--- Ulysee <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Saya pribadi tidak melihat apa kata Greysia iu
> sebagai menginjak injak
> ke-Cina- annya sendiri. 
> Malah bagus, ada kritik. 
> Membiarkan sesuatu yang bodoh terus berlangsung, itu
> sama saja dengan
> pembodohan publik, ya toh?

Silahkan Anda simak komentar di bawah ini:

“maka kita akan hidup lebih mudah dimanapun.
meminimalisasi perbedaan merupakan strategi yang
simpel. kalo memang merasa berbeda, cukup keep on the
mind, not in the behavior. ….... that's the part of
survival in this world.”

“saya lebih suka keadaan dimana orang tionghoa masih
direpresi... .. dengan kebebasan ini, rasanya lebih
gamang. Sangatlah normal secara psikologi dimana kita
merasakan represi kita akan bersatu, tapi begitu
ikatan itu longgar.... kita malah tercerai berai. “

Dan coba prinsip ini dilihat dari sudut pandang
sebaliknya, misalkan kali ini Anda adalah yang
mayoritas etnis China dan ada seorang minoritas suku
tertentu di lingkungan Anda, misalnya suku “Ambon”. 
Apakah Anda sungguh-sungguh mengharapkan orang suku
“Ambon” itu mengingat ke-Ambon-annya hanya dalam
pikirannya saja dan menutupi semua ke-Ambonan-nya
sebagai suatu cara paling simpel untu menyesuaikan
diri dengan ke-China-an lingkungan Anda sebagai
mayoritas? Apakah Anda sungguh-sungguh menganggap
me-represi ke-Ambon-an orang tersebut adalah hal yang
baik dan akan membuat orang Ambon tersebut merasa
lebih nyaman dan tidak gamang? Menurut saya
mengharapkan hal semacam ini berarti “menginjak-injak”
hak seseorang untuk berkembang seutuhnya sebagai etnis
tertentu.  Hanya saja dalam komentar Sdri. Greysia,
hal ini dilakukan terhadap dirinya sendiri sebagai
etnis tertentu.


>  
> Lebih menakutkan kalau
> Mentang-mentang sesama tionghoa lalu membutakan diri
> atas sikap euphoria
> yang kebablasan.
> Tidak menyadari kalau segala sesuatu yang kebablasan
> itu bisa menghantam
> diri sendiri.


Saya tidak sedang melakukan pembelaan hanya karena
sesama Tionghua, tetapi yang saya katakan adalah apa
yang benar menurut sudut pandang saya sendiri.
Silahkan Anda membaca jawaban saya kepada Sdri. Ida
Khow mengenai hal ini.

  
> Meminimalisasi Identitas itu yang kayak apa lagi?
> Istilah yang aneh aneh nya diperjelas dulu coba.


Meminimalisasi identitas maksudnya kalau seseorang itu
beretnis tertentu, misalnya etnis China, kemudian ia
melakukan cara-cara supaya identitasnya sebagai etnis
tersebut tidak kentara.  Sebenarnya istilah ini sudah
jelas jika melihat konteks keseluruhan bahwa kita
sedang membahas sudut pandang Sdri. Greysia mengenai
identitas ke-China-annya. Silahkan Anda membaca ulang
komentar Sdri. Greysia baik-baik.

