saya setuju Bu jika hal ini tidak kita anggap remeh, paling tidak mereka
punya tanggung jawab moril sbg konsekuensi kerja mereka. Bisa jadi banyak
kasus lain yg sama yg mungkin didiamkan saja jd mereka tdk merasa adanya
pembelajaran dari pengalaman yg sudah-2.

Walaupun saya pribadi blm pernah mengalami, tp mendengar cerita Ibu juga
membuat panas telinga ini dan sekaligus prihatin dg kondisi yg Ibu alami.
Saya jadi inget pesan iklan minyak kayu putih dimana si mertua/neneknya
marah sambil ngucap ,"buat anak kok main-main",
itu sebetulnya suatu pesan moril yg sangat baik buat kita para orang tua
agar senantiasa memberikan yg terbaik utk anak kita dan yg lebih penting
lagi adalah selalu waspada.





-----Original Message-----
From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Monday, February 09, 2004 1:51 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: [balita-anda] Mengadu Ke Mana Ya????


Saya mo sharing nich juga sekalian butuh infonya ya...

Saat Bryan batuk yang lalu itu saya ke dsa, diberi obat anti biotik, resep
itu saya belikan disalah satu apotik di Surabaya. Yang harus diminum itu
adalah 3x5(hari).
Ternyata ada yang 1x minum itu dikeluarin ama Bryan, sehingga pada hari
terakhir, saya terpaksa membeli obat sebagai ganti yang dikeluarin tersebut.
Waktu saya terima puyer, saya gak terlalu perhatikan, hanya setelah dirumah,
baru sadar ternyata puyer yang saya beli itu (2 bh), isinya buanyak buanget
dibanding yang lama (yang lama saat itu sisa 2 bungkus-untuk hari terakhir).
Perbandingan lebih banyaknya itu bisa 4-5 kali dari porsi yang pertama saya
beli.

Karena tidak sama dengan yg lalu, besoknya suami saya kembali ke apotik tsb
untuk menanyakan perbedaannya. Kenapa yang baru dibuat ini jauh lebih
banyak?
Jawban mereka:
1. (Yang jawab bukan apotekernya, tetapi orang yang jaga diluar/kasir)
2. Jawaban mereka karena cuman beli 2 jadi glucose-nya dibagikan ke 2 itu
yang semestinya harus dibagi untuk 15 buah.. aneh khan?

Suami mendapat jawaban dari mereka, langsung aja naik pitam, karena bukan
yang meracik kok ikutan jawab, bahkan sampai suami saya menanyakan balik ke
penjawab tersebut beranikah mereka mempertanggung jawabkan ini semua?

Suami saya cari aoptekernya dijawab lagi gak ada. Sorenya baru datang
(apoterkernya)
Lalu suami telp ke dsa dengan dasar jawaban dari mereka, dsa juga gak mau.
harus sesuai dengan dosis yang diminta.

Akhirnya obat tersebut diganti dengan yang baru, emang ada sisi baik dari
mereka, obat yang racikan lama itu dikembalikan ke kami, sehingga kami tau
kalau racikan itu benar-benar baru.

Yang bikin saya jengkel, mereka kok kesannya gak serius gitu ya, asal aja
karena cuman minta 2 bh, sisanya dimasukkan, dsa aja bilang kalo terlalu
banyak glucose, anak pasti nek.

Terus terang saya pengen mengadukan ini tapi kemana ya? Apa ke Lembaga
Konsumen Indonesia ato ada rekan yang tau harus kemana? Bukan masalha
glucosenya tetapi cara pelayanan dan tanggung jawab terhadap pekerjaan.
Ini adalah obat, bukan main-main. menyangkut kesehatan bahkan mungkin
ekstrimnya adalah nyawa manusia, apalagi, obat yang saya minta adalah untuk
bayi dimana mereka itu masih peka sekali.

Sekarang pun saya tulis ini kalo inget jadi jengkel banget.
Tolong rekan disini bisa beri saya masukan, saya harus mengadu dimana? Agar
hal ini tidak terulang ke pasien yang lain.

Terimakasih atas masukannya

salam,
mama Bryan




---------------------------------------------------------------------
>> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/
>> Info balita, http://www.balita-anda.com
>> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke