Ini ganti topik lagi ya.. masalah mendidik anak...
 
Mendidik anak itu ya memang kewajiban orang tuanya. Pendidikan itu pada
dasarnya kan tujuannya men-shape behaviour-nya anak ke arah yang baik,
menurut nilai-nilai yang dianut. Jadi pasti di dalamnya ada unsur
"paksaan"  (saya kasih tanda kutip, supaya mengerti bahwa ini memiliki
arti yang khusus). Nah, teknik "memaksa" (baca : mendidik) anak itu
memang harus dipelajari, supaya anak bisa mendapat kesadaran dan
termotivasi untuk mengikuti nilai-nilai yang baik, sebagaimana yang
di-believe ortunya. Idealnya kan begitu mas.. bukan didiemin aja, trus
mengharapkan ada yang "jeng jeng" meng-enlighten anak kita..
 
Kalau saya lihat yang jadi "aneh" pake acara lari dari ortu dsb itu
kebanyakan memang karena hubungan ortu dan anak yang kurang harmonis,
dan cara ortu mendidik anak dengan kurang pas. Ada juga sih yang ajaib
karena ortunya "membiarkan" anak mengikuti kata hatinya, mencari jati
dirinya sendiri.. 
 
Mudah-mudahan kita semua menjadi ortu yang diberi kemampuan dan kekuatan
untuk menshape behaviour anak kita ke arah yang diridhoi-Nya. Amiin. **
Masih struggling untuk jadi ortu seperti itu nih**
 
Wallahua'lam 
Wassalaam,
--Ning
 

________________________________

From: wanita-muslimah@yahoogroups.com
[mailto:wanita-musli...@yahoogroups.com] On Behalf Of Ari Condro
Sent: Tuesday, August 04, 2009 10:24 AM
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Jilbab dan pengalaman pribadi -


  

aku sih memposisikan diri tidak memaksa anak untuk berjilbab, supaya
anak tidak merasa tertekan sejak kecil. kalaupun nanti besarnya dia
jadi aktipis, enlightened dan memilih berjilbab dan berjubah, ane fine
fine aja. biar dia memilih berjilbab karena kesadaran pribadi. dan
biar dia komitmen dengan pilihannya itu. kayak ibunya, huehehhe :p

soalnya udah capek lihat anak yg memberontak karena didik dengan cara
kungkungan keras. dari yg berjilbab dan merokok, nanem ganja, sampai
yg pergaulannya parah banget atau sebaliknya bercadar ekstrim, jadi
super duper kaku gak gaul dengan orang sekitar atau ikutan aliran yg
aneh banget, pakai acara lari dari orang tua dan seterusnya. capek
hati melihatnya. apalagi ketika ujung ujungnya, motivasi
permberontakannya karena ingin "lari" dari aturan aturan yg dipasang
orang tuanya.

usia muda, darah muda, inginnya tampil beda. huehehe :))

