Dapat dimengerti bahwa di lokasi geografis seperti di Indonesia kelembaban 
udara sangat tinggi,jadi tentunya kepanasan, berbeda dengan panas di Arab yang 
udaranya kering.

  ----- Original Message ----- 
  From: Ari Condro 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Monday, August 03, 2009 10:40 AM
  Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Jilbab dan pengalaman pribadi -


    yah, kalau di rumah sih gak pakai jilbab, mbak. :))

  cuma di sekolah saja, antara jam 8-11. kalau lagi pergi pergi aja,
  kadang pakai jilbab, kadang nggak. banyakan nggaknya. elsi malah
  tomboy nih, lebih suka pakai kaos ala basket dan celana. :p bingung
  aja, wajahnya lembut, suaranya halus, tapi tomboy. sukanya bola dan
  truk. boneka barbie dibuang jauh jauh.

  cuman rada kawatir, rambutnya jenis rambut halus, beberapa bagian ada
  yg berwarna perang kuning kemerahan gitu, kayak rambut jagung.

  On 8/3/09, L.Meilany <wpamu...@centrin.net.id> wrote:
  > Pake jilbabnya pas sedang sekolah saja.
  > Kalo di rumah, main2 dengan tetangga, diajak pergi
  > ya nggak usah berjilbab dulu. Belum akil balik kan, masa sih kepikiran untuk
  > bergenit-genit?
  >
  > Di kampung belakang tempat saya ada anak2 sudah dijilbabin.
  > Pokoknya pake jilbab, meski pake rok selutut, meski pake kaos lengan
  > pendek,
  > meski main2 di comberan cari makanan ikan, meski main sepeda, main
  > panas2-an, main hujan2-an.
  > Dan ketika di buka selain bau keringat yg khas, rambutnya kebanyakan tipis,
  > jarang2 warnanya juga
  > gak sehat.
  > Coba saja lihat dan buktikan!
  > Di komunitas Rufaqa pun demikian dari kecil kepala anak2 iotu laki2 atupun
  > perempuan sudah di'bekap'
  > Dan kalo di buka keliatanlah rambutnya yg 'aneh'
  > Kalo cuma lihat kepalanya saja nggak kentara mana yg anak laki2 dan mana yg
  > perempuan.
  > Padahal menurut tafsirat Qur'an, menurut hadith, perempuan nggak boleh
  > menyerupai laki2 begitu juga sebaliknya.
  >
  > Nah kalo urusan masalah rambut itu gimana rumusannya?
  > Kalo kenyataannya bentuk rambut antara laki2 dan perempuan sama.
  >
  >
  >
  > Salam,
  > l.meilany
  >
  > ----- Original Message -----
  > From: Ari Condro
  > To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
  > Sent: Thursday, July 30, 2009 4:48 PM
  > Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Jilbab dan pengalaman pribadi -
  >
  >
  > Waduh, anak saya masuk sekolah islam, jadi di tk nya sudah wajib pakai
  > jilbab. masa harus saya pindahkan dulu sampai tk dan sdnya ke sekolah
  > tetangga, st stanislaus biar rambutnya tumbuh subur semerbak, huehehhe
  > ... :))
  >
  > On 7/30/09, L.Meilany <wpamu...@centrin.net.id> wrote:
  > > Dari ikut seminar dokter kulit yg juga berjilbab maka di jelaskan :
  > > Jilbab yg sehat seharusnya dipakaikan ketika anak itu menginjak usia
  > ABG, 14
  > > an tahun.
  > > Ketika kulit kepala, rambutnya sudah kuat.
  > >
  > > Salah kaprah jilbab dipakaikan sejak bayi, maka mengakibatkan kulit
  > kepala
  > > rambut
  > > tidak tumbuh baik. Coba saja perhatikan anak2 perempuan yg dipakaikan
  > jilbab
  > > sejak dini,
  > > nyaris rambutnya tipis, jarang.
  > >
  > > Rambut itu itu ibarat tanaman yg memerlukan matahari.
  > > Kalo gak kena matahari maka tanaman itu gak sehat bahkan mati.
  > >
  > > Salam,
  > > l.meilany
  > >
  > >
  > > ----- Original Message -----
  > > From: eyang_mbelgedes
  > > To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
  > > Sent: Wednesday, July 29, 2009 12:33 PM
  > > Subject: [wanita-muslimah] Re: Jilbab dan pengalaman pribadi -
  > >
  > >
  > > Proses (yg dilakukan wali/orangtua terhadap anak perempuan mereka agar
  > > mengenakan jilbab) biasanya sudah dilakukan sejak (anak) perempuan itu
  > masih
  > > balita. Dengan cara ini anak-anak perempuan tersebut tidak biasanya
  > tidak
  > > melawan atau mempertanyakan mengapa mereka harus mengenakan jilbab
  > mereka.
  > > Setahu mereka, jilbab hanyalah perangkat baju normatif, pakaian biasa,
  > bukan
  > > pakaian politis yang digunakan untuk menggolong-golongkan agama
  > seseorang
  > > dari yang lain. Sedemikian biasanya mereka melihat, mengenakan dan
  > menerima
  > > jilbab itu sehingga mereka akan merasa tidak lengkap, risih, telanjang
  > jika
  > > melepasnya di muka publik. Perasaan 'tidak pantas' itu membuat mereka
  > merasa
  > > lebih aman dan nyaman jika jilbab itu tetap dikenakan. Dengan kata lain,
  > > jilbabisasi, tanpa disadari, adalah 'proses cuci otak' yang dilakukan
  > secara
  > > sistematis sejak dini. Pembiasaan ini adalah prosesnya. Cuci otak adalah
  > > metodenya. Fundamentalisme (biasanya) adalah hasilnya. Menarik! ...
  > >
  > >
  > >
  > >
  > >
  > > [Non-text portions of this message have been removed]
  > >
  > >
  >
  > --
  > salam,
  > Ari
  >
  >
  >
  >
  > [Non-text portions of this message have been removed]
  >
  >

  -- 
  salam,
  Ari


  

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke