maaf,
dokter h. hindra irawan satari itu adalah betul dr.Hinky yang praktek di
RSPI dan juga praktek di RSCM kan?

----- Original Message ----- 
From: <[EMAIL PROTECTED]>
To: <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Thursday, February 19, 2004 8:29 PM
Subject: Re: [balita-anda] TURUT BERDUKA CITA


>
> :-)
>
> Allah .... meletakkan alam ini dalam keseimbangan yang sangat baik.
>
> Semua yang berlaku di bumi ini menurut akan Hukum Allah yang juga adalah
Hukum Alam ....
>
> Jika kita menyebrang jalan tidak menggunakan jembatan penyebrangan dan
kemudian tertabrak ... itu bukan takdir tapi kebodohan
>
> Jika kita menyebrang jalan menggunakan jembatan penyebrangan dan kemudian
ada mobil terbang dan kita tertabrak ... itu baru takdir ..
>
> Manusia menciptakan sistem - sistem dalam hidupnya untuk membuat hidupnya
nyaman...
>
> Jika sistem tidak berjalan .... bukan salah nya Tuhan .... tapi salah
manusia ....
>
> Kasus - kasus pada RS yang bermasalah lebih banyak disebabkan pada faktor
sistem RS kita yang masih mementingkan segi bisnis .........belum pada
integritas pelayanan,
>
> Kita harus pandai memisahkan mana takdir dan mana kebodohan dan
kesombongan para dokter ....
>
> Hendri
>
> ----- Original Message -----
> From: Bunda Nisa <[EMAIL PROTECTED]>
> Date: Thursday, February 19, 2004 0:29 am
> Subject: Re: [balita-anda] TURUT BERDUKA CITA
>
> > Dear All,
> > bukan saya bermaksud membela RSPI ya...
> > tapi kebetulan DSA dan Dokter Kandungan saya juga dari RSPI...
> > alhamdulilah semuanya lancar-lancar saja...
> >
> > yang namanya ajal bisa dimana saja... kapan saja... dan smua
> > rahasia Allah semata.
> > dan dokter bukan tuhan maupun dewa... manusia berusaha... Allah yg
> > menentukan...Apa yg menurut manusia baik... belum tentu menurut
> > Allah baik...
> >
> > <"
> > target="l">http://www.kompas.co.id/kesehatan/news/0402/19/090700.htm>
> > Dr. Hindra Irawan Satari, "Dokter Bukan TUHAN atau DEWA..."
> >
> > Jakarta, KCM
> >
> > Jumlah penderita demam berdarah (DB) di seluruh Indonesia, hingga
> > Rabu (18.2) mencapai 8.135 orang. Korban meninggal terus
> > berjatuhan mencapai 161 orang. Sebagian besar kasus DB menimpa
> > anak-anak.
> >
> > Berikut ini wawancara dengan Dr. H. Hindra Irawan Satari (49),
> > dokter spesialis anak-konsultan, Master of Tropical Pediatric,
> > dari Divisi Infeksi dan Pediatri Tropis Departemen Ilmu Kesehatan
> > Anak FKUI-RSCM
> >
> > Mengapa lonjakan kasus deman berdarah (DB) sedemikian tinggi tahun
> > ini?
> > Kami menyebutnya sebagai kejadian luar biasa (KLB) nasional. Dalam
> > bahasa Inggris disebut outbreak (angka kejadian dalam periode
> > tertentu dua kali lipat atau lebih dibanding periode sebelumnya).
> >
> > Mengapa tahun ini? Pertama, pada musim hujan ini, kelembaban dan
> > tempat perindukan nyamuk, membuat virus ini berkembang biak secara
> > cepat. Kedua, orang-orang lebih banyak tinggal di rumah, sementara
> > nyamuknya istirahatnya di dalam rumah, seperti di baju-baju yang
> > tergantung. Jadi ya memang virusnya banyak, masyarakatnya rentan
> > infeksi, kewaspadaan masyarakat, petugas kesehatan juga kurang.