2009/8/4 Lestyaningsih, Tri Budi (Ning) <ning...@chevron.com
<mailto:ninghdw%40chevron.com> >:
>
>
> Wah masih ngobrolin ini to ? Oh tapi ini sudah beda topik ya.. jadi
> mengenai impact pake kerudung ke keindahan rambut ..
>
> Teman saya ada yang rambutnya keriting kribo.. terus dia ingin tampil
> dengan rambut lurus, jadi tiap hari dicatok. Waktu saya bilang bahwa
> dicatok tiap hari bisa membuat rambutnya rusak, ya dia bilang..
> gapapalah, demi bisa penampilan yang dia inginkan, dia rela keluar
uang
> lagi untuk beli shampo yang agak mahal atau hair treatment di salon
> supaya rambutnya tidak rusak. Yah berbagai pengorbanan lah, demi
> penampilan.
>
> Lha, kalau demi penampilan aja seseorang mau berkorban, masak untuk
> menunjukkan cinta pada Allah dengan melaksanakan salah satu
perintahnya
> itu kita ngga mau berkorban. Manusia itu sama Allah diberikan
kepintaran
> kok. Pasti ada aja yang bisa dibuatnya untuk membuat dirinya lebih
> nyaman, lebih enak, lebih sehat.. semuanya tinggal kita yang memilih.
> Jadi, kalau memang niat berkerudung untuk aligned dengan perintah
Allah,
> ya tentu juga akan dicari : bagaimana berkerudung yang nyaman, enak
dan
> sehat. Kan gitu...
>
> Masalah rambut rontok dan tipis karena kerudung, ya sekarang ini
banyak
> cara dilakukan. Bahan kerudung sudah ada beribu macam.. belum lagi
> shampo dan macam-macam hair treatment yang bisa dipakai... Jadi don't
> worry be happy lah, menurut saya sih. Jadi prinsip kita, yang jadi
> prioritas adalah comply dulu dengan aturan Allah.. mengenai "how
to"-nya
> termasuk mengatasi efek2 (kalau ada) untuk aligned tersebut, ya kita
> pikirkan kemudian..
>
> Anak-anak diajari memakai kerudung sejak kecil itu adalah hal positif.
> Saya sering melihat bayi pake topi.. biar terlindung atau biar lucu,
> gitu kata ortunya. Ya, tentu efeknya sama aja dengan pake kerudung ya
?
> Hanya mungkin pake kerudung itu tujuannya beda, tentu tujuannya supaya
> si anak terbiasa sehingga tidak "gagap" bila nanti suda akil balig
perlu
> pake kerudung.
>
> Mengenai keindahan rambut ini memang saya lihat teman2 saya yang
> berkerudung kebanyakan kurang memperhatikan. Jadi kebanyakan hanya
> memperhatikan kemudahan saat berkerudung saja, tapi tidak
memperhatikan
> kecantikannya saat di rumah (saat tidak berkerudung). Padahal kan
suami
> tentu lebih senang kalau isterinya lebih enak dipandang ya ? Jadi ya,
> ada baiknya diperhatikan keindahan dan kesehatan rambut.. selain
> berpahala karena menyenangkan suami, kan senang juga kalau suami
memuji
> penampilan kita yang sehat dan rapi..hehehe **Padahal aku juga suka
lupa
> yang ini**
>
> Wallahua'lam bishowab.
> Wassalaam,
> -Ning
>
>
>
>
> ________________________________
>
> From: wanita-muslimah@yahoogroups.com
<mailto:wanita-muslimah%40yahoogroups.com> 
> [mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
<mailto:wanita-muslimah%40yahoogroups.com> ] On Behalf Of sunny
> Sent: Monday, August 03, 2009 8:24 PM
>
> To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
<mailto:wanita-muslimah%40yahoogroups.com> 
> Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Jilbab dan pengalaman pribadi -
>
> Dapat dimengerti bahwa di lokasi geografis seperti di Indonesia
> kelembaban udara sangat tinggi,jadi tentunya kepanasan, berbeda dengan
> panas di Arab yang udaranya kering.
>
> ----- Original Message -----
> From: Ari Condro
> To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
<mailto:wanita-muslimah%40yahoogroups.com> 
> <mailto:wanita-muslimah%40yahoogroups.com>
> Sent: Monday, August 03, 2009 10:40 AM
> Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Jilbab dan pengalaman pribadi -
>
> yah, kalau di rumah sih gak pakai jilbab, mbak. :))
>
> cuma di sekolah saja, antara jam 8-11. kalau lagi pergi pergi aja,
> kadang pakai jilbab, kadang nggak. banyakan nggaknya. elsi malah
> tomboy nih, lebih suka pakai kaos ala basket dan celana. :p bingung
> aja, wajahnya lembut, suaranya halus, tapi tomboy. sukanya bola dan
> truk. boneka barbie dibuang jauh jauh.
>
> cuman rada kawatir, rambutnya jenis rambut halus, beberapa bagian ada
> yg berwarna perang kuning kemerahan gitu, kayak rambut jagung.
>
> On 8/3/09, L.Meilany <wpamu...@centrin.net.id
<mailto:wpamungk%40centrin.net.id> 
> <mailto:wpamungk%40centrin.net.id> > wrote:
