > murid 3, "kertas HVS pak"... juga betul > > murid 4, "bentuk persegi empat pak"... juga betul > > sampai ada 10 murid yg menjawab dan semuanya betul.. lalu apa kita > > harus memaksakan bahwa kebenaran hanya satu? > > > > dalam agama kayaknya juga begitu, yg bisa kita pelajari hanya > tulisan, > > sedangkan penafsiran bisa lebih banyak dari kertas tadi dan > semuanya > > benar, kecuali orang gila dan tidak jujur yg bikin tafsiran. > > > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Muhammad Syafei" > > <muh_syafei@> wrote: > > > > > > Wah .. posting Satriyo itu memang selalu "produktif" > dan "kontributif" > > > Terus berusaha ya nak .. :D > > > > > > Salam > > > > > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "rsa" <efikoe@> wrote: > > > > > > > > Oooooo ... > > > > wah gitu tho pak, 'titik kebenaran' itu ada banyak ya, tidak > hanya > > > > satu? wah pantes, kalo lagi accupressure, titik kebenarannya > terasa > > > > sekali dan tidak hanya di satu tempat memang ... apalagi kalo > pas di > > > > titik yang mak nyussss ... waahh mantep itu! > > > > gimana oom arcon, gaya saya sudah pas belum dengan cara anda > selama > > > > ini menanggapi posting, setidaknya posting saya? hehehe > > > > satriyo > > > > > > > > PS: dalam bahasa arab, kebenaran yang sejati dan satu- satunya > itu > > > > pake artikel 'al' jadi 'al-haq', juga dalam bahasa > inggris, 'the' > > > > menjadi 'the truth' (dan tanpa huruf besar pun sudah jelas > saya kira) > > > > dan bahasa lain yang sama kaidahnya juga demikian ... repotnya > di > > > > bahasa indonesia ini ... harus huruf kapital baru jelas! > > > > > > > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Muhammad Syafei" > > > > <muh_syafei@> wrote: > > > > > > > > > > Titik kebenaran itu tidak hanya satu. Jika Anda masih > berminat untuk > > > > > melihat dan sharing titik2 kebenaran yang lain, tentu sangat > > > > diharapkan. > > > > > > > > > > > > > > > > [Non-text portions of this message have been removed] >