> >
> > Penyakit ini ditularkan karena gigitan nyamuk. Meski ada penderita
> > demam berdarah tinggal bersebelahan, tetapi tidak ada nyamuknya,
> > ya tidak bakal menularkan ke sebelahnya. Faktor tempat perindukan
> > nyamuk yang tidak terjaga, menyebabkan nyamuk tetap
> > berkembangbiak. Perilaku masyarakat, ditambah petugas kesehatan
> > yang seharusnya mengingatkan, memimpin, dan mengawasi, tidak
> > jalan, mengakibatkan semua pihak terlena. Karena terlena,
> > dokternya nggak ngeh, orangtuanya nggak waspada, sehingga banyak
> > kasus kecolongan dan terlambat ditangani.
> >
> > Perilaku macam apa yang mengakibatkan nyamuk pembawa virus demam
> > berdarah Aedes aegypti dan Aedes albopictus, berkembang biak?
> >
> > Tempat perindukan, perkembangbiakan nyamuk yang tidak terjaga.
> > Nyamuk ini berkembang di air jernih yang tergenang, yang tidak
> > terkena sinar matahari dan tidak berhubungan dengan tanah. Jadi
> > bukan air comberan. Bak mandi, tempat reservoir, dak, lampu dan
> > kaleng bekas, vas bunga, ban bekas, atau rumah yang tidak
> > ditinggali, rumah yang lagi dibangun. Ini yang harusnya
> > dibersihkan dengan "3M". Kalau toh sudah dilakukan, tapi hanya 1-2
> > rumah saja, ya percuma, sebab lingkupnya kan 100 meter. Sebaiknya
> > dibersihkan semua, berangkat dari rumah masing-masing. Kalau tidak
> > ada kewaspadaan itu, ya nyamuknya akan tetap berkembang biak.
> >
> > Bagaimana mendeteksi sedari awal seseorang terkena DB?
> >
> > Penyakit ini menimbulkan demam seperti gejala-gejala infeksi
> > saluran napas. Pada tiga hari pertama, mau diperiksa darah setiap
> > hari juga tidak kelihatan. Hari pertama, pasti tidak terdeteksi.
> > Hari kedua, juga pasti tidak terdeteksi. Hari ketiga, sulit untuk
> > dideteksi. Pada hari pertama sampai ketiga, biar pun di cek
> > darahnya berulang-ulang tidak akan terlihat penurunan jumlah
> > trombosit, atau kebocoran pembuluh darah. Paling-paling, setelah
> > hari keempat, baru terlihat ada perubahan dalam darah.
> >
> > Dan ketika terdeteksi, sudah terlambat ditangani?
> >
> > Penyakit ini ?kan berjalan dari yang paling ringan sampai yang
> > paling berat. Nah, pada hari keempat itu, kondisinya bermacam-
> > macam. Ada yang berada dalam fase penyembuhan, ada yang jatuh
> > dalam shock, ada yang jadi tambah sakit. Virus ini menyerang
> > pembuluh darah, karena pembuluh darahnya bocor, si penderita
> > kehilangan trombosit, yang berperan dalam pembekuan darah. Karena
> > bocor, si anak jatuh dalam shock, kekurangan cairan. Pada saat
> > itu, anak tidur terus, panasnya turun, orangtua berpikir anaknya
> > sudah sembuh, padahal jatuh dalam keadaan shock. Kalau tidak
> > ditanggulangi, shock akan berlarut-larut, dan menimbulkan
> > pendarahan. Kalau sudah terjadi pendarahan anak itu sulit
> > tertolong.
> >
> > Karena pada tiga hari pertama sulit dideteksi, dokter jadi sering
> > salah diagnosis ya?
> >
> > Lha kalau pada hari pertama, dokter melihat anak itu batuk, ya dia
> > akan bilang sakit influenza. Lagi pula belum tentu si anak hanya
> > menderita satu penyakit. Ada DB plus typhus, ada DB plus amandel,
> > ada DB plus bronkitis, ada juga DB plus infeksi saluran kencing.
> >
> > Bagaimana caranya mendeteksi DB lebih awal?
> >
> > Gejala klasik DB adalah panas tinggi antara 39-40 derajat celcius
> > selama 3 hari berturut-turut. Selanjutnya, anak itu akan tidur
> > terus, tidak mau makan, tidak mau minum, tidak mau bermain, sakit
> > perut, tangan atau kakinya dingin seperti es. Kalau sudah demikian
> > anak ini masuk dalam fase kritis. Penanganan harus dilakukan
> > antara 24-48 jam. Kalau sudah sudah cukup minum, sudah diinfus,
> > pada hari ke7 ke-8 sudah sehat seperti sediakala. Saya selalu
> > bertanya pada orangtuanya, "Ibu demamnya hari apa?", kalau
> > demamnya hari Rabu berarti hari Rabu depan sudah harus sembuh.
> >
> > Karena tidak ada obat DB, yang diobati hanya gejalanya?
> >
> > Sampai sembuhnya pun kita hanya mengobati gejalanya. Karena DB
> > disebabkan virus yang tidak ada obatnya. Kalau pembuluh darahnya
> > bocor dan si penderita kekurangan cairan, obatnya ya minum.
> >
> > Tahun ini kok tingkat kematiannya lebih tinggi dari tahun-tahun
> > sebelumnya?
> >
> > Sejauh ini, angka kejadiannya memang banyak, tetapi angka
> > kematiannya tidak tinggi. Lebih banyak yang sembuh ketimbang yang
> > fatal. Katakanlah kasus kita ada ribuan, yang meninggal kan
> > belasan. Tetapi tentu saja yang di blow up adalah korban yang
> > meninggal. Lagipula outbreak-nya belum selesai, nanti kita
> > evaluasi lagi, angka kematiannya berapa. Sejauh ini tingkat
> > kematian kan 1 persen dari jumlah kasus. Kalau pasiennya 100 ?kan
> > 1 yang meninggal.
> >
> > Seandainya dokter melakukan kesalahan diagnosis, sehingga
> > penanganannya juga salah, bisakah dikategorikan malapraktik?
> >
> > Enggaklah, gimana disebut malpraktik! Kalau dukun, mungkin bisa
> > melihat orang terkena DB pada hari pertama atau kedua. Semua kan
> > ada prosedurnya. Proses perjalanan penyakit kan ada yang klasik,
> > tetapi variannya juga sangat banyak. Komplikasinya juga macam-
> > macam. Dalam hal penanganan DB, semua pihak berperan, ya
> > pemerintah, dokter, orangtua, masyarakat. Ini bukan salah siapa-
> > siapa. Kita tidak bisa menyalahkan dokter, apalagi pasien.
> >
> > Seorang anak meninggal karena DB, pertama, akibat dokter salah
> > diagnosis, kemudian tidak maksimal dalam penanganannya, bisa nggak
> > dokter digugat secara hukum?
> >
> > Digugat bagaimana? Memangnya ada dokter mau mencelakakan
> > pasiennya. Mana ada pikiran dokter mau membunuh pasien? Dokter kan
> > hidupnya rata-rata dari menyembuhkan pasien, kalau dia membunuh
> > pasien mana ada yang mau datang. Kalau dokter bisa menyembuhkan
> > pasien, si pasien akan bilang pada orang lain, dia sembuh oleh
> > dokter A misalnya. Mana ada dokter yang ingin dibilang, "Sudah
> > jangan ke dokter itu lagi karena anak saya tidak tertolong."
> >
> > Dokter normal, hidupnya dari pasien yang datang meminta
> > pertolongan, masak sih mau mencelakakan pasien?
> >
> > Ya memang tidak secara sengaja berniat membunuh pasien, tetapi
> > bisa saja dia tidak bekerja maksimal, atau tidak ada ketika pasien
> > dalam keadaan kritis.
> >
> > Mana mungkin, pasien kritis kemudian dokter harus ada di tempat,
> > tidak mungkin. Dokter juga manusia kan? Anda sendiri sanggup nggak
> > ada dimana saja dalam 24 jam. Kalau Anda bekerja, ?kan tidak
> > mungkin setiap saat ada disamping suami atau anak-anak Anda?
> > Dokter kan pasiennya tidak hanya satu, banyak, mana jalanan di
> > Jakarta macet lagi.
> >
> > Sejauh ini tingkat kematian ?kan 1 persen dari jumlah kasus. Kalau
> > pasiennya 100, yang meninggal 1. Kalau pasiennya 1000 ?kan 8 yang
> > meninggal, lalu yang sembuh itu apa bukan karena jasa dokter?
> > Kalau semuanya harus sembuh ?kan nggak mungkin. Dokter bukan
> > dewa...
> >
> > Kalau mau jujur, lebih banyak penderita DB yang sembuh dibanding
> > yang tidak tertolong. Tidak mungkinlah semua penderita DB 100
> > persen tertolong dan sembuh. Ini kan memang hukum alam, harus ada
> > yang pergi, dan ada yang bisa tertolong.
> >
> > Penyakit DB memang tidak bisa diprediksi ya?
> >
> > Iyalah. Ada pasien yang siangnya masih main-main, malamnya tidak
> > tertolong. Ada yang datang ke dokter dengan pendarahan, tetapi
> > besok lusanya sudah membaik. Itu semua rahasia Tuhan. Jadi jangan
> > beranggapan kalau penanganannya tidak terlambat, diagnosisnya
> > benar, pasti tertolong, tidak juga. Ada pasien yang penanganannya
> > tidak terlambat, dokternya nongkrongin terus, nggak ketolong juga.
> > Ada yang terlambat ditangani tapi alhamdulillah ketolong.
> >
> > Kalau ada orangtua yang bilang, "Anak saya trombositnya 29.000 kok
> > tidak tertolong, padahal anak lain yang trombositnya 5000 bisa
> > tertolong", ya gimana, tidak ada yang bisa menjawab. Perjalanan
> > penyakit itu sifatnya sangat individual. Ini bukan seperti mobil
> > yang rusak, datang ke bengkel ketahuan businya rusak, setelah
> > diganti, lalu bisa jalan lagi.
> >
> > Taruhlah anak Anda dua, dua-duanya terkena influensa, kemudian
> > pergi ke dokter, diberi obat yang sama. Sembuhnya kan lain-lain.
> > Terlalu banyak multi faktor yang mempengaruhi badan manusia.
> > Sedemikian kompleksnya tubuh ciptaan Allah ini, sehingga ilmu kita
> > belum sampai.
> >
> > Harus disadari, dokter itu bukan Tuhan. Dokter itu bukan dewa, dia
> > punya akal kemudian mempelajari, nah yang menyembuhkan itu Tuhan,
> > bukan dokter.
> >
> > Tentu upayanya jangan sampai terlambat, tapi kalau sudah tidak
> > terlambat dan tidak tertolong ya memang gimana, siapa yang bisa
> > mengubah? Semua pihak sebenarnya beritikad baik, tapi jangan
> > terlalu mengharapakan mukzizat. Dokter juga manusia biasa. Ada
> > capeknya, ada sibuknya, tapi saya kira semua dokter berusaha
> > memberikan yang terbaik.
> >
> > Banyak penderita DB yang tidak menunjukkan gejala khas atau umum
> > seperti ruam merah. Apakah itu pertanda munculnya varian baru dari
> > virus dengue?
