Aku tidak mengenal ahli fengshuinya, melainkan mengenal pemilik tanah yang akan dipakai menjadi makam, dan sudah haji pula, beliau sendiri yang bercerita ke aku sambil tertawa-tawa, bahwa banyak orang Tionghoa yang pengetahuannya malah tidak lebih baik dari beliau, dimana beliau bisa tahu seluk beluk fengshui dan bagaimana memasarkan 'kemampuan' ke konsumen.
Gunung Gadung pada dasarnya memang untuk pemakaman warga Bogor, dimana di bagi 2 bagian, bagian satu untuk golongan Kristen, sedang bagian lain untuk Tionghoa non Kristen. Sejak pekuburan di Jakarta ( kebon nanas ) di hilang kan, secara mendadak banyak limpahan petimati dari Jakarta, dan sejak saat itu pula Gunung Gadung menjadi tempat favorit untuk dijadikan tempat persinggahan terakhir ( sekarang sih sepertinya pindah ke daerah Bekasi ?), dan akibat dari ini, masyarakat awal yang asalnya petani penggarap berubah menjadi tukang merawat makam, dan........keturunannya menjadi tukang minta minta sedang untuk remaja pria menjadi preman pemabokan. Aku pernah mempertanyakan langsung ke Bapedal Kotamadya Bogor mengenai RTRW ( Rencana Tata Ruang dan Wilayah ) kota Bogor, dimana salah satunya adalah Gunung Gadung, aku pertanyakan mengapa areal subur dan berlokasi dekat dengan kota serta sangat strategis malah dijadikan kebun beton ?, dan bagaimana dampak psikologis terhadap masyarakat sekitar ? Dia menjawab selain untuk meningkatkan PAD juga mengurangi pengangguran, aku balik tanya apakah benar mengurangi pengangguran dengan menjadi tukang rawat kuburan dan peminta minta, karena untuk tukang bangunan tetap saja tidak bisa memakai tenaga lokal, dan premanisme tumbuh subur......dia tidak bisa menjawab dan pergi begitu saja ( Ibu Ernawati ). Dalam hal ini pola kehidupan bermasyarakat menjadi terbalik, dimana mereka hanya mengharapkan datangnya Jenasah dan Chengbeng, jangan coba coba datang untuk sekedar sembahyang tanpa membawa uang kecil, karena bererot anak anak mengikuti kita kemanapun kita pergi ( aku pernah ngalami kebelet buang air kecil, dan sampai mabok di ikuti terus terus, akhirnya begitu melihat aku memang mau membuka retsleting celana baru deh ntu anak anak ngabur ). Dalam hal ini aku hanya menghimbau bahwa pola pengelolaan pemakaman di Indonesia kurang dan bisa dikatakan tidak baik, berbeda dengan daerah pemakaman yang memang sudah eksis lama dan berlokasi di tengah kota, selain luasnya terbatas juga sekelilingnya sudah penuh dengan aktivitas masyarakat ( Pandu di Bandung ). Gunung Gadung menjadi berbeda karena pemakaian luas tanahnya yang benar benar diluar batas kenormalan, ada yang satu bukit milik satu keluarga, ada yang 400 meter, belum lagi 100 sd 200 meter mah gak ke hitung, sedang masyarakat di sekitar ber rumah gubuk. Salah satu asuk ku yang datang dari RRT sampai hampir menangis sedih melihat kondisi pemakaman tersebut, dia hanya bicara mengapa Tenglang Indonesia lebih memikirkan orang mati, sedang orang hidup tinggal di gubuk dan rumah kecil...... Aku mah sederhana ajah jawab nya, maklum lah mereka orang kaya, kekurangannya sedikit koq......tidak punya nurani. Mengenai pembongkaran, sebenarnya juga terjadi di daerah lain, hanya tidak separah di Bogor, maklum di Bogor termasuk banyak pekuburan yang tidak dirawat. Ada sebuah kuburan dimana pemiliknya sangat sangat kaya untuk ukuran itu, dan dia memakai tanah kurang lebih 7x7 M² ( koreksi bila salah ), dan konon di situ juga di kubur kendaraan aslinya......dalam hal ini dia tidak serakah... sur. ( untuk per Fengshui an aku 'rada rada percaya euy' , makanya mending jangan di kubur ) ps. Apakah ada yang tahu aturan menaruh jenazah yang baik dan benar didalam peti mati ?, katanya kaki jenasah harus nempel di dinding peti mati, bila tidak maka keturunannya akan mengalami kehidupan yang terombang ambing. sur. ----- Original Message ----- From: "perfect_harmony2000" <[EMAIL PROTECTED]> Sdr.Suryana, maaf bukan saya mau membela ahli fengshui, tapi 3 ahli fengshui dibidang kuburan di kota Bogor yang saya kenal adalah master Shi, master Huang dan master Gu. Saya rasa mereka bertiga tidak akan mau merendahkan nama baik mereka untuk bermain mata dengan pemilik tanah. Memang ada salah satu master ini yang dahulu pernah bekerja sama dengan suatu yayasan pemakaman di kota Bogor dan ada lagi salah satu master tersebut konon sering dimintai pendapat untuk mencari lokasi yang baik untuk fengshui kuburan oleh pemilik suatu tempat penitipan jenazah di kota Bogor. Jika anda tahu boleh anda sebutkan nama ahli fengshui yang anda katakan bermain mata dengan