Kurniawan

  
> -----Original Message-----
> From: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf
> Of Kurniawan
> Sent: Friday, May 25, 2007 8:27 AM
> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Peringatan
> Tragedi Mei 98 di Los
> Angeles
>  
> --- ulysee_me2 <[EMAIL PROTECTED]
> <mailto:ulysee_me2%40yahoo.com.sg>
> com.sg> wrote:
> 
> > 
> > Apa yang Anda maksud dengan "permainan menghukum
> > diri sendiri" itu?
> 
> Yang saya maksud dengan permainan menghukum diri
> sendiri adalah komentar Sdri. Greysia yang
> mengesankan
> seolah-olah jalan keluar terbaik mengenai masalah
> ke-China-annya adalah dengan menginjak-injak
> ke-China-annya itu sendiri. Seolah-olah sesudah
> meminimalisasi identitas China-nya dan mengkritik
> kebodohan orang-orang China di Indonesia, yang nota
> bene termasuk dirinya sendiri, ia akan lebih
> dihargai
> dan diterima oleh lingkungannya.
> 
> > Apa mau menyangkal ada tionghoa yang pengen
> > merayakan Imlek besar 
> > besaran sampai sewa satu kemayoran? Apa itu bukan
> > jor-joran namanya?
> 
> 
> Saya tidak menganggap perayan Imlek yang
> besar-besaran
> itu sesuatu yang buruk (selama tidak keterlaluan dan
> tidak merugikan orang lain), jadi pertanyaan Anda
> saya
> anggap tidak relevan. Mengenai apakah hal itu
> jor-joran atau bukan, tergantung dari sudut mana
> kita
> memandangnya. Ada yang mengganggap Kris Dayanti itu
> cantik, sexy, modis, berbakat, sukses. Tapi ada juga
> yang menganggap Kris Dayanti itu norak, tukang
> pamer,
> jor-joran, konsumtif, menimbulkan kecemburuan sosial
> para wanita dsb.
> 
> Untuk saya pribadi, saya akan selalu berusaha
> berbahagia dengan kebahagiaan orang lain. Saya
> senang
> melihat perayaan-perayaan yang meriah, termasuk
> perayaan agama-agama. Dengan melihat orang-orang
> bergembira, hidup rasanya lebih memiliki harapan dan
> tidak melulu berkutat dengan penderitaan. Tapi kalau
> mau, segala sesuatu bisa dilihat dari segi
> negatifnya
> dan dijadikan polemik. Keponakan saya yang berumur 9
> tahun mengatakan seorang nenek jauhnya adalah orang
> jahat karena di rumahnya memasang AC, yang
> menurutnya
> akan merusak lapisan ozon.
> 
> Kurniawan
> 
> > --- In budaya_tionghua@
> <mailto:budaya_tionghua%40yahoogroups.com>
> yahoogroups.com, Kurniawan 
> > <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> > >
> > > Saya tidak setuju dengan pendapat Sdri. Greysia
> di
> > > bawah ini. Menurut saya, pendapat semacam ini
> > adalah
> > > contoh permainan "menghukum diri sendiri" akibat
> > > kejadian di masa lalu. Pemahaman semacam ini
> akan
> > > merugikan etnis China dan pihak pribumi sendiri.
> > > Penjelasannya bisa dilihat di topik yang sama,
> > yang
> > > saya ubah sedikit judulnya menjadi "Membantu
> > Pribumi
> > > Menghindari Pembodohan".
> > > 
> > > Kurniawan
> > > 
> > > --- greysia susilo junus <[EMAIL PROTECTED]>
> > > wrote:
> > > 
> > > > Betul kata Herny-moay.... kalo kita tidak
> > jor-joran
> > > > mengenai etnik sendiri... maka kita akan hidup
> > lebih
> > > > mudah dimanapun. meminimalisasi perbedaan
> > merupakan
> > > > strategi yang simpel. kalo memang merasa
> > berbeda,
> > > > cukup keep on the mind, not in the behavior.
> > > > 
> > > > saya pribadi masih belum bisa menerima 100%
> > > > akulturasi budaya tionghoa ke budaya lokal
> (aduh
> > > > saya ga tau ini istilahnya tepat apa ga ya...
> > ato
> > > > lebih tepat asimilasi). saya masih menganggap
> > > > pelestarian budaya saya lebih penting daripada
> > > > (misalnya) keselamatan saya karena diancam
> mati
> > kalo
