Cerita ttg Tibet ini panjang sekali, tetapi kalau mau disingkat dalam
beberapa kalimat ttg kejadian akhir2 ini di Tibet, maka kalimat itu adalah:
Tibet adalah ajang permainan geopolitik tingkat global antara US, Eropa, 
dan China, dengan kekuatan keempat sebagai penonton, yaitu Russia.

Tibet sedari dulu merupakan kaset kaki negara2 Eropa. Inggris mengguna-
kannya dalam menghadapi Russia, Nazi Jerman mencoba menggunakanya,
tidak begitu sukses. Amerika mendekati India mencoba menggunakan kartu
Tibet dalam era Cold War dengan memantapkan idea Free Tibet, melatih
dan mempersenjatai pemberontakan Tibet, dan membentuk pemerintahan
Dalai Lama Tibet di India. Ketika US tidak lagi membutuhkan Tibet lagi
maka Project Tibet dibuang pada waktu pemerintahan Nixon.

Pertanyaan kini, kenapa masalah Tibet muncul lagi dalam percaturan 
geopolitik dunia? Alasan paling utama, pertumbuhan ekonomi di China
terlalu kencang dan stabil, sedari tahun 80an, selalu diprediksi bahwa
ekonomi China akan collapse gara2 terlalu cepat bertumbuh, ternyata
setelah 30 tahun diprediksi, tidak collapse2 juga, bahkan China saat
ini bertumbuh menjadi negara industri utama. Seluruh dunia tergoncang
oleh gerakan China ini, sampai harga bahan2 makanan pokok naik
secara global, karena orang2 di China mulai bisa makan daging dan susu,
sudah tidak miskin lagi.

Tetapi perang "hangat dingin" global saat ini bukan lagi dua kutup, tetapi
sudah setidaknya 4 kutub. Russia, China, Eropa, dan US. Tantangan 
buat US bukan hanya China, tetapi Eropa, ini menjadi issue dalam
Election USA 2008. Tetapi setidaknya, kalau bisa, China lebih baik
diperlambat majunya, demikian juga Russia. Karena itu seluruh
sekutu Russia mulai diganggu gugat juga.

Orang2 Tibet pengasingan adalah pion. Pada saat negara2 Eropa
seperti Jerman memerlukan China, mereka disupress. Pada waktu
Ziang Jemin ke Eropa, dengan membawa potensi project billions dollar,
dia didemo oleh gerakan Free Tibet. Apa yang dilakukan oleh polisi
di Eropa? Well, mirip dengan apa yang dilakukan polisi Nepal, 
demonstrasi ditindas, dan demonstran itu diangkut pergi. Well,
mana ada kebebasan berdemo kalau sudah begitu di Eropa?
Sekarang? bahkan politician ikutan berdemo :) Tergantung mana
yang menguntungkan. Sekarang waktunya untuk meng-kompasi
China, kelihatanya akhirnya ujung2nya duit lagi, project mana
lagi yang harus diserahkan untuk perusahaan Perancis, Inggris, atau
Jerman. Ngomong2 Canada tidak begitu antusias... setidaknya
Bombardier dan Nortel sudah kebagian rejeki ikut serta dalam
project pembangunan jalan kereta api Qinghai - Tibet.

China saat ini adalah cash-cow, dan setiap pihak berusaha untuk
mendapatkan sesuatu darinya. Sesudah krisis Tibet, New Zealand
berkomentar keras, kemudian prime ministernya dan rombongan
berangkat ke china, menandatangani kerja sama ekonomi yang
menguntungkan, langsung diam. Demikian juga dengan US,
yang mengirimkan menteri bidang keuangan ke China, demikian
juga Aussie, yang meminta China membeli lebih banyak hasil2
tambang dari Aussie. Semua mereka lakukan di waktu yang paling
pas, yaitu ketika tekanan pada China membesar, deal yang didapat
tentu lebih enak.

Kelompok Dalai Lama mendapat keuntungan relatively paling besar
dari kejadian ini. Mereka jadi populer lagi, dan secara finansial bagus 
lagi. Dukungan dan sumbangan dari seluruh dunia lebih gencar mengalir.
Setiap tahun, Dalai Lama mengunjungi teman2nya orang2 Hollywood
yang rajin mendukungnya, bulan July ini dia akan ke US lagi, habis itu
ke Paris. Padahal beberapa saat lalu dia sudah menjual mobilnya,
dilelang di Ebay sebagai mobil Dalai Lama, dengan promosi dari Dalai
Lama sendiri, "siapa yang naik mobil ini akan tertawa terus", dan
mobil itu laku $80,000 di Ebay. 



chris

Reply via email to