Yth Bung Syafril yang budiman dan rekan2 Sejawat lain,
Ini luar biasa, diskursus para Ahli Teknik (kebetulan saya adalah salah satu cikal 
bakal PATI, Perhimpunan Ahli Teknik Indonesi, 1985, terakhir Ketua-IV) dengan wawasan 
tidak sekedar keteknikan, dan itu saya memang bayangkan terjadinya di model habitat 
Mahasiswa Plus ini yakni Keluarga Besar MenWa.
Berbagai sudut pandang dapat saling dibagikan, memperkaya moda Kepemimpinan untuk 
Kebangsaan, dan saya masih membayangkan juga kelak terjadinya pembentukan moda 
Kepemimpinan untuk Ketahanan Nasional.
Saya perlu terima kasih atas undangan Bung Syafril ke rumah Bung Tutun, namun saya ada 
beberapa kendala a.l. tgl 3 harus hadir di PN Niaga Jakarta Pusat yang kemungkinan 
berlanjut dengan out-of-court tgl 4 dan 5-nya, demikian juga tgl. 4 pagi saya ada 
acara tetap di Mesjid Raya Pondok Indah. Kehadiran saya sendiri di silahturahim Ekek 
Yon-1 itu sebetulnya tidaklah terlalu penting, toh aspirasi saya tidaklah terlalu 
berbeda jauh misalnya dengan Bung Ir Budiono, Bung Pontas Hutagalung, dlsb (karena 
sama2 di Forum Corps MenWa Ia), apalagi saya sesungguhnya produk Yon-12 SKOMEN, 1969 
dan faktanya hanya sempat berkarya di pos Yon-1 ketika menerima Bapak Solichin GP, 
Gubernur JaBar, sore hari setelah peristiwa penembakan Rene Kunrad di muka Asrama Jl. 
Ganesha, 1970, hanya karena saya adalah satu2nya fungsionaris Dewan Mahasiswa ITB yang 
ada ditempat ketika itu (kesaksian mengenai ini dapat dikonfirmasikan kepada Bung Ir 
Andi Sahrandi, kami berdua adalah juga yang nekat berada pada barisan terdepan yang 
memisahkan 
kedua pihak yang bersitegang, dimuka gerbang ITB yang beken itu).
Bagaimanapun, adalah memprihatinkan kalau satu saat gagasan Tata Dunia Baru yang 
dicetuskan pada tahun 1897 di Bazel itu terwujud dengan mengesampingkan semua jerih 
payah para Pejuang Kemerdekaan Indonesia (mohon dicatat bahwa pada saat yang hampir 
bersamaan, prakarsa IndoLogi oleh Prof DR MR Cornelis van Vollenhoven turut 
menggerakawali Politik Etis Pemerintah Belanda di Nusantara pada awal abad 20 yang 
kemudian membuahkan a.l. prakarsa Boedi Oetomo, 1908, dan kini diakui sebagai 
Milestone daripada Kebangkitan Nasional Indonesia). Dan buat saya, akan menyedihkan 
kalau paham Borderless menjadi alasan hilangnya Kedaulatan NKRI, apalagi kalau ada 
warganya yang kemudian bersikap Goodbye Indonesia, padahal dari lahir sampai 
memperoleh berbagai Kepinteran dan Kebahagiaan Materiil serta Status Sosial yang 
tinggi karena nikmat situasi dan kondisi Merdeka rintisan para Pejuang2 terdahulu. 
Saya cenderung masih berpedoman Think Globally and Act Locally, atau memang saya 
aliran yang tradisional/konservatif, bukan beror
ientasi jadi warga global yang kosong jati diri. Pejuang Merah Putih menurut hemat 
saya adalah Wawasan Kebangsaan yang tepat di Era Globalisasi mendatang (kalau ada yang 
berbeda pendapat, ya monggo saja, ini kan negara Merdeka).
Sebetulnya, beberapa pemikiran saya telah disampaikan tertulis ke Bapak Ketua Forum 
Corps MenWa Ia (yang mantan DanYon-1) tanggal 13 Desember 2002 ybl dan juga ke Bapak 
Ir Suwardjoko P. Warpani MTCP, mantan DanYon-1, 1965 (selaku Wakil Penanggung Jawab 
PokJa Ketahanan Nasional) dalam rangka Sidang Pleno-2. Semoga ada proses pengkayaan 
pemikiran dari HANATA2003 yang nantinya dapat bermanfaat dibawa ke Sidang Pleno-2 yad.
Selamat Tahun Baru 2003 dan Salam Kebangsaan, Kebangsaan Indonesia.
Pandji R. Hadinoto
 Syafril Hermansyah <[EMAIL PROTECTED]> wrote:On Tue, 24 Dec 2002 06:32:41 
-0800 (PST) DR Ir Pandji R Hadinoto PE LL.M
(DIPRHPLM) wrote:

> Iya betul juga itu pendapat Bapak DR Kurtubi, bahkan ada rekan saya
> mantan Ekek Bogor, DR Gindo M Simanjuntak MPH kemarin malam berseloroh
> itu sih sama saja dengan anekdot di negara subtropik (saya nggak
> berani sebutkan), menjual selimut untuk beli makanan lalu sesudah
> makan jadi kedinginan lagi dst. 

