Dear All,
bukan saya bermaksud membela RSPI ya...
tapi kebetulan DSA dan Dokter Kandungan saya juga dari RSPI... 
alhamdulilah semuanya lancar-lancar saja...
 
yang namanya ajal bisa dimana saja... kapan saja... dan smua rahasia Allah semata.
dan dokter bukan tuhan maupun dewa... manusia berusaha... Allah yg menentukan...
Apa yg menurut manusia baik... belum tentu menurut Allah baik...

<http://www.kompas.co.id/kesehatan/news/0402/19/090700.htm>

Dr. Hindra Irawan Satari, "Dokter Bukan TUHAN atau DEWA..."

Jakarta, KCM 

Jumlah penderita demam berdarah (DB) di seluruh Indonesia, hingga Rabu (18.2) mencapai 
8.135 orang. Korban meninggal terus berjatuhan mencapai 161 orang. Sebagian besar 
kasus DB menimpa anak-anak. 

Berikut ini wawancara dengan Dr. H. Hindra Irawan Satari (49), dokter spesialis 
anak-konsultan, Master of Tropical Pediatric, dari Divisi Infeksi dan Pediatri Tropis 
Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM 

Mengapa lonjakan kasus deman berdarah (DB) sedemikian tinggi tahun ini?

Kami menyebutnya sebagai kejadian luar biasa (KLB) nasional. Dalam bahasa Inggris 
disebut outbreak (angka kejadian dalam periode tertentu dua kali lipat atau lebih 
dibanding periode sebelumnya).

Mengapa tahun ini? Pertama, pada musim hujan ini, kelembaban dan tempat perindukan 
nyamuk, membuat virus ini berkembang biak secara cepat. Kedua, orang-orang lebih 
banyak tinggal di rumah, sementara nyamuknya istirahatnya di dalam rumah, seperti di 
baju-baju yang tergantung. Jadi ya memang virusnya banyak, masyarakatnya rentan 
infeksi, kewaspadaan masyarakat, petugas kesehatan juga kurang. 

Penyakit ini ditularkan karena gigitan nyamuk. Meski ada penderita demam berdarah 
tinggal bersebelahan, tetapi tidak ada nyamuknya, ya tidak bakal menularkan ke 
sebelahnya. Faktor tempat perindukan nyamuk yang tidak terjaga, menyebabkan nyamuk 
tetap berkembangbiak. Perilaku masyarakat, ditambah petugas kesehatan yang seharusnya 
mengingatkan, memimpin, dan mengawasi, tidak jalan, mengakibatkan semua pihak terlena. 
Karena terlena, dokternya nggak ngeh, orangtuanya nggak waspada, sehingga banyak kasus 
kecolongan dan terlambat ditangani. 

Perilaku macam apa yang mengakibatkan nyamuk pembawa virus demam berdarah Aedes 
aegypti dan Aedes albopictus, berkembang biak?

Tempat perindukan, perkembangbiakan nyamuk yang tidak terjaga. Nyamuk ini berkembang 
di air jernih yang tergenang, yang tidak terkena sinar matahari dan tidak berhubungan 
dengan tanah. Jadi bukan air comberan. Bak mandi, tempat reservoir, dak, lampu dan 
kaleng bekas, vas bunga, ban bekas, atau rumah yang tidak ditinggali, rumah yang lagi 
dibangun. Ini yang harusnya dibersihkan dengan "3M". Kalau toh sudah dilakukan, tapi 
hanya 1-2 rumah saja, ya percuma, sebab lingkupnya kan 100 meter. Sebaiknya 
dibersihkan semua, berangkat dari rumah masing-masing. Kalau tidak ada kewaspadaan 
itu, ya nyamuknya akan tetap berkembang biak.

Bagaimana mendeteksi sedari awal seseorang terkena DB?