pemilik tanah ? Jika diantara tiga orang itu ternyata bermain mata, saya tidak akan segan-segan menegur mereka. Dua orang diantara mereka adalah aliran Maoshan dan tentunya aliran Maoshan memiliki etika moralitas yang perlu saya ingatkan kembali jika mereka lupa. Tapi memang saya tidak dapat memungkiri ada banyak ahli fengshui yang tipis dalam etika moral. Semoga bukan mereka yang bermain mata. Bicara masalah harga, saya jadi teringat beberapa tahun yang lalu seorang kawan saya dikuburkan di Cipaku dengan harga tanah permeter persegi sekitar Rp.2.000.000 rupiah. Bisa saya bayangkan harga tanah di Gunung Gadung mencapai Rp.5.000.000 permeter persegi. Tapi dari situ juga sebenarnya pemda mendapatkan PAD yang lumayan dan penduduk sekitar bisa mendapatkan rejeki juga jika Chengbeng datang. Dan sepanjang yang saya tahu, gunung Gadung adalah tempat yang dikhususkan pemakaman Tionghoa sejak dahulu. Banyak kuburan-kuburan disana yang umurnya puluhan hingga ratusan tahun. Mengenai pembongkaran atau penjarahan kuburan Tionghoa yang anda tuliskan, bukankah itu dilakukan atau diprovokasi oleh seorang "paranormal" di kota Bogor ? Bahkan ia sempat mengatakan hal itu di media massa ( cat: sayangnya saya lupa nama media massa tersebut ). Dan tenang saja, saya memilih kremasi jika saya meninggal. Kaitan fengshui kuburan dengan keluarga yang ditinggalkan juga seandainya benar, secara umum tidak akan lebih dari 3 generasi. Jadi untuk apa membuang-buang uang hanya ingin mendapatkan fengshui bagus untuk anak cucu jika hanya bertahan 3 generasi saja. Kecuali memang ada ahli fengshui jempolan yang bisa membuat bertahan lama. Tapi kenyataannya, kuburan kaisar Ming yang konon ditata menurut fengshui kuburan terbaik saja tetap runtuh. Dus tidak akan abadi. Saya tidak tahu apakah kerajaan Inggris juga mengandalkan fengshui ? Tapi faktanya kerajaan Inggris bertahan lebih lama daripada dinasti Ming. Mungkin kerajaan Inggris akan runtuh ketika rakyatnya memilih bentuk republik. Tapi entah kapan ? Hormat saya, Xuan Tong --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "gsuryana" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Tambahan dan himbau an. > > Aku tinggal di Bogor dan tidak terlalu jauh dengan areal pemakaman Gunung > Gadung, dimana di tahun 90-an luas nya sekitar 15 HA dan menjadi sekitar 100 > Ha di tahun 2000-an. > > Tidak sedikit keluarga yang memakamkan sanak kerabatnya kena tipu oleh para > biong yang sebenarnya lebih mengetahui tata cara pemakaman ala Tionghoa, dan > akibatnya terjadi kongkalikong antara ahli Fengshui dengan pemilik tanah > makam. > > Karena ini adalah bisnis murni yang ROE nya paling menggiurkan mengakibatkan > pemakaian tanah menjadi amburadul, pokoknya posisi dan letak secara Fengshui > kurang bagus menjadi bisa bagus karena kolaborasi antar ahli fengshui dengan > pemilik tanah, dan harganya pun selain cash keras mahalnya minta ampun, > untuk ukuran 4 X 4 M² minimal siap siap sampai 100 juta.... > > Memang Tionghoa Indonesia rada rada unik, untuk membuktikan kebaikannya > kepada almarhum tidak sungkan sungkan memakai tanah sampai ada yang ribuan > M², untuk kelas yang ratusan M² boleh dibilang tidak sedikit. > Akibatnya........keluarga semodel aku bila ada yang meninggal terpaksa harus > di kremasi, karena sungguh menyakitkan tingkah pola dari pemilik uang yang > kurang peka didalam ber sosialisasi. > > Untuk di ketahui juga, bahwa daerah dekat kuburan fengshui nya tidak bagus > untuk tempat tinggal, itu sebabnya areal Gunung Gadung menjadi sarang preman > di waktu malam, dan.....masyarakatnya pun menjadi masyarakat berbeda dengan > masyarakat lainnya.. > > Dan tambahan informasi, peruntukan tanah makam sebenarnya sudah ada undang > undangnya dimana tidak boleh lebih 2 X1 M², sedang untuk pekuburan Tionghoa > bisa menjadi berbeda dikarena peruntukannya memang bukan untuk makam, > melainkan untuk perumahan dengan sistim hak guna pakai. > > Juga bila makam tidak di datang i dalam kurun tertentu ( bisa 5 tahun ), > dianggap ahli waris sudah tidak peduli, maka makam di kosong kan. > > Sewaktu terjadi krisis ekonomi 98, tidak sedikit peti mati di lempar ke kali > Cisadane setelah isi peti di kuras. > > Untuk ini aku hanya bisa menghimbau...........gunakanlah sewajarnya. > > Maaf dan ............:o) > > sur ( aku mah sudah bilang disaat mati lempar ajah ke Cisadane juga gak apa > apa....) > ----- Original Message ----- > From: "liang.tjoa" <[EMAIL PROTECTED]> > .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :. Yahoo! Groups Links