Dear All, 

RUKD sudah dibuat dan selesai beberapa tahun lalu,
setelah di "provokasi" dengan beberapa tulisan di
media, termasuk tulisan Pak Wis. Bisa hubungi Bappeda
Propinsi atau teman satu kampus Pak Wijaya, ibu Ida
Ayu Giri....(EL-UNUD), sebagai ketua tim penyusun.

Cheers:

Widi
--- Pan Bima <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Ysh Pak Wijaya,
> Terimakasih telah membaca tulisan saya dengan judul
> BALI MEMERLUKAN RUTR
> KELISTRIKAN. Entah dari mana P. Wijaya menemukan
> tulisan saya itu. Dan
> tulisan tsb memang pernah dimuat di harian bisnis
> bali (group balipost)
> beberapa tahun yang lalu.
> 
> RUTR adalah Rencana Umum Tata Ruang. Ketika saya
> menuangkan tulisan tsb,
> saya risau dengan sistem kelistrikan kita di Bali,
> yang terlalu berat
> sebelah ke selatan (Badung dan Denpasar), sementara
> di Bali Utara kurang
> diperhatikan, dan di Bali Timur bahkan samasekali
> tidak diperhatikan. Akibat
> dari infrastruktur kelistrikan yang serba minim ini
> mungkin berdampak pada
> rendahnya laju pembangunan di utara maupun di timur.
> Tapi mungkin lebih
> banyak yang akan mengatakan, bahwa karena laju
> pembangunan di utara dan di
> timur yang rendahlah yang menyebabkan infrastruktur
> kelistrikan didaerah itu
> jadi sangat minim. Ini jadinya seperti
> memperdebatkan , mana yang lebih
> duluan : telur atau ayam.
> 
> Bagi mereka yang belajar tentang sistem jaringan
> listrik tentu akan segera
> tahu, bahwa akibat tidak adanya pembangkit listrik
> di utara bali, dimana
> disana ada cukup banyak beban listrik, maka tegangan
> di beban tersebut akan
> sangat jatuh, dan ini akan juga merugikan PLN.
> 
> Terkesan seperti mau memperbaiki kesalahan, kemudian
> PLN merencanakan
> membangun pembangkit listrik di bali utara. Cuman
> sayangnya, ntah karena
> kurang pertimbangan, PLN memilih tempat yang salah,
> yaitu di Pemaron, sebuah
> kawasan wisata. Lantas memunculkan reaksi dan
> perlawanan yang cukup kuat.
> Disamping salah memilih lokasi, PLN/Indonesia Power
> juga salah dalam memilih
> jenis pembangkitnya. Di Pemaron ternyata menjadi
> tempat peristirahatan
> terakhir PLTG Tanjung Priok (100 MW) yang berbahan
> bakar minyak HSD.
> Pembangkit ini sudah 27 tahun beroperasi di Tanjung
> Priok, dan karena
> tempatnya akan digunakan untuk pembangkit baru, maka
> harus dipindahkan.
> Menurut khabar saat itu, PLTG tsb mula-mula ingin
> dipindahkan ke Palembang,
> tetapi lantas saat itu (katanya berhembus keinginan
> kuat Bali meminta)
> tiba-tiba banting stir ke bali karena mengantisipasi
> kenaikan kebutuhan daya
> di bali (kejadian ini sebelum bom bali I). Maka
> jadilah PLTG Tanjung Priok
> yang sudah uzur itu ke Pemaron. Agar dapat mencukupi
> kenaikan daya di bali
> (yang katanya 12 % per tahun), PLTG di Pemaron akan
> ditambahkan dengan
> komponen uapnya sehingga akan menjadi PLTGU dengan
> daya 150 MW. Namun entah
> kenapa tambahan "U" yang 50 MW sampai sekarang belum
> terrealisasi.
> 
> Kembali ke masalah kita RUTR. Saya berpendapat,
> sebetulnya sudah tepat kalau
> di bali utara juga dibangun pembangkit listrik, asal
> lokasi dan jenis
> pembangkitnya jangan bermasalah. Karena penempatan
> pembangkit listrik di
> utara akan memperbaiki sistem tegangan keseluruhan.
> 
> Persoalan berikutnya adalah sistem kelistrikan di
> bali timur. Sistem
> tegangan 150 kv sekarang ini berhenti sampai di
> singaraja. Jadi jaringan
> kabel udara/SUTET 150 kv dari gilimanuk melewati
> celukan bawang terus ke
> pemaron. Di pemaron SUTET (saluran udara tegangan
> ekstra tinggi) 150 kv tsb
> belok ke selatan. Semestinya ada SUTET 150 kv dari
> pemaron terus ke timur
> sampai ke karangasem. Hal ini hanya mungkin jika di
> KUBU, Karangasem
> dibangun juga pembangkit listrik. Lalu SUTET 150 kv
> tsb melanjutkan
> perjalanannya ke pesanggaran setelah melewati
> Klungkung dan Gianyar. Kalau
> ini yang terjadi, maka bisa dikatakan bahwa sistem
> kelistrikan di bali
> relatif lebih andal.
> 
> RUTR atau RUKD (Rencana Umum Kelistrikan Daerah)