Penyakit ini menimbulkan demam seperti gejala-gejala infeksi saluran napas. Pada tiga 
hari pertama, mau diperiksa darah setiap hari juga tidak kelihatan. Hari pertama, 
pasti tidak terdeteksi. Hari kedua, juga pasti tidak terdeteksi. Hari ketiga, sulit 
untuk dideteksi. Pada hari pertama sampai ketiga, biar pun di cek darahnya 
berulang-ulang tidak akan terlihat penurunan jumlah trombosit, atau kebocoran pembuluh 
darah. Paling-paling, setelah hari keempat, baru terlihat ada perubahan dalam darah. 

Dan ketika terdeteksi, sudah terlambat ditangani?

Penyakit ini ’kan berjalan dari yang paling ringan sampai yang paling berat. Nah, pada 
hari keempat itu, kondisinya bermacam-macam. Ada yang berada dalam fase penyembuhan, 
ada yang jatuh dalam shock, ada yang jadi tambah sakit. Virus ini menyerang pembuluh 
darah, karena pembuluh darahnya bocor, si penderita kehilangan trombosit, yang 
berperan dalam pembekuan darah. Karena bocor, si anak jatuh dalam shock, kekurangan 
cairan. Pada saat itu, anak tidur terus, panasnya turun, orangtua berpikir anaknya 
sudah sembuh, padahal jatuh dalam keadaan shock. Kalau tidak ditanggulangi, shock akan 
berlarut-larut, dan menimbulkan pendarahan. Kalau sudah terjadi pendarahan anak itu 
sulit tertolong. 

Karena pada tiga hari pertama sulit dideteksi, dokter jadi sering salah diagnosis ya? 

Lha kalau pada hari pertama, dokter melihat anak itu batuk, ya dia akan bilang sakit 
influenza. Lagi pula belum tentu si anak hanya menderita satu penyakit. Ada DB plus 
typhus, ada DB plus amandel, ada DB plus bronkitis, ada juga DB plus infeksi saluran 
kencing. 

Bagaimana caranya mendeteksi DB lebih awal?

Gejala klasik DB adalah panas tinggi antara 39-40 derajat celcius selama 3 hari 
berturut-turut. Selanjutnya, anak itu akan tidur terus, tidak mau makan, tidak mau 
minum, tidak mau bermain, sakit perut, tangan atau kakinya dingin seperti es. Kalau 
sudah demikian anak ini masuk dalam fase kritis. Penanganan harus dilakukan antara 
24-48 jam. Kalau sudah sudah cukup minum, sudah diinfus, pada hari ke7 ke-8 sudah 
sehat seperti sediakala. Saya selalu bertanya pada orangtuanya, "Ibu demamnya hari 
apa?", kalau demamnya hari Rabu berarti hari Rabu depan sudah harus sembuh. 

Karena tidak ada obat DB, yang diobati hanya gejalanya?

Sampai sembuhnya pun kita hanya mengobati gejalanya. Karena DB disebabkan virus yang 
tidak ada obatnya. Kalau pembuluh darahnya bocor dan si penderita kekurangan cairan, 
obatnya ya minum. 

Tahun ini kok tingkat kematiannya lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya? 

Sejauh ini, angka kejadiannya memang banyak, tetapi angka kematiannya tidak tinggi. 
Lebih banyak yang sembuh ketimbang yang fatal. Katakanlah kasus kita ada ribuan, yang 
meninggal kan belasan. Tetapi tentu saja yang di blow up adalah korban yang meninggal. 
Lagipula outbreak-nya belum selesai, nanti kita evaluasi lagi, angka kematiannya 
berapa. Sejauh ini tingkat kematian kan 1 persen dari jumlah kasus. Kalau pasiennya 
100 ’kan 1 yang meninggal. 

Seandainya dokter melakukan kesalahan diagnosis, sehingga penanganannya juga salah, 
bisakah dikategorikan malapraktik?

Enggaklah, gimana disebut malpraktik! Kalau dukun, mungkin bisa melihat orang terkena 
DB pada hari pertama atau kedua. Semua kan ada prosedurnya. Proses perjalanan penyakit 
kan ada yang klasik, tetapi variannya juga sangat banyak. Komplikasinya juga 
macam-macam. Dalam hal penanganan DB, semua pihak berperan, ya pemerintah, dokter, 
orangtua, masyarakat. Ini bukan salah siapa-siapa. Kita tidak bisa menyalahkan dokter, 
apalagi pasien.

Seorang anak meninggal karena DB, pertama, akibat dokter salah diagnosis, kemudian 
tidak maksimal dalam penanganannya, bisa nggak dokter digugat secara hukum? 

Digugat bagaimana? Memangnya ada dokter mau mencelakakan pasiennya. Mana ada pikiran 
dokter mau membunuh pasien? Dokter kan hidupnya rata-rata dari menyembuhkan pasien, 
kalau dia membunuh pasien mana ada yang mau datang. Kalau dokter bisa menyembuhkan 
pasien, si pasien akan bilang pada orang lain, dia sembuh oleh dokter A misalnya. Mana 
ada dokter yang ingin dibilang, "Sudah jangan ke dokter itu lagi karena anak saya 
tidak tertolong." 

Dokter normal, hidupnya dari pasien yang datang meminta pertolongan, masak sih mau 
mencelakakan pasien? 

Ya memang tidak secara sengaja berniat membunuh pasien, tetapi bisa saja dia tidak 
bekerja maksimal, atau tidak ada ketika pasien dalam keadaan kritis. 

Mana mungkin, pasien kritis kemudian dokter harus ada di tempat, tidak mungkin. Dokter 
juga manusia kan? Anda sendiri sanggup nggak ada dimana saja dalam 24 jam. Kalau Anda 
bekerja, ’kan tidak mungkin setiap saat ada disamping suami atau anak-anak Anda? 
Dokter kan pasiennya tidak hanya satu, banyak, mana jalanan di Jakarta macet lagi. 

Sejauh ini tingkat kematian ’kan 1 persen dari jumlah kasus. Kalau pasiennya 100, yang 
meninggal 1. Kalau pasiennya 1000 ’kan 8 yang meninggal, lalu yang sembuh itu apa 
bukan karena jasa dokter? Kalau semuanya harus sembuh ’kan nggak mungkin. Dokter bukan 
dewa... 

Kalau mau jujur, lebih banyak penderita DB yang sembuh dibanding yang tidak tertolong. 
Tidak mungkinlah semua penderita DB 100 persen tertolong dan sembuh. Ini kan memang 
hukum alam, harus ada yang pergi, dan ada yang bisa tertolong. 

Penyakit DB memang tidak bisa diprediksi ya?

Iyalah. Ada pasien yang siangnya masih main-main, malamnya tidak tertolong. Ada yang 
datang ke dokter dengan pendarahan, tetapi besok lusanya sudah membaik. Itu semua 
rahasia Tuhan. Jadi jangan beranggapan kalau penanganannya tidak terlambat, 
diagnosisnya benar, pasti tertolong, tidak juga. Ada pasien yang penanganannya tidak 
terlambat, dokternya nongkrongin terus, nggak ketolong juga. Ada yang terlambat 
ditangani tapi alhamdulillah ketolong. 

Kalau ada orangtua yang bilang, "Anak saya trombositnya 29.000 kok tidak tertolong, 
padahal anak lain yang trombositnya 5000 bisa tertolong", ya gimana, tidak ada yang 
bisa menjawab. Perjalanan penyakit itu sifatnya sangat individual. Ini bukan seperti 
mobil yang rusak, datang ke bengkel ketahuan businya rusak, setelah diganti, lalu bisa 
jalan lagi. 

Taruhlah anak Anda dua, dua-duanya terkena influensa, kemudian pergi ke dokter, diberi 
obat yang sama. Sembuhnya kan lain-lain. Terlalu banyak multi faktor yang mempengaruhi 
badan manusia. Sedemikian kompleksnya tubuh ciptaan Allah ini, sehingga ilmu kita 
belum sampai.