>> Pake jilbabnya pas sedang sekolah saja.
>> Kalo di rumah, main2 dengan tetangga, diajak pergi
>> ya nggak usah berjilbab dulu. Belum akil balik kan, masa sih
kepikiran
> untuk
>> bergenit-genit?
>>
>> Di kampung belakang tempat saya ada anak2 sudah dijilbabin.
>> Pokoknya pake jilbab, meski pake rok selutut, meski pake kaos lengan
>> pendek,
>> meski main2 di comberan cari makanan ikan, meski main sepeda, main
>> panas2-an, main hujan2-an.
>> Dan ketika di buka selain bau keringat yg khas, rambutnya kebanyakan
> tipis,
>> jarang2 warnanya juga
>> gak sehat.
>> Coba saja lihat dan buktikan!
>> Di komunitas Rufaqa pun demikian dari kecil kepala anak2 iotu laki2
> atupun
>> perempuan sudah di'bekap'
>> Dan kalo di buka keliatanlah rambutnya yg 'aneh'
>> Kalo cuma lihat kepalanya saja nggak kentara mana yg anak laki2 dan
> mana yg
>> perempuan.
>> Padahal menurut tafsirat Qur'an, menurut hadith, perempuan nggak
boleh
>> menyerupai laki2 begitu juga sebaliknya.
>>
>> Nah kalo urusan masalah rambut itu gimana rumusannya?
>> Kalo kenyataannya bentuk rambut antara laki2 dan perempuan sama.
>>
>>
>>
>> Salam,
>> l.meilany
>>
>> ----- Original Message -----
>> From: Ari Condro
>> To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
<mailto:wanita-muslimah%40yahoogroups.com> 
> <mailto:wanita-muslimah%40yahoogroups.com>
>> Sent: Thursday, July 30, 2009 4:48 PM
>> Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Jilbab dan pengalaman pribadi -
>>
>>
>> Waduh, anak saya masuk sekolah islam, jadi di tk nya sudah wajib
pakai
>> jilbab. masa harus saya pindahkan dulu sampai tk dan sdnya ke sekolah
>> tetangga, st stanislaus biar rambutnya tumbuh subur semerbak,
huehehhe
>> ... :))
>>
>> On 7/30/09, L.Meilany <wpamu...@centrin.net.id
<mailto:wpamungk%40centrin.net.id> 
> <mailto:wpamungk%40centrin.net.id> > wrote:
>> > Dari ikut seminar dokter kulit yg juga berjilbab maka di jelaskan :
>> > Jilbab yg sehat seharusnya dipakaikan ketika anak itu menginjak
usia
>> ABG, 14
>> > an tahun.
>> > Ketika kulit kepala, rambutnya sudah kuat.
>> >
>> > Salah kaprah jilbab dipakaikan sejak bayi, maka mengakibatkan kulit
>> kepala
>> > rambut
>> > tidak tumbuh baik. Coba saja perhatikan anak2 perempuan yg
> dipakaikan
>> jilbab
>> > sejak dini,
>> > nyaris rambutnya tipis, jarang.
>> >
>> > Rambut itu itu ibarat tanaman yg memerlukan matahari.
>> > Kalo gak kena matahari maka tanaman itu gak sehat bahkan mati.
>> >
>> > Salam,
>> > l.meilany
>> >
>> >
>> > ----- Original Message -----
>> > From: eyang_mbelgedes
>> > To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
<mailto:wanita-muslimah%40yahoogroups.com> 
> <mailto:wanita-muslimah%40yahoogroups.com>
>> > Sent: Wednesday, July 29, 2009 12:33 PM
>> > Subject: [wanita-muslimah] Re: Jilbab dan pengalaman pribadi -
>> >
>> >
>> > Proses (yg dilakukan wali/orangtua terhadap anak perempuan mereka
> agar
>> > mengenakan jilbab) biasanya sudah dilakukan sejak (anak) perempuan
> itu
>> masih
>> > balita. Dengan cara ini anak-anak perempuan tersebut tidak biasanya
>> tidak
>> > melawan atau mempertanyakan mengapa mereka harus mengenakan jilbab
>> mereka.
>> > Setahu mereka, jilbab hanyalah perangkat baju normatif, pakaian
> biasa,
>> bukan
>> > pakaian politis yang digunakan untuk menggolong-golongkan agama
>> seseorang
>> > dari yang lain. Sedemikian biasanya mereka melihat, mengenakan dan
>> menerima
>> > jilbab itu sehingga mereka akan merasa tidak lengkap, risih,
> telanjang
>> jika
>> > melepasnya di muka publik. Perasaan 'tidak pantas' itu membuat
> mereka
>> merasa
>> > lebih aman dan nyaman jika jilbab itu tetap dikenakan. Dengan kata
> lain,
>> > jilbabisasi, tanpa disadari, adalah 'proses cuci otak' yang
> dilakukan
>> secara
>> > sistematis sejak dini. Pembiasaan ini adalah prosesnya. Cuci otak
> adalah
>> > metodenya. Fundamentalisme (biasanya) adalah hasilnya. Menarik! ...
>> >
>> >
>> >
>> >
>> >
>> > [Non-text portions of this message have been removed]
>> >
>> >
>>
>> --
>> salam,
>> Ari
>>
>>
>>
>>
>> [Non-text portions of this message have been removed]
>>
>>
>
> --
> salam,
> Ari
>
> [Non-text portions of this message have been removed]
>
> [Non-text portions of this message have been removed]
>
> 

-- 
salam,
Ari





[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke