Sekarang kita membahas salah satu faktor, mungkin faktor terbesar dalam hubungan China vs West.
Sesudah jatuhnya USSR, dunia tiba2 menjadi unipolar dalam arti kekuatan condong berat sebelah. Superpower tinggal satu, yaitu the USA. Dalam menanggapi posisi ini, lahir kelompok neo-conservative. Bush merangkul kelompok neo-con ini dan mereka mulai mengembangkan agenda untuk mengatur seluruh dunia dalam satu order yang diformulasikan kelompok Bush sebagai New World Order. Untuk yang ingin membaca pidato Bush di depan Congress mempropose New World Order bisa dibaca di wikipedia: http://en.wikisource.org/wiki/Toward_a_New_World_Order New World Order ini sebenarnya adalah usaha untuk kapitalisasi kekuatan Amerika saat itu. Pemikirannya gitu, Amerika kan sudah berusaha keras selama Cold War menghadapi USSR, jadi waktu berhasil, profit juga harus dinikmati Amerika. Pada saat itu kebetulan ekonomi Amerika juga mulai turun, dan jadi memerlukan kapitalisasi dari kekuatan US sebagai superpower. Untuk itu, US melakukan offensive ke mana2, terutama di Timur Tengah untuk men-secure kepentingan Amerika disana. Beberapa negara Africa seperti Libya dan Sudan sudah diembargo, Iran juga diembargo, Irak di "bebas" kan dari Saddam Hussein dan sampai sekarang tentara US cs ada disana. Ternyata setelah beberapa tahun, terlihat usaha US gagal. Dan kegagalan ini dituduhkan terutama pada China. Kenapa demikian? China tidak terlalu berminat pada urusan US mengembargo negara2 lain. Kalau US mengembargo, China meneruskan hubungan dengan negara itu. Karena China itu sumber semua produk, bisa dikatakan, satu negara bisa hidup hanya karena hubungan dengan China. Libya terus bertahan, dan demikian juga banyak negara2 Africa, Asia dan Amerika Latin. Venezuela yang mbalelo, terus bertahan. Dan bukan hanya itu saja, China masuk sebagai kekuatan ekonomi. Dulu, US dan negara Eropa bisa dikatakan memonopoli penggalian sumber minyak di Timur Tengah, Africa dan America Latin. Sekarang mereka mulai memberikannya kepada China, China memberikan persentase yang lebih besar kepada negara2 tersebut, dan bersedia menanggung beban keuangan satu negara kalau mereka diboikot US atau Eropa. Dalam 5 tahun terakhir ini, topik ini menjadi topik hot di US dan Eropa, terutama kalangan industri pertambangan dan perminyakan. Tiba2 US dan Eropa tidak bisa lagi menikmati posisi sebagai kartel minyak. Waktu US dan Eropa mengembargo Iran, China masuk dan membeli minyak dari Iran, menyelamatkan ekonomi Iran. Ini sangat menjengkelkan Washington dan pusat2 Eropa. Bagaimana New World Order impian kaum neo-con itu bisa tercapai kalau ada China yang mementahkan blue-print tersebut? Saat ini New World Order tidak lagi terdengar, dan neo-conservatism sudah kehilangan pamor. Tidak heran hampir seluruh think-tank sayap kanan neo-con melakukan serangan opini yang sangat sengit ke China dalam urusan Tibet. Saatnya balas dendam :) Urusan lain lagi adalah perdagangan senjata. China muncul sebagai negara yang membuat senjata modern dengan harga murah. Negara2 seperti Malaysia, Indonesia tertarik pada pesawat dari China. Selama ini, perdagangan senjata high-tech hanya dikuasai oleh US, Eropa dan Russia. Sekarang China masuk market dan mengancam bisnis yang menggiurkan ini. Dukungan terbesar untuk China datang dari Rusia. Rusia bisa dikatakan berterima kasih sekali pada China saat USSR pecah. China yang menggunakan pengaruhnya untuk menjaga sedapat mungkin keutuhan wilayah Russia. Pihak Barat menggerogoti dari sisi Barat, sehingga beberapa negara ex-USSR menjadi negara satelit NATO. Amerika mulai mau menggerogoti dari sisi Pasific, dan China yang menjaga kalau Amerika tidak macam2 di sebelah timur. Sedangkan negara2 ex-Soviet sebelah tengah, dipersatukan lagi oleh China dan Rusia lewat SCO (Shanghai Cooperation Organization). http://en.wikipedia.org/wiki/Shanghai_Cooperation_Organization Kelihatannya saat ini China menjadi reluctant semi superpower. Dia naik ke atas pentas dunia gara2 tidak ada lagi yang bisa menghentikan gerak single superpower dunia. Sebenarnya dengan kekuatannya sekarang, dia masih tidak pantas untuk tampil sedemikian menyolok. Tetapi itu tak bisa dihindarikan karena USSR bubar terlalu cepat. Tetapi, dunia terlalu berharga kalau harus diserahkan pada satu kekuasaan superpower dunia. Terbukti dunia bukannya damai ketika Soviet bubar, malah tambah banyak penyerangan besar2an ke negara lain. cnl