Dear Pan Bima, rekan Wirata, dan rekan2 sareng sami ring milist BALI

Sebelumnya tyang ucapkan selamat hari raya GALUNGAN  kepada rekan umat
hindu yg merayakannya,

masalah Energy ini tyang ingin menambah dari 3 point permasalahan yg
diangkat tsb,

Masalah kebutuhan listrik.
sepertinya kita semua sudah mengerti hitung2an angka kebutuhan dan
ketersediaan listrik PLN selama ini, namun ada pertanyaan mendasar
masalah kebutuhan ini yg sama sekali belum clear. Berapa sebetulnya kita
perlu LISTRIK? mohon dikoreksi, tyang mencoba menganalogikan seperti
seorang keluarga yg istrinya mengajukan anggaran bulanan kepada sang
ayah,.. akan angka2 budget bulanan, yg setiap saat bertambah sehingga
orang tua ini terus mencoba mencari pemasukan2 tambahan. Namun bila
keluarga tsb cerdik maka si Ibu akan tampil, dengan mencoba menekan
pengeluar2 yg terasa kurang perlu, kurang mendesak, atau malah bila
perlu didelete. juga Mencoba mencari alternatif2 lain, pengganti2
kebutuhan yg ada dgn yg jauh lebih murah namun tdk mengurangi fungsi,
sehingga tidak sertamerta hanya 'pemasukan' lah yg seolah satu2 cara utk
memenuhi kebutuhan tsb.

begitu pula masalah listrik ini yg tyang lihat,
Hendaknya ada suatu study, dari pemerintah daerah, Dept energy dan
sumber daya mineral, dan yg pasti PLN, Berapa sebetulnya kebutuhan
suatau gedung, Rumah sakit, Kawasan pemerintahan dll, di daerah BALI.
sebab dari data yg tyang dapat 38%-40% kebutuhan listrik gedung2 di
Indonesia adalah utk AC/kipas, dan 20% nya utk lampu. Nah tidakkah
pemerintah daerah merasa ikut perlu utk turan tangan dgn melibatkan
pengembang utk menata dan membuat kawasan hijau, mendesign ventilasi,
sehingga prosentasi tadi bisa di reduce.

Juga banyak teknology swich control yg ada saat ini bisa digunakan,
misal mengontrol bila suatau ruangan bila tdk ada gerakan selama 2 menit
(bisa diatur) maka swich akan off, atau ada pula swcih yg mengatur
berdasrkan lument dan irradiance suatu ruangan sehingga pada saat terang
akan off scr otomatis,.. ini sekali lagi mengurangi kebutuhan tadi,...
berapa.watt?, berapa %?. sekali lagi perlu di hitung, dan dalam
perencanaan akan jelas berapa kebutuhan listriknya.Tapi sekali lagi itu
semua akan tampak jelas dan clear bila ada perhitungan akan kebutuhan
dan pemakaian energynya setiap jam/ hari.

Sebagai Daerah Pariwisata, Juga tuan rumah UNCCC yg baru lalu (terus
terang gemanya sangat hangat tyang rasakan sampai disini, malah saat US
'menerima' Bali roadmap UNCCC tsb  kita khusus membicarakannya saat
lunch ) Bali bisa sebagai Pilot Project utk renewable enrgy.

Misal kenapa tdk kita tata suatu kawasan renewable energy, didalamnya
juga ada tempat research, ada tempat wisata teknology utk anak2, utk
touris internatioanal juga domestik,dll
tumbuhkan rasa renewable ini sejak dini.

Tyang memandang sekali lagi informasi akan renewable sangat perlu utk
disebarkan, juga kita usahakan sumber2 yg ada utk di berdayakan, misal
contoh microhydro tsb. Maaf rekan Pan Bima, bila alasnya investor,
kenapa tdk diupayakn dari pendanaan lokal dulu?

