----- Original Message ----- From: dipodipo To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Tuesday, September 30, 2008 11:11 PM Subject: [budaya_tionghua] Re: Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dal
> Keberatan saya adalah dalam konteks pembicaraan > politik dan agama dimilis ini. Saya bergabung milis > untuk menambah pengetahuan budaya tionghoa. > Memang budaya tidak berdiri sendiri, jadi kadang tidak > dapat dihindari jika ada diskusi yang berhubungan > dengan agama, sejarah atau politik. > Hal ini sah2 saja, jika masalah politik, sejarah atau > agama tersebut ada kaitannya dengan budaya TiongHoa. Tetapi kalau argumen > didasarkan pada > asumsi, tidak ada faedah yang kita dapatkan. > Juga ada sebagian rekan yang menjadikan forum ini > sebagai ajang perjuangan politik atau penyebaran > agama, virtual warrior gitu ya. > Terus terang hal ini sangat menggelikan. ----------------------------------------- Sejak awalnya milis budaya tionghoa, saya juga selalu mengajak kita menghindarkan diri untuk mem-politik-kan atau meng-agama-kan diskusi di milis ini. Alasan pertama, karena ciri-ciri milis di dunia internet adalah kekhususan masing-masing. Dan milis yang dikhususkan untuk debat agama dan untuk debat politik, termasuk politik ketionghoaan, sudah banyak. Mereka yang memang mampu berdiskusi soal itu tentu sudah bergabung di milis-milis lain itu. Yang tersisa di sini adalah 'politikus' (dan 'agamawan') keroco kelas dua (atau mungkin kelas tiga), yang tidak berani turun gelanggang di milis-milis tersebut tadi. Tetapi ingin muncul gagah sebagai politikus, lalu munculnya di sini. Beberapa di antaranya bahkan benar-benar berciri pengecut kroco. Ada yang sekali muncul dengan memaki-maki lalu menghilang. Ada yang asal melemparkan issue agama atau politik yang absurd lalu menghilang juga. Dan ada yang muncul berkali-kali tetapi senantiasa sembunyi dibalik nama samaran yang terus dirubah-ubah Bukan berarti di antara member di milis ini tidak ada yang benar-benar politisi dan gemar diskusi politik. Tetapi mereka menghindari mempolitikkan diskusi di milis ini. John Siswanto, misalnya. Dia politisi betulan, tetapi tidak pernah debat politik di milis ini. Bagi dia, bukan levelnya untuk berdebat politik di milis budaya tionghoa ini. Alasan kedua, karena semua debat politik dan debat agama di milis budaya tionghoa ini hanya merupakan kesia-siaan belaka. Belum pernah ada satu kali pun debat politik dan debat agama di milis budaya tionghoa ini, yang berakhir dengan baik-baik, konklusif dan bermanfaat. Boleh dibilang semua debat politik dan debat agama di milis ini berakhir dengan teguran moderator, dan satu-dua berakhir begitu saja, diskusinya hilang 'menguap'. Sementara itu banyak di antaranya berujung pada saling menghujat yang kasar. Kegagalan setiap debat politik dan debat agama di milis budaya tionghoa ini untuk berakhir dengan baik-baik, juga disebabkan karena issue politik yang dilemparkan pedebat politik kelas kroco ini hanya berulang-ulang itu-itu saja. Yaitu issue perseteruan politik dan agama ANTAR sesama tionghoa, yang merupakan sisa-sisa nostalgia sektarian ketionghoaan masa lampau yang berlalu puluhan tahun yang lalu. Sehingga bagi teman-teman non-tionghoa nampak sebagai 'lelucon' mengenaskan. Sebab kegagalan lainnya adalah terlalu cepatnya pedebat kroco ini membelok beralih menyerang susbtansi pribadi orang lain, begitu mulai terdesak dalam susbtansi diskusinya. Sehubungan dengan hal-hal di atas ini, untuk kesekian kalinya saya mengajak untuk menjauhi mem-politik-kan atau meng-agama-kan diskusi di milis budaya tionghoa ini. Mari kita perbanyak diskusi, kalau perlu sampai berdebat, tentang asal-usul she dan nama tionghoa, tentang kuliner tionghoa, tentang berbagai ragam bahasa dan dialek tionghoa, tentang acara-acara ketionghoaan yang tradisional maupun kontemporer, tentang adat-istiadat kekeluargaan tionghoa, dan lain sebagainya, terutama yang berkaitan dengan suku tionghoa sebagai bagian integral dari bangsa Indonesia, sebagai yang disebutkan sebagai visi-misi milis ini. Wasalam.