Poinnya adalah seperti peribahasa minang yg tetap saya ingat : 'dimano bumi dipijak, langik di jujuang, aia disauak, rantiang dipatah- di sinan adat dipakai, lasin dituruik' Dimana kita berada hendaklah kita menuruti adat kebiasaan penduduk setempat. :-) Menurut saya pribadi orang minang adalah orang indonesia yg sangat bisa-mudah beradaptasi dimanapun ia berada. Seumpamanya ada kehidupan di bulan, kayaknya orang indonesia suku minang yg pertama duluan pergi bikin rumah makan padang :-))
Saya belum pernah ke Aceh, saya gak tahu persis bagaiamana adat itu berlaku disana. Apakah mungkin orang2 tertentu punya aturan sendiri yg menjadi 'wajib'?? Dimanapun kita berada, nggak usah di Aceh bahkan kalo Mia amati seksama di lingkungan kita juga berlaku adat- aturan entah yg diundangkan [ ada sanksi hukum] atau aturan 'kepantasan' ; Atau aturan yg dibuat sepihak, aturan yg ngaret. Tapi semuanya sebagai warga negara yg baik nggak ingin ribut2 ya diikuti. Di mal2, juga banyak aturan2 'lokal' kalo kita nggak taati ya kemungkinan dipermalukan atau diusir. Di TMP Kalibata duluuuuu waktu zaman orba, jika ziarah nggak boleh/dilarang pake sandal/sandal jepit. [ lha gimana kalo sandal jepit Bali yg ada mote2nya, nggak dijelasken] Sekarang aturannya di ubah, diharuskan memakai sepatu. Pengertian sepatu itu bagaimana??? sandal yg ada talinya - sepatu sandal gimana? Bagi yg setia ziarah ke TMP aturan itu dibaca pokoknya pakai alas kaki [ sandal juga boleh] apa saja yg penting bukan sandal jepit. Mungkin sandal jepit Bali juga boleh asal satpamnya nggak lihat, kalo ziarah lebaran yg pake sandal jepit juga mungkin banyak, kan pake sepatu baru lecet, tapi satpamnya tutup mata. :-)) Salam, l.meilany ----- Original Message ----- From: Mia To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Monday, August 11, 2008 1:15 PM Subject: [wanita-muslimah] Re: bicara tentang pelecehan? Nah, yang lazim dibawa cewek2 yang bersliweran di Aceh itu kerudung, bukan kain sarung. But that's not the point. Poinnya apa kira2 mba Mei, dari bahan2 cerita saya? salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "L.Meilany" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Lha iyalah apalagi, adat itu kan bukan melulu di lokasi tertentu; > Bisa diberlakukan sampai radius ratusan meter atau sekota itu. > > Ya paling penting sebelum menginjakkan kaki ke suatu tempat diteliti dulu :-) > Persiapkan 'logistik' apa2 yg diperlukan sesuai 'tradisi' setempat' > > Di Jateng saja di desa dekat Dieng yg banyak turis asing; penduduk kalo lihat liat turis dn > suka gak senang kalo gak pakai bahasa jawa, lantas nggak munduk2. > Pokoknya pakelah bahasa jawa meskipun terbatas :-), padahal mereka bisa bahasa indonesia. > > Seperti pernah saya baca di koran ada penelitian di daerah Kalimantan. > Pencarian lokasi tambang. > Padahal lokasi tambangnya masih puluhan kilometer, para reporter koran itu harus bisa belajar > mengucapkan salam, omongan sederhana bahasa setempat, mengerti tata cara adat memakai kain tradisional. > Padahal ia gak berkepentingan cuma diluar rumah adat cuma ikut pejabat. > [Non-text portions of this message have been removed]