Point diskusi tambahan ( dr yg telah Pan Bima angkat)
a. Rekan research tyang dari Mexico( telah terlibat dalam penginstallan
bebrapa project microhydro) systemnya pembiayaan mengunakan iuran
bersama mungkin semacam koperasi di Indonesia, dan dilegalkan oleh
instansi kelistrikannya (semacam PLN) utk mengelola dan menjual listrik
utk daaerah tsb. malah local govermentnya support dana.
jadi tyang pandang banyaknya sungai2 , air2 terjun bisa diberdayakan,
misal dikelola suatau atau beberapa banjar, cari staff ahli utk install
dan maintenance, kita lakukan training utk warga lokal sehingga saatnya
bisa mandiri (tenaga ahli hanya temporary saat perlu saja). Maslah Solar
cell pun bisa, seperti lampu2 jalan, penggunaan rumah, (misal mengurangi
10-15% kebutuhan dr PLN) akan sangat luarbiasa besarnya secara
keseluruhan.
(pointnya : Potensi Renewable sangat besar, bila kita lihat pointnya
secara kuantitatif  installasi dan sama sekali bukan dilihat sebagai
power plant)

permasalahan yg lain adalah masalah kebutuhan  listrik itu sendiri,
mungkin sudah banyak yg paham bahwa 'BALI BUTUH 300-350 MW' (tolong
tyang dikoreksi pak Nengah)
tapi .. yg tyang ingin komentari adalah:

b. ehm.. berapa watt listrik sesunggunya yg kita butuhkan, apa betul yg
ada tdk cukup, byar-pet terjadi apakah bukan karena kita boros?,
(setiap gedung perlu dikaji)ehm.. membuka lapangan kerja baru (pointnya
: kebutuhan sebenarnya berapa?)
b. Bisa nga kita tekan (ini tentu berdasarkan kebutuhan tiap titik tadi
( hasil survey/ research kebutuhan di setiap gedung/ hotel dll)
c. seperti contoh tyang diatas, ini bukan semata pekerjaanya PLN saja,
local goverment ikut dong peduli
 sebab kalau nanti hanya urusan PLN , saat nyaPLN membuat keputusan
membuat power plant, timbul masalah,
 dari masalahkawasan suci, kawasan pariwisata, tdk ramah lingkungan, dan
masalah2 yg lain, sebab pasti besar/ kecil masalah tsb akan timbul.
pointnya : maslah listrik/ energy tanggung jawab kita bersama, bukan PLN
semata, local goverment hendaknya terlibat.


ingih sapunika dumun


ketut astawa


  _____

From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf
Of Pan Bima
Sent: 23 January 2008 13:04
To: bali@lp3b.or.id
Subject: [bali] Re: konferensi iklim dan bakar batu bara (a)


Nah, para Bapak2/Ibu2 pemerhati masalah suplai energi listrik untuk
Bali, mari kita lebih fokus diskusi tentang masalah kelistrikan
menyangkut solusi yang perlu untuk Bali.

Sejauh yang saya tahu, permasalahan listrik di Bali meliputi :
1. Ketersediaan pasokan tidak berimbang dengan meningkatnya kebutuhan
energi listrik.
2. Kondisi pembangkit listrik di Bali rata-rata sudah berumur tua, baik
yang ada di Pesanggaran Denpasar, Gilimanuk maupun Pemaron.
3. Kabel bawah laut yang merayap di selat Bali hanya tersisa 2 kabel
dari mula-mula 11 kabel. 2 kabel ini masih menghadapi ancaman derasnya
arus laut disana, padahal 2 kabel ini menghantarkan sekitar 200 MW daya
listrik (pada tahun 2002, daya sebesar ini adalah 40 % dari kebutuhan
daya listrik Bali).

Sebelum membahas persoalan diatas, perlu juga dikemukakan disini,
beberapa pembatas yang dihadapi yaitu :

1. Bali adalah tujuan wisata dunia "most wanted destination", sehingga
konsekwensinya, dari sisi pelayanan kepada wisatawan, tidak boleh ada
"byar pet" listrik. Juga tentu perlu diperhatikan masalah berkaitan
dengan lingkungan. Terlebih Bali pernah menjadi tuan rumah konperensi
international tentang global warming and climate change.

2. Bali tidak memiliki sumber energi terbarukan (renwable energy) yang
dapat diandalkan dalam skala besar. Sungai Ayung diprediksi mampu
memberikan 45 MW ? Namun sejak 2003 sampai sekarang belum ada investor
yang  berani  mengerjakannya.

