Janganlah kita memadamkan harapan di dalam hati kita. Karena harapan itulah
yang membuat kita tetap punya daya juang. Menghilangkan korupsi 100 % dari
negeri ini memang mustahil, tapi paling tidak indeks korupsinya bisa
dikecilkan seminimal mungkin (harus significant). Komando pemberantasan
korupsi tentu ada pada penguasa karena mereka yang mempunyai sumber daya
terbesar (aparat, dana, pembuatan aturan, dll).

Pada kondisi yang sudah sangat parah seperti saat ini diperlukan cara yang
extraordinary, diantaranya :

   1. Penggantian aparat yang bobrok secara massal (contoh yg sudah berjalan
   adalah rekrutmen pegawai KPK yang benar-benar fresh. Sehingga karyawan baru
   tidak terkontaminasi oknum karyawan lama yang korup. Kalau pun
   ada penyelewengan tapi sangat kecil dibandingkan institusi lainnya).  =>
   Kalau yang dipilih hanya menteri yang bersih maka akan sukar untuk merubah
   departementnya yang rusak parah. Karena ia hanya seorang diri. Seperti kata
   mantan Jaksa Agung Abdurrahman Saleh yang mengatakan bahwa ia seperti ustadz
   di sarang penyamun. Menteri terpilih bisa membawa gerbong "pasukan elit anti
   korupsi" yang ditempatkan diberbagai pos strategis & rawan korupsi.
   2. Hukuman tegas & berlipat bagi aparat. Terapkan hukuman mati & umumkan
   setiap koruptor di media massa. => kalau di TV suka ada acara infotainment,
   kenapa tidak ada acara khusus yang menyorot perilaku pejabat publik yang
   korup, misalnya kemewahan rumah, mobil, kehidupan malam, dll. Kalau perlu
   pakai cara investigatif & kamera tersembunyi. Setahu saya Cina yang komunis
   itu belakangan ini menerapkan hukuman mati bagi para koruptor & hasilnya
   lumayan efektif menurunkan korupsi disana.
   3. Perlu berbagai terobosan dalam mengkampayekan anti korupsi. Misalnya,
   memberi insentif khusus (misalnya keringanan pajak atau hadiah tertentu)
   bagi masyarakat yang bisa melaporkan aparat yang korup. Hal ini akan membuat
   masyarakat akan berlomba untuk menangkap koruptor seperti perlombaan petani
   menangkap tikus di sawah (saya pernah melihat di daerah tertentu ada
   perlombaan seperti itu). Hal ini juga akan membuat oknum aparat yang
   nyeleneh menjadi tidak berani "neko-neko".
   4. Pembuktian terbalik. Aturan ini sangat ditentang oleh oknum yang tidak
   bersih. Tapi bagi yang  bersih tentunya dengan santai akan mengatakan :
   "Monggo Mas ... "
   5. Korupsi di swasta juga harus diberantas. Tapi fokus tetap di
   pemerintahan. Karena di swasta ownernya akan berjuang sangat kuat agar
   assetnya tidak dikorupsi. Sementara di pemerintahan, tidak jelas siapa yang
   dianggap owner sehingga harus menjaga asset mati-matian agar tidak
   dikorupsi. Atau malah sense of belonging nya sangat tinggi sehingga merasa
   bisa` mengambil seenaknya, he..he.. kidding ...
   6. Dan lain - lain....  Harapan itu masih ada Saudaraku ... :-)

Mengenai sistem ekonomi yang tidak bisa dicampur dalam penerapannya, saya
kurang sependapat. Cina sudah mulai menerapkan ekonomi bebas di sektor
tertentu, Amerika yang kapitalis mempunyai sistem jaminan sosial yang baik,
dll.

Mulailah dari tujuan negeri ini apa ? (tercantum dalam mukaddimah UUD).
Ambil the best practises dari berbagai sistem yang ada yang bisa mewujudkan
tujuan tersebut. Kalau perlu kita modifikasi sesuai dengan kondisi disini.
Sistem atau teori apa pun yang bisa mewujudkan tujuan negeri kita bisa kita
pakai.

Ini hanya pendapat pribadi. Salam hormat saya untuk para anggota milist yang
berkarya di pemerintahan (juga swasta) yang tetap menjaga
integritasnya sehingga hanya memberi nafkah keluarga dari yang halal.
Insya Allah ini akan membawa keberkahan. Harapan itu masih ada Saudaraku ...

Rgds,

Falah





Pada 4 Oktober 2009 10:54, Rinaldi <rina...@polychemindo.com> menulis:

>
>
> Saya setuju sekali dengan pendapat Pak Reksa, mana mungkin negara yang kita
> cintai ini bebas dari korupsi, sementara sebagian besar rakyatnya lebih
> menginginkan hal itu terjadi.
>   .
>
> 
>


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke