Terima kasih atas informasi ini, yang mana akan menentramkan hati yang menjadi penggemar ikan asin (termasuk saya ).
---------- From: Icho[SMTP:[EMAIL PROTECTED]] Reply To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, November 28, 2001 5:11 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [balita-anda] FW: Ikan asin??? Saya kirimkan artikel tentang pembuatan ikan asin semoga berguna PENGOLAHAN IKAN ASIN Pengolahan ikan asin adalah cara pengawetan ikan yang telah kuno, tetapi saat kini masih banyak dilakukan orang di berbagai negara. Di Indonesia, bahkan ikan asin masih menempati posisi penting sebagai salah satu bahan pokok kebutuhan hidup rakyat banyak walaupun terdapat kecenderungan bahwa konsumsi ikan asin makin menurun. Cara pengawetan ini merupakan usaha yang paling mudah dalam menyelamatkan hasil tangkapan oleh nelayan. Dengan penggaraman proses pembusukan dapat dihambat sehingga ikan dapat disimpan lebih lama. Penggunaan garam sebagai bahan pengawet terutama diandalkan pada kemampuannya menghambat pertumbuhan bakteri dan kegiatan enjim penyebab pembusukan ikan yang terdapat dalam tubuh ikan. Pengolahan ikan asin dijumpai di semua pusat produksi hasil perikanan. Semua jenis ikan, ukuran dan mutunya dapat diolah untuk ikan asin. Karena itu beragam jenis, ukuran, bentuk dan mutu ikan asin dijumpai dalam pasar. Namun untuk mendapatkan mutu ikan asin yang baik memerlukan beberapa persyaratan mengenai bahan yang digunakan (ikan, garam) dan cara pengolahannya. 2. PENYERAPAN GARAM OLEH DAGING IKAN Bila garam dicampurkan dengan ikan, sebagian air dari tubuh ikan ditarik keluar sedangkan garam diserap daging ikan. Banyaknya garam yang masuk ke dalam daging ikan selama proses penggaraman ternyata dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti disebutkan di bawah ini. Kesegaran Ikan : Ikan yang tidak segar atau busuk jauh lebih cepat menyerap garam daripada ikan yang masih segar. Oleh karena itu ikan segar memerlukan penggaraman lebih lama. Kandungan Ikan : Ikan yang banyak mengandung lemak lebih lambat menyerap garam dari pada ikan yang berlemak rendah karena lemak menghalangi masuknya garam ke dalam daging ikan. Ketebalan Ikan : Makin tebal ikan, makin lama garam dapat masuk ke seluruh otot daging ikan. Untuk mempercepat penyerapan garam pada ikan besar biasanya ikan dibelah dan disayat. Kehalusan Garam: Bila penggaraman ikan dilakukan dengan cara penggaraman kering, makin halus kristal garam yang digunakan makin cepat larut dan diserap oleh daging ikan. Tetapi penyerapan yang terlalu cepat, permukaan daging ikan cepat mengeras sehingga menghambat penyerapan garam oleh otot daging bagian dalam. Karena itu biasanya penggaraman kering sebaiknya menggunakan campuran kristal garam yang halus dan yang kasar. Kemurnian Garam: Garam yang murni lebih cepat diserap oleh daging ikan karena kotoran dalam garam selain mempengaruhi rupa, warna dan rasa ikan asin, juga memperlambat penyerapan khususnya bila mengandung kalsium dan magnesium. Kepekatan Garam :Bila penggaraman menggunakan larutan garam (penggaraman basah), makin pekat larutan garam yang dipakai lebih cepat daging ikan menyerap garam. Menurut pengalaman banyak orang, ikan yang digarami dengan larutan garam yang pekat dengan waktu pendek lebih baik hasilnya dan pada menggunakan larutan garam yang lebih encer dengan waktu penggaraman yang lebih lama. Suhu Penggaraman : Makin tinggi suhu penggaraman makin cepat proses penyerapan garam. Tetapi penggunaan suhu tinggi juga memacu proses pembusukan. Berdasarkan pengalaman lainnya, pemakaian suhu rendah akan menghasilkan ikan asin yang lebih menarik meskipun penyerapan garam relatif lebih lambat. 3. BEBERAPA METODE PENGGARAMAN Terdapat beragam cara penggaraman, tetapi pada dasarnya dapat dikelompokkan ke dalam 3 jenis, yaitu: 3.1. Penggaraman Kering Dengan metode ini, ikan ditaburi garam dan dibiarkan ditumpuk untuk beberapa lama. Cairan yang terbentuk dapat dibiarkan hanyut terbuang (disebut penggaraman Kench) atau cairan dibiarkan merendam ikan. Metode ini sebenarnya tidak begitu cocok diterapkan di daerah tropis seperti di Indonesia karena proses pembusukan dapat mudah terjadi pada bagian ikan yang terbuka berhubungan dengan udara dan tidak terselimuti garam. Selain itu warna-warna juga mudah berubah oleh oksidasi udara pada lemak. Kerugian lainnya adalah kadar garam tidak seragam dalam daging ikan. 3.2. Penggaraman Basah Penggaraman ikan dilakukan dengan larutan garam dalam suatu wadah dan ikan harus terendam seluruhnya. Cara penggaraman ini praktis menghemat waktu dan tenaga serta kandungan garamnya lebih seragam. Kepekatan garam dan perbandingan larutan garam dengan ikan harus diperhatikan dan dipertimbangkan dengan baik. Selain itu cairan harus sering diaduk agar penyerapan garam lebih cepat, karena kelambatan penyerapan garam dapat menyebabkan pembusukan. 3.3. Penggaraman Kombinasi Metode ini merupakan kombinasi penggaraman kering dan penggaraman basah. Pertama kali ikan ditaburi dengan kristal garam seluruh permukaannya lalu disusun dalam wadah. Bagian atas tumpukan dibebani dengan pemberat. Setelah itu perlahan-lahan dituangi dengan larutan garam jenuh sampai ikan tepat terendam permukaannya. Metode ini terutama banyak digunakan orang kalau menginginkan ikan asin berkadar garam tinggi. Di Indonesia, pembuatan ikan asin umumnya dalam bentuk ikan asin kering. Karena itu setelah selesai proses penggaraman selalu diikuti dengan proses pengeringan. Proses pengeringan yang paling umum dilakukan adalah dengan penjemuran matahari langsung karena pengeringan dengan alat pengeringan buatan (cara mekanis) masih dianggap terlalu mahal. Sedangkan ikan asin basah yang umum diperjualbelikan di Indonesia adalah ikan asin yang telah mengalami fermentasi yang lebih terkenal dengan nama ikan peda yang umumnya terbuat dari jenis ikan kembung. 4. HAL-HAL LAIN YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PENGOLAHAN IKAN ASIN Mutu Garam Di Indonesia umumnya garam diperoleh dan air laut yang diuapkan. Kemurnian garam yang dihasilkan sangat tergantung pada kondisi air laut yang digunakan dan cara produksi garam yang dilakukan. Umumnya garam yang dihasilkan banyak mengandung kotoran berupa lumpur yang mengandung bahan organik dan garam jenis lain. Garam kasar ini dapat diolah lebih lanjut untuk lebih memurnikan yang di negara kita dikerjakan oleh PN Garam. Hasil olahan ini terkenal dengan nama garam PN. Tetapi cara pengolahan ini masih belum murni betul. Garam yang lebih murni selain menghasilkan ikan asin yang baik, juga tidak mudah menyerap uap air selama penyimpanan. Sebaliknya garam kasar yang banyak mengandung kotoran akan cepat meleleh karena menyerap uap air. Dalam hubungannya dengan pemurnian garam untuk ikan asin, sebaiknya penggaraman menggunakan larutan garam. Pada pembuatan larutan garam bila dibuat larutan jenuh kotoran akan mengendap atau terapung yang mudah dipisahkan dari larutan. Dengan cara ini kita mendapatkan larutan garam yang lebih murni. Pencegahan Bakteri Tahan Garam Pada waktu penyimpanan ikan asin setelah beberapa lama sering timbul warna kemerahan pada permukaan ikan atau timbulnya bintik-bintik putih. Kejadian ini disebabkan oleh pertumbuhan bakteri yang tahan terhadap garam. Akibat pertumbuhan bakteri ini tidak hanya merusak warna dan rupa ikan asin, juga menyebabkan bau yang tidak enak. Usaha untuk mencegah timbulnya permasalahan ini dapat dilakukan dengan cara-cara di bawah ini: a. Gunakan garam yang telah disimpan lama (paling tidak 3 bulan). Garam yang disimpan lama menyebabkan bakteri tahan garam tersebut dapat mati dengan sendirinya. Jadi hindarkan pemakaian garam yang baru dibuat/diproduksi dan gunakan garam yang lebih murni. b. Buat larutan garam jenuh dan biarkan beberapa lama (minimum 2 hari). Selama masa penyimpanan larutan garam itu menjadi jernih dan bakteri akan mati. Larutan yang diperoleh dapat digunakan untuk penggaraman ikan dengan hasil yang baik. Kebersihan Selama proses pembuatan ikan asin kebersihan harus selalu dipelihara tidak hanya dalam hubungannya dengan segi mutu produk tetapi juga memelihara suasana kerja yang menyenangkan karena bersih dan bebas dari bau yang tidak menyenangkan yang dapat menarik sèrangga (lalat) dan binatang pengganggu lainnya. Di bawah ini beberapa hal yang perlu diperhatikan: - sediakan tempat sisa/kotoran ikan, - gunakan air bersih untuk mencuci ikan, - semua peralatan dan ruangan harus dicuci/dibersihkan sebelum dan setelah pengolahan. Mutu Bahan Baku Dalam setiap pengolahan makanan harus selalu diingat bahwa hanya dari bahan baku yang baik akan diperoleh produk akhir yang baik pula. Karena itu gunakanlah ikan yang sesegar mungkin agar hasilnya diperoleh ikan asin yang baik. Sedangkan mutu bahan baku tergantung pada cara penanganan, baik di atas perahu maupun setelah ikan sampai di tempat pengolahan, maka hindarilah beberapa hal yang dapat menyebabkan kerusakan ikan pada waktu penanganan. TAHAP-TAHAP PENGOLAHAN IKAN ASIN Bahan mentah: - Ikan ukuran besar, sedang atau kecil - Garam P.N. atau garam rakyat Alat-alat yang diperlukan: - Tong penggaraman yang kadap air - Penutup tong terbuat dari papan dan pemberatnya - Pisau - Timbangan - Keranjang plastik - Rak penjemur Prosedur pengolahan: 1. Untuk ikan-ikan besar (kakap, tenggiri, ikan mas dan lain-lain) Ikan yang masih segar dibelah punggungnya, buang isi perut dan insang. Cuci dengan air bersih hingga bebas dari darah dan lendir, kumpulkan dalam keranjang plastik, tiriskanbeberapa saat. Setelah tiris timbang beratnya. Timbang garam hancuran sebanyak 20 - 25% dari berat ikan yang akan digarami. Taburkan garam secukupnya ke dalam tong penggaraman, kemudian susun ikan di atas taburan garam, dan taburkan garam kembali demikian seterusnya hingga ikan terletak di antara dua lapisan garam. 2. Untuk ikan-ikan sedang (layang, kembung, mujair dan sebagainya). Ikan sedapat mungkin di buang isi perutnya dan insang tanpa membelah perutnya, cuci dengan air bersih hingga bebas dari darah dan lendir. Tiriskan dan timbang beratnya. Timbang garam sebanyak 15- 20% dari berat ikan bersih. Isikan garam ke dalam rongga perut ikan, kemudian sisanya diaduk dengan ikan dalam tong penggaraman. Di atas tumpukan ikan diberi penutup papan dan beban secukupnya. Ikan dibiarkan dalam tong selama 24 jam. Selesai penggaraman ikan diangkat dari tong dan cuci dengan air bersih sampai bebas dari kotoran dan garam yang melekat. Tiriskan beberapa saat. Ikan diatur di atas rak penjemur sambil sekali-sekali diaduk. Dengan panas yang baik ikan akan cepat kering selama 2 hari. Ikan yang sudah kering dipak dalam peti atau keranjang bambu yang telah dilapisi dengan kertas dan kemudian disimpan dalam ruangan yang sejuk dan kering. 3. Untuk ikan-ikan kecil (teri, petek, dan lain-lain). Ikan dicuci dengan air bersih tanpa dibuang isi perut dan insang. Masukkan ke dalam keranjang plastik dan tiriskan, lalu ditimbang. Timbang garam sebanyak 5 - 10% dari berat ikan yang akan digarami. Ikan dan garam diaduk sampai rata dalam tong penggaraman. Ikan dibiarkan selama 24 jam atau sampai ada kesempatan untuk menjemur. Ikan yang telah digarami dicuci seperti biasa, kemudian dijemur di atas rak penjemur. Waktu penjemuran 1- 2 hari. Sumber: Kumpulan hasil-hasil Penelitian Pasca Panen Perikanan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan bekerjasama dengan United State Agency for International Development-Fisheries Research and Development Project (USAID/FRDP) | >> Kirim bunga ke kota2 di Indonesia dan mancanegara? Klik, http://www.indokado.com/ >> Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] >> Kirim bunga ke kota2 di Indonesia dan mancanegara? Klik, http://www.indokado.com/ >> Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]