From: "liang.tjoa" <[EMAIL PROTECTED]>
cut---->
> Juga yang menjadi kendala , kalau agamanya alm  adalah kristen ,
> apakah mungkin kita menggambarkan salib , dsbnya di bongpay, sedangkan
> keinginan kita membuat "kuan" dengan meja dllnya.
> Sekian dulu , terima kasih
++++
Didalam kebudayaan timur tengah tidak dikenal kuburan yang memiliki batu 
nisan, dan malah untuk sebagian wilayah seseorang yang meninggal di kubur 
begitu saja tanpa tanda apapun, itu sebabnya didalam Alkitab sejak bab 
pertama sampai akhir selalu banyak pengulangan silsilah leluhur semisal Adam 
beranak anu dan anu beranak anu dan anu beranak anu......
Dengan sifat budaya seperti ini maka didalam cara penguburan Kristen sudah 
di modifikasi menjadi makan yang bermisan, dan 'tidak boleh' ditambah lagi 
dengan segala macam meja dan segala macam "kuan".

Tionghoa yang memiliki kebudayaan berbeda dimana silsilah selain ditulis di 
rumah marga, juga ditulis di batu nisan ( seperti yang sudah di diskusi kan 
di millis ini ), dan karena kebudayaannya adalah menyembah "Thian" yang 
harus ada meja dan "kuan", juga ada acara Ceng Beng, dimana setahun sekali 
makam di sambang i, selain bertujuan untuk silahturami antar sanak keluarga 
( memiliki makna psikologis bahwa akhirnya manusia itu ada didalam tanah ), 
juga untuk mengingatkan ke generasi selanjutnya bahwa nenek moyangnya di 
makam kan di lokasi tertentu, sehingga minimal keturunannya bisa saling 
kenal, minimal........"7 turunan", sekali lagi kebudayaan Tionghoa unik 
sekali dan bila di mengerti dengan baik dan benar sangat sangat bermanfaat, 
tentu saja bukan berarti budaya Timur Tengah jelek, karena keuntungan budaya 
Timur Tengah didalam hal silsilah tidak memakan banyak tanah.....( akibat 
dari ini maka timbulah modifikasi lagi yaitu di Kremasi.)

Mohon maaf bila ada yang keliru.....silahkan di koreksi.

sur. 

Kirim email ke