> > > > masih kekeuh memegang adat. tapi, saya keep
> that
> > in
> > > > mind, dan tidak menekan behavior saya ke arah
> > itu.
> > > > saya tetap mau selamat juga kan.... semampu
> > saya...
> > > > that's the part of survival in this world.
> > > > 
> > > > Setiap kali saya mendengar jor-joran imlek di
> > hotel
> > > > mewah, dihadiri presiden, tarian liong dimana
> > mana,
> > > > bahkan ada yang memanipulasi barongsai untuk
> > > > mengamen di restoran2 pinggir jalan, saya
> lebih
> > suka
> > > > keadaan dimana orang tionghoa masih
> > direpresi.....
> > > > dengan kebebasan ini, rasanya lebih gamang.
> > > > Sangatlah normal secara psikologi dimana kita
> > > > merasakan represi kita akan bersatu, tapi
> begitu
> > > > ikatan itu longgar.... kita malah tercerai
> > berai. 
> > > > 
> > > > Apalagi saya sangat tidak suka dengan
> > membanjirnya
> > > > budaya-budaya "baru" dari RRC yang sekarang
> ini
> > > > dibawa kembali ke Indonesia dengan label
> inilah
> > > > budaya Tionghoa, kita 'dipaksa' harus
> menyamakan
> > > > level kita yang lebih tradisional (dan sudah
> ada
> > > > elemen percampuran dengan budaya setempat),
> > dengan
> > > > budaya RRC atau Taiwan yang sekarang. Bangunan
> > > > klenteng kita yang unik dan tidak ada lagi di
> > RRC
> > > > dipugar, dibongkar, dan dibikin semirip
> mungkin
> > > > dengan bentuk kuil2 di Taiwan atau RRC....
> idih,
> > > > kayak orang ga punya ktp aje, harus minjem ktp
> > orang
> > > > lain.
> > > > 
> > > > Patung-patung Buddha kuno yang kita miliki di
> > > > klenteng-klenteng, digeser dengan
> patung-patung
> > made
> > > > in Taiwan.... busyet deh... kita ini makanan
> > empuk
> > > > bagi pebisnis2 RRC ama Taiwan.
> > > > Toh, pada akhirnya, tiap kali kita 'pulang
> > kampung'
> > > > ke Cina sana, kita tetap diberi identitas
> "orang
> > > > luar". saya rasa sebagian besar orang RRC
> > sekarang
> > > > masih menganggap orang Tionghoa Indonesia
> > sebagai
> > > > mangsa empuk yang sangat konsumtif, banyak
> duit,
> > dan
> > > > rela mengeluarkan duit berapa saja asal
> diterima
> > > > sebagai 'saudara dekat' mereka. orang Taiwan
> > malah
> > > > cuma menganggap orang Tionghoa Indonesia entah
> > > > sebagai tempat mencari 'istri' yang rajin dan
> > bisa
> > > > mengemong anak dan tidak matre (alias gampang
> > > > dikibulin), atau calon pembantu rumah tangga,
> > ato
> > > > yang kaya - investor karena anaknya banyak
> yang
> > > > disekolahkan disana untuk blajar mandarin. 
> > > > 
> > > > some of us will do anything to be accepted by
> > their
> > > > standard................. pathetic...
> > > > 
> > > 
> > > 
> > > 
> > > 
> > > 
> > > 
> > > 
> > > 
> >
>
__________________________________________________________
> > _______________
> > > The fish are biting. 
> > > Get more visitors on your site using Yahoo!
> Search
> > Marketing.
> > >
> >
> http://searchmarket
>
<http://searchmarketing.yahoo.com/arp/sponsoredsearch_v2.php>
> ing.yahoo.com/arp/sponsoredsearch_v2.php
> > >
> > 
> > 
> > 
> 
>
__________________________________________________________
> It's here! Your new message! 
> Get new email alerts with the free Yahoo! Toolbar.
> http://tools.
>
<http://tools.search.yahoo.com/toolbar/features/mail/>
> search.yahoo.com/toolbar/features/mail/
>  
> 
> 
> [Non-text portions of this message have been
> removed]
> 
> 





       
____________________________________________________________________________________Looking
 for a deal? Find great prices on flights and hotels with Yahoo! FareChase.
http://farechase.yahoo.com/

Kirim email ke