> >
> > Sepertinya tidak ada perubahan, tetapi ini hanya pengamatan saya.
> > Bintik merah itu hanya terjadi pada sekitar 70 persen penderita
> > DB, dan bukan gejala khas. Jadi, jangan dianggap, oh kalau ada
> > bintik merah, penderitanya demam, terus dikatakan demam berdarah.
> > Betul, demam berdarah, tetapi demam berdarah dengue yang
> > disebabkan infeksi virus dengue. Demam berdarah itu penyebabnya
> > macam-macam.
> >
> > Bintik merah itu terjadi akibat pecahnya pembuluh darah di kulit.
> > Namanya kan demam berdarah, penderitanya demam terus ada
> > perdarahan. Nah perdarahannya itu bisa terjadi di kulit, bisa juga
> > di tempat lain seperti gusi, saluran cerna atau di hidung
> > (mimisan).
> >
> > Ada pendapat, semakin baik gizi seseorang, semakin parah renjatannya?
> >
> > Memang, ada laporan yang menyebutkan kalau anak lebih gemuk, lebih
> > fatal. Tetapi ada juga yang melaporkan seseorang dengan gizi
> > normal pun, fatal. Belum cukup bukti, untuk menetapkan bahwa anak
> > gemuk itu lebih fatal jika terkena DB. Tapi, pada anak yang gemuk
> > memang lebih susah mengatur cairan yang harus diberikan, karena
> > berat badannya tidak ideal. Tapi, bukti-bukti belum cukup, dan
> > masih dibantah oleh laporan lain.
> >
> > Adakah makanan tertentu yang bisa menaikkan jumlah trombosit?
> >
> > Belum ada penelitian yang bisa memastikan. Harusnya ada 100 anak
> > yang diberi jambu, 100 anak tidak diberi jambu. Ternyata 100 anak
> > yang diberi jambu, trombositnya lebih cepat naik. Langsung hasil
> > penelitian ini dipublikasikan, dan jadi rekomendasi. Tetapi
> > penelitian semacam ini belum ada. Atau barangkali sedang
> > berlangsung, saya nggak tahu.
> >
> > Yang saya tahu, anak kecil itu kalau lagi kena demam berdarah,
> > boro-boro makan, minum aja nggak mau. Kalau anak itu mau minum
> > saja sudah alhamdullilah. Mau aqua kek, mau teh botol, jus jambu,
> > atau oralit. Kalau jus jambu nggak doyan, jus jerus silakan.
> > Trombosit itu naiknya oleh tubuhnya sendiri. Oleh daya tahan
> > tubuh, oleh antibodinya sendiri. Sejauh ini belum ada bukti
> > makanan tertentu bisa menaikkan trombosit. (ZRP)
> >
> >
> >
> > Suhendri wrote:
> >
> > > Nama rumah sakit itu adalah Rumah Sakit Pondok Indah ....
> > >
> > > Saya juga punya pengalaman dengan Dokter Kandungan dan Dokter
> > Anak di rumah
> > > sakit hebat ini.
> > >
> > > Dokter - dokter tersebut benar - benar meremehkan segala sesuatu
> > yang> seharusnya diketahui oleh orang tua si anak sampai semuanya
> > menjadi telat
> > > ...
> > >
> > > Jika bisa, jadikan lah RS hebat ini menjadi pilihan terakhir
> > kita semua
> > > .......
> > >
> > > Hendri
> > >
> >
> >
> >
> > BRiL
> > Bundanya Annisa & Kevin
> >
> >
> > ---------------------------------
> > Do you Yahoo!?
> > Yahoo! Mail SpamGuard - Read only the mail you want.
> >
>
>
> ---------------------------------------------------------------------
> >> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/
> >> Info balita, http://www.balita-anda.com
> >> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
>


---------------------------------------------------------------------
>> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/
>> Info balita, http://www.balita-anda.com
>> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke