Saya tetep keukeuh bahwa dimana bumi dipijak disitu adat di turut :-) Artinya jika kita pergi ke suatu tempat setidaknya di dalam tas sudah tersedia perlengkapan.
Ibaratnya setiap hari kalo pergi harus bawa mukena, meskipun di masjid disediakan mukena [ daripada ngantri giliran pakai mukena] Begitu juga cuma sekedar pergi ke ceramah agama, meski nggak ada aturan musti berjilbab, pakai pakaian muslim, diusahakan jangan pake pakaian yg bisa mengundang perhatian [ kecuali kalo memang mau diperhatikan] Ke acara kematian jangan pakai pakaian ngejreng kalopun mendadak paling tidak sudah tersedia kerudung [ padahal kan nggak ada aturan ke acara kematian musti pakai pakaian gelap atawa berkerudung :-)] Jadi ya kalo dalam peristiwa di bawah meskipun Mia nggak berjilbab, selama di Aceh pake saja jilbab atau kerudung :-) Ya seperti mentri perdagangan Marie Elka Pangestu, ia menghormati dengan memakai kerudung, padahal ia non muslim. Kalo tak salah ingat ibu Anie juga demikian ke Aceh selalu berjilbab. Jadi bawa tas yg besar kalo lagi tugas di NAD, Mia, supaya bisa muat, sarung, jilbab, pashmina, qur'an mini :-)) Selanjutnya kalo memang ada adat yg menghendaki kita harus menggunakan perangkat yg kita ndak suka ya tanyakan pada hati nurani sendiri, kalo ogah ya gak usah berkunjung ke sana. Seperti berjemur di pantai karibia [ ???? yg diharuskan nudis] kalo Mia mau kesana ya kudu nudis;-)) ------------------------ Adik saya dulu pernah tinggal di NTT beberapa saat, disana kan rada2 islamfobia, jadi supaya tidak mencolok supaya tidak dicurigai; solat ya sembunyi2, lubang2 angin di tutup supaya gak ada yg ngintip, jangan pasang kaligrafi, kalo ditawari miras bilang perutnya gak tahan alkohol, di jamuan makan tetep datang tapi nggak makan daging alasannya lagi vegetarian :-)) Salam, l.meilany ----- Original Message ----- From: Mia To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Friday, August 01, 2008 6:49 PM Subject: [wanita-muslimah] Re: bicara tentang pelecehan? Jangan salah paham mba. Saya menghormati adat istiadat setempat, makanya kami nggak masuk ke dalam komplek yang dipagari, dimana ada bacaannya muslimah dan kafirah kudu pake sarong, ditulis juga nggak boleh pake celana panjang. Kami bertiga perempuan semua pake celana panjang kan kerja lapangan, dan jelas nggak ada yang bawa sarong. Dipapan tertulis bacaannya, boleh minta sarong kepada panitia. Lha, kenapa dua pemuda garang itu nggak menolong ketika kita minta? Siapa yang tidak menurut aturannya sendiri? Malah ditanya muslim apa bukan karena nggak pake jilbab. Saya meminta maaf nggak bawa jilbab, bukan karena nggak pake jilbab, tapi karena sekedar menghormati kalau itu memang adat kebiasaan. Tapi ternyata bagi mereka bukan adat, tapi Islam atau bukan Yang nggak pake jilbab bukan Islam buat mereka. Siapapun tau beberapa waktu lalu jilbab nggak diwajibkan, dan banyak yang nggak pake jilbab. Kalau foto2, lha emang mesti ambil foto, kan mendokumentasikan bangunan/benda2 yang kita bangun/perbaiki, termasuk isi komplek. Ketawa2, karena mesti ketawa2 terus kalo nggak mati stress karena pekerjaan ini. Kan kita lagi ketawa2 dengan beberapa penduduk, tapi 2 pemuda garang muncul entah darimana. Tolong simak lagi tulisanku, mba. Ini mah cerita biasa di Aceh, kecuali daerah Gayo Lues atau Aceh Barat Daya ke arah Sumut, dimana perempuan biasa nggak berjilbab. Di lain tempat, ada mesjid dimana perempuan nggak boleh masuk. Pakaian muslimah pun sering dikritik, kurang panjanglah, karena jeans-lah. Pernah kita lagi solat diusir karena itu buat laki2, padahal nggak ada tandanya. Jadi kita solat di emperan deh. Pernah temen saya diomelin dan dipertanyakan orang Islam apa bukan. Ketika itu dia lagi menggandeng ibu saya usai solat di Mesjid Raya. Kenapa? karena kemejanya kurang panjang. Pernah kami diusir lagi istirahat di mesjid Lhokseumawe. Pernah ditangkep dan dibawa polisi karena kelupaan kerudung, pernah kamar kami digrebeg WH di Sabang ,padahal perempuan semua. Kenapa digrebeg? karena daerah wisata, padahal penduduk Sabang asik2 loh. Pernah diusir karena udah magrib nggak boleh main di pantai. Udah kebal, jadi kerudungnya makin dilupakan..:-) Di Bali nggak masalah, karena kalau nggak bawa mereka sediakan kain. Setiap laki2 dan perempuan di Nusa Lembongan mesti pake kain kalau menghadiri upacara. Di patung Garuda Wisnu perempuan mesti berpakaian sopan, ternyata berpakaian sopan itu pake kemben hahahaha.. Di Baduy Dalam ada 1000 larangan, termasuk melarang orang lain. Jadi kita bisa jungkir balik di Baduy Dalam, mereka nggak akan melarang. Tapi sesudah kita pergi mereka mungkin mengadakan upacara bersih2. Tapi biasanya tamu sungkan sendiri kalau melanggar adat mereka. By the way, di Baduy Dalam perempuan telanjang dada boleh loh, buat mereka biasa. Jadi nggak perlu sediakan kain....:-) salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "L.Meilany" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Sebenernya sih ini bukan masalah melecehkan tapi Mia tidak 'menghormati' adat istiadat setempat. > Maaf:-) > Di Bali ketika berkunjung ke pura di Klungkung juga diharuskan memakai kain, tidak boleh ngobrol2, > cekikikan, musti khidmat, kalo dilanggar bakal knapa2, gitu kata ptugas pura > Tapi sebagai umat islam kan nggak boleh percaya yg seperti itu asal nggak ketahuan yg nunggu pura ya ngobrol, > ketawa ktiwi, foto2, pegang benda2 ritual. > :-) > Ketika bertamu pada umumnya di Jabodetabek otomatis alas kaki musti dilepas, tapi di beberapa keluarga nyopot > alas kaki itu aneh, ini bukan masjid kok, pakai saja [ lagian kalo dibuka orang yg suka pake kaos kaki itu suka bau jempol, > mungkin karena cuma sekedar kaos kaki jadi jarang di cuci, jadi mendingan alas kaki dipakai sja kan nggak 'kotor' ini kecuali kalo jalanan di becek] > > Jadi ya lihat2 situasi , bisa menyesuaikan gitulah. > Seperti halnya soal makan, kalo makan di jamuan orang Tionghwa kan diusahakan musti sampai bersendawa- > berkeringat, rame sambil ngobrol, tuan rumah jadi puas; sedangkan di jamuan makan lainnya bersendawa, berkeringat > apalagi sambil ngobrol itu nggak sopan; nanti dibilang nggak tahu etiket :-) > Di etiket Islam atau etiket Arab [?] makan itu nggak sopan kalau berdiri [ di pesta2 kondangan, di gedung2 pernah saya diomelin oleh teman > saya yg shaleh dan solehah karena makan berdiri - lha kan memang kursinya terbatas, masak nggak makan sih seperti dia, > puasa gara2 nggak dapat kursi ] > > Mungkin karena Mia bersama teman jadi PD > Coba kalo sendirian,? > :-)) > > salam maaf, > l.meilany > > ----- Original Message ----- > From: Mia > To: wanita-muslimah@yahoogroups.com > Sent: Friday, August 01, 2008 12:06 PM > Subject: [wanita-muslimah] bicara tentang pelecehan? > > > Bagaimana dengan insiden ini? Siapa melecehkan siapa? > > Saya dan teman sedang meninjau pelaksanaan suatu pekerjaan di suatu > pesantren di Aceh Besar. Ini pesantren istimewa karena > perpustakaannya menyimpan khasanah kitab2 berharga Ar-Raniri, Hamzah > Fansuri dsb. Saya merasa sangat excited. > > Di depan pagar ada papan pengumuman yang saya foto karena bagi saya > unik. Bunyinya kira-kira gini, muslimah dan kafirah dilarang masuk > ke dalam komplek pesantren kalau tidak memakai sarong. Apabila > sarong tidak ada maka panitia menyediakannya. > > Langsung saya berfoto di depan papan itu, kataku ke kolega, eh aku > jadi kafirah sajalah. BTW, saya biasanya bawa kerudung, tapi kali ini > lupa. > > Kemudian dua pemuda dengan muka garang menegur saya dengan ekspressi > wajah amat tidak ramah: ibu harus pake sarong kalau mau masuk. > > "Oh, mohon maaf pak, apa boleh saya dipinjamin sarong?" sambil > menunjuk ke papan pengumuman. > > Tanpa menjawab permintaan saya, mereka terus meradang dengan muka > tambah galak: "Kenapa nggak pake jilbab? Muslim apa bukan?" > > Saya minta maaf lagi:"Mohon maaf pak, saya kebetulan ngga bawa > kerudung, boleh dipinjamin pak? mungkin dua sarong bisa cukup". > Saya bilang begitu, karena sempet kuliat anak2 perempuan yang lewat > disarongin atas bawah dengan dua sarong. > > Dua pemuda galak ini tambah galak: perempuan muslim mesti pake > jilbab, kenapa ibu nggak pake jilbab? > > Meliat gelagat nggak beres, kedua kolega perempuan saya yang pake > jilbab, berbisik, sebaiknya ibu tinggal di mobil saja. Yang satu > lagi ketakutan, karena merasa saya mau disakitin secara fisik. > > Sekali lagi saya minta maaf kepada pemuda galak2 itu dan menjelaskan > sebentar lagi akan pergi. Lalu kami menyelesaikan pekerjaan > pengawasan, ambil foto dll, lalu pergi. > > Melewati dua pemuda yang masih mlotot itu, saya tersenyum melambai: > Pak rumoh Aceh itu bagus loh. Kami permisi pulang dulu ya pak. > Assalamualaikum.. > > Eh, mereka makin mlotot tanpa menjawab salam. > > Saya tambah tersenyum (maksutnya 'melecehin....:-): Assalamualaikum, > loh bapak katanya muslim kok nggak menjawab...? > > Baru mereka menjawab salam sambil mukanya nggak karuan. Nah, gitu > dong bapak yang baik, aku suka loh rumah adatnya itu, aku foto > ya...klikkk.... > > Wah tambah nano-nano saja mereka, tapi bingung mau gimana. Masuk > mobil, saya sempet melambai sambil tersenyum...assalamualaikum.....:-) > > salam > Mia > > > > > > [Non-text portions of this message have been removed] > [Non-text portions of this message have been removed]