3. Potensi geothermal di Bedugul yang diperkirakan berpotensi 200 MW
sampai sekarang  masih sulit direalisasikan karena  penolakan sebagian
masyarakat.

Kira-kira demikian persoalan di Bali, kalau  ada yang mau menambahkan
silahkan sebelum diskusi untuk mencari solusi dimulai.

salam
wisnaya


On 1/21/08, Made Wirata <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

Yth. Rekan-Rekan,

Kalo boleh saya kemukakan sedikit pendapat tentang Energi Listrik di
Bali, ref beberapa
emil yang saya baca dari rekan-rekan, bahwa Bali memang kelihatannya
membutuhkan
listrik skitar 300-400 kW (kalo enggak salah sebelum Bom Bali pertama),
dan kemudian
menurun jadi dibawah 300kW, sedangkan pasokan dari kabel Jawa-Bali
kurang karena selain
kebutuhan di Jawa meningkat juga kekhawatiran masalah kabel, serta
pembangkit yg ada di
Bali sudah berumur semuanya, maka diplan adanya pembangkit baru.
Sementara sekarang
timbul masalah lingkungan, dst. Pertanyaannya sekarang apakah sudah ada
FS yang bener-
benar serius untuk menangani hal ini?, kalo iya berarti sudah ada
pilihan berapa besar
dan dimana lokasinya yg tepat untuk masing-masing pembangkit, apakah
dari batubara,
mini hydro, bayu, dll.

Menurut saya sih, sebesar-besarnya tenaga air tidak akan mencukupi,
mungkin saat ini
beda dengan kapasitas yg dulu (banyak air sungai yg sudah mengering),
juga potensi
angin yang belum dipetakan / diukur yg bener seperti halnya di Nusa
Penida kan kurang
menghasilkan. Kalo dari batubara, saya rasa pasti bisa besar namun
penempatannya harus
diperhatikan bener. Sebetulnya ada juga peluang lain, yaitu memanfaatkan
energi ombak .
Dengan demikian ke-tiga potensi yang ramah lingkungan itu disatukan
(angin, air dan
ombak), jika masih kurang, baru ditambahkan lagi yg batubara dengan
lokasi yang tepat
misalnya didaerah timur, bukan yg banyak tempat pariwisatanya seperti
buleleng barat.
dan juga kepada pengembang/ investor disarankan yg teknologi paling
akhir dimana polusi
sisa pembakaran batubara supaya disaring lagi yang bener (sistem cyclon
kek, atau yg
lainnya yang katanya sekarang sudah dikembangkan di Jerman), sehingga
polusi berkurang
lagi.

Demikian masukan / pendapat dari saya, dan mohon maaf pasti banyak
kekurangannya.

Selamat Hari Raya Galungan dan Kuningan, mudah-mudahan sejahtra dan
damai semuanya.

Salam

Made Wirata


--
Open WebMail Project (http://openwebmail.org )


---------- Original Message -----------
From: "Asana Viebeke Lengkong" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <bali@lp3b.or.id  <mailto:bali@lp3b.or.id> >
Sent: Mon, 21 Jan 2008 01:09:00 +0800
Subject: [bali] Re: konferensi iklim dan bakar batu bara (a)