Itu manusiawi Pak, ingat dg Piramida Maslow ?
Makanan itu posisinya dibawah Sandang, artinya prioritas mdpkan makanan
diatas prioritas mendapatkan sandang. Tanpa sandang kita *mungkin* mati,
tanpa makanan kita *pasti* mati.

> Lebih lanjut, kepada Bung Syafril, Konstitusi (Proklamasi dan UUD
> 1945) yang Basic Law itu jiwa bangsa ini, kacamata ekonomi praktis
> semata tidak bisa membenarkan bahwa konteksnya adalah pada paradigma
> hukum ditingkat Operational Law vs ekonomi mikro semata, tidak
> sesederhana begitu, 

Di pasal mana ya Pak soal privatisasi ini melanggar UUD atau Pancasila ?

> Bung, ini Urusan Kedaulatan yang erat juga dengan kedalaman jiwa
> Kebangsaan para politisi elit kita sekarang yang menurut kacamata
> saya produk "instant" artinya menjadi "manajer eksekutif negara" tanpa
> melalui jenjang pemantapan Kepemimpinan yang sistimatik. Kagetan-lah
> gitu (saya juga ingat, ada pendapat dari Ir Soelistio, Alumni ITB,
> dari FMJKN yang mengatakan kita boleh tua tapi belum tentu sudah
> dewasa).

Soal kedaulatan sdh kita bicarakan, y.i. privatisasi Indosat ini tidak
membuat sistem komunikasi kita menjadi bertambah rentan thd penyadapan,
soal kedaulatan juga sudah disampaikan bhw privatisasi ini tidak membuat
pemerintah kita kehilangan hak utk menetapkan kebijakan dibidang
telekomunikasi (soal tarif misalnya).

Sekarang kalau soal personal, manajer eksekutif negara menurut istilah
Bapak. Dibagian mana dari tindakannya yg melanggar GBHN ? Yg saya lihat
justru dia meneruskan kebijakan yg sudah dijalankan oleh pemerintahan
sebelumnya (soal privatisasi, kita sdh bicarakan soal kapan dimulainya
privatisasi), berusaha agar infastruktur untuk negara ini menjadi murah,
terjangkau biayanya oleh rakyat banyak (dg membuang semua yg berbau
xxx-poli, tdk termasuk poliklinik ). Dia memasukkan pemodal kedalam
Indosat shg Indosat bisa berkembang lbh jauh, bisa bersaing dg Telco
negara ASEAN lain. Jadi sudah sesuai dg amanat UUD 45 utk
mensejahterakan rakyat (baca lagi Pak tulisan Pak Djoni Saleh soal
Nasionalisme Katak dalam Tempurung).

Mungkin Bapak dan banyak orang melihat bhw posisi monopoli ini tetap
bisa dipertahankan oleh Indosat (dan Telkom) ? Berapapun biaya yg
ditetapkan oleh Indosat (qq Pemerintah) akan (dan harus) diterima oleh
rakyat ? Dg AFTA hal itu tidak mungkin lagi terjadi, dg mari kita
tinjau lbh jauh.

Untuk dapat mengembangkan teknologinya (agar tetap competitive) maka
Indosat perlu uang/dana, lalu darimana dana itu diperoleh ? Pinjam dari
luar negeri ? Krn country risk negara kita tinggi maka Indosat harus
membayar dg bunga tinggi (ingat Pak, Bank itu punya aturan yg aneh, y.i.
semakin kita tidak membutuhkan uang maka semakin mudah kita mendapatkan
pinjaman, tidak adil bukan ? akan tetapi di dunia ini banyak kejadian
yg tidak adil karena bukan keadilan yg jadi referensi melainkan
kewajaran! ). 

Dampaknya adalah harga jual produk Indosat menjadi tinggi, tidak
competitive terhadap SingTel, atau perusahaan Telco dari negara Asean
lain. Dg AFTA (yg akan dimulai bulan depan, baca thread/topik mengenai
AFTA2003 yg saya forwardkan dari Milis lain), maka rakyat kita akan lbh
suka memakai produk dari SingTel, Malaysia, Philippine, Thailand (kasus
di perusahaan penerbangan sudah membuktikan hal ini, banyak orang
Indonesia lbh suka pakai SIA dpd pakai Garuda). 

Karena pelanggan sedikit (utilisasi rendah) sdgkan biaya tinggi, maka
Indosat terpaksa harus menaikkan lagi biaya jasanya, dan makin lebih
terpuruk lagi dan bisa bangkrut. 
OK lah, krn perusahaan ini milik pemerintah (kalau kita tdk jadi
jual) maka pemerintah melakukan subsidi, akan tetapi uang utk subsidi
mau dapat darimana ? Buat obligasi ? Siapa yg mau beli obigasi itu ? Mau
melakukan tindakan semacam BLBI lagi ?

BTW. Pernahkah ada yg menanyakan kenapa dijualnya ke Singapura atau
Malaysia, bukan ke Inggris, Jerman, Jepang atau Amerika atau Australia ?

> Dalam pengertian inilah, ada baiknya Bung Syafril dapat memperoleh
> juga karya tulis Bapak Drs Tjipto Sukardhono, mantan DanYon-I dan
> SKoMen JaBar, sekarang SekJen DHN45 yaitu Pokok-pokok Pikiran tentang
> Permasalahan Pertahanan Negara, 28 Oktober 2002, yang a.l.
> memproyeksikan MenWa Indonesia juga menjadi Pejuang Merah Putih (Kader
> Bangsa) selain payung hukum UUTNICad, dlsb. 

Menyesal sekali tidak tahu mengenai tulisan-2x tsb, bisakah Bapak
mengirimkan ke saya dalam format komputer (*.doc) shg saya bisa convert
ke *pdf yg lebih compress dan menayangkannya di
http://pub.mahawarman.net ? Dg demikian makin banyak orang yg bisa baca.

> Saya sendiri melihat Pembangunan Berkelanjutan adalah Medan Laga
> Terkini (coba cocokkan juga dengan tulisan T. Yulianti di Suara
> Pembaruan kemarin, intinya Pre-Emptive Attacks adalah pilihan strategi
> model "Perang Dunia IV"),

Saya tidak berlangganan Suara Pembaruan, bisa dikutipkan pokok-2x
pikirannya Pak ?
Mungkin tulisan dia bisa jadi masukan dalam sarasehan HANATA2003 yg
salah satu topiknya mengenai 'Damai itu Perang yg sesungguhnya' yg akan
dibawakan oleh Pak Budiono dan Moderatornya Pak Djoni Saleh. Kalau Bapak
bisa hadir di HANATA2003, akan lebih baik lagi :-)

> dimana AGHT dalam konteks Indonesia adalah Illegal Fishing, Illegal
> Logging / DeForestry, dlsb atau Degradasi Mutu Lingkungan Hidup. Dan
> saya berpendapat bahwa sebetulnya MenWa potensial untuk berkiprah
> disini sekaligus membangun jiwa Kebangsaan. Dan sepengetahuan dan dari
> pengalaman lapangan praktis keproyekan saya sejak 1973, Community
> Development yang sedikit banyak erat hubungannya dengan Bina Wilayah
> dan/atau Bina Lingkungan adalah potensial sebagai sumber swadana
> satuan2 MenWa sendiri. 

Maaf Pak, kalau MenWa diberi peran seperti itu menurut saya tidak akan
bisa dilakukan, jangankan sekarang dimana kita sedang mengalami krisis
anggota, dulupun saat anggota kita banyak kita tidak mungkin melakukan
hal itu, tidak cukup waktu!!!

Kami punya pemikiran lain utk peran Menwa ini, dan akan kita bicarakan
di sarasehan HANATA2003 yad dg topik ROTC (Reserve On The Campus), yg
akan dibawakan oleh rekan kita Tino Ardhiyanto dg Moderator Pak
Indradjaja Dalel (Rekan-2x Panitia mohon maaf nih, mendahului
menginformasikan ke umum).
Lagi, kalau Bapak berkesempatan hadir di HANATA2003 mungkin masukkan
Bapak bisa memperkaya wawasan peserta Sarasehan.

> misalnya guna pencapaian target CashFlow (padahal diketahui
> bahwa sumber Cash-In potensial kan juga bisa dari pemenuhan kewajiban
> bayar para pengutang uang negara/rakyat, selain kita juga tahu bahwa
> banyak sekali Cash-Out yang bermasalah, dst) 

Maksud Bapak dg Cash Out bermasalah itu soal Korupsi (KKN) ?
Kalau mau ngomong soal ini dalam konteks pemerintahan sekarang, mestinya
harus membicarakan soal KPKPN dan Komisi Pemberantasan Korupsi yg Bapak
rupanya tidak concern saat saya ajak diskusi soal ini di thread yl :-)
Juga tidak lepas dari maraknya diskusi soal Mafia Peradilan akhir-2x
ini.

Saya akan singgung sedikit soal KPKPN dan KPK ya Pak.
Dalam kasus korupsi, ada 3 hal yg bisa dilakukan (mungkin lebih, tp saya
cuma mau bicara 3 hal dulu secara umum).
1. Tindakan Preventive
Kita perlu melakukan upaya agar korupsi itu tidak terjadi.
Bagaimana caranya ? Apa yg dilakukan KPKPN termasuk disini, dg
mencatat daftar kekayaan pejabat negara maka kita punya data utk fit
and proper test, kita bisa tahu jika diakhir masa jabatan pejabat tsb
memiliki kekayaan yg tidak wajar, maka bisa kuat dugaan utk meyidik
pejabat tsb.

2. Tindakan Represive
Kalau terjadi tindakan korupsi, maka kita perlu punya Team yg bisa
melakukan penyidikan.
Mestinya hal ini secara implisit sudah bisa dilakukan oleh Polisi dan
Kejaksaan, akan tetapi disamping masalah citra dan kemampuan polisi
serta kejaksaan yg diragukan (ingat soal Mafia Peradilan, Mafia
Kejaksaan), perangkat hukum kita tdk cukup (misalkan soal rahasia
Bank yg diluar kekuasaan Polisi maupun Jaksa). Sehingga
DPR/Pemerintah merasa perlu untuk membuat Komisi Pemberantasan
Korupsi.

3. Tindakan Monitoring
Yg ini belum ada tindakan apa-2x yg dilakukan.
Memang BPK dan BPKP secara implisit mestinya melakukan hal ini, dan
akhir-2x ini apa yg mrk lakukan sudah bagus, sayangnya tidak
dipercaya (coba lihat kasus-2x yg diungkap oleh mereka, saat diungkap
pihak DPR/Pemerintah merasa perlu utk melakukan audit ulang
menggunakan auditor luar, contoh kasus Jamsostek, Kimia Farma).

Sekarang ini tindakan preventive akan dihilangkan, y.i. dg melikwidasi
KPKPN, krn KPKPN sudah membuat 'gerah' banyak pejabat (yg korupsi tentu,
kalau tdk korupsi kenapa hrs gerah ). Komisi-1 DPR memang ngomong bhw
KPKPN bukan dilikwidasi tp di merger dg KPK, tp itu omong kosong besar!
Kalau membaca UU pembentukan KPK tidak ada (cukup) hal-2x yg menyangkut
tugas dan kewajiban KPKPN tertulis disitu, tidak ada juklak yg jelas
sejelas UU pembentukan KPKPN (ini omongannya Jusuf Sakir, kepala KPKPN
saat ini, di wawancara radio Tri Jaya FM).

> Dengan lain perkataan, komprehensif-lah, tidak se-potong2, Kasus
> Privatisasi dan Kasus R&D yang mencuat bersamaan itu kan sepertinya
> Year End Plan saja dari para petinggi pembijak eksekutif untuk
> menyelamatkan kas negara sesaat saja. 

Privatisasi sudah kita bicarakan, demikian pula R&D sudah kita bicarakan
dalam thread yg terpisah. Kasusnya memang berbeda Pak, yg satu soal
eksekusi MSAA yg lain soal privatisasi ke pihak asing.
Kebetulan saja ada yg sama, y.i. yg bertanggung jawab orang yg sama,
y.i. Menteri Negara BUMN. Kalau tujuannya memang mau cari kesalahan
orang itu (Laksamana Sukardi) dan Komandannya (Presiden Megawati) ya
boleh saja dibicarakan bersama-sama, tp menurut saya itu soal politik
dan diluar concern saya dan DILUAR lingkup Milis ini (di Milis ini
tidak membicarakan soal Politik, saya pernah menolak saat Milis apakabar
ingin hosting di server saya saat mereka diminta pindah dari Jerman, krn
isinya politik dan umpatan-2x dan issue yg tidak membangun bangsa).

-- 
syafril
-------
Syafril Hermansyah

List Administrator/Moderators [EMAIL PROTECTED]

--[YONSATU - ITB]----------------------------------------------------------

Copy Darat (Halal Bihalal, Natal dan Tahun Baru) akan dilaksanakan 4-5 Januari 2003, 
lihat footer Milis [EMAIL PROTECTED]

Online archive : 
Moderators : 
Unsubscribe : 
Vacation : 




---------------------------------
Do you Yahoo!?
Yahoo! Mail Plus - Powerful. Affordable. Sign up now

--[YONSATU - ITB]----------------------------------------------------------

Copy Darat (Halal Bihalal, Natal dan Tahun Baru) akan dilaksanakan 4-5 Januari 2003, 
lihat footer Milis [EMAIL PROTECTED]

Online archive : <http://yonsatu.mahawarman.net>
Moderators     : <mailto:[EMAIL PROTECTED]>
Unsubscribe    : <mailto:[EMAIL PROTECTED]>
Vacation       : <mailto:[EMAIL PROTECTED]?BODY=vacation%20yonsatu>


Kirim email ke