Sebenarnya ada 1 kesimpulan yang patut dicerna.......

PDI-Perjuangan dibawah Mega memiliki sebuah komitment yang sangat ketat, 
didalam berhubungan dengan para mantan tentara, sebelum bisa bertemu dengan 
Mega, maka otomatis akan meliwati beberapa filter, karena PDI-Perjuangan tidak 
ingin nama partai menjadi rusak karena salah memilih orang, apalagi dari TNI.
Sayangnya umum tidak mau memperhatikan detail ini, hanya menyama ratakan semata.
( Maaf aku memang kader PDI-Perjuangan, jadi minimal mengetahui proses masuknya 
tokoh ke partai PDI-Perjuangan )

PS sudah bisa dipastikan dijadikan kambing hitam, karena Cang Ato sudah pasti 
lengser ( lha di tanjung priok sudah ada yang jaga ketat koq ), dan siapa yang 
paling mudah dijadikan kambing hitam setelah Cang Ato lengser ?, di saat itu 
rising star bisa dibilang ada 3 orang.
( PS, Sintong dan SBY ),  makanya memberi mandat penuh ke Pangab waktu itu Wir, 
dan Wir memang memiliki surat mandat penuh mirip dengan super semar ( hanya 
tidak digunakan oleh Wir , dan pernah di perlihatkan ke umum juga aku pernah 
melihat aslinya )

Selama masih ngotot menuduh PS sebagai dalang Mei, maka selama itu pula otak 
sudah tercuci dan selama itu pula kasus Mei tidak akan pernah terungkap, karena 
belum apa apa sudah di fokus kan ke seorang PS, dan itu bisa membuat kasus Mei 
semakin hilang.

Yang belum bisa menjawab, mengapa dunia Barat dalam hal ini Mahkamah 
International tidak melakukan black list kepada para Jendral Indonesia yang 
pada saat itu memiliki kemampuan untuk menggerakan pasukan dan polisi ( mulai 
dari Pandam, Kapolda, Pangab, Kasad, sedang Pangkostrad sekali lagi bukan 
jabatan yang mampu secara langsung memerintahkan pasukan bisa bergerak kesana 
sini, Pangkostrad hanya bisa mem BKO kan pasukan ke Pandam, Kapolda dan ini pun 
bisa diperintah oleh Pangti dan Pangab.

Padahal berdasarkan gosip banyak nian cacat TNI dijaman Cang Ato....ada apa 
dibalik ini semua ?

Kadang aku bingung juga dengan Pak Chan, karena fokusnya hanya ke satu orang 
PS, padahal untuk bisa menggerakan kerusuhan pada saat itu bukan Jakarta saja, 
masih ada Medan, Solo dalam hal ini minimal ada tambahan 2 Pangdam dan 2 
Kapolda selain Jakarta.

Aku biarpun tinggal di Bogor bukan nya tidak prihatin, lha banyak kerabat dan 
saudaraku tinggal di Jakarta, apa aku juga tidak kecewa ?

Bila bertanya mengapa Jakarta Vakum ?.........mengapa ditanyakan ke PS ?, kan 
ada Pangdam, dan Kapolda ( mohon di ingat pada saat itu Polisi banyak menerima 
pasukan yang di BKO kan dari TNI, karena belum dipecah seperti saat ini, dimana 
Polisi dan TNI sudah menjadi 2 organisasi terpisah. )
Silahkan tanya kepada Pak Safry Samsoedin dan Kapolda Hamaminata (?)

sur.
ps.
Mengenai Sintong...........no comennt, yang aku tahu beliau sangat dekat dengan 
HBB
  ----- Original Message ----- 
  From: ChanCT 



  Kang Sur yb,

  Sebenarnya saja bukan saya yang menduga Prabowo terlibat atau dalang Tragedi 
Mei '98, tapi itulah yang dituduhkan media, juga jenderal Sintong dalam bukunya 
yang cukup bikin heboh itu, ... dan, itulah sesungguhnya yang harus dijernihkan 
baik oleh PS pribadi maupun aparat hukum. Menemukan kebenaran siapa 
sesungguhnya yang harus bertanggungjawab terjadinya Tragedi Mei '98 itu. Jangan 
dibiarkan saja tetap gelap dan misterius.

  Tidak hanya jenderal PS, tapi banyak tokoh sudah meyakini bahwa kerusuhan Mei 
itu terorganisasi secara sistematis untuk mencapai tujuan tertentu. Lalu, siapa 
sesungguhnya yang berkemampuan mengorganisasi secara sistematis begitu? PS yang 
berada dalam jajaran begitu tinggi, menjabat Pangkostrad setidak-nya banyak 
mengetahui masalah dan sebagai anak bangsa yang bernaluri kemanusiaan, 
seharusnya tampil untuk ikut menjernihkan masalah. Tidak menampik tuduhan 
begitu saja, dengan menyatakan: "bukan saya yang memerintahkan, diatas saya 
masih ada yang berhak menurunkan perintah". Itukan ucapan yang keluar dari 
mulut orang awam dibawah, yang memang tidak tahu apa-apa.

  Lha, kalau PS bilang, segerombol pemuda provokator yang didatangkan 
bertruk-truk itu bukan dia yang perintahkan, lalu siapa? Mungkinkah kekuatan 
mahasiswa dari parpol dan Islam? Kalau bukan seorang jenderal yang gerakkan, 
kenapapula Kodam dan Polda, Kapolri diam-diam saja tidak kerahkan pasukan untuk 
menindas kerusuhan yang meledak? Bukankah sejak awal Mei itu mereka cukup keras 
menindas aksi mahasiswa, sampai jatuh korban-jiwa? Apa sesungguhnya yang 
terjadi, Jakarta ketika itu ditanggal 13-14 Mei '98 dibiarkan dalam keadaan 
vacum, tidak ada aparat keamanan yang mentgertibkan dan menindas kerusuhan yang 
meledak? 

  Yaaah, saya tidak berkemampuan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan 
oleh umum, dan sekalipun peristiwa sudah lewat 11 tahun tetap tinggal menjadi 
tanda-tanya besar, ... dan tentu saja itu tetap menyakiti banyak hati para 
korban. Karena tidak juga dapatkan kejernihan dan keadilan untuk menindak 
tokoh/dalang yang harus bertanggungjawab.

  Salam,
  ChanCT

    ----- Original Message ----- 
    From: gsuryana 
    To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
    Sent: Thursday, June 18, 2009 

Kirim email ke