Bung Darwin, Bung ChanCT dan TTM semuah,

Hai, apakabar? Sudah makan (buka)?

Hehehe.... namanya juga novel, mau dikasih susu macan, atau susu naga sekalipun,
tentu saja tidak akan apa-apa. Malah bisa sakti mandraguna. Di novel pan 
hidup-ma-
tinya sang tokoh bukan tergantung dari minumnya susu apa, tapi tergantung nasib
pada.......... sang pengarangnya ajah, jeh!

Seorang ibu masak ndak berani menyusui anaknya sendiri? Bukannya sekarang lagi
digalakkan ASI eksklusip sampai anak berusia 2 tahun dikasih minumnya susu ibu
sendiri ajah? Kecuali di negeri Tiongkok jaman kaisar dulu itu, ada ibu susu 
atau ba-
bu susu gitu, tugasnya menyusui anak-anak kaisar dan bangsa(tangine)awan. Dica-
ri ibu-ibu atau babu-babu yang kebetulan punya anak, jadi produksi ASI-nya bisa
ditandon buat anak-anak malang itu. jaman dulu kayaknya ibu-2 juga sudah musim
takut pabrik susunya turun kalau netekin bayi ya?

Apakah karena ibu-ibu permaisuri dan para selar-selir-nya tidak boleh netekin 
ka-
rena sang boss kaisar ndak mau berebut ama anak-anaknya ya? Mungkin para cian-
pwee di milis kita ini yang pakar sejarah Tiongkok bisa berbagi info-nya ttg 
ini? 

Saya jadi ingat kaisar terakhir diteteki ama Gong Li(?) waktu masih kecil itu. 
Tiba-2
ajah dia sudah besar dan masih maen jangkrik, eh, ndak lama sudah tuwa dan bung-
kuk, jangkriknya yang disumputin di celah-celah tembok istana dekat singgasana
waktu dia masih kecil, koq masih hidup ajah ya? Hehehe..... pan cuma pilem aje 
ye!

Tapi saya pernah denger cerita rakyat jaman baheula di Tiongkok begini: kisahnya
terjadi di dusun di lereng gunung, sekeluarga petani tinggal di dusun terpencil 
se-
orang diri, maksude sekeluarga doang. Satu ayah yang isterinya sudah meninggal,
ditemani anak lelakinya dan sang mantu yang baru saja melahirkan putranya. Jadi
karena jaman itu belum musim susu dikalengin dan dikasih melamin biar gaya(?)
sebab lagi trend sekarang, maka terpaksa sang ibu muda meneteki sendiri bayinya.

Mana mampu mereka menggaji ibu atau babu susu karena cuma petani gurem aja.
Jadi, anak petani pergi nyangkul di sawah yang agak jauh dari rumahnya. Ayahnya
yang sudah pensiun cuma nyantai duduk di rumah sambil mengisap pipa perda-
maian ala Winnetou. Sang mantu asyik berjemur di gazebo dekat mertuanya, me-
neteki sang bayi di bawah pepohonan taman nan rimbun disinari mentari pagi.

Jadi, terpaksalah si mantu nan molek dan putih mengeluarkan anggota badannya
(ndak ada larangan seperti di dalam bus, dan RUU Pornografi belum disusun) demi
meneteki sang bayi. Sang kakek duduk di kursi goyang di sampingnya, tentu tak
dapat dihindari mata melirik ke pabrik susu sang mantu. Sehari, dua hari, 
seming-
gu, masih tahan sang kakek dari godaan. Masuk hari ke-10, dia sudah tak tahan.
Maka dengan terbata-bata dia jujur mengatakan ingin ikut mencicipi pabrik susu.

Emangnya free sampling oleh SPG di supermarket ya?

Tentu saja indicent proposal ini ditolak sang mantu. Dan si petani tentu saja 
tak
berani memaksa. Tapi, lama-kelamaan sang mantu tidak tega juga. Jadi suatu
hari dia mengalah. Mertuanya dikasih icip-icip kayak promosi susu gratis oleh
SPG di supermarket-supermarket di Jakarta itu lho.

Nah, sekali waktu, anak petani pulang dari ladang mendapati anaknya nangis tak
henti-henti. Isterinya coba membujuk dengan menggendong kesana-kemari, te-
tap saja sang bayi nagis tiada henti-hentinya. Sang suami bilang, kenapa tidak
kau teteki si bayi? Sudah, kata sang isteri. Tapi dia tak mau netek nih. Lho, 
kena-
pa? Biasanya toh tidak apa-apa dan dia lahap saja netek sampai saya ndak keba-
gian? Tahu dah, tadi pagi papah merengek terus minta icip-icip, jadi saya ndak
tega kasih sebentar. Rupanya bau bako dari mulut papa bikin si bayi ndak mau.

Tentu saja sang anak murka dan mendatangi papahnya. Dimarah-marahinya dan
dikatain ndak tahu diri. Sang ayah diam saja. Sesudah anaknya berhenti ngomel-
ngomel, sang ayah dengan kalem bilang: halah, saya cuma icip-icip pabrik susu
isteri loe sebentar ajah loe sudah ngomel-ngomel berkepanjangan. Dulu, loe ne-
tekin bini gua sampai loe umur 2 tahun (ASI eksklusip, jeh!) gua juga mandah 
aja!

Hehehe.... sorry, just jokes, daripada suntuk hehebohan susu berracun ya?

Salam makan enak & sehat ajah,
Ophoeng
BSD City, Tangerang


--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "¿ç" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

Kenapa seorang Ibu ga berani menyusui anaknya sndiri?
Ini kembali ke Paradigma berpikir Istri & Suaminya juga... :D
 
Kemarin baca Novel Sin Tiauw Hiap Lu, diceritakan si Kwee Siang diberi susu
macan. Dipikir apakah tidak merusak pencernaan sang bayi yach?
 
2008/9/28 ChanCT <[EMAIL PROTECTED]>
 
------dipotong--------


Ya, Liquid, kalau piara sapi kegedean dirumah, piara aja kambing untuk
diperah susunya. Di Mongolia orang juga minum susu-kambing. Atau berani
nggak, ... pelihara seorang perempuan khusus untuk menyusui anak-anak.
Hahahaaa, ... Biar anak-anak lebih sehat, kan.

Salam,
ChanCT





Kirim email ke