> P Sudja dan P Wis,
>
> Kalau kita putar putar terus sekitar teori; nggak heran kita terus
saja
> dalam kondisi yang seperti ini tidak pernah termotivasi dan juga
kurang
> solidaritasnya sehingga tidak pernah kelihatan kemauan yang tinggi
untuk
> membangun kemauan yang terlegitimasi....
>
> apa pilihan kita di Bali? Bagaimana kemudian kita membangun common
idea agar
> kemudian terjadi hal diatas itu.... People Power movement yang cukup
tangguh
> agar pemerintahnya mudeng apa gunanya mereka menjabat.
>
> Di Badung, Bupati turun ke lapangan untuk ikut ngangkut sampah,
rasanya
> terlalu mahal lo biaya masyarakat membayar gaji para pejabat di daerah
kalau
> kerjanya ikut ngangkut sampah, padahal masih banyak pekerjaan
management
> yang perlu dilakukan di kantor dan memastikan adanya management
penanganan
> bencana, memastikan bahwa infrastruktur di Badung itu sangat penting
dan
> aturan tentang lingkungan hidup menjadi sangat sangat penting untuk
> menyelamatkan masyarakat dari ke terpinggirkan (betul nggak
bahasanya);
> terkena bencana yang lebih hebat lagi.... dan lain lainnya.....
>
> Kuta sebagai beach destination menjadi sebuah lelucon kalau melihat
betapa
> tidak terkendalinya sampah yang kembali ke pantai karena sampah
masyarakat
> masih membuang lebih dari 30% sampahnya ke kali....
>
> Kalau kita kembali lagi ke listrik, salah satu pelayanan utility vital
yang
> menjadi tanggung jawab pemerintah; maka ayolah kita jangan terlalu
banyak
> berteori saja, dan lebih turun ke lapangan dan melakukan sesuatu yang
> kemudian kita lihat hasilnya.... apakah itu mungkin atau tidak kita
lihat
> saja kemudian sambil mencari jalan keluar yang lebih realistis.  Saya
rasa
> semua lebih optimis kalau dengan jalan begitu, karena tidak semua kita
> mendapat 'gaji bulanan' dimana kita bisa tenang dan nyaman untuk
sekadar
> mengeluarkan pendapat, tapi banyak juga diantara kita yang perlu untuk
ber
> pendapatan; jadi saya usul untuk para ahli, cendikiawan, pejabat,
pemuda;
> untuk membuat suatu perencanaan yang konkrit yang dapat diusulkan dan
> dilaksanakan..... mari turun kelapangan... Bali sedang carut marut
sosial
> ekonomi dan lingkungannya dan bali adalah ONE SMALL ISLAND.... (P
Sudja
> kelihatannya punya akses cukup kuat di PLN pusat, apa jawaban mereka
atas
> pilihan Bali? (kalau ada pilihannya dan jawabannya) Apakah seperti
yang
> sudah di jelaskan berkali-kali?  BATU BARA KAH? tau masih negosiasi
dalam
> konteks dagang carbon?  Where are we all going at the end of the
day???? or
> may be more exact.... WHICH COMPARTMENT ARE YOU PUTTING AND TAKING US
> ALL???? Pertanyaan ini lebih untuk para ahli dan akademisi yang ada di
milis
> ini; dan tentunya para pejabat kalau ada.....
>
> Untuk Mas Tjahjo yang banyak menulis tentang Bali Planning Process;
> bagaimana memulainya?  Bagaimana bentuk chartnya secara matrix? Kok
nggak
> kedengaran lagi?  Di milis ini banyak ahli ahli lo....
>
> Saya mohon maaf kalau ada yang tidak berkenan, celotehan saya mohon di
> abaikan saja.  Banyak masyarakat kita yang tidak memiliki access untuk
> mendapatkan informasi atau ketika ada pun mereka tidak mempunya
kemewahan
> untuk dapat mengolahnya...... tidak seperti kita kita ini dengan
kemewahan
> berinternet ria....
>
> Popo, Gung Alit.... ngiring sareng nae berkomentar... biar ada ujung
hulu
> dan hilir nya gitu loh
>
> Apapun yang terjadi...... saya dengan semangat MENGUCAPKAN SELAMAT
HARI RAYA
> GALUNGAN DAN KUNINGAN............... DUMOGI RAHAYU SARENG
> SAMI..................
>
> Dalam damai,
>
> Viebeke
>

--
Milis Diskusi Anggota LP3B Bali Indonesia.

Publikasi     : http://www.lp3b.or.id
Arsip         : http://bali.lp3b.or.id  <http://bali.lp3b.or.id>
Moderators    : <mailto: [EMAIL PROTECTED]>
Berlangganan  : <mailto: [EMAIL PROTECTED]>
Henti Langgan : <mailto: [EMAIL PROTECTED]>





--
Gde Wisnaya Wisna
Jl.Dewi Sartika Utara 32A
Singaraja-Bali
website : www.lp3b.com


Kirim email ke