yup, ibadah makan makan seperti digambarkan mbak mei memang syahdu sekali.
gak ada yg disakiti.  karena yg ikutan, karena kemauan pribadi.
dan everybody happy.


2009/7/26 L.Meilany <wpamu...@centrin.net.id>:
>
>
> Makan2 itu bagian dari jalan menuju hidup yg damai, hati yg tenang
> Makan2 itu bagian dari cara mensyukuri nikmat.
> Betapa syahdunya ketika mencicipi makanan kemudian juga membahas
> gimana cara buatnya, siapakah orang2 yg memasak, bahan2 di tanam oleh siapa?
> Jadi kan tau asal usulnya kenapa dinamakan kue brownies.
> Kenapa donat pada mulanya bolong ditengah? Ini misalnya
> :-)
>
> Ada sekelompok pegawai kantoran, sekolahan yg dulunya satu almamater.
> Setiap bulan selalu ngumpul, bukan arisan tapi makan2.
> Pindah2 lokasinya, pokoknya semua resto/cafe dicoba.
> Ada masakan lobster panggang yg sebesar piring makan disiram dengan keju,
> harganya mencapai 1, 2 juta.
> Sebelum disantap kan dibahas, persis kayak Rachel Ray di tv.
> Makan enak, ber ha-ha-hi-hi, tak lupa bawa obat peremuk lemak.
> Lipitor apa gitu ya namanya.
>
> Makan2 itu adalah bentuk 'ibadah' - kenikmatan yg menyenangkan bagi semua
> pihak.
> Gak akan ada yg rugi. Resto penjual lobster maknyus yg rada machtig [menurut
> saya] juga pasti senang.
> Nelayan yg cari lobster juga bahagia.
> Tuhan pasti juga tersenyum.
> :-)
>
> Salam,
> l.meilany
>
> ----- Original Message -----
> From: Dwi Soegardi
> To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
> Sent: Wednesday, July 15, 2009 9:48 PM
> Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: RE:Syariat adalah tolok ukur bukan kata
> hati ?????????
>
> wah tumben Arcon kok "adem-adem" aja, ngga ngajak makan-makan? :-)
>
> lha antum sendiri bagaimana pengalaman pribadinya,
> ketika berjalan di jalan yang benar (berjenggot dan berisbal :-)
> kok bisa berpindah jalan ke jalur makan-makan? :-)
>
> 2009/7/15 Ari Condro <masar...@gmail.com>:
>> menyenangkan sekali membaca pengalaman pribadi teman teman, sharing
>> yang jujur tentang pencarian makna hidup. kalau nggak di wm, mungkin
>> susah cari tempat yang bisa "jujur" seperti ini.
>>
>> ketenteraman hati memang utama, dan sungguh bersyukur ketika itu
>> selaras dengan jalan agama. serasa berjalan di rel sesuai rambu rambu
>> di buku panduan lalu lintas.
>>
>> jalan agama terkadang bisa berbeda pengertian, ketika kita hidup
>> diantara banyak pilihan dan banyak ragam latar belakang serta
>> pengalaman. keep the spirit to find the truth.
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>
> [Non-text portions of this message have been removed]
>
> 



-- 
salam,
Ari

Kirim email ke