> semestinya terdiri dari
> pemetaan permasalahan ini, termasuk juga pemetaan
> sumber-sumber energi
> listrik yang tersedia di Bali. RUKD diwajibkan oleh
> UU Kelistrikan no
> 22/2000. Pak Wijaya sudah memaparkan panjang lebar
> tentang potensi
> sumber-sumber energi yang kita miliki dan perlu kita
> fikirkan untuk memenuhi
> kebutuhan energi listrik. Telah diuraikan, misalkan
> potensi energi dari
> waste/limbah, energi dari matahari, energi dari
> angin, energi dari
> mikrohidro, energi dari geothermal, mungkin juga
> seperti yang disampaikan
> Pak Wirata, energi dari ombak. Saya juga pernah
> mendalami energi OTEC
> (energi dari perbedaan panas laut). Kemudian juga
> perlu dikaji potensi
> energi geothermal. Semua potensi ini dipetakan
> termasuk skala prioritas
> pemakaiannya. Semua ini harus merupakan bagian dari
> RUKD Bali. Seperti yang
> ditulis juga oleh Pak Ketut Astawa : berapa
> sesungguhnya kebutuhan listrik
> di bali sekarang ini, lalu proyeksi 10 tahun kedepan
> kebutuhan itu akan
> menjadi berapa. Semua ini juga mesti ada di RUKD.
> 
> Pertanyaannya adalah : Apakah bali sudah punya RUKD
> ? Jika belum, maka apa
> yang kita diskusikan sekarang bisa menjadi
> masukan-masukan penting dalam
> menyusun RUKD tsb. Saya tidak tahu persis, tetapi
> saya pernah mendengar
> bahwa tim penyusun RUKD itu sudah pernah dibentuk.
> Untuk hal ini barangkali
> Mbak Widiasari (Mbak Widi) dapat memberikan
> informasi.
> 
> Jika bali belum punya RUKD, maka jelas perencanaan
> menjadi tidak terarah.
> Tarik menarik kepentingan akan terasa lebih kuat.
> Siapa yang kuat, dia yang
> menang. Kalau pemegang kekuasaan menginginkan
> (misalkan ) batubara, maka
> pilihan bisa ke batubara, dst.
> 
> Jadi RUKD ini penting untuk kita ketahui dulu, sudah
> ada atau belum.
> Demikian dulu dari saya.
> 
> salam wisnaya
> 
> On 1/24/08, Wijaya Kusuma <[EMAIL PROTECTED]>
> wrote:
> >
> >  Pan Bima,
> > Saya tuliskan dulu apa yang saudara tulis dengan
> judul *Bali Memerlukan
> > RUTR Kelistrikan,* yang sudah hampir lima tahun.
> Sepertinya kita tidak
> > beranjak jauh, *padahal sudah bertahun - tahun
> kita berbicara yang
> > beginian*.
> >
> > Kutipan Tulisan saudara:
> > Bali yang diandalkan meraup devisa melalui
> kegiatan budaya dan
> > pariwisatanya ternyata memiliki sistem kelistrikan
> yang kurang
> > menggembirakan. Kalau mau percaya, ada hubungan
> sebab akibat antara
> > disparitas pembangunan yang terjadi di Bali dengan
> kelemahan sistem
> > kelistrikan Bali tersebut. Mengapa ? Karena sejauh
> ini pusat pembangunan
> > lebih banyak terkonsentrasi di Bali bagian Selatan
> sebagai akibat
> > infrastruktur sistem kelistrikan Bali yang terlalu
> mendukung atau setidaknya
> > diorientasikan untuk perkembangan pembangunan Bali
> Selatan. Sementara
> > infrastruktur kelistrikan di Bali Utara sangat
> seadanya dan untuk Bali Timur
> > bahkan terlalu lemah. Akan tetapi PLN bisa saja
> berkilah, bahwa sistem
> > kelistrikan di Bali bagian selatan sekarang ini
> paling andal disebabkan
> > disanalah pusat beban yang terbesar. Dari sudut
> pertimbangan bisnis,
> > demikian wajar jika PLN lebih menggarap konsumen
> yang "gemuk" dan
> > jelas-jelas memberikan keuntungan finansial.
> >
> > Berdasarkan pemahaman ini, adalah wajar bila Bali
> segera perlu menyusun
> > RUTR Sistem Kelistrikan yang baru. Didalamnya
> perlu dipikirkan penempatan
> > pembangkit-pembangkit listrik yang akan dibangun,
> penempatan 
=== message truncated ===



      
____________________________________________________________________________________
Looking for last minute shopping deals?  
Find them fast with Yahoo! Search.  
http://tools.search.yahoo.com/newsearch/category.php?category=shopping

--  
Milis Diskusi Anggota LP3B Bali Indonesia.

Publikasi     : http://www.lp3b.or.id
Arsip         : http://bali.lp3b.or.id
Moderators    : <mailto: [EMAIL PROTECTED]>
Berlangganan  : <mailto: [EMAIL PROTECTED]>
Henti Langgan : <mailto: [EMAIL PROTECTED]>

Kirim email ke