Harus disadari, dokter itu bukan Tuhan. Dokter itu bukan dewa, dia punya akal kemudian 
mempelajari, nah yang menyembuhkan itu Tuhan, bukan dokter. 

Tentu upayanya jangan sampai terlambat, tapi kalau sudah tidak terlambat dan tidak 
tertolong ya memang gimana, siapa yang bisa mengubah? Semua pihak sebenarnya beritikad 
baik, tapi jangan terlalu mengharapakan mukzizat. Dokter juga manusia biasa. Ada 
capeknya, ada sibuknya, tapi saya kira semua dokter berusaha memberikan yang terbaik.

Banyak penderita DB yang tidak menunjukkan gejala khas atau umum seperti ruam merah. 
Apakah itu pertanda munculnya varian baru dari virus dengue?

Sepertinya tidak ada perubahan, tetapi ini hanya pengamatan saya. Bintik merah itu 
hanya terjadi pada sekitar 70 persen penderita DB, dan bukan gejala khas. Jadi, jangan 
dianggap, oh kalau ada bintik merah, penderitanya demam, terus dikatakan demam 
berdarah. Betul, demam berdarah, tetapi demam berdarah dengue yang disebabkan infeksi 
virus dengue. Demam berdarah itu penyebabnya macam-macam.

Bintik merah itu terjadi akibat pecahnya pembuluh darah di kulit. Namanya kan demam 
berdarah, penderitanya demam terus ada perdarahan. Nah perdarahannya itu bisa terjadi 
di kulit, bisa juga di tempat lain seperti gusi, saluran cerna atau di hidung 
(mimisan). 

Ada pendapat, semakin baik gizi seseorang, semakin parah renjatannya?

Memang, ada laporan yang menyebutkan kalau anak lebih gemuk, lebih fatal. Tetapi ada 
juga yang melaporkan seseorang dengan gizi normal pun, fatal. Belum cukup bukti, untuk 
menetapkan bahwa anak gemuk itu lebih fatal jika terkena DB. Tapi, pada anak yang 
gemuk memang lebih susah mengatur cairan yang harus diberikan, karena berat badannya 
tidak ideal. Tapi, bukti-bukti belum cukup, dan masih dibantah oleh laporan lain. 

Adakah makanan tertentu yang bisa menaikkan jumlah trombosit?

Belum ada penelitian yang bisa memastikan. Harusnya ada 100 anak yang diberi jambu, 
100 anak tidak diberi jambu. Ternyata 100 anak yang diberi jambu, trombositnya lebih 
cepat naik. Langsung hasil penelitian ini dipublikasikan, dan jadi rekomendasi. Tetapi 
penelitian semacam ini belum ada. Atau barangkali sedang berlangsung, saya nggak tahu.

Yang saya tahu, anak kecil itu kalau lagi kena demam berdarah, boro-boro makan, minum 
aja nggak mau. Kalau anak itu mau minum saja sudah alhamdullilah. Mau aqua kek, mau 
teh botol, jus jambu, atau oralit. Kalau jus jambu nggak doyan, jus jerus silakan. 
Trombosit itu naiknya oleh tubuhnya sendiri. Oleh daya tahan tubuh, oleh antibodinya 
sendiri. Sejauh ini belum ada bukti makanan tertentu bisa menaikkan trombosit. (ZRP)



Suhendri wrote:

> Nama rumah sakit itu adalah Rumah Sakit Pondok Indah ....
>
> Saya juga punya pengalaman dengan Dokter Kandungan dan Dokter Anak di rumah
> sakit hebat ini.
>
> Dokter - dokter tersebut benar - benar meremehkan segala sesuatu yang
> seharusnya diketahui oleh orang tua si anak sampai semuanya menjadi telat
> ...
>
> Jika bisa, jadikan lah RS hebat ini menjadi pilihan terakhir kita semua
> .......
>
> Hendri
>



BRiL 
Bundanya Annisa & Kevin


---------------------------------
Do you Yahoo!?
Yahoo! Mail SpamGuard - Read only the mail you want